You are on page 1of 9

APLIKASI PERAWATAN LUKA DENGAN MENGGUNAKAN ENZYMATIK

THERAPY: ALOE VERA DALAM MANAJEMEN LUKA DIABETES

Ferawati

Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan


STIKes Insan Cendikia Husada Bojonegoro

Abstract: Introduction:Diabetes mellitus is a metabolic disease group will facilitate


the occurrence of diabetic foot wounds. To prevent the complications of diabetic
wound that lasts longer and prevents the worse then takes care of wounds in diabetics.
Latest wound care techniques are already using a bandage. The principle of modern
wound treatment products is to maintain and keep the environment humid permanent
cuts to facilitate the process of wound healing, maintaining the loss of fluid networks
and cell death.
Objective: this study aimed to find out how the application methods of wound care
using the enzymatik therapy: aloe vera in diabetic wound management.
Methods: the study was qualitative research with approach case studies, a number of
participants 1 person: patients with diabetic wounds, treated for 9 days using the
method of modern wound care therapy: enzymatic reactions with the use of aloe vera.
Participants selected by the method of purposive sampling. Data collection using
observation and interviews, data analysis using the method of explanation building.
Results: the results of the research there are 4 themes, namely the study of the wound,
the kind of wrap used, how to wound care, influence on the wound. The study of the
wound using Bates-Jensen Wound Assessment Tool, a type of bandage used are
enzymatic reactions therapy: aloe vera and ointments wound, how to wound care using
approaches TIME management, and reduced effect on wound care the size of the cuts,
epitelisasi, granulation wounds and the amount of fluid that appears.
Conclusion: the method of Application wound care therapy: enzymatic reactions using
aloe vera on wounds of diabetes affect the dwindling size of cuts, epitelisasi and
granulation wound. Health care personnel are advised to use enzymatik therapy: aloe
vera in the treatment of diabetic wounds as diabetic wound management integrated
with attention to the principles of wound care using the latest evidence based nursing.
Keywords: wound care, aloe vera, diabetic wounds

Abstrak: Pendahuluan: Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit


metabolik yang akanmemudahkan terjadinya luka kaki diabetik. Untuk mencegah
komplikasi luka diabetik yang berlangsung lama dan mencegah ke arah yang lebih
buruk maka diperlukan perawatan luka pada penderita diabetes. Teknik perawatan
luka terkini sudah menggunakan balutan modern. Prinsip dari produk perawatan luka
modern adalah mempertahankan dan menjaga lingkungan luka tetap lembap untuk
memfasilitasi proses penyembuhan luka, mempertahankan kehilangan cairan jaringan
dan kematian sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aplikasi
metode perawatan luka menggunakan enzymatik therapy: aloe vera dalam manajemen
luka diabetes. Metode: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus, partisipansejumlah 1 orang pasien dengan luka diabetes, yang dirawat
selama 9 hari menggunakan metode perawatan luka modern dengan menggunakan
enzymatic therapy: aloe vera. Partisipan dipilih dengan metode purposive sampling.
Pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara, data di analisa
menggunakan metode explanation building.

121
Ferawati; Aplikasi Perawatan Luka Dengan Menggunakan Enzymatik Therapy: Aloe Vera 122
Dalam Manajemen Luka Diabetes

Hasil: Hasil penelitian ini terdapat 4 tema yaitu pengkajian luka, jenis balutan yang
digunakan, caraperawatan luka, pengaruh pada luka. Pengkajian luka menggunakan
BatesJensen WoundAssessment Tool, jenis balutan yang digunakan adalah enzymatic
therapy:aloe vera dan salep luka, caraperawatan luka menggunakan pendekatan TIME
management, dan perawatan luka berpengaruh pada berkurangnya ukuran luka,
epitelisasi, granulasi luka dan jumlah cairan yang muncul.
Kesimpulan: Aplikasi metode perawatan luka menggunakan enzymatic therapy: aloe
vera pada luka diabetes berpengaruh pada berkurangnyaukuran luka, epitelisasi dan
granulasi luka. Tenaga kesehatan disarankan menggunakan enzymatik therapy: aloe
vera dalam perawatan luka diabetes sebagai manajemen luka diabetes terpadu dengan
memperhatikan prinsip perawatan luka terkini menggunakan evidence based nursing.
Kata Kunci: perawatan luka, aloe vera, diabetes

PENDAHULUAN Indonesia diperkirakan sebesar 10 juta.


Diabetes mellitus (DM) Berdasarkan data World Health
merupakan sekumpulan gangguan Organization (WHO), diperkirakan
metabolik yang ditandai dengan jumlah dari penderita diabetes akan
peningkatan kadar glukosa darah meningkat dari 171 juta orang pada
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada tahun 2000 sampai 366 juta di tahun
sekresi insulin, kerja insulin, atau 2030 dan kebanyakan di negara-
keduanya. 60% penderita diabetes negara berkembang. Pada tahun 2007,
mengalami gangguan syaraf (neuropati), sekitar 6% dari warga Indonesia yang
60 % pula penderita DM memiliki resiko tinggal di perkotaan menderita
luka. Luka diabetic adalah jenis luka penyakit diabetes dan dua dari
yang ditemukan pada penderita DM. luka ketiganya tidak mengetahui bahwa
mula-mula tergolong biasa dan seperti mereka terkena diabetes. Oleh karena
pada umumnya tetapi luka yang ada pada itu, Indonesia menjadi negara ke-7
penderita DM ini jika salah penanganan dengan penderita diabetes terbesar di
dan perawatan akan menjadi terinfeksi. seluruh dunia. WHO memperkirakan
Luka kronis dapat menjadi luka gangren jumlah penderita diabetes Indonesia
dan berakibat fatal serta berujung pada akan terus melonjak, dari semula 4,8
amputasi (Tholib, 2016). Bekas luka juta di tahun 2000 menjadi sekitar
adalah tanda yang sedikit menonjol di 21,3 juta pada ahun 2030.
atas permukaan kulit, yang menetap di Penderita Diabetes Melitus (DM)
kulit setelah proses penyembuhan sebagian besar mengalami komplikasi
jaringan yang rusak. Biasanya berwarna dan salah satu yang terburuk dari 15%
dan agak rapat (kurang elastis). Ketika penderita DM adalah infeksi pada
luka telah sembuh, tubuh meningkatkan kaki. Diabetic Foot Ulcer (DFU)
produksi protein berserat yang disebut merupakan luka kompleks dan kronis
kolagen di bagian tubuh yang terluka. yang dalam waktu panjang berdampak
Kolagen membantu pembentukan pada kesehatan, kematian dan kualitas
jaringan baru yang menutupi luka. Pada hidup pasien (cacat karena
saat yang sama, tumbuh kerak luka dan amputasi).
terbentuklah bekas luka di tengahtengah Sekarang ini di negara UK, sekitar 5-
antara dua sisi luka yang telah membaik. 7% orang dengan penyakit diabetes
Jika dua sisi tersebut belum merapat telah menderita Diabetic Foot Ulcer
dengan baik, potensi bekas luka makin (DFU) dan sekitar 25% penderita
membesar (Basith, 2013). Indonesia, data diabetes akan mengalami DFU selama
Riskesdas menunjukkan bahwa terjadi sisa hidupnya (Singh S, et al. 2013).
peningkatan prevalensi Diabetes di Lidah buaya (aloe vera) merupakan
Indonesia dari 5,7% tahun 2007 menjadi tumbuhan dengan kedudukan
6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun taksonomi kerajaan plantae.
2013. Data International Diabetes Tumbuhan ini bisa tumbuh liar di
Federation tahun 2015 menyatakan tempat berudara panas, tetapi juga
jumlah estimasi penyandang Diabetes di sering di tanam di pot dan pekarangan
123 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 121-129

rumah sebagai tanaman hias. Daun lidah berabadabad lalu. Sebagaimana yang
buaya mudah patah (getas), tepi daun telah disinggung sebelumnya, awal
bergerigi, dan helaian daun berbentuk taji kebangkitan praktik komplementer
dan memanjang. Panjang daun dapat (herbal) di Indonesia adalah dengan
mencapai 30 cm. Daun berdaging tebal dikeluarkannya permenkes RI NO
sekitar 1 cm, tidak bertulang, berwarna HK.02.02/MENKES/148/2010. Dalam
hijau keabu-abuan, bagian dalam bening, pasal 8 ayat 3, disebutkan bahwa
bersifat sekulen (banyak mengandung praktik keperawatan dilaksanakan
air), dan banyak mengandung getah atau melalui kegiatan sebagai berikut:
lendir (gel). Akar serabut, pendek, dan pelaksanaan asuhan keperawatan;
berada di permukaan tanah. Bagian lidah pelaksanaan upaya promotif, preventif,
buaya biasa digunakan adalah getah, pemulihan, dan pemberdayaan
daun, dan akarnya (Latief, A. 2014). masyarakat; serta pelaksanaan
Lidah buaya mempunyai banyak tindakan keperawatan komplementer.
kandungan senyawa aktif, seperti Dalam pelaksanaan praktik
saponin, anthraquinon, (alonin, barbalion, keperawatan dengan herbal, perawat
antrhanol, asam aloetat, aloe emodin, yak bisa senantiasa menggunakan bahan
ether), vitamin B1,B6, B12,vitamin C, yang bersumber dari tanaman
kalium, natrium, seng, mangan, berkhasiat untuk perawatan klien.
polisakarida, karbohidrat, asam amino, Pada implementasi nyata di lapangan,
enzimnoksidase, katalase, lipase, seorang perawat yang memiliki surat
aminase, lemak, mineral, enzim, dan izin perawat dan surat izin peraktik
hormone (Purwanto, B. 2014). Getah keperawatan dengan keilmuan dan
lidah buaya mengandung aloin, aloe keterampilannya dapat menerapkan
emodin, dan barbaloin, yang berkasiat praktik perawatan berbasis herbal
sebagai laksatif. Kandungan polisakarida (Purwanto, B. 2014).
daun lidah buaya dapat mempercepat ICsada Woundcare merupakan pusat
penyembuhan luka dan mengurangi perawatan luka modern yang berada di
reaksi peradangan. Selain itu, lidah buaya bawah naungan institusi pendidikan
mengandung saponin yang dapat STIKes ICsada Bojonegoro tertarik
berkhasiat membunuh kuman. Gel lidah melakukan penelitian keperawatan
buaya mengandung lignin yang mampu luka dengan enzymatik therapy: aloe
menembus dan meresap dalam kulit. Gel vera dalam manajemen luka diabetes.
ini akan menahan hilangnya cairan dari
permukaan kulit sehingga kulit tidak METODE
kering. Tumbuhan ini juga mengandung Jenis penelitian ini adalah
senyawa yang dapat merangsang penelitian kualitatif dengan
pertumbuhan sel kulit baru (Latief, A. pendekatan studi kasus dengan
2014). Sedangkan menurut Basith (2014), melakukan observasi dan studi
menyatakan bahwa minyak lidah buaya dokumen pada kasus yang diteliti.
membantu mencegah pembentukan bekas Menurut Creswell (2013) bahwa
pada luka dan mengurangi infeksi pada kekhususan pada studi kasus adalah
luka. Minyak tersebut juga mengatasi peneliti mempelajari kasus yang
jaringan parut (keloid) dan luka bakar, terkini, kasus-kasus pada kehidupan
yang tentunya akan menjadi scar (bekas nyata yang sedang berlangsung.
luka) jika tidak ditangani dengan baik. Rancangan penelitian yang
Badan kesehatan dunia WHO digunakan adalah studi kasus tunggal
menyebutkan bahwa 65% dari instrumental, dimana pemilihan
penduduk negara-negara maju telah partisipan dengan cara purposive
menggunakan pengobatan tradisional sampling (Afiyati, A. 2014).
(Depkes RI, 2008). Dalam penerapannya, Partisipan yang dipilih adalah
asuhan keperawatan etnokultural ini tidak Pasien Icsada Woundcare yang
terlepas dari budaya masyarakat timur mempunyai luka
yang memanfaatkan herbal sebagai terapi diabetic
untuk meningkatkan kualitas hidup. Adapun kriteria partisipan yang
Penggunaan bahan alam sebagai obat telah peneliti tetapkan dalam
tradisional di Indonesia telah dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
oleh nenek moyang kita sejak
Ferawati; Aplikasi Perawatan Luka Dengan Menggunakan Enzymatik Therapy: Aloe Vera 124
Dalam Manajemen Luka Diabetes

1. Pasien diabetes mellitus dengan luka kronologi peristiwa yang terjadi


diabetes yang belum diberikan pada kasus yang dipelajari.
perawatan luka modern 4. Analisis data dengan melakukan
2. Pasien diabetes meliitus yang interpretasi langsung
memiliki kasus dengan luka kronis 5. Analisis dengan menggunakan
dan grade luka berada pada grade 2-4 model yang logis yang dapat
dengan dasar luka bervariasi pada memberi interpretasi hubungan
merah, kuning dan hitam yang
3. Pasien Diabetus Melitus dengan Fase
penyembuhan Inflamasi-proliferasi HASIL DAN PEMBAHASAN
4. Bersedia dilakukan terapi. Kasus yang diambil adalah
Instrumen adalah alat bantu yang kasus luka dekubitus pasien dengan
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu,
kegiatannya mengumpulkan data agar dimana luka tersebut merupakan luka
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan baru yang belum pernah mendapatkan
lebih mudah (Nursalam, 2016). Dalam perawatan apapun, baik dengan
penelitian kualitatif yang menjadi metode konvensional maupun dengan
instrumen atau alat penelitian adalah metode yang modern.
peneliti itu sendiri. Namun, selanjutnya Studi Kasus
setelah fokus penelitian menjadi jelas, Ny. K berumur 54 tahun
maka kemungkinan akan dikembangkan mempunyai riwayat DM sejak 10
instrumen penelitian sederhana, yang tahun yang lalu. Penyakit tersebut
diharapkan dapat melengkapi data dan merupakan penyakit keturunan karena
membandingkan dengan data yang telah ibunya juga terkena Diabetes Melitus.
ditemukan selama observasi dan Terdapat luka pada punggung klien.
wawancara (Sugiyono, 2015). Luka muncul karena klien menggaruk
Menurut Sugiono (2015) Beberapa punggunya sampai perdarah dan lecet
alat yang digunakan selama observasi 2 minggu yang lalu. Semula luka
diantaranya: tampak kecil sehingga klien
1. Betes Jensen Wound Assesment Tool mengabaikan luka tersebut dan tidak
2. SOP Perawatan Luka dengan menutupnya. Kemudian tanpa disadari
menggunakan enzymatic Therapi: luka menjadi luas dan nyeri. Terdapat
Lidah Buaya luka pada punggung klien, panjang
3. Foto/dokumentasi Luka: berfungsi luka 6 x 2 cm. Luka stage 2 dan
untuk mendokumentasikan hasil terdapatslough. Warna Dasar Luka
perubahan yang terjadi selama 60% hitam, 40% kuning kondisi
penelitian. lingkungan sekitar kering dan kurang
Analisa yang akan digunakan dalam terawat. Anak Klien mengatakan klien
penelitian studi kasus ini adalah tidak mau makan.
menggunakan lima teknik yaitu pattern GDA : 231 mg/dl, TTV : TD: 90/70
matching, linking data to proposition, mmHg , N: 88 x/menit, S: 36 C , RR:
explanation building, time-series 22 x/menit . pengkajian Luka Bates
analysus, logic models (Yin, 2009). Cara Jensen: ukuran luka:2, kedalaman
yang akan dilakukan sebagai berikut: luka: 2, tepi luka: 4, Goa: 1, , tipe
1. Analisis data dengan cara eksudat 1, jumlah eksudat 1, warna
memasangkan kasus yang diteliti kulit sekitar luka: 4, jaringan yang
berdasarkan pola yang sudah edema: 1, jaringan granulasi: 5,
ditentukan oleh peneliti epitelisasi: 5. Total skore: 27.
2. Pola tersebut kemudian diteliti
hubungannya berdasarkan
pengelompokan kategorisasinya.
3. Analisis data dengan cara
memberikan berbagai penjelasan
terhadap kasus-kasus yang dipelajari.
Penjelasan yang diberikan dalam
analisis jenis ini dapat berdasarkan
125 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 121-129

terjadi pada beberapa komponen


pengkajian luka menurut Betes Jensen
antara lain berkurangnya ukuran luka,
kedalaman luka, prosentase granulasi,
epitelisasi, berkurangnya jumlah
jaringan nekrosis serta jumlah cairan
yang muncul. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Frank (2006) yang
mengatakan bahwa dari beberapa
penelitian membuktikan kalau balutan
Perawatan luka yang dilakukan modern lebih efekif dibandingkan
pada pasien ini adalah melakukan balutan kassa, hasil dari penelitian
pencucian luka dengan menggunakan tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi
sabun luka dan NaCl, kemudian luka di luka (luas, kedalaman luka, dan lama
beri antiseptic, dan dilakukan perawatan luka). Tahapan tindakan
debridement (mechanical debridement) yang dilakukan yaitu mencuci luka,
untuk menghilangkan slough dan jaringan melakukan debridement, pemilihan
nekrotik dan dikeringkan dengan kassa dressing yang tepat yaitu salep luka di
kering steril, dressing yang digunakan campur dengan hydrogel lidah buaya
adalah topical therapy berupa lidah buaya dan cadexomer iodine kemudian
yang sudah dihaluskan sesua takaran menutup secara oklusif dengan
yang ada di prosedur untuk melunakkan menggunakan absorbent yang
jaringan nekrosis dan slough. salep yang dilakukan dalam waktu 3 hari. Hal ini
digunakan adalah salep yang sesuai dengan Penelitian Siswantoro
mengandung zink, serta diberikan (2015) yang mengatakan bahwa
antibiotik dan terapi ozone. Penutup luka perawatan luka dengan metode
digunakan absorbent serta ditutup modern dressing lebih efektif pada
lukanya secara oklusif. Perawatan luka pasien Diabetus Melitus.
dilakukan Selama 9 hari (3 kali Tujuan dari mencuci daerah
perawatan) dimana perawatan dilakukan luka adalah menurunkan jumlah
setiap 3 hari sekali dan hasilnya bakteri dalam luka dan
menunjukkan perubahan sesuai ketidakseimbangan citokin pro
pengkajian luka sbb: : Warna Dasar Luka inflamasi dalam luka. Cairan yang
40 % hitam, 30 % kuning , 30 % merah, digunakan pada perawatan luka ini
ukuran luka:2, kedalaman luka: 2, tepi adalah air layak minum, karena
luka: 4, Goa: 1, , tipe eksudat 1, jumlah menurut Fernandez dan Griffith
eksudat 1, warna kulit sekitar luka: 3, (2012) tidak terdapat perbedaan yang
jaringan yang edema: 1, jaringan signifikan antara penggunaan air layak
granulasi: 4, epitelisasi: 5. Total skore: minum dengan normal saline terhadap
24. Deskripsi diatas menunjukkan bahwa kejadian infeksi pada luka kronis,
luka mengalami perubahan pada dimana penggunaan air layak minum
berkurangnya jaringan nekrosis dan lebih mudah didapat dan lebih murah.
slough, warna kulit sekitar luka berubah Debridement adalah suatu proses
serta jaringan granulasi bertambah luas, usaha menghilangkan jaringan
namun epitelisasi tidak bertambah. nekrotik atau jaringan nonvital dan
jaringan yang sangat terkontaminasi
dari daerah luka dengan
mempertahankan secara maksimal
struktur anatomi yang penting seperti
syaraf, pembuluh darah, tendo dan
tulang. Debridement dilakukan pada
luka akut maupun pada luka kronis.
Setelah luka dibersihkan dari jaringan
Pembahasan nekrotik diharapkan akan
Perawatan luka yang dilakukan memperbaiki serta mempermudah
dengan modern dressing mengunakan proses penyembuhan luka. Tindakan
prinsip lembab menunjukkan hasil yaitu debridement dilakukan untuk
terdapatnya perubahan jaringan yang membuang jaringan yang mati serta
Ferawati; Aplikasi Perawatan Luka Dengan Menggunakan Enzymatik Therapy: Aloe Vera 126
Dalam Manajemen Luka Diabetes

membantu penyembuhan luka. merangsang pertumbuhan sel kulit


Debridement dapat dilakukan secara baru (Latief. A, 2014). Prinsip balutan
surgical, kima, mekanik, biologis, atau adalah menggantikan sementara fungsi
autolysis. Tindakan ini dilakukan melalui kulit, harus mampu menjaga
pembuangan dasar luka abnormal dan kelembaban, menghindarkan
jaringan tepi luka seperti epidermis kontaminan. Yang dilakukan adalah
hiperkarotosis (kalus) dan jaringan dengan menggunakan kassa beberapa
dermal nekrotik, debris, dan elemen lapis sesuai dengan kondisi luka dan
bakteri yang dapat menghambat tutup dengan dressing sesuai
penyembuhan luka. Dari beberapa kebutuhan pasien dimana pada
penelitian ujin klinis didapatkan bahwa responden ini menggunakan absorbent
debridement berperan dalam membantu dan di tutup dengan kassa steril.
penyembuhan luka melalui produksi Tujuannya pembalutan adalah untuk
jaringan granulasi. Dari hasil studi yang menciptakan balutan semi oclusive
pernah dilakukan didapatkan bahwa ada sehingga pertumbuhan jaringan
peningkatan penyembuhan luka setelah optimal. Harman (2007), penggunaan
debridement dibandingkan tanpa balutan kassa merupakan standart
debridement pada kasus luka kronis dalam perawatan luka dan masih
(Perdanakusuma, 2007) banyak digunakan secara luas dalam
Pemantauan pada luka post proses perawatan luka. Produk
debridemen dan dressing luka harus perawatan luka dengan balutan kassa
dilakukan dengan teratur. Untuk luka banyak keuntungan yang didapat
terinfeksi atau banyak eksudat, seperti lebih murah, mudah digunakan
pemantauan luka dan pergantian dressing dan dapat dipakai pada area yang sulit
harus dilakukan tiap 2-3 hari hingga dijangkau. Balutan kassa termasuk
infeksi stabil. Pergantian jenis dressing material pasif dengan fungsi utamanya
luka perlu dilakukan sesuai dengan sebagai pelindung, menjaga
perubahan jenis luka. kehangatan dan menutupi penampilan
Pada teknik perawatan luka luka yang tidak menyenangkan.
modern, luka dipertahankan dalam Disamping itu balutan kasa juga
kondisi lembab/ moise (Miguel et. al, dipakai untuk melindungi luka dari
2007). Topical Therapy yang digunakan trauma, mempertahankan area luka,
pada kasus ini adalah lidah buaya yang di dan untuk mencegah kontaminasi
jadikan hydrogel di campur dengan salep bakteri.
luka yang mengandung zink dan
Cadexomer Iodine dan ditutup KESIMPULAN
menggunakan absorbent. Lidah buaya Perawatan luka yang dilakukan
termasuk dalam Enzymatic Therapy. dengan modern dressing mengunakan
Lidah buaya bersifat merangsang hidrogel lidah buaya (Aloevera) serta
pertumbuhan sel baru pada kulit. Dalam denganprinsip lembab menunjukkan
lidah buaya terdapat zat lignin yang hasil yaitu terdapatnya perubahan
mampu menembus dan meresap ke dalam jaringan yang terjadi pada beberapa
kulit. Getah lidah buaya mengandung komponen pengkajian luka menurut
aloin, aloe-emodin, dan barbaloin, yang Betes Jensen antara lain berkurangnya
berkhasiat sebagai laktatif. Kandungan ukuran luka, kedalaman luka,
polisakarida daun lidah buaya dapat prosentase granulasi, epitelisasi,
mempercepat penyembuhan luka dan berkurangnya jumlah jaringan
mengurangi reaksi peradangan. Selain itu nekrosis serta jumlah slough. Tahapan
lidah buaya juga mengandung saponin tindakan yang dilakukan yaitu
yang dapat berkhasiat membunuh kuman. mencuci luka, melakukan
Gel lidah buaya mengandung lignin yang debridement, penentuan
mampu menembus dan meresap kedalam balutan/dressing yang tepat yaitu
kulit. Gel ini akan menahan hilangnya dengan hidrogel lidah buaya, salep
cairan tubuh dari permukaan kulit luka (metcovazin) sebagai topical
sehingga kulit tidak kering, tumbuhan ini terapi, dressing menggunakan
juga mengandung senyawa yang dapat cadexomer iodine dan absorbent di
127 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 121-129

tutup dengan kassa sretil secara oklusif. Treatment of Foot Ulcers in


Penggunaan enzymatik therapy: Diabetic Patients. Clinical
aloe vera dalam perawatan luka diabetes Daibetes.
dapat digunakan sebagai manajemen luka 2009;27:2:52-8
diabetes terpadu dengan memperhatikan
prinsip perawatan luka terkini Cresswell, J.W. 2013. Qualitative
menggunakan evidence based nursing. enquiry and research design:
choosing among five approaches.
DAFTAR PUSTAKA Thousand Oaks: sage Publicatuon
Afiyati, A. 2014 Metodologi Penelitian Ltd.
Kualitatif dalam Riset keperawatan.
Rajawali Pers. Jakarta Creswell. W. 2014. Penelitian
Agoes, A. 2014. Tanaman Obat Kualitatif & Desain Riset.
Indonesia. Salemba Medika: Jakarta. Yogyakarta: Pustaka
Agustina, H. 2009. Perawatan Belajar.
LukaModern. Jurnal Keperawatan
Unpad, 2-3. Damayanti. 2015. Diabetes Mellitus &
Penatalaksanaan Keperawatan.
Basith, A 2013. The Managemenent Of Yogyakarta: Nuha Medika.
Deabetes Melitus. Yogyakarta: PT
Citra Aji Parama. Depkes RI. 2008. Tahun 2030
Prevalensi penderita diabetes
Black, J.M., Hawks, J.H. 2009. Medical mellitus di
Surgical and clinical Management Indonesia:
for positive outcome. Eight edition. http://www.depkes.go.id/index.ph
Singapore: Saunders Elsevier. p/berit a/press-release/414-tahun-
2030penderitai-
Brand, P.W., dan Coleman, W.C. 1990. diabetesmellitusidiindonesia.html.
The Diakses tanggal 21 Januari 2017
Diabetic Foot In Diabetes jam 14.00 WIB
MellitusTherapyand Practice. 4th
edition, D. Elsevier Science Fernandez, R,Griffiths R. 2004. Ussia
Publishing Co. 1990 P. 792. C. The effectiveness of solutions,
techniques and pressure in
Broussard, K. C., dan Powers, J. G. 2013. woundcleansing. JBI Reports
Wound Dressings: Selecting the ;2(7):231-70.
Most Appropriate Type. Vanderbilt
Division of Dermatology, 451-456. Gitaraja, S., W. 2008. Seri Perawatan
Luka Terpadu –Perawatan
Byrd, CA., Bornmann W., Erdjument Diabetic foot ulcer, Bogor :
BH., Tempst, P., Pavletich N., WOCARE Publishing.
Nathan, CF., Ding A. 1999. Heat
shock Protein 90 Mediates Grace. P., A. Neil, R.B. 2006. Surgery
Macrophage Activation by taxol and at a Glance, Erlangga,
bacterial lipopolysacharide.
Prot Natl Acad Sci. 11;96(10):5645 Haimowitz, J.E., Margolis, D.M. 1997.
Moist wound healing, In: Krasner
Carville K. Wound care: manual. 5th ed. D, Kane, D. chronic wound care,
Osborne Park:Silver Chain second edition. Wayne, PA:
Foundation; Health Management Publications,
2007.p. 20-9 Inc Hartmann (1999), Compedium
Wounds and Wound
Casey. G.Modern wound dressings. Management, First Hartmann
NursStand.2000;15(5):47-51. Medical
Hutchinson J. Phase of wound
Clayton W, Elasy TA. A Review of the healings. [Online]. 1992 [Cited
Pathophysiology, Classification, and 2010 april 20].
Ferawati; Aplikasi Perawatan Luka Dengan Menggunakan Enzymatik Therapy: Aloe Vera 128
Dalam Manajemen Luka Diabetes

Availabel from; URL Price. 2005. Patofisiologi, Konsep


http://www.clinimed.co.uk/woundcar Penyakit-penyakit. Jakarta: EGC
e/education/woundessentials/phases-
of-woundhealing.aspx
Kartika, R.W. 2015. Perwatan Luka Purwanto. B. 2014. Buku ajar ilmu
Kronis dengan Modern Dressing. keperawatan berbasis herbal.
CDK- DMEDIA: Jogjakarta.
230/vol.42.No.7
Latief. A. 2014. Obat Tradisional. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Jakarta: EGC. 2007. Badan Penelitian dan
. (2014). Ramuan Herbal Untuk Pengembangan Kesehatan.
Diabetes Meellitus, Jakarta. EGC Departemen Kesehatan.
Levin MEC. 1993. Pathogenesis and Republik Indonesia. Jakarta
Management of Diabetic Foot Lesions.
In the Diabetic Foot. Eds : Levin Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
ME, O’Neal MW. And Bow 2013. Jakarta. Badan Penelitian
Book. dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Maghfuri. A. 2016. Buku Pintar Ropper R. 2006. Principles of wound
Perawatan Luka Diabetes Meitus. assessment and management.
Jakarta: Practice Nurse;31:4
Salemba Medika
Marison. J. 2013. Seri Pedoman Praktis Rudy, B., dan Richard, D. 2014. Buku
Manajemen Luka. Jakarta: EGC Pegangan Diabetes. (edisi 4).
Jakarta:
Miguel, S.L., Bou, Torra i., Soriano, Bumi Medika.
Verdu J. 2007. Economics of
pressure-ulcer care: review of the Semer, N.B. 2013. Panduan HELP
literature on modern versus Untuk Dasar-Dasar Perawatan
traditional dressings, Luka. Global HELP Organization.
Journal of wound care, vol 16 UCLA
Sheehan, Peter. 2003. Percent Change
Muhammad, A. 2014. Kamus Pintar in Wound Area of Diabetic Foot
Obat Herbal. Nuha Medika: Ulcer Over a 4-week
Yogyakarta.
Singh S, et al. 2013. Diabetic Foot
Naude, S.L. 2005. Diabetes Diagnosis UlcerDiagnosis and Management.
and Management of Diabetic Foot Clinical Research on Foot and
Ulcer. Professsional Nursing Ankle. 1:120.
Today. Vol.9.No.6 Smeltzer, et al. 2013. Keperawatan
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Medikal Bedah. (edisi 12). Jakarta:
Ilmu Keperawatan: Pendekatan EGC.
Praktis. Edisi 4. Jakarta: Salemba Sugiono. 2015. Metode Penelitian
Medika. Pendidikan (Pendekatan
Ovington, L.G. 2002. Hanging Wet-to- Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)
Dry Dressings Out to Dry, Journal Bandung: CV Alfa
Advances Skin and Wound Care, Beta
January/February 2002; 15 : 79-84 Tandra. 2014. Strategi Mengalahkan
Komplikasi Diabetes. Jakarta: PT
Perdanakusuma, D.S. 2007. The Role of Gramedia Pustaka Utama.
Surgery in Debridement, Theoret, CL. 2004. Clinical technique
Departemen/SMF Bedah Plastik, FK sinequine practice. 3rded.
Universitas Airlangga/RSUD Dr 2004.Chapter2 ,Update on wound
Soetomo, Surabaya repair;p.110-22.
129 Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, August 2018, 121-129

Tholib, A. 2016. Pelaksanaan Diabetes


Mellitus. Jakara: Salemba Medika.

Walton, Robert L. 1990. Perawatan Luka


dan Penderita Perlukaan Ganda,
Alih bahasa : Sonny Samsudin,
Cetakan I.
Jakarta : EGC.

Wayne, P.A., Flanagan. 2006. Managing


chronic wound pain in primary care.
Practice Nursing; 2006;31:12.

Yin, R.K. 2009. Case Study Research:


Design and Mothods, 3rd edn.
Thousand Oaks: Sage.

You might also like