Professional Documents
Culture Documents
Pertumbuhan Anak Dari Ibu Yang Mendapat Suplemen Multi-Mikronutrien Dan Anak Dari Ibu Yang Mendapat Suplemen Besi Folat Selama Hamil
Pertumbuhan Anak Dari Ibu Yang Mendapat Suplemen Multi-Mikronutrien Dan Anak Dari Ibu Yang Mendapat Suplemen Besi Folat Selama Hamil
ABSTRACT
Recent studies have shown that maternal multiple micronutrient (MMN) supplementation
improved birth weight but there is insufficient evidence that postnatal growth of children from mothers
who received MMN are better than children from mother who received iron folic acid (IFA) during
pregnancy. The aim of this study was to compare the growth of children aged 16–39 months from
mother who received MMN and children from mother who received IFA during pregnancy. The design
of this study was nested case control study from cohort study of reconceptional multiple micronutrient
supplementation to Improve Maternal Iron Status and Pregnancy Outcomes (Laduni Program). The
subject were 30 children randomly selected from the children of mothers who received MMN, and 30
other children randomly selected from children of mothers who received IFA. Variables observed in this
study were birth weight from the health records, height-for-age z-scores (HAZ), weight-for-age z-scores
(WAZ), and body mass index-for-age z-scores (BMIAZ) through direct measurements; nutrient intake
from 2 x 24 hours dietary recalls. The average of children’s age in this study (±SD) was 28 ± 5,3 months.
There is no difference in HAZ, WAZ, BMIAZ, and nutrient intake between the children of mothers who
received MMN and children of mothers who received IFA. Most of the nutrient intake were inadequate
as the diet were unbalanced and monotonous. Conclusion: maternal MMN supplementation during
pregnancy has no effect on growth of 16–39 month old children if the nutrient intake is inadequate.
Children should eat a variety of diet sufficienly for an optimal growth.
ABSTRAK
Beberapa penelitian suplementasi multi-mikronutrien (MMN) selama hamil menunjukkan
peningkatan berat lahir bayi namun sedikit bukti pertumbuhan postnatal anak dari ibu yang mendapat
MMN lebih baik daripada anak dari ibu yang mendapat suplemen besi folat atau iron folic acid (IFA)
selama hamil. Penelitian ini bertujuan membandingkan pertumbuhan anak berusia 16-39 bulan dari ibu
yang mendapat suplemen MMN dan anak dari ibu yang mendapat IFA selama hamil. Desain penelitian
ini adalah nested case control study dari cohort dalam penelitian Preconceptional Multiple Micronutrient
Supplementation to Improve Maternal Iron Status and Pregnancy Outcomes (Program Laduni). Subjek
sejumlah 30 anak dipilih acak dari kelompok anak dari ibu yang mendapat MMN, dan 30 anak lainnya
dipilih acak dari kelompok anak dari ibu yang mendapat IFA. Variabel yang diteliti meliputi berat lahir
yang didapat melalui catatan dalam buku kesehatan ibu dan anak; tinggi badan menurut umur (TB/U),
berat badan menurut umur (BB/U), indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) yang diukur langsung;
asupan gizi diukur melalui 2 x 24 hours dietary recall. Subjek penelitian rata-rata berumur (± SD) 28 ±
5,3 bulan. Tidak terdapat perbedaan pada skor Z TB/U, BB/U, BB/TB serta asupan gizi antara kedua
kelompok Asupan sebagian besar zat gizi tidak adekuat karena komposisi makanan yang tidak seimbang
dan monoton. Disimpulkan bahwa suplementasi MMN selama hamil tidak berdampak hingga anak
©2016 IJPH. license doi: 10.20473/ijph.v11i1.2016.1-13. Received 20 April 2016, received in revised form 02 February 2016,
Accepted 11 February 2016, Published online: 31 December 2016
2 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 11 No. 1, Desember 2016: 1–13
berumur 16–39 bulan bila asupan gizi tidak adekuat. Anak harus mengonsumsi makanan dengan jumlah
yang cukup dan bervariasi agar memenuhi kebutuhan zat gizi untuk pertumbuhan optimalnya.
Tabel 1. Perbandingan Status Anthropometri antara Dua Kelompok Anak dari Program Laduni
di Kabupaten Probolinggo tahun 2015
Ibu Mendapat MMN Ibu Mendapat Besi Folat Nilai p*
Pertumbuhan Anak
(n=30) (n=30) (α=0,05)
Skor Z TB/U (x ± SD) -1,343 ± 1,280 -1,359 ± 0,928 0,955
Skor Z BB/U (x ± SD) -0,965 ± 1,393 -1.189 ± 1,116 0,495
Skor Z IMT/U (x ± SD) -0,156 ± 1,462 -0,606 ± 1,359 0,222
*) dibandingkan menggunakan uji t
4 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 11 No. 1, Desember 2016: 1–13
Tabel 2. Masalah Pertumbuhan pada Kedua Kelompok Anak dari Ibu yang Mendapat Suplemen
Selama Hamil dari Program Laduni di Kabupaten Probolinggo tahun 2015
Ibu Mendapat MMN Ibu Mendapat Besi Folat
Pertumbuhan Fisik Anak
(n=30) (n=30)
Berat lahir anak
Normal 30 (100%) 23 (76,7%)
BBLR 0 (0%) 7 (23,3%)
Tinggi Badan Menurut Umur
Normal 19 (63,3%) 24 (80,0%)
Stunting 11 (36,7%) 6 (20,0%)
Berat Badan Menurut Umur
Berat Badan Lebih 1 (3,3%) 1 (3,3%)
Normal 22 (73,3%) 23 (76,7%)
Berat Badan Kurang 7 (23,3%) 6 (20,0%)
IMT Menurut Umur
Gemuk 1 (3,3%) 1 (3,3%)
Normal 27 (90,0%) 25 (83,3%)
Kurus 2 (6,7%) 4 (13,3%)
perbedaan skor Z pada parameter tinggi ibu yang mendapat besi folat (p = 0,467; p
badan menurut umur, berat badan menurut > α).
umur, dan indeks massa tubuh menurut umur Pada Gambar 1, terlihat bahwa
antara kedua kelompok anak. pertumbuhan linier anak laki-laki dari ibu
Pada tabel 2 terlihat bahwa semua yang mendapat MMN berada dalam kisaran
masalah berat badan lahir rendah terjadi pada yang lebih lebar daripada anak dari ibu yang
kelompok anak dari ibu yang mendapat besi mendapat besi folat. Salah satu anak dari
folat. Masalah pertumbuhan berupa stunting ibu yang mendapat MMN memiliki plotting
dan berat badan kurang tercatat cukup tinggi pertumbuhan linier diatas +2SD skor Z
pada kedua kelompok anak. Berdasarkan uji dan juga terdapat anak yang memiliki
Mann-Whitney, tidak ada perbedaan masalah plotting TB/U berada di bawah -3SD skor
pertumbuhan pada parameter tinggi badan Z sedangkan kelompok anak dari ibu yang
menurut umur (p = 0,155; p > 0,05) dan berat mendapat besi folat, plotting TB/U terlihat
badan menurut umur (p = 0,776; p > 0,05) lebih terkonsentrasi di sekitar garis -2SD
antara kedua kelompok anak. Berdasarkan skor Z. Perbedaan sebaran data pertumbuhan
parameter indeks massa tubuh, sebagian
besar anak yang dari ibu yang mendapat
suplemen selama hamil termasuk dalam
kategori normal. Masalah pertumbuhan
dengan parameter indeks massa tubuh
menurut umur pada subjek penelitian tidak
sebesar masalah pertumbuhan stunting
dan berat badan kurang walaupun masih
terdapat anak yang termasuk dalam kategori
kurus. Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney,
terbukti bahwa tidak ada perbedaan masalah
Gambar 1. Pertumbuhan linier anak laki-
pertumbuhan pada parameter indeks massa
laki dari ibu yang mendapat
tubuh menurut umur antara anak dari
suplemen selama hamil pada
ibu yang mendapat MMN dan anak dari
Program Laduni tahun 2015
Rahmadiani Wijayanti dan Sri Sumarmi., Pertumbuhan Anak dari Ibu yang Mendapatkan… 5
Tabel 3. Rata-rata Asupan Zat Gizi Anak dari Ibu yang Mendapat Suplemen Selama Hamil dari
Program Laduni pada tahun 2015
Kecukupan Ibu Mendapat Ibu Mendapat
Uji Statistik (α=0,05)
Zat Gizi Anak MMN Besi Folat
Energi (%) 78,10 76,95 Uji T saling bebas (p=0,872)
Protein (%) 130,40 143,80 Uji T saling bebas (p=0,336)
Lemak (%) 71,60 75,75 Uji T saling bebas (p=0,669)
Karbohidrat (%) 77,82 68,70 Uji T saling bebas (p=0,197)
Vitamin A (%) 82,77 75,58 Mann-Whitney (p=0,252)
Vitamin D (%) 18,80 24,07 Uji T saling bebas (p=0,281)
Vitamin E (%) 33,10 36,97 Uji T saling bebas (p=0,513)
Vitamin C (%) 27,28 27,88 Uji T saling bebas (p=0,936)
Kalium (%) 24,33 26,80 Mann-Whitney (p=0,594)
Kalsium (%) 43,72 51,80 Mann-Whitney (p=0,668)
Magnesium (%) 170,27 163,18 Uji T saling bebas (p=0,747)
Fosfor (%) 87,12 102,77 Mann-Whitney (p=0,178)
Zat Besi (%) 59,38 54,17 Mann-Whitney (p=0,871)
Seng (%) 87,90 96,48 Uji T saling bebas (p=0,453)
Mangan (%) 539,03 604,60 Mann-Whitney (p=807)
Iodium (%) 7,97 5,35 Uji T saling bebas (p=0,077)
Tembaga (%) 0,05 0,02 Mann-Whitney (p=0,305)
6 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 11 No. 1, Desember 2016: 1–13
dan tidak adekuat apabila kurang dari jumlah Pada Tabel 4 terlihat bahwa tidak
yang dianjurkan (<100%) dalam Peraturan terdapat perbedaan pola kecukupan zat gizi
Menteri Kesehatan Republik Indonesia antara kedua kelompok anak dari ibu yang
nomor 75 tahun 2013.
Tabel 4. Kecukupan Zat Gizi Anak dari Ibu yang Mendapat Suplemen Selama Hamil dari
Program Laduni
Ibu mendapat MMN Ibu mendapat besi folat
Kecukupan zat gizi anak
(n=30) (n=30)
Energi
Adekuat 5 (16,7%) 5 (16,7%)
Tidak adekuat 25 (83,3%) 25 (83,3%)
Protein
Adekuat 21 (70%) 24 (80,0%)
Tidak adekuat 9 (30%) 6 (20,0%)
Lemak
Adekuat 5 (16,7%) 5 (16,7%)
Tidak adekuat 25 (83,3%) 25 (83,3%)
Karbohidrat
Adekuat 7 (23,3%) 3 (10,0%)
Tidak adekuat 23 (76,7%) 27 (90,0%)
Vitamin A
Adekuat 5 (16,7%) 4 (13,3%)
Tidak adekuat 25 (83,3%) 26 (86,7%)
Vitamin D
Tidak Adekuat 30 (100%) 30 (100%)
Vitamin E
Adekuat 0 (0%) 1 (3,3%)
Tidak adekuat 30 (100%) 29 (96,7%)
Vitamin C
Adekuat 1 (3,3%) 0 (0%)
Tidak adekuat 29 (96,7%) 30 (100%)
Kalium
Tidak adekuat 30 (100%) 30 (100%)
Kalsium
Adekuat 2 (6,7%) 4 (13,3%)
Tidak adekuat 28 (93,3%) 26 (86,7%)
Magnesium
Adekuat 25 (83,3%) 24 (80%)
Tidak adekuat 5 (16,7%) 6 (20%)
Fosfor
Adekuat 8 (26,7%) 10 (33,3%)
Tidak adekuat 22 (73,3%) 20 (66,7%)
Zat Besi
Adekuat 2 (6,7%) 3 (10,0%)
Tidak adekuat 28 (93,3%) 27 (90,0%)
Seng
Adekuat 9 (30,0%) 10 (33,3%)
Tidak adekuat 21 (70,0%) 20 (66,7%)
Mangan
Adekuat 24 (80%) 23 (76,7%)
Tidak adekuat 6 (20%) 7 (23,3%)
Iodium
Tidak adekuat 30 (100%) 30 (100%)
Tembaga
Tidak adekuat 30 (100%) 30 (100%)
Rahmadiani Wijayanti dan Sri Sumarmi., Pertumbuhan Anak dari Ibu yang Mendapatkan… 7
mendapat MMN maupun besi folat. Sebagian Pada penelitian ini sebagian besar subjek
besar konsumsi zat gizi yang diukur dalam penelitian berusia lebih dari 24 bulan, begitu
penelitian ini antara kedua kelompok anak pula dengan subjek penelitian Wang, serta
tersebut tidak adekuat. Konsumsi energi, Devakumar sehingga kemungkinan besar
lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin E, anak sudah tidak mengonsumsi ASI.
vitamin C, kalsium, fosfor, zat besi, dan Pada Gambar 1 terlihat bahwa anak
seng sebagian besar anak termasuk dalam laki-laki dari ibu yang mendapat MMN
kategori tidak adekuat. Hanya konsumsi memiliki potensi untuk tumbuh lebih tinggi
protein, magnesium, dan mangan sebagian daripada anak dari ibu yang mendapat besi
besar anak termasuk dalam kategori adekuat. folat walaupun perbedaan pertumbuhan tidak
Konsumsi vitamin D, kalium, iodium dan bermakna secara statistik. Sesuai dengan
tembaga seluruh anak (100%) pada kedua hasil tersebut, penelitian yang dilakukan
kelompok anak dari ibu yang mendapat oleh Khan et al. (2011) menunjukkan bahwa
MMN maupun besi folat termasuk dalam perbedaan pertumbuhan linier lebih tampak
kategori tidak adekuat. pada kelompok anak laki-laki sedangkan
pada kelompok anak perempuan tidak
PEMBAHASAN terdapat perbedaan pertumbuhan linier
Penelitian yang dilakukan terhadap yang bermakna. Pada penelitian Khan,
anak berusia 30 bulan di China oleh Wang penyebab perbedaan pertumbuhan linier
et al. (2012) dan penelitian pada anak tersebut belum diketahui dengan pasti
berusia 8,5 tahun di Nepal yang dilakukan namun kemungkinan disebabkan oleh faktor
oleh Devakumar et al. (2014) menunjukkan genetik dan perbedaan preferensi makanan
hasil yang sama dengan penelitian ini, yaitu antara anak laki-laki dan anak perempuan di
tidak terdapat perbedaan tinggi dan berat Bangladesh sedangkan preferensi makanan
badan menurut umur pada anak dari ibu antara anak perempuan dan laki-laki tidak
yang mendapat MMN dan anak dari ibu diteliti dalam penelitian ini.
yang mendapat besi folat selama hamil. Sebagian besar anak dari ibu yang
Berbeda dengan hasil yang diungkapkan mendapatkan besi folat dapat mengejar
sebelumnya, penelitian Huy et al. (2009) pertumbuhan post-natal walaupun terlahir
berhasil membuktikan bahwa terdapat dengan berat badan yang kurang karena
perbedaan prevalensi stunting yang prematur. Sebanyak 5 kasus Berat Bayi
bermakna antara kelompok anak dari ibu Lahir Rendah (BBLR) karena prematur
yang diberi MMN dan kelompok anak dari dalam penelitian ini dapat mengejar
ibu yang mendapat besi folat selama hamil. pertumbuhan linier sesuai dengan
Kelompok anak dari ibu yang mendapatkan pertumbuhan anak normal. Hanya satu
MMN memiliki prevalensi stunting yang kasus BBLR prematur yang berkembang
lebih sedikit daripada prevalensi stunting menjadi kasus stunting. Anak yang terlahir
pada anak dari ibu yang mendapat besi folat prematur memiliki ukuran tubuh yang kecil
selama hamil. Perbedaan hasil penelitian ini karena ukuran badan sesuai dengan usia
dengan penelitian yang dilakukan oleh Huy dalam kandungan. Setelah lahir, mereka
dapat disebabkan oleh perbedaan usia subjek kemudian dapat mengejar pertumbuhan
yang diteliti. Penelitian Huy melibatkan sesuai dengan usia anak sebayanya apabila
anak dalam kisaran usia 2 tahun. Pada usia berada dalam lingkungan yang mendukung
tersebut, kemungkinan besar anak masih pertumbuhannya (Kusharisupeni, 2002).
mendapatkan ASI sehingga makanan yang Berbeda dengan kasus BBLR karena
dikonsumsi ibu ditransmisikan kepada prematur, kasus BBLR aterm pada kelompok
anak dan efek suplementasi MMN pada ibu anak dari ibu yang mendapat besi folat
masih berdampak pada pertumbuhan anak. selama hamil selanjutnya berkembang
8 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 11 No. 1, Desember 2016: 1–13
menjadi kasus stunting dalam penelitian masa anak-anak. Penyakit tersebut antara
ini. Hasil ini mendukung analisis Putri & lain penyakit jantung coroner, hipertensi,
Utami (2015) yang menunjukkan bahwa diabetes tipe 2 (Andersen et al., 2010).
berat lahir pada bayi aterm memiliki Masalah pertumbuhan utama yang
hubungan yang signifikan dengan stunting terjadi pada anak dari ibu yang mendapat
dan memperkuat bukti bahwa terhambatnya suplemen selama hamil merupakan masalah
pertumbuhan anak telah dimulai ketika kurang gizi kronis yang tercermin dari
anak masih berada di dalam kandungan. tingginya kasus anak yang pendek menurut
Anak yang memiliki berat badan lahir usianya. Tabel 2 menunjukkan bahwa
kurang walaupun telah cukup umur di sebagian besar indeks massa tubuh anak
dalam kandungan menunjukkan masalah termasuk dalam kategori normal walaupun
retardasi intra uterin (Kusharisupeni, 2002; persentase stunting dan berat badan kurang
ACC/SCN, 2000). Bayi dengan berat badan cukup tinggi dalam penelitian ini. Anak
kurang karena retardasi intra uterin dapat yang termasuk dalam kategori stunting tetapi
mengejar pertumbuhan sesuai dengan anak memiliki indeks massa tubuh yang normal
normal seusianya merupakan kasus yang menunjukkan bahwa anak tersebut pasti
banyak terjadi di negara maju. Ketersediaan memiliki berat badan yang kurang menurut
dan keterjangkauan makanan bergizi baik usianya. Temuan dalam penelitian ini sesuai
dan beragam, keaktifan pola asuh orang dengan meta-analisis yang dilakukan oleh
tua, ketersediaan dan keterjangkauan air Jahari (2008) yang mengungkapkan bahwa
bersih, keadaan sanitasi yang adekuat serta masalah gagal tumbuh yang terjadi pada
penanganan terhadap infeksi yang memadai anak Indonesia sebagian besar disebabkan
di negara maju memungkinkan anak untuk oleh kurang gizi kronis yang tercermin dari
mengejar ketertinggalan pertumbuhan tingginya prevalensi stunting, sedangkan
ketika berada di dalam kandungan (Branca tingginya prevalensi berat badan kurang
& Ferrari, 2002). Pada negara berkembang, merupakan kompensasi dari tinggi badan
retardasi intra uterin memiliki risiko yang anak yang kurang.
tinggi mengalami gagal tumbuh pada usia Selain faktor maternal, masalah
selanjutnya apalagi ditambah dengan keadaan pertumbuhan anak disebabkan oleh banyak
lingkungan yang kurang mendukung dalam faktor post-natal. Keadaan post-natal anak
mengejar pertumbuhan (Kusharisupeni, memiliki kemungkinan yang lebih besar
2002). Fetus yang mengalami retardasi intra menyebabkan tingginya prevalensi stunting
uterin terlahir dalam keadaan yang kurang dalam penelitian ini karena sebagian besar
gizi sehingga memerlukan asupan makanan kasus stunting yang terjadi pada kelompok
yang lebih banyak daripada anak normal anak dari ibu yang mendapat besi folat dan
(ACC/SCN, 2000). Pada penelitian ini seluruh kasus stunting yang terjadi pada
terungkap bahwa asupan gizi sebagian besar kelompok anak dari ibu yang mendapat multi
anak tidak memenuhi angka kecukupan mikronutrien tidak didahului dengan berat lahir
gizi yang dianjurkan, bahkan untuk anak rendah. Salah satu faktor yang berpengaruh
normal, sehingga keadaan kurang gizi langsung terhadap pertumbuhan anak adalah
yang telah terjadi selama dalam kandungan asupan zat gizi anak melalui makanannya
terus berlanjut hingga masa post-natal dan sehari-hari (WHO, 2013; FAO, 2003).
mengakibatkan anak tidak dapat mengejar Tingginya masalah stunting dan
pertumbuhan yang sesuai dengan usianya. berat badan kurang dalam penelitian ini
Retardasi intra uterin berkaitan dengan menunjukkan bahwa anak mengalami
berbagai penyakit ketika dewasa terutama defisit berbagai zat gizi dalam pemenuhan
bila diikuti dengan pertambahan berat badan kebutuhan gizi anak. Anak berusia kurang
yang terlalu banyak dan terlalu cepat ketika dari 3 tahun (balita) membutuhkan zat
Rahmadiani Wijayanti dan Sri Sumarmi., Pertumbuhan Anak dari Ibu yang Mendapatkan… 9
gizi yang lebih banyak karena kecepatan homeostatis dengan cara menekan
pertumbuhan mencapai kecepatan tertinggi pertumbuhan. Mekanisme adaptasi malnutrisi
pada usia tersebut. Defisit dalam pemenuhan dijelaskan oleh Lifshitz (2009) sebagai
kebutuhan zat gizi anak terjadi dalam level berikut: malnutrisi energi menyebabkan
sedang sehingga tidak sampai menunjukkan sirkulasi IGF-1 yang diperlukan dalam
gejala klinis kekurangan zat gizi tertentu. pertumbuhan tulang menjadi lebih rendah
Defisit zat gizi dalam makanan yang pada manusia dan hewan coba sehingga
dikonsumsi sehari-hari terjadi dalam jangka menekan proses pertumbuhan. Pertumbuhan
waktu yang relatif lama dan berkepanjangan yang ditekan atau dikurangi membuat
sehingga tubuh anak melakukan adaptasi kebutuhan zat gizi menjadi seimbang dengan
terhadap keadaan tersebut dengan jumlah asupan zat gizi tanpa mempengaruhi
memperlambat proses pertumbuhan fungsi biokimia dan homeostatis. Apabila
sehingga anak memiliki berat badan kurang kekurangan energi terjadi dalam waktu
dan termasuk pendek untuk anak seusianya yang relatif lama, maka terjadi perubahan
(Golden, 2009; Sudiman, 2008). Defisit atau reaksi biokimia dan hormonal dalam tubuh
asupan zat gizi yang tidak adekuat dalam sehingga pertumbuhan tidak tercapai
makanan sehari-hari yang dikonsumsi oleh dengan optimal. Konsisten dengan review
kedua kelompok anak terlihat dalam hasil 2 yang telah dipaparkan sebelumnya, Olivera
x 24 jam food recall. Pada Tabel 4 terlihat et al (2008), telah membuktikan bahwa
bahwa asupan zat gizi makro maupun zat kekurangan energi dan protein pada tikus
gizi mikro dalam makanan sehari-hari yang coba memberi pengaruh yang merugikan
dikonsumsi oleh kedua kelompok anak tidak khususnya pada dimensi berat dan panjang
adekuat. tulang panjang (femur) dan volume tulang.
Defisit energi yang dialami anak- Selain memperlambat sirkulasi IGF-1,
anak dalam penelitian ini menjadi penyebab defisit energi terbukti berhubungan dengan
dari pertumbuhan anak yang tidak optimal. penurunan basal metabolic rate dan
Sebanyak 70% anak dari ibu yang mendapat menurunkan aktivitas Na+, K+, dan ATPase
MMN dan 80% anak dari ibu yang mendapat dalam sel darah merah yang berakibat pada
besi folat memiliki asupan protein yang meningginya konsentrasi sodium intraselular
adekuat dalam konsumsi makanannya sehari- dan menurunnya konsentrasi kalium
hari, namun konsumsi zat gizi makro lainnya intraseluler (Lifshitz et al., 1991).
seperti karbohidrat dan lemak sebagian besar Selain kurangnya asupan zat gizi
anak termasuk dalam kategori tidak adekuat. makro, kekurangan zat gizi mikro yang
Zat gizi makro yang dikonsumsi oleh anak terjadi pada sebagian besar anak juga
dalam proses metabolisme diubah menjadi dapat menjelaskan tingginya kasus gagal
energi. Walaupun sebagian besar anak tumbuh pada kedua kelompok anak dari
mendapat asupan protein yang adekuat namun ibu yang mendapat suplemen ketika hamil.
tidak dapat memenuhi defisit konsumsi zat Kekurangan iodium dalam masa anak-
gizi makro lainnya. Sebanyak 83,3% pada anak menghambat pertumbuhan fisik,
masing-masing kelompok anak termasuk menurunkan performa belajar, kretinisme,
dalam kategori kecukupan energi yang dan penyakit Keshan-Beck. Kekurangan
tidak adekuat. Selama masa pertumbuhan vitamin A dapat menghambat pertumbuhan
anak memerlukan keseimbangan energi fisik anak dengan cara menghambat
yang positif untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tulang dan menurunkan
metabolisme basal dan proses pertumbuhan resistensi tubuh terhadap infeksi (Bellow
itu sendiri (Sanders & Emery, 2003). Anak & Moore, 2012; Jensen & Bobroff, 2013).
dengan asupan energi yang tidak adekuat Asupan vitamin A yang tidak mencukupi
beradaptasi dan menjaga keseimbangan kebutuhan tubuh membuat tulang berhenti
10 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 11 No. 1, Desember 2016: 1–13
tumbuh sebelum berdampak pada jaringan terlalu cepat karena anak stunting di negara
lunak. Kekurangan vitamin A menyebabkan berkembang memiliki risiko lebih besar
keratinisasi di kulit sehingga kulit menjadi untuk mengalami obesitas ketika dewasa
kering, bersisik, dan mudah mengelupas. daripada anak dengan pertumbuhan yang
Keratinisasi yang terjadi pada membrane normal (Nainggolan, 2015; Simbolon, 2013).
mukosa saluran pernapasan, gastrointestinal, Penelitian yang dilakukan oleh Hoffman et
dan urogenital menyebabkan jaringan al. (2000) di Brazil menunjukkan bahwa
tersebut mudah terinfeksi bakteri sehingga anak stunting memiliki oksidasi lemak
tidak dapat berfungsi secara optimal dan yang tidak sempurna sehingga cenderung
selanjutnya menghambat pertumbuhan anak lebih mudah menyimpan lemak dalam tubuh
(Ensminger et al., 1994). Mineral seperti apabila asupan energi lebih besar daripada
kalsium, magnesium dan fosfor berfungsi energi yang dibutuhkan.
sebagai pembentuk jaringan tulang. Apabila Komposisi makanan sehari-hari yang
terjadi kekurangan asupan mineral tersebut dikonsumsi oleh anak dalam penelitian ini
maka pembentukan tulang juga tidak terjadi cenderung monoton dan tidak beragam.
dengan optimal sehingga menyebabkan Meta-analisis yang dilakukan oleh Arimond
hambatan pertumbuhan. Kekurangan dan Ruel (2004) terhadap survei kesehatan
asupan zat besi menyebabkan kapasitas dan demografi pada 11 negara yang
oksidatif otot berkurang sehingga anak berbeda membuktikan bahwa keragaman
terlihat lesu dan tidak bersemangat. Apabila makanan berhubungan dengan skor Z
kekurangan zat besi ini terjadi dalam waktu TB/U anak berusia 6–23 bulan. Penelitian
yang lama berakibat pada pertumbuhan yang yang dilakukan oleh Rah et al., (2010) di
terhambat (Sanders & Emery, 2003). Vitamin Bangladesh menunjukkan bahwa konsumsi
C memiliki pengaruh dalam pertumbuhan makanan yang tidak beragam merupakan
dengan berperan langsung dalam sintesa prediktor kuat stunting pada balita. Pola
kolagen dan perkembangan struktur tulang pemberian makanan yang tidak beragam ini
dan jaringan lunak (Angelo & Weaver, meningkatkan kemungkinan anak mengalami
2012). Selain itu, vitamin C juga secara defisit zat gizi esensial karena tidak ada
tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan satu makanan yang secara natural dapat
dengan membantu meningkatkan absorpsi memenuhi semua zat gizi yang diperlukan
zat besi non-heme (Adriani & Wirjatmadi, oleh tubuh. Makanan yang bervariasi
2012). menyediakan zat gizi yang berbeda-beda
Defisit berbagai macam zat gizi yang sehingga mengonsumsi makanan yang
dialami oleh subjek penelitian terjadi karena beragam dapat menyediakan bermacam zat
makanan yang dikonsumsi kurang secara gizi esensial yang diperlukan oleh tubuh
kuantitas dan memiliki komposisi yang tidak (Golden, 2009).
seimbang karena lebih banyak makanan
pokok (nasi) dan susu instan daripada lauk SIMPULAN
pauk, sayuran, dan buah. Anak stunting Semua kasus berat lahir rendah
memerlukan asupan zat gizi yang lebih terdapat pada kelompok anak dari ibu yang
banyak, namun harus mengendalikan asupan mendapat besi folat selama hamil, namun
energi, untuk meningkatkan sintesis jaringan tidak terdapat perbedaan skor Z pada
bebas lemak dan tulang dalam rangka parameter pertumbuhan TB/U, BB/U dan
mengejar ketertinggalan pertumbuhan IMT/U anak berusia 16–39 bulan dari ibu
kiniernya (Thurnham, 2013). Asupan energi yang mendapat suplemen MMN dan anak
pada anak stunting dalam penelitian ini perlu dari ibu yang mendapat besi folat selama
ditingkatkan namun tetap dikendalikan agar hamil.
berat badan tidak naik secara berlebihan dan
Rahmadiani Wijayanti dan Sri Sumarmi., Pertumbuhan Anak dari Ibu yang Mendapatkan… 11
nutritionally stunted children at increased Marmi, 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa
risk of obesity? Studies of metabolic rate Antenatal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
and fat oxidation in shantytown children Nainggolan, L., 2015. Double Trouble:
from São Paulo, Brazil. The American Stunted Children at Higher Risk of
Journal of Clinical Nutrition, (72): Obesity. Medscape News & Perspective
702–707. (online), (http://www.medscape.com/
Huy, N.D., L.T. Hop, R. Shrimpton, C.V. viewarticle/845132#vp_3) diakses pada
Hoa, 2009. An Effectiveness trial of tanggal 3 Februari 2016.
Multiple Micronutrient Supplementation Olivera, M.I., G.E. Compagnucci, C.V.
during Pregnancy in Vietnam: Impact on Compagnucci, C.E. Lezón, P. Mandalunis,
Birthweight and on Stunting in Children S.I. Hope, L.G. Bianciotti, J.C. Elverdrin,
at around 2 Years of Age. Food and R.M. Alippi, M.S. Vatta, P.M Boyer,
Nutrition Bulletin, 30(4) (supplement): 2008. Hypothalamic Noradrenergic
S506-S515. Hyperactivity and Detrimental Bone
Jahari, A.B., 2008. Masalah Gagal-Tumbuh Status in an Animal Model of Nutritional
pada Anak Balita Indonesia Masih Tinggi: Growth Retardation. The Open Nutrition
Adakah yang “Kurang” dalam Kebijakan Journal, (2):29–36.
Program Gizi di Indonesia? Gizi Indon, Osmond, C. & D.J.P. Barker, 2000. Fetal,
31 (2): 123–138. Infant, and Childhood Growth Are
Jensen, N.C., L.B. Bobroff, 2013. Facts Predictors of Coronary Heart Disease,
About Vitamin A. University of Florida Diabetes, and Hypertension in Adult
IFAS Extension (online), (http://edis.ifas. Men and Women. Environmental Health
ufl.edu/pdffiles/fy/fy20600.pdf) diakses Perspectives, (108): 545–553.
pada tanggal 3 Februari 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Kemenkes, 2013. Profil Kesehatan Indonesia Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang
2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Republik Indonesia bagi Bangsa Indonesia. Diakses melalui
Khan, A.I., I. Kabir, E.C. Ekstrom, K.A. http://gizi.depkes.go.id/download/
Monemi, D.S. Alam, E.A. Frongillo, M. Kebijakan%20Gizi/PMK%2075-2013.
Yunus, A. Arifeen, L.A. Persson, 2011. pdf.
Effects of Prenatal Food and Micronutrient Putri, D.S.K., N.H. Utami, 2015. Nilai Batas
Supplementation on Child Growth from Berat Lahir sebagai Prediktor Kejadian
Birth to 54 Months of Age: A Randomized Stunting pada Anak Umur 6–23 Bulan di
Trial in Bangladesh. Nutrition Journal, Indonesia. Penelitian Gizi dan Makanan,
(10): 134. 38(1):79–85.
Kusharisupeni, 2002. Growth Faltering pada Rah, J.H., N. Akhter, R.D. Semba, S. de Pee,
Bayi di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. M.W. Bloem, A.A. Campbell, R. Moench-
Makara, Kesehatan, 6 (1): 1–5 Pfanner, K. Sun, J. Badham, K. Kraemer,
Lifshitz, F., 2009. Nutrition and Growth. 2010. Low Dietary Diversity is a Predictor
Journal of Turkish Pediatric Endocrinology of Child Stunting in Rural Bangladesh.
and Diabetes Society, 1 (4): 157–163. European Journal of Clinical Nutrition,
Lifshitz, F., S. Friedman, M.M. Smith, C. (64): 1393-1398.
Cervantes, B. Recker, M. O’Connor, Sanders, T., P. Emery, 2003. Molecular Basis
1991. Nutritional Dwarfing: A Growth of Human Nutrition . Taylor & Francis
Abnormality Associated with Reduced Inc. New York: 104–117.
Erythrocyte Na+, K+-ATPase activity. Am SCN, 2004. 5th Report on the World Nutrition
J Clin Nutr. (54):997–1004. Situation: Nutrition for Improved
Rahmadiani Wijayanti dan Sri Sumarmi., Pertumbuhan Anak dari Ibu yang Mendapatkan… 13
Development Outcomes. United Nations Thurnham, D.I, 2013. Adequate Nutrition for
System (online), ( http://www.unsystem. Children 24 to 59 Months. In Adequate
org/scn/Publications/AnnualMeeting/SCN31/ Nutrient Intakes for Infancy. Sight and
SCN5Report.pdf) diakses pada tanggal 3 Life, 27 (2): 32–42.
Januari 2015. Wang, W., H. Yan, L. Zeng, Y. Cheng, D.
Simbolon, D., 2013. Model Prediksi Indeks Wang, Q. Li, 2012. No Effect of Maternal
Massa Tubuh Remaja Berdasarkan Micronutrient Supplementation on Early
Riwayat Lahir dan Status Gizi Anak. Childhood Growth in Rural Western
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional China: 30 Month Follow-Up Evaluation
1(8): 19–27. of A Double Blind, Cluster Randomized
Soetjiningsih, 2012. Tumbuh Kembang Trial. European Journal of Clinical
Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Nutrition (66): 261–268.
EGC. WHO, 2013. Childhood Stunting: Context,
Sudiman, H., 2008. Stunting Atau Pendek: Causes and Consequences. (http://
Awal Perubahan Patologis Atau Adaptasi www.who.int/nutrition/events/2013_
Karena Perubahan Sosial Ekonomi ChildhoodStunting_colloquium_14Oct_
yang Berkepanjangan. Media Litbang Conceptual Framework_colour.pdf)
Kesehatan, 1(18):33–43. diakses pada tanggal 7 Desember 2014.
Sumarmi, S., 2014. Preconceptional Wijayanti, R. 2015. Pertumbuhan dan
Supplementation of Multiple Micronutriens Perkembangan Motorik Anak dari Ibu yang
to Improve Maternal Iron Status and Mendapat Suplemen Multimikronutrien
Pregnancy Outcomes. Report. Surabaya: dan Anak dari Ibu yang Mendapat
Universitas Airlangga. Suplemen Besi Folat. Skripsi tidak
diterbitkan. Surabaya: Universitas
Airlangga.