You are on page 1of 28

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DAN

RELEVANSINYA BAGI PENGUATAN


NASIONALISME BANGSA INDONESIA

Marianus Mantovanny Tapung


Prodi S-1 Keperawatan STIKes St. Paulus Ruteng, Jl.Jend. Ahmad Yani, No.10, Ruteng-Flores 86508
Email: mtmantovanny26@gmail.com

Abstract: Multicultural Education And Its Relevance For Strengthening the Nation Nationalism
Indonesia. Change and development is a necessity for all the people of the nation, including
multicultural character of Indonesian society. Changes and developments can improve and develop
life, but on the other hand has the potential waning of passion and sense of nationalism (nationalism),
the emergence of ambiguity, anomaly, conflict, disintegration, separatism and racism, which impede
the construction and development of the nation. To anticipate the needs of Multicultural Education as
an approach and a strategic instrument to build and reinforce the sense and spirit of nationalism, unity,
unity and integrity of the nation. Multicultural education is an instrument of social engineering that
is dynamic, flexible, progressive, holistic transformasif and to reassert the awareness of nationalism,
solidarity, tolerance and tolerance and can cooperate in diversity. Multicultural education becomes
particularly relevant in the context of Indonesia as a manifestation of awareness about cultural diversity,
democracy, human rights and reduce the tendency to think, behave and act discrimination, prejudices
and stereotypes. Multicultural education community directing students to the flow velocity sensitive
face of globalization, the development of democracy, and was critical of various models doctrinal
monokulturalisme, radicalism and fundamentalism.

Key Words: Education, Multicultural, Strengthening Nationalism

Abstrak: Pendidikan Multikultural Dan Relevansinya Bagi Penguatan Nasionalisme Bangsa Indonesia.
Perubahan dan perkembangan adalah sebuah keniscayaan untuk semua masyarakat bangsa, termasuk masyarakat
Indonesia yang berkarakter multikultur. Perubahan dan perkembangan dapat meningkatkan dan mengembangkan
kehidupan, tetapi pada pihak lain justru berpotensi memudarnya semangat dan rasa kebangsaan (nasionalisme),
munculnya ambiguitas, anomali, konflik, desintegrasi, separatisme dan rasialisme, yang menghambat pembangunan
dan pengembangan bangsa. Untuk mengantisipasinya dibutuhkan Pendidikan Multikultural sebagai pendekatan
dan instrumen strategis demi membangun dan menguatkan kembali rasa dan semangat kebangsaan, persatuan,
kesatuan, dan keutuhan bangsa. Pendidikan multikultural merupakan instrumen rekayasa sosial yang dinamis,
fleksibel, progresif, transformasif dan holistik untuk menanamkan kembali kesadaran nasionalisme, solidaritas,
toleransi dan tenggang rasa serta dapat bekerjasama dalam kemajemukan. Pendidikan Multikultural menjadi sangat
relevan dalam konteks Indonesia sebagai manifestasi kesadaran tentang keanekaragaman kultural, demokrasi,
HAM dan mereduksi kecenderungan berpikir, bersikap dan bertindak diskriminatif, prasangka, dan stereotip.
Pendidikan multikultural mengarahkan masyarakat didik untuk peka menghadapi arus perputaran globalisasi,
perkembangan demokrasi, dan bersikap kritis terhadap berbagai model doktrinasi monokulturalisme, radikalisme
dan fundamentalisme.

Kata Kunci:Pendidikan, Multikultural, Penguatan Nasionalisme

60
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 61

PENDAHULUAN degradasi dalam berbagai dimensi


kehidupannya, yang menyebabkan
Perubahan dan perkembangan melemahnya semangat kebangsaan dan
yang tergabung dalam gerbong keterpurukan dalam bidang ekonomi,
globaliasasi adalah suatu keniscayaan. politik, sosial budaya, moral dan
Masyarakat tidak mungkin lagi pendidikan. Ancaman pengerusan dan
melepaskan diri proses globalisasi yang degradasi ini justru potensial terjadi
sarat dengan perkembangan teknologi pada keadaan bangsa Indonesia yang
informasi dan pengetahuan. Globalisasi kental dengan suasana plural dalam
yang ditandai dengan kuatnya arus, bidang budaya, suku, bahasa, dan agama.
informasi, demokrasi dan penghormatan Bila karakter masyarakat tidak cukup
terhadap Hak-hak Asasi Manusia kuat menghadapi potensi pengerusan
(HAM) dan eksistensi kelompok dan degradasi ini, maka berakibat
masyarakat, di satu pihak dapat pada kondisi melunturnya semangat
berdampak positif, tetapi tetapi juga dan rasa kebangsaan (nasionalisme),
bisa berdampak negatif. Dampak positif konflik, desintegrasi, separatisme dan
akan terlihat dalam pengembangan dan rasialisme, yang sudah pasti berdampak
pertumbuhan kehidupan masyarakat pada terhambatnya pembangunan dan
yang lebih sejahtera, berkualitas dan pengembangan bangsa.
berpengetahuan. Sedangkan dampak Untuk mengantisipasi terjadinya
negatif dapat berupa bahaya benturan potensi di atas, masyarakat bangsa
peradaban yang menyebabkan Indonesia memerlukan pendekatan dan
kekacauan, konflik dan perpecahan instrumen strategik yang dapat dijadikan
dalam suatu negara. Keadaan negatif ini sebagai sebuah gerakan nasional
digambarkan oleh Samuel P. Huntington untuk mewujudkan membangun dan
sebagai ‘benturan peradaban’ (Clash of menguatkan kembali rasa kebangsaan,
Civilization) dalam buku The Future of The persatuan, kesatuan, dan keutuhan
World Order (Fukuyama & Hungtington, bangsa agar tetap berdaulat dan
2003:73-83). bermartabat. Menurut kami, salah
Apabila masyarakat tidak mampu satu instrumen pendekatannya
memahami dan menghadapi fenomena yang strategis dan potensial adalah
ini, maka bukan tidak mungkin akan melalui pencanangan dan penerapan
menjadi korban darinya. Masyarakat konsep berikut praksis Pendidikan
bisa berada pada posisi ambigu, Multikultural.
kehilangan identitas dan karakter, Sebagai salah satu instrumen yang
kompetisi yang tidak sehat, dan konflik strategis dan potensial, Pendidikan
dimensional. Situasi dan kondisi ini Multikultural merupakan suatu
akan berakibat pada pengerusan dan pendekatan dinamis, fleksibel dan
62 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

progresif untuk melakukan transformasi jawab semua stakeholder, baik dalam


pendidikan yang secara holistik tingkat local maupun nasional dalam
mengkonstruksi pendidikan yang bebas menerapkan konsep dan praksis
monokulturisme dan diskriminasi, dan Pendidikan Multikultur. Sebagai
anti dengan kemajemukan. Pendidikan sebagai sebuah gerakan nasional
multikultural sebagai instrumen Pendidikan Multikultural perlu di-
rekayasa sosial dapat berperan endors dan didukung, karena merupakan
dalam menanamkan kesadaran manifestasi kesadaran tentang adanya
dalam masyarakat multikultur untuk keanekaragaman, demokrasi, HAM.
mengembangkan sikap nasionalisme, Penerapan konsep dan praksis
solidaritas, toleransi dan tenggang Pendidikan Multikultural di sekolah
rasa serta dapat bekerjasama dalam dapat meminimalisasi dan mereduksi
kemajemukan. segala bentuk kecenderungan berpikir,
Dalam konteks keindonesian, bersikap dan bertindak diskriminatif,
pendidikan berbasis multikultural prasangka, stereotip, fanatistik dan
diarahkan agar masyarakat didik radikalistik. Melalui Pendidikan
semakin memiliki rasa kebangsaan, Multikultural masyarakat didik
persatuan, kesatuan, dan keutuhan memiliki pengertian dan pemahaman
bangsa yang kuat, memiliki kepekaan terhadap sesama tanpa membedakan
menghadapi arus perputaran globalisasi, status sosio ekonomi, gender, orientasi
perkembangan demokrasi, dan bersikap seksual, latar belakang etnis, ras atau
kritis terhadap berbagai model doktrinasi budaya dan agamanya. Pendidikan
monokulturalisme, radikalisme dan Multikultural menjadi salah satu bentuk
fundamentalisme. Dengan adanya rekayasa sosial dan instrumen strategis
Pendidikan Multikultural, masyarakat untuk mengembangkan kesadaran
didik diharapkan memiliki kemampuan atas kebanggaan seseorang terhadap
berpikir kritis (critical thinking) terhadap bangsanya.
berbagai perkembangan dan perubahan
yang mengarah pada kerusakan RASIONAL MUNCULNYA
lingkungan alam, sosial dan budaya PARADIGMA PENDIDIKAN
serta perpecahan baik secara vertikal MULTIKULTURAL
maupun horisontal.
Mengingat pentingnya menjaga Konsep dan praksis Pendidikan
dan menguatkan nasionalisme, Multikultural tidak muncul begitu saja,
kemampuan kritis dalam menghadapi tetapi merupakan hasil dari dialekti-
perkembangan dan menjawab beberapa ka pemikiran yang sudah pasti berba-
problematika kemajemukan, maka sis pada masalah krusial yang sudah,
dibutuhkan komitmen dan tanggung sedang dan akan melanda masyarakat
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 63

bangsa baik local, nasional maupun glob- Alvin Toffler dalam bukunya
al. Oleh karena itu, kami membahas ba- Future Shock (1970) dan The Third Wave
gian ini mulai dari (1) Ketegangan Glob- (1980) sudah menggambarkan tentang
al yang Memicu Ketidakseimbangan situasi dan kondisi tegang masyarakat
dan Benturan Peradaban, selanjutnya pada akhir abad 20 (menuju abad
(2) Pemahaman Multikulturalisme dan 21), yang ditandai dengan berbagai
Membangun Kesadaran Multikultural; gelombang perubahan. Sementara itu,
(3) Pendekatan Pendidikan Multikultur- John Naisbit dalam bukunya Megatrends
al yang Dinamis, Progresif dan Fleksibel; (1982) dan Reinventing The Corporation
dan (4) Pendidikan Multikultural dan (1985) mengulas tentang munculnya
Pencapian Kompetensi Integratif ketegangan itu ketika terjadi pergeseran
pemahaman terhadap dunia yang bukan
Ketegangan Global yang Memicu
lagi sebagai perkampungan kecil (small
Ketidakseimbangan dan Benturan
village), tetapi sudah menjadi suatu
Peradaban
kampung besar (global village) (Mahfud,
Saat ini, masyarakat dunia pada 2008:viii).
umumnya dan masyarakat Indonesia Perubahan-perubahan yang terja-
khususnya sedang mengalami di sekarang ini sebagai dampak kema-
fenomena “sudden shift” (Kompas, juan informasi, ilmu dan teknologi ser-
24 Agustus 2015) yang berkarakter ta masuknya arus globalisasi membawa
‘tiba-tiba’ (sudden), ‘cepat’ (speed), dan pengaruh multidimensional. Dengan
‘mengejutkan’ (surprise). Namun, jauh demikian, untuk mempersiapkan mas-
sebelum gambaran fenomena ini, laporan yarakat yang berkarakter majemuk da-
Komisi Pendidikan UNESCO yang lam menghadapi berbagai perubahan
berjudul Learning: The Treasure Within tersebut, sangat dibutuhkan pendidikan
(Delors,1996, 17-18), telah mengangkat dan pembelajaran dengan pendekatan
beberapa macam fenomena ‘ketegangan’ dan model multikultural. Dalam pers-
yang menjadi tantangan sekaligus pektif global, tantangan dunia pendi-
dikan salah satunya adalah pemahaman
ancaman bagi masyarakat dunia di abad
pendidikan yang tidak rasis untuk mem-
21. Fenomena ketegangan tersebut,
persiapkan dan mendukung pembelaja-
antara lain: antara globalisasi dan lokalisasi,
ran tentang proses antar budaya, pemba-
antara universalitas dan individualitas,
ngunan kemasyarakatan dan kalau perlu
antara tradisi dan modernitas, antara
aksi kelas. Dengan demikian, dunia pen-
kompetisi dan solidaritas, antara akselerasi/
didikan dalam era global harus mema-
ekspansi pengetahuan dan daya serap
hami isu-isu dan permasalahan global
manusia, dan antara yang spiritual dan
seperti: keanekaragaman budaya, poli-
material.
tik, ekonomi, sosial, konflik dan perda-
64 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

maian, ketergantungan antar bangsa di dukung terjadinya konflik peradaban,


dunia, masalah HAM, masalah lingkun- antara lain: (1) Kuatnya diferensiasi se-
gan seperti: degradasi lingkungan, pen- jarah, bahasa, budaya, tradisi dan agama
yakit dan migrasi penduduk, dll. (Mah- sehingga menyebabkan terjadinya konf-
fud, 2008:19). lik yang berkepanjangan; (2) Interaksi
Sementara itu, fenomena yang meningkat dalam dunia yang se-
kemajemukan suatu bangsa bagaikan makin sempit mempertajam perbedaan
pisau bermata dua, satu sisi memberi dan menguatnya etnisitas; (3) proses
dampak positif, yaitu kita memiliki modernisasi ekonomi dan perubahan so-
kekayaan khasanah budaya yang sial membuat masyarakat tercerabut dari
beragam, akan tetapi sisi lain juga identitas local yang sudah berakar dalam
dapat menimbulkan dampak negatif, dan melemahnya sumber identitas; (4)
karena terkadang justru keragaman ini Terjadinya proses marjinalisasi terhadap
dapat memicu konflik antar kelompok kaum pribumi akibat kuatnya hembu-
masyarakat yang pada gilirannya dapat san westernisasi; (5) kompromi politik
menimbulkan konflik peradaban yang dan ekonomi lebih mudah dilakukan
berakibat pada instabilitas di bidang dibandingkan kompromi dalam bidang
keamanan, sosial, politik maupun budaya. Budaya sering dikorbankan un-
ekonomi. tuk kepentingan keberhasilan kompromi
politik dan ekonomi.
Sosiolog Prancis Emile Durkheim
(1858-1917) menyebut kondisi perubahan Menurut Tilaar (2004:14-15),
(peralihan peradaban) dan pergeseran terdapat beberapa hal yang turut
masyarakat ini berdampak pada suatu memicu (casus belli) munculnya konflik
kondisi ‘tanpa nilai’ atau yang disebut dalam masyarakat multikultur dewasa
anomie (Rochiati, 2015:87-88; Outhwaite, ini, antara lain: (1) adanya perebutan
2008:24). Anomie terjadi ketika terlibat sumber daya, alat-alat produksi, dan
dalam peralihan peradaban manusia kesempatan ekonomi (acces to economic
merasakan kebingungan karena resources and to means of production); (2)
budaya dan nilai-nilai yang lama akan perluasan batas-batas sosial budaya
ditinggalkan, sedangkan budaya dan (social and cultural borderline expansion );
nilai-nilai baru belum berhasil dicapai. (3) benturan kepentingan politik,
Kebingungan ini menjadi potensi ideologi, dan agama (conflict of political,
terjadinya konflik dan kekacauan ketika ideology, and religious interest).
masyarakat tidak mampu mengelolanya Gibson (Djohar, 2003:85)
secara kritis dan rasional. menggambarkan bahwa kebanyakan
Menurut Hungtington (Fukuyama masyarakat bangsa modern dan
& Hungtington, 2003:77-81) ada lima postmodern yang ditandai oleh adanya
kenyataan mendasar yang dapat men- situasi hiper kompetisi, suksesi revolusi
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 65

teknologi serta dislokasi dan konflik itu dikenal. Dalam dunia peradaban
sosial. Situasi ini menghasilkan keadaan yang berbeda, harus belajar untuk
yang non-linier dan sangat tidak dapat hidup berdampingan dengan yang
diperkirakan dari keadaan masa lampau lain. Memahami dan menghayati
dan masa kini. Masa depan hanya dapat “perbedaan” menjadi ‘sesuatu yang tidak
dihadapi dengan kreativitas, meskipun boleh tidak’ (conditio sine qua non) ketika
posisi keadaan sekarang memiliki berpikir, bersikap dan bertindak dalam
peranan penting untuk memicu menghadapi kejadian-kejadian sebagai
kreativitas. Lebih lanjut dijelaskan dampak logis dari benturan peradaban.
bahwa perubahan keadaan yang non- Kejadian-kejadian destruktif sebagai
linier dan majemuk ini tidak akan dampak logis dari benturan peradaban
dapat diantisipasi dengan cara berpikir, hanya bisa direduksi dan dikelola,
bersikap dan bertindak linier. Pemikiran, bila masyarakat secara individual
sikap dan tindakan linier dan rasional dan komunal menciptakan dan
yang sekarang ini berkembang tidak membangun kesadaran akan pentingnya
lagi fungsional untuk mengakomodasi multikulturalisme. Multikuluralisme
perubahan keadaan yang akan terjadi. dan pengejawantahannya menjadi sangat
Perang, konflik, dan maraknya kerusuhan vital dan mendesak untuk dicanangkan
yang berlatar belakang suku, adat, ras, dan diterapkan demi mencegah dan
dan agama yang kerap terjadi di banyak mengatasi ekses-ekses destruktif sebagai
negara akhir-akhir ini, mungkin salah akibat dari perubahan yang tiba-tiba,
satunya disebabkan karena pikiran, non-linear dan majemuk.
sikap dan tindakan manusia yang linear- Konsep multikulturalisme me-
rasional tidak bisa lagi secara optimal nekankan pentingnya memandang dun-
mengakomodasi dan memfasilitasi ia dari bingkai referensi budaya yang
perubahan yang non-linier, majemuk berbeda, dan mengenali serta manghar-
dan cenderung ‘tiba-tiba’ (sudden), ‘cepat’ gai kekayaan ragam budaya di dalam
(speed), dan ‘mengejutkan’ (surprise). negara dan di dalam komunitas global.
Pemahaman Multikulturalisme dan Multikulturalisme menegaskan perlu-
Membangun Kesadaran Multikultural nya menciptakan pendidikan di mana
berbagai perbedaan yang berkaitan den-
Lantas bagaimana menghadapi gan ras, etnis, gender, orientasi seksual,
keadaan seperti yang sudah digambarkan keterbatasan, dan kelas sosial diakui dan
di atas? Samuel P. Huntington (Fukuyama seluruh masyarakat didik dipandang
& Hungtington, 2003:175-176) dalam sebagai sumber yang berharga untuk
poin tentang Mati Demi Kebudayaan, memperkaya proses pembelajaran.
menegaskan bahwa benturan peradaban
Menurut Parekh seperti yang di-
hanya dapat dipahami jika peradaban
kutip Azyumardi Azra (2007) menga-
66 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

takan: A Multicultural society, then is one isme mencakup gagasan, cara pandang,
that includes several cultural communities kebijakan, penyikapan dan tindakan,
with their overlapping but none the less dis- oleh masyarakat suatu negara, yang ma-
tinc conception of the world, system of mean- jemuk dari segi etnis, budaya, agama
ing, values, forms of social organizations, his- dan sebagainya, namun mempunyai ci-
toris, customs and practices”. Masyarakat ta-cita untuk mengembangkan semangat
multikultural adalah suatu masyarakat kebangsaan yang sama dan mempunyai
yang terdiri dari beberapa macam komu- kebanggan untuk mempertahankan ke-
nitas budaya dengan segala kelebihann- majemukan tersebut. Multikulturalisme
ya, dengan sedikit perbedaan konsepsi adalah berbagai manifestasi pola pikir,
mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, sikap dan tindakan bagaimana mas-
bentuk organisasi sosial, sejarah, adat ing-masing kelompok bersedia untuk
serta kebiasaan. Selanjutnya, Azyumar- menyatu (integrate) tanpa mempedu-
di Azra menjelaskan bahwa multikultur- likan keragaman budaya yang dimiliki.
alisme merupakan salah satu bentuk cara Mereka semua melebur, sehingga pada
pandangan dunia yang diterjemahkan akhirnya ada proses ‘hidridisasi’ yang
dalam berbagai kebijakan kebudayaan meminta setiap individu untuk tidak
yang menekankan tentang penerimaan menonjolkan perbedaan masing-masing.
terhadap realitas keagamaan, pluralitas, Keadaan ini mendorong beberapa
dan multikultural yang terdapat dalam pemerhati dan pemikir pendidikan
kehidupan masyarakat. Selain itu, mul- pada beberapa bangsa yang memiliki
tikulturalisme dapat juga dipahami se- tingkat kemajemukan yang tinggi untuk
bagai pandangan dunia yang kemudian mendesain praksis pendidikan masa
diwujudkan dalam kesadaran politik. depan yang dapat mengakomadasi
Sementara itu Akhyar Yusuf Lubis situasi kemajemukan tersebut. Desain
(2006:174), dalam bukunya Deskontruksi pendidikan yang mengakomodasi
Epistemologi Modern menjelaskan multi- ragam kultur ini bertujuan untuk
kulturalisme sebagai paham yang men- membangun resistensi yang tinggi
cakup suatu pemahaman, penghargaan terhadap muncunya konflik sebagai
serta penilaian atas budaya seseorang, konsekuensi dinamika kohesivitas
serta suatu penghormatan dan keingin- sosial pada masyarakat didiknya. Dalam
tahuan tentang budaya etnis orang lain, menghadapi pluralisme budaya tersebut,
dan dapat juga dilihat sebagai sebuah diperlukan paradigma baru yang lebih
ideologi yang mengakui dan menga- toleran dan elegan untuk mencegah
gungkan perbedaan dalam kesedera- dan memecahkan masalah benturan-
jatan baik secara individual maupun benturan budaya tersebut, yaitu
secara kebudayaan. Dengan demikian paradigma pendidikan multikultural.
dapat dikatakan bahwa multikultural- Hal ini penting untuk mengarahkan
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 67

anak didik dalam mensikapi realitas Lebih lanjut, James A. Banks dalam
masyarakat yang beragam, sehingga bukunya Multicultural Education (1993:2)
mereka akan memiliki sikap apresiatif yang mendefinisikan Pendidikan
terhadap keragaman perbedaan Multikultural sebagai:
tersebut. Pendidikan Multikultural dapat An idea, an educational reform
membawa pendidikan yang mampu movement, and a process whose
menciptakan tatanan masyarakat yang major goal is to change the structure
terdidik dan berpendidikan, bukan of educational institutions so that
suatu masyarakat yang menjauhi realitas male and female students, exceptional
sosial dan budaya. students, and students who are
Pendidikan Multikultural dan members of diverse racial, ethnic, and
Rekonstruksi Sosial yang Dinamis, cultural groups will have an equal
Progresif dan Fleksibel chance to achieve academically in
school
Menurut Durkheim, salah satu
Pendidikan Multikultural adalah
cara untuk bisa mengantisipasi dan
ide, gerakan pembaharuan pendidikan
mengembalikan keadaan ini adalah
dan proses pendidikan yang tujuan
dengan melakukan rekonstruksi sosial
utamanya adalah untuk mengubah
yang dapat dilakukan dengan kegiatan
struktur lembaga pendidikan supaya
pendidik (Rochiati, 2015:87-88), di mana
siswa baik pria maupun wanita, siswa
masyarakat didik diarahkan kembali
berkebutuhan khusus, dan siswa yang
untuk menjalankan interaksi sosialnya
merupakan anggota dari kelompok ras,
dengan mengedepankan nilai-nilai
etnis, dan kultur yang bermacam-macam
universal yang terkandung dalam nilai-
itu akan memiliki kesempatan yang sama
nilai kultural dan agama.
untuk mencapai prestasi akademis di
Salah satu bentuk rekonatruksi sekolah. Jadi Pendidikan Multikultural
sosial dalam bidang pendidikan adalah akan mencakup: (1) Ide dan kesadaran
dengan mewacanakan konsep dan praksis akan nilai penting keragaman budaya;
pendidikan yang berbasis multicultural (2) Gerakan pembaharuan pendidikan;
atau Pendidikan Multikultural. Sebagai (3) Proses pendidikan.
sebuah bentuk rekonstruksi sosial,
Selanjutnya, menurut Banks (1993:19):
Pendidikan Multikultural menjadi
Multicultural education
sangat urgen dan mendesak untuk
describes a system of instruction that
dikonsepkan dan dipraksiskan dalam
attempts to foster cultural pluralism and
kegiatan pembelajaran di Negara-
acknowledges the differences between races
negara yang sangat bernuansa plural
and cultures. It addresses the educational
dan multikultural demi tegaknya
needs of a society that contains more than
keseimbangan. Hal ini ditegaskan oleh
68 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

one set of traditions, that is a mixture of tas pribadi, kesempatan pendidikan dari
many cultures. The goal of multicultural individu, kelompok maupun negara. Di
education is to help students understand dalam pengertian ini terdapat adanya
and appreciate cultural differences pengakuan yang menilai penting aspek
and similarities and to recognize the keragaman budaya dalam membentuk
accomplishments of diverse ethnic, racial, perilaku manusia.
and socioeconomic groups. It is a practice
Selanjutnya, menurut Banks
that hopes to transform the ways in which
(2002:57-60) paradigma Pendidikan
students are instructed by giving equal
Multikultural sebagai salah
attention to the contributions of all the
satu instrumen strategis untuk
groups in a society.
mengakomodasi realitas majemuk
Pendidikan Multikultural meng- masyarakat, memiliki lima dimensi yang
gambarkan tentang sistem instruksional saling berkaitan satu sama lain, yaitu:
yang mencoba untuk mendorong plural- (1) Content integration; Concepts, values,
isme budaya dan mengakui perbedaan and materials from a variety of cultures are
antara ras dan budaya. Hal ini dituju- included in teaching. Integrasi konten,
kan untuk mengakomadasi kebutuhan yaitu pemaduan konten menangani
pendidikan masyarakat yang berisi leb- sejauh mana guru menggunakan contoh
ih dari satu set tradisi, yang merupa- dan  konten dari beragam budaya dan
kan campuran dari berbagai budaya. kelompok untuk menggambarkan
Tujuan pendidikan multikultural ada- konsep-konsep, nilai-nilai, prinsip,
lah untuk membantu siswa memahami generalisasi serta teori utama dalam
dan menghargai perbedaan budaya dan bidang mata pelajaran atau disiplin
persamaan dan mengenali pencapaian mereka; (2) The Knowledge Consturuction
kelompok-kelompok etnis, ras, dan so- Process; This belief asserts that all knowledge
sial ekonomi yang beragam. Pendidikan is created in the minds of human beings and
multikultural menjadi praktek pendi- can, therefore, be challenged. A critical part
dikan yang diharapkan dapat mengu- of multicultural education, the idea that
bah cara pendidikan, di mana siswa di- knowledge is a human construct challenges
belajarkan dengan perhatian yang sama teachers to alter their own perceptions of the
dengan kontribusi dari semua kelompok world before they can teach multiculturally.
dalam masyarakat. Proses penyusunan pengetahuan;
Pendidikan Multikultural merupa- sesuatu yang berhubungan dengan
kan suatu rangkaian kepercayaan (set sejauh mana guru membantu
of beliefs) dan penjelasan yang menga- pemahaman siswa, menyelidiki,
kui dan menilai pentingnya keragaman dan untuk menentukan bagaimana
budaya dan etnis di dalam membentuk asumsi budaya yang tersirat, kerangka
gaya hidup, pengalaman sosial, identi- acuan, perspektif dan prasangka di
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 69

dalam disiplin mempengaruhi cara dari beragam kelompok, ras, etnis dan
pengetahuan disusun di dalamnya. (3) budaya.
An Equity Paedagogy; Teachers must modify Joseph R. Jones dalam artikelnya
their methods of instruction by allowing for Infusing Multicultural Education into
students’ cultural differences before they can The Curriculum: Preparing Pre-Service
encourage academic achievement. Pedagogi Teachers to Address Homophobia in K-12
kesetaraan; pedagogi kesetaraan terjalin (2005:107-118) menegaskan Pendidikan
ketika guru mengubah pengajaran Multikultural diartikan sebagai
mereka ke cara yang akan memfasilitasi pendidikan mengenai keragaman
prestasi akademis dari siswa dari kebudayaan. Pendidikan Multikultural
berbagai kelompok ras, budaya, dan adalah perspektif yang mengakui
kelas sosial. Termasuk dalam pedagogi realitas sosial, politik, dan ekonomi
ini adalah penggunaan beragam gaya yang dialami oleh masing-masing
mengajar yang konsisten dengan individu dalam pertemuan manusia
banyaknya gaya belajar di dalam yang kompleks dan beragam secara
berbagai kelompok budaya dan ras. (4) kultur, dan merefleksikan pentingnya
Prejudice Reduction; Teachers must work budaya, ras, seksualitas dan gender,
to shift students’ prejudices regarding race etnisitas, agama, status sosial, ekonomi,
and ethnicity. Prejudice reduction may also dan pengecualian-pengecualian dalam
encompass teaching the tolerance of various proses pendidikan.
religions, sexual preferences, and disabilities.
Sementara itu, Robin L. Danzak
Mengurangi prasangka; dimensi ini
dalam artikelnya ‘Sometimes the
fokus pada karakteristik dari sikap rasial
Perspective Changes’: Reflections on a
siswa dan bagaimana sikap tersebut
Photography Workshop with Multicultural
dapat diubah dengan metode dan materi
Students in Italy (2015:56-75) mengkaji
pembelajaran. (5) Empowering school
Pendidikan Multikultural sebagai suatu
culture: Schools must identify those aspects
pendekatan dinamis, fleksibel, progresif
of education that hinder learning and then
dan untuk melakukan transformasi
empower families and students from all
pendidikan yang secara holistik
backgrounds, so that the full development of
memberikan kritik dan menunjukkan
students is achieved. Budaya sekolah dan
kelemahan-kelemahan, kegagalan-
struktur sekolah  yang memberdayakan;
kegagalan dan diskriminasi yang
praktik pengelompokan dan penamaan
terjadi di dunia pendidikan. Sebagai
partisipasi olah raga, prestasi yang tidak
suatu gerakan pembaharuan dan
proporsional, dan interaksi staf, dan
proses untuk menciptakan lingkungan
siswa antar etnis dan ras adalah beberapa
pendidikan yang setara untuk seluruh
dari komponen budaya sekolah yang
siswa, Pendidikan Multikultural
harus diteliti untuk menciptakan budaya
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut
sekolah yang memberdayakan siswa
70 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

: (1) Gerakan politik yang bertujuan untuk menjadikan warga masyarakat


menjamin keadilan sosial bagi seluruh lebih memiliki dinamis, progresif,
warga masyarakat tanpa memandang fleksibel, toleran, bersifat inklusif,
latar belakang yang ada; (2) Mengandung dan memiliki jiwa kesetaraan dalam
dua dimensi: pembelajaran (kelas)  dan hidup bermasyarakat, serta senantiasa
kelembagaan (sekolah) dan antara berpendirian suatu masyarakat secara
keduaanya tidak bisa dipisahkan, keseluruhan akan lebih baik, manakala
tetapi justru harus ditangani lewat siapa saja warga masyarakat memberikan
reformasi yang komprehensif; (3) kontribusi sesuai dengan kemampuan
Menekankan reformasi pendidikan dan kesempatan yang dimiliki bagi
yang komprehensif dapat dicapai masyarakat sebagai keutuhan.
hanya lewat analisis kritis atas sistem
Pendidikan Multikultural dan
kekuasaan dan privileges untuk dapat
Pencapaian Kompetensi Integratif
dilakukan reformasi komprehensif
dalam pendidikan; (4) Menyediakan Peran Pendidikan Multikultural
bagi setiap siswa jaminan memperoleh sangat esensial dalam membentuk
kesempatan guna mencapai prestasi kompentensi dalam diri peserta
maksimal sesuai dengan kemampuan didik. Dalam aktivitas Pendidikan
yang dimiliki; (5) Pendidikan yang baik Multikultural selain siswa diarahkan
untuk seluruh siswa, tanpa memandang untuk mencapai kompetensi kultural,
latar belakangnya. tetapi juga kompetensi lain seperti
Prinsip dinamis, progresif dan sosial, personal dan pedagogic serta
fleksibel Pendidikan Multikultural juga kompetensi-kompetensi lain yang
disarankan Marianne Modica dalam dapat mendukung keterampilan dalam
artikelnya “My Skin Color Stops Me from menjalani kehidupan sebagai anggota
Leading”: Tracking, Identity, and Student masyarakat. Secara intruksional, semua
Dynamics in a Racially Mixed School kompetensi itu dapat terintegrasi
(2015:76-78). Ia menegaskan bahwa dalam rumusan tujuan atau dampak
sangat keliru kalau melaksanakan instruksional (instructional effect)
pendidikan multikultural harus dalam maupun dalam dampak penggiringnya
bentuk mata pelajaran yang terpisah atau (nurturant effect).
monolitik. Sebaliknya, dia mengusulkan Monica (2015:89-90) merekomen-
agar pendidikan multikultural dasikan agar pendidikan yang berba-
diperlakukan sebagai pendekatan sis multikultural bersifat integrative, di
untuk memajukan pendidikan secara mana selain memberi kesempatan bagi
utuh, menyeluruh dan terintegratif. siswa untuk mempelajari bagaimana
Pendidikan multikultural juga dapat suatu kultur masyarakat bisa berperan
diberlakukan sebagai alat bantu dalam upaya peningkatan kemakmuran
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 71

dan kesejahteraan bagi warganya, tetapi dan sosial; (2) kebutuhan vokasi dan
juga memahami bagaimana menganali- karier; (3) kebutuhan psikologi dan
sis dan memecahkan berbagai masalah perkembangan moral spiritual. Pada
sosial yang timbul akibat perubahan dan level masyarakat, yang perlu dipenuhi
perkembangan (bdk. Rochiati, 2015:84- kebutuhannya adalah mencakup : (1)
85). Karenanya, Pendidikan Multikul- kebutuhan  akademik; (2) kebutuhan
tural diusulkan untuk dapat dijadikan psikologis; (3) kebutuhan kebersamaan,
instrumen rekayasa sosial lewat pendi- dan (4) kebutuhan rasa aman. Pendidikan
dikan formal, artinya institusi sekolah harus dapat memenuhi kebutuhan
harus berperan dalam menanamkan ke- tersebut. Sekolah harus dapat dijadikan
sadaran hidup dalam masyarakat mul- tempat yang aman, memiliki suasana
tikultural dan mengembangkan sikap kekerabatan dan juga terdapat semangat
tenggang rasa, bekerjasama, toleransi saling dukung mendukung. Berkaitan
dan memecahkan masalah yang terjadi dengan itu, maka prosses pembelajaran
dalam kehidupan masyarakatnya. diarahkan pada pengembangan individu
Secara kelembagaan, sekolah harus secara utuh yang mencakup intelektual,
dipandang sebagai suatu masyarakat, sosial, dan moral spiritual.
masyarakat kecil; artinya, apa yang ada Dari perspektif hasil pembelajaran,
di masyarakat harus ada pula di sekolah. Pendidikan Multikultural memiliki tiga
Perspektif sekolah sebagai suatu sasaran pemberdayaan kompetensi
masyarakat kecil ini memiliki implikasi dalam diri siswa (Banks, 2007:11), yaitu:
bahwa siswa dipandang sebagai suatu (1) Pengembangan identitas kultural
individu yang memiliki karakteristik (cultural identity development). Dalam
yang terwujud dalam bakat dan minat pengembangan ini siswa diarahkan
serta aspirasi yang menjadi hak siswa. untuk mengidentifikasi dirinya dengan
Dalam bukunya Making Choices for suatu etnis tertentu. Kompetensi ini
Multicultural Education: Five Approaches mencakup pengetahuan, pemahaman
to Race, Class, and Gender, Sleeter, C., & dan kesadaran akan kelompok etnis
Grant, (199:31) memberi arahan tentang dan menimbulkan kebanggaan
kebijakan sekolah dan kurikulum serta percaya diri sebagai warga
multicultural yang mengintegrasikan kelompok etnis tertentu. (2) Hubungan
berbagai kompetensi dengan tetap interpersonal (Interpersonal Relationship).
memperhatikan berbagai perbedaan Pemberdayaan kompetensi ini berkaitan
yang dimiliki masing-masing individu. dengan upaya melakukan hubungan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan kelompok etnis lain, dengan
sekolah, yaitu: (1) setiap siswa memiliki senantiasa mendasarkan pada persamaan
kebutuhan perkembangan yang berbeda- dan kesetaraan, serta menjauhi sifat
beda, termasuk kebutuhan personal syakwasangka dan stereotip; (3)
72 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

Memberdayakan diri sendiri (self lain agar dia bisa hidup damai dengan
Empowerment). Siswa diarahkan untuk sekelilingnya. Kemudian diwujudkan
mampu mengembangkan secara terus dalam tata tutur dan tata perlakunya
menerus apa yang dimiliki berkaitan di lingkungan sekolah dan berlanjut
dengan kehidupan multikultural. hingga di masyarakat. Karena sekolah
Hal ini sejalan dengan fungsi Pen- merupakan agen perubahan, maka
didikan Multikultural yang dikemuka- diharapkan ada perubahan yang
kan oleh The National Council for Social terjadi di masyarakat seiring dengan
Studies sebagaimana yang dikutip Hil- terjadi perubahan yang terdapat dalam
da Hernandez (1989:17) dalam bukunya lingkungan persekolahan.
Multicultural Education: A Teacher Guide Selanjutnya, adapun kompetensi
to Linking Context, Process, and Content. kultural yang hendak dicapai dalam
Fungsi Pendidikan Multikultural ada- proses berlangsungnya Pendidikan
lah sebagai berikut: (1) Memberi kon- Multikultural ini (Gorski, 2001), sebagai
sep diri siswa yang jelas; (2) Membantu berikut: (1) Kompetensi individu
memahami pengalaman kelompok etnis untuk menerima, menghormati
dan budaya ditinjau dari sejarahnya; (3) dan membangun kerjasama dengan
Membantu memahami bahwa konflik siapapun juga yang memiliki perbedaan-
antara ideal dan realitas itu memang ada perbedaan dari dirinya; (2) Kompetensi
pada setiap masyarakat; (4) Membantu kultural merupakan hasil dari kesadaran
mengembangkan pembuatan keputusan atas pengetahuan dan “bias kultural”
(decision making), partisipasi sosial dan yang dimilikinya atau sebagai faktor
ketrampilan kewarganegaraan (citizen- yang mempengaruhi perbedaan kultur;
ship skills); (5) Mengenal keberagaman (3) Proses pengembangan kompetensi
dalam penggunaan bahasa. Pendidikan kultural memerlukan pengembangan
Multikultural memberi tekanan bahwa pengetahuan, keterampilan, sikap dan
sekolah pada dasarnya berfungsi men- perilaku yang memungkinkan  seseorang
dasari perubahan masyarakat dan me- memahami  dan berinteraksi secara
niadakan penindasan dan ketidakadilan. efisien dengan orang yang memiliki
Fungsi Pendidikan Multikultural perbedaan kultur.
yang mendasar adalah mempengaruhi Wahab (2014) dalam artikelnya
perubahan sosial (Gorski, 2001), yang Multicultural Education: Its Implication For
menyangkut: (1) perubahan diri; (2) General Education And Gifted Education
perubahan sekolah dan persekolahan; In Indonesia, memberi arahan tentang
(3) perubahan masyarakat. Perubahan pengembangan kompetensi kultural
diri dimaknai sebagai perubahan dalam Pendidikan Multikultrual.
dimulai dari diri siswa sendiri itu Menurutnya, kompetensi kultural
sendiri yang lebih menghargai orang dibentuk oleh berbagai factor, antara
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 73

lain: penguasaan pengetahuan, critical mengaplikasikan ilmu pengetahuan


thingking, daya kritis, kemampuan yang dimiliki dalam kehidupan; (5)
mengembangkan sesuatu, dan Peserta didik  merasa terdorong untuk
kemampuan praktis. Keempat faktor terus belajar guna mengembangkan
tersebut tidak statis melainkan dinamis, ilmu pengetahuan yang dikuasainya;
terus bergerak dalam membentuk (6) Peserta didik memiliki cita-cita
kompetensi kultural. Ia kemudian posisi apa yang akan dicapai sejalan
menambahkan bahwa Pendidikan dengan apa yang dipelajari; (7) Peserta
Multikultural juga sangat relevan dengan didik dapat memahami keterkaitan
pendidikan demokrasi di masyarakat apa yang dilakukan dengan berbagai
plural seperti Indonesia, yang permasalahan dalam kehidupan
menekankan pada pemahaman akan masyarakat dalam berbangsa.
multi etnis, multi ras, dan multikultur Untuk itu, para guru yang
yang memerlukan konstruksi baru atas memberikan pendidikan multibudaya
keadilan, kesetaraan dan masyarakat harus memiliki keyakinan bahwa
yang demoktratis. perbedaan budaya memiliki kekuatan
Menurut Wahab (2014) Pendidikan dan nilai, sekolah harus menjadi teladan
multikultural merupakan suatu untuk ekspresi hak-hak manusia dan
proses transformasi yang tentunya penghargaan untuk perbedaan budaya
membutuhkan waktu panjang untuk dan kelompok, keadilan dan kesetaraan
mencapai maksud dan tujuannya. sosial harus menjadi kepentingan
Ada beberapa tujuan yang akan utama dalam kurikulum, sekolah
dikembangkan pada diri siswa dalam dapat menyediakan pengetahuan,
proses Pendidikan Multikultural, yaitu: keterampilan, dan karakter yaitu nilai,
(1) Peserta didik memiliki kemampuan sikap, dan komitmen, untuk membantu
berpikir kritis atas apa yang telah siswa dari berbagai latar belakang,
dipelajari; (2) Peserta didik memiliki sekolah bersama keluarga dan komunitas
kesadaran atas sifat sakwasangka dapat menciptakan lingkungan yang
atas fihak lain  yang dimiliki, dan mendukung multibudaya.
mengkaji mengapa dan dari mana Dalam konteks praksis pendidikan
sifat itu muncul, serta terus mengkaji dan pembelajaran yang berpusat pada
bagaimana cara menghilangkannya; siswa (student center learning), peran
(3) Peserta didik memahami bahwa guru dan lingkungan sangat vital dan
setiap ilmu  pengetahuan bagaikan menentukan dalam aktivitas pendidikan
sebuah pisau bermata dua: dapat multikultural. Menurut Hernandez
dipergunakan untuk menindas atau (1989:21) peran guru dan lingkungan
meningkatkan keadilan sosial; (4) sekolah, antara lain: (1) Each student must
Peserta didik memahami bagaimana have equal opportunities to achieve his or her
74 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

full potential (Setiap siswa harus memiliki Multikultural bagi Kehidupan


kesempatan yang sama untuk mencapai Kebangsaan Indonesia; (3) Tantangan
kepenuhan potensinya).; (2) Every student Praksis Pendidikan Multikultural Bagi
must be able to participate in an increasingly Kekinian Nasionalisme Masyarakat
multicultural society (Setiap siswa harus Indonesia
mampu berpartisipasi dalam masyarakat
Pendidikan Multikultural dalam
yang semakin multikultural); (3) Teachers
Konteks Keindonesiaan
must be able to facilitate learning for every
student, no matter how similar or different Pendidikan merupakan bagian
each student is from the teacher (Guru harus dari kegiatan kehidupan bermasyarakat
mampu memfasilitasi pembelajaran bagi dan berbangsa. Oleh sebab itu kegiatan
setiap siswa, tidak peduli seberapa sama pendidikan merupakan perwujudan
atau berbeda setiap siswa dari guru); dari cita-cita bangsa. Dengan demikian
(4) Schools must actively work towards kegiatan pendidikan nasional perlu
ending oppression of all types, by ending diorganisasikan dan dikelola sedemikian
it within their own walls (Sekolah harus rupa supaya pendidikan nasional sebagai
secara aktif bekerja untuk mengakhiri suatu organisasi dapat menjadi sarana
penindasan dari semua jenis, dengan untuk mewujudkan cita-cita nasional.
mengakhiri itu dalam dinding mereka Secara rinci cita-cita nasional yang
sendiri); (5) Education must include the terkait dengan kegiatan pendidikan telah
voices and experiences of all students; dituangkan dalam Undang-Undang
(Pendidikan harus mengakomodasi dan Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, bahwa
memfasilitasi suara-suara (aspirasi) dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk
pengalaman dari semua siswa) berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL dan bertkwa kepada Tuhan Yang Maha
DAN RELEVANSINYA BAGI Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
PENGUATAN NASIONALISME cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
BANGSA INDONESIA warga Negara yang demokraatis serta
bertanggung jawab.
Dalam membahas bagian Selanjutnya prinsip
‘Pendidikan Multikultural dan penyelenggaraan pendidikan secara
Relevansinya Bagi Penguatan jelas juga telah diuraikan dalam
Nasionalisme Bangsa Indonesia’, kami Undang-Undang Sisdiknas tersebut,
akan membahas secara eksplisit maupun yaitu tercantum pada pasal 4, bahwa :
implisit dalam sub bagian, antara lain: (1) (1) Pendidikan diselenggarakan secara
Pendidikan Multikultural dalam Konteks demokratis dan berkeadilan serta tidak
Keindonesiaan; (2) Tujuan Pendidikan diskriminatif dengan mejunjung tinggi
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 75

hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai warga Negara, pengembangan


cultural, dan kemajemukan bangsa; (2) kebudayaan dan pengembangan bangsa.
Pendidikan diselenggarakan sebagai satu Bangsa Indonesia adalah bangsa
kesatuan yang sistemik dengan system yang masyarakatnya sangat majemuk
terbuka dan multimakna; (3) Pendidikan atau pluralis. Kemajemukan sudah
diselenggarakan sebagai suatu proses menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
pembudayaan dan pemberdayaan Kemajemukan ini dapat dilihat dari dua
peserta didik yang berlangsung perspektif, yaitu: perspektif horisontal
sepanjang hayat; (4) Pendidikan dan dan vertikal. Dalam perspektif
diselenggarakan dengan memberi horisontal, kemajemuan bangsa kita
keteladanan, membangun kemauan, dapat dilihat dari perbedaan agama,
dan mengembangkan kreativitas peserta etnis, bahasa daerah, geografis, dan
didik dalam proses pembelajaran; budayanya. Sedangkan  dalam perspektif
(5) Pendidikan diselenggarakan vertikal, kemajemukan bangsa Indonesia
dengan mengembangkan budaya dapat dilihat dari perbedaan tingkat
membaca, menulis, dan berhitung pendidikan, ekonomi, dan tingkat sosial
bagi segenap warga masyarakat; (6) budayanya.
Pendidikan diselenggarakan dengan
Dari paparan tersebut
memberdayakan semua komponen
mengindikasikan bahwa Pendidikan
masyarakat melalui peran serta dalam
Multikultural menjadi sesuatu
penyelenggaraan dan pengendalian
yang sangat penting dan mendesak
mutu layanan pendidikan.
untuk diimplementasikan dalam
Adapun fungsi pendidikan praksis pendidikan di Indonesia.
nasional sebagaimana tercantum Karena pendidikan multikultural
pada Bab II pasal 3 disebutkan bahwa dapat berfungsi sebagai sarana
fungsi pendidikan nasional adalah alternatif pemecahan konflik. Melalui
mengembangkan kemampuan dan pembelajaran yang berbasis multikultur,
membentuk watak serta peradaban siswa diharapkan tidak tercerabut dari
bangsa yang bermartabat dalam rangka akar budayanya, dan rupanya diakui
mencerdaskan kehidupan bangsa. atau tidak pendidikan multikultural
Selain itu, fungsi pendidikan juga dapat sangat relevan di praktekkan di alam
dilihat  dalam dua perspektif. Pertama, demokrasi seperti saat ini.
secara mikro (sempit), pendidikan
Spektrum kultur masyarakat
berfungsi untuk membantu secara sadar
Indonesia yang amat beragam memang
perkembangan jasmani dan rohani
merupakan tantangan tersendiri bagi
peserta didik. Kedua, secara makro
dunia pendidikan untuk mengolah
(luas), pendidikan berfungsi sebagai
bagaimana ragam perbedaan tersebut
pengembangan pribadi, pengembangan
justru dapat dijadikan asset, bukan
76 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

sumber perpecahan. Di era globalisasi merupakan suatu proses internalisasi


ini  pendidikan multikultural memiliki nilai-nilai multikultur itu sendiri dalam
tugas ganda, yaitu selain menyatukan institusi pendidikan.
bangsa sendiri yang terdiri dari berbagai Dalam konteks pendidikan
macam budaya tersebut, juga harus Indonesia, konstruksi Pendidikan
menyiapkan bangsa Indonesia untuk Multikultural perlu mempertimbangkan
siap menghadapi arus budaya luar beberapa peran (Zamroni, 2011:67),
yang masuk ke negeri ini. Pendidikan antara lain: (1) Sebagai jantung untuk
multikultural juga dapat dimanfaatkan menciptakan kesetaraan pendidikan 
untuk membina siswa agar tidak bagi seluruh warga masyarakat; (2)
tercerabut dari akar budayanya, sebab Bukan sekedar perubahan kurikulum
pertemuan antar budaya di era globalisasi atau perubahan metode pembelajaran;
ini bisa jadi dapat menjadi ancaman (3) Mentransformasi kesadaran yang
serius bagi anak didik kita. Dalam kaitan memberikan arah kemana tujuan
ini siswa perlu diberi penyadaran akan transformasi praktik pendidikan; (5)
pengetahuan yang beragam, sehingga Membangun jembatan antara kurikulum
mereka memiliki kompetensi yang luas dan karakter guru, pedagogi, iklim kelas,
akan pengetahuan global, termasuk dan kultur sekolah guna membangun visi
aspek kebudayaan (Yaqin, 2005:12). sekolah yang menjunjung kesetaraan.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pendidikan multikultural adalah
Pasal 3 bahwa Pendidikan Nasional merupakan suatu gerakan pembaharuan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan proses untuk menciptakan
dan membentuk watak serta peradaban lingkungan pendidikan yang setara
bangsa yang bermartabat dalam rangka untuk seluruh siswa. Oleh karenanya
mencerdaskan kehidupan bangsa, praktek pendidikan multikultural di
bertujuan untuk berkembangnya potensi Indonesia dapat dilaksanakan secara
peserta didik agar menjadi manusia fleksibel dengan mengutamakan
beriman dan bertakwa kepada Tuhan prinsip-prinsip dasar multikultural.
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, Apapun dan bagaimanapun bentuk
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan dan model pendidikan multikultural,
menjadi warga negara yang demokratis mestinya tidak dapat lepas dari tujuan
serta bertanggung jawab. Untuk umum pendidikan multikultural, yaitu
membangun masyarakat yang mengakui : (1) Mengembangkan pemahaman
dan menghargai perbedaan diperlukan yang mendasar tentang proses
proses pendidikan. Pendidikan menciptakan sistem  dan menyediakan
Multikultural menjadi sangat strategis pelayan pendidikan yang setara. (2)
untuk dapat mengelola kemajemukan Menghubungkan kurikulum dengan
secara kreatif, dan hendakannya karakter guru,  pedagogi, iklim kelas,
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 77

budaya sekolah dan konteks lingkungan mengerti, menerima dan menghargai


sekolah guna membangun suatu visi orang dari suku, budaya, dan nilai yang
“lingkungan sekolah yang setara” berbeda.
Menurut Tilaar (2004:181) Pendidikan Multikultural sangat
bahwa pendidikan multikultural penting untuk melatih dan membangun
dalam konteks keindonesiaan adalah karakter siswa agar mampu bersikap
bagaimana membentuk peserta didik demokratis, humanis, dan pluralis dalam
yang memiliki konsep, ide atau falsafah, lingkungan mereka (Koentjaraningrat,
kepercayaan dan pengakuan terhadap 2000:63). Dengan kata lain, melalui
pentingnya keragaman budaya dan etnis pendidikan multikultural peserta didik
di dalam membentuk dan membangun diharapkan dapat dengan mudah
kehidupan bangsa dan bernegara, yang memahami, menguasai, memiliki
teraktualisasi dalam bentuk gaya hidup, kompetensi yang baik, bersikap dan
pengalaman sosial, interaksi dan kerja menerapkan nilai-nilai demokratis,
sama serta saling menghargai satu humanisme dan prularisme baik di
dengan yang lainnya. Menurutnya, sekolah maupun luar sekolah. Oleh
Pendidikan Multikultural bertujuan karena itu, tujuan pokok dari pendidikan
untuk mempersiapkan peserta didik multikultural adalah untuk menerapkan
dengan sejumlah sikap dan keterampilan prinsip-prinsip keadilan, demokrasi dan
yang diperlukan dalam lingkungan sekaligus humanisme.
budaya entik mereka, budaya nasional
Tujuan dan Manfaat Pendidikan Mul-
dan antar budaya lainnya. Seorang
tikultural bagi Kekinian Kebangsaan
peserta didik dari Irian Jaya misalnya,
Indonesia
bukan hanya harus akrab dengan
budaya kelompok etniknya sendiri, Pendidikan Multikultural di alam
tetapi juga harus mampu membaur dan demokrasi Indonesia harus berorientasi
akrab dengan budaya etnik lain di luar pada kepentingan bangsa yang berlatar
kelompoknya. belakang multi etnik, multi agama, multi
Pendidikan Multikultural bahasa, dan sebagainya. Hal ini berarti
menjadi proses penanaman cara bahwa penyelenggaraan pendidikan ha-
hidup menghormati, tulus dan toleran rus memperhatikan kondisi bangsa yang
terhadap keragaman budaya yang heterogen. Pendidikan multikultural
hidup di tengah-tengah masyarakat menjadi upaya terdepan dalam memba-
plural. Dengan demikian, pendidikan ngun manusia Indonesia menjadi manu-
muktikultural menjadi sangat strategis sia yang sebenarnya, manusia yang men-
untuk dapat mengelola kemajemukan gakui adanya perbedaan, persamaan
secara kreatif. Pendidikan Multikultural hak dan keadilan sosial. Semua manu-
dapat membantu peserta didik untuk sia memperoleh hak yang sama untuk
78 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

menjadi manusia seutuhnya, karena itu siswa. Siswa merasa baik tentang dirinya
semuanya memiliki hak yang sama un- sendiri karena lebih terbuka dan reseptif
tuk mendapatkan pendidikan yang lay- (menerima) dalam berinteraksi dengan
ak. orang lain dan menghormati budaya
Menurut Zamroni (2011:87-93), dan identitasnya. Peserta didik dapat
dalam konteks pendidikan Indonesia, memaksimalkan potensi kemanusiaan,
Pendidikan Multikultural memiliki dengan memenuhi kebutuhan individu,
tujuan dan manfaat eksplisit dan implisit, dan mengajar siswa seutuhnya dengan
sebagai berikut: mempertinggi rasa penghargaan pribadi,
kepercayaan dan kompetensi dirinya.
Pengembangan Literasi Etnis dan
Budaya Klarifikasi Nilai dan Sikap

Peserta didik dapat mempelajari Peserta didik dapat menghayati


tentang latar belakang sejarah, bahasa, nilai-nilai inti yang berasal dari prinsip
karakteristik budaya, sumbangan, peris- martabat manusia (human dignity),
tiwa kritis, individu yang berpengaruh, keadilan, persamaan, kebebasan,
dan kondisi sosial, politik, dan ekonomi dan demokrasi. Peserta didik dapat
dari berbagai kelompok etnis mayoritas menghargai dan menerima pluralisme
dan minoritas. Informasi ini yang kom- etnis, menyadarkan bahwa perbedaan
prehensif, analistis, dan komparatif, dan budaya tidak sama dengan kekurangan
memahami persamaan dan perbedaan atau rendah diri, dan untuk mengakui
di antara kelompok-kelompok, akan bahwa keragaman merupakan
membangun kemampuan literasi yang bagian integral dari kondisi manusia.
baik dalam diri peserta didik. Jelasnya, Pengklarifikasian sikap dan nilai etnis
pengetahuan tentang pluralisme budaya didesain untuk membantu peserta didik
merupakan dasar yang diperlukan un- memahami bahwa berbagai konflik nilai
tuk menghormati, mengapresiasi, me- dan berupaya mengelolanya dengan baik
nilai dan memperingati keragaman, baik demi kemajuan sosial dan penguatan
lokal, nasional dan internasional. pluralisme etnis dan budaya, serta
menjaga kesetiaan etnis (ethnic allegiance)
Pengembangan Diri
dan loyalitas nasional (national loyalty).
Peserta didik memiliki pemahaman Menganalisa dan mengklarifikasi sikap
diri yang lebih besar, konsep diri yang dan nilai etnis merupakan langkah kunci
positif, dan kebanggaan pada identitas dalam proses melepaskan potensi kreatif
pribadinya, yang pada akhirnya individu untuk memperbarui diri dan
berkontribusi terhadap keseluruhan masyarakat untuk tumbuh-kembang
prestasi intelektual, akademis, dan sosial lebih lanjut.
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 79

Kompetensi Multikultural Hal ini bisa terbangun apabila


guru merespon kebutuhan ini dengan
Peserta didik dapat berinteraksi
memasukkan simbol, gambar, dan
dengan dan memahami orang yang
informasi etnis dalam dekorasi ruang
secara etnis, ras, dan kultural berbeda
kelas, isi kurikulum dan interaksi
dari dirinya. Peserta didik dapat rampil
interpersonal. Perasaan nyaman
dalam komunikasi lintas budaya,
hubungan antar pribadi, pengambilan ini menciptakan latar belakang
perspektif, analisis kontekstual, keterhubungan pribadi yang merupakan
pemahaman sudut pandang dan esensi rasa kepemilikan dalam belajar
kerangka berpikir alternatif, dan yang pada gilirannya lebih membimbing
menganalisa bagaimana kondisi budaya ke arah perhatian, upaya, dan waktu
mempengaruhi nilai, sikap, harapan, yang lebih terarah pada tugas, dan
dan perilaku. Pendidikan Multikultural memperbaiki penguasaan tugas dan
dapat membantu siswa mempelajari prestasi akademik.
bagaimana memahami perbedaan
budaya tanpa membuat pertimbangan Kesadaran dan Keadilan Sosial
nilai yang semena-mena tentang nilai
Peserta didik dapat
intrinsiknya. Untuk mencapai tujuan ini
mengembangkan rasa kesadaran sosial
anak dapat diberi pengalaman belajar
dengan memberi berbagai kesempatan (a sense of social consciousness and justice),
pada siswa untuk mempraktekkan keberanian moral, dan komitmen
kompetensi budaya dan berinteraksi terhadap persamaan; dan terampil
dengan orang, pengalaman, dan situasi dalam memecahkan masalah-masalah
yang berbeda. sosial.

Kemampuan Keterampilan Dasar Menjadi Agen Perubahan Sosial

Memfasilitasi pembelajaran untuk Peserta didik memiliki sikap,


melatih kemampuan ketrampilan dasar nilai, kebiasaan dan ketrampilan dan
dari peserta didik yang berbeda secara memiliki komitmen yang tinggi untuk
etnis. Pendidikan Multikultural dapat menjadi agen perubahan sosial (social
memperbaiki penguasaan membaca, change agents) demi memberantas
menulis dan ketrampilan matematika; perbedaan (disparities) etnis dan rasial.
materi pelajaran; dan ketrampilan proses Peserta didik dapat mengembangkan
intelektual seperti pemecahan masalah, kemampuan pengambilan keputusan,
berpikir kritis, dan pemecahan konflik ketrampilan tindakan sosial,
dengan memberi materi dan teknik kemampuan kepemimpinan, dan
yang lebih bermakna untuk kehidupan komitmen moral atas harkat dan
dan kerangka berpikir dari siswa yang persamaan. Mereka tidak hanya perlu
berbeda secara etnis. memahami dan mengapresiasi mengapa
80 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

pluralisme etnis dan budaya itu ada, berpikir tentang apa yang ada di sekitar
namun juga bagaimana menterjemahkan lokalnya. Peserta didik diarahkan untuk
pengetahuan kepada keputusan dan berpikir secara internasional dan tetap
tindakan yang berhubungan dengan isu, peduli dengan situasi yang ada di seki-
peristiwa dan situasi sosiopolitis yang tarnya (think globally, act locally).
esensial. Peserta didik dapat menjadi
Hidup Damai
kritikus sosial (social critics), aktivis
politik (political activists), agen perubahan Berangkat dari kesadaran bahwa
(change agents), dan pemimpin yang perbedaan adalah sebuah keniscayaan,
berkompeten dalam masyarakat dan peserta didik senantiasa menjunjung
yang berbeda secara etnis dan pluralistik tinggi nilai kemanusian, menghargai
secara kultural. Pendidikan Multikultural persamaan, semakin bertumbuhnya
juga membantu siswa mempelajari sikap toleran terhadap kelompok
ketrampilan yang dibutuhkan untuk lain dan pada gilirannya dapat hidup
berpartisipasi di dalam tindakan berdampingan secara damai.
kewarganegaraan (a civic action), yang
merupakan bagian integral dari negara Tantangan Praksis Pendidikan Multi-
yang berlandaskan Pancasila. kultural Bagi Nasionalisme Masyarakat
Indonesia
Memiliki Wawasan Kebangsaan/
Kenegaraan yang kokoh. Menurut Anita Lie (Tilaar, 2002:54),
Pendidikan Multikulktural dalam era
Dengan mengetahui kekayaan bu- globalisasi di Indonesia menghadapi
daya bangsa itu akan tumbuh rasa ke- tiga tantangan mendasar secara internal
bangsaan yang kuat. Rasa kebangsaan dalam bidang pendidikan, yaitu: Pertama,
itu akan tumbuh dan berkembang dalam fenomena hegemonisasi yang terjadi
wadah negara Indonesia yang kokoh. di dunia pendidikan akibat tarik ulur
Untuk itu Pendidikan Multikultural per- antara keunggulan dan keterjangkauan.
lu menambahkan materi, program dan Peserta didik tersegregasi dalam
pembelajaran yang memperkuat rasa sekolah-sekolah sesuai latar belakang
kebangsaan dan kenegaraan dengan sosial ekonomi, agama dan etnisitas.
menghilangkan etnosentrisme, prasang- Kedua, Kurikulum yang masih
ka, diskriminasi dan stereotipe. berdasarkan gender, status ekonomi
sosial, kultur lokal dan geografis. Hal
Memiliki Wawasan Hidup yang Luas
ini menunjukkan ketidakseimbangan
Peserta didik dapat memiliki wa- dan bias yang membatasi kesadaran
wasan sebagai warga dunia (world citi- multikultural peserta didik. Ketiga,
zen). Namun siswa harus tetap dikenal- guru. Kelayakan dan kompetensi guru
kan dengan budaya lokal, harus diajak di Indonesia pada umumnya masih di
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 81

bawah standar apalagi untuk mengelola Dalam mengantisipasi hal itu,


pembelajaran multikulturalisme. keragaman yang ada harus diakui sebagai
Keempat, politik pendidikan yang belum sesuatu yang mesti ada dan dibiarkan
sepenuh hati mendukung konsep dan tumbuh sewajarnya. Selanjutnya,
praksis pendidikan multicultural, baik diperlukan suatu manajemen konflik
dari tingkat pusat sampai pada tingkat agar potensi konflik dapat terkoreksi
lokal. secara dini untuk ditempuh langkah-
Empat tantangan di atas berkaitan langkah pemecahannya, termasuk
masalah kebijakan internal praktis di dalamnya melalui Pendidikan
pendidikan. Namun, masih adalah Multikultural. Dengan adanya
beberapa realitas mendasar kebangsaan Pendidikan Multikultural itu diharapkan
yang menjadi tantangan eksternal masing-masing warga daerah tertentu
dalam penerapan konsep dan praksis bisa mengenal, memahami, menghayati
Pendidikan Multikultural (Zamroni, dan bisa saling berkomunikasi.
2011:96-99; bdk. Mahfud, 2008:-89-90). Pergeseran Kekuasaan dari Pusat ke
Realitas-realitas mendasar tersebut, Daerah
antara lain:
Sejak dilanda arus reformasi dan
Keragaman Identitas Budaya Daerah demokratisasi, Indonesia dihadapkan
pada beragam tantangan baru yang
Keragaman ini menjadi modal
sangat kompleks. Satu di antaranya
sekaligus potensi konflik. Keragaman
yang paling menonjol adalah persoa-
budaya daerah memang memperkaya
lan budaya. Dalam arena budaya, ter-
khasanah budaya dan menjadi modal jadinya pergeseran kekuasaan dari pu-
yang berharga untuk membangun sat ke daerah membawa dampak besar
Indonesia yang multikultural. Namun terhadap pengakuan budaya lokal dan
kondisi aneka budaya itu sangat keragamannya. Bila pada masa Orba,
berpotensi memecah belah dan kebijakan yang terkait dengan kebu-
menjadi lahan subur bagi konflik dan dayaan masih tersentralisasi, maka kini
kecemburuan sosial. Masalah itu muncul tidak lagi. Kebudayaan, sebagai sebuah
jika tidak ada komunikasi antar budaya kekayaan bangsa, tidak dapat lagi diatur
daerah. Tidak adanya komunikasi dan oleh kebijakan pusat, melainkan dikem-
pemahaman pada berbagai kelompok bangkan dalam konteks budaya lokal
budaya lain ini justru dapat menjadi masing-masing. Ketika sesuatu bersen-
konflik. Sebab dari konflik-konflik tuhan dengan kekuasaan maka berbagai
hal dapat dimanfaatkan untuk merebut
yang terjadi selama ini di Indonesia
kekuasaan ataupun melanggengkan
dilatarbelakangi oleh adanya keragaman
kekuasaan itu, termasuk di dalamnya isu
identitas etnis, agama dan ras, seperti
kedaerahan.
peristiwa Sampit, poso, dll.
82 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

Konsep “putra daerah” untuk pandangan hidup bangsa, kepribadian


menduduki pos-pos penting dalam nasional dan ideologi negara merupakan
pemerintahan sekalipun memang harga mati yang tidak bisa ditawar lagi
merupakan tuntutan yang demi dan berfungsi sebagai kekuatan penyatu
pemerataan kemampuan namun tidak (integrating force). Saat ini Pancasila
perlu diungkapkan menjadi sebuah kurang mendapat perhatian dan
ideologi. Tampilnya putra daerah kedudukan yang semestinya sejak isu
dalam pos-pos penting memang
kedaerahan semakin semarak. Persepsi
diperlukan agar putra-putra daerah
sederhana dan keliru banyak dilakukan
itu ikut memikirkan dan berpartisipasi
orang dengan menyamakan antara
aktif dalam membangun daerahnya.
Pancasila itu dengan ideologi Orde Baru
Harapannya tentu adalah adanya asas
yang harus ditinggalkan. Pada masa
kesetaraan dan persamaan. Namun
bila isu ini terus menerus dihembuskan Orde Baru kebijakan dirasakan terlalu
justru akan membuat orang terkotak oleh tersentralisasi. Sehingga ketika Orde
isu kedaerahan yang sempit. Orang akan Baru tumbang, maka segala hal yang
mudah tersulut oleh isu kedaerahan. menjadi dasar dari Orde Baru dianggap
Faktor pribadi (misalnya iri, keinginan jelek, perlu ditinggalkan dan diperbarui,
memperoleh jabatan) dapat berubah termasuk di dalamnya Pancasila.
menjadi isu publik yang destruktif ketika Tidak semua hal yang ada pada Orde
persoalan itu muncul di antara orang Baru jelek, sebagaimana halnya tidak
yang termasuk dalam putra daerah dan semuanya baik. Ada hal-hal yang tetap
pendatang. perlu dikembangkan. Nasionalisme
Konsep pembagian wilayah perlu ditegakkan namun dengan cara-
menjadi propinsi atau kabupaten baru cara yang edukatif, persuasif dan
yang marak terjadi akhir-akhir ini manusiawi bukan dengan pengerahan
sengaja dihembuskan oleh kalangan kekuatan. Sejarah telah menunjukkan
tertentu agar mendapatkan simpati dari peranan Pancasila yang kokoh untuk
warga masyarakat. Mereka menggalang menyatukan kedaerahan ini. Kita sangat
kekuatan dengan memanfaatkan isu membutuhkan semangat nasionalisme
kedaerahan ini. Warga menjadi mudah
yang kokoh untuk meredam dan
tersulut karena mereka berasal dari
menghilangkan isu yang dapat memecah
kelompok tertentu yang tertindas dan
persatuan dan kesatuan bangsa ini.
kurang beruntung.
Fanatisme Sempit
Kurang Kokohnya Nasionalisme
Fanatisme dalam arti luas memang
Keragaman budaya ini diperlukan. Namun yang salah adalah
membutuhkan adanya kekuatan yang fanatisme sempit, yang menganggap
menyatukan (integrating force) seluruh bahwa kelompoknyalah yang paling
pluralitas negeri ini. Pancasila sebagai benar, paling baik dan kelompok lain
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 83

harus dimusuhi. Gejala fanatisme sempit mempertahankan kesatuan bangsa


yang banyak menimbulkan korban ini dengan berorientasi pada stabilitas
banyak terjadi di tanah air ini. Gejala nasional. Namun dalam penerapannya,
Bonek (bondo nekat) di kalangan suporter kita pernah mengalami konsep stabilitas
sepak bola nampak menggejala di tanah nasional ini dimanipulasi untuk
air. Kecintaan pada klub sepak bola
mencapai kepentingan-kepentingan
daerah memang baik, tetapi kecintaan
politik tertentu. Adanya Gerakan Aceh
yang berlebihan terhadap kelompoknya
Merdeka di Aceh dapat menjadi contoh
dan memusuhi kelompok lain secara
membabi buta maka hal ini justru tidak ketika kebijakan penjagaan stabilitas
sehat. Terjadi pelemparan terhadap nasional ini berubah menjadi tekanan
pemain lawan dan pengrusakan mobil dan pengerah kekuatan bersenjata. Hal
dan benda-benda yang ada di sekitar ini justru menimbulkan perasaan anti pati
stadion ketika tim kesayangannya kalah terhadap kekuasaan pusat yang tentunya
menunjukkan gejala ini. hal ini bisa menjadi ancaman bagi
Kecintaan dan kebanggaan integrasi bangsa. Untunglah perbedaan
pada korps memang baik dan sangat pendapat ini dapat diselesaikan dengan
diperlukan. Namun kecintaan dan damai dan beradab. Kini, semua pihak
kebanggaan itu bila ditunjukkan dengan yang bertikai sudah bisa didamaikan
bersikap memusuhi kelompok lain dan dan diajak bersama-sama membangun
berperilaku menyerang kelompok lain daerah yang porak poranda akibat
maka fanatisme sempit ini menjadi hal
peperangan yang berkepanjangan dan
yang destruktif. Terjadinya perseteruan
terjangan Tsunami ini.
dan perkelahian antara oknum aparat
kepolisian dengan oknum aparat tentara Di sisi multikultural, kita melihat
nasional Indonesia yang kerap terjadi adanya upaya yang ingin memisahkan
di tanah air ini juga merupakan contoh diri dari kekuasaan pusat dengan dasar
dari fanatisme sempit ini. Apalagi bila pembenaran budaya yang berbeda
fanatisme ini berbaur dengan isu agama dengan pemerintah pusat yang ada di
(misalnya di Ambon, Maluku dan Poso,
Jawa ini. Contohnya adalah gerakan OPM
Sulawesi Tengah), maka akan dapat
(Organisasi Papua Merdeka) di Papua.
menimbulkan gejala ke arah disintegrasi
Namun ada gejala ke arah penyelesaian
bangsa.
damai dan multikultural yang terjadi
Konflik Kesatuan Nasional dan akhir-akhir ini. Salah seorang panglima
Multikultural perang OPM yang menyerahkan diri
Ada tarik menarik antara dan berkomitmen terhadap NKRI telah
kepentingan kesatuan nasional dengan mendirikan Kampung Bhineka Tunggal Ika
gerakan multikultural. Di satu sisi ingin di Nabire, Irian Jaya.
84 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

Tidak adil dan Tidak Meratanya beritaan. Mereka juga perlu mewaspa-
Kebijakan Ekonomi dai adanya pihak-pihak tertentu yang
pandai memanfaatkan media itu untuk
Kejadian yang nampak bernuansa
SARA seperti Sampit beberapa waktu kepentingan tertentu,yang justru dapat
yang lalu setelah diselidiki ternyata merusak budaya Indonesia. Kasus perse-
berangkat dari kecemburuan sosial lingkuhan artis dengan oknum pejabat
yang melihat warga pendatang memiliki pemerintah yang banyak dilansir media
kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik
massa dan tidak mendapat “hukuman
dari warga asli. Jadi beberapa peristiwa
di tanah air yang bernuansa konflik yang setimpal” baik dari segi hukum
budaya ternyata dipicu oleh persoalan maupun sangsi kemasyarakatan dapat
kesejahteraan ekonomi. Keterlibatan menumbuhkan budaya baru yang mer-
orang dalam demonstrasi yang marak usak kebudayaan yang luhur. Memang
terjadi di tanah air ini, apapun kejadian
berita semacam itu sangat layak jual dan
dan tema demonstrasi, seringkali terjadi
selalu mendapat perhatian publik, tetapi
karena orang mengalami tekanan
hebat di bidang ekonomi. Bahkan ada kalau terus-menerus diberitakan setiap
yang demi selembar kertas duapuluh hari mulai pagi hingga malam hari maka
ribu orang akan ikut terlibat dalam hal ini akan dapat mempengaruhi orang
demonstrasi yang dia sendiri tidak untuk menyerap nilai-nilai negatif yang
mengetahui maksudnya. Sudah banyak
bertentangan dengan budaya ketimuran.
kejadian yang terungkap di media massa
Kasus perceraian rumah tangga para
mengenai hal ini. Orang akan dengan
mudah terintimidasi untuk melakukan artis yang tiap hari diudarakan dapat
tindakan yang anarkis ketika himpitan membentuk opini publik yang negatif.
ekonomi yang mendera mereka. Mereka Sehingga kesan kawin cerai di antara ar-
akan menumpah kekesalan mereka tis itu sebagai budaya baru dan menjadi
pada kelompok-kelompok mapan dan
trend yang biasa dilakukan. Orang men-
dianggap menikmati kekayaan yang dia
tidak mampu meraihnya. jadi kurang menghormati lembaga per-
kawinan. Sebaiknya isu kekayaan tidak
Peran Media Massa yang Belum Cerdas menjadi isu yang selalu menjadi tema
sinetron karena dapat mendidik orang
Di antara media massa tentu ada
untuk terlalu mengagungkan materi dan
ideologi yang sangat dijunjung ting-
menghalalkan segala cara. Begitu juga
gi dan dihormati. Persoalan kebebasan
tampilan yang seronok mengundang bi-
pers, otonomi, hak publik untuk men-
rahi, pengudaraan modus kejahatan baru
getahui hendaknya diimbangi dengan
atau pun iklan yang bertubi-tubi dapat
tanggung jawab terhadap dampak pem-
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 85

menginspirasi orang melakukan ses- upaya meminimalisasi dan mereduk-


uatu yang tidak pantas dilakukan. Tele- si kecenderungan berprasangka dalam
visi dan media massa harus membantu menjalankan kehidupan bersama. Pen-
memberi bahan tontonan dan bacaan didikan Multikultural juga dapat dijad-
yang mendidikkan budaya yang baik. ikan instrumen strategis untuk mengem-

Karena menonton televisi dan membaca bangkan kesadaran atas kebanggaan


seseorang terhadap bangsanya. Dalam
koran sudah menjadi tradisi yang kuat
menghadapi pluralisme budaya, diper-
di negeri ini. Sehingga tontonan menjadi
lukan paradigma pendidikan multi-
tuntunan, bukan tuntunan sekedar men-
cultural yang lebih toleran dan elegan
jadi tontonan.
untuk mencegah dan memecahkan mas-
alah benturan-benturan budaya tersebut.
PENUTUP
Dengan demikian, Pendidikan Multikul-
tural sangat relevan dan urgen sesuai
Perubahan dan perkembangan
dengan situasi dan kondisi multi etnis,
yang begitu cepat, tiba-tiba dan
multi ras, dan multikultur yang riil dan
mengejutkan dalam arus globalisasi
factual dalam konteks kebangsaan Indo-
menuntut masyarakat dunia pada
nesia dewasa ini.
umumnya, dan masyarakat Indonesia
khususnya, untuk memiliki karakter
DAFTAR PUSTAKA
budaya yang kuat. Bila masyarakat
Azra, Azyumardi. 2007. “Identitas
tidak memiliki karakter budaya yang dan Krisis Budaya, Membangun
kuat, maka akan menyebabkan tergerus Multikulturalisme Indonesia”,
http://www.kongresbud.budpar.
dan terdegradasinya kehidupannya
go.id/58%20ayyumardi%20azra.
masyarakat dalam segala bidang html.
kehidupannya. Salah satu yang bisa Banks, J.A. 1993. Multicultural Education:
diandalkan untuk bisa memberi Issues and Perspectives. Needham
Heights, Massachusetts : Allyn and
penguatan terhadap karakter budaya Bacon. https://faculty.washington.
adalah dengan mengeksplorasi kembali edu/jbanks/, diakses, 21 Februari
2016.
nilai-nilai budaya melalui paradigm
___________.2002. An introduction to Mul-
pendidikan. Untuk itu, Pendidikan ticultural Education, Boston-Lon-
Multikultural di Indonesia perlu don: Allyn and Bacon Press. https://
faculty.washington.edu/jbanks/,
direspon untuk menjaga keutuhan diakses, 21 Februari 2016.
bangsa yang kaya akan multi kultur. ___________.2007.  Educating citizens in
multicultural society. Second edition.
Pendidikan Multikultural mer- New York: Teachers College Co-
upakan manifestasi kesadaran tentang lumbia University. . https://faculty.
washington.edu/jbanks/, diakses,
keanekaragaman kultural, HAM serta 21 Februari 2016.
86 Jurnal Wawasan Kesehatan, Volume: 1, Nomor 1, Juni 2016

Danzak, Robin L. 2015. “Sometimes the Lubis, Akhyar Yusuf, 2006. Deskontruksi
Perspective Changes”: Reflections on Epistemologi Modern. Jakarta: Pusta-
a Photography Workshop with Multi- ka Indonesia Satu.
cultural Students in Italy, by Inter- Outhwaite, William. 2008. Ensiklopedi
national Journal of Multicultural Pemikiran Sosial Moderen. Jakarta;
Education, http://ijme-journal.org/ Kencana.
index.php/ijme, Diakses, 26 Febru-
ari 2016. Mahfud, Choirul. 2008. Pendidikan Mul-
tikultural, Yogyakarta : Pustaka Pe-
Delors. 1996. Learning: The Treasure With- lajar.
in, New York: Random House.
Modica, Marianne. 2015. “My Skin Col-
Djohar. 2003. Pendidikan Strategik, Alter- or Stops Me from Leading”: Track-
natif untuk Pendidikan Masa Depan, ing, Identity, and Student Dynamics
Yogyakarta : LESFI. in a Racially Mixed School, http://
ijme-journal.org/index.php/ijme,
Fukuyama, Francis & Samuel P. Hun-
by International Journal of Mul-
tington, The Future of The World
ticultural Education, Diakses, 26
Order (Masa Depan Peradaban dalam
Februari 2016.
Cengkeraman Demokrasi Liberal ver-
sus Pluralisme), Yogyakarta:IRCi- Rochiati W. 2015. Filsafat Ilmu; Relevan-
Sod, 2005. sinya Dengan Pendidikan IPS, Band-
ung:Rizqi Press.
Gorski. 2001. http://www.aaanet.org/cae/
aeq/br/gorski.htm Sleeter, C., & Grant, C. 1993. Making
Choices for Multicultural Ceducation:
Hernandez, Hilda. 1989. Multicultural Five Approaches to Race, Class, and
Education: A teacher Guide to linking Gender (2nd ed.). http://ijme-jour-
Context, Process, and Content, New nal.org/index.php/ijme, by Interna-
Jersy & Ohio : Prentice Hall. tional Journal of Multicultural Ed-
ucation, Diakses, 24 Februari 2016.
Jones, Joseph R. 2015. Infusing Multicul-
tural Education into the Curriculum: Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan, Kebu-
Preparing Pre-Service Teachers to Ad- dayaan dan Masyarakat Madani Indo-
dress Homophobia in K-12 Schools, nesia. Jakarta: Remaja Rosdakarya.
http://ijme-journal.org/index.php/ _____________2004. Multikulturalisme :
ijme, by International Journal of Tantangan Global Masa Depan dalam
Multicultural Education, Diakses, Transformasi Pendidikan Nasional. Ja-
26 Februari 2016. karta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Koentaraningrat. 2000. Kebudayaan, Men-
talitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Yaqin, M. Ainul 2005. Pendidikan Multikul-
Gramedia Pustaka Utama. tural: Cross-cultural Understanding
untuk Demokrasi dan Keadilan. Yog-
Kompas, 24 Agustus 2015. yakarta: Pilar Media.
Tapung, Pendidikan Multikultural dan Relevansinya Bagi … (hlm. 60-87) 87

Wahab, Rochmat 2014. Multicultural Education: Its Implication For General Education And
Gifted Education In Indonesia, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/
EDUCATION/INDONESIA.pdf, Diakses, 26 Februari 2016.
Zamroni. (2010a). The Implementation of Multicultural Education. A Reader. Yogyakarta: 
Graduate Program The State University of Yogyakarta.
_________, 2011. Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural. Yogyakar-
ta:  Gavin Kalam Utama.
Zarate, Eneviève Danielle Levy; Claire Kramsch. 2011. Handbook of Multilingualism and
Multiculturalism. Archives contemporaines, http://ijme-journal.org/index.php/ijme,
by International Journal of Multicultural Education, Diakses, 24 Februari 2016.

You might also like