You are on page 1of 12

Trikonomika

Volume 14, No. 1, Juni 2015, Hal. 13–24


ISSN 1411-514X (print) / ISSN 2355-7737 (online)

Studi Kasus Pengembangan Wirausaha Berbasis Teknologi


(Technopreneurship) di Provinsi Gorontalo

Herwin Mopangga
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo
Jl. Jend. Sudirman No. 6 Kec. Kota Tengah Kota Gorontalo 96128
E-Mail: herwin@ung.ac.id

ABSTRACT
This study aims to describe the technology based entrepreneurial activity and non-technopreneurship, to
elaborate the efforts to improve students’ and graduates’ interest to be the doers of technopreneurship, and
to compile a document which will be the direction of development to lead technopreneurship in Gorontalo
Province. This study used qualitative approach, the data collected by observation, interview, questionnaire
and documentation, that located in 6 regencies/city in the Province of Gorontalo. This study concludes that,
Low competitiveness of the product by small and medium business in Gorontallo Province is caused by limited
technology mastery among entrepreneurs. If there are any technological innovations, it’s temporally only
for exhibition purpose in regional and national scale, not to enhance the quality of products, diversification
and efficiency in short-term, as well as sustainable increased of production, their income increased, and or
business extension profit in the long-term. Technopreneurship development that partnership by State University
of Gorontalo (UNG) and The Regency of North Gorontalo is the best practice to extend and strengthen
technopreneurs in the region. Students interest in entrepreneurship can be increased by research based learning
and student centered learning.

Keywords: small and medium business, technopreneurship, entrepreneurship, technology.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menjelaskan kegiatan wirausaha berbasis teknologi (technopreneurship) dan
non-technopreneurship, upaya meningkatkan minat mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi menjadi pelaku
technopreneurship serta menyusun dokumen arah pengembangan technopreneurship di Provinsi Gorontalo.
Penelitian studi kasus ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, pengumpulan data melalui observasi,
wawancara, kuisioner dan dokumentasi, berlokasi di 6 kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo. Penelitian ini
menyimpulkan; Rendahnya daya saing produk UMKM Provinsi Gorontalo disebabkan masih rendahnya
penguasaan teknologi dikalangan pelaku usaha. Bila ada inovasi teknologi sifatnya temporer, hanya untuk
keperluan pameran/eksebisi ditingkat regional dan nasional, bukan untuk peningkatan mutu produk, diversifikasi
dan efisiensi dalam jangka pendek maupun peningkatan produksi secara berkelanjutan, peningkatan omzet, laba
serta perluasan usaha dalam jangka panjang. Pengembangan technopreneurship kemitraan UNG - Gorontalo
Utara (padi organik) merupakan best practice untuk memperluas dan memperkuat technopreneur unggul di
daerah. Minat mahasiswa berwirausaha dapat ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis riset dan berpusat
pada mahasiswa.

Kata Kunci: UMKM, technopreneurship, wirausaha, teknologi.

13
PENDAHULUAN
10%, maka Indonesia baru mencapai 0,24% dari total
Krisis ekonomi Indonesia yang berkepanjangan 238 juta jiwa, dan itu berarti masih dibutuhkan sekitar 4
menyebabkan makin terbatasnya kesempatan kerja juta wirausaha baru. Padahal Indonesia menghasilkan
terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Pengangguran sekitar 700 ribu orang sarjana baru setiap tahunnya
terbuka di Indonesia tahun 2012 berjumlah 7,61 juta dan memiliki kemampuan untuk melipatgandakan
jiwa (6,32%) dan 10% di antaranya adalah sarjana. pertumbuhan ekonomi, pendapatan total maupun
Data tersebut mendukung pernyataan Organisasi perkapita, menurunkan angka pengangguran dan
Pekerja Internasional (ILO) bahwa sebagian dari kemiskinan bilamana secara bertahap namun pasti
jumlah pengangguran Indonesia adalah lulusan meningkatkan jumlah wirausaha sukses dengan
perguruan tinggi (Nasrun, 2010; Setiadi, 2008; dan pemanfaatan teknologi yang tumbuh pesat dewasa ini
Niode, 2007). Kondisi bisa semakin memburuk (Ciputra, 2009).
dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN Technopreneurship berasal dari gabungan kata
2015 yang akan mengakibatkan lulusan perguruan “technology” dan “entrepreneurship” (Depositario,
tinggi Indonesia harus bersaing dengan lulusan et al., 2011). Technopreneurship merupakan proses
luar negeri khususnya di kawasan Asia Tenggara sinergi dari kemampuan yang kuat pada penguasaan
(Kemendag RI, 2014). teknologi serta pemahaman menyeluruh tentang
Industrialisasi di Indonesia dengan strategi konsep kewirausahaan (Sosrowinarsidiono, 2010).
industri substitusi impor dan berorientasi ekspor Sudarsih dalam Prosiding KNIT RAMP-IPB (2013:57)
ternyata menjadi penyebab timbulnya kesenjangan mengemukakan bahwa technopreneurship adalah
pendapatan antar sektor dan antar daerah (sectoral proses dan pembentukan usaha baru yang melibatkan
and spatial disparity). Tipisnya keterkaitan sektor teknologi sebagai basisnya dengan harapan bahwa
industri dan pertanian membuat industri modern penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak bisa
dalam posisi terasing dari ekonomi rakyat dan menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor
menghambat tumbuhnya pelaku usaha sektor informal untuk pengembangan ekonomi nasional. Pendapat
pertanian tradisional yang memanfaatkan inovasi lainnya menyebutkan bahwa technopreneurship
teknologi. Karena itu perlu adanya revisi kebijakan adalah proses dalam sebuah organisasi yang
strategi pengembangan industri di Indonesia dengan mengutamakan inovasi dan secara terus menerus
menekankan permintaan efektif dalam negeri menemukan problem utama organisasi, memecahkan
melalui sektor pertanian (Agricultural Demand-Led permasalahannya, dan mengimplementasikan
Industrialization/ADLI) (Mopangga, 2008:38). cara-cara pemecahan masalah dalam rangka
Penciptaan wirausaha (entrepreneur) meningkatakan daya saing di pasar global (Okorie,
menjadi alternatif solusi atas berbagai masalah di 2014). Technopreneurship menggabungkan antara
masyarakat seperti kemiskinan dan kesenjangan teknologi dan kewirausahaan.
sosial, meningkatnya pengangguran usia produktif Dalam konsep technopreneurship, basis
dan menipisnya cadangan pasokan energi, yang pengembangan kewirausahaan bertitik tolak dari
kesemuanya menuntut adanya tindakan kreatif dan adanya invensi dan inovasi dalam bidang teknologi
inovatif. Jiwa kewirausahaan bukan hanya sebatas yang tidak sekedar high-tech melainkan aplikasi
kecerdasan akademik dan keterampilan menghasilkan pengetahuan pada kerja orang (human work) seperti
produk tetapi juga jiwa dinamis dalam menangkap penerapan akuntansi, ekonomi order quantity,
tantangan dan resiko kemudian mengubahnya menjadi pemasaran secara lisan maupun online.
peluang dan potensi pertumbuhan (Soegoto, 2009). Sambodo (2006) membedakan antara pelaku usaha
Suatu bangsa akan maju dan sejahtera bila jumlah kecil, enterpreneur tradisional, dan technopreneur
entrepreneur-nya minimal 2% dari total penduduk. dalam atribut motivasi, gaya kepemimpinan, tingkatan
Saat ini, ketika Amerika Serikat sudah memiliki 11,5 inovasi hingga penguasaan pasar, dapat dilihat pada
hingga 12%, Singapura 7%, serta Cina dan Jepang Tabel 1.

14 Trikonomika Herwin Mopangga


Vol. 14, No. 1, Juni 2015
Tabel 1. Perbedaan Usaha Kecil, Enterpreneur Tradisional, dan Technopreneur

Aspek Usaha Kecil Entrepreneur Tradisional Technopreneur


Motivasi • Sumber hidup • Motivasi mendominasi • Pola pikir revolusioner
• Tingkat keamanan • Ide dan konsep • Kompetisi dan risiko
• Bekerja sendiri • Eksploitasi kesempatan • Sukses dengan teknologi baru
• Ide khusus • Akumulasi kekayaan • Finansial, nama harum
• Kepribadian pemilik

Kepemilikan Pendiri/rekan bisnis • Saham pengendali • Penguasaan pasar


• Maksimalisasi keuntungan • Saham kecil dari kue besar
• Nilai perusahaan terus bertambah

Gaya Manajerial • Trial and error • Mengikuti pengalaman • Pengalaman terbatas


• Lebih personal • Profesionalisme • Fleksibel
• Orientasi lokal • Resiko pada manajemen • Target strategi global
• Menghindari risiko • Inovasi produk berkelanjutan
• Arus kas stabil

Kepemimpinan • Jalan hidup • Otoritas tinggi • Perjuangan kolektif


• Hubungan baik • Kekuatan lobi • Sukses masa depan visioner
• Dengan contoh • Imbalan untuk kontribusi • Membagi kemajuan bisnis
• Kolaborasi • Manajemen baru • Menghargai kontribusi dan pencapaian
• Kemenangan kecil

Tenaga Kerja • Jaminan rendah • Merekrut lokal dan global • Multikultural kualitas tinggi
• Kekeluargaan • Kompensasi menarik • Berasal dari PT ternama dan lembaga riset
• Risiko tinggi • Mobilitas rendah • Insinyur muda tertarik IPO, M&A
• Finansial, nama harum

R & D dan inovasi • Mempertahankan bisnis • Bukan prioritas utama, • Memimpin dalam riset dan inovasi, IT,
• Pemilik bertanggung • Kesulitan mendapatkan biotek global
jawab peneliti • Akses ke sumber teknologi
• Siklus waktu yang lama • Mengandalkan franchise, • Bakat sangat tinggi
• Akumulasi teknologi lisensi • Kecepatan peluncuran produk ke pasar
sangat kecil

Outsourcing • Sederhana • Penting tapi sulit • Pengembangan bersama tim outsourcing


dan Jaringan • Lobi bisnis langsung mendapatkan tenaga ahli • Banyak penawaran
Kerja • Kemampuan umum • Science and technology park
• Tidak selalu tersedia pada
tingkat global

Potensial • Siklus ekonomi • Penetrasi nasional cepat, • Pasar berubah dengan teknologi baru
pertumbuhan • Stabil global lambat • Akuisisi teknologi
• Pemimpin pasar dalam • Aliansi global untuk mempertahankan
waktu singkat dengan pertumbuhan
proteksi, monopoli,
oligopoli

Target pasar • Lokal • Penguasaan pasar nasional • Pasar global sejak awal
• Kompetisi dengan • Penetrasi pasar memakan • Jaringan science and techno park
produk di pasar waktu lama • Penekanan time to market, presale dan
• Penekanan biaya • Produk baru untuk postsale
pelanggan baru • Mendidik konsumen teknologi baru

Sumber: Sambodo, 2006

Studi Kasus Pengembangan Wirausaha Berbasis Teknologi 15


(Technopreneurship) di Provinsi Gorontalo
Technopreneurship memiliki semangat untuk selama fase awal usaha mereka untuk meningkatkan
membangun suatu usaha yang secara karakter kelangsungan usahanya (Santosh Kumar dan Vinay,
adalah integrasi dari kompetensi penerapan 2011).
teknologi. Pemanfaatan teknologi mutakhir tepat Oleh karena keunggulan inilah maka sejak
guna dalam pengembangan usaha yang berdasarkan tahun 2001 inkubator dijadikan salah satu program
pada jiwa entrepreneur yang mapan akan dapat Kementerian Koperasi dan UKM kerjasama dengan
mengoptimalkan proses sekaligus hasil dari unit 13 perguruan tinggi negeri dan swasta. Peraturan
usaha yang dikembangkan (Harjono et al., 2013:27). Presiden Nomor 27 Tahun 2013 menyebutkan bahwa
Selain itu, technopreneurship harus sukses pada dua dalam rangka meningkatkan daya saing nasional
hal, yaitu menjamin bahwa teknologi yang menjadi perlu ditumbuh kembangkan wirausaha baru yang
objek bisnis dapat berfungsi sesuai kebutuhan, tangguh, kreatif, dan profesional. Pengembangan
target pelanggan dan dapat dijual untuk memperoleh inkubator wirausaha bertujuan untuk menciptakan
keuntungan serta memberikan manfaat atau dampak dan mengembangkan usaha baru yang mempunyai
secara ekonomi, sosial maupun lingkungan (NCIIA, nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi dan
2006; dan Suparno et al., 2013). mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia
Technopreneur adalah entrepreneur zaman baru terdidik dalam menggerakkan perekonomian dengan
(new age) yang berminat pada teknologi, kreatif, memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
inovatif, dinamis, berani berbeda serta mengambil Tujuan pendirian inkubator adalah
jalur yang belum dieksplorasi dan sangat bersemangat 1) mengembangkan usaha baru dan usaha kecil
dengan pekerjaannya (Mintardjo, 2008:229-230). yang potensial menjadi usaha mandiri sehingga
Technopreneur menggabungkan teknologi dan pasar, mampu sukses menghadapi persaingan lokal
akhirnya bermuara pada bisnis. Mereka memulai mapun internasional, 2) mengembangkan promosi
bisnis berbasis inovasi teknologi, harus memiliki kewirausahaan dengan menyertakan perusahaan-
sejumlah pendukung diantaranya keinginan kuat perusahaan swasta yang dapat memberikan kontribusi
untuk mengejar prestasi, kemampuan konseptual pada sistem ekonomi pasar, 3) sarana alih teknologi
dan kekuatan memecahkan masalah tinggi, memiliki dan proses komersialisasi hasil-hasil penelitian
wawasan dan cara pikir yang luas, percaya diri pengembangan bisnis dan teknologi dari para ahli dan
tinggi, toleran, berani mengambil risiko, realistis, perguruan tinggi, 4) menciptakan peluang melalui
punya kemampuan interpersonal, dan mengendalikan pengembangan perusahaan baru, dan 5) aplikasi
emosi. teknologi di bidang industri secara komersial melalui
Beragam cara dan model menumbuhkan unit-unit studi dan kajian yang memakan waktu dan biaya yang
usaha baru yang kental dengan nuansa inovasi teknologi relatif murah.
di antaranya model waralaba, model kemitraan, model Model inkubator berorientasi pada peningkatan
pendampingan, program inkubator bisnis, serta pola keterampilan. Model ini berperan sebagai ajang
pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dan untuk peningkatan keterampilan dalam bentuk: a)
sekolah kejuruan yang dikembangkan oleh instansi balai latihan kerja, b) model inkubator berorientasi
pemerintah maupun non pemerintah. pada jaringan sistem inovasi, c) model lembaga
Program inkubator dinilai memiliki kelebihan inkubator yang berperan untuk mendorong lahirnya
tersediri karena akan tumbuh unit-unit usaha baru yang inovasi para wirausaha, dan d) inkubator yang
lebih profesional dalam arti mampu memproduksi berorientasi pada pasar ekspor.
barang atau jasa yang lebih berdaya saing. Hal tersebut Faktor pendukung keberhasilan inkubator adalah:
dimungkinkan karena dalam program inkubator para 1) kebijakan pemerintah dan strategi operasional
calon pengusaha dididik untuk menguasai semua bagi pengembangan inkubator, 2) dukungan
aspek bisnis serta dibekali dengan sarana dan modal pemerintah daerah/regional dalam bentuk pendanaan
kerja. Program inkubator juga dinilai efektif dalam pembangunan fasilitas fisik inkubator, dan kredit
membina para entrepreneur muda di India. Dengan lunak jangka panjang untuk pengelolaan inkubator,
program inkubator, para pengusaha yang baru memulai 3) dukungan lembaga keuangan baik pemerintah
usahanya mendapat dukungan seperti pemasaran, mapun swasta dalam bentuk kredit usaha bagi tenant
keahlian teknis, pembiayaan dan manajemen bisnis inkubator, 4) komitmen perguruan tinggi dan lembaga

16 Trikonomika Herwin Mopangga


Vol. 14, No. 1, Juni 2015
penelitian untuk mengembangkan teknologi dan Technopreneurship merupakan wirausaha
alih teknologi bagi tenant inkubator, 5) sinergi berbasis teknologi yang hingga saat ini relatif
dengan science park atau technology park yang belum berkembang bahkan masih asing di telinga
dibangun serentak dengan pembangunan inkubator, masyarakat Gorontalo. Ini menyebabkan kekayaan
6) pendirian badan hukum inkubator dengan tim dan potensi alam tidak tergarap secara optimal untuk
pengelola inkubator yang bekerja penuh, profesional meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kalaupun ada
dan efisien serta diberikan penghargaan yang layak, pengusaha yang memanfaatkan dan memberdayakan
7) pemilihan lokasi yang tepat di pusat kawasan alam maka umumnya hanya bahan mentah dan minim
bisns atau di tengah science park atau technology nilai tambah. Dengan memanfaatkan teknologi
park, 8) dukungan sarana dan prasarana teknologi pengolahan (produksi) dan pemasaran, sumber-
informasi yang lengkap bagi tenant inkubator, serta sumber daya pertanian perkebunan dan perikanan
9) penyediaan fasilitas perkantoran pendukung usaha kelautan sebenarnya dapat dimanfaatkan menjadi
tenant inkubator di bawah satu atap (informasi pasar, peluang usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
modal ventura, bank, dan lain sebagainya). terutama bagi generasi muda kreatif dan inovatif serta
Provinsi Gorontalo memiliki ragam komoditas mau dan mampu merintis usaha.
unggulan di sektor primer yang potensial untuk
investasi termasuk komoditas hortikultura seperti METODE
cabe, tomat, bawang merah, pisang, durian, mangga,
jahe, dan kunyit (Mopangga, 2012:61). Hal ini Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang
dipertegas oleh hasil studi kelayakan identifikasi menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan
potensi investasi daerah yang menyimpulkan mengumpulkan dan menggambarkan data yang telah
bahwa hortikultura kelompok sayuran, buah- tersedia pada objek yang akan diteliti. Semua kegiatan
buahan, tanaman obat/biofarmak, kacang-kacangan, atau peristiwa berjalan seperti apa adanya, peneliti tidak
rumput laut, serta ayam buras dan kambing sangat melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-
memadai baik secara finansial, pasar, teknik, legal perlakuan tertentu terhadap objek penelitian. Pada
maupun lingkungan bagi masuknya investasi padat studi kasus peneliti mencoba mengggambarkan
modal, padat karya maupun padat teknologi (BID, subjek penelitian di dalam keseluruhan tingkah laku,
2012). Sejumlah kabupaten juga menggalakkan yakni tingkah laku itu sendiri beserta hal-hal yang
komoditas perkebunan seperti kakao di Boalemo, melingkunginya. Keuntungan studi kasus adalah dapat
kopi pinogu di Bone Bolango, dan kelapa sawit di mengetahui secara mendalam tentang faktor-faktor
Pohuwato. yang berpengaruh/sumber belajar wirausahawan.
Agropolitan dan Etalase Perikanan yang Pengumpulan data melalui observasi, wawancara,
dicanangkan sejak 2006 memang berdampak positif distribusi angket, dan dokumentasi. Penelitian selama
bagi perekonomian daerah. Kontribusinya sigifnikan 6 bulan sejak Maret sampai September 2015 berlokasi
bagi peningkatan pendapatan, pertumbuhan ekonomi di 6 kabupaten/kota di Provinsi Gorontalo.
maupun penyerapan tenaga kerja lokal. Persoalannya Sumber data primer diperoleh dari pelaku usaha
adalah komoditas unggulan umumnya dijual kepada mikro kecil menengah kabupaten kota di Provinsi
konsumen lokal, antar pulau maupun luar negeri Gorontalo, mahasiswa calon wirausaha yang terdata di
masih dalam bentuk baku/mentahnya. Sangat minim Pusat Kreativitas Mahasiswa (PKM), maupun alumni
(bahkan tidak ada) intervensi teknologi atau proses yang telah merintis bisnis. Data sekunder berasal
pengolahan untuk memberi nilai tambah produk. dari Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten kota dan
Padahal komoditas tersebut bisa diandalkan menjadi Provinsi Gorontalo, Dinas Koperasi Usaha Mikro
kompetensi inti (core competency) industri Gorontalo. Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan
Permintaan beberapa negara seperti Malaysia, Filipina, (Diskumperindag), Badan Lingkungan Hidup Riset
Jepang, dan Korea juga cenderung meningkat. Akibat dan Teknologi (BLHRD), Badan Pemberdayaan
minimnya kreativitas dan inovasi lokal membuat Masyarakat – Pembangunan Desa Tertinggal (BPM-
sulit untuk menemukan produk industri berbahan PDT). Semua informasi lisan, tertulis, angka-angka
komoditas unggulan yang dapat dijadikan produk (numerik/kuantitiatif) maupun bukan angka (atribut/
khas daerah (Mopangga et al., 2013:198). kualitatif) menjadi masukan berharga dalam analisis.

Studi Kasus Pengembangan Wirausaha Berbasis Teknologi 17


(Technopreneurship) di Provinsi Gorontalo
Lulusan perguruan tinggi yang menjadi informan Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja
dalam penelitian ini dikategorikan sebagai berikut: Nasional (Sakernas), penduduk usia 15 tahun ke atas
1) masih menganggur, baik yang tergolong kepada yang bekerja di daerah ini berjumlah 449.104 jiwa
pengangguran terbuka maupun pengangguran (Tabel 1.), sedangkan pengangguran berjumlah 19.276
terselubung (disguised unemployment) dan masih jiwa. Ditahun 2013 pencari kerja yang terdaftar
berharap dan berusaha mencari pekerjaan di sektor di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
formal, 2) belum memiliki atau menjalankan Gorontalo berjumlah 12.794 orang dan 55,41%
usaha/bisnis tetapi bersemangat, minat, dan aktif merupakan lulusan universitas.
mencari peluang berwirausaha, 3) sudah memiliki,
Tabel 1. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas
menjalankan dan atau terlibat dalam usaha/bisnis,
yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
baik yang berbasis teknologi (technopreneurship) dan Jenis Kelamin di Provinsi Gorontalo Tahun 2013
maupun konvensional (non-technopreneurship).
Kegiatan sosialisasi dan penelitian terkait upaya Lapangan usaha Laki-laki Perempuan Jumlah
pengembangan wirausaha baru berbasis teknologi di Pertanian 127.875 36.762 164.637
Provinsi Gorontalo telah kami laksanakan beberapa
Industri 17.994 16.179 34.173
tahun terakhir ini. Di internal kampus UNG, kami
Perdagangan, restoran
integrasikan pembelajaran berbasis hasil riset (research
dan jasa akomodasi 34.789 41.627 76.416
based learning atau RBL) dan berpusat pada peserta
Jasa kemasyarakatan,
didik (student centered learning atau SCL). RBL dan sosial dan perorangan 36.366 53.305 89.671
SCL mengarahkan mahasiswa untuk mengeksplorasi
Lainnya 80.028 4179 84.207
minat dan kemampuannya secara mandiri sehingga
tumbuh pemahaman dan motivasi berwirausaha serta Jumlah 297.052 152.052 449.104
kemampuan menulis proposal usaha (perencanaan Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Dalam Angka, 2014
usaha) yang baik. Mahasiswa belajar berwirausaha
berdasarkan teori dan bukti empiris di lapangan Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di
(contextual teaching learning) sehingga semakin Provinsi Gorontalo tahun 2013 tercatat sebanyak 23
tertarik untuk berwirausaha, membuka lapangan kerja perusahaan dengan 3.279 tenaga kerja, sedangkan
dan menciptakan pendapatan dan kesejahteraan bagi banyaknya perusahaan dan tenaga kerja industri mikro
diri dan masyarakat di lingkungannya kelak. kecil tercatat sebanyak 12.921 perusahaan dengan
34.564 tenaga kerja, dapat dilihat pada Tabel 2.
HASIL
Tabel 2. Banyaknya Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri
Mikro Kecil Menurut Jenis Industri di Provinsi Gorontalo
Provinsi Gorontalo terletak di jazirah utara Pulau
Tahun 2010-2013
Sulawesi antara 0°19’–0°57’ Lintang Utara dan
121°23’–125°14’ Bujur Timur, berbatasan dengan Banyaknya Tenaga
Jenis Industri
Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah barat, Provinsi Perusahaan Kerja
Sulawesi Utara di sebelah timur, Laut Sulawesi di Industri pangan 5.781 13.117
sebelah utara, dan Teluk Tomini di sebelah selatan.
Industri sandang 1.858 4.535
Memiliki luas 12.435 km2 atau hanya 0,63% wilayah
nusantara dan saat ini memiliki 5 kabupaten yaitu Industri kimia dan bahan bangunan 2.882 8.503
Gorontalo, Boalemo, Pohuwato, Bone Bolango, dan Industri logam dan elektronika 1.031 1.587
Gorontalo Utara serta Kota Gorontalo (BPS Gorontalo Industri kerajinan 1.369 6.823
Dalam Angka 2014). Jumlah penduduk sebanyak
1.097.990 jiwa terdiri 550.004 laki-laki dan 547.986 Jumlah 2013 12.921 34.564
perempuan, laju pertumbuhan penduduk tahun 2010- 2012 12.360 31.910
2013 mencapai 1,67%. Kepadatan tertinggi di Kota 2011 11.718 30.596
Gorontalo yakni 2.937 jiwa/km2, sedangkan tingkat
2010 9.252 28.281
kepadatan terendah di Kabupaten Pohuwato hanya 31
jiwa/km2. Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
Provinsi Gorontalo dan GDA tahun 2014.

18 Trikonomika Herwin Mopangga


Vol. 14, No. 1, Juni 2015
Tabel 3. Jumlah dan Prosentase UMKM Menurut Kabupaten Kota
di Provinsi Gorontalo Tahun 2013-2014

Jenis Usaha Tahun 2013 Jenis Usaha Tahun 2014


No. Kabupaten/Kota Mikro Kecil Menengah Mikro Kecil Menengah
Jumlah/(%) Jumlah/(%) Jumlah/(%) Jumlah/(%) Jumlah/(%) Jumlah/(%)
1 Kab. Gorontalo 17.785 / (89,62) 1.593 / (8,03) 468 / (2,36) 18.507 / (86,27) 2.245 / (10,47) 700 / (3,26)

2 Kab. Boalemo 11.169 / (95,06) 487 / (4,14) 94 / (0,80) 11.523 / (92,53) 808 / (6,49) 122 / (0,98)

3 Kab. Bone Bolango 11.169 / (95,06) 487 / (4,14) 94 / (0,80) 11.523 / (92,53) 808 / (6,49) 122 / (0,98)

4 Kab. Pohuwato 3.787 / (77,15) 963 / (19,62) 159 / (3,24) 4.159 / (75,83) 1.118 / (20,38) 208 / 3,79)

5 Kab. Gorontalo Utara 4.985 / (90,26) 455 / (8,24) 83 / (1,50) 5.337 / (86,74) 709 / (11,52) 107 / (1,74)

6 Kota Gorontalo 5.829 / (89,97) 621 / (9,58) 29 / (0,45) 6.929 / (89,31) 789 / (10,17) 40 / (0,52)

Sumber: Pusat Layanan Data UMKM Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, Menengah, Perindustrian
dan Perdagangan Provinsi Gorontalo tahun 2015. Data diolah Januari 2015

Kegiatan wirausaha identik dengan usaha mikro, (berkisar 92,53%) menyusul Kota Gorontalo (sekitar
kecil dan menengah atau disingkat UMKM. UMKM 89,31%).
merupakan usaha yang mampu memperluas lapangan Dari jumlah 55.702 unit UMKM di Provinsi
kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas Gorontalo tahun 2013, ternyata didominasi oleh usaha
kepada masyarakat, berperan dalam proses pemerataan mikro sebesar 50.120 unit (89,98%), usaha kecil hanya
dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong 4.638 unit (8,33%), dan usaha menengah 944 unit
pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan stabilitas (1,69%). Di tahun 2014, usaha mikro sebesar 53.386
nasional. UMKM adalah pilar utama ekonomi unit (87,49%), usaha kecil 6.330 unit (10,37%), dan
nasional yang perlu diprioritaskan, memperoleh usaha menengah 1.304 unit (2,14%) (Tabel 3.).
dukungan, perlindungan dan pengembangan sebagai Dilihat dari sebaran menurut kabupaten/kota
wujud keberpihakan kepada kelompok usaha ternyata proporsi paling kecil untuk usaha mikro terdapat
ekonomi rakyat tanpa mengabaikan peranan usaha di Kabupaten Pohuwato. Proporsi usaha kecil terendah
besar maupun korporat. terdapat di Kabupaten Boalemo dan Bone Bolango,
UMKM juga merupakan satu-satunya sektor sedangkan usaha menengah, prosentase terkecil di Kota
ekonomi yang mampu bertahan dari terpaan krisis Gorontalo. Kelima kabupaten di Provinsi Gorontalo
moneter yang memporak-porandakan struktur ekonomi secara geografis dan sosio kultural sangat bergantung
Indonesia. Seiring dengan era globalisasi saat ini, kepada aktivitas ekonomi di sektor pertanian, peternakan,
UMKM dituntut melakukan pembenahan dan perubahan dan perikanan. Hampir semua daerah menghasilkan
agar dapat meningkatkan daya saingnya. Salah satu padi sawah, jagung dan kelapa dalam, ternak ayam dan
upaya yang mutlak dilakukan oleh UMKM agar sapi, serta aneka jenis ikan laut. Hal ini menyebabkan
mampu bersaing adalah inovasi teknologi yang berdaya pengembangan wirausaha, UMKM dan sektor-sektor
guna dan berhasil guna untuk peningkatan pendapatan, alternatif biasanya diarahkan terkait dengan pertanian
kesejahteraan, dan perluasan kesempatan kerja. peternakan dan perikanan kelautan.
Berdasarkan jumlah absolut tahun 2013 dan 2014, Berdasarkan wawancara lapangan ditemukan
usaha mikro tertinggi berada di Kabupaten Gorontalo bahwa pelaku usaha mikro kecil menengah cenderung
dan terendah di Kabupaten Pohuwato.Usaha kecil yang tidak tertarik untuk berkreasi atau melakukan inovasi
tertinggi juga di Kabupaten Gorontalo dan terendah tertentu agar terjadi perbaikan atau peningkatan
di Kabupaten Gorontalo Utara. Usaha menengah juga kualitas produknya. Mereka yang bergerak dibidang
dipegang Kabupaten Gorontalo dan terendah di Kota usaha bahan makanan olahan dan komoditas pertanian
Gorontalo. Tetapi dari sisi prosentase, usaha mikro berargumen bahwa bila melakukan inovasi teknologi
tertinggi di Kabupaten Boalemo dan Bone Bolango atas produknya maka akan mengeluarkan biaya

Studi Kasus Pengembangan Wirausaha Berbasis Teknologi 19


(Technopreneurship) di Provinsi Gorontalo
ekstra. Akibatnya margin keuntungan menipis bahkan melalui daya kreasi dan inovasi teknologi sekaligus
beresiko rugi karena inovasi produk tersebut tidak menangkap peluang pasar, kebutuhan dunia usaha
berdampak menaikkan kuantitas produksi maupun dan dunia industri.
harga jual per unit. Saat yang sama luas pasar sasaran Dalam pernyataan visi, misi, tujuan, dan
(skala ekonomi) lokal Gorontalo sangat terbatas dan sasaran pengembangan institusi khusus dibidang
produknya kalah bersaing bila di ekspor atau dikirim softskill kemahasiswaan, Rektor Universitas
ke luar daerah. Inovasi produk maupun proses Negeri Gorontalo telah membentuk Pusat Kegiatan
produksi dilakukan hanya untuk keperluan pameran/ Mahasiswa yang khusus menangani pembinaan
eksebisi ditingkat regional dan nasional, bukan untuk kemahasiswaan dan Program Kreativitas Mahasiswa
peningkatan mutu produk, diversifikasi dan efisiensi (PKM) melalui SK Nomor 3B/UN47/LL/2013. Pusat
dalam jangka pendek maupun peningkatan produksi Kegiatan Mahasiswa secara reguler melaksanakan
secara berkelanjutan, peningkatan omset, laba, serta pembinaan kewirausahaan mahasiswa dan program
perluasan usaha dalam jangka panjang. pendampingan. Setiap tahun UNG memberikan
Berdasarkan data sekunder yang dihimpun kesempatan kepada mahasiswa untuk berpartisipasi
dari beberapa instansi teknis yang kompeten dalam dalam kegiatan program kegiatan mahasiswa
urusan UMKM ternyata tidak mengklasifikasikan dengan mengirimkan proposal penelitian, gagasan
dengan jelas antara technopreneurship dengan usaha tulis dan kewirausahaan. Dengan adanya kegiatan
tradisional dalam analisis data maupun publikasinya. pendampingan bagi mahasiswa ini maka setiap
Ini menyulitkan pemetaan jenis usaha yang ramah tahunnya UNG mendapatkan bantuan dana untuk
IPTEK dengan yang bersifat tradisional, sekaligus pengembangan kewirausahaan dan bantuan dana
berpotensi menghambat proses alih teknologi, transfer penelitian dari Ditjen DIKTI baik itu untuk PKM,
pengetahuan, keterampilan manajerial maupun Pekan Ilmiah Nasiona (PIMNAS) ataupun program
efektivitas dan permodalan. hibah desa.
Perguruan tinggi turut bertanggung jawab dalam Rektor bersama segenap jajaran pimpinan
mendidik dan mempersiapkan para lulusannya dan Universitas Negeri Gorontalo telah mengembangkan
memberikan motivasi agar mereka berani memilih dan mewujudkan pemikiran bahwa pendidikan
berwirausaha secara profesional. Jiwa wirausaha kewirausahaan bagi mahasiswa merupakan bagian
dapat ditumbuhkan mulai dari lingkungan rumah integral sistem pendidikan tinggi sehingga mulai tahun
dan sekolah dengan mendapat bimbingan dari 2012, PKM mengembangkan metode pengajaran
para pembina (Okorie, 2014). Pendapat lainnya kewirausahaan dengan mengadakan Kuliah Umum
menyebutkan bahwa Perguruan tinggi idealnya harus Kewirausahaan bagi mahasiswa secara regular
memiliki disain pembelajaran kewirausahaan yang setiap semester dengan narasumber para praktisi
mampu mendidik mahasiswa pada kemandirian, jiwa bisnis berskala nasional maupun pengusaha lokal.
inovatif, keberanian mengambil risiko, keuletan, dan Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini terdapat
kemampuan negosiasi (Wahyuningsih dan Qamari, beberapa tokoh yang sudah menyampaikan kuliah
2011). umum antara lain Rahmat Gobel, Dahlan Iskan,
Dengan jiwa wirausaha yang terus Harry Tanoesudibyo, Sandiaga Uno, Erwin Aksa,
ditumbuhkembangkan di kalangan mahasiswa, Fadel Muhammad, dan banyak lagi yang sampai
diharapkan dapat meningkatkan orientasi wirausaha saat ini jumlahnya sudah hampir mencapai 50 orang
mereka. Berbagai penelitian membuktikan bahwa narasumber.
kunci keberhasilan usaha dikendalikan oleh orientasi Upaya yang telah dilakukan mulai membuahkan
wirausaha pengusahanya (Wiklund dan Shepherd, hasil dengan semakin banyaknya mahasiswa yang
2005; Nur et al., 2014; Islam dan Obaidullah, 2011). melakukan aktifitas bisnis serta mengikutsertakan
Tridharma yang dijalankan sivitas akademika produknya dalam entrepreneurship expo baik di
terutama dosen adalah pendidikan pengajaran, lingkungan kampus maupun di luar kampus. Guna
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat memberikan fasilitasi yang lebih bagi mahasiswa yang
hendaknya tidak hanya berorientasi menghasilkan mulai berbisnis ini, maka rektor resmi mendirikan
tenaga kerja unggul siap pakai, berdaya saing, dan lembaga entrepreneurship centre dalam struktur
berakhlak mulia tetapi lebih dari itu yaitu generasi Lembaga Pengabdian Masyarakat bernama Pusat
yang mampu menciptakan lapangan kerja baru Inkubator Bisnis.

20 Trikonomika Herwin Mopangga


Vol. 14, No. 1, Juni 2015
Semenjak tahun 2013 hingga sekarang Pusat dengan Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara
Inkubator Bisnis diberi kepercayaan mengelola dalam Program Desa Industri Mandiri (DIM)
kegiatan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Berbasis Pertanian Organik. DIM merupakan bentuk
dengan kegiatan pelatihan bisnis bagi mahasiswa, hilirisasi industri hijau menciptakan wirausaha
melakukan seleksi proposal bisnis, menyalurkan baru di pedesaan yang mengembangkan pertanian
modal untuk seed capital bisnis serta melakukan organik berbasis sumberdaya lokal. Konsep DIM
pendampingan bagi mahasiswa yang berbisnis. melalui inovasi bio teknologi pertanian diharapkan
Di tahun 2013 terdapat sebanyak 36 unit usaha mendukung eksistensi industri kecil dan koperasi
mahasiswa telah diberi modal sebagai seed capital yang ramah lingkungan secara berkelanjutan. Konsep
untuk mengembangkan bisnisnya. Di tahun 2014 organik yang diterapkan pada pertanian, perikanan
juga telah dibiayai sebanyak 45 unit usaha mahasiswa dan peternakan merupakan jawaban atas kebutuhan
dengan seed capital yang meningkat. Pada tahun 2015 masyarakat terhadap bahan pangan alamiah (back
jumlah mahasiswa yang berminat menjadi pengusaha to nature). Pembentukan DIM melibatkan semua
makin tinggi. Hal ini terlihat dari sedikitnya 500 orang stakeholder bidang pertanian dan bidang lain yang
mahasiswa yang mengajukan proposal bisnis dan total menunjang dari aspek penyediaan sarana prasarana,
seed capital yang disalurkan mencapai diatas 700 juta bahan baku, peralatan, pemasaran, pendidikan dan
rupiah. Kelompok mahasiswa wirausaha umumnya kesehatan yang berbasis potensi sumber daya lokal.
bergerak dalam usaha agro industri, makanan basah Implementasinya, DIM memberdayakan masyarakat
olahan, makanan ringan dalam kemasan, asesoris/ baik dari industri hulu, antara dan hilir, sehingga
fashion, ternak ayam, jasa warnet, fotokopi, binatu melahirkan wirausaha baru dari kalangan masyarakat
dan kegiatan bisnis yang permintaan konsumennya dan mengurangi pengangguran pedesaan.
cenderung meningkat.
Misi memperkuat wirausaha mahasiswa juga PEMBAHASAN
dilaksanakan dosen melalui inovasi pembelajaran.
Disamping perkuliahan teoritis dalam ruang kelas, Pentingnya technopreneurship dewasa ini
pembelajaran kontekstual dilaksanakan dalam bentuk berkenaan dengan keterikatannya pada ilmu dan
kunjungan lapangan (visit bisnis) ke sentra-sentra teknologi. Ketika negara menggunakan pendekatan
UMKM dan industri rumah tangga. Hasil interaksi peningkatan kemampuan teknologi sebagai pendorong
dengan pelaku usaha kemudian dituangkan dalam peningkatan produksi nasional dan dalam banyak
makalah yang akan dipresentasikan dan didiskusikan negara sebagai strategi competitive advantage, maka
di kelas. Mahasiswa menjadi semakin kritis karena technopreneurship adalah program yang termasuk
mampu menyampaikan gagasan bisnis dan alternatif didalamnya sebagai bagian integral dari peningkatan
solusi dari permasalahan dan pertanyaan yang diajukan budaya (culture) kewirausahaan. Technopreneurship
kawan sekelasnya, begitupun sebaliknya. Intinya, perlu mengkolaborasikan budaya dan konsepsi, yaitu
terbangun pembelajaran yang berpusat pada peserta budaya inovasi, kewirausahaan, dan kreativitas, serta
didik (student centered learning/SCL) dan memberi konsep inkubator bisnis, penelitian, pengembangan,
stimulan kepada mahasiswa untuk termotivasi knowledge management dan learning organization,
menjadi wirausahawan sukses. Karakter unggul dari yang didukung oleh kapabilitas wirausahanya sendiri,
wirausahawan sukses bisa diadopsi melalui tahapan koneksitas dan kolaboratif.
perubahan cara berpikir, sikap dan kebiasaan. Hal Strategi yang kuat serta arah yang jelas perlu
itu memerlukan proses belajar dan latihan yang dikembangkan untuk memberikan landasan bagi
terus-menerus. Untuk menjadi wirausahawan sukses berkembangnya technopreneurship khususnya provinsi
diperlukan “jam terbang belajar” yang tinggi dengan dan kabupaten kota di Gorontalo. Perlu kerjasama
menggunakan “model belajar” kisah sukses tokoh- yang erat dari pelaku usaha sebagai penggagas bisnis,
tokoh wirausahawan atau pengusaha yang dapat perguruan tinggi, dan lembaga penelitian sebagai
ditemui di lingkungan sekitar. pusat inovasi teknologi baru dan pihak perbankan
Salah satu contoh keterlibatan aktif Universitas yang kompeten dalam pendanaan serta pemerintah
Negeri Gorontalo dalam menumbuhkembangkan sebagai pembentuk kebijakan ekonomi agar dapat
wirausaha berbasis teknologi adalah kemitraan memberikan kebijakan yang kondusif.

Studi Kasus Pengembangan Wirausaha Berbasis Teknologi 21


(Technopreneurship) di Provinsi Gorontalo
Usaha mikro kecil dan menengah memberi kontekstual, pemberdayaan masyarakat, dan
dampak positif bagi perkembangan ekonomi pengembangan industri mikro, kecil, dan menengah
Gorontalo dalam membuka lapangan kerja baru di Provinsi Gorontalo.
dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Bila
dibandingkan dengan UMKM di Pulau Jawa, jelas KESIMPULAN
UMKM di Gorontalo masih kalah dari sisi jumlah
unit usaha, kuantitas, maupun kualitas produk yang Rendahnya daya saing produk UMKM Provinsi
dihasilkan. Karakteristik UMKM di Gorontalo Gorontalo disebabkan masih rendahnya penguasaan
masih sangat bertumpu pada komoditas pertanian teknologi dikalangan pelaku usaha. Bila ada
yang minim proses industri pengolahan. Akibatnya inovasi teknologi sifatnya temporer, hanya untuk
nilai tambah produk rendah dan kalah bersaing bila keperluan pameran/eksebisi ditingkat regional dan
hendak memasuki pasar nasional maupun ekspor. nasional, bukan untuk peningkatan mutu produk,
Hal ini turut memperlemah daya kreasi, inovasi, dan diversifikasi dan efisiensi dalam jangka pendek
semangat UMKM lokal. Kegiatan wirausaha atau maupun peningkatan produksi secara berkelanjutan,
UMKM yang menerapkan inovasi teknologi dalam peningkatan omset, laba, serta perluasan usaha dalam
pengembangan bisnisnya di Gorontalo belum dapat jangka panjang.
diidentifikasi dengan tepat, baik dari aspek kualifikasi Instansi teknis yang kompeten dalam urusan
maupun jumlahnya karena memang belum terdapat UMKM ternyata tidak mengklasifikasikan dengan
definisi dan upaya terencana dan terstruktur untuk jelas antara technopreneurship dengan usaha
membangun dan mengarahkan tumbuhnya UMKM tradisional dalam analisis data maupun publikasinya.
berdasarkan pemanfaatan inovasi teknologi. Hal ini Ini menyulitkan pemetaan jenis usaha yang ramah
disadari dapat menghambat proses alih teknologi, IPTEK dengan yang bersifat tradisional, sekaligus
transfer pengetahuan, keterampilan manajerial berpotensi menghambat proses alih teknologi, transfer
maupun efektivitas dan penggunaan modal usaha pengetahuan, keterampilan manajerial, maupun
yang berdampak pada daya saing UMKM itu sendiri. efektivitas dan permodalan.
Universitas Negeri Gorontalo sebagai perguruan Program Desa Industri Mandiri Berbasis
tinggi negeri terkemuka di wilayah utara jazirah Pertanian Organik Kemitraan UNG - Gorontalo
Sulawesi ini wajib mengambil peran dalam memajukan Utara merupakan best practice untuk memperluas
penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan, dan memperkuat technopreneur unggul di daerah.
teknologi dan bisnis di Provinsi Gorontalo. Inovasi ditingkat petani, peternak, dan kelompok
Pengembangan wirausaha mahasiswa menjadi pilar usaha bersama (KUB) cukup efektif meningkatkan
penting dalam penyelenggaraan tridharma termasuk pendapatan, mengurangi pengangguran, transfer
membangun jaringan kemitraan dengan pemerintah, IPTEK, dan membuka pasar baru bagi produk.
instansi teknis di daerah, badan-badan usaha swasta Minat mahasiswa untuk menjadi wirausaha
maupun perorangan yang peduli pada peningkatan inovatif (technopreneur) dapat ditingkatkan melalui
jumlah dan kualitas wirausaha baru berbasis inovasi research based learning dan student centered
teknologi. learning. RBL dan SCL mengarahkan mahasiswa
Dalam menjawab tantangan makin untuk mengeksplorasi minat dan kemampuannya
meningkatnya pengangguran intelektual dan secara mandiri sehingga tumbuh pemahaman dan
menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi motivasi berwirausaha serta kemampuan menulis
ASEAN, maka Rektor UNG bersama seluruh jajaran proposal usaha (rencana usaha) yang baik.
terus berupaya memperkuat pondasi wirausaha
melalui Program Kreativitas Mahasiswa, Program UCAPAN TERIMA KASIH
Mahasiswa Wirausaha, dan Pusat Inkubator Bisnis
Kemitraan dengan pemerintah daerah, dunia usaha Puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta
dan dunia industri juga mulai membuahkan hasil ungkapan terima kasih dan penghargaan setinggi-
menggembirakan dari Program Desa Industri tingginya penulis sampaikan kepada Yang Terhormat
Mandiri Berbasis Pertanian Organik di Kabupaten Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada
Gorontalo. Ini merupakan best practice pembelajaran Masyarakat (DP2M) Dikti Kementerian Ristek

22 Trikonomika Herwin Mopangga


Vol. 14, No. 1, Juni 2015
dan Dikti di Jakarta yang memfasilitasi pendanaan Mopangga, Herwin. 2008. Penerapan Teknologi dan
penelitian ini melalui Hibah Desentralisasi tahap Transformasi Kelembagaan pada Masyarakat
pertama Tahun 2015. Besar harapan kami penelitian ini Pedesaan di Indonesia. Jurnal Ilmiah Agropolitan,
tetap difasilitasi pada tahap kedua yaitu Tahun 2016. 1(1): 29-39.
Kami juga berterima kasih kepada Rektor Mopangga, Herwin. 2012. Rancang Bangun Kawasan
Universitas Negeri Gorontalo yang senantiasa Agribisnis Hortikultura Provinsi Gorontalo. Jurnal
mendorong lahirnya peneliti-peneliti yang produktif Agribisnis Terpadu, 5(1): 46-62.
dan unggul di kampus merah maron.Kepada Ketua Mopangga, Herwin et al. 2013. Komoditas Unggulan
Lemlit dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNG, Lokal sebagai Sumber Inovasi dan Wirausaha
kami ucapkan terima kasih atas bantuannya dalam Mahasiswa; Pengalaman dari Gorontalo.
memudahkan penyampaian usulan hingga laporan Prosiding KNIT RAMP-IPB: 195-202.
penelitian ini baik secara manual maupun online. Nasrun, M. A. 2010. Mengapa Banyak Sarjana yang
Menganggur?. Suara Merdeka, 25 September.
DAFTAR PUSTAKA NCIIA. 2006. Invention to Venture: Workshop in
Technology Entrepreneurship. Madison: National
BID. 2012. Studi Kelayakan Identifikasi Potensi Collegiate Inventors and Innovators Alliance.
Investasi Daerah. Badan Investasi Daerah Provinsi Niode, I. Y. 2007.Wirausaha Sebagai Alternatif Solusi
Gorontalo. Masalah Pengangguran. Jurnal Inovasi, 4(1): 91-99.
BPS. 2015. Gorontalo dalam Angka 2014. BPS Nur, N. et al. 2014. Entrepreneurship Orientation,
Provinsi Gorontalo. Market Orientation, Business Strategy, Management
Ciputra. 2009. Ciputra Quantum Leap Capabilities On Business Performance; Study
Entrepreneurship: Mengubah Masa Depan Bangsa At Small And Medium Enterprise Printing In
dan Masa Depan Anda (edisi ke-4). Jakarta: Elex Kendari. International Journal of Business and
Media Komputindo. Management Invention, 3(12): 8-17.
Depositario D. P. T., Aquino N. A., & Feliciano K.C. Okorie N. N. et al. 2014. Technopreneurship:
2011. Entrepreneurial Skill Development Needs An Urgent Need in The Material World for
Of Potential Agri-Based Technopreneurs. ISSAAS, Sustainability in Nigeria. European Scientific
17(1): 106-120. Journal, 10(30): 1857-7881.
Harjono, Ardi Widyatmoko, dan Nurhidayat, Taufik. Ono, Suparno et al. 2013. Peningkatan Minat
2013. Pembelajaran Kewirausahaan Politama. Technopreneurship Melalui Workshop Satu Hari.
Prosiding KNIT RAMP-IPB: 27-32. Prosiding KNIT RAMP-IPB: 131-139.
Islam, Md. Aminul, Khan. M. A., & Obaidullah, Sambodo, Amir. 2006. Makalah Seminar
A. Z. 2011. Effect of Entrepreneur and Firm Pengembangan Technopreneurship. Jakarta.
Characteristics on the Business Success of Setiadi, U. 2008. Suatu Pemikiran Mengenai
Small and Medium Enterprises (SMEs) in Pendekatan Kembali Antara Dunia Pendidikan
Bangladesh. International Journal of Business S1 Manajemen Dengan Dunia Kerja. Prosiding
and Management, 6(3): 289-299. Konferensi Merefleksi Domain Pendidikan
Kementerian Perdagangan RI. 2014. Menjadi Ekonomi dan Bisnis. Salatiga.
Pemenang pada Masyarakat Ekonomi ASEAN Soegoto, Eddy Soeryanto. 2009. Entrepreneurship;
2015. Makalah disampaikan pada Edukasi Publik Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta: Elex Media
AEC Grand Q Hotel Gorontalo 23 April 2014. Komputindo.
Kumar, Santosh A. N. & Vinay K. B.. 2011. Technology Sosrowinarsidiono. 2010. Membangun Sinergi
Business Incubators – India’s Rejuvenating Teknologi Dengan Kemampuan Kewirausahaan
Scenario in Entrepreneurship Development. Guna Menunjang Kemandirian Bangsa. Munas
Journal of Information, Knowledge and Research Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Informatika.
in Business Management and Administration, Bandung: Politelkom.
1(2): 9-14. Sudarsih, Endang. 2013. Pendidikan
Mintardjo, Christoffel. 2008. Teknopreneur sebagai Technopreneurship: Meningkatkan Daya Inovasi
Entrepreneur Abad 21: Suatu Pengantar. Jurnal Mahasiswa Teknik dalam Berbisnis. Prosiding
FORMAS, 1(4): 228-237. KNIT RAMP-IPB: 56-63.

Studi Kasus Pengembangan Wirausaha Berbasis Teknologi 23


(Technopreneurship) di Provinsi Gorontalo
Wahyuningsih, Sri Handari dan Qamari, Ika Wiklund, Johan & Shepherd, Dean. 2005.
Nurul. 2011. Eksplorasi Urgensi Pembelajaran Entrepreneurial Orientation and Small Business
Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Prosiding Performance: A Configurational Approach.
Seminar Internasional dan Call for Papers Journal of Business Venturing, 20(1): 71-91.
“Towards Excellent Small Business”: 236-258.

24 Trikonomika Herwin Mopangga


Vol. 14, No. 1, Juni 2015

You might also like