You are on page 1of 17

J.

Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

KAJIAN POTENSI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SISTEM INTEGRASI


TANAMAN JAGUNG DAN TERNAK MODEL ZERO WASTE DI
KABUPATEN SOPPENG
Study of Technology Development in Integration System (maize –livestock) with Zero
Waste Model at Soppeng South Sulawesi

Hadija1), Ikawati2) dan Nirawati1)


1)
Program Studi Agroteknologi, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian YAPIM Maros
2)
Departement Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sulawesi Barat
E-mail : dijahadi82@gmail.com

ABSTRACT

The Integration System of agriculture (maize -livestock) integrates all components


vertically and horizontally by utilizing all the potential that exists. The agriculture-based
at Soppeng Regency has considerable agricultural and livestock resources. This potential
can be seen from the production of maizeand livestock at Soppeng during the period
(2012-2015) of maize that was 5.16 tons / hectare and livestock in 2015 reached 40. 338
head (Statistic of Soppeng Regency, 2016). The objectives of the the study were: (1)
analyzing the potential and development opportunities of technology integration systems
of maize-livestock; (2) analyzing internal and external factors of integrated system
technology development(maize dan cattle); (3)formulating alternative technology
development of integrated systemstrategy. The research location was in Marioriwawo
District and the determination of the research location using the purposive sampling
method. It was carried out from October to December 2016. Data was calculated the R/C
obtained through the revenue divided by the total cost. Strategy formulation was analyzed
with SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunity, and Threat). The result of this study was
the development of integrated maize plant technology - beef cattle at Marioriwawo
District is feasible to do by looking at R/C ratio. The value of R/C in maize-livestock
integration effort was highest (2.25) compared to livestock business (1.25) and maize
(2.16) with volume of 1 hectare / year. It aims at a more efficient integration effort where
every production expenditure is IDR 1.000,00 gives receipt of IDR 2.280.00. The strategy
that can be done in the development of cattle-maize integration to establish farmer-
livestock groups by integrating farmer-cattle integars. This strategy is able to improve
agricultural products and livestock population as well as the effect of improved
production environment of the integration activities.

Keywords: Integration system,maize-livestock, zerowaste model, SWOT

ABSTRAK

Sistem Integrasi pertanian (tanaman – ternak) mengintegrasikan semua komponen


baik secara vertikal maupun horisontal dengan memanfaatkan semua potensi yang ada.
Kabupaten Soppeng yang berbasis pertanian memiliki sumber daya pertanian dan
peternakan cukup besar, Potensi ini dapat dilihat dari produksi jagung dan ternak di
Kabupaten Soppeng selama periode (2012-2015) jagung yaitu 5,16 ton/ha dan ternak sapi
pada tahun 2015 mencapai 40. 338 ekor (BPS Kabupaten Soppeng, 2016). Adapun tujuan

68
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

dari kajian ini adalah untuk: (1) Menganalisis potensi dan peluang pengembangan
teknologi system integrasi tanaman jagung ternak sapi potong; (2) Menganalisis faktor-
faktor internal dan eksternal pengembangan teknologi sistem terintegrasi tanaman
jagung ternak sapi potong; (3). Merumuskan alternatif strategi pengembangan teknologi
sistem terintegrasi. Lokasi penelitian di Kecamatan Marioriwawo dan penentuan desa
lokasi penelitian tersebut menggunakan metode porpusive sampling. Dilaksanakan dari
bulan Oktober- Desember 2016. Analisis data dengan dilakukan dengan menghitung R/C
yang diperoleh melaui pendapatan di bagi dengan total biaya. Rumusan strategi dianalisis
dengan SWOT (Strenght, Weakness, Oppurtunity, and Threat). Hasil dari kajian ini
adalah pengembangan teknlogi system integrasi tanaman jagung - ternak sapi potong di
Kecamatan Marioriwawo layak untuk lakukan dengan melihat R/C rasio. Nilai R/C pada
usaha integrasi jagung – ternak paling tinggi (2,25) dibandingkan usaha ternak saja (1,25)
dan Jagung saja (2,16) dengan volume 1 ha/tahun. Hal tersebut menujukan usaha
integrasi lebih efisien dimana setiap pengeluaran produksi Rp. 1.000,00 memberikan
penerimaan sebesar Rp.2.280.00. Strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan
intergrasi ternak sapi – jagung adalah membentuk kelompok tani – ternak dengan
melakukan model integarsi tani - ternak. Strategi ini mampu meningkatkan produk hasil
pertanian dan populasi sapi potong serta efek perbaikan lingkungan produksi dari
kegiatan integrasi tersebut.

Kata kunci : Integrasi Ternak-Jagung, Model Zerowaste, SWOT

PENDAHULUAN lingkungan dan menekan resiko


Salah satu upaya untuk kegagalan.
mewujudkan sistem pertanian Pengembangan sistem integrasi
berkelanjutan adalah dengan ternak ruminansa dan tanaman jagung
pegembangan pola bertani dengan cukup potensia di kembangkan di
memperhatikan ekosistem lahan dan Kabupaten Soppeng, hal ini dapat dilihat
memperhatikan potensi suatu wilayah. pada hasil produksi jagung selama
Pola integrasi usaha ternak sapi dan periode (2012-2015), produksi jagung di
tanaman jagung diharapkan mampu Kabupaten Soppeng mengalami
membantu mewujudkan sistem peningkatan namun tidak cukup
pertanian berkelanjutan diversifikasi signifikan dari 4,80 ton/ha pada tahun
usaha tani dan ternak diharapkan juga 2012 meningkat menjadi 5,16 ton/ha
mampu meningkatkan kesejahtraan pada tahun 2015, potensi ini masih
masyarakat. cukup besar untuk ditingkatkan. Selain
Kabupaten Soppeng yang berbasis sebagai sentra produksi jagung,
pertanian mememiliki sumber daya kabupaten Soppeng juga adalah salah
pertanian dan peternakan cukup besar satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang
sehingga menjadi penopang memiliki populasi sapi potong yang
perekonomiannya. Sistem Integrasi cukup besar. Populasi sapi potong di
tanaman – ternak sangat berpotensi kabupaten Soppeng pada tahun 2015
untuk dikembangakan, sistem ini mencapai 40. 338 ekor (BPS Kabupaten
mengintegrasikan semua komponen baik Soppeng, 2016)
secara vertikal maupun horisontal Dalam sistem integrasi seluruh
sehingga tidak ada limbah yang terbuang potensi sumberdaya yang dimiliki
(zero waste). sistem ini sangat ramah masing-masing usahatani dimanfaatkan
secara optimal dengan prinsip (zero

69
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

waste), dengan kata lain tidak ada potensi yang dimiliki Kabupaten
limbah atau hasil samping yang terbuang Soppeng.
percuma. Pertanian terpadu mengurangi
resiko kegagalan panen,karena
METODELOGI
ketergantungan pada suatu komoditi
dapat dihindari dan hemat ongkos Kajian ini menggunakan
produksi. Sebagai contoh sederhana paradigma positivisme dengan jenis
system pertanian terpadu adalah apabila penelitian kuantitatif, yang berupaya
dalam suatu kawasan ditanam jagung, untuk menggambarkan secara sistimatis
maka ketika jagung tersebut panen, hasil suatu situasi atau fenomena tentang
sisa tanaman merupakan limbah yang
potensi, peluang, kendala, dan strategi
harus dibuang oleh petani. Tidak
demikian halnya apabila di kawasaan pengembangan teknologi system
tersebut tersedia ternak sapi potong, integrasi tanaman jagung ternak sapi
limbah jagung tersebut akan menjadi sapi potong. Lokasi penelitian adalah
pakan bagi sapi potong tersebut. Kecamatan Marioriwawo dan penentuan
Hubungan timbal balik akn terjadi ketika desa lokasi penelitian tersebut
ternak mengeluarkan kotoran yang menggunakan metode porpusive
digunakan untuk pupuk bagi tanaman
sampling dengan pertimbangan bahwa a)
jagung yang ditanam di kawasan
tersebut. Berdasarkan latar belakang di lokasi desa adalah sentra pengembangan
atas maka pengembangan system jagung di Kecamatan Marioriwawo, (b)
integrasi tanaman jagung ternak sapi lokasi desa adalah wilayah
potong sangat relevan dikembangkan di pengembangan ternak sapi potong di
Kabupaten Soppeng (kecamatan Kecamatan Marioriwawo. Dilaksanakan
Marioriwawo). Untuk itu perlu dari bulan Oktober- Desember 2016.
menghimpun informasi dan daya dukung
Populasi dalam kajian ini adalah petani
serta peluang daerah kabupaten Soppeng
dalam mengembangkan system integrasi jagung dan yang dijadikan sampel
tanaman jagung ternak sapi. responden adalah petani jagung dan
Adapun tujuan dari Tujuan dari sekaligus juga sebagai peternak sapi
kajian ini adalah untuk: (1) Menganalisis potong. Ditetapkan sebanyak 10 orang
potensi dan peluang pengembangan responden masing-masing 2 orang petani
teknlogi system integrasi tanaman jagung dan 2 orang peternak sapi potong
jagung ternak sapi potong, pada wilayah yang dipilih secara acak dari anggota
sentra produksi pada saat ini dan pada kelompok tani ( satu kelompok tani per
masa datang di Kecamatan
desa). Dengan demikian jumlah
Marioriwawo, Kabupaten Soppeng; (2)
Menganalisis faktor-faktor internal dan responden secara keseluruhan mencapai
eksternal pengembangan teknologi 72 responden. Jumlah sampel minimal
sistem terintegrasi tanaman jagung berjumlah 36 sampel. Analisis dilakukan
ternak sapi potong, ditinjau dari aspek dengan menghitung R/C yang diperoleh
sumberdaya manusia, kelembagaan, mlaui pendapatan di bagi dengan total
sarana dan prarasana, social budaya, dan
biaya. Jika R/C > 1 maka usaha tani
dukungan kebijakan (3). Merumuskan
alternatif strategi pengembangan tersebut dapat di kembangakan. untuk
teknologi sistem terintegrasi tanaman mencapai tujuan rumusan strategi
jagung ternak sapi potong berdasarkan pengembangan teknologi integrasi

70
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

tanaman jagung ternak sapi potong, sawah 15.274 ha, Produksi hasil
maka akan dianalisis dengan SWOT pertanian di Kecamatan Marioriwawo
(Strenght, Weakness, Oppurtunity, and terus mengalami peningkatan walupun
dalam beberapa tahun terakhir
Threat).
cenderung tidak dapat dikatan
signifikan, padi masih merupakan
komoditas andalan dimana produksi
tahun 2015 adalah 27.764 ton, dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN total luas panen adalah 4.649 ha, setelah
itu diikuti oleh tanaman jagung dengan
Kecamatan Marioriwawo dengan luas panen adalah 637 ha, dengan
luas 300 km2, Pemerintah Kecamatan produksi 2.756 ha (BPS, 2016). Pada
Marioriwawo terdiri atas 2 (dua) sektor peternakan populasi ternak besar
kelurahan dan 13 (tiga belas) desa. di Kecamatan Marioriwawo pada tahun
Kecamatan ini berada pada wilayah 2015 mengalami peningkatan disemua
dengan topografi yang beragam. jenis ternak, yang paling banyak
Sebagian desa berada pada wilayah yang diternakan adalah ayam buras dengan
datar dan lainnya berada pada wilayah populasi tahun 2015 adalah 423.678
dengan topografi berbukit-bukit. Secara ekor.
keseluruhan wilayah Kecamatan
Marioriwawo berada pada ketinggian KARAKTERISTIK RESPONDEN
antara 25-1.400 meter di atas permukaan
laut. Kecamatan dengan 13 Umur
Desa/Kelurahan ini terbagi atas 4 Tingkatan umur petani jagung dan
lingkungan, 28 Dusun, RW/RT masing- peternak sapi utamanya merupakan salah
masing 28 rukun warga (RW) dan Rukun satu hal yang mempengaruhi kinerja dan
Tetangga 204 (RT). Masyarakat di dari kegiatan usaha yang dilakukan
Kecamatan Marioriwawo juga aktif dimana produktifitas kerja akan
dalam kelembagan/organisasi ini dapat mengeningkat bila masih berada dalam
dilihat dari beberapa kelembagaan yang kondisi umur yang produktif dan akan
terbentuk dikecamatan tersebut seperti semakin menurun kemampuan kerja
BPD ada 11 lembaga, Organisasi seiring dengan bertambahnya umur
Kepemudaan 13 lembaga dan PA3K 13 seorang. Adapun klasifiaksi petani
lembaga. Kecamatan Marioriwawo jagung dan peternak sapi berdasarkan
merupakan kecamatan dengan jumlah umur di kecamatan Marioriwawo, rata-
penduduk terbanyak dikabupaten rata umur responden antara 26 tahun
Soppeng pada tahun 2015 mencapai sampai umur < 52 Tahun, pada petani
44.764 jiwa dengan kepadatan 149 jiwa jagung dan peternak dengan jumlah
tiap Km2. responde sebanyak 12 orang dengan
Kecamatan Marioriwawo responden terbanyak berumur kurang
memiliki potensi pertanian yang cukup dari 52 tahun (<52 tahun) . Hal ini
besar karena didukung dengan daya menujukan bahwa umur respon tidak
dukung lahan potesial untuk lagi berada pada usia yang masih
pengembangan areal pertanian untuk produktif. Hal ini sesuai dengan
peningkatan hasil produk-produk pendapat Kasim dan Sirajuddin (2008),
pertaniannya, dimana total luas lahan usia non produkstif berada pada rentanan
pertanian adalah 18.268 ha dimana lahan umur 0 – 14 tahun, usia produktif 15 -56
sawah seluas 2 994 ha dan lahan bukan tahun dan usia lanjut 57 tahun keatas.

71
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

Semakin tinggi umur seseorang maka ia daya manusia, yang pada giliranya akan
lebih cenderung untuk berfikir lebih baik semain tinggi pula produktifitas kerja
dan dapat bertindak lebih bijaksana. yang dilakukaknnya.
Secara fisik akan umur akan .
mempengaruhi produktifitas petani dan Status Kepemilikan Lahan
peternak, dimana semakin tinggi umur Lahan merupakan salah satu
maka kemapuan kerja relatif juga akan faktor mendukung usaha pertanian yang
menurun. Jenis kelamin dalam usaha di lakukan, dimana luas lahan akan
pertanian dan perternakan merupakan sangat mempengaruhi produksi utama
salah satu faktor dalam menentukan maupun limbah yang dihasilkan.
jenis pekerjaan. responden yang meliliki luas lahan < 0,5
Ha sebanyak 6 orang (0,17%), luas lahan
Jenis Kelamin rata-rata yang dimiliki responsen adalah
tingkat pendidikan responden berkisar 0,5 ha – 1 ha yang berjumlah 26
sangat beragam dan yang memiliki orang (0,72 %), hanya 4 orang yang
tinggkat pendidikan yang banyak yaitu memiliki luas lahan lebih dari 1 ha
SD/sederajat sebanyak 8 orang (0,11 %) (0,11%), hal ini dikarenakan lahan
dan jenjang pendidikan sarjana sebagaiannya adalah untuk tanaman
sebanyak 2 orang (0,03%) ini semusim yaitu padi. Menurut
menandakan bahwa tingkat pedidikan Hutagalung (2007), bahwa usaha tani
para petani jagung dan peternak masih yang dimaksud dibagi atas tiga bagian
sangat rendah, sehingga pengetahuan yaitu lahan sempit yaitu petani yang
dan keahlian didapatkan pada mengusahakan lahan dengan luas lebih
pengalaman - pengalaman sebelumnya. kecil dari 0,5 ha (< 0,5 Ha), lahan sedang
Hal ini sejalan dengan pendapat (syafaat, yaitu petani yang mengusahakan lahan
et al, 1995) dalam siregar (2009 : 25) dengan luas 0,5 Ha – 1 Ha, dan lahan
mengatakan bahwa semakin tinggi luas adalah petani yang mengusahakan
tingkat petani/peternak makan akan lebih dari 1 Ha (> Ha).
semakin tinggi tingkat kualitas sumber

Luas Tanam dan Luas Panen


2011-2015
3000

2000

1000

0
2011 2012 2013 2014 2015

luas Tanam luas panen

Gambar 01. Luas Tanam dan Luas Panen Tanam Jagung 2011-2015

72
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

Status kepemilkan lahan pada dilihat pada gambar 3 populasi sapi


petani jagung 0,86 % (dari jumlah tahun 2011 adalah 5401 ekor (0,18%)
responden) adalah milik sendiri dan dan meningakat menjadi 7.121 ekor
hanya 0,14 % adalah lahan sakap dan (0,23 %) , skala kepemilikan ternak akan
tidak ada lahan yang disewa oleh mempengaruihi hasil yang didapatkan
responden (petani jagung), lahan yang dimana semakin tinggi usahanya maka
digunakn petani jugung dengan intens akan semakin mendekati usaha pokok
penaman satu sampai 2 kali dalam yang digelutinya dan akan semakin
setahun. Status luas tanam dan luas tinggi pendapatan yang dihasilkan. Hal
penen selama lima tahun terakhir ini sesuai dengan pendapat Nukra
mengalami perubuhan yang cukup (2005), bahwa besarnya pendspatan
sinifikan dimana luaa panen pada tahun yang peroleh petani peternak sapi
2011 adalah 2.243 ha dan pada tahun mengalami peningkatan seiring dengan
2015 berubah menjadi 700 ha dn ini meningkatnya jumlah ternak yang
sangat berdampak langsung pada dimiliki.
produksi (gambar 1).
Analisi usaha Tani
Kepemilikan ternak Kelayakan usaha ditunjukan
Kepemilikan ternak sapi yang dimiliki dengan nilai R/C ratio, bedasarkan data
masyarakan merupakan skala dilapangan penggunaan pupuk kimia
kepemilikan saat penelitian ini dilakukan umumnya seperti urea 350 kg/ha, Npk
yaitu tahun 2016, skala kepemilikan dan Ponska200 kg/ha setiap musim
menggambarkan besarnya ternak yang tanam, di asumsikan jika pada pola
dimiliki oleh petani peternak. jumlah usaha anorganik yaitu 150 urea/kg, NPK
kepemilikan ternak yang paling tinggi 50 kg/ha untuk setiap musim tanam.
yaitu pada skala 1 – 5 ekor sebanyak 24 Hasil analis usaha tani menujukan
orang (0,67%) dan jumlah responden bahwa nilai R/C pada usaha ternak
terkecil ada pada skala > 10 ekor (dengan asumsi 6 ekor sapi, dengan luas
(0,06%), hal ini menandakan bahwa lahan jagung 1 ha dan 70% pakan berasal
skala usaha perternakan sapi yang
dimiliki masyarakat masih tergolong
rendah dan belum dijadikan usaha
pokoknya, popualasi ternak sapit dapat

Populasi Ternak Tahun 2011-2016


populasi ternak
7121
5788 6243
5401 5193

2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 3. Populasi Ternak Tahun 2011-2016

73
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

Tabel 01. Perbadingan hasil usaha tani integrasi dan non integrasi (rupiah/tahun)

Variable Integrasi sapi Jagung


Biaya 64.500.000 68.150.000 15.550.000
Penerimaan 145.200.000 85.050.000 33.650.000
Pendapatan 80.700.000 16.900.000 18.100.000
B/C Ratio 1,25 0,25 1,16
R/C Ratio 2,25 1,25 2,16
Sumber : Data Primer setelah diolah

Hasil analis usaha tani menujukan sebesar 60,08% dengan nilai R/C
bahwa nilai R/C pada usaha ternak meningkat 5,18 %.
(dengan asumsi 6 ekor sapi, dengan luas
lahan jagung 1 ha dan 70% pakan berasal Potensi Pengembangan Teknologi
dari jagung) integrasi usaha tani lebih Sistem integrasi Jagung Ternak
tinggi pada R/C pada usaha masing- system Zero Waste
masing. Berdasarkan tabel 13. Nilai R/C
pada usaha integrasi jagung – ternak
paling tinggi (2,25) dibandingkan usaha Pengembangan sistem integrasi
ternak saja (1,25) dan Jagung saja (2,16) ternak–jagung dengan pemanfaatan
dengan volume 1 ha/tahun. Hal tersebut limbah yang tersedia dari kegiatan
menujukan usaha integrasi lebih efisien subsektor pertanian sabagai pakan
dimana setiap pengeluaran produksi Rp. ternak, seperti diketahui biaya terbesar
1.000,00 memberikan penerimaan dalam peternakan adalah biaya pakan
sebesar Rp.2.280.00. dan tenaga kerja. Dengan jalan
Menurut Priyanti (2007) Usaha mengintegrasikan kegiatan
tani tanaman – ternak dengan pemeliharaan ternak sederdengan usaha
pengelolaan lahan 0,30 – 0,64 hektar dan tani lainya akan dihasilkan efiseinsi
sapi 2 ekor dapat meningatkan biaya produksi yang tinggi. Dengan
pendapatan rumah tangga Rp. pengolaan secara sederhana dapat diolah
852.170,00/bulan dengan kontribusi menjadi pupuk atau kompos yang
peternakan terhadap total pendapatan bermafaat bagi kesuburan tanah. Selain
rumah tangga mencapai 40%. Tigginya digunakan untuk kebutuhan sendiri hasil
pendapatan dari integrasi ternak – limbah sapi yang dibuat menjadi pupuk
tanaman dipengarui oleh penjualan sapi kandang (pupuk/kompos) dapat dijual
pada tahun terakhir dan adanya dan mempunyai nilai ekonomis yang
penekana pembelian pupuk kima menguntungkan, sehingga secara
menjadi pupuk organik. Basuni (2012) keseluruhan kombinasi kegiatan
meyatakan adanya penekanan pembelian pemeliharan ternak dan tanaman
pupuk kimia pada usaha tani pola SIPT (ternak–jagung) akan memberikan
di Kabupaten Cianjur dimana keuntungan dengan jalan pengurangan
penggunaan pupuk urea turun menjadi biaya produksi dan peningkatan hasil.
100 kg/ha, SP 36 turun menjadi 50 kg/ha Secara terperinci manfaat sistem
dan KCL turun menjadi 50 kg/ha dan tanaman–ternak antara lain (1)
terjadi peningkatan pendapatan petani meningkatkan akses terhadap kotoran
ternak; (2) peningkatan nilai tambah dari

74
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

tanaman atau hasil ikutannya; (3) Faktor Internal dan Eksternal


mempunyai potensi mempertahankan Pengembangan Teknologi Sistem
kesehatan dan fungsi ekosistem; (4) Integrasi Tanaman Jagung-Ternak
mempunyai kemandirian yang tinggi Sapi Model Zero Waste
dalam penggunaan sumberdaya energi
dan nutrisi saling mangalir antar Dalam upaya peningkatan
tanaman dan ternak. produktivitas dengan memanfaatkan
mempunyai nilai ekonomis yang limbah yang timbul dari usaha tani
menguntungkan, sehingga secara jagung dan ternak menjadi nilai tambah,
keseluruhan kombinasi kegiatan maka pengembangan sistem integrasi
pemeliharan ternak dan tanaman tanaman jagung-ternak Kabupaten
(ternak–jagung) akan memberikan Soppeng dapat dilakukan dengan
keuntungan dengan jalan pengurangan mengoptimalisasikan pemanfaatan
biaya produksi dan peningkatan hasil. sumber daya yang ada disekitarnya.
Secara terperinci manfaat sistem Pengembangan sistem usaha tani
tanaman–ternak antara lain (1) terintegrasi antara tanaman dan ternak
meningkatkan akses terhadap kotoran dengan model zero waste dapat
ternak; (2) peningkatan nilai tambah dari diarahkan menuju pertanian
tanaman atau hasil ikutannya; (3) berkelanjutan dengan input luar \rendah
mempunyai potensi mempertahankan (Low external input sustaineble
kesehatan dan fungsi ekosistem; (4) agriculture). Untuk menyusun strategi
mempunyai kemandirian yang tinggi pengembangan teknologi system
dalam penggunaan sumberdaya energi integrasi tanaman jagung-ternak dengan
dan nutrisi saling mangalir antar model zero waste, maka hal pertama
tanaman dan ternak. dilakukan adalah melakukan identifikasi
factor-faktor internal dan eksternal pada
usaha tani jagung dan ternak sapi yang
dapat mempengaruhi pengembangan
system integrasi tanaman jagung-ternak
model zero waste. Berikut ini faktor-
faktor internal (kekuatan dan
kelemahan) dan eksternal (peluang dan
ancaman) yang berpengaruh dalam
penerapan sistem integrasi tanaman
jagung-tenakl di Kabupaten Soppeng.
sebagaimana terlihat pada Tabel 01 dan
Tabel 02 di bawah ini.

75
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

Tabel 01. Matriks Eksternal Faktor Peluang Evalusai (EFPE) Tanaman Jagung
Ternak di Kecamatan Marioriwawo di Kabupaten Soppeng
TOTAL SKORE
N0 FAKTOR PELUANG RATING
RATING BOBOT x BOBOT
Dukungan kebijakan pemerintah provinsi
1 Sulawesi Selatan dengan program 2juta 4 0.10 0.379
sapi
2 Dukungan infrastruktur 3 0.10 0.304
Tersedianya teknologi pengelolaan limbah
3 jagung untuk pakan sapi, serta limbah sapi 3 0.10 0.307
untuk penggunaan pupuk terhadap jagung
Adanya dukungan pemerintah dalam
4 4 0.10 0.355
pengembangan sentra sapid an jagung
Kebijakan pemerintah untuk
5 3 0.10 0.309
pengandangan sapi
Kebijakan pemerintah untuk intensifikasi
6 3 0.10 0.345
khusus pengembangan jagung
7 Harga produk jagung dan harga sapi 1 0.03 0.031
Kondisi iklim memungkinkan
8 0.3 0.01 0.003
pengembangan tanaman jagung
Kebutuhan akan daging dari tahun ke
9 0.2 0.01 0.002
tahun semakin meningkat
10 Harga daging 0.2 0.01 0.002
Jumlah O 0.66 2.04

Tabel 02. Matriks Eksternal Faktor Ancaman Evalusai (EFPE) Tanaman Jagung
Ternak di Kecamatan Marioriwawo di Kabupaten Soppeng
TOTAL SKORE
N0 FAKTOR ANCAMAN RATING
RATING BOBOT x BOBOT
Masih banyaknya alternative pakan yang
1 2 0.06 0.138
lain (seperti: Rumput)
Harga bahan pakan konsentrat relative
2 3 0.07 0.209
lebih mahal
Alih fungsi lahan produktif menjadi lahan
3 3 0.08 0.246
pemukiman
4 Pencuri Sapi 3 0.07 0.246
5 Penyakit Hewan 1 0.03 0.026
6 Harga dan benih langka karena mahal 0.3 0.01 0.003
7 Pemilihan jenis sapi 0.3 0.01 0.003
8 Hargadaging tidak stabil 0.3 0.01 0.003
Jumlah T 0.34 0.87
Total Faktor Eksternal 1.00 2.91

76
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

Strategi Pengembangan Teknologi untuk perumusan pengembangan system


Sistem Integrasi Tanaman Jagung- integrasi tanaman jagung-ternak model
Ternak Sapi Model Zero Waste zero waste. Berikut ini gambar-gambar
diagram Faktor kunci kekuatan,
Analisis SWOT kelemahan, peluang, dan ancaman
Analisis SWOT digunakan berdasarkan nilai skor tertinggi pertama,
dalam merumuskan strategi kedua dan ketiga pada masing-masing
pengembangan system integrasi faktor-faktor kunci pada matrix IFE dan
tanaman jagung-ternak model zero waste matrix EFE pengembangan system
dalam memaksimalkan kekuatan integrasi tanaman jagung-ternak model
(strength) dan peluang (Opportunities), zero waste.
dan di saat bersamaan meminimalkan Pada Tabel 01 dan Gambar 04 di
kelemahan (Weaknesses) dan ancaman atas, factor-faktor kunci kekuatan yang
(Threats). Berdasarkan hasil identifikasi memiliki nilai skor tertinggi pertama,
dan evaluasi faktor-faktor kunci dalam kedua dan ketiga yaitu 1) Sumberdaya
matrix IFE dan matrix EFE pakan limbah produksi tanaman jagung
pengembangan system integrasi cukup besar di Kabupaten Soppeng
tanaman jagung-ternak model zero waste dengan nilai skor 0,267; .2) Kualitas
pada Tabel 16 dan 17 di atas, kemudian nutrisi pakan limbah tanaman jagung
dilakukan urutan dan memilih 3 nilai dinilai bagus untuk ternak ruminansia
skor (bobot kali rating) terbesar dari (ternak sapi) dengan nilai skor 0,255; 3)
masing-masing faktor kunci pada Ketersediaan lahan untuk
kekuatan, kelemahan, peluang dan pengembangan tanaman jagung dan
ancaman untuk dilakukan pencocokan ternak sapi dengan nilai skor 0,252.
(matching tool) dalam matrix SWOT

FAKTOR KEKUATAN
1
0,300 0,267

9 0,250 0,255 2
3 faktor kunci KEKUATAN pada matrix IFE
berdasarkan urutan dari nilai skor tertinggi
0,200 pertama ke skor tinggi ke tiga, sebagai berikut:

0,003 0,150
0,100 1. Sumberdaya pakan limbah
0,225
8 0,050 3 produksi tanaman jagung
0,012
cukup besar di Kabupaten
- Soppeng
2. Kualitas nutrisi pakan
limbah tanaman jagung
0,234 bagus untuk ternak
0,240 ruminansia (ternak sapi)
7 4
6. Ketersediaan lahan untuk
0,190 pengembangan tanaman
0,251 jagung dan ternak sapi
6 5

Gambar 03. Faktor kunci KEKUATAN dengan nilai skor tertinggi pertama kedua
dan ketiga dalam matrix IFE Integrasi tanaman jagung – ternak Sapi
di Kecamatan Marioriwawo

77
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

1 FAKTOR KELEMAHAN
0,250
1
0,200 0,190 2
0 3 faktor kunci KELEMAHAN pada matrix IFE
0,184 berdasarkan urutan dari nilai skor tertinggi
0,150 pertama ke skor tinggi ke tiga, sebagai berikut:
0,002 5. Usaha Ternak Ruminansia
0,100 (ternak Sapi) masih
9 3
digembalakan sehingga
0,0020,050 0,208 limbah sapinya tidak
- tertampung
0,192 3. Kurangnya pemahaman
0,135
8 4 petani terhadap program
integrasi jagung ternak
0,145 0,210 4. Tidak adanya penampungan
0,148 pakan sehingga sulit
7 5 mengumpulkan feces
(kotoran) sapi dalam jumlah
6 banyak

Gambar 03. Faktor kunci KELEMAHAN dengan nilai skor tertinggi pertama
kedua dan ketiga dalam matrix IFE Integrasi tanaman jagung –
ternak Sapi di Kecamatan Marioriwawo

Pada Tabel 02 dan Gambar 03 di Tabel 03, untuk faktor-faktor kunci


atas, factor-faktor kunci kelemahan yang peluang seperti pada Gambar 06 di atas
memiliki nilai skor tertinggi pertama, yang memiliki nilai skor tertinggi
kedua dan ketiga yaitu 1) Usaha ternak pertama, kedua dan ketiga yaitu 1)
ruminansia (ternak sapi) masih Dukungan kebijakan pemerintah
digembalakan sehingga limbah sapinya provinsi Sulawesi Selatan dengan
tidak tertampung dengan nilai skor program 2 juta sapi dengan nilai skor
0,210; .2) Kurangnya pemahaman petani 0,379; .2) Adanya dukungan pemerintah
terhadap program integrasi jagung Kabupaten Soppeng dalam
ternak dengan nilai skor 0,208; 3) Tidak pengembangan sentra sapi dan jagung
adanya penampungan pakan sehingga dengan nilai skor 0,355; dan 3)
sulit mengumpulkan faces (kotoran) sapi Kebijakan pemerintah untuk
dalam jumlah banyak dengan nilai skor intensifikasi khusus pengembangan
0,192. jagung dengan nilai skor 0,345.
Sedangkan untuk matriks
Eksternal (peluang dan ancaman) pada

78
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

0,400
1 FAKTOR PELUANG
0,379 3 faktor kunci PELUANG pada matrix EFE
10 2 berdasarkan urutan dari nilai skor tertinggi
0,300 0,304 pertama ke skor tinggi ke tiga, sebagai berikut:
0,002 1. Dukungan kebijakan
0,200
9 0,307 3 pemerintah provinsi Sulawesi
0,002 0,100 Selatan dengan program 2juta
-
0,003 sapi
0,031 0,355 4. Adanya dukungan pemerintah
8 4 dalam pengembangan sentra
sapi dan jagung
0,309 6. Kebijakan pemerintah untuk
7 0,345 5
intensifikasi khusus
6 pengembangan jagung
Gambar 04. Faktor kunci PELUANG dengan nilai skor tertinggi pertama kedua dan
ketiga dalam matrix IFE Integrasi tanaman jagung – ternak Sapi di
Kecamatan Marioriwawo

0,250
1 FAKTOR ANCAMAN
3 faktor kunci ANCAMAN pada matrix EFE
8 0,200 0,138 2 berdasarkan urutan dari nilai skor tertinggi
pertama ke skor tinggi ke tiga, sebagai berikut:
0,150 0,209
0,003
0,100
3. Alih fungsi lahan
0,050
produktif menjadi
7 0,003 - 0,246 3
lahan pemukiman
0,003 4. Pencuri Sapi
0,026 2. Harga bahan pakan
6 4
konsentrat relative
0,246
lebih mahal
5
Gambar 05. Faktor kunci ANCAMAN dengan nilai skor tertinggi pertama, kedua
dan ketiga dalam matrix IFE Integrasi tanaman jagung – ternak Sapi
di Kecamatan Marioriwawo

Pada Tabel 02 dan Gambar 05 di di atas, terlihat bahwa faktor peluang dan
atas, factor-faktor kunci ancaman yang faktor kekuatan memiliki nilai skor lebih
memiliki nilai skor tertinggi pertama, besar dibandingkan faktor kelemahan
kedua dan ketiga yaitu 1) Alih fungsi dan faktor ancaman yang berpotensi
lahan produktif menjadi lahan menjadi kendala dalam pengembangan
pemukiman dengan nilai skor 0,246; .2) system integrasi tanaman jagung-ternak.
Pencuri sapi dengan nilai skor 0,246; dan Maka untuk itu, ketiga factor-faktor
3) harga konsentrat relative lebih mahal kunci pada factor internal (kekuatan dan
dengan nilai skor 0,192. Pada Gambar 06 kelemahan) dan factor eksternal
Diagram penggabungan faktor-faktor (peluang dan ancaman) dimasukkan
kunci kekuatan, kelemahan, peluang, dalam matriks SWOT sebagai matching
dan ancaman dalam matrix IFE dan tools dalam menyusun rumusan strategi,
matrix EFE Integrasi tanaman jagung – sebagai berikut.
ternak Sapi di Kecamatan Marioriwawo

79
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

Tabel 03. Matriks SWOT, Strategi Pengembangan Teknologi Sistem Integrasi


Tanaman Jagung-Ternak Sapi Model Zero Waste di Kabupaten
Soppeng
STRENGTHS (S) WEAKNESSES
Usaha Ternak Ruminasia
Sumberdaya pakan
(ternak Sapi) masih
limbah produksi tanaman
1. 1. digembalakan sehingga
jagung cukup besar di
IFE limbah sapinya tidak
Kabupaten Soppeng
tertampung
Kualitas nutrisi pakan
Kurangnya pemahaman
limbah tanaman jagung
2. 2. petani terhadap program
bagus untuk ternak
integrasi jagung ternak
EFE ruminansia (ternak sapi)
Tidak adanya
penampungan pakan
Ketersediaan lahan untuk
sehingga sulit
3. pengembangan tanaman 3.
mengumpulkan feces
jagung dan ternak sapi
(kotoran) sapi dalam
jumlah banyak
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
Dukungan kebijakan 1. Pengembangan pola tata
pemerintah provinsi Sulawesi laksana integrasi ternak-
1. 1. Peningkatan SDM dalam
Selatan dengan program 2juta jagung (membentuk
hal pemahaman tentang
sapi kelompok tani ternak)
sistem integrasi ternak sapi
Adanya dukungan pemerintah 2. Melibatkan Kerjasama
dan tanaman jagung.
2. dalam pengembangan sentra antara pemerintah dan
2.Pengadaan sarana
sapid an jagung swasta untuk pengadaan
penampungan limbah hasil
Kebijakan pemerintah untuk fasilitas sarana dan
pertanian dan peternakan
3. intensifikasi khusus prasana, juga pengadaan
pengembangan jagung Modal.
THREATS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
Peningkatan nilai tambah
limbah jagung juga ternak
Peningkatan SDM dalam
sapi, peningakatan nilai
Alih fungsi lahan produktif hal pemahaman tentang
1. tambah ini dapat
menjadi lahan pemukiman sistem integrasi ternak sapi
melibatkan kelompok-
dan tanaman jagung
kelompok tani ternak
dalam pengelolaan limbah

Berdasarkan matriks SWOT pada strategi WO, strategi ST dan strategi WT


Table 18 di atas, melahirkan 4 sebagai berikut:
komponen rumusan strategi 1) Strategi SO
pengembangan teknologi system Strategi SO dimana kekuatan
integrasi tanaman jagung dan ternak internal sistem digunakan untuk meraih
model zero waste. Ke empat komponen peluang-peluang yang ada di luar sistem.
strategi tersebut adalah strategi SO, Pada strategi ini merumuskan 2 strategi,

80
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

yaitu: (1) Pengembangan pola tata untuk peningkatan pendapat petani-


laksana integrasi ternak dengan tanaman ternak.
jagung dengan membentuk kelompok- 4) Strategi WT
kelompok tani ternak (2). Melibatkan Strategi WT merupakan strategi
Kerjasama antara pemerintah dan swasta bertahan yang diarahkan untuk
untuk pengadaan fasilitas sarana dan mengurangi kelemahan-kelembahan
prasana, serta membantu dalam hal internal dan menghindari dari ancaman-
permodalan. Karena pada sistem ancaman lingkungan eksternal. Pada
integrasi ternak – tanaman memerlukan strategi ini merumuskan 1 strategi, yaitu:
tambahan modal untuk mendukung Peningkatan lingkungan usaha integrasi
ketersedian sarana-prasarana teknologi, ternak yang kondusif dan penguatan
pengolahan limbah, tempat kelembagaan teknis dan penyuluh.
penampungan limbah dan pengankuatan Tujuaan untuk meningkatan pendapatan
limbah. petani peternak serta efek perbaikan
2) Strategi WO lingkungan dari pola interaksi ini karena
Strategi WO bertujuan untuk tidak adanya limbah (zore waste) semua
memperkecil kelemahan internal sistem limbah mampu termanfatankan untuk
dengan memanfaatkan peluang-peluang tanaman, ternak dan lingkungan
eksternal. Pada strategi ini merumuskan produksinya. Strategi yang dilaksanakan
2 strategi, yaitu: (1) Peningkatan SDM adalah meminimalkan masalah-maslah
dalam hal pemahaman tentang sistem internal sehingga dapat merebut peluang
integrasi ternak sapi dan tanaman jagung yang lebih baik. peluang dan kelemahan
dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang dimiliki serta strategi yang harus
termaksud pelatihan pembuatan pakan dilakukan seperti pada tabel 00, terlihat
ternak teknolog-teknologi yang bahwabpengembangan limbah pertanian
terbarukan diharapakan agar informasi menjadi pakan sapi memiliki kekuakatan
tentang teknologi terbarukan harus terus dari segi internalnya yaitu: sumber daya
di upgrade oleh setiap petani. Diperlukan pakan limbah produksi prosuksi tanaman
juga adanya tenaga peyuluh untuk jagung di kecamatan marioriwawo
mendapingi petani perternak dalam hal cukup besar didukung dengan
penyampain informasi-inforamasi ketresedian lahan untuk pengembangan
tentang peternakan dan sistem integrasi pakan ternak masih cukup potensial
ternak-tanaman (sapi – jagung); (2) untuk dikembangakan, kualitas tanaman
Pengadaan sarana penampungan limbah jagung bagus untuk ternak, waluapun
hasil pertanian dan peternakan agar kualitas masih kurang tapi masih dapat
dapat menampung limbah sehingga ditingkatkan dengan teknologi agar
pengelolan limbah dapat lebih maksimal limbah jagung dapat disimpan dalam
3) Strategi ST jangka waktu yang relatif lama. Dari segi
Strategi ST dimana sistem eksternal peluang yang dimiliki juga
berusaha agar mampu menghindari atau dapat mendukung pengembangan
mengurangi dampak dari ancaman- limbah jagung sebagai pakan ternak
ancaman eksternal. Pada strategi ini yaitu di kecamtan marioriwawo
merumuskan 1 strategi, yaitu: Dukungan kebijakan pemerintah
Peningkatan nilai tambah limbah jagung provinsi Sulawesi Selatan dengan
juga ternak sapi, peningakatan nilai program 2juta sapi, dukungan
tambah ini dapat melibatkan kelompok- infarastuktur, pembangunan sektor
kelompok tani ternak dalam pengelolaan peranian di kabupaten sopppeng
limbah agar mempunyai nilai tambah khuususnya tanamana pangan sebagai

81
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

sentra juga juga sebagai pengembangan dan Jagung saja (2,16) dengan volume 1
kawasan sentra sapi. Dikabupaten ha/tahun. Hal tersebut menujukan usaha
soppeng sudah ada ada sentar integrasi lebih efisien dimana setiap
makanan ternak yaiti unggas dan ini pengeluaran produksi Rp. 1.000,00
tidak menutup kemungkinan untuk memberikan penerimaan sebesar
pembuatan pakan sapi. Pola beternak Rp.2.280.00, Pengembagan integrasi
yang masih tradiosinal merupakan ternak sapi – tanaman jagung dapat
peluang untuk menggunakan limbah menjadi solusi untuk meningkatkan
tanaman jagung sebagai pakan sapi pendapatan melalui optimalisasi lahan
dengan adanya rumput maka peluang dalam bentuk diversikasi usaha tani,
untuk memadukan dengan limbah sistem integrasi ini mampu menekann
pertanian, Dari segi eksternal anacaman penggunaan pupuk kimia. Startegi yang
ancaman yaitu kejadian perubahan lahan dapat dilakukan dalam pengembangan
produktif menjadi lahan pemukiman, intergrasi ternak sapi – jagung adalah
anacaman yang lain adalah masih membentuk kelompok tani – ternak
banyaknya alternatif pakan dan dengan melakukan model integarsi tani -
mahalnya harga pakan konsentrat, juga ternak. Strategi ini mampu
masih maraknya pencurian hewan hal ini meningkatkan produk hasil pertanian
bisa dihindara dengan pengelolaan dan populasi sapi potong serta efek
sistem pengandangan sapi, dengan perbaikan lingkungan produksi dari
pemeliharan sapi dikandang akan kegiatan integrasi tersebut.
mengurangi pencurian sapi. Harga dan
benih masih langka langka yang DAFTAR PUSTAKA
mengakibatkan mahalnya harga dan Amir, P. and Knipscheer, H.C., 1989.
benih sapi masih cukup mahal di Conducting on-farm Animal
Kecamtan Marioriwawo. Dilain pihak Research: Procedures and
juga terdapat berbagai kelemahan secara Economic Analysis. Winrock
diantaranya lemahnya minat petani International Institute for
terhadap program sistem integrasi Agricultural Development and
tanaman jagung dan ternak, sehingga International Development
pemahaman akan manfaat integarasi Research Center. Singapore
masyakat masih sangat kurang. National Printers Limited. 244 p
Kelamahan yang lain adalah tidak
adanya tempat penampungan limbah Arelovich, H.M., Rodrigo D. Bravo,
jagung maupun limbah feces sapi R.D, Martinez, M.F, Forgue, P.L,
khusus, sehingga penempatannya and Torquati,S.O., 2013.
ditempatkan disembarang tempat Performance and ultrasound
measurements of beef cattle fed
KESIMPULAN diets based on whole corn or oats
Berdsarkan pembahasan sebelumnya grains Chilean J. Agric. Res.vol.73,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai no.3, Chillán set. 2013
berikut: pengembangan teknlogi system
integrasi tanaman jagung - ternak sapi Adnyana, et.al, 2003. Pengkajian dan
potong di Kecamatan Marioriwawo sintesis kebijakan pengembangan
layak untuk lakukan dengan melihat R/C peningkatan produktivitas padi dan
rasio. Nilai R/C pada usaha integrasi ternak (P3T), Laporan Teknis Pusat
jagung – ternak paling tinggi (2,25) Penelitian dan Pengembangan
dibandingkan usaha ternak saja (1,25)

82
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

Tanaman Pangan, Litbang


Pertanian, Bogor. Kasim, K dan Sirajuddin, 2008.
Peranan Usaha Wanita. Peternak
BPS Kabupaten Soppeng, 2016. itik Terhadap PendapatKeluargan
Kabupaten Soppeng dalam angka, (Studi Kasus di Kecamatan Baranti
Soppeng. .Kabupaten Pinrang Fakultas Sidrap
Peter Universitas, MakHasanuddin

Bulu, Yohanes, G., K. Puspadi, A. Krisnamurthi, B. 2006. Revitalisasi


Muzini dan Tanda S. Panjaitan, Pertanian: Sebuah Konsekuensi
2004. Pendekatan sosial budaya Sejarah dan Tuntutan Masa
dalam pengembangan sistem Depan. Dalam Revitalisasi
usatanai-ternak di Lombok, Nusa Pertanian dan Dialog Peradaban.
Tenggara Barat. Prosiding Penerbit Buku Kompas. Jakarta
Lokakarya Sistem dan
Kelembagaan Usaha tani Tanaman- Kurttila, M., Pesonen, M., Kangas, J. and
Ternak. Badan Litbang Pertanian, Kajanus, M., 2000. Utilizing the
Jakarta. analytical hierarchy process (AHP)
in SWOT analysis – A hybrid
Devendra, C. 1993. Sustainable animal method and its application to a
production from small farm systems forest–certification case. Forest
in South-East Asia. FAO Animal Policy and Economics, 1, 41-52.
Production and Health Paper 106.
FAO Rome, p. 143 Manwan, I., dan Oka,I.M 1991. Konsep
Penelitian Sistem Usahatani dan
Elly, F.H , Bonar M. S., Sri Utami Penelitian Pengembangan. Pusat
Kuntjoro,S.U , dan Kusnadi, N., Penelitian dan Pengembangan
2008 . Pengembangan usaha Tanaman Pangan, Bogor.
ternak sapi rakyat melalui integrasi
sapi tanaman di Sulawesi Utara, Melhim, A., O’Donoghue, E.J and
Jurnal Litbang Pertanian, 27(2), pp. Shumway. C.R., 2009. What does
63-68. initial farm size imply about growth
and diversification? Journal of
Ismail, I. G. dan Djajanegara, A. 2004. Agricultural and Applied
Kerangka Dasar Pengembangan Economics, 41,1(April 2009):193–
SUT Tanaman Ternak (Draft). 206
Proyek PAATP, Jakarta.
Nuridinar, A. 2010. An integrated
Jauhari, A, 2002. Pertanian farming with zero waste system,
berkelanjutan. Suara Pembaharuan URL :
Daily dbraint.blogspot.com/2010/.../integr
ated-farming-with.
Kariyasa, K, 2003. Hasil Laporan Pra
Survei Kelembagaan Usaha Reijntjes, C., B. Haverkot dan A. W.
Tanaman-Ternak Terpadu dalam Bayer, 1999. Pertanian masa depan,
Sistem dan Usaha Agribisnis. Pengantar untuk pertanian
Proyek PAATP, Departemen berkelanjutan dengan input luar
Pertanian, Jakarta.

83
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015

rendah. Kanisius dan ILEIA, Sulc and Benjamin F. 2007. Integrated


Yogyakarta crop–livestock systems in the U.S.
Corn Belt, Agron. J. 99:335–345
Salikin, K.A, 2003. Sistem pertanian (2007).
berkelanjutan. Kanisius, Yogyakart
. Vidra, H. (2014). Peranan pertanian
Soedjana, T.D. 2007. Sistem usaha tani terpadu sistem integrasi padi dan
terintegrasi tanaman-ternak sebagai ternak
respons petani terhadap faktor https://ml.scribd.com/.../Peranan-
risiko. J. Litbang Pertanian 26(2): Pertanian-Terpadu-Si
82 – 87.

84

You might also like