You are on page 1of 10

PRARANCANGAN PABRIK FENOL DAN ASETON DARI CUMENE DENGAN

PROSES KBR DENGAN DISAIN ALAT UTAMA REAKTOR HIDROGENASI


(R-103)
Monaeka Sitinjak1), Desi Heltina2)
1) Mahasiswa Program Studi Teknik Kimia, 2) Dosen Teknik Kimia
Program Studi Teknik Kimia S1, Fakultas Teknik Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas KM 12,5 Simpang Baru, Panam
Pekanbaru, 28293
E-mail : monaeka.sitinjak5244@student.unri.ac.id

ABSTRACT

Phenol or hydroxybenzene is an organic compound which is widely used. Phenols are also
used to produce various substances such as bisphenol-A, phenolic resins, caprolactam, alkyl
phenols, and anilines. Acetone is used as a solvent for gums, waxes, resins, oils, dyes and
cellulose because it has excellent dissolving properties. The wide use of these materials
causes the domestic demand for phenol and acetone to increase every year. This chemical
plant is designed to produce phenol and acetone with a capacity of 30,000 tonnes per year.
One of the main equipment in this plant is the hydrogenation reactor (R-103). This equipment
is designed for the hydrogenation reaction scene between alpha methyl styrene (AMS) and
hydrogen. The output of the reactor is in the form of cumene which will be recycled to be fed
to M-101 and then used as raw material for making CHP on R-101. This type of reactor is a
bubble column reactor using a cooling jacket and is operated at a temperature of 388.15 K
and a pressure of 3.039 bar. The liquid feed flow rate is 1353,6109 kg per hour. The gas feed
flow rate is 51,274 kg per hour, consisting of cumene and AMS for liquid feed and hydrogen
for gas feed. The reactor height is 2,875 m, diameter of 1.3716 with a support and head
types, namely torispherical and dished. Economic analysis is carried out to see the feasibility
of the factory. Based on the economic feasibility analysis, the phenol and acetone factories
were feasible to be built with a 4-year PBP, 13.039% IRR, 25.03% ROI, and 50% BEP.
Keywords: phenol, acetone, hydrogenation, reactor bubble column, economic analysis

1. PENDAHULUAN memenuhi kebutuhan industri dalam


Pembangunan ekonomi di Indonesia negeri.
saat ini tengah memasuki era globalisasi Fenol dan aseton adalah 2 di antara
industri. Dalam konteks ini, bahan baku kimia yang hingga saat ini
pengembangan industri kimia merupakan masih diperoleh dari luar negeri. Dimana
salah satu aspek penting untuk mencapai fenol atau hidroksibenzena merupakan zat
tujuan tersebut. Tetapi dalam realisasinya, kimia organik yang sangat luas
industri kimia masih dihadapkan dengan penggunaannya. Selain digunakan sebagai
persoalan terkait pemenuhan bahan baku zat perantara dalam pembuatan herbisida,
pembuatan produk. Dengan kata lain minyak pelumas, insektisida, dan lainnya,
penggunaan Jasa impor bahan baku fenol juga digunakan untuk menghasilkan
tentunya akan tetap berlangsung demi berbagai zat antara kimia seperti

JOM FTEKNIK Volume 8 Edisi 1 Januari s/d Juni 2021 1


bisphenol-A, phenolic resin, caprolactam, perekonomian dan memperluas lapangan
alkyl phenol, dan anilin (Kirk dan Othmer, pekerjaan.
1991).
Aseton juga dikenal dengan nama 2. DESKRIPSI PROSES
lain 2–propanon atau dimetil keton. 2.1 Tahapan Reaksi
Produksi Fenol menggunakan
Ketene, methyl metacrylate, bisphenol A,
diacetone alcohol, methyl isobutyl ketone, bahan baku cumene merupakan proses
hexylene glycol dan isophorone pembuatan fenol yang paling banyak
digunakan. Metode ini berdasarkan hasil
merupakan produk dari sintesis kimia yang
menggunakan bahan baku aseton. Aseton research oleh Hock dan Lang pada tahun
juga diketahui digunakan sebagai pelarut 1994, yang difokuskan pada pemisahan
cumyl hydroperoxide menjadi fenol dan
untuk getah, lilin, resin, minyak, zat warna
dan selulosa karena memiliki daya aseton (Chauvel dan Gilles, 1989).
melarutkan yang sangat baik. Selain itu, Cumene merupakan produk yang
didapatkan melalui reaksi antara benzene
bahan kimia ini pun dimanfaatkan sebagai
carrier bagi asetilena dalam proses dan propilen. Pembentukan dari reaksi
pembuatan coatings dan plastik. alkilasi dilakukan pada larutan yang
ditambahkan dengan katalis asam seperti
Dilihat dari luasnya penggunaan
akan bahan tersebut, tidak mengherankan asam fosfat dan aluminium klorida.
Umumnya, sebagian besar cumene di
jika permintaan akan pemenuhan
kebutuhan industri terhadap fenol dan produksi menggunakan katalis heterogen
aseton dalam negeri juga meningkat zeolite. Pada proses ini cumene
hidroperoksida yang dibentuk melalui
disetiap tahunnya. Hal ini sejalan dengan
data yang disajikan melalui Badan Pusat reaksi oksidasi cumene dengan cepat
Statistik (BPS) (2019), menyatakan bahwa terdekomposisi menjadi fenol dan aseton
dengan bantuan katalis asam kuat. Reaksi
dalam 5 tahun terakhir, nilai impor fenol
berada dalam range 20.000 – 26.000 pembentukan fenol dan aseton dari
ton/tahun. Sedangkan aseton menduduki cumene adalah sebagai berikut:
nilai impor berkisar 17.000 - 22.000
ton/tahun.
Berdasarkan data tersebut, maka
kebutuhan akan fenol dan aseton akan Gambar 2.1 Reaksi pembentukan fenol
terus mengalami peningkatan mengingat (Meyers, 2005)
kebutuhan penggunaan bahan tersebut bagi Berdasarkan gambar dapat
industri lain. Oleh karena itu perancangan diketahui bahwa reaksi produksi fenol dan
pabrik fenol dan aseton di Indonesia aseton dimulai melalui reaksi oksidasi
merupakan langkah tepat guna mengurangi menggunakan udara. Udara yang
ketergantungan akan impor dari negara digunakan harus mengandung oksigen.
lain. Serta diharapkan dapat menjadi Oksidasi dilakukan didalam reaktor
komoditi ekspor dikemudian hari. Dengan oksidator dengan kode R-101 dengan
demikian diharapkan pembangunan pabrik kondisi operasi temperature 115 ºC dan
fenol dan aseton dapat membantu tekanan 2 bar. Dimana keluaran yang
meningkatkan produksi dalam negeri dihasilkan bukan hanya CHP tetapi
sehingga dapat memperbaiki struktur

JOM FTEKNIK Volume 8 Edisi 1 Januari s/d Juni 2021 2


terdapat juga, DMBA, ACP terbentuk produk samping berupa AMS,
(Acetophenone), methanol, dan cumene AC, air, dan cumene yang tidak dapat
yang tidak bereaksi. bereaksi.
Setelah melewati oksidator, CHP Effeluent cleavage mengandung
dan produk samping kemudian dialirkan asam sulfat yang digunakan sebagai katalis
menuju reaktor pembelahan dengan kode untuk reaksi pembelahan. Untuk
R-102. Pada proses ini terjadi reaksi menghindari masalah korosi pada
pemecahan cumene hidroperoksida peralatan, asam harus diekstraksi dan
menjadi fenol dan aseton. Reaksi dinetralkan. Asam diekstraksi dari fase
dijalankan pada suasana asam dengan organik menjadi fase berair dan kemudian
mengunakan asam sulfat yang berfungsi dinetralkan dengan natrium hidroksida.
sebagai katalis dengan konsentrasi 98% Setelah mengalami netralisasi selanjutnya
(Kirk dan Othmer, 1995). Pada tahapan luaran akan menjalani proses pemisahan
pembelahan (cleavage) terjadi dan pemurnian. Berikut ditampilkan Block
dekomposisi cumene hidroperoksida diagram dalam Gambar 2.2.
menjadi fenol dan aseton. Pada proses ini

Recycle cumene

Asam sulfat 98%


Natrium Hidroksida

Cumene Reaktor Oksidasi Unit Destilasi 1 Reaktor Cleavage Reaktor Netralisasi


R-101 D-101 R-102 NE-101
Garam
CHP CHP Asam Sulfat
Cumene Cumene Fenol Aseton
Udara DMBA Acetophenon Aseton Fenol
Oksigen Acetophenon DMBA Acetophenon Air
Nitrogen Air Cumene
AMS AMS
Acetophenon

Cumene
Aseton
Unit Destilasi 4 Unit Destilasi 3 Unit Destilasi 2
Air
(D-104) (D-103) (D-102)
Cumene Cumene cumene
Aseton Aseton
Cumene AMS ACP
AMS Fenol
Cumene AMS
Aseton
AMS

Reaktor
Unit Destilasi 5 Unit Destilasi 6
Hidrogenasi
AMS (D-105) (D-106)
(R-103) Aseton ACP
Cumene Cumene AMSFenol
Cumene
AMS AMS Fenol Cumene
Fenol ACP
AMS

Gambar 2.2 Block Diagram Proses Produksi Fenol dan Aseton

Dalam proses penetralan produk AMS (α-metylstyrene) merupakan produk


yang mengandung asam sulfat atau H2SO4 samping yang terbentuk karena proses
dibutuhkan suatu proses penetralan degradasi DMBA pada proses oksidasi
menggunakan reaktor netralisasi (NE-101) cumene menggunakan udara. Di dalam
dengan menggunakan basa berupa sodium proses, AMS yang berhasil dihasilkan
hidroksida sehingga menghasilkan garam memiliki fraksi yang besar, dengan begitu
dan air. Dimana air ini nantinya dapat jika direaksikan dengan gas hydrogen
diolah kembali atau dibuang. Selain itu, didalam reaktor hidrogenasi (R-103),

JOM FTEKNIK Volume 8 Edisi 1 Januari s/d Juni 2021 3


sehingga akan terbentuk cumene. Berikut ACP, cumene, AMS dan fenol dengan
merupakan reaksi pembentukan cumene temperatur keluaran 180 ºC di kirim
dari AMS yang direaksikan menggunakan menuju destilasi 6 (D-106) untuk
gas hidrogen. Cumene yang dihasilkan difraksinasi.
kemudian akan di recycle untuk Pada kolom destilasi 4 (D-104)
diumpankan menuju M-101 yang nantinya terjadi proses pemisahan cumene dari
akan dijadikan bahan baku pembuatan komponen lainnya seperti aseton dan
CHP pada R-101 yang nantinya akan AMS. Temperatur bagian umpan, destilat
dijadikan bahan baku pembuatan CHP dan bottom pada unit D-104 secara
pada R-101. berurut yaitu 133,9 ºC ; 151,6 ºC ; dan
2.2 Proses Pemisahan dan Pemurnian 164,9 ºC. Produk destilat D-104 berupa
Setelah proses pembelahan didalam cumene, aseton dan AMS selanjutnya
reaktor cleavage (R-102) dan tahap diumpankan menuju unit destilasi 5 (D-
netralisasi (NE-101), campuran organik 105) dengan temperatur umpan 120 ºC
difraksinasi dan dimurnikan. Sistem pada tekanan 1,013 bar. Produk bottom
fraksinasi aseton bertujuan untuk dari D-104 berupa cumene dan aseton
pemisahan aseton dan hidrokarbon dari selanjutnya akan dialirkan menuju mixer
fenol dan komponen lainnya dalam (M-102) sebagai persiapan untuk menuju
produk penetralisasi dan pemurnian reaktor hidrogenasi
produk aseton. Fraksinasi aseton dilakukan Kolom destilasi 5 (D-105),
di unit detilasi 2 (D-102), produk dioperasikan dengan temperatur umpan,
netralisasi difraksinasi menjadi produk destilat dan bottom secara berurut yaitu
atas pada aliran 26 dengan temperatur 70 120 ºC ; 86 ºC ; dan 186 ºC. Bottom
ºC yang terdiri dari produk utama aseton product yang dihasilkan dari D-105
dengan kemurnian 93,18% diikuti dengan berupa cumene dan AMS. Sedangkan
air dan cumene sebagai produk samping. produk destilat menghasilkan produk
Kolom destilasi aseton dioperasikan pada utama aseton dengan kemurnian 86,13%
tekanan atmosferik dengan temperatur yang selanjutnya dialirkan menuju tangki
umpan, destilat dan bottom secara penyimpanan aseton.
berurutan 84,1 ºC ; 71 ºC ; dan 167,5 ºC. Sistem fraksinasi fenol dimulai
Produk bawah dari D-102 yang terdiri dari dengan mengumpankan produl bawah dari
cumene, aseton, ACP, fenol dan AMS aliran D-103 yang terdiri fenol,
selanjutnya dialirkan menuju kolom acetophenone, cumene dan AMS dengan
destilasi 3 (D-103) sebagai umpan. temperature 180 ºC . Tujuan dari bagian
Temperatur umpan D-103 adalah fraksinasi fenol adalah untuk mengisolasi
167,5 ºC dengan tekanan 1,013 bar. dan memurnikan produk fenol. Fenol
Distilat yang dihasilkan dari D-103 dihasilkan sebagai bottom product dengan
berupa cumene, aseton dan AMS dengan kemurnian 96,74 pada temperatur 200 ºC.
temperatur 158,2 ºC selanjutnya dialirkan Distilat yang dihasilkan dari D-106 berupa
menuju D-104 melalui aliran 33 melewati AMS, cumene dan sedikit fenol dengan
heat exchanger untuk menurunkan temperatur 152 ºC. Sedangkan bottom
temperatur menjadi 133,9 ºC yang akan product merupakan keluaran fenol dengan
menjadi temperatur umpan dari D-104. kemurnian 96,18 % disertai kondisi
Produk bottom dari D-103 yang terdiri dari keluaran T = 200 ºC tekanan 1,013 bar.

JOM FTEKNIK Volume 8 Edisi 1 Januari s/d Juni 2021 4


Salah satu produk sampingan utama dari pabrik dan pertimbangan-
proses pabrik fenol dan aseton dengan pertimbangan pendukung.
proses KBR adalah α-methylstyrene d. Studi kelayakan pasar, kelayakan
(AMS), yang dibentuk oleh dehidrasi teknis, kelayakan managemen,
dimetilbenzil alkohol (DMBA), suatu studi kelayakan budaya, studi
produk sampingan dalam proses oksidasi. kelayakan ligkungan dan studi
Pada bagian ini, AMS dihidrogenasi pada kelayakan legal.
R-103 menjadi cumene untuk di recycle di e. Tata letak pabrik, tata letak alat dan
R-101. Hidrogenasi dapat dilakukan master schedule pendirian pabrik.
umumnya dalam sistem reaktor gelembung f. Struktur organisasi pabrik yang
(bubble reactor) R-103. Sebagai alternatif, meliputi sistem kerja karyawan,
AMS dapat diperoleh kembali sebagai jumlah karyawan, sistem
produk sampingan dari pabrik fenol dan penggajian karyawan dan
aseton pada keluaran atas T-106. kesejahteraan karyawan.
g. Melakukan perhitungan ekonomi
3. METODOLOGI dari penaksiran harga peralatan
Adapun langkah-langkah dalam utama dan utilitas.
peranacngan pabrik Fenol dan Aseton ini h. Melakukan perhitungan ekonomi
adalah sebagai berikut : dan kelayakan ekonomi dari pabrik
1. Pengumpulan sumber data yang mencakup :
pendukung pendirian pabrik dan
 Perkiraan biaya pembangunan
proses produksi yang akan
pabrik berdasarkan spesifikasi
dilakukan.
yang telah dibuat dan biaya
2. Perhitungan neraca massa dan energi
manufacturing berdasarkan
pada setiap unit.
kebutuhan bahan baku dan utilitas
3. Perhitungan jaringan alat penukar
pada neraca massa dan energi.
panas dan massa.
 Menilai kelayakan ekonomi
4. Perhitungan dan disain setiap unit
pabrik dengan memperkirakan
utama dan utilitas yang akan
aliran kas
digunakan. Penentuan spesifikasi
tahunan (pro-forma) dan
setiap unit utama dan utilitas yang
kemudian menghitung parameter
akan digunakan.
kelayakan: Return on Investment
5. Penambahan system pengendalian
(ROI), Net Present Value (NPV),
dan instrumentasi proses yang
Internal Rate of Return (IRR),
dibutuhkan dalam pabrik.
dan Break-Even Point (BEP).
6. Analisa dan disain alat utama
 Melakukan analisis sensitivitas
7. Analisa ekonomi yang meliputi :
untuk mengetahui faktor-faktor
a. Analisa pasar, prospek industri
yang secara signifikan
dan pemasaran produk.
mempengaruhi kelayakan
b. Penentuan kapasitas produksi,
proyek. Analisis dilakukan
kebutuhan akan produk yang
terhadap variabel-variabel: harga
akan dihasilkan.
bahan baku, harga produk,
c. Managemen yang meliputi
penjualan, dan gaji karyawan.
pemeliharaan lokasi pendirian

JOM FTEKNIK Volume 8 Edisi 1 Januari s/d Juni 2021 5


Prosedurnya adalah Tabel 4.1 Spesifikasi reaktor hidrogenasi
memvariasikan nilai suatu Spesifikasi Reaktor Hidrogenasi
Kode Alat R-103
variabel dengan menjaga Jenis Reaktor Bubble Column
variabel-variabel lainnya tetap Fungsi
Tempat reaksi hidrogenasi
antara AMS dan Hidrogen
(ceteris paribus) Material
Carbon Steel SA-283 Grade C
untuk melihat kecenderungan Konstruksi
Kondisi Operasi
pengaruhnya terhadap Temperatur 115 oC 388,15 K
keuntungan serta nilai maksimal Tekanan
3 atm 44,088 psia
Operasi
atau minimalnya agar hasil Tekanan 3,450462682 atm 50,70779593
operasional pabrik memberikan Desain psi
Konversi 100%
IRR lebih besar dari minimum.
Desain Shell
1,195143742
4. Disain Alat Utama Reaktor Inside Diameter
m
47,05292862 in
Hidrogenasi (R-103) Outside
1,3716 m 54 in
Diameter
Reaktor Hidrogenasi (R-103) adalah Tebal Plate 0,00617825 m 0,243238191 in
alat yang berfungsi sebagai tempat Tinggi Silinder
2,39028748 m 94,10585725 in
Shell
terjadinya reaksi hidrogenasi antara AMS Tinggi Cairan
1,83162048 m 72,1110816 in
dan Hidrogen. Produk keluaran reaktor (HL)
Desain Head
berupa cumene akan di recycle untuk
Tipe Torispherical dished head
diumpankan menuju M-101 yang nantinya Tebal Head (th) 0,009525 m 0,375 in
akan dijadikan bahan baku pembuatan Sf 0,028575 m 1,125 in
Icr 0,0508 m 2 in
CHP pada R-101. Perancangan reaktor r 0,597572194 m 23,52646 in
hidrogenasi dilakukan atas beberapa AB 0,546772194 m 21,52646 in
AC 1,167343168 m 45,95839 in
tahapan yakni : BC 1,28905 m 50,75 in
1. Menentukan volume reaksi dan b 0,204256832 m 8,041607 in
OA 0,242356702 m 9,541607 in
waktu tinggal. Total Tinggi 2,875000886 m 113,1890 in
2. Menentukan jenis reaksi (endotermis Reaktor
atau eksotermis).
Adapun bentuk dari reaktor hidrogenasi
3. Pilih kondisi operasi yang diperlukan
dapat dilihat dari Gambar 4.1 berikut ini :
(isothermal atau adiabatis).
4. Pilih tipe reaktor jenis bubble
column.
5. Tentukan spesifikasi alat.
6. Rancang reaktor bagian internal dan
aksesoris pendukung alat (support,
nozzle, flange, dll).
Adapun hasil perancangan reaktor
hidrogenasi (R-103) didapatkan spesifikasi
alat yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

JOM FTEKNIK Volume 8 Edisi 1 Januari s/d Juni 2021 6


Gambar 4.1 Detail Menara Destilasi

Spesifikasi dari alat pendukung menara Drilling Template

destilasi dapat dilihat pada Tabel 4.2 Number 4


of Hole
berikut ini : Diameter 0,015875 m 0,625 in
of Hole
Tabel 4.2 Spesifikasi Alat Pendukung Diameter 0,0127 m 0,5 in
of Bolt
Desain Pipa, Noozle, dan Flange Bolt 0,08255 m 3,25 in
Desain Pipa Circle
NPS 0,01905 m 0,75 in
SCH 1,016 m 40 in 4.2 Analisa Kelayakan Ekonomi
ID 0,0209296 m 0,824 in
OD 0,02667 m 1,05 in 4.2.1 Penaksiran Biaya Peralatan
Flow 0,000344 m2 0,534 in2
Area Indeks harga merupakan suatu nilai
Berat 1,13 lb/lin.ft index yang diberikan pada suatu waktu
Desain Noozle yang dapat menunjukkan harga atau nilai
Size 0,01905 m 0,75 in pada waktu tertentu. Harga peralatan pada
OD 0,02667 m 1,05 in tahun pendirian pabrik ditentukan dengan
Flange 0,0055372 m 0,218 in
Noozle menggunakan indeks harga CEPCI
Pemasukan Thickness (Chemical Engineering Plant Cost Index)
Umpan J 0,1524 m 6 in
Liquid Distance from Bottom of Tank to (Peter dkk, 2003). Untuk mengetahui indeks
Center harga pada tahun 2020, digunakan metode
Type H 0,1524 m 6 in
Type C 0,13335 m 5,25 in regresi linear, pada regresi ini diplotkan
Desain Flange data nilai cost indeks dari tahun 1987-2015
NPS 0,01905 m 0,75 in
A 0,098425 m 3,875 in yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.
T 0,0127 m 0,5 in
R 0,0428625 m 1,6875
in
E 0,0381 m 1,5 in
K 0,02667 m 1,05 in

JOM FTEKNIK Volume 8 Edisi 1 Januari s/d Juni 2021 7


segments for multipurpose or large
additions to existing facillities (Peters dkk,
2003) dan diperoleh besarnya FCI
Rp.71.474.886.729 ($4891837,803). WCI
adalah jumlah biaya yang harus
dikeluarkan setelah pabrik berdiri dan
mulai beroperasi, seperti listrik, gaji
karyawan, dana sosial dan sebagainya.
Pada industri kimia perhitungan WCI yaitu
10-20 % dari total capital investment.
Gambar 4.2 Grafik Metode Regresi
Besarnya WCI pada pabrik ini adalah 10%
Linear
dari Total Capital Investment (TCI)
Dari grafik diperoleh persamaan sebesar Rp18.525.809.568. Sehingga
linear sebagai berikut: didapat TCI yaitu Rp185.258.095.680.
y = 13,443x – 26482 ..………………..….(4.1)
4.2.3 Analisa Profitabilitas
Dengan memasukkan nilai x, maka
Dari data hasil penjualan produk dan
diperoleh indeks pada tahun selanjutnya
total production cost akan menghasilkan
yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :
laba bersih yang dihasilkan pada pabrik ini
Tabel 4.3 Cost Index Hasil Regresi Linear yaitu sebesar Rp735.029.434.288,17.
No Tahun Proses Industri Beberapa parameter yang digunakan untuk
1 2016 619,088 mengetahui kelayakan dari suatu pabrik,
2 2017 632,531 yaitu :
3 2018 645,974 a. Percent Return On Investment (ROI)
4 2019 659,417 Return on investment adalah tingkat
5 2020 672,86 keutungan yang dihasilkan dari investasi
6 2021 686,303 yang dikeluarkan untuk pembangunan
7 2022 699,746 suatu pabrik. Return on investment
8 2023 713,189 merupakan perkiraan keuntungan yang
9 2024 726,632 dapat diperoleh setiap tahun, didasarkan
pada kecepatan pengembalian modal tetap
Sehingga didapatkan total harga (fixed capital investment) yang
peralatan Rp.47.732.932.036. diinvestasikan. Pada pabrik Fenol dan
4.2.2 Total Capital Investment (TCI) Aseton ini diperoleh ROI sebesar 25,03%.
Total capital investment terdiri dari b. Pay Out Time (POT)
biaya pendirian pabrik (Fixed Capital Pay out time adalah waktu
Investment) dan biaya pengoperasian pengembalian modal yang dihasilkan
pabrik pada jangka waktu tertentu berdasarkan keuntungan yang dicapai.
(Working Capital Investment). Untuk Perhitungan dilakukan dengan membagi
memperkirakan modal investasi tetap capital investment dengan profit sebelum
digunakan persentase dari data typical dikurangi depresiasi. Pay out time pada
percentages of fixed-capital investment pabrik fenol dan aseton ini adalah selama 4
values for direct and indirect cost tahun.

JOM FTEKNIK Volume 8 Edisi 1 Januari s/d Juni 2021 8


c. Total Production Cost (TPC) Nilai dari TPC (Total Production
TPC (Total Production Cost) adalah Cost) dihitung dengan persamaan sebagai
sebesar Rp.223.301.803.143.82. Adapun berikut :
dasar perhitungan diambil dari buku Peter TPC = MC + GE
dkk., 2003 sebagaimana dijelaskan pada TPC = Rp206.543.002.817,88 +
Tabel 4.4 berikut ini : Rp. 16.758.800.325,94
Tabel 4.4 Perhitungan TPC TPC = Rp 223.301.803.143.82
Indikator Persamaan Biaya (Rp)
Direct Production Cost (DPC) d. Break Event Point (BEP)
Raw Material
105.057.569.277,7 BEP adalah kondisi dimana jika
3
Operating pabrik berhasil menjual sebagian produk
OL 13.742.400.000
Labor dari kapasitas produknya, pabrik tidak
Direct
Supervisory and
mendapat keuntungan maupun kerugian.
10% dari OL 1.374.240.000
Clearing Labor Titik impas pendapatan dan biaya produksi
(DS)
27.019.518.180,40
yang diperoleh dari kapasitas produksi.
Utilities 12% TPC
3 Pada pendirian pabrik ini pabrik akan
Maintenance and
Repairs (MR)
4% dari FCI 6.669.291.444,47 mengalami keuntungan setelah pabrik
Operating
0,5% dari FCI 8.336.614,31
memiliki kapasitas produksi sebesar 50%,
Supplies
karena BEP diperoleh pada titik tersebut.
Laboratory
10% dari OL 1.374.240.000
Charges
Patent and
2% dari TPC 4.466.036.062,876
Royalties
128.226.077.336,5
Total Direct Production Cost
1
Fized Change (FC)
Local Taxes 2% dari FCI 3.334.645.722,23
Insurance 0,8% dari FCI 1.333.858.288,89
Interest/Financi 8,25% dari
15.283.792.893,57
ng TCI
Depreciation 10% dari FCI 16.673.228.611,17
Total Fixed
36.625.525.515,86
Charges
Plant Overhead 50%
10.205.845.722,23
Cost (PO) (OL+MR+DS) Gambar 4.3 Break Even Point (BEP)
206.543.002.817,8
Total Manufacturing Cost (MC)
8 e. Analisa Sensitivitas
General Expenses (GE)
Analisa sensitivitas bertujuan untuk
Administrative 2,005% dari
4.477.201.153,03
Costs TPC mengetahui besarnya pengaruh perubahan
Distribution and persentase bahan baku, investasi,
Marketting 2,5% dari TPC 5.582.545.078,6
Costs penjualan dan kapasitas produksi terhadap
Research and nilai Internal Rate of Retrun (IRR) dalam
Development 3% dari TPC 6.699.054.094
Costs perhitungan ekonomi pra-rancangan pabrik
Total General Expenses 16.758.800.325,94 ini dengan metode trial and error. Gambar
4.4 menunjukkan hasil pemplotan
sensitivitas dengan harga produk dan
volume penjualan.

JOM FTEKNIK Volume 8 Edisi 1 Januari s/d Juni 2021 9


2,875 m dengan diameter luar sebesar
1,3716 m dengan jenis reaktor gelembung.
3. Total Capital Investment (TCI) yaitu
Rp.185.258.095.680 ($12.679.314) dengan
nilai Fixed Cost (FC) sebesar
Rp.71.474.886.729 ($4891837,803).
4. Nilai dari BEP (Break Even Point)
pabrik fenol dan aseton yang akan
dibangun yaitu pada kapasitas produksi
sebesar 50 %.
Gambar 4.4 Analisa Sensitivitas terhadap
5. Lokasi pabrik fenol dan aseton
Nilai IRR di Tinjau Terhadap
terpilih yaitu daerah Pelintung sebagai
Fenol
Kawasan Industri Dumai (KID), Provinsi
Riau, Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2019, Statistik
Indonesia Tahun 2019, Jakarta
Pusat, Badan Pusat Statistik.
Chauvel, A. dan Gilles, L., 1989,
Petrochemical Process Technical
and Economic Characteristic,
Gambar 4.5 Analisa Sensitivitas terhadap Imprimerie Nouvelle, Paris.
Nilai IRR di Tinjau Terhadap Kirk R.E. dan Othmer, D.F., 1991,
Aseton Encyclopedia of Chemical
Technology, 4th edition, Vol. 1,
Dari Gambar 4.4 dan 4.5 diatas A Willey Interscience
terlihat bahwa parameter volume Publication, John Wiley and Sons
penjualan, dan harga produk berpengaruh Co, New York.
terhadap ekonomi dari pabrik. Harga Kirk R.E. dan Othmer, D.F., 1995,
produk memperlihatkan trane peningkatan Encyclopedia of Chemical
yang tajam ketika terjadi perubahan harga th
Technology, 4 edition, Vol. 18,
sedikit saja. Sementara untuk volume A Willey Interscience
penjualan juga memiliki trane peningkatan Publication, John Wiley and Sons
yang signifikan tetapi sedikit lebih landai Co, New York.
dari kurva harga produk. Meyer, R.A., 2005, Hanbook Of
5. KESIMPULAN Petrochemicals Production
1. Kapasitas pabrik fenol dan aseton Process, Mc Graw-Hill
yang akan dibangun adalah sebesar 30.000 Handbooks, New York.
ton/tahun.
2. Pada tugas khusus praprancangan
reaktor hidrogenasi (R-103) sebagai
tempat reaksi hidrogenasi antara AMS dan
hidrogen didapat tinggi reaktor sebesar

JOM FTEKNIK Volume 8 Edisi 1 Januari s/d Juni 2021 10

You might also like