Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
ABSTRAK
68
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
dari kajian ini adalah untuk: (1) Menganalisis potensi dan peluang pengembangan
teknologi system integrasi tanaman jagung ternak sapi potong; (2) Menganalisis faktor-
faktor internal dan eksternal pengembangan teknologi sistem terintegrasi tanaman
jagung ternak sapi potong; (3). Merumuskan alternatif strategi pengembangan teknologi
sistem terintegrasi. Lokasi penelitian di Kecamatan Marioriwawo dan penentuan desa
lokasi penelitian tersebut menggunakan metode porpusive sampling. Dilaksanakan dari
bulan Oktober- Desember 2016. Analisis data dengan dilakukan dengan menghitung R/C
yang diperoleh melaui pendapatan di bagi dengan total biaya. Rumusan strategi dianalisis
dengan SWOT (Strenght, Weakness, Oppurtunity, and Threat). Hasil dari kajian ini
adalah pengembangan teknlogi system integrasi tanaman jagung - ternak sapi potong di
Kecamatan Marioriwawo layak untuk lakukan dengan melihat R/C rasio. Nilai R/C pada
usaha integrasi jagung – ternak paling tinggi (2,25) dibandingkan usaha ternak saja (1,25)
dan Jagung saja (2,16) dengan volume 1 ha/tahun. Hal tersebut menujukan usaha
integrasi lebih efisien dimana setiap pengeluaran produksi Rp. 1.000,00 memberikan
penerimaan sebesar Rp.2.280.00. Strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan
intergrasi ternak sapi – jagung adalah membentuk kelompok tani – ternak dengan
melakukan model integarsi tani - ternak. Strategi ini mampu meningkatkan produk hasil
pertanian dan populasi sapi potong serta efek perbaikan lingkungan produksi dari
kegiatan integrasi tersebut.
69
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
waste), dengan kata lain tidak ada potensi yang dimiliki Kabupaten
limbah atau hasil samping yang terbuang Soppeng.
percuma. Pertanian terpadu mengurangi
resiko kegagalan panen,karena
METODELOGI
ketergantungan pada suatu komoditi
dapat dihindari dan hemat ongkos Kajian ini menggunakan
produksi. Sebagai contoh sederhana paradigma positivisme dengan jenis
system pertanian terpadu adalah apabila penelitian kuantitatif, yang berupaya
dalam suatu kawasan ditanam jagung, untuk menggambarkan secara sistimatis
maka ketika jagung tersebut panen, hasil suatu situasi atau fenomena tentang
sisa tanaman merupakan limbah yang
potensi, peluang, kendala, dan strategi
harus dibuang oleh petani. Tidak
demikian halnya apabila di kawasaan pengembangan teknologi system
tersebut tersedia ternak sapi potong, integrasi tanaman jagung ternak sapi
limbah jagung tersebut akan menjadi sapi potong. Lokasi penelitian adalah
pakan bagi sapi potong tersebut. Kecamatan Marioriwawo dan penentuan
Hubungan timbal balik akn terjadi ketika desa lokasi penelitian tersebut
ternak mengeluarkan kotoran yang menggunakan metode porpusive
digunakan untuk pupuk bagi tanaman
sampling dengan pertimbangan bahwa a)
jagung yang ditanam di kawasan
tersebut. Berdasarkan latar belakang di lokasi desa adalah sentra pengembangan
atas maka pengembangan system jagung di Kecamatan Marioriwawo, (b)
integrasi tanaman jagung ternak sapi lokasi desa adalah wilayah
potong sangat relevan dikembangkan di pengembangan ternak sapi potong di
Kabupaten Soppeng (kecamatan Kecamatan Marioriwawo. Dilaksanakan
Marioriwawo). Untuk itu perlu dari bulan Oktober- Desember 2016.
menghimpun informasi dan daya dukung
Populasi dalam kajian ini adalah petani
serta peluang daerah kabupaten Soppeng
dalam mengembangkan system integrasi jagung dan yang dijadikan sampel
tanaman jagung ternak sapi. responden adalah petani jagung dan
Adapun tujuan dari Tujuan dari sekaligus juga sebagai peternak sapi
kajian ini adalah untuk: (1) Menganalisis potong. Ditetapkan sebanyak 10 orang
potensi dan peluang pengembangan responden masing-masing 2 orang petani
teknlogi system integrasi tanaman jagung dan 2 orang peternak sapi potong
jagung ternak sapi potong, pada wilayah yang dipilih secara acak dari anggota
sentra produksi pada saat ini dan pada kelompok tani ( satu kelompok tani per
masa datang di Kecamatan
desa). Dengan demikian jumlah
Marioriwawo, Kabupaten Soppeng; (2)
Menganalisis faktor-faktor internal dan responden secara keseluruhan mencapai
eksternal pengembangan teknologi 72 responden. Jumlah sampel minimal
sistem terintegrasi tanaman jagung berjumlah 36 sampel. Analisis dilakukan
ternak sapi potong, ditinjau dari aspek dengan menghitung R/C yang diperoleh
sumberdaya manusia, kelembagaan, mlaui pendapatan di bagi dengan total
sarana dan prarasana, social budaya, dan
biaya. Jika R/C > 1 maka usaha tani
dukungan kebijakan (3). Merumuskan
alternatif strategi pengembangan tersebut dapat di kembangakan. untuk
teknologi sistem terintegrasi tanaman mencapai tujuan rumusan strategi
jagung ternak sapi potong berdasarkan pengembangan teknologi integrasi
70
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
tanaman jagung ternak sapi potong, sawah 15.274 ha, Produksi hasil
maka akan dianalisis dengan SWOT pertanian di Kecamatan Marioriwawo
(Strenght, Weakness, Oppurtunity, and terus mengalami peningkatan walupun
dalam beberapa tahun terakhir
Threat).
cenderung tidak dapat dikatan
signifikan, padi masih merupakan
komoditas andalan dimana produksi
tahun 2015 adalah 27.764 ton, dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN total luas panen adalah 4.649 ha, setelah
itu diikuti oleh tanaman jagung dengan
Kecamatan Marioriwawo dengan luas panen adalah 637 ha, dengan
luas 300 km2, Pemerintah Kecamatan produksi 2.756 ha (BPS, 2016). Pada
Marioriwawo terdiri atas 2 (dua) sektor peternakan populasi ternak besar
kelurahan dan 13 (tiga belas) desa. di Kecamatan Marioriwawo pada tahun
Kecamatan ini berada pada wilayah 2015 mengalami peningkatan disemua
dengan topografi yang beragam. jenis ternak, yang paling banyak
Sebagian desa berada pada wilayah yang diternakan adalah ayam buras dengan
datar dan lainnya berada pada wilayah populasi tahun 2015 adalah 423.678
dengan topografi berbukit-bukit. Secara ekor.
keseluruhan wilayah Kecamatan
Marioriwawo berada pada ketinggian KARAKTERISTIK RESPONDEN
antara 25-1.400 meter di atas permukaan
laut. Kecamatan dengan 13 Umur
Desa/Kelurahan ini terbagi atas 4 Tingkatan umur petani jagung dan
lingkungan, 28 Dusun, RW/RT masing- peternak sapi utamanya merupakan salah
masing 28 rukun warga (RW) dan Rukun satu hal yang mempengaruhi kinerja dan
Tetangga 204 (RT). Masyarakat di dari kegiatan usaha yang dilakukan
Kecamatan Marioriwawo juga aktif dimana produktifitas kerja akan
dalam kelembagan/organisasi ini dapat mengeningkat bila masih berada dalam
dilihat dari beberapa kelembagaan yang kondisi umur yang produktif dan akan
terbentuk dikecamatan tersebut seperti semakin menurun kemampuan kerja
BPD ada 11 lembaga, Organisasi seiring dengan bertambahnya umur
Kepemudaan 13 lembaga dan PA3K 13 seorang. Adapun klasifiaksi petani
lembaga. Kecamatan Marioriwawo jagung dan peternak sapi berdasarkan
merupakan kecamatan dengan jumlah umur di kecamatan Marioriwawo, rata-
penduduk terbanyak dikabupaten rata umur responden antara 26 tahun
Soppeng pada tahun 2015 mencapai sampai umur < 52 Tahun, pada petani
44.764 jiwa dengan kepadatan 149 jiwa jagung dan peternak dengan jumlah
tiap Km2. responde sebanyak 12 orang dengan
Kecamatan Marioriwawo responden terbanyak berumur kurang
memiliki potensi pertanian yang cukup dari 52 tahun (<52 tahun) . Hal ini
besar karena didukung dengan daya menujukan bahwa umur respon tidak
dukung lahan potesial untuk lagi berada pada usia yang masih
pengembangan areal pertanian untuk produktif. Hal ini sesuai dengan
peningkatan hasil produk-produk pendapat Kasim dan Sirajuddin (2008),
pertaniannya, dimana total luas lahan usia non produkstif berada pada rentanan
pertanian adalah 18.268 ha dimana lahan umur 0 – 14 tahun, usia produktif 15 -56
sawah seluas 2 994 ha dan lahan bukan tahun dan usia lanjut 57 tahun keatas.
71
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
Semakin tinggi umur seseorang maka ia daya manusia, yang pada giliranya akan
lebih cenderung untuk berfikir lebih baik semain tinggi pula produktifitas kerja
dan dapat bertindak lebih bijaksana. yang dilakukaknnya.
Secara fisik akan umur akan .
mempengaruhi produktifitas petani dan Status Kepemilikan Lahan
peternak, dimana semakin tinggi umur Lahan merupakan salah satu
maka kemapuan kerja relatif juga akan faktor mendukung usaha pertanian yang
menurun. Jenis kelamin dalam usaha di lakukan, dimana luas lahan akan
pertanian dan perternakan merupakan sangat mempengaruhi produksi utama
salah satu faktor dalam menentukan maupun limbah yang dihasilkan.
jenis pekerjaan. responden yang meliliki luas lahan < 0,5
Ha sebanyak 6 orang (0,17%), luas lahan
Jenis Kelamin rata-rata yang dimiliki responsen adalah
tingkat pendidikan responden berkisar 0,5 ha – 1 ha yang berjumlah 26
sangat beragam dan yang memiliki orang (0,72 %), hanya 4 orang yang
tinggkat pendidikan yang banyak yaitu memiliki luas lahan lebih dari 1 ha
SD/sederajat sebanyak 8 orang (0,11 %) (0,11%), hal ini dikarenakan lahan
dan jenjang pendidikan sarjana sebagaiannya adalah untuk tanaman
sebanyak 2 orang (0,03%) ini semusim yaitu padi. Menurut
menandakan bahwa tingkat pedidikan Hutagalung (2007), bahwa usaha tani
para petani jagung dan peternak masih yang dimaksud dibagi atas tiga bagian
sangat rendah, sehingga pengetahuan yaitu lahan sempit yaitu petani yang
dan keahlian didapatkan pada mengusahakan lahan dengan luas lebih
pengalaman - pengalaman sebelumnya. kecil dari 0,5 ha (< 0,5 Ha), lahan sedang
Hal ini sejalan dengan pendapat (syafaat, yaitu petani yang mengusahakan lahan
et al, 1995) dalam siregar (2009 : 25) dengan luas 0,5 Ha – 1 Ha, dan lahan
mengatakan bahwa semakin tinggi luas adalah petani yang mengusahakan
tingkat petani/peternak makan akan lebih dari 1 Ha (> Ha).
semakin tinggi tingkat kualitas sumber
2000
1000
0
2011 2012 2013 2014 2015
Gambar 01. Luas Tanam dan Luas Panen Tanam Jagung 2011-2015
72
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
73
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
Tabel 01. Perbadingan hasil usaha tani integrasi dan non integrasi (rupiah/tahun)
Hasil analis usaha tani menujukan sebesar 60,08% dengan nilai R/C
bahwa nilai R/C pada usaha ternak meningkat 5,18 %.
(dengan asumsi 6 ekor sapi, dengan luas
lahan jagung 1 ha dan 70% pakan berasal Potensi Pengembangan Teknologi
dari jagung) integrasi usaha tani lebih Sistem integrasi Jagung Ternak
tinggi pada R/C pada usaha masing- system Zero Waste
masing. Berdasarkan tabel 13. Nilai R/C
pada usaha integrasi jagung – ternak
paling tinggi (2,25) dibandingkan usaha Pengembangan sistem integrasi
ternak saja (1,25) dan Jagung saja (2,16) ternak–jagung dengan pemanfaatan
dengan volume 1 ha/tahun. Hal tersebut limbah yang tersedia dari kegiatan
menujukan usaha integrasi lebih efisien subsektor pertanian sabagai pakan
dimana setiap pengeluaran produksi Rp. ternak, seperti diketahui biaya terbesar
1.000,00 memberikan penerimaan dalam peternakan adalah biaya pakan
sebesar Rp.2.280.00. dan tenaga kerja. Dengan jalan
Menurut Priyanti (2007) Usaha mengintegrasikan kegiatan
tani tanaman – ternak dengan pemeliharaan ternak sederdengan usaha
pengelolaan lahan 0,30 – 0,64 hektar dan tani lainya akan dihasilkan efiseinsi
sapi 2 ekor dapat meningatkan biaya produksi yang tinggi. Dengan
pendapatan rumah tangga Rp. pengolaan secara sederhana dapat diolah
852.170,00/bulan dengan kontribusi menjadi pupuk atau kompos yang
peternakan terhadap total pendapatan bermafaat bagi kesuburan tanah. Selain
rumah tangga mencapai 40%. Tigginya digunakan untuk kebutuhan sendiri hasil
pendapatan dari integrasi ternak – limbah sapi yang dibuat menjadi pupuk
tanaman dipengarui oleh penjualan sapi kandang (pupuk/kompos) dapat dijual
pada tahun terakhir dan adanya dan mempunyai nilai ekonomis yang
penekana pembelian pupuk kima menguntungkan, sehingga secara
menjadi pupuk organik. Basuni (2012) keseluruhan kombinasi kegiatan
meyatakan adanya penekanan pembelian pemeliharan ternak dan tanaman
pupuk kimia pada usaha tani pola SIPT (ternak–jagung) akan memberikan
di Kabupaten Cianjur dimana keuntungan dengan jalan pengurangan
penggunaan pupuk urea turun menjadi biaya produksi dan peningkatan hasil.
100 kg/ha, SP 36 turun menjadi 50 kg/ha Secara terperinci manfaat sistem
dan KCL turun menjadi 50 kg/ha dan tanaman–ternak antara lain (1)
terjadi peningkatan pendapatan petani meningkatkan akses terhadap kotoran
ternak; (2) peningkatan nilai tambah dari
74
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
75
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
Tabel 01. Matriks Eksternal Faktor Peluang Evalusai (EFPE) Tanaman Jagung
Ternak di Kecamatan Marioriwawo di Kabupaten Soppeng
TOTAL SKORE
N0 FAKTOR PELUANG RATING
RATING BOBOT x BOBOT
Dukungan kebijakan pemerintah provinsi
1 Sulawesi Selatan dengan program 2juta 4 0.10 0.379
sapi
2 Dukungan infrastruktur 3 0.10 0.304
Tersedianya teknologi pengelolaan limbah
3 jagung untuk pakan sapi, serta limbah sapi 3 0.10 0.307
untuk penggunaan pupuk terhadap jagung
Adanya dukungan pemerintah dalam
4 4 0.10 0.355
pengembangan sentra sapid an jagung
Kebijakan pemerintah untuk
5 3 0.10 0.309
pengandangan sapi
Kebijakan pemerintah untuk intensifikasi
6 3 0.10 0.345
khusus pengembangan jagung
7 Harga produk jagung dan harga sapi 1 0.03 0.031
Kondisi iklim memungkinkan
8 0.3 0.01 0.003
pengembangan tanaman jagung
Kebutuhan akan daging dari tahun ke
9 0.2 0.01 0.002
tahun semakin meningkat
10 Harga daging 0.2 0.01 0.002
Jumlah O 0.66 2.04
Tabel 02. Matriks Eksternal Faktor Ancaman Evalusai (EFPE) Tanaman Jagung
Ternak di Kecamatan Marioriwawo di Kabupaten Soppeng
TOTAL SKORE
N0 FAKTOR ANCAMAN RATING
RATING BOBOT x BOBOT
Masih banyaknya alternative pakan yang
1 2 0.06 0.138
lain (seperti: Rumput)
Harga bahan pakan konsentrat relative
2 3 0.07 0.209
lebih mahal
Alih fungsi lahan produktif menjadi lahan
3 3 0.08 0.246
pemukiman
4 Pencuri Sapi 3 0.07 0.246
5 Penyakit Hewan 1 0.03 0.026
6 Harga dan benih langka karena mahal 0.3 0.01 0.003
7 Pemilihan jenis sapi 0.3 0.01 0.003
8 Hargadaging tidak stabil 0.3 0.01 0.003
Jumlah T 0.34 0.87
Total Faktor Eksternal 1.00 2.91
76
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
FAKTOR KEKUATAN
1
0,300 0,267
9 0,250 0,255 2
3 faktor kunci KEKUATAN pada matrix IFE
berdasarkan urutan dari nilai skor tertinggi
0,200 pertama ke skor tinggi ke tiga, sebagai berikut:
0,003 0,150
0,100 1. Sumberdaya pakan limbah
0,225
8 0,050 3 produksi tanaman jagung
0,012
cukup besar di Kabupaten
- Soppeng
2. Kualitas nutrisi pakan
limbah tanaman jagung
0,234 bagus untuk ternak
0,240 ruminansia (ternak sapi)
7 4
6. Ketersediaan lahan untuk
0,190 pengembangan tanaman
0,251 jagung dan ternak sapi
6 5
Gambar 03. Faktor kunci KEKUATAN dengan nilai skor tertinggi pertama kedua
dan ketiga dalam matrix IFE Integrasi tanaman jagung – ternak Sapi
di Kecamatan Marioriwawo
77
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
1 FAKTOR KELEMAHAN
0,250
1
0,200 0,190 2
0 3 faktor kunci KELEMAHAN pada matrix IFE
0,184 berdasarkan urutan dari nilai skor tertinggi
0,150 pertama ke skor tinggi ke tiga, sebagai berikut:
0,002 5. Usaha Ternak Ruminansia
0,100 (ternak Sapi) masih
9 3
digembalakan sehingga
0,0020,050 0,208 limbah sapinya tidak
- tertampung
0,192 3. Kurangnya pemahaman
0,135
8 4 petani terhadap program
integrasi jagung ternak
0,145 0,210 4. Tidak adanya penampungan
0,148 pakan sehingga sulit
7 5 mengumpulkan feces
(kotoran) sapi dalam jumlah
6 banyak
Gambar 03. Faktor kunci KELEMAHAN dengan nilai skor tertinggi pertama
kedua dan ketiga dalam matrix IFE Integrasi tanaman jagung –
ternak Sapi di Kecamatan Marioriwawo
78
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
0,400
1 FAKTOR PELUANG
0,379 3 faktor kunci PELUANG pada matrix EFE
10 2 berdasarkan urutan dari nilai skor tertinggi
0,300 0,304 pertama ke skor tinggi ke tiga, sebagai berikut:
0,002 1. Dukungan kebijakan
0,200
9 0,307 3 pemerintah provinsi Sulawesi
0,002 0,100 Selatan dengan program 2juta
-
0,003 sapi
0,031 0,355 4. Adanya dukungan pemerintah
8 4 dalam pengembangan sentra
sapi dan jagung
0,309 6. Kebijakan pemerintah untuk
7 0,345 5
intensifikasi khusus
6 pengembangan jagung
Gambar 04. Faktor kunci PELUANG dengan nilai skor tertinggi pertama kedua dan
ketiga dalam matrix IFE Integrasi tanaman jagung – ternak Sapi di
Kecamatan Marioriwawo
0,250
1 FAKTOR ANCAMAN
3 faktor kunci ANCAMAN pada matrix EFE
8 0,200 0,138 2 berdasarkan urutan dari nilai skor tertinggi
pertama ke skor tinggi ke tiga, sebagai berikut:
0,150 0,209
0,003
0,100
3. Alih fungsi lahan
0,050
produktif menjadi
7 0,003 - 0,246 3
lahan pemukiman
0,003 4. Pencuri Sapi
0,026 2. Harga bahan pakan
6 4
konsentrat relative
0,246
lebih mahal
5
Gambar 05. Faktor kunci ANCAMAN dengan nilai skor tertinggi pertama, kedua
dan ketiga dalam matrix IFE Integrasi tanaman jagung – ternak Sapi
di Kecamatan Marioriwawo
Pada Tabel 02 dan Gambar 05 di di atas, terlihat bahwa faktor peluang dan
atas, factor-faktor kunci ancaman yang faktor kekuatan memiliki nilai skor lebih
memiliki nilai skor tertinggi pertama, besar dibandingkan faktor kelemahan
kedua dan ketiga yaitu 1) Alih fungsi dan faktor ancaman yang berpotensi
lahan produktif menjadi lahan menjadi kendala dalam pengembangan
pemukiman dengan nilai skor 0,246; .2) system integrasi tanaman jagung-ternak.
Pencuri sapi dengan nilai skor 0,246; dan Maka untuk itu, ketiga factor-faktor
3) harga konsentrat relative lebih mahal kunci pada factor internal (kekuatan dan
dengan nilai skor 0,192. Pada Gambar 06 kelemahan) dan factor eksternal
Diagram penggabungan faktor-faktor (peluang dan ancaman) dimasukkan
kunci kekuatan, kelemahan, peluang, dalam matriks SWOT sebagai matching
dan ancaman dalam matrix IFE dan tools dalam menyusun rumusan strategi,
matrix EFE Integrasi tanaman jagung – sebagai berikut.
ternak Sapi di Kecamatan Marioriwawo
79
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
80
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
81
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
sentra juga juga sebagai pengembangan dan Jagung saja (2,16) dengan volume 1
kawasan sentra sapi. Dikabupaten ha/tahun. Hal tersebut menujukan usaha
soppeng sudah ada ada sentar integrasi lebih efisien dimana setiap
makanan ternak yaiti unggas dan ini pengeluaran produksi Rp. 1.000,00
tidak menutup kemungkinan untuk memberikan penerimaan sebesar
pembuatan pakan sapi. Pola beternak Rp.2.280.00, Pengembagan integrasi
yang masih tradiosinal merupakan ternak sapi – tanaman jagung dapat
peluang untuk menggunakan limbah menjadi solusi untuk meningkatkan
tanaman jagung sebagai pakan sapi pendapatan melalui optimalisasi lahan
dengan adanya rumput maka peluang dalam bentuk diversikasi usaha tani,
untuk memadukan dengan limbah sistem integrasi ini mampu menekann
pertanian, Dari segi eksternal anacaman penggunaan pupuk kimia. Startegi yang
ancaman yaitu kejadian perubahan lahan dapat dilakukan dalam pengembangan
produktif menjadi lahan pemukiman, intergrasi ternak sapi – jagung adalah
anacaman yang lain adalah masih membentuk kelompok tani – ternak
banyaknya alternatif pakan dan dengan melakukan model integarsi tani -
mahalnya harga pakan konsentrat, juga ternak. Strategi ini mampu
masih maraknya pencurian hewan hal ini meningkatkan produk hasil pertanian
bisa dihindara dengan pengelolaan dan populasi sapi potong serta efek
sistem pengandangan sapi, dengan perbaikan lingkungan produksi dari
pemeliharan sapi dikandang akan kegiatan integrasi tersebut.
mengurangi pencurian sapi. Harga dan
benih masih langka langka yang DAFTAR PUSTAKA
mengakibatkan mahalnya harga dan Amir, P. and Knipscheer, H.C., 1989.
benih sapi masih cukup mahal di Conducting on-farm Animal
Kecamtan Marioriwawo. Dilain pihak Research: Procedures and
juga terdapat berbagai kelemahan secara Economic Analysis. Winrock
diantaranya lemahnya minat petani International Institute for
terhadap program sistem integrasi Agricultural Development and
tanaman jagung dan ternak, sehingga International Development
pemahaman akan manfaat integarasi Research Center. Singapore
masyakat masih sangat kurang. National Printers Limited. 244 p
Kelamahan yang lain adalah tidak
adanya tempat penampungan limbah Arelovich, H.M., Rodrigo D. Bravo,
jagung maupun limbah feces sapi R.D, Martinez, M.F, Forgue, P.L,
khusus, sehingga penempatannya and Torquati,S.O., 2013.
ditempatkan disembarang tempat Performance and ultrasound
measurements of beef cattle fed
KESIMPULAN diets based on whole corn or oats
Berdsarkan pembahasan sebelumnya grains Chilean J. Agric. Res.vol.73,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai no.3, Chillán set. 2013
berikut: pengembangan teknlogi system
integrasi tanaman jagung - ternak sapi Adnyana, et.al, 2003. Pengkajian dan
potong di Kecamatan Marioriwawo sintesis kebijakan pengembangan
layak untuk lakukan dengan melihat R/C peningkatan produktivitas padi dan
rasio. Nilai R/C pada usaha integrasi ternak (P3T), Laporan Teknis Pusat
jagung – ternak paling tinggi (2,25) Penelitian dan Pengembangan
dibandingkan usaha ternak saja (1,25)
82
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
83
J. Agrotan 2(2) : 68- 84, September 2016, ISSN : 2442-9015
84