You are on page 1of 10

AL-ARD

AL-ARD: JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN JURNAL


Vol.4 No.1 - September 2018(21-30) TEKNIK LINGKUNGAN

www.al-ard.uinsby.ac.id

AIR QUALITY SETTLEMENT ASSESSMENT NEAR LOCAL


COMMUNITY HEALTH CENTERS (LCHC) IN CIMAHI CITY,
WEST JAVA PROVINCE
Ida Munfarida 1
1 Environmental Engineering, Facuty of Science and Technology, UIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya
munfarida@uinsby.ac.id

Abstract
The Settlements near the Local Community Health Centers (LCHC) may have a negative impact on the
settlement environment, especially is air quality due to the transportation sector near LCHC and community
activities around the LCHC. This study evaluated air quality in three Settlements near the LCHC in Cimahi City,
West Java Province, among others were: settlements in Cimahi Selatan, Cimahi Tengah and Cimahi Utara
Districts. The air quality parameters were Nitrogen Dioxide (NO2), Sulfur Dioxide (SO2), Carbon Monoxide
(CO), Ozone (O3), and Total Suspended Particulate (TSP) at three Locations of the Settlement. Air Quality
Evaluation results indicate that all gaseous parameters were below air quality standards based on
Government Law No.41 Year 1999 about Air Pollution Control, but Total Suspended Particulate (TSP)
concentration in settlements of Cimahi Tengah and Cimahi Selatan Districts have exceeded the standard.
However the lowest gaseous concentration was found in Settlement of Cimahi Tengah District. The
community can play a role in improving the air quality in the settlements by providing green open space.
Keywords: Air Quality, Local Community Health Centers (LCHC), Settlement

Abstrak
Pemukiman dekat Pusat Kesehatan Masyarakat Lokal (Puskesmas) memiliki dampak negatif pada lingkungan
pemukiman, terutama kualitas udara diakibatkan sektor transportasi dekat Puskesmas dan kegiatan
masyarakat di sekitar Puskesmas. Studi ini mengevaluasi kualitas udara di tiga Permukiman dekat Puskesmas
di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat, antara lain: Permukiman di Kecamatan Cimahi Selatan, Kecamatan
Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi Utara. Parameter kualitas udara antara lain Nitrogen Dioksida (NO2),
Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Ozon (O3), dan Total Partikulat (TSP) di tiga Lokasi
Permukiman. Hasil Evaluasi Kualitas Udara menunjukkan bahwa semua parameter gas berada di bawah baku
mutu kualitas udara berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, tetapi Total Partikulat (TSP) di Permukiman Kecamatan Cimahi Tengah dan Cimahi
Selatan melebihi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara. Konsentrasi gas ditemukan paling rendah di Permukiman Kecamatan Cimahi Tengah.
Masyarakat dapat berperan dalam meningkatkan kualitas udara di permukiman dengan menyediakan ruang
terbuka hijau di Permukiman.
Kata Kunci: Kualitas Udara, Permukiman, Puskesmas

1. PENDAHULUAN SO2), karbon monoksida (CO), oksidan (O3),


Udara merupakan salah satu media Timbal (Pb), gas volatil yang tersebar ke udara
lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar dan berupa debu (TSP) atau partikulat
manusia sehingga udara yang berkualitas (Soedomo, 2001).
menjadi syarat penting dalam kehidupan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1
(Munfarida, 2016). Adaya pencemar udara di Tahun 2011 Tentang Perumahan dan
lingkungan atmosfer dapat memberikan Kawasan Permukiman, Permukiman adalah
dampak negatif terhadap kesehatan manusia. bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
Pencemar udara dapat berupa gas yakni atas lebih dari satu satuan perumahan yang
nitrogen oksida (NO, NO2), sulfur oksida (SO, mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum,
p-ISSN: 2460-8815 , e-ISSN: 2549-1652
22 Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018

serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi Kondisi lingkungan di pemukiman dapat


lain di kawasan perkotaan atau kawasan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi,
perdesaan. Kawasan permukiman kondisi perumahan dan infrastruktur publik
diselenggarakan dengan berasaskan (Lisha Tang, dkk 2017). Salah satu kondisi
kesejahteraan, keadilan dan pemerataan, lingkungan yang baik dapat dilihat dari
kenasionalan, keefisienan dan kemanfaatan, kondisi kualitas udara di Permukiman.
keterjangkauan dan kemudahan, kemandirian Studi sebelumnya telah menunjukkan
dan kebersamaan, kemitraan, keserasian dan dampak negatif dari polusi udara berkorelasi
keseimbangan, keterpaduan, kesehatan, pada tingkat kesejahteraan penduduk di Cina.
kelestarian dan keberlanjutan dan Polutan Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen
keselamatan, keamanan, ketertiban, dan Dioksida (NO2), Partikulat dengan ukuran
keteraturan (Indonesia, 2011). kurang dari 2,5µm (PM2,5) dan Partikulat
Permukiman merupakan salah satu bentuk dengan ukuran kurang dari 10 µm (PM10)
sarana hunian yang memiliki kaitan yang berdampak negative terhadap kesejahteraan
sangat erat dengan masyarakatnya. Hal ini di Permukiman Beijing (Guodong Du, dkk,
berarti permukiman di suatu lokasi dapat 2018). Polusi udara telah terbukti
mencerminkan karakteristik masyarakat yang memberikan dampak negatif terhadap
tinggal di kawasan tersebut. Permukiman kesehatan manusia diantaranya timbulnya
dapat diartikan sebagai suatu cerminan dari penyakit yang berkaitan dengan pernafasan
diri pribadi manusia, baik secara perorangan dan jantung (Sanyi Tang, dkk, 2018) dan
maupun dalam suatu kesatuan dan kematian (Jing Huang, dkk, 2018).
kebersamaan dengan lingkungan alamnya dan Kualitas udara di Permukiman dapat
dapat juga mencerminkan taraf hidup, dipengaruhi oleh aktivitas atau kegiatan di
kesejahteraan, kepribadian, dan peradaban sekitar Permukiman terutama di Permukiman
manusia penghuninya, masyarakat ataupun perdesaan/perkotaan. Kegiatan di sekitar
suatu bangsa (Santoso, dkk, 2002). dapat turut memberikan dampak terhadap
Penyelenggaraan permukiman adalah kualitas udara di Permukiman, salah satunya
pemenuhan kebutuhan perkotaan diwujudkan adalah adanya Puskesmas dapat berkontribusi
melalui pembangunan kawasan permukiman terhadap kualitas udara di Permukiman.
skala besar yang terencana secara menyeluruh Berdasarkan Cimahi Dalam Angka (2017),
dan terpadu dengan pelaksanaan yang total jumlah penduduk sebanyak 586.580 jiwa
bertahap sesuai Undang-Undang Nomor 1 dengan jumlah penduduk tertinggi di
Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Kecamatan Cimahi Selatan sebanyak 254.365
Permukiman. jiwa, kemudian Kecamatan Cimahi Tengah
Salah satu asas yang melandasi dengan Jumlah 170.916 Jiwa dan jumlah
pembangunan di kawasan Permukiman adalah penduduk terendah yaitu di Kecamatan
kelestarian yang mengandung makna Cimahi Utara sebanyak 161.299 Jiwa.
pembangunan kawasan Permukiman yang Sementara jumlah Puskesmas di Kota Cimahi
berkelanjutan. Pembangunan Berkelanjutan sebanyak 17 Puskesmas terdiri dari 13
sesuai dengan dua atau tiga dimensi konsep Puskesmas Umum dan 4 Puskesmas
yaitu lingkungan, masyarakat, ekonomi (Eleni Pembantu yang tersebar di 3 Kecamatan
Sinakou, dkk , 2018). Studi sebelumnya (Statistik, 2017). Berdasarkan data pasien,
menyimpulkan bahwa pembangunan terjadi peningkatan pasien dari tahun 2012
berkelanjutan harus secara holistik dimulai hingga 2015 (Statistik, 2017).
dari dalam daripada dari luar sebagai standar Puskesmas di Kota Cimahi pada umumnya
komunitas Permukiman (Dayaratne, 2018). berada tidak jauh dari Permukiman Penduduk.
Pembangunan Perumahan dan kawasan Adanya kegiatan kunjungan ke Puskesmas
permukiman tersebut ditunjukan untuk menyebabkan meningkatnya arus lalu lintas
menciptakan kawasan permukiman dan menuju lokasi yang dapat memberikan
mengintegrasikan secara terpadu dan dampak terhadap kualitas udara di
meningkatkan kualitas lingkungan, yang Permukiman sekitar Puskesmas. Penelitian ini
dihubungkan oleh jaringan transportasi sesuai bertujuan untuk mengetahui kualitas udara
dengan kebutuhan dengan kawasan lain yang Permukiman dekat lokasi Puskesmas dalam
memberikan berbagai pelayanan dan rangka pengelolaan dan monitoring kualitas
kesempatan kerja. udara Permukiman. Kualitas udara yang baik
p-ISSN: 2460-8815, e-ISSN: 2549-1652
Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018 23

di Permukiman diharapkan dapat penerapan strategi pengendalian pencemaran


meningkatkan kesejahteraan masyarakat. yang telah dilakukan; validasi pengembangan
Monitoring kualitas udara Permukiman model dilusi dan dispersi pencemaran udara
diselenggarakan dalam rangka mendukung yang ada; evaluasi dan peramalan tingkat-
pembangunan Permukiman berkelanjutan tingkat pencemaran episodik, jangka panjang
berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang dan jangka pendek; (c) Untuk mengamati
berfungsi sebagai lingkungan hunian dan kecenderungan tingkat pencemaran yang ada
tempat kegiatan yang mendukung di daerah pengendalian pencemaran udara
perikehidupan dan penghidupan yang tertentu, termasuk daerah perkotaan dan (d)
terencana, menyeluruh, terpadu, dan Untuk mengaktifkan dan menentukan
berkelanjutan. Kualitas udara yang baik di prosedur pengendalian darurat guna
Permukiman diharapkan meningkatkan mencegah timbulnya episoda pencemaran
kesehatan masyarakat sehingga berkorelasi udara (Soedomo, 2001). Teknik sampling
positif dengan kemampuan bekerja dan pada udara ambient terdiri dari sampling terus
akhirnya meningkatkan pendapatan menerus (kontinu), sampling setengah
masyarakat sebagai indikator peningkatan kontinu dan sampling sesaat tidak kontinu
kesejahteraan masyarakat. Dengan (Soedomo, 2001). Dalam penelitian ini
mengetahui tingkat kualitas udara di kawasan dilakukan sampling sesaat tidak kontinu
Permukiman, dengan demikian masyarakat adalah pengukuran satu atau dua kali yang
dapat berperan aktif meningkatkan kualitas tidak kontinyu dan tidak secara periodic atau
udara melalui pemberdayaan masyarakat di hanya dilakukan pada saat-saat tertentu saja.
kawasan Permukiman dan turut serta dalam Parameter kualitas udara yang diukur
program Pemerintah Kota dalam meliputi gas dan partikulat antara lain
meningkatkan kualitas lingkungan khususnya nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2),
di Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat. karbon monoksida (CO), oksidan (O3), dan
partikulat (TSP). Pengukuran dilakukan pada
2. METODE PENELITIAN waktu siang hari sebanyak satu kali
Metodelogi yang digunakan dalam pengukuran. Pengukuran dilakukan selama 1
pelaksanaan penelitian ini adalah pengukuran jam.
kualitas udara langsung di lokasi penelitan Pengukuran nitrogen dioksida (NO2), sulfur
bekerja sama dengan PDAM Tirta Wening dioksida (SO2), oksidan (O3), dan partikulat
Kota Bandung. Teknik sampling menggunakan (TSP) menggunakan peralatan tabung dan
metode purposive sampling dan sampling impinger, sementara untuk karbon monoksida
sesaat untuk mengetahui kondisi kualitas (CO) menggunakan CO Analyzer dengan
udara eksisting di Permukiman dekat lokasi metode direct reading. Prinsip peralatan
Puskesmas yang mewakili di tiga Kecamatan impinger yaitu absorpsi. Teknik absorpsi
di Kota Cimahi. Lokasi Permukiman meliputi adalah teknik pengumpulan gas berdasarkan
tiga lokasi Permukiman dekat Puskesmas di kemampuan gas pencemar terabsorpsi atau
Kecamatan Cimahi Tengah, Kecamatan Cimahi bereaksi dengan larutan pereaksi spesifik
Selatan, Cimahi, Kecamatan Cimahi Utara. (larutan absorben). Pereaksi kimia yang
Kualitas udara yang disampling adalah digunakan harus spesifik artinya hanya dapat
kualitas udara ambient. Sampling kualitas bereaksi dengan gas pencemar tertentu yang
udara ambien adalah sampling kualitas udara akan di analisis (Soedomo, 2001).
pada media penerima polutan udara/emisi Hasil pengukuran kualitas udara kemudian
udara. dianalisis secara deskriptif dengan
Tujuan sampling udara ambien adalah: (a) membandingkan dengan Baku Mutu Udara
untuk mengetahui tingkat pencemaran udara Ambient mengacu pada Peraturan Pemerintah
yang ada di suatu daerah, dengan No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
mengacukannya kepada ketentuan dan Pencemaran Udara. Berikut adalah diagram
peraturan mengenai kualitas udara yang alir penelitian:
berlaku dan baku mutu udara yang berlaku;
(b) Untuk menyediakan pengumpulan data
(data base) yang diperlukan dalam evaluasi
pengaruh pencemaran dan pertimbangan
perancangan, seperti: pengembangan kota dan
tata guna lahan, transportasi, evaluasi
24 Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018

kepadatan Kota Cimahi tahun 2016 adalah


Studi Literatur
14.592 jiwa/km2, dimana kecamatan Cimahi
Tengah memiliki kepadatan penduduk
tertinggi dibandingkan dua kecamatan lainnya
yaitu mencapai 17.092 jiwa/km2. Hal ini
Survey Lokasi
terjadi disebabkan oleh mobilitas penduduk
yang cukup tinggi karena penduduk lebih
terkonsentrasi di pusat perkotaan Cimahi
Sampling dengan keanekaragamannya (Statistik, 2017).
• Gas
• Partikulat
Permukiman yang dilakukan montirong
udara merupakan Permukiman dengan padat
penduduk di Kecamatan Cimahi Selatan,
Cimahi Utara dan Cimahi Tengah dekat
Analisis
dengan Puskesmas pavorit di kawasan
tersebut.
Di Kecamatan Cimahi Tengah, sampling
dilakukan di koordinat S 06o53'15,7'' & E 107o
rekomendasi
32' 52,0'' tepatnya di Kelurahan Cigugur
Tengah. Dengan karakteristik kondisi
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian lingkungan sebagai berikut:

Tabel 1. Kondisi Lingkungan Permukiman di


Kecamatan Cimahi Tengah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Nilai Satuan
Kota Cimahi secara geografis terletak Suhu 31,43 oC

diantara 1070 30’30’’ – 1070 34’30’’ BT dan 60 Kecepatan Angin 0,6 m/det
50’ 00’ – 60 56’00’’ Lintang Selatan. Kota Kelembaban 58,23 %
Tekanan 696,45 mmHg
Cimahi termasuk ke dalam wilayah Propinsi
Arah Angin Dominan Timur -
Jawa Barat dan meliputi 3 Kecamatan yang (Sumber: Laboratorium PDAM Tirta Wening Kota
terdiri dari 15 Kelurahan, yaitu: Kecamatan Bandung, 2014)
Cimahi Utara terdiri dari 4 Kelurahan,
Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari 6 Temperatur pada saat pengukuran adalah
Kelurahan dan Kecamatan Cimahi Selatan 31.43oC. Arah angin dominan ke Timur dengan
terdiri dari 5 Kelurahan. Secara geografis kecepatan 0.6 m/detik. Kelembaban udara
wilayah ini merupakan lembah cekungan yang sebesar 58,23 % dan tekanan udara sebesar
melandai ke arah selatan, dengan ketinggian 696,45 mmHg.
di bagian utara ± 1,040 meter dpl (Kelurahan Tabel 2 adalah hasil sampling kualitas
Cipageran Kecamatan Cimahi Utara), yang udara di Permukiman di Kecamatan Cimahi
merupakan lereng Gunung Burangrang dan Tengah.
Gunung Tangkuban Perahu serta ketinggian di
bagian selatan sekitar ± 685 meter dpl Tabel 2. Kualias Udara Permukiman di Kecamatan
(Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Cimahi Tengah.
Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum Baku Hasil
No Parameter Satuan
Mutu Pengujian
(Statistik, 2017).
1 Nitrogen µg/Nm3 400 12.56
Wilayah Kota Cimahi memiliki luas 40,2 Dioksida
km2 yang tersebar di tiga kecamatan yaitu (NO2)
kecamatan Cimahi Selatan, Cimahi Utara dan 2 Sulfur µg/Nm3 900 18.23
Cimahi Tengah. Diantara ketiga kecamatan Dioksida
tersebut Cimahi Selatan merupakan daerah (SO2)
3 Karbon µg/Nm3 30.000 < 1.145
terluas yaitu seluas 16,9 km2 dengan Monoksida
penduduk sebanyak 254.365 jiwa, dan yang (CO)
luasnya terkecil adalah Cimahi Tengah yaitu 4 Oksidan (O3) µg/Nm3 235 < 15,61
seluas 10,0 km2 dengan jumlah penduduk 5 Debu (TSP) µg/Nm3 230 261
sebanyak 170.916 jiwa. Secara keseluruhan (Sumber: Laboratorium PDAM Tirta Wening Kota
Bandung, 2014)
pada tahun 2016 Kota Cimahi memiliki
penduduk sebanyak 586.580 jiwa. Tingkat
p-ISSN: 2460-8815, e-ISSN: 2549-1652
Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018 25

Berdasarkan hasil analisis laboratorium Sementara di Kecamatan Cimahi Utara,


untuk kualitas udara di Kecamatan Cimahi sampling dilakukan di koordinat S 06o51'39,8''
Tengah, kualitas udara yakni parameter gas & E 107o 32'45,3'' tepatnya di Kelurahan
masih memenuhi baku mutu, hal ini terlihat Citeuteup. Dengan karakteristik kondisi
dari nilai hasil uji untuk Nitrogen Dioksida lingkungan sebagai berikut:
(NO2) adalah 12,56 μg/Nm3 sementara baku
mutu adalah 400 μg/Nm3, nilai uji Sulfur Tabel 5. Kondisi Lingkungan Permukiman di
Dioksida (SO2) diperoleh 18.23 μg/Nm3 (baku Kecamatan Cimahi Utara
Parameter Nilai Satuan
mutu SO2 = 900 μg/Nm3), nilai uji Karbon
Suhu 29,85 oC
Monoksida (CO) diperoleh < 1.145 μg/Nm3 Kecepatan Angin 1,05 m/det
(baku mutu CO = 30.000 μg/Nm3), nilai uji Kelembaban 66,23 %
Oksidan (O3) diperoleh < 15,61 μg/Nm3 (baku Tekanan 691,8 mmHg
mutu = 235 μg/Nm3), sementara partikulat Arah Angin Dominan Barat -
(TSP) diperoleh hasil 261 μg/Nm3 (baku mutu (Sumber: Laboratorium PDAM Tirta Wening Kota
Bandung, 2014)
TSP=230 μg/Nm3) sehingga nilai partikulat
(TSP) diketahui melebihi baku mutu.
Temperatur pada saat pengukuran adalah
Di Kecamatan Cimahi Selatan, sampling
29,85oC. Arah angin dominan ke Barat dengan
dilakukan di koordinat S 06o55'24,3'' & E 107o
kecepatan 1,05 m/detik. Kelembaban udara
33'47,1'' tepatnya di Kelurahan Melong.
sebesar 66,23% dan tekanan udara sebesar
Dengan karakteristik kondisi lingkungan
691,8 mmHg.
sebagai berikut:
Berikut adalah hasil sampling kualitas
Tabel 3. Kondisi Lingkungan Permukiman di udara di Permukiman di Kecamatan Cimahi
Kecamatan Cimahi Selatan Utara.
Parameter Nilai Satuan
Suhu 29,13 oC Tabel 6. Kualias Udara Permukiman di Kecamatan
Kecepatan Angin 0,3 m/det Cimahi Utara.
Kelembaban 63,15 % Hasil
Tekanan 700,73 mmHg Baku Pengujian
No Parameter Satuan
Arah Angin Dominan Timur - Mutu (Testing
(Sumber: Laboratorium PDAM Tirta Wening Kota Result)
Bandung, 2014) 1 Nitrogen µg/Nm3 400 20.55
Dioksida
(NO2)
Temperatur pada saat pengukuran adalah 2 Sulfur µg/Nm3 900 23.78
29,13oC. Arah angin dominan ke Timur dengan Dioksida
kecepatan 0.3 m/detik. Kelembaban udara (SO2)
3 Karbon µg/Nm3 30.000 8,778.3
sebesar 63,15% dan tekanan udara sebesar
Monoksida
700,73 mmHg. (CO)
Tabel 4 adalah hasil sampling kualitas 4 Oksidan (O3) µg/Nm3 235 18.93
udara di Permukiman di Kecamatan Cimahi 5 Debu (TSP) µg/Nm3 230 135.40
Selatan. (Sumber: Laboratorium PDAM Tirta Wening Kota
Bandung, 2014)
Tabel 4. Kualias Udara Permukiman di Kecamatan
Cimahi Selatan Berdasarkan hasil analisis laboratorium
Hasil untuk kualitas udara di Permukiman Cimahi
Baku Pengujian
No Parameter Satuan
Mutu (Testing
Utara, kualitas udaranya masih memenuhi
Result) baku mutu baik gas dan partikulat, hal ini
1 Nitrogen µg/Nm3 400 18,76 terlihat dari nilai hasil uji untuk Nitrogen
Dioksida Dioksida (NO2) adalah 20,55 μg/Nm3
(NO2) sementara baku mutu adalah 400 μg/Nm3,
2 Sulfur µg/Nm3 900 22,09
Dioksida
nilai uji Sulfur Dioksida (SO2) diperoleh 23,78
(SO2) μg/Nm3 (baku mutu SO2 = 900 μg/Nm3), nilai
3 Karbon µg/Nm3 30.000 < 1.145 uji Karbon Monoksida (CO) diperoleh 8.778,3
Monoksida μg/Nm3 (baku mutu CO=30.000 μg/Nm3), nilai
(CO) uji Oksidan (O3) diperoleh 18,93 μg/Nm3
4 Oksidan (O3) µg/Nm3 235 16.89
5 Debu (TSP) µg/Nm3 230 282
(baku mutu=235 μg/Nm3), sementara
(Sumber: Laboratorium PDAM Tirta Wening Kota partikulat (TSP) diperoleh hasil 135,40
Bandung, 2014) μg/Nm3 (baku mutu TSP=230 μg/Nm3).
26 Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018

Jika dibandingkan nilai hasil pengukuran Tahun 1999 tentang pengendalian


kualitas lingkungan, temperature tertinggi pencemaran udara. Sementara nilai partikulat
terjadi di lokasi Permukiman Kecamatan untuk lokasi Permukiman di Kecamatan
Cimahi Tengah, Kecepatan Angin dan Cimahi Selatan dan Kecamatan Cimahi Utara
kelembaban udara tertinggi terjadi di lokasi melebihi baku mutu.
Permukiman Kecamatan Cimahi Utara, dan Tidak ada perbedaan signifikan
tekanan udara tertinggi terjadi di lokasi temperature pada tiga lokasi Permukiman,
Permukiman Kecamatan Cimahi Selatan temperature berkisar antara 29-31oC.
(Tabel 7). Walaupun pada umumnya terjadi
Jika dibandingkan hasil uji parameter gas peningkatan polutan ketika terjadi kenaikan
dan partikulat dari ketiga lokasi permukiman, temperature dalam kondisi iklim yang panas
maka untuk parameter gas dan partikulat (Egide Kalisa, dkk, 2018). Namun dispersi
terendah terjadi di lokasi Permukiman polutan di udara juga dipengaruhi oleh
Kecamatan Cimahi Tengah. kecepatan angin. Penelitian terdahulu
membuktikan bahwa kecepatan angin
Tabel 7. Kondisi Lingkungan di 3 lokasi Permukiman berpengaruh pada terbentuknya formasi
di Kota Cimahi partikulat baru di udara, selain itu kecepatan
Parameter I II III
angin berpengaruh terhadap penyisihan
Suhu 31,43 oC 29,13 oC 29,85 oC
Kecepatan 0,6 m/det 0,3 m/det 1,05
partikel dan prekursor gas eksisting. Semakin
Angin m/det tinggi kecepatan angin, maka penyisihan
Arah Angin Timur Timur Barat prekursor gas dan partikulat akan semakin
Dominan banyak terjadi, walaupun hal ini tergantung
Kelembaban 58,23 % 63,15 % 66,23 % pada keseimbangan antara keduanya (Buddhi
Tekanan 696,45 700,73 691,8 Pushpawela, dkk, 2018).
mmHg mmHg mmHg
Berdasarkan Soedomo (2001), konsentrasi
Ket:
I: Lokasi Permukiman Kec. Cimahi Tengah pencemar udara di atmosfer dipengaruhi oleh
II: Lokasi Permukiman Kec. Cimahi Selatan faktor difusi. Faktor difusi berhubungan
III: Lokasi Permukiman Kec. Cimahi Utara dengan struktur lingkungan udara, sedangkan
faktor lainnya berhubungan dengan emisi
Tabel 8. Kualias Udara di 3 lokasi Permukiman di
Kota Cimahi
yang dikeluarkan oleh kegiatan.
Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa
Hasil Pengujian
No Parameter Satuan musim dan kelembaban mempengaruhi
I Ii Iii
1 Nitrogen µg/ 12.56 20.55
polutan gas. Polutan gas meningkat saat
18.76
Dioksida Nm3 musim dingin (Hong Qiu, dkk, 2013).
(NO2) Beberapa faktor berpengaruh terhadap
2 Sulfur µg/ 18.23 22.09 23.78 peningkatan pencemar udara, misalnya
Dioksida Nm3 Produk Domestik Bruto (GDP), dan kendaraan
(SO2)
3 Karbon µg/ < 1.145 <1.145 8,778.3
pribadi meningkatkan kadar Partikulat di
Monoksida Nm3 Kota, termasuk juga konsumsi energi
(CO) berpengaruh positif terhadap pencemar udara
4 Oksidan µg/ < 15,61 16.89 18.93 (Danting Zhao, dkk, 2018).
(O3) Nm3 Tingginya kadar Nitrogen Dioksida (NO2),
5 Debu (TSP) µg/ 261 282 135.40 Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO)
Nm3 dan Oksidan (O3) di lokasi Permukiman
Ket:
I:Lokasi Permukiman Kec. Cimahi Tengah
Kecamatan Cimahi Utara dapat berasal dari
II: Lokasi Permukiman Kec. Cimahi Selatan pencemar di lokasi kegiatan dan pencemar di
III: Lokasi Permukiman Kec. Cimahi Utara sekitar lokasi kegiatan yakni Puskesmas di
Kelurahan Citeureup. Nitrogen Dioksida (NO2),
Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO)
semua parameter udara gas yang diuji yakni dapat berasal dari hasil pembakaran kayu dan
nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), bahan bakar minyak (Sinha, 2018). NO
karbon monoksida (CO), oksidan (O3), pada diemisikan dalam jumlah yang cukup besar ke
tiga lokasi permukiman di Kota Cimahi masih atmosfer. NO2 diemisikan dari pembuangan
memenuhi baku mutu udara ambient pembakaran (kombusi) pada temperatur
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 tinggi, sebagai hasil dari reaksi nitrogen
p-ISSN: 2460-8815, e-ISSN: 2549-1652
Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018 27

dengan oksigen. Industri dan kendaraan ketinggian 735 mdpl tertinggi diantara 2
bermotor merupakan aktivitas utama yang Kecamatan lainnya di Kota Cimahi. Hal ini
mengemisikan senyawa NO2. Selain itu, NO2 dapat memberikan penjelasan bahwa
juga dihasilkan dari aktivitas alam seperti ketinggian wilayah mungkin menyebabkan
metabolisme bakterial (Soedomo, 2001). pula konsentrasi ozon dan pencemar gas
Sulfur Dioksida (SO2) merupakan pencemar lainnya lebih tinggi dibandingkan dengan 2
udara golongan oksida sulfur. Oksida sulfur Kecamatan lainnya disamping faktor-faktor
merupakan pencemar yang paling umum, dilusi pencemar gas lainnya.
terutama ditimbulkan akibat pembakaran Sementara Partikulat yang diukur dalam
bahan bakar fosil. Sulfur dioksida merupakan penelitian ini adalah TSP (Total Suspended
bagian yang paling dominan, sehingga oksida Particulate). TSP terdiri atas partikulat padat
sulfur biasanya diukur sebagai sulfur dioksida. dan cair yang berukuran dari 100 mikron
Sementara Karbon Monoksida (CO) hingga kurang dari 0,01 mikron (Soedomo,
merupakan pencemar udara yang paling besar 2001). Kandungan konsentasi yang terukur
dan umum dijumpai. Sebagian besar CO dari penelitian adalah gabungan dari semua
terbentuk akibat proses pembakaran bahan- jenis partikel, padat dan cair. Hampir semua
bahan karbon yang digunakan sebagai bahan jenis aktivitas manusia akan mengeluarkan
bakar, secara tidak sempurna. Semua aktivitas emisi partikulat ke udara ambien.
yang melibatkan pembakaran bahan-bahan Tidak seperti pencemar gas, partikulat atau
organik merupakan sumber karbon total suspended particulate (TSP) berkorelasi
monoksida. CO juga dapat terbentuk dari negatif dengan ketinggian wilayah. Penelitian
proses alami (Soedomo, 2001). terdahulu menyebutkan bahwa konsentrasi
Sehingga pada umumnya, polutan gas PM2.5 dan PM10 menurun secara dramatis
merupakan hasil dari sektor transportasi di dengan meningkatnya ketinggian yang
sekitar lokasi Permukiman di Kecamatan ditunjukkan oleh hubungan nonlinier antara
Cimahi Utara. Sementara Ozon (O3) konsentrasi partikulat (PM) dan ketinggian.
merupakan pencemar udara golongan Hubungan ini divalidasi oleh profil koefisien
oksidan. Ozon merupakan senyawa yang kepunahan dari observasi CALIPSO dan data
paling dominan. Oksida fotokimia dapat EV-lidar, sehingga digunakan untuk
ditemui disetiap tempat dimana terdapat mencerminkan distribusi vertikal konsentrasi
oksida nitrogen dan hydrogen yang PM di udara (Guicai Ning, dkk, 2018). Dengan
berinteraksi di bawah radiasi sinar matahari demikian, hal ini sama terjadi pada
(Soedomo, 2001). konsentrasi TSP yang terendah terjadi di
Konsentrasi ozon biasanya berhubungan Permukiman Kecamatan Cimahi Utara yang
dengan ketinggian wilayah. Hal ini memiliki ketinggian tertinggi diantara dua
berhubungan dengan reaksi fotokimia sebagai Kecamatan lainnya. Sehingga ketinggian
influx dari troposfer. Penelitian sebelumnya wilayah dapat mempengaruhi konsentrasi
melaporkan bahwa terjadi peningkatan ozon pencemar di udara.
pada wilayah yang lebih tinggi elevasinya di Fenomena pencemar udara di permukaan
bagian utara Pegunungan Alpen Timur yang dan atmosfer dapat dijelaskan bahwa kondisi
meningkat lebih dari dua kali lipat atmosfer vertikal memiliki efek yang kuat
dibandingkan di dataran rendah sejak tahun pada pencampuran vertikal polutan udara,
1950-an (H. Puxbaum, dkk, 1991). yang secara langsung mempengaruhi kualitas
Dengan demikian, jika melihat ketinggian udara permukaan. Hasil penelitian
wilayah, berikut adalah data ketinggian sebelumnya menunjukkan bahwa konsentrasi
wilayah di Kota Cimahi: polutan yang relatif tinggi terjadi di bawah
gradien temperatur troposfer pada tingkat
Tabel 8. Ketinggian Wilayah Kota Cimahi menengah yang relatif rendah, kelembaban
berdasarkan Kecamatan relatif rendah, angin selatan yang lemah (atau
No Kecamatan Ketinggian (mdpl)
angin utara yang kuat) dan angin barat yang
1 Cimahi Selatan 700
2 Cimahi Tengah 700 lemah (atau angin timur yang kuat). Selain itu,
3 Cimahi Utara 735 korelasi bervariasi di antara jenis polutan,
(sumber: Statistik, 2017) musim, dan variabel meteorologi di berbagai
ketinggian. Secara umum, sensitivitas polutan
Berdasarkan ketinggian wilayah, terhadap variabel meteorologi ditemukan
Kecamatan Cimahi Utara berada pada lebih besar di musim dingin daripada di
28 Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018

musim lain, dan sensitivitas ozon terhadap Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
meteorologi berbeda dari kedua polutan minimal 30% merupakan syarat utama dalam
lainnya. Selain itu, ditemukan bahwa variabel pembangunan berkelanjutan di Kota Cimahi.
meteorologi hingga pertengahan troposfer Kurangnya ketersediaan RTH dapat
(∼700mb) memainkan peran penting dalam menyebabkan peningkatan konsentrasi
mempengaruhi kualitas udara permukaan, karbondioksida CO2 (Nurani Ikhlas, Taufik
menentukan hubungan yang signifikan dan Abdullah, & Rachmat Boedisantoso, 2017).
unik antara variabel meteorologi di ketinggian Dengan demikian, masyarakat dapat berperan
yang lebih tinggi dan kualitas udara untuk meningkatkan kualitas udara di
permukaan (Cheuk Hei Marcus Tong, dkk, permukiman dengan menyediakan ruang
2018). terbuka hijau sekitar 30%. Sehingga
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan tersedianya ruang terbuka hijau dapat
bahwa semua parameter udara gas yang diuji memberikan keuntungan lingkungan yang
yakni nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida signifikan bagi masyarakat.
(SO2), karbon monoksida (CO), oksidan (O3), Upaya ini dalam rangka rangka pengelolaan
pada tiga lokasi permukiman di Kota Cimahi kualitas udara Permukiman. Kualitas udara
masih memenuhi baku mutu udara ambient yang baik di Permukiman diharapkan dapat
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat
Tahun 1999 tentang pengendalian sehingga dapat meningkatkan kesempatan
pencemaran udara. Sementara nilai partikulat bekerja lebih baik dan pada akhirnya dapat
untuk lokasi Permukiman di Kecamatan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Cimahi Selatan dan Kecamatan Cimahi Utara
melebihi baku mutu. 4. KESIMPULAN
Salah satu upaya untuk meningkatkan Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
kualitas udara di Permukiman adalah bahwa parameter udara gas yang diuji yakni
ketersediaan ruang terbuka hijau. Telah nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2),
banyak para ahli membuktikan bahwa ruang karbon monoksida (CO), oksidan (O3), pada
terbuka hijau signifkan dalam mereduksi tiga lokasi permukiman di Kota Cimahi masih
berbagai polutan gas dan partikulat. Misalnya memenuhi baku mutu udara ambient
penelitian di Kota Strasbourg menghasilkan berdasarkan PP No. 41/1999 tentang
bahwa ketersediaan pohon publik di Kota Pengendalian Pencemaran Udara. Sementara
Strasbourg mengurangi sekitar 7% dari emisi nilai partikulat untuk lokasi Permukiman di
PM10 yang diemisikan di atmosfer kota; Kecamatan Cimahi Selatan dan Kecamatan
Namun, efek pada polutan udara lainnya kecil. Cimahi Utara melebihi baku mutu. Masyarakat
Namun demikian, penelitian ini dapat berperan untuk meningkatkan kualitas
mengungkapkan bahwa pohon perkotaan udara dengan menyediakan ruang terbuka
merupakan elemen penting untuk mengurangi hijau sehingga dapat memberikan keuntungan
polusi udara walaupun bukan satu-satunya lingkungan bagi masyarakat.
solusi untuk masalah ini. Saran selanjutnya
adalah untuk mengkombinasikan penanaman 5. DAFTAR PUSTAKA
dan pengelolaan sumber daya hutan kota Buddhi Pushpawela, Rohan Jayaratne, Lidia
dengan strategi lain yang memperhitungkan Morawska. (2018). The influence of
karakteristik lingkungan perkotaan misalnya: wind speed on new particle formation
struktur bangunan, desain jalan, lokasi sumber events in an urban environment.
lokal; dll (Wissal Selmi, dkk, 2016).
Atmospheric Research, 37-41.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang
Cheuk Hei Marcus Tong, Steve Hung Lam
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Yim, Daniel Rothenberg, Chien
Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan Wang, Chuan-Yao Lin, Yongqin
disebutkan bahwa Ruang terbuka hijau adalah David Chen, Ngar Cheung Lau.
area memanjang atau jalur dan/atau (2018). Assessing the impacts of
mengelompok, yang penggunaannya lebih seasonal and vertical atmospheric
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, conditions on air quality over the
baik yang tumbuh secara alamiah maupun Pearl River Delta region. Atmospheric
yang sengaja ditanam (Umum, 2008). Environment, 69-78.
p-ISSN: 2460-8815, e-ISSN: 2549-1652
Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018 29

Danting Zhao, Hong Chen, Xuedong Li, Jing Huang, Xiaochuan Pan, Xinbiao Guo,
Xiaotong Ma. (2018). Air pollution Guoxing Li. (2018). Impacts of air
and its influential factors in China's pollution wave on years of life lost: A
hot spots. Journal of Clenaer crucial way to communicate the
Production, 619=627. health risks of air pollution to the
Dayaratne, R. (2018). Toward sustainable public. Environment International,
development:Lessons. Frontiers of 42-49.
Architectura lResearch, 1-13. Lisha Tang, Matthias Ruth, Qingyun He,
Egide Kalisa, Sulaiman Fadlallah, Mabano Sahar Mirzaee. (2017).
Amani, Lamek Nahayo, Gabriel Comprehensive evaluation of trends
Habiyaremye. (2018). Temperature in human settlements quality changes.
and air pollution relationship during Habitat International, 81-90.
heatwaves in Birmingham, UK. Munfarida. (2016). EVALUASI KUALITAS
Sustainable Cities and Society, 111- UDARA STUDI KASUS 3 LOKASI
120. PUSKESMAS DI KOTA CIMAHI
Eleni Sinakou, Jelle Boeve-de Pauw, PROVINSI JAWA BARAT. AL-ARD
Maarten Goossens, Peter Van : JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN,
Petegem;. (2018). Academics in the 67-73.
field of Education for Sustainable Nurani Ikhlas, Taufik Abdullah, & Rachmat
Development: Their conceptions of Boedisantoso. (2017). Calculation
sustainable development. Jurnal of Method of Green Open Space Based
Cleaner Production, 321-332. on Carbon Emission from
Guicai Ning, Shigong Wang, Minjin Ma, Transportation Sector in Surabaya.
Changjian Ni, Ziwei Shang, Jiaxin IPTEK, The Journal for Technology
Wang, Jingxin Li. (2018). and Science, 37-41.
Characteristics of air pollution in Santoso, Jo, Budi P. Iskandar, dan Parwoto.
different zones of Sichuan Basin, (2002). Sistem Perumahan Sosial di
China. Science of The Total Indonesia. Jakarta: Pusat Studi
Environment, 975-984. Perkotaan Universitas Indonusa dan
Guodong Du, Kong Joo Shin, Shunsuke IAP.
Managi. (2018). Variability in impact Sanyi Tang, Qinling Yan, Wei Shi, Xia
of air pollution on subjective well- Wang, Xiaodan Sun, Pengbo Yu,
being. Atmospheric Environment, 1- Jianhong Wu, Yanni Xiao. (2018).
66. Measuring the impact of air pollution
H. Puxbaum, K. Gabler, S. Smidt, F. Glattes. on respiratory infection risk in China.
(1991). A one-year record of ozone Environmental Pollution, 477-486.
profiles in an Alpine valley Sinha, S. N. (2018). Air Pollution From Solid
(Zillertal/Tyrol, Austria, 600–2000 m Fuels. Reference Module in Earth
a.s.l.). Atmospheric Environment. Systems and Environmental Sciences,
Part A. General Topics, 1759-1765. 46-52.
Hong Qiu, Ignatius Tak Sun Yu, Xiaorong Soedomo. (2001). Pencemaran Udara.
Wang, Linwei Tian, Lap Ah Tse,Tze Bandung: ITB.
Wai Wong. (2013). Season and Statistik, B. P. (2017). Cimahi Dalam Angka
humidity dependence of the effects of . Cimahi: Badan Pusat Statistik.
air pollution on COPD Umum, M. P. (2008). Peraturan Menteri
hospitalizations in Hong Kong. Pekerjaan Umum Nomor
Atmospheric Environment, 74-80. 05/Prt/M/2008 tentang Pedoman
Indonesia, R. (2011). Undang-Undang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Terbuka Hijau di Kawasan
Perumahan dan Kawasan Perkotaan. Jakarta: Menteri
Permukiman. Indonesia: Republik Pekerjaan Umum.
Indonesia.
30 Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018

Wissal Selmi, Christiane Weber, Emmanuel


Rivière, Nadège Blond, Lotfi Mehdi,
David Nowak. (2016). Air pollution
removal by trees in public green
spaces in Strasbourg city, France.
Urban Forestry & Urban Greening,
192-201.

p-ISSN: 2460-8815, e-ISSN: 2549-1652

You might also like