Professional Documents
Culture Documents
www.al-ard.uinsby.ac.id
Abstract
The Settlements near the Local Community Health Centers (LCHC) may have a negative impact on the
settlement environment, especially is air quality due to the transportation sector near LCHC and community
activities around the LCHC. This study evaluated air quality in three Settlements near the LCHC in Cimahi City,
West Java Province, among others were: settlements in Cimahi Selatan, Cimahi Tengah and Cimahi Utara
Districts. The air quality parameters were Nitrogen Dioxide (NO2), Sulfur Dioxide (SO2), Carbon Monoxide
(CO), Ozone (O3), and Total Suspended Particulate (TSP) at three Locations of the Settlement. Air Quality
Evaluation results indicate that all gaseous parameters were below air quality standards based on
Government Law No.41 Year 1999 about Air Pollution Control, but Total Suspended Particulate (TSP)
concentration in settlements of Cimahi Tengah and Cimahi Selatan Districts have exceeded the standard.
However the lowest gaseous concentration was found in Settlement of Cimahi Tengah District. The
community can play a role in improving the air quality in the settlements by providing green open space.
Keywords: Air Quality, Local Community Health Centers (LCHC), Settlement
Abstrak
Pemukiman dekat Pusat Kesehatan Masyarakat Lokal (Puskesmas) memiliki dampak negatif pada lingkungan
pemukiman, terutama kualitas udara diakibatkan sektor transportasi dekat Puskesmas dan kegiatan
masyarakat di sekitar Puskesmas. Studi ini mengevaluasi kualitas udara di tiga Permukiman dekat Puskesmas
di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat, antara lain: Permukiman di Kecamatan Cimahi Selatan, Kecamatan
Cimahi Tengah, dan Kecamatan Cimahi Utara. Parameter kualitas udara antara lain Nitrogen Dioksida (NO2),
Sulfur Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Ozon (O3), dan Total Partikulat (TSP) di tiga Lokasi
Permukiman. Hasil Evaluasi Kualitas Udara menunjukkan bahwa semua parameter gas berada di bawah baku
mutu kualitas udara berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, tetapi Total Partikulat (TSP) di Permukiman Kecamatan Cimahi Tengah dan Cimahi
Selatan melebihi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara. Konsentrasi gas ditemukan paling rendah di Permukiman Kecamatan Cimahi Tengah.
Masyarakat dapat berperan dalam meningkatkan kualitas udara di permukiman dengan menyediakan ruang
terbuka hijau di Permukiman.
Kata Kunci: Kualitas Udara, Permukiman, Puskesmas
diantara 1070 30’30’’ – 1070 34’30’’ BT dan 60 Kecepatan Angin 0,6 m/det
50’ 00’ – 60 56’00’’ Lintang Selatan. Kota Kelembaban 58,23 %
Tekanan 696,45 mmHg
Cimahi termasuk ke dalam wilayah Propinsi
Arah Angin Dominan Timur -
Jawa Barat dan meliputi 3 Kecamatan yang (Sumber: Laboratorium PDAM Tirta Wening Kota
terdiri dari 15 Kelurahan, yaitu: Kecamatan Bandung, 2014)
Cimahi Utara terdiri dari 4 Kelurahan,
Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari 6 Temperatur pada saat pengukuran adalah
Kelurahan dan Kecamatan Cimahi Selatan 31.43oC. Arah angin dominan ke Timur dengan
terdiri dari 5 Kelurahan. Secara geografis kecepatan 0.6 m/detik. Kelembaban udara
wilayah ini merupakan lembah cekungan yang sebesar 58,23 % dan tekanan udara sebesar
melandai ke arah selatan, dengan ketinggian 696,45 mmHg.
di bagian utara ± 1,040 meter dpl (Kelurahan Tabel 2 adalah hasil sampling kualitas
Cipageran Kecamatan Cimahi Utara), yang udara di Permukiman di Kecamatan Cimahi
merupakan lereng Gunung Burangrang dan Tengah.
Gunung Tangkuban Perahu serta ketinggian di
bagian selatan sekitar ± 685 meter dpl Tabel 2. Kualias Udara Permukiman di Kecamatan
(Kelurahan Melong Kecamatan Cimahi Cimahi Tengah.
Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum Baku Hasil
No Parameter Satuan
Mutu Pengujian
(Statistik, 2017).
1 Nitrogen µg/Nm3 400 12.56
Wilayah Kota Cimahi memiliki luas 40,2 Dioksida
km2 yang tersebar di tiga kecamatan yaitu (NO2)
kecamatan Cimahi Selatan, Cimahi Utara dan 2 Sulfur µg/Nm3 900 18.23
Cimahi Tengah. Diantara ketiga kecamatan Dioksida
tersebut Cimahi Selatan merupakan daerah (SO2)
3 Karbon µg/Nm3 30.000 < 1.145
terluas yaitu seluas 16,9 km2 dengan Monoksida
penduduk sebanyak 254.365 jiwa, dan yang (CO)
luasnya terkecil adalah Cimahi Tengah yaitu 4 Oksidan (O3) µg/Nm3 235 < 15,61
seluas 10,0 km2 dengan jumlah penduduk 5 Debu (TSP) µg/Nm3 230 261
sebanyak 170.916 jiwa. Secara keseluruhan (Sumber: Laboratorium PDAM Tirta Wening Kota
Bandung, 2014)
pada tahun 2016 Kota Cimahi memiliki
penduduk sebanyak 586.580 jiwa. Tingkat
p-ISSN: 2460-8815, e-ISSN: 2549-1652
Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018 25
dengan oksigen. Industri dan kendaraan ketinggian 735 mdpl tertinggi diantara 2
bermotor merupakan aktivitas utama yang Kecamatan lainnya di Kota Cimahi. Hal ini
mengemisikan senyawa NO2. Selain itu, NO2 dapat memberikan penjelasan bahwa
juga dihasilkan dari aktivitas alam seperti ketinggian wilayah mungkin menyebabkan
metabolisme bakterial (Soedomo, 2001). pula konsentrasi ozon dan pencemar gas
Sulfur Dioksida (SO2) merupakan pencemar lainnya lebih tinggi dibandingkan dengan 2
udara golongan oksida sulfur. Oksida sulfur Kecamatan lainnya disamping faktor-faktor
merupakan pencemar yang paling umum, dilusi pencemar gas lainnya.
terutama ditimbulkan akibat pembakaran Sementara Partikulat yang diukur dalam
bahan bakar fosil. Sulfur dioksida merupakan penelitian ini adalah TSP (Total Suspended
bagian yang paling dominan, sehingga oksida Particulate). TSP terdiri atas partikulat padat
sulfur biasanya diukur sebagai sulfur dioksida. dan cair yang berukuran dari 100 mikron
Sementara Karbon Monoksida (CO) hingga kurang dari 0,01 mikron (Soedomo,
merupakan pencemar udara yang paling besar 2001). Kandungan konsentasi yang terukur
dan umum dijumpai. Sebagian besar CO dari penelitian adalah gabungan dari semua
terbentuk akibat proses pembakaran bahan- jenis partikel, padat dan cair. Hampir semua
bahan karbon yang digunakan sebagai bahan jenis aktivitas manusia akan mengeluarkan
bakar, secara tidak sempurna. Semua aktivitas emisi partikulat ke udara ambien.
yang melibatkan pembakaran bahan-bahan Tidak seperti pencemar gas, partikulat atau
organik merupakan sumber karbon total suspended particulate (TSP) berkorelasi
monoksida. CO juga dapat terbentuk dari negatif dengan ketinggian wilayah. Penelitian
proses alami (Soedomo, 2001). terdahulu menyebutkan bahwa konsentrasi
Sehingga pada umumnya, polutan gas PM2.5 dan PM10 menurun secara dramatis
merupakan hasil dari sektor transportasi di dengan meningkatnya ketinggian yang
sekitar lokasi Permukiman di Kecamatan ditunjukkan oleh hubungan nonlinier antara
Cimahi Utara. Sementara Ozon (O3) konsentrasi partikulat (PM) dan ketinggian.
merupakan pencemar udara golongan Hubungan ini divalidasi oleh profil koefisien
oksidan. Ozon merupakan senyawa yang kepunahan dari observasi CALIPSO dan data
paling dominan. Oksida fotokimia dapat EV-lidar, sehingga digunakan untuk
ditemui disetiap tempat dimana terdapat mencerminkan distribusi vertikal konsentrasi
oksida nitrogen dan hydrogen yang PM di udara (Guicai Ning, dkk, 2018). Dengan
berinteraksi di bawah radiasi sinar matahari demikian, hal ini sama terjadi pada
(Soedomo, 2001). konsentrasi TSP yang terendah terjadi di
Konsentrasi ozon biasanya berhubungan Permukiman Kecamatan Cimahi Utara yang
dengan ketinggian wilayah. Hal ini memiliki ketinggian tertinggi diantara dua
berhubungan dengan reaksi fotokimia sebagai Kecamatan lainnya. Sehingga ketinggian
influx dari troposfer. Penelitian sebelumnya wilayah dapat mempengaruhi konsentrasi
melaporkan bahwa terjadi peningkatan ozon pencemar di udara.
pada wilayah yang lebih tinggi elevasinya di Fenomena pencemar udara di permukaan
bagian utara Pegunungan Alpen Timur yang dan atmosfer dapat dijelaskan bahwa kondisi
meningkat lebih dari dua kali lipat atmosfer vertikal memiliki efek yang kuat
dibandingkan di dataran rendah sejak tahun pada pencampuran vertikal polutan udara,
1950-an (H. Puxbaum, dkk, 1991). yang secara langsung mempengaruhi kualitas
Dengan demikian, jika melihat ketinggian udara permukaan. Hasil penelitian
wilayah, berikut adalah data ketinggian sebelumnya menunjukkan bahwa konsentrasi
wilayah di Kota Cimahi: polutan yang relatif tinggi terjadi di bawah
gradien temperatur troposfer pada tingkat
Tabel 8. Ketinggian Wilayah Kota Cimahi menengah yang relatif rendah, kelembaban
berdasarkan Kecamatan relatif rendah, angin selatan yang lemah (atau
No Kecamatan Ketinggian (mdpl)
angin utara yang kuat) dan angin barat yang
1 Cimahi Selatan 700
2 Cimahi Tengah 700 lemah (atau angin timur yang kuat). Selain itu,
3 Cimahi Utara 735 korelasi bervariasi di antara jenis polutan,
(sumber: Statistik, 2017) musim, dan variabel meteorologi di berbagai
ketinggian. Secara umum, sensitivitas polutan
Berdasarkan ketinggian wilayah, terhadap variabel meteorologi ditemukan
Kecamatan Cimahi Utara berada pada lebih besar di musim dingin daripada di
28 Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018
musim lain, dan sensitivitas ozon terhadap Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
meteorologi berbeda dari kedua polutan minimal 30% merupakan syarat utama dalam
lainnya. Selain itu, ditemukan bahwa variabel pembangunan berkelanjutan di Kota Cimahi.
meteorologi hingga pertengahan troposfer Kurangnya ketersediaan RTH dapat
(∼700mb) memainkan peran penting dalam menyebabkan peningkatan konsentrasi
mempengaruhi kualitas udara permukaan, karbondioksida CO2 (Nurani Ikhlas, Taufik
menentukan hubungan yang signifikan dan Abdullah, & Rachmat Boedisantoso, 2017).
unik antara variabel meteorologi di ketinggian Dengan demikian, masyarakat dapat berperan
yang lebih tinggi dan kualitas udara untuk meningkatkan kualitas udara di
permukaan (Cheuk Hei Marcus Tong, dkk, permukiman dengan menyediakan ruang
2018). terbuka hijau sekitar 30%. Sehingga
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan tersedianya ruang terbuka hijau dapat
bahwa semua parameter udara gas yang diuji memberikan keuntungan lingkungan yang
yakni nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida signifikan bagi masyarakat.
(SO2), karbon monoksida (CO), oksidan (O3), Upaya ini dalam rangka rangka pengelolaan
pada tiga lokasi permukiman di Kota Cimahi kualitas udara Permukiman. Kualitas udara
masih memenuhi baku mutu udara ambient yang baik di Permukiman diharapkan dapat
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat
Tahun 1999 tentang pengendalian sehingga dapat meningkatkan kesempatan
pencemaran udara. Sementara nilai partikulat bekerja lebih baik dan pada akhirnya dapat
untuk lokasi Permukiman di Kecamatan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Cimahi Selatan dan Kecamatan Cimahi Utara
melebihi baku mutu. 4. KESIMPULAN
Salah satu upaya untuk meningkatkan Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan
kualitas udara di Permukiman adalah bahwa parameter udara gas yang diuji yakni
ketersediaan ruang terbuka hijau. Telah nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2),
banyak para ahli membuktikan bahwa ruang karbon monoksida (CO), oksidan (O3), pada
terbuka hijau signifkan dalam mereduksi tiga lokasi permukiman di Kota Cimahi masih
berbagai polutan gas dan partikulat. Misalnya memenuhi baku mutu udara ambient
penelitian di Kota Strasbourg menghasilkan berdasarkan PP No. 41/1999 tentang
bahwa ketersediaan pohon publik di Kota Pengendalian Pencemaran Udara. Sementara
Strasbourg mengurangi sekitar 7% dari emisi nilai partikulat untuk lokasi Permukiman di
PM10 yang diemisikan di atmosfer kota; Kecamatan Cimahi Selatan dan Kecamatan
Namun, efek pada polutan udara lainnya kecil. Cimahi Utara melebihi baku mutu. Masyarakat
Namun demikian, penelitian ini dapat berperan untuk meningkatkan kualitas
mengungkapkan bahwa pohon perkotaan udara dengan menyediakan ruang terbuka
merupakan elemen penting untuk mengurangi hijau sehingga dapat memberikan keuntungan
polusi udara walaupun bukan satu-satunya lingkungan bagi masyarakat.
solusi untuk masalah ini. Saran selanjutnya
adalah untuk mengkombinasikan penanaman 5. DAFTAR PUSTAKA
dan pengelolaan sumber daya hutan kota Buddhi Pushpawela, Rohan Jayaratne, Lidia
dengan strategi lain yang memperhitungkan Morawska. (2018). The influence of
karakteristik lingkungan perkotaan misalnya: wind speed on new particle formation
struktur bangunan, desain jalan, lokasi sumber events in an urban environment.
lokal; dll (Wissal Selmi, dkk, 2016).
Atmospheric Research, 37-41.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum Nomor : 05/Prt/M/2008 Tentang
Cheuk Hei Marcus Tong, Steve Hung Lam
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Yim, Daniel Rothenberg, Chien
Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan Wang, Chuan-Yao Lin, Yongqin
disebutkan bahwa Ruang terbuka hijau adalah David Chen, Ngar Cheung Lau.
area memanjang atau jalur dan/atau (2018). Assessing the impacts of
mengelompok, yang penggunaannya lebih seasonal and vertical atmospheric
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, conditions on air quality over the
baik yang tumbuh secara alamiah maupun Pearl River Delta region. Atmospheric
yang sengaja ditanam (Umum, 2008). Environment, 69-78.
p-ISSN: 2460-8815, e-ISSN: 2549-1652
Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018 29
Danting Zhao, Hong Chen, Xuedong Li, Jing Huang, Xiaochuan Pan, Xinbiao Guo,
Xiaotong Ma. (2018). Air pollution Guoxing Li. (2018). Impacts of air
and its influential factors in China's pollution wave on years of life lost: A
hot spots. Journal of Clenaer crucial way to communicate the
Production, 619=627. health risks of air pollution to the
Dayaratne, R. (2018). Toward sustainable public. Environment International,
development:Lessons. Frontiers of 42-49.
Architectura lResearch, 1-13. Lisha Tang, Matthias Ruth, Qingyun He,
Egide Kalisa, Sulaiman Fadlallah, Mabano Sahar Mirzaee. (2017).
Amani, Lamek Nahayo, Gabriel Comprehensive evaluation of trends
Habiyaremye. (2018). Temperature in human settlements quality changes.
and air pollution relationship during Habitat International, 81-90.
heatwaves in Birmingham, UK. Munfarida. (2016). EVALUASI KUALITAS
Sustainable Cities and Society, 111- UDARA STUDI KASUS 3 LOKASI
120. PUSKESMAS DI KOTA CIMAHI
Eleni Sinakou, Jelle Boeve-de Pauw, PROVINSI JAWA BARAT. AL-ARD
Maarten Goossens, Peter Van : JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN,
Petegem;. (2018). Academics in the 67-73.
field of Education for Sustainable Nurani Ikhlas, Taufik Abdullah, & Rachmat
Development: Their conceptions of Boedisantoso. (2017). Calculation
sustainable development. Jurnal of Method of Green Open Space Based
Cleaner Production, 321-332. on Carbon Emission from
Guicai Ning, Shigong Wang, Minjin Ma, Transportation Sector in Surabaya.
Changjian Ni, Ziwei Shang, Jiaxin IPTEK, The Journal for Technology
Wang, Jingxin Li. (2018). and Science, 37-41.
Characteristics of air pollution in Santoso, Jo, Budi P. Iskandar, dan Parwoto.
different zones of Sichuan Basin, (2002). Sistem Perumahan Sosial di
China. Science of The Total Indonesia. Jakarta: Pusat Studi
Environment, 975-984. Perkotaan Universitas Indonusa dan
Guodong Du, Kong Joo Shin, Shunsuke IAP.
Managi. (2018). Variability in impact Sanyi Tang, Qinling Yan, Wei Shi, Xia
of air pollution on subjective well- Wang, Xiaodan Sun, Pengbo Yu,
being. Atmospheric Environment, 1- Jianhong Wu, Yanni Xiao. (2018).
66. Measuring the impact of air pollution
H. Puxbaum, K. Gabler, S. Smidt, F. Glattes. on respiratory infection risk in China.
(1991). A one-year record of ozone Environmental Pollution, 477-486.
profiles in an Alpine valley Sinha, S. N. (2018). Air Pollution From Solid
(Zillertal/Tyrol, Austria, 600–2000 m Fuels. Reference Module in Earth
a.s.l.). Atmospheric Environment. Systems and Environmental Sciences,
Part A. General Topics, 1759-1765. 46-52.
Hong Qiu, Ignatius Tak Sun Yu, Xiaorong Soedomo. (2001). Pencemaran Udara.
Wang, Linwei Tian, Lap Ah Tse,Tze Bandung: ITB.
Wai Wong. (2013). Season and Statistik, B. P. (2017). Cimahi Dalam Angka
humidity dependence of the effects of . Cimahi: Badan Pusat Statistik.
air pollution on COPD Umum, M. P. (2008). Peraturan Menteri
hospitalizations in Hong Kong. Pekerjaan Umum Nomor
Atmospheric Environment, 74-80. 05/Prt/M/2008 tentang Pedoman
Indonesia, R. (2011). Undang-Undang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Terbuka Hijau di Kawasan
Perumahan dan Kawasan Perkotaan. Jakarta: Menteri
Permukiman. Indonesia: Republik Pekerjaan Umum.
Indonesia.
30 Ida Munfarida / Al-Ard: Jurnal Teknik Lingkungan Vol.4 No.1 – September 2018