You are on page 1of 16

Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial | Volume 11, No.

2 Desember 2020
ISSN: 2086-6305 (print) ISSN: 2614-5863 (electronic)
doi: 10.22212/aspirasi.v11i2.1757
link online: http://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/index

Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19

Clean Water and Sanitation Development


during the Covid-19 Pandemic

Anih Sri Suryani


anih.suryani@dpr.go.id
Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI
Jl. Jenderal Gatot Subroto, Senayan, Jakarta, 10270

Naskah diterima: 19 September 2020 | Naskah direvisi: 23 Oktober 2020 | Naskah diterbitkan: 31 Desember 2020

Abstract: Sanitation development in Indonesia refers to the Sustainable Development


Goals, which in 2030 is targeted to ensure the availability and management of clean
water and sustainable sanitation for all. The existence of the Covid-19 pandemic has
made the clean water and sanitation sector very important in breaking the Covid-19
chain. This paper aims to describe the achievement of sanitation development targets
in Indonesia and examine the empirical practice of implementing sanitation during
the Covid-19 pandemic. Qualitative methods are used to assess the sanitation sector
according to the sixth SDGs Target, namely: clean water and proper sanitation both
before the pandemic and during the pandemic. The results of the study show that
until 2019, before the pandemic, access to drinking water, wastewater, and sanitation
services had been achieved quite well. However, the reduction in open defecation
(BABS) and the improvement of clean and healthy living behavior (PHBS) have not been
optimal. When the Covid-19 pandemic consumption of clean water increases, attention
to wastewater treatment increases, and there are changes in people’s behavior to live
cleaner lives.

Keywords: clean water; sanitation; the Covid-19 pandemic; wastewater

Abstrak: Pembangunan sanitasi di Indonesia mengacu pada Sustainable Development


Goals di mana pada tahun 2030 ditargetkan dapat menjamin ketersediaan serta
pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Adanya pandemi
Covid-19 menjadikan sektor air bersih dan sanitasi sangatlah penting dalam memutus
mata rantai Covid-19. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan capaian target
pembangunan sanitasi di Indonesia dan mengkaji praktik empiris penyelenggaraan
sanitasi pada saat pandemi Covid-19. Metoda kualitatif digunakan untuk mengkaji
sektor sanitasi sesuai dengan Target SDGs keenam, yaitu: air bersih dan sanitasi
layak, baik sebelum pandemi maupun saat pandemi. Hasil kajian menunjukkan bahwa
hingga 2019, sebelum pandemi akses terhadap air minum, air limbah dan layanan
sanitasi telah tercapai dengan cukup baik. Namun penurunan praktik Buang Air Besar
Sembarangan (BABS) dan peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
belum optimal. Saat pandemi Covid-19 konsumsi air bersih meningkat, perhatian
pada pengolahan air limbah meningkat, dan ada perubahan perilaku masyarakat untuk
hidup lebih bersih.

Kata Kunci: air bersih; air limbah; pandemi Covid-19; sanitasi

Anih Sri Suryani Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19 199
Pendahuluan sungai merupakan sumber utama air bersih
Air dan sanitasi adalah dua hal yang yang digunakan sebagian besar penduduk
tidak dapat dipisahkan. Setiap ada air di Indonesia. Terkait pencemaran tersebut,
minum atau air bersih maka pasti akan sumber utama pencemaran air sungai di
ada air limbah. Tidak kurang dari 85% Indonesia justru berasal dari limbah rumah
air bersih berubah menjadi air limbah. tangga atau domestik, bukan dari limbah
Sebagai gambaran, apabila satu orang industri. Hal ini semakin menguatkan
menggunakan 100 liter air perhari untuk korelasi antara kualitas air dengan kualitas
minum, mandi, cuci, kakus, maka air sanitasi yang ada, di mana kualitas air
yang dibuang menjadi air limbah sekitar ditentukan oleh kualitas sanitasi. Apabila
85 liter per hari (Elysia, 2018: 157). Oleh kondisi sanitasi yang ada dalam kategori
karenanya, pengelolaan air bersih akan buruk maka kualitas air juga menjadi buruk.
berkaitan pula dengan pengelolaan Air bersih dan sanitasi merupakan salah
sanitasi. Fasilitas sanitasi yang layak satu permasalahan klasik yang tak kunjung
yang memenuhi standar kesehatan yang tuntas di Indonesia. Target capaian sanitasi
disertai perilaku hidup bersih dan sehat baik dalam Millennium Development Goals
merupakan elemen yang sangat penting (MDGs) yang berakhir tahun 2015 lalu,
dalam meningkatkan derajat kesehatan maupun dalam Sustainable Development
masyarakat. Goals (SDGs) yang masih berlangsung
Lalu, bagaimana dengan kondisi air hingga kini, belum dapat tercapai secara
dan sanitasi di Indonesia? Indonesia optimal. Namun mulai awal tahun 2020 ini,
tercatat mewakili sekitar 6% dari sumber adanya pandemi Covid-19 yang melanda
daya air yang ada di dunia. Hal ini berbagai negara di dunia termasuk
menunjukkan bahwa sebenarnya Indonesia Indonesia, seolah menyadarkan seluruh
memiliki sumber daya air yang cukup lapisan masyarakat akan pentingnya
melimpah. Namun kenyataan menunjukkan sanitasi yang baik untuk menghambat
bahwa sebagian besar daerah di Indonesia penyebaran virus tersebut. Sebagaimana
seperti Nusa Tenggara Timur, Jawa, Bali, disampaikan World Health Organisation
Sulawesi, justru mengalami kekurangan (WHO), air bersih, sanitasi, dan pelayanan
pasokan air bersih. Berdasarkan laporan yang higienis sangat diperlukan untuk
dari Direktorat Jenderal Pengendalian membatasi penyebaran virus Covid-19 dan
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan mencegah penyebaran wabah penyakit di
Kementerian Lingkungan Hidup dan masa depan.
Kehutanan (KLHK) di tahun 2015 yang Upaya Indonesia dalam melawan
dikutip oleh National Geographic Indonesia penyebaran Covid-19 nampaknya
(2016), hampir 65% air sungai di Indonesia mempunyai tantangan tersendiri,
dalam keadaan tercemar berat (Hasuki: mengingat masih buruknya kondisi sanitasi
2016). Lemahnya pengelolaan lingkungan di negeri ini. Menurut data WHO pada
di Indonesia, memberikan dampak negatif tahun 2017 Indonesia memiliki sanitasi
terhadap sektor air bersih dan sanitasi. terburuk/tidak layak ketiga di dunia,
Salah satu masalah yang dihadapi setelah India dan Tiongkok (Damashinta,
dalam penyediaan layanan air bersih di 2018: 26). Bahkan berdasarkan data
Indonesia adalah terbatasnya air baku United States Agency for International
(Kementerian Pekerjaan Umum, 2012). Development (USAID) dan Indonesia Urban
Hal ini tentunya merupakan kondisi yang Water Sanitation and Hygiene (IUWASH)
sangat mengkhawatirkan mengingat Indonesia berada di peringkat akhir di
sumber air dengan kualitas yang buruk antara negara-negara ASEAN dalam
akan mengancam kondisi kesehatan masalah akses air dan sanitasi perkotaan.
masyarakat yang menggunakannya. Air Dengan jumlah populasi masyarakat

200 Aspirasi Vol 11 No 2, Desember 2020


di perkotaan sebanyak 137.400.000 sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
penduduk, yang terlayani sanitasi melalui sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
air perpipaan perkotaan di Indonesia baru Undang-Undang Dasar Negara Republik
mencapai 33% (Badan Pusat Statistik, Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Pasal
2018 dalam Alaydrus, 2019). Sementara 28H a (1) menyatakan bahwa,
itu, masih ada sekitar 13% masyarakat “Setiap orang berhak hidup sejahtera
di perkotaan yang masih menerapkan lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
perilaku buang air besar sembarangan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh
(BABS). Dalam hal perilaku BABS ini,
pelayanan kesehatan.”
bahkan Indonesia menempati posisi kedua
terburuk di dunia setelah India. Kondisi Ketentuan dalam UUD 1945 tersebut
ini tentu sangat mengkhawatirkan, karena tentu harus didukung oleh ditetapkannya
sanitasi yang buruk akan berdampak peraturan lain sebagai perwujudan
pada penurunan kualitas lingkungan dan tanggung jawab negara terhadap rakyat
derajat kesehatan masyarakat. Kedua hal Indonesia. Namun hingga saat ini
tersebut pada akhirnya berdampak negatif Indonesia belum memiliki UU yang secara
pada kualitas sumber daya manusia khusus mengatur tentang sanitasi. RUU
serta menghambat potensi pertumbuhan tentang sanitasi pernah terdaftar pada
Indonesia. Program Legislasi Nasional (Prolegnas)
Studi yang telah dilakukan oleh tahun 2014–2019. Akan tetapi, hingga
Program Air dan Sanitasi (Water Sanitation masa kerja DPR berakhir RUU tersebut
Program, WSP) Bank Dunia menyatakan belum dibahas. Pada masa kerja DPR
bahwa kerugian ekonomi yang diderita oleh 2019–2024 RUU tentang Sanitasi kembali
Indonesia terkait dengan kesehatan dan masuk dalam Program Legislasi Nasional.
lingkungan akibat layanan sanitasi yang Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan
kurang memadai, mencapai sekitar 2,3% sanitasi di Indonesia masih menjadi
dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan pekerjaan rumah yang hingga saat ini
(World Bank, 2013). Dari segi kesehatan, belum terselesaikan.
buruknya sanitasi telah menyebabkan Sebagaimana disampaikan sebelum-
kematian 31% anak usia di bawah lima nya, pandemi Covid-19 seolah-olah
tahun akibat diare. Tidak hanya pada menjadi momentum, di mana sanitasi
bayi, sanitasi buruk juga menyebabkan adalah hal yang penting dalam upaya
kematian ibu semakin tinggi (Kementerian penanganan pandemi. Sanitasi yang baik
Kesehatan, 2011: 3). Sementara itu, mendukung upaya peningkatan kesehatan
dalam hal penerimaan devisa pun dapat masyarakat, juga kualitas lingkungan dan
turut terpengaruh akibat sanitasi yang menekan peningkatan risiko penyebaran
buruk. Misal dalam sektor pariwisata, wabah Coronavirus yang tengah
minat wisatawan asing berkunjung ke merajalela. Dengan demikian, tantangan
Indonesia berkurang dan ekspor perikanan pembangunan sanitasi di era pandemi
terhambat karena produknya mengandung tentu lebih besar lagi. Praktik-praktik
bakteri e-coli yang tinggi. Pada tingkat empiris di lapangan terkait penyediaan
mikro, kerugian lainnya adalah peningkatan sanitasi bagi masyarakat perlu dikaji lebih
biaya kesehatan, pemborosan waktu, jauh untuk memberikan gambaran sejauh
dan penurunan produktivitas di tingkat mana tingkat keberhasilan pembangunan
rumah tangga. Bahkan, sanitasi buruk pun sanitasi ini telah dilakukan.
cenderung memicu konflik sosial. Oleh karena itu, yang menjadi
Kesehatan merupakan hak permasalahan dalam tulisan ini adalah:
asasi manusia dan salah satu unsur bagaimana capaian pembangunan
kesejahteraan yang harus diwujudkan sanitasi di Indonesia mengacu SDGs

Anih Sri Suryani Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19 201
dan bagaimana praktik empiris ke-6 dalam SDGs, khususnya pada poin
penyelenggaraan sanitasi di Indonesia 6.1 (akses universal dan merata terhadap
pada saat pandemi Covid-19? Tujuan air minum yang aman dan terjangkau bagi
penulisan ini adalah untuk mengetahui semua), poin 6.2 (sanitasi dan kebersihan
capaian pembangunan sanitasi yang memadai dan merata bagi semua,
di Indonesia dan praktik empiris dan menghentikan praktik buang air besar
penyelenggaraan pembangunan sanitasi di tempat terbuka), dan poin 6.3 (kualitas
di Indonesia saat pandemi Covid-19, air dengan mengurangi polusi dan air
khususnya dalam sektor air bersih, fasilitas limbah). Berdasarkan hal tersebut, maka
sanitasi dan air limbah. Hasil penelitian ini indikator yang dikaji dalam tulisan ini terdiri
diharapkan dapat menambah pengetahuan dari: air bersih (yang meliputi air bersih
masyarakat Indonesia akan kondisi untuk keperluan sehari-hari dan air minum
sanitasi di Indonesia. Selain itu, untuk untuk keperluan konsumsi rumah tangga)
menambah kajian ilmiah dari perspektif dan sanitasi (yang terdiri dari pengelolaan
lingkungan atas pembangunan sanitasi di limbah yang bersumber dari rumah tangga,
saat pandemi. air bersih, air minum, fasilitas limbah rumah
Penelitian ini merupakan penelitian tangga, dan perilaku BABS).
kualitatif. Teknik pengumpulan data Data dikumpulkan dan dikelompokkan
dilakukan melalui studi dokumen (Emzir, menurut poin-poin pembahasan sesuai
2016: 37–62) yang didapat melalui buku, indikator tersebut. Reduksi data dilakukan
peraturan perundangan-undangan, dengan memilah data yang sesuai
jurnal, berita media massa, dan lainnya dengan tema tulisan, khususnya capaian
terkait penyediaan air bersih, fasilitas air bersih dan sanitasi saat pandemi
sanitasi dan air limbah di Indonesia. Covid-19. Penyajian data dari pemerintah
Target pembangunan air bersih dan pusat digunakan untuk melihat kebijakan
sanitasi di Indonesia dalam RPJMN pembangunan air bersih dan sanitasi
2015–2019 dan 2020–2024, dan Laporan dalam skala nasional. Di samping itu,
Direktorat Pembangunan Perumahan dan disajikan juga data terkait kebijakan dan
Permukiman Bappenas tahun 2019 tentang hambatan pembangunan air bersih dan
Provinsi dalam Pembangunan Sanitasi, sanitasi selama pandemi Covid-19 dari
dijadikan acuan untuk menganalisis sejauh beberapa daerah seperti DKI Jakarta dan
mana capaian target pembangunan air Bandung, untuk mengkaji pembangunan
bersih dan sanitasi dilakukan di Indonesia. air bersih dan sanitasi dalam lingkup
Adapun kebijakan dan permasalahan yang lebih kecil. Penarikan kesimpulan
pemenuhan air bersih dan sanitasi selama dilakukan dengan mengacu pada target
pandemi Covid-19 bersumber dari laporan pembangunan sanitasi berdasarkan
kementerian dan instansi terkait, seperti: konsep SDGs poin 6.1, 6.2, dan 6.3.
Kementerian Kesehatan, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Pengertian Air Bersih dan Sanitasi
serta Komite Penanganan Covid-19 dan Menurut Kodoatie (2003: 35), air bersih
Pemulihan Ekonomi Nasional. Kebijakan adalah air yang dipakai sehari-hari untuk
dan permasalahan sektor air bersih dan keperluan mencuci, mandi, memasak, dan
sanitasi di Pemerintah Daerah bersumber dapat diminum setelah dimasak. Menurut
dari laporan pemerintah daerah terkait, Suripin (2002: 13), yang dimaksud air bersih
baik yang disampaikan dalam situs yaitu air yang aman (sehat) dan baik untuk
resminya maupun yang diberitakan di diminum, tidak berwarna, tidak berbau,
media cetak dan elektronik. dengan rasa yang segar. Berdasarkan
Fokus kajian ini adalah sektor air bersih kedua pendapat tersebut, air bersih terdiri
dan sanitasi sebagaimana menjadi tujuan dari air yang dapat dikonsumsi (air minum)

202 Aspirasi Vol 11 No 2, Desember 2020


dan juga air yang dapat digunakan untuk berbahaya dengan harapan dapat menjaga
keperluan lainnya dalam kegiatan rumah dan juga memperbaiki tingkat kesehatan
tangga. Air bersih untuk keperluan air manusia.
minum memenuhi standar tertentu hingga Akses terhadap sanitasi dan air bersih
layak untuk dikonsumsi. Sementara itu, air merupakan hal yang penting dalam upaya
untuk keperluan higienis sanitasi adalah air melahirkan sumber daya manusia yang
dengan kualitas tertentu yang digunakan unggul. Ketiadaan sanitasi yang layak dan
untuk keperluan sehari-hari yang air bersih dalam jumlah yang mencukupi
kualitasnya berbeda dengan air minum merupakan awal dari munculnya berbagai
(Permenkes RI No. 32 Tahun 2017). persoalan kesehatan di masyarakat,
Ehler dan Steel (2000) dalam Aqbar seperti: stunting, kematian bayi serta ibu,
(2016: 5) mengemukakan bahwa sanitasi penularan berbagai virus, dan penyakit
adalah usaha-usaha pengawasan yang lainnya.
ditujukan terhadap faktor lingkungan yang
dapat menjadi mata rantai penularan Pembangunan Air Bersih dan
penyakit. Sementara itu, sanitasi menurut Sanitasi berdasarkan SDGs
WHO adalah suatu usaha yang mengawasi Dicanangkannya SDGs pada 2 Agustus
beberapa faktor lingkungan fisik yang 2015 di New York merupakan lanjutan
berpengaruh kepada manusia terutama untuk meneruskan dan memantapkan
terhadap hal-hal yang memengaruhi efek, capaian-capaian MDGs yang telah
merusak perkembangan fisik, kesehatan, berakhir pada tahun itu. Dokumen berjudul
dan kelangsungan hidup (Ikhsani, 2016: “Transforming Our World: The 2030
20). Agenda for Sustainable Development”
Menurut Notoatmodjo (dalam Ikhsani, atau “Mengalihrupakan Dunia Kita:
2016: 21), sanitasi itu sendiri merupakan Agenda Tahun 2030 untuk Pembangunan
perilaku disengaja dalam pembudayaan Berkelanjutan” ditandatangani sebanyak
hidup bersih dengan maksud mencegah 193 negara anggota PBB, termasuk
manusia bersentuhan langsung dengan Indonesia. Indonesia turut mengadopsi
kotoran dan bahan buangan berbahaya secara aklamasi dokumen tersebut.
lainnya dengan harapan usaha ini akan SDGs terdiri dari berbagai tujuan
menjaga dan meningkatkan kesehatan bersama pada tahun 2030 yang bersifat
manusia. Pendapat lain juga mengatakan universal untuk memelihara keseimbangan
arti sanitasi ini merupakan suatu kondisi dalam tiga dimensi pembangunan
yang berhubungan dengan kesehatan berkelanjutan yakni: lingkungan, sosial,
masyarakat, terutama dalam penyediaan dan ekonomi. Ketiga dimensi tersebut
air minum bersih serta juga pembuangan diperkuat dalam lima pondasi utama,
limbah yang memadai. Sanitasi tersebut antara lain: manusia, planet, kesejahteraan,
dapat membantu mencegah timbulnya perdamaian, dan kemitraan. Adapun tujuan
penyakit dengan cara pengendalian faktor- bersama yang ingin dicapai pada tahun
faktor lingkungan fisik yang berhubungan 2030 disusun dalam 17 tujuan global
dengan rantai penularan penyakit. (Ishartono & Raharjo 2015: 168).
Dalam hal ini, sanitasi dikaitkan dengan Capaian sanitasi merupakan salah satu
sanitasi lingkungan. Dengan kata lain, bidang yang ditargetkan dalam Tujuan 6
sanitasi ini merupakan perilaku manusia SDGs yaitu menjamin ketersediaan serta
yang disengaja dalam membudayakan pengelolaan air bersih dan sanitasi yang
kebiasaan hidup bersih serta juga sehat berkelanjutan untuk semua. Adapun target
untuk mencegah manusia terkontaminasi dan masing-masing indikatornya dapat
langsung dengan bahan-bahan kotor serta dilihat pada Tabel 1.

Anih Sri Suryani Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19 203
Tabel 1. Target SDGs Bidang Sanitasi

No Target Indikator
6.1. Pada tahun 2030, - Proporsi populasi yang menggunakan layanan air minum yang
mencapai akses dikelola secara aman.
universal dan merata - Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan
terhadap air minum yang sumber air minum layak
aman dan terjangkau - Kapasitas prasarana air baku untuk melayani rumah tangga,
bagi semua. perkotaan, dan industri, serta penyediaan air baku untuk pulau-pulau.
- Proporsi populasi yang memiliki akses layanan sumber air minum
aman dan berkelanjutan.
6.2 Pada tahun 2030, - Proporsi populasi yang menggunakan layanan sanitasi yang dikelola
mencapai akses secara aman, termasuk fasilitas cuci tangan dengan air dan sabun.
terhadap sanitasi - Proporsi populasi yang memiliki fasilitas cuci tangan dengan sabun
dan kebersihan dan air.
yang memadai dan - Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan
merata bagi semua, sanitasi layak.
dan menghentikan - Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis
praktik buang air besar Masyarakat (STBM).
di tempat terbuka, - Jumlah desa/kelurahan yang Open Defecation Free (ODF)/Stop
memberikan perhatian Buang Air Besar Sembarangan (SBS).
khusus pada kebutuhan - Jumlah kabupaten/kota yang terbangun infrastruktur air limbah
kaum perempuan, serta dengan sistem terpusat skala kota, kawasan, dan komunal.
kelompok masyarakat - Proporsi rumah tangga (RT) yang terlayani sistem pengelolaan air
rentan. limbah terpusat.
6.3 Pada tahun 2030, - Proporsi limbah cair yang diolah secara aman.
meningkatkan kualitas - Jumlah kabupaten/kota yang ditingkatkan kualitas pengelolaan
air dengan mengurangi lumpur tinja perkotaan dan dilakukan pembangunan Instalasi
polusi, menghilangkan Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
pembuangan, dan - Proporsi rumah tangga yang terlayani sistem pengelolaan lumpur
meminimalkan tinja.
pelepasan material dan - Proporsi badan air dengan kualitas air ambien yang baik.
bahan kimia berbahaya, - Kualitas air danau.
mengurangi setengah - Kualitas air sungai sebagai sumber air baku.
proporsi air limbah yang
tidak diolah, dan secara
signifikan meningkatkan
daur ulang, serta
penggunaan kembali
barang daur ulang yang
aman secara global.
Sumber: Ringkasan Metadata Indikator SDGs Indonesia,
KemenPPN/Bappenas, 2017

Di samping tiga target tersebut, 2) Pada tahun 2030, menerapkan


terdapat beberapa target lainnya dalam pengelolaan sumber daya air terpadu
SDGs bidang sanitasi, antara lain: di semua tingkatan, termasuk melalui
1) Pada tahun 2030, secara signifikan kerja sama lintas batas yang tepat.
meningkatkan efisiensi penggunaan 3) Pada tahun 2020, melindungi dan
air di semua sektor, dan menjamin merestorasi ekosistem terkait sumber
penggunaan dan pasokan air tawar daya air, termasuk pegunungan, hutan,
yang berkelanjutan untuk mengatasi lahan basah, sungai, air tanah, dan
kelangkaan air, dan secara signifikan danau.
mengurangi jumlah orang yang 4) Pada tahun 2030, memperluas kerja
menderita akibat kelangkaan air. sama dan dukungan internasional

204 Aspirasi Vol 11 No 2, Desember 2020


dalam hal pembangunan kapasitas Capaian Pembangunan Air Bersih
bagi negara-negara berkembang, dan Sanitasi di Indonesia
dalam program dan kegiatan terkait air Berdasarkan data WHO, dalam skala
dan sanitasi, termasuk pemanenan air, dunia, terdapat sekitar 2,2 miliar orang
desalinasi, efisiensi air, pengolahan air yang tidak mendapatkan layanan air
limbah, daur ulang, dan teknologi daur minum yang aman dikonsumsi. Selain
ulang. itu terdapat sekitar 4,2 miliar orang tidak
5) Mendukung dan memperkuat mendapatkan layanan sanitasi dan 3
partisipasi masyarakat lokal dalam miliar orang kekurangan fasilitas untuk
meningkatkan pengelolaan air dan cuci tangan (“Dunia Butuh Air, Rencana
sanitasi. Penanganan Risiko Corona Virus dengan
Sanitasi,” 2020). Hal tersebut menunjukkan
Apabila dicermati kembali, tiga target
bahwa akses air bersih dan sanitasi
SDGs bidang sanitasi pada Tabel 1 terdiri
bukanlah hal yang mudah dilakukan, dan
dari tiga sektor utama yakni: air minum/air
kerap menjadi permasalahan bahkan oleh
bersih yang aman dan terjangkau, fasilitas
miliaran orang di dunia ini.
sanitasi dan kebersihan yang memadai,
Bagaimana kondisi Indonesia terkait
dan pengelolaan limbah cair untuk
sektor sanitasi dan air bersih tersebut?
mengurangi polusi. Ketiga sektor tersebut
Indonesia memiliki sumber air yang cukup
sangatlah penting untuk memastikan
berlimpah, baik itu air tanah maupun air
kebutuhan dasar manusia akan lingkungan
permukaan. Sekitar 6% sumber air di
yang bersih dan sehat dapat terpenuhi.
dunia berada di Indonesia. Bahkan dalam
Terlebih di saat pandemi Covid-19 tengah
hal sumber daya air terbarukan, Indonesia
berlangsung, ketiganya merupakan hal
menempati urutan keempat terkaya di
yang tidak terpisahkan dalam upaya
dunia setelah Brasil, Rusia, dan Kanada
pencegahan penyebaran Covid-19.
(FAO, 2003, dalam Elysia, 2018: 159–160).
Pembangunan sanitasi di Indonesia
Namun sayangnya, di beberapa tempat di
saat ini dilakukan dengan menghubungkan
Indonesia, seperti Nusa Tenggara Timur,
sebagian besar target dan indikator
Sulawesi, Bali, dan Jawa kerap mengalami
SDGs ke dalam Rencana Pembangunan
kekurangan pasokan air bersih. Air bersih
Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
tidak terdistribusi secara merata di seluruh
Sebagai tindak lanjutnya, sembilan
wilayah Indonesia. Kondisi air yang ada
agenda prioritas presiden “Nawacita” dan
sekitar 65% tercemar berat. Sumber
RPJMN dikonvergensikan secara kuat
pencemaran sebagian besar berasal
dengan SDGs. Peraturan Presiden Nomor
dari limbah domestik yang tidak dikelola
59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan
dengan baik hingga mengotori badan air
Pencapaian Tujuan Pembangunan
(sungai, danau, dan sebagainya) (Elysia,
Berkelanjutan yang ditandatangani pada
2018: 160).
bulan Juli 2017 merupakan payung hukum
Dalam upaya pemenuhan kebutuhan
dalam implementasinya. Mekanisme tata
masyarakat akan air bersih dan sanitasi
kelola SDGs nasional untuk perencanaan,
yang layak, Pemerintah Indonesia
penganggaran, pembiayaan, pemantauan,
telah menetapkan kebijakan nasional
dan pelaporan diatur dalam Perpres
pembangunan air minum dan sanitasi yang
tersebut. Demikian juga diatur peran yang
tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor
jelas bagi aktor non-pemerintah. Upaya
185 tahun 2014 tentang Percepatan
pemerintah untuk membawa agenda baru
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi sebagai
tersebut ke tingkat nasional dan daerah
upaya untuk mencapai akses universal
dipimpin oleh Kementerian Perencanaan
pada akhir tahun 2019. Berdasarkan PP
Pembangunan Nasional (KemenPPN/
tersebut, untuk mempercepat penyediaan
Bappenas).
Anih Sri Suryani Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19 205
air minum dan sanitasi pemerintah SDM Unggul,” 2020). Akses air minum
menyusun kebijakan dan strategi nasional yang layak tersebut sebanyak 20,14%
pengembangan sistem air minum dan dilayani melalui perpipaan, sedangkan
sanitasi yang dijabarkan dalam bentuk Peta sisanya melalui swadaya masyarakat.
Jalan (Roadmap) Air Minum Nasional dan Masyarakat di daerah perkotaan dilayani
Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Nasional. melalui perpipaan lebih banyak daripada
Roadmap tersebut juga diselaraskan masyarakat di perdesaan. Perilaku BABS
dengan target Rencana Pembangunan mengalami penurunan dari 19,39% pada
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2011 menjadi 9,36% pada tahun
2015–2019 yang menetapkan tercapainya 2018. Pada tahun 2024 ditargetkan tidak
akses universal 100% air minum, 0% ada lagi masyarakat Indonesia yang
pemukiman kumuh, dan 100% stop bebas melakukan BABS.
buang air besar sembarangan (SBS).
Roadmap Pengawasan Kualitas Air Minum Akses Air Minum Akses Sanitasi
Layak Layak
Nasional juga disusun untuk memenuhi
kebutuhan air minum yang berkualitas bagi 100,00
masyarakat dengan membangun sarana 87,75 90,00
82,14
dan prasarana penyediaan air minum di 74,58
perkotaan maupun perdesaan di seluruh
58,44
wilayah Indonesia dalam upaya memenuhi
target universal akses tahun 2019.
Untuk mewujudkan target universal
dalam hal sanitasi, Kementerian Kesehatan
dan beberapa kementerian lain serta mitra 2011 2018 2024 2011 2018 2024
lain meluncurkan pendekatan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) pada Perilaku BABS Stunting
tahun 2008. Ada 5 pilar STBM, yaitu stop 37,20
Buang Air Besar (BAB) sembarangan, cuci 27,90
tangan pakai sabun, pengelolaan air minum 19,39 19,00
9,36
dan makanan, pengelolaan sampah, dan 0,00
pengelolaan limbah cair (Kemenkes, 2018). 2011 2018 2024 2013 2019 2024
Indonesia terus berupaya menyediakan
air minum dan air bersih yang layak Gambar 1.
bagi masyarakat. Berdasarkan data Capaian dan Target Pembangunan Sanitasi
KemenPPN/Bappenas, Indonesia telah di Indonesia (%)
Sumber: KemenPPN/Bappenas, 2019
meningkatkan akses air minum layak dari
82,14% di tahun 2011 menjadi 87,75% Berdasarkan Gambar 1, pada kurun
di tahun 2018 (lihat Gambar 1). Hingga waktu tersebut terlihat bahwa laju
saat ini, Indonesia telah mencapai 88% peningkatan akses sanitasi yang layak
akses air minum layak dan 75% akses lebih besar daripada laju peningkatan
sanitasi layak. Upaya penyediaan air air minum yang layak. Peningkatan
bersih tersebut terus dilakukan bagi 32 persentase air minum yang layak dan
juta penduduk dan penyediaan akses sanitasi layak tersebut diiringi pula dengan
sanitasi layak bagi 67 juta jiwa penduduk. menurunnya prevalensi stunting. Di mana
Jika dilihat dari rumah layak huni, baru stunting menurun dari 37,2% pada tahun
54% dari perumahan tersebut yang 2013 menjadi 27,7% pada tahun 2019.
dapat mengakses air minum yang layak Target prevalensi stunting pada tahun
(“Akses Sanitasi dan Air Minum untuk 2024 adalah sebesar 19%.

206 Aspirasi Vol 11 No 2, Desember 2020


Target pemenuhan pembangunan meningkatkan target akses sanitasi dan
sanitasi tersebut adalah pada tahun air minum yang aman dan berkelanjutan.
2024. Sementara itu target SDGs berakhir Total dana yang dibutuhkan untuk
pada 2030. Perbedaan ini terjadi karena mencapai target sanitasi hingga tahun
target pembangunan sanitasi di Indonesia 2024 tersebut adalah sebesar Rp404 triliun
mengacu pada Rencana Pembangunan (“Akses Sanitasi dan Air Minum untuk
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) SDM Unggul,” 2020). Capaian dan target
dengan periode lima tahunan, mulai pembangunan sanitasi di Indonesia sesuai
tahun 2020 sampai 2024. Pada RPJMN dengan RPJMN apabila disandingkan
2020–2024, pemerintah akan fokus untuk dengan target SDGs dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut.

Posisi SDGs 2030


saat
ini
RPJMN 2015–2019 RPJMN 2020–2024

>>
2015 2017 2019 2024 2030
RKP
2019
Capaian (2017) Target 2019 (Universal Access) Target 2030 (SDGs)
Air Limbah: 76,91% Air Limbah: 76,91% • Akses Air Minum Layak: 100%
• Akses Layak: 67,54% • Akses Layak: 85% • Akses Sanitasi Layak: 100%
• Akses Dasar: 9,37% • Akses Dasar: 15% • BABS: 0%
• BABS: 10,40% • BABS: 0%

Gambar 2.
Capaian dan Target Pembangunan Sanitasi dalam RPJMN dan SDGs
Sumber: KemenPPN/Bappenas, 2019

Berdasarkan Gambar 2, capaian teratur, penanganan sampah perkotaan


saat ini untuk sektor air limbah masih dan kota hijau yang menerapkan green
sesuai dengan target universal akses, waste (KemenPPN/Bappenas, 2017: 58).
sementara BABS masih belum sesuai Target pembangunan sanitasi pada
target karena belum mencapai 0% pada RPJMN dibedakan menjadi target layak
tahun 2019. Pada target sanitasi sesuai dan target dasar. Dalam hal pengelolaan
RPJMN juga terdapat target sektor limbah, fasilitas sanitasi layak dipenuhi
persampahan/pengolahan limbah padat apabila toilet di masing-masing rumah
yang bersumber dari rumah tangga tangga sudah dilengkapi dengan sarana
(domestik), di mana pada universal akses pengolahan air buangan yang memenuhi
ditargetkan bahwa sampah dapat diangkut standar teknis, baik dalam skala bersama/
ke tempat pengolahan akhir sebanyak komunal maupun secara individual
80% dan direduksi di sumber atau tempat (misalnya berupa tangki septik dengan
pengolahan sementara sebesar 20%. Pada bidang resapan). Sementara itu, kriteria
SDGs, pengelolaan sampah ini merupakan akses dasar apabila sarana pengolahan
target nomor 11.6. Pada tahun 2030, air buangan yang ada masih bersifat
mengurangi dampak lingkungan perkotaan tradisional atau sederhana, berupa
per kapita yang merugikan, termasuk cubluk yang hanya memisahkan antara
dengan memberi perhatian khusus pada air limbah dan manusia, dan tidak kedap
kualitas udara, termasuk penanganan air. Pada akhirnya sanitasi dasar ini
sampah kota. Indikator yang ingin dicapai masih memerlukan pengolahan lanjutan,
antara lain: pengumpulan sampah secara khususnya di daerah perkotaan dengan

Anih Sri Suryani Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19 207
kepadatan penduduk yang tinggi. Untuk Pada tahun 2030, SDGs mentargetkan
kawasan perdesaan dengan kepadatan bahwa sanitasi layak dapat diakses
penduduk rendah, sanitasi dasar ini masih 100%. Demikian juga air minum layak
diperkenankan dengan asumsi tanah dapat tersedia 100% dan kualitas air sungai
membersihkan bakteri yang ada secara dapat meningkat. Adapun capaian sanitasi
alami. Indonesia sesuai dengan indikator SDGs
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.
Capaian Sustainable Development Goals Bidang Sanitasi

Baseline Realisasi Capaian


No Indikator Satuan
2017 2018 2019 2020
6.1 Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan
terjangkau bagi semua
6.1.1. Persentase rumah tangga yang % 88,85 91,77 91,32
memiliki akses terhadap layanan
sumber air minum layak
6.1.2. Penambahan kapasitas air baku Liter/ detik - 500 500 500*
6.2 Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan
merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka, memberikan
perhatian khusus pada kebutuhan kaum perempuan, serta kelompok masyarakat rentan
6.2.1. Persentase rumah tangga yang Sambungan 23.189 23.481 25.018 25.018*
memiliki akses terhadap layanan Rumah
sanitasi layak
6.3. Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan
pembuangan, dan meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia berbahaya, mengurangi
setengah proporsi air limbah yang tidak diolah, dan secara signifikan meningkatkan daur
ulang, serta penggunaan kembali barang daur ulang yang aman secara global.
6.3.1. Kualitas air sungai sebagai air baku/ N/A N/A
Indeks Kualitas Air Sungai
* Data sementara
Sumber: Bappeda DIY, 2020

Tabel 2 menunjukkan bahwa walaupun air baku. Pencemaran di beberapa sungai


tidak semua sektor sudah memiliki data khususnya yang berada di Pulau Jawa
yang lengkap, namun dari tahun ke adalah salah satu kendalanya. Sementara
tahun sudah ada peningkatan dari target jumlah penduduk di Pulau Jawa yang
beberapa sektor. Akses terhadap sumber sedemikian padat tentu membutuhkan
air yang layak dan juga layanan sanitasi suplai air bersih dengan kapasitas yang
layak mengalami peningkatan sedikit demi besar, kualitas yang sesuai dengan standar
sedikit. Yang masih menjadi tantangan kesehatan, dan aliran yang kontinyu.
adalah penambahan kapasitas air baku Sulitnya mengakses sumber air
untuk penyediaan air minum. Data dari permukaan yang layak minum di daerah
Dinas Pekerjaan Umum Perumahan perkotaan menyebabkan adanya
dan Energi Sumber daya Mineral perubahan pola konsumsi masyarakat.
menunjukkan bahwa kapasitasnya dari Sebagian besar masyarakat perkotaan di
tahun ke tahun masih sama, yakni 500 Indonesia kini telah beralih menggunakan
liter/detik. Tantangan berikutnya adalah air kemasan dan air isi ulang untuk
peningkatan kualitas air sungai menjadi kebutuhan minum sehari-hari atau biasa

208 Aspirasi Vol 11 No 2, Desember 2020


disebut Air Minum Dalam Kemasan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang
(AMDK). Survei Sosial Ekonomi Nasional dewasa ini gencar dikampanyekan
(Susenas) 12 tahun terakhir menunjukkan membuktikan bahwa setiap aktivitas
bahwa terjadi peningkatan drastis kehidupan membutuhkan air bersih dalam
pengguna air kemasan. Pada tahun jumlah yang mencukupi.
2005 jumlahnya hanya 4,1% dari total Pemerintah juga telah membentuk
keseluruhan konsumsi rumah tangga di Komite Penanganan Covid-19
Indonesia. Kemudian pada tahun 2017 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
meningkat menjadi 42,8% (Dyaksa, 2017). Pembentukan komite ini diharapkan dapat
Dengan demikian, hampir setengah dari mempercepat penyelesaian pandemi
rumah tangga di Indonesia mengkonsumsi Covid-19. Fokus dari komite tersebut
air minum dalam kemasan sebagai sumber adalah pemulihan kesehatan dan kembali
air minumnya. bangkitnya perekonomian. Salah satu
Tingginya tingkat konsumsi AMDK kunci dalam memerangi pandemi adalah
tersebut, selain karena makin menurunnya menjaga kepatuhan, ketaatan, dan disiplin
kualitas air permukaan, juga adanya masyarakat dalam menerapkan protokol
anggapan bahwa air kemasan dan air isi kesehatan selama pandemi. Perubahan
ulang tersebut lebih sehat, praktis, dan perilaku masyarakat saat pandemi
mudah dikonsumsi dibandingkan dengan dengan sering mencuci tangan dan mandi
air perpipaan. Adapun air yang bersumber telah menyebabkan konsumsi air bersih
dari perpipaan (PDAM), sumur bor/ meningkat. Sebagai contoh, konsumsi
pompa, maupun sumur dangkal digunakan air bersih di masyarakat pelanggan
masyarakat untuk keperluan di luar air Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Air
minum seperti memasak, mandi, kakus/ Minum Tirta Raharja Kabupaten Bandung,
MCK, dan juga menyiram tanaman. mengalami peningkatan signifikan
sejak adanya wabah pandemi Covid-19
Kondisi Air Bersih dan Sanitasi saat (Mohamad, 2020).
Pandemi Covid-19 Sementara itu, kawasan DKI Jakarta,
Adanya pandemi Covid-19 yang selama ini sebanyak 62% masyarakat di
berlangsung semenjak awal tahun ini Jakarta telah mendapatkan akses layanan
(sementara di Indonesia kasus pertama air perpipaan. Kemudian 64% masyarakat
diumumkan pada awal Maret 2020) Jakarta telah memiliki fasilitas cuci tangan
seolah menyadarkan semua pihak betapa menggunakan sabun dan air di rumah.
pentingnya air bersih, sanitasi yang layak, Pada saat pandemi, kebutuhan akan air
juga PHBS dalam kehidupan sehari- bersih di Jakarta terjadi penambahan
hari. Air bersih dan sanitasi yang layak cukup besar, khususnya pada tempat cuci
ini merupakan unsur penting, bahkan tangan, juga pada pemasangan wastafel
bisa dianggap kebutuhan dasar bagi portable. Kios air, tempat cuci tangan
masyarakat di masa pandemi ini. maupun tempat yang belum mendapatkan
Protokol kesehatan yang ditetapkan jaringan perpipaan mendapatkan
WHO sebagian besar berisi anjuran untuk kebutuhan airnya melalui mobil tangki.
menjaga kebersihan dan kesehatan. Oleh karena itu, proses distribusi dengan
Protokol kesehatan saat pandemi Covid-19 menggunakan mobil tangki juga mengalami
dan harus tetap dilaksanakan saat new kenaikan yang signifikan (Muspiroh, 2020).
normal antara lain mencuci tangan dengan Selama pandemi, Pemerintah Provinsi
air bersih dan juga mandi apabila pulang DKI Jakarta menjamin ketersediaan dan
bepergian. Kedua aktivitas tersebut tentu akses air minum maupun air bersih bagi
membutuhkan air bersih dalam jumlah seluruh warga DKI Jakarta. Masyarakat
yang mencukupi. Demikian juga Gerakan miskin kota dan kelompok rentan baik

Anih Sri Suryani Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19 209
laki-laki atau perempuan mendapat tidak dapat mengompensasi hilangnya
perhatian khusus. Hal ini dilakukan untuk penerimaan karena turunnya permintaan
memastikan kelancaran upaya pencegahan sektor non-rumah tangga (Purwanto, 2020:
penyebaran Covid-19 sekaligus menjaga 210).
kesehatan publik. Di lain pihak, kebutuhan air bersih
Di kawasan Jakarta juga terjadi untuk golongan masyarakat tertentu
perubahan pola konsumsi untuk air bersih. (misalnya masyarakat berpenghasilan
Di mana konsumsi untuk sektor komersial rendah dan yang bertempat tinggal di
dan industri berkurang. Konsumsi daerah kumuh) perlu terus disediakan.
air bersih untuk hotel dan apartemen Bahkan, kebutuhan air bersih mereka
berkurang 5,57% dari sebelum wabah. juga turut meningkat saat pandemi ini.
Sementara itu, karena adanya Pembatasan Namun kondisi sosial ekonomi masyarakat
Sosial Berskala Besar (PSBB) yang saat pandemi menurun hingga sangat
menyebabkan masyarakat kebanyakan mungkin mereka tidak dapat membayar
tinggal di rumah, maka konsumsi air tagihan layanan air bersih. Oleh karena
bersih dari sektor rumah tangga/domestik itu, pasokan air bersih yang murah bahkan
bertambah (Muspiroh, 2020). Dibutuhkan gratis perlu dilakukan ke kawasan ini.
air yang lebih banyak bagi tiap rumah Demikian juga relaksasi berupa keringanan
tangga saat melakukan karantina di rumah dalam membayar tagihan air bersih, patut
masing-masing yang dipergunakan untuk dipertimbangkan oleh pemerintah daerah
minum, mencuci tangan, mencuci bahan bersama BUMN/BUMD terkait.
makanan, memasak, mencuci baju, mandi, Pemenuhan air bersih di kawasan
mencuci peralatan pribadi, bersanitasi, dan padat perkotaan dapat dipenuhi salah
lain sebagainya. satunya dengan sambungan perpipaan
Selain peningkatan kebutuhan air komunal yang dilengkapi meteran induk.
bersih untuk sektor domestik, kebutuhan Meter induk ini dapat diterapkan di wilayah
air bersih meningkat tajam untuk melayani perumahan kumuh padat penduduk, di
rumah sakit, baik rumah sakit yang sudah mana sebelumnya PDAM tidak dapat
beroperasi sebelumnya maupun rumah membuat jaringan distribusi sesuai
sakit yang baru dibangun. Air bersih standar teknis yang berlaku. Meter induk
tersebut ditujukan untuk mencukupi ini akan merekam penggunaan air oleh
kebutuhan berbagai pihak yang berada di tiap rumah tangga. Kemudian mereka
tempat tersebut, termasuk orang dalam membayar secara kolektif ke PDAM.
pengawasan, pasien dalam pengawasan, Akan tetapi, daripada hanya berfokus
dan pasien positif penderita infeksi pada infrastruktur, kebutuhan yang harus
Covid-19 (Rahmawati, 2020). dilakukan saat ini adalah memperbaiki
PSBB yang diiringi penurunan aktivitas sistem manajemen air dan sanitasi, dan
industri dan usaha komersial dengan secara konsisten memastikan air yang
mengurangi produksi, mengurangi aman dan dapat dikonsumsi. Perbaikan
jumlah jam kerja, bahkan mengurangi manajemen air dan sanitasi juga ditujukan
jumlah tenaga kerja. Dengan demikian, untuk mengurangi risiko tertular bakteri
permintaan air bersih dari sektor ini juga patogen dan vektor mikroba yang terkait di
berkurang. Hal ini tentu berdampak pada seluruh rantai sanitasi.
berkurangnya pendapatan badan usaha/ Sektor sanitasi lainnya yang tidak kalah
lembaga pengelola sistem penyediaan penting dalam pencegahan penyebaran
air bersih dari sektor non-rumah tangga. Covid-19 adalah akses terhadap air minum.
Akibat tingginya disparitas harga Air minum layak sesuai standar kesehatan
antarkelompok pelanggan, maka kenaikan sangat penting untuk meningkatkan
konsumsi air dari sektor rumah tangga imunitas dan derajat kesehatan

210 Aspirasi Vol 11 No 2, Desember 2020


masyarakat. Minum air putih dalam jumlah diri, maupun barang-barang lainnya yang
yang cukup ditengarai dapat menjaga daya dibuang yang pernah dikenakan oleh
tahan tubuh sekaligus menghindari bahaya masyarakat yang berstatus Orang Dalam
dehidrasi. Berdasarkan standar kesehatan, Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam
disarankan orang dewasa dapat Pengawasan (PDP) di mana jumlahnya
mengkonsumsi air sebanyak kurang lebih meningkat saat pandemi (Suryani, 2020:
2 liter per hari. Sebagaimana dikemukakan 16). Berdasarkan data Kementerian
sebelumnya, saat ini hampir setengahnya Lingkungan Hidup dan Kehutanan
rumah tangga di Indonesia mengkonsumsi kenaikan produksi limbah medis saat
air minum dalam kemasan untuk pandemi mencapai 290 ton limbah medis
pemenuhan air minumnya. Oleh karena per hari. Dari jumlah tersebut, sekitar
itu, dapat dipahami apabila penjualan 140 ton merupakan limbah Covid-19.
air minum dalam kemasan mengalami Sayangnya tidak semua limbah tersebut
kenaikan saat pandemi Covid-19. Seperti dapat dikelola dengan baik, karena
halnya di Kabupaten Malang Jawa kapasitas pengelolaan limbah medis
Timur, konsumsi AMDK selama pandemi seluruh Indonesia hanya sebesar 170
meningkat hingga puluhan persen. Untuk ton per hari (“Limbah Plastik dan Medis
memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut Meningkat Karena Covid-19,” 2020).
produksi AMDK yang dikelola oleh BUMD Adapun limbah cair yang berasal
setempat mengalami kenaikan hingga 20% dari buangan rumah tangga, baik dari
dari sebelum adanya pandemi Covid-19 dapur maupun kamar mandi, tetap
(Lupito, 2020). harus dikelola dengan baik agar tidak
Namun dalam perspektif industri mencemari lingkungan. Terlebih studi
AMDK, adanya pandemi ini justru laboratorium terhadap Coronavirus
menurunkan pendapatan mereka. yang diletakkan pada lingkungan yang
Kebijakan PSBB berdampak signifikan diawasi dengan baik, mengindikasikan
terhadap industri AMDK karena kegiatan bahwa virus masih dapat menimbulkan
di luar sangat dibatasi. Sektor pariwisata infeksi di dalam air yang terkontaminasi
yang mengalami penurunan secara drastis tinja manusia selama berhari-hari atau
berdampak pula pada penjualan AMDK. berminggu-minggu (Casanova, Rutala,
Pada April 2020 lalu, permintaan produk Weber, & Sobsey, 2009). Oleh karena
air kemasan dalam gelas turun 90% dan itu, air limbah yang berasal dari pasien
botol 40%. Asosiasi Perusahaan Air Minum Covid-19 harus ditangani dengan baik.
dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) Semua air buangan termasuk tinja,
memproyeksikan target pertumbuhan yang berasal dari penanganan pasien
industri AMDK di tahun ini hanya 4%–5% Covid-19 kemungkinan mengandung
(target pertumbuhan sebelumnya 8–9% mikroorganisme khususnya Coronavirus.
per tahun) (Rahayu, 2020). Demikian juga darah dan cairan tubuh
Bidang sanitasi lainnya yang lainnya, serta cairan yang digunakan
merupakan indikator SDGs adalah dalam kegiatan isolasi pasien termasuk air
air limbah, termasuk fasilitas sanitasi cucian alat kerja, alat makan dan minum
seperti kakus/MCK. Pengelolaan limbah (Syafrudin, 2020). Untuk mengurangi
menjadi fokus penting dalam mencegah risiko penyebaran virus melalui limbah cair
penyebaran virus di lingkungan. Jenis tersebut, maka penanganan limbah cair
limbah yang perlu diwaspadai dan khususnya dari fasilitas kesehatan perlu
ditangani lebih serius saat pandemi ini dilakukan dengan prosedur yang ketat.
adalah limbah medis yang berasal dari Akan tetapi, penelitian lain menyatakan
rumah tangga. Jenis limbah tersebut antara bahwa hingga saat ini tidak ada evidence
lain masker sekali pakai, alat pelindung atau bukti bahwa virus Covid-19 dapat

Anih Sri Suryani Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19 211
ditransmisikan melalui air minum atau 2019 lalu pada beberapa sektor seperti
sistem air buangan dengan dan tanpa akses terhadap air minum, air limbah,
pengolahan. Penelitian dan bukti saat ini dan layanan sanitasi telah tercapai
hanya menyatakan bahwa virus Covid-19 dengan cukup baik. Namun upaya
ditransmisikan dari orang ke orang melalui untuk mengurangi praktik BABS dan
bersin, batuk, atau kontak langsung mempraktikan PHBS di masyarakat masih
dengan penderita yang terkontaminasi menjadi tantangan untuk dicapai sesuai
(Sumarno, 2020). Praktik WASH (water, target yang dicanangkan.
sanitation, and hygiene) tetap perlu Pandemi Covid-19 telah banyak
diperhatikan saat pandemi Covid-19. merubah perilaku masyarakat dalam
Praktik WASH di masyarakat praktik sanitasi. Konsumsi air bersih
merupakan kebiasaan baru dan upaya rumah tangga meningkat, demikian juga
konkrit yang merubah perilaku masyarakat air minum yang sebagian besar dipenuhi
dan sejalan dengan PHBS (Pola Hidup oleh air minum dalam kemasan. Sebagian
Bersih dan Sehat). Pandemi ini seolah masyarakat pun menaruh perhatian
memaksa masyarakat lebih sering penting pada penanganan air limbah
mencuci tangan, baik dengan sabun terutama limbah medis, karena ditengarai
maupun disinfektan, juga mandi dengan berpotensi menyebarkan virus Covid-19.
air bersih. Pada era ini, dengan mudah Hal positif lainnya dari pandemi ini adalah
kita dapat menemukan wastafel dan/ dibangunnya berbagai fasilitas sanitasi
atau galon-galon berkeran tersedia di khususnya tempat cuci tangan di banyak
ruang publik, depan kantor, pasar, toko- area publik. Hal tersebut turut mendukung
toko, pojok alun-alun, pangkalan ojek, perubahan perilaku masyarakat untuk
dan sebagainya. Kebiasaan baru tersebut mempraktikan PHBS secara lebih
berpotensi menjadi budaya hidup sehat konsisten.
yang permanen. Dalam perspektif lingkungan, adanya
Sanitasi pada setiap individu dapat pandemi ini mendorong pemerintah
diraih dengan menerapkan Pola Hidup menyadari pentingnya pembangunan
Bersih dan Sehat (PHBS) dengan rajin sanitasi untuk menjadi prioritas. Kebutuhan
mencuci tangan sebelum menyentuh akan air bersih untuk melakukan PHBS
bagian muka atau sebelum makan. Selain dan juga sarana sanitasi yang layak
itu, tren masyarakat memasak sendiri di seyogyanya membuka kesadaran
rumah menjadi baik karena mereka dapat baru bahwa ketersediaan air bersih
mengendalikan higienitas makanan secara adalah garda terdepan dalam menjaga
mandiri. Pola hidup yang sehat dapat dan meningkatkan derajat kesehatan
membantu menghindari masyarakat dari masyarakat. Demikian juga akses
berbagai penyakit menular. Rajin mencuci terhadap sanitasi yang layak serta
tangan sebelum menyentuh bagian muka perilaku higienis merupakan faktor penting
atau sebelum makan sehingga masyarakat yang perlu mendapat perhatian dalam
terbiasa dengan PHBS dan terhindar dari pembangunan bidang lingkungan dan
berbagai penyakit menular yang bisa kesehatan. Pengampu sektor sanitasi
masuk melalui perantara tangan. harus dapat menggunakan momen
krisis ini lebih mendapatkan dukungan
Penutup pemangku kepentingan kunci lainnya
Target pembangunan sanitasi dalam melakukan perluasan layanan.
di Indonesia dilakukan dengan Sekaligus untuk mengejar target SDGs
menyelaraskan RPJMN 2015–2019 dan 2030 terutama sektor sanitasi dengan
RPJMN 2020–2024 dengan target SDGs tetap memperhatikan berbagai tantangan
2030. Pembangunan sanitasi hingga dan peluang yang perlu di antisipasi.

212 Aspirasi Vol 11 No 2, Desember 2020


Daftar Pustaka Peran Matematika, Sains, dan Teknologi
dalam Mencapai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/SDGs, FMIPA Universitas
Akses Sanitasi dan Air Minum untuk SDM
Terbuka, 157–179. Diakses dari http://
Unggul. (2019). indonesiabaik.id. Diakses
repository.ut.ac.id/7467/1/08_Vita%20
dari http://indonesiabaik.id/infografis/
Elysia.pdf.
akses-sanitasi-dan-air-minum-untuk-sdm-
unggul. Emzir. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif:
Analisis Data. Edisi 1 Cetakan ke-5.
Alaydrus, H. (2019, Juni 26). Indonesia
Jakarta: Rajawali Pers.
Targetkan Akses Air Minum Layak
100 Persen pada 2030. bisnis.com. Hasuki, I. (2016, Mei 2). Air Sungai di Indonesia
Diakses dari https://ekonomi.bisnis.com/ Tercemar Berat. National Geographic
read/20190626/9/938005/indonesia- Indonesia. Diakses dari https://
targetkan-akses-air-minum-layak-100- nationalgeographic.grid.id/read/13305060/
persen-pada-2030. air-sungai-di-indonesia-tercemar-berat.
Aqbar, R. M. (2016). Gambaran Perilaku Ikhsani, A. H. (2016). Hubungan Cemaran
Masyarakat Tentang Penggunaan Jamban Mikroba Dengan Pengelolaan Rumah
Dan Kondisi Jamban Pasca Metode Sehat Pada Rumah Tipe Menengah
Pemicuan Di Desa Srirahayu Kecamatan Sebagai Sumber Belajar Biologi.
Cikancung Kabupaten Bandung. (Skripsi). (Skripsi). Universitas Muhammadiyah
Universitas Pendidikan Indonesia. Malang. Diakses dari http://eprints.umm.
ac.id/35046/.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi D.I. Yogyakarta [Bappeda DIY]. Ishartono & Raharjo, T. R. (2015). Sustainable
(2020). Akses Air Bersih dan Sanitasi. Development Goals (SDGs) dan
Diakses dari http://bappeda.jogjaprov. Pengentasan Kemiskinan. Share Social
go.id/dataku/sdgs/detail/6-akses-air- Work Journal. 6(2), 159–167. Diakses dari
bersih-dan-sanitasi. http://jurnal.unpad.ac.id/share/article/
view/13198.
Casanova, L., Rutala, W. A., Weber, D. J., &
Sobsey, M. D. (2009). Survival of Surrogate Kementerian Kesehatan [Kemenkes]. (2011).
Coronaviruses in Water. Water Res. 43(7), Situasi Diare di Indonesia. (Buletin Jendela
1893–8. doi: 10.1016/j.watres.2009.02.002 dan Data Informasi Kesehatan, Triwulan II
2011). Diakses dari http://www.kemkes.
Damashinta, C. I. (2018, Desember 2).
go.id.
Sanitasi Indonesia Terburuk Ketiga.
solopos.com. Diakses dari https://www. Kementerian Kesehatan [Kemenkes]. (2018).
solopos.com/sanitasi-indonesia-terburuk- Sosialisasi “GERMAS” dengan Pendekatan
ketiga-956428. Lima Pilar STBM ke Masyarakat untuk
Daerah Perairan di Kalteng. Diakses dari
Dunia Butuh Air, Rencana Penanganan Risiko
http://stbm.kemkes.go.id/.
Corona Virus dengan Sanitasi. (2020,
Juli 8). Diakses dari http://sda.pu.go. Kementerian Negara Perencanaan
id/bbwsserayuopak/dunia-butuh-air- Pembangunan Nasional/Badan Perencana
rencana-penanganan-resiko-corona-virus- Pembangunan Nasional [KemenPPN/
dengan-sanitasi/. Bappenas]. (2017). Ringkasan Metadata
Indikator Tujuan Pembangunan Berke-
Dyaksa, A. (2018, Maret 22). Nyaris Separuh
lanjutan (TPB)/Sustainable Development
Rumah Tangga Indonesia Minum Air
Goals Indonesia (SDGs). Jakarta:
Kemasan. beritagar.id. Diakses dari
Kementerian Perencanaan Pembangunan
https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/
Nasional/Bappenas. Diakses dari http://
nyaris-separuh-warga-indonesia-minum-
sdgs.bappenas.go.id/wp-content/uplo ads
air-mineral-kemasan.
/2017/09/Buku_Ringkasan_Metadata_Indi
Elysia, V. (2018). Air dan Sanitasi Dimana kator_TPB.pdf.
Posisi Indonesia. Seminar Nasional

Anih Sri Suryani Pembangunan Air Bersih dan Sanitasi saat Pandemi Covid-19 213
Kementerian Negara Perencanaan Pembang- Rahayu, A. C. (2020, Juli 14). Ada pandemi
unan Nasional/Badan Perencana Covid-19, Aspadin Kembali Koreksi Target
Pembangunan Nasional [KemenPPN/ Industri AMDK. kontan.co.id. Diakses dari
Bappenas]. (2019). Provinsi dalam https://industri.kontan.co.id/news/ada-
Pembangunan Sanitasi. Jakarta: pandemi-covid-19-aspadin-kembali-ko
Direktorat Pembangunan Perumahan dan reksi-target-industri-amdk.
Permukiman Bappenas.
Rahmawati, F. (2020, Mei 21). PSBB Jakarta,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Konsumsi Air Bersih Turun 5%. ayojakarta.
Rakyat [KemenPUPR]. (2012). Buku Putih com. Diakses dari https://www.ayojakarta.
Sanitasi. (Pokja AMPL. Direktorat Jenderal com/read/2020/05/21/18147/psbb-jakar
Cipta Karya Kementerian Pekerjaan ta-konsumsi-air-bersih-turun-5.
Umum). Diakses dari http://sippa.
Sumarno, J. T. (2020, Juni 18). Webinar
ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/
Ubaya, Jawab Keresahan Soal Konsumsi
dokumen_usulan/ppsp/PPSP_19-05-2012.
Air Bersih di Masa Pandemi Covid-19.
pdf.
suarasurabaya.net. Diakses dari https://
Kodoatie, R. J. (2003), Manajemen dan www.suarasurabaya.net/kelanakota/2020/
Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta: webinar-ubaya-jawab-keresahan-soal-
Pustaka Pelajar. konsumsi-air-bersih-di-masa-pandemi-co
vid-19/.
Limbah plastik dan medis meningkat karena
Covid-19. (2020, Juni 8). IDN Financials. Suripin. (2002). Pelestarian Sumber Daya
Diakses dari https://www.idnfinancials. Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit Andi.
com/id/news/34596/household-plastic-
Suryani, A. S. (2020). Dampak Pandemi
waste-medical-waste-increase-covid-pan
Covid-19 Terhadap Lingkungan Global.
demic.
Info Singkat. Vol. XII, No. 13/I/Puslit/
Lupito, A. (2020, Agustus 17). Pandemi Juli/2020.
Covid-19 Konsumsi Air Minum Meningkat,
Syafrudin. (2020). Kondisi Lingkungan
Pemkab Malang Bakal Dongkrak Mesin
Air Pada Kondisi Pandemi Covid-19.
Produksi. jatimtimes.com. Diakses dari
Makalah Webinar: Iklim, Kualitas Udara
https://www.jatimtimes.com/baca/221216/
dan Lingkungan Pada Masa Pandemi
20200817/201300/pandemi-covid-19-
Covid-19, Juni 12, 2020, BMKG Jakarta.
konsumsi-air-minum-meningkat-pemkab-
malang-bakal-dongkrak-mesin-produksi. World Bank. (2013). Sanitasi Buruk
Menghambat Potensi Pertumbuhan
Mohamad, A. (2020, Mei 18). PDAM Tirta
Indonesia. Diakses dari https://www.
Raharja: Kebutuhan Air Bersih Meningkat
worldbank.org/in/news/press-release/
Selama Covid-19. bosscha.id. Diakses dari
2013/10/28/Poor-Sanitation-Impedes-
https://bosscha.id/2020/05/18/pdam-tirta-
Indonesia-8217-s-Growth-Potential.
raharja-kebutuhan-air-bersih-meningkat-
selama-covid-19/.
Muspiroh, L. (2020, Juni 11). Selama Pandemi,
Kebutuhan Air Bersih Mengalami Peralihan
Konsumsi Air. sonora.id. Diakses dari
https://www.sonora.id/read/422190719/
selama-pandemi-kebutuhan-air-bersih-
mengalami-peralihan-komsumsi-air?
page=2.
Purwanto, E. W. (2020). Pembangunan
Akses Air Bersih Pasca Krisis Covid-19.
The Indonesian Journal of Development
Planning, 4(2), 207–214.

214 Aspirasi Vol 11 No 2, Desember 2020

You might also like