Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Reflecting on legal theories in ancient times based on general political and philosophical theories.
Meanwhile, modern legal theories are discussed in the language and thought systems of the jurists
themselves. The difference lies in their method and emphasis. The legal theory of modern jurists is like
the legal theory of the philosophers of scholastic teachings, based on the supreme belief whose
inspiration comes from outside the realm of law itself. The growth of various schools in legal
philosophy shows the constant struggle of thought in the field of legal science. If in the past,
philosophy of law was a byproduct of philosophers, today its position is no longer like that because the
problems of legal philosophy have become a separate subject of study for jurists. Posivism law for
Hans Kelsen is to be cleaned of nonuridical elements, such as sociological, political, historical, and
even ethical elements. This thought is known as pure legal theory. For him, the law is a necessity that
regulates human behavior as a rational being. In Indonesia, law has a very broad scope, not limited to
textuals in the form of statutory regulations. The functioning of the law in the midst of society does
not only require laws but requires other things such as community culture, law enforcement officials
and facilities and infrastructure. From this we can see that the positivism school tries to imprison the
law only as a textual one.
Abstrak
Berkaca pada teori-teori hukum pada zaman dahulu dilandasi oleh teori filsafat dan politik
umum. Sedangkan teori-teori hukum modern dibahas dalam bahasa dan sistem pemikiran
para ahli hukum sendiri. Perbedaannya terletak dalam metode dan penekanannya. Teori
hukum para ahli hukum modern seperti teori hukum para filosof ajaran skolastik,
didasarkan atas keyakinan tertinggi yang ilhamnya datang dari luar bidang hukum itu
sendiri. Tumbuhnya berbagai aliran dalam filsafat hukum menunjukan pergulatan
pemikiran yang tidak henti-hentinya dalam lapangan ilmu hukum. Apabila pada masa lalu,
filsafat hukum merupakan produk sampingan dari para filsuf, dewasa ini kedudukannya
tidak lagi demikian karena masalah-masalah filsafat hukum telah menjadi bahan kajian
tersendiri bagi para ahli hukum. Hukum postivisme bagi Hans Kelsen adalah harus
dibersihkan dari anasir-anasir yang nonyuridis, seperti unsure sosiologis, politis, historis,
bahkan etis. Pemikiran inilah yang dikenal dengan teori hukum murni. Baginya hukum
adalah suatu keharusan yang mengatur tingkah laku manusia sbagai mahluk rasional. Di
Indonesia hukum memiliki ruang lingkup yang sangat luas, tidak terbatas pada tekstual
berupa peraturan perundang-undangan. Dalam berfungsinya hukum ditengah masyarakat
tidak saja membutuhkan undang-undang belaka tetapi membutuhkan hal-hal lainnya
seperti budaya masyarakat, aparat penegak hukum maupun sarana dan prasarana. Dari sini
kita bisa melihat bahwa aliran positivisme berusaha memenjarakan hukum hanya sebatas
tekstual.
Pada hakekatnya teori ilmu hukum juga aliran ini menolak adanya spekulasi teoritis
bertujuan untuk menjelaskan kejadian-kejadian sebagai suatu sarana untuk memperoleh penge-
dalam bidang hukum dan mencoba untuk tahuan (Hans Kelsen: 1995).
memberikan penilaian (Haryono: 2019). Dengan demikian, dapat dipahami,
Menurut Radburch tugas dari teori hukum bahwa Positivisme adalah suatu aliran dalam
adalah membikin jelas nilai-nilai oleh postulat- filsafat hukum yang beranggapan bahwa teori
postulat hukum sampai kepada dasar-dasar hukum itu hanya bersangkut paut dengan
filsafat yang paling dalam. Pada sisi yang hukum positif saja (FX. Adji Samekto: 2019).
demikian itu, maka sebenarnya teori hukum Ilmu hukum tidak membahas apakah hukum
merupakan kelanjutan dari usaha untuk positif itu baik atau buruk, dan tidak pula
mempelajari hukum positif. Teori hukum membahas soal efektivitas hukum dalam
menggunakan hukum positif sebagai bahan masyarakat.
kajian dengan telaah filosofis sebagai salah satu Selain pandangan mengenai aliran
sarana bantuan untuk menjelaskan tentang hukum positif analitis yang dikembangkan oleh
hukum (Faisal: 2010). John Austin, terdapat pula aliran hukum positif
Secara historis faktanya, bahwa teori yang bersifat murni dikembangkan oleh Hans
hukum dipelajari sudah sejak zaman dahulu, Kelsen yang bertolak dari dua bentuk dan ma-
para ahli hukum Yunani maupun Romawi teri dalam bidang ilmu pengetahuan. Teorinya
telah membuat pelbagai pemikiran tentang yang terkenal dituangkan dalam bukunya yang
hukum sampai kepada akar-akar filsafatnya berjudul: 1) Reine Rechtslehre (ajaran hukum
(Herman Bakir: 2007). Sebelum abad kesem- murni), tahun 1934; 2) Algemeine Staat-
bilan belas, teori hukum merupakan produk slehre (ajaran umum tentang negara), tahun
sampingan yang terpenting dari filsafat agama, 1925; 3) General Theory of law and State (teori
etika atau politik. Patut dipahami, bahwa para umum tentang hukum dan negara), tahun 1945
ahli fikir hukum terbesar pada awalnya adalah (Hans Kelsen: 1995).
ahli-ahli filsafat, ahli-ahli agama, ahli-ahli Atas hal tersebut maka makalah ini
politik. Perubahan terpenting filsafat hukum akan membahas aliran positivime yang
dari para pakar filsafat atau ahli politik ke diajarkan oleh Hans Kelsen saja, sehingga
filsafat hukum dari para ahli hukum, barulah artikel ini akan berjudul " Teori Positivisme Hans
terjadi pada akhir-akhir ini. Yaitu setelah Kelsen Mempengaruhi Perkembangan Hukum
adanya perkembangan yang hebat dalam Positivisme Di Indonesia". Sehingga diharapkan
penelitian, studi teknik dan penelitian hukum para penulis mampu untuk menjelaskan hal
(Herman Bakir: 2007). tersebut. Atas penjelasan diatas, maka rumusan
Jika kita telusuri, bahwa teori-teori masalah yang hendak dibahas dalam makalah
hukum pada zaman dahulu dilandasi oleh teori ini adalah: 1) Bagaimana pengertian teori
filsafat dan politik umum. Sedangkan teori- postivisme menurut Hans Kelsen? 2) Bagai-
teori hukum modern dibahas dalam bahasa dan mana pengaruh teori postivisme dalam
sistem pemikiran para ahli hukum sendiri. perkembangan hukum positivisme di
Perbedaannya terletak dalam metode dan Indonesia?
penekanannya. Teori hukum para ahli hukum
modern seperti teori hukum para filosof ajaran Hasil dan Pembahasan
skolastik, didasarkan atas keyakinan tertinggi Pengertian Teori Hukum Postivisme
yang ilhamnya datang dari luar bidang hukum Menurut Hans Kelsen
itu sendiri. Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah
Catatan munculnya gerakan positivisme sistem norma. Norma adalah pernyataan yang
mempengaruhi banyak pemikiran di berbagai menekankan aspek “seharusnya” atau das solen,
bidang ilmu tentang kehidupan manusia. dengan menyertakan beberapa peraturan
Positivisme sebagai suatu aliran filsafat yang tentang apa yang harus dilakukan. Norma-
menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya norma adalah produk dari aksi manusia yang
sumber pengetahuan yang benar dan menolak deliberatif. Kelsen meyakini David Hume yang
aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. membedakan antara apa yang ada (das sein)
Tidak mengenal adanya spekulasi, semua dan apa yang “seharusnya”,juga keyakinan
didasarkan pada data empiris. Sesungguhnya Hume bahwa ada ketidakmungkinan
pemunculan kesimpulan dari kejadian faktual berpendapat bahwa hukum tidak dibatasi oleh
bagi das solen. Sehingga, Kelsen percaya bahwa pertimbangan moral dan interpretasi hukum
hukum, yang merupakan pernyataan-per- berhubungan dengan norma yang non empiris.
nyataan “seharusnya” tidak bisa direduksi ke Teori ini lebih memberikan penekanan
dalam aksi-aksi alamiah (Jimly Asshiddiqie: khusus kepada pembedaan yang jelas antara
2006). hukum empiris dan keadilan transedental
Norma dasar menjadi alasan keabsahan dengan mengeluarkannya dari lingkup kajian
dari norma hukum yang berasal dari hukum.
tatanan hukum yang sama, maka Norma dasar Teori ini menolak menjadi kajian
tersebut merupakan kesatuan dari beraneka metafisis tentang hukum. Teori ini mencari
macam norma ini. Kesatuan ini juga terung- dasar-dasar hukum sebagai landasan validitas,
kapkan oleh fakta bahwa tatanan hukum dapat tidak pada prinsip-prinsip meta-juridis, tetapi
dijelaskan dalam aturan hukum yang tidak melalui hipotesis yuridis, yaitu suatu norma
bertentangan satu sama lain. Hans Kelsen dasar yang dibangun dengan analisis logis
menjelaskan jika terjadi pertentangan antara berdasarkan cara berpikir yuristik actual (W.
norma yang satu dengan norma yang lainnya, Friedmann:1993). Hans Kelsen melakukan
maka norma yang lebih rendah harus tunduk pendekatan yang demikian itu dilatarbelakangi
pada norma yang lebih tinggi. Norma yang dari tinjaunnya terhadap ilmu hukum
lebih tinggi menjadi dasar keabsahan norma tradisional yang berkembang pada abad ke- 19
yang lebih rendah (Hans Kelsen: 1995). Norma dan abad ke¬20. Menurutnya teori hukum abad
dasar yang diterapkan oleh Hans Kelsen disini ke-19 dan abad ke-20 sudah jauh dari kemur-
selanjutnya melahirkan teori Hierarki Norma nian dan ilmu hukum telah dicampuradukkan
Hukum (Stufentheorie), suatu teori yang melihat dengan unsur-unsur psikologis, sosiologi, etika
tata hukum sebagai suatu proses menciptakan dan teori politik. Menurut Hans Kelsen Hal ini
sendiri norma-norma, dari mulai norma yang bisa dimengerti karena bidang psikoiogis,
umum sampai norma yang konkrit. sosial, dan teori politk membahas pokok-pokok
Teori hukum postivisme, menurut Hans yang berkaitan dengan hukum.
Kelsen, bukanlah salinan ide transendental Teori ini boleh dilihat sebagai suatu
yang sedikit banyak tidak sempurna. Teori pengembangan yang amat saksama dari
hukum murni ini tidak berusaha memandang aliran positivisme. Seperti dikatakan di atas, ia
hukum sebagai anak cucu keadilan, melainkan menolak ajaran yang bersifat ideologis dan
sebagai anak dari orang tua yang suci. Teori hanya menerima. hukum sebagaimana adanya,
hukum tampaknya memegang teguh suatu yaitu dalam bentuk peraturan-peraturan yang
perbedaan yang tegas antara hukum empirik ada. Menurut Kelsen, teori hukum murni adalah
dan keadilan transendental dengan menia- teori tentang hukum positif. Ia berusaha untuk
dakan keadilan transendental dari perhatian mempersoalkan dan menjawab hukumnya?"
spesifiknya. dan bukan "Bagaimanakah hukum yang
Teori ini tidak melihat manifestasi dari seharusnya?" Oleh karena titik tolak yang
suatu otorita gaib di dalam hukum, melainkan demikian itu, maka Kelsen berpendapat,
meninjau suatu teknik sosial spesifik yang bahwa keadilan sebagaimana lazimnya diper-
didasarkan pada pengalaman manusia; teori soalkan, hendaknya dikeluarkan dari ilmu
hukum murni menolak untuk dijadikan ilmu hukum.
metafisika hukum. Pada dasarnya, tidak ada Semua hukum yang berada dalam
perbedaan esensial antara ilmu hukum analitik kawasan norma dasar tersebut harus bisa
dan teori hukum murni. Adapun letak perbe- berhubungan dengannya, oleh karena itu ia
daannya, kedua bidang itu berbeda karena bisa juga dilihat sebagai induk yang mela-
teori hukum murni berusaha untuk melan- hirkan peraturan-peraturan hukum dalam
jutkan metode hukum analitik dengan lebih suatu tatanan sistem tertentu. Norma dasar
konsisten dari yang diupayakan Austin dan ini tidak perlu sama untuk setiap tata hukum
para pengikutnya. Pendekatan yang dilakukan tetapi ia selalu akan ada di situ, apakah
oleh Kelsen dianggap sebagai jalan tengah dari bentuk tertulis, ataukah sebagai suatu pernya-
dua aliran sebelumnya, yaitu aliran hukum taan yang tidak tertulis. Norma dasar adalah
alam dan aliran hukum positivisme. Kelsen norma tertinggi. Norma dasar merupakan induk
lain selain perintah penguasa. Bahkan bagian terbentang dari Sabang sampai Merauke.
mazhab hukum positif yang dikenal dengan Disetiap daerah memiliki kehidupan sosial
mazhab legisme berpendapat lebih tegas bahwa yang berbeda-beda pula begitu juga pranata
hukum adalah undang-undang (Lili Rasjidi dan norma-norma yang ada. Norma-norma yang
Liza Sonia Rasjidi: 2012). ada berupa hukum adat yang masih hidup
Dengan dasar konsep filsafat positi- ditengah-tengah masyarakat. Hal ini telah ada
visme, mazhab positivisme hukum meru- sebelum datangnya Belanda menjajah
muskan sejumlah premis dan postulat menge- Indonesia dan menerapkan positivisme dalam
nai hukum yang menghasilkan pandangan dunia hukum.
dasar mazhab positivisme hukum bahwa: a) Adanya Unifikasi dan Positivisme
Tata hukum suatu negara berlaku bukan hukum menutup ruang gerak bagi hukum adat
karena mempunyai dasar dalam kehidupan dan hukum kebiasaan-kebiasaan lainnya yang
sosial, maupun dalam jiwa bangsa, dan juga hidup ditengah masyarakat untuk dapat
bukan berdasarkan hukum alam, namun berlaku ditengah-tengah masyarakat, sehingga
mendapat bentuk positifnya dari instansi yang kearifan lokal berupa living law terhimpit oleh
berwenang; b) hukum harus dipandang undang-undang yang dibuat oleh penguasa.
semata-mata dari bentuk formalnya, dengan Sehingga perlawanan-perlawanan terhadap
demikian harus dipisahkan dari bentuk hukum dan putusan pengadilan di Indonesia
materialnya; c) Isi hukum atau materi hukum sampai hari ini masih terjadi karena hukum
diakui ada, tetapi bukan menjadi bahan ilmu yang terkristal dalam undang-undang dan
hukum, karena hal tersebut dapat merusak putusan pengadilan sangat jauh dari nilai-nilai
kebenaran ilmiah ilmu hukum (Soerjono keadilan yang berlaku ditengah masyarakat
Soekanto: 2012). (Soetiksno: 2004).
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto Perkembangan masyarakat berkembang
aliran positivis mengklaim bahwa ilmu hukum dengan sangat cepat, sehingga untuk mengim-
adalah sekaligus juga ilmu pengetahuan bangi perkembangannya tersebut hukum harus
tentang kehidupan dan perilaku warga masya- selalu mengikuti perkembangan masyarakat.
rakat (yang semestinya tertib mengikuti norma- Hukum yang ada harus bisa menjadi pedoman
norma kausalitas), maka mereka yang dan solusi terhadap semua permasalahan yang
menganut aliran ini mencoba menuliskan terjadi pada saat tersebut. Sedangkan didalam
kausalitas-kausalitas itu dalam wujudnya aliran positivisme hukum terkunkung dalam
sebagai perundang-undangan. sebuah prosedur yang rumit., sehingga untuk
Selanjutnya, Soetandyo memaparkan melakukan sebuah pembaharuan hukum selalu
lebih lanjut bahwa apapun klaim kaum yuris tertinggal oleh perkembangan masyarakat.
positivis, mengenai teraplikasinya hukum kau- Hukum yang ada tidak mampu untuk men-
salitas dalam pengupayaan tertib kehidupan jawab tantangan-tantangan zaman
bermasyarakat dan bernegara bangsa (Muhammad Citra Ramadhan: 2017).
(Soetandyo Wignjosobroto: 2002), namun Menurut Friedmann, hukum sebagai
kenyataannya menunjukkan bahwa kausalitas suatu sistem terdiri dari sub-sub sistem yang
dalam kehidupan manusia itu bukanlah kausa- saling bergerak yang tidak dapat terpisahkan
litas yang berkeniscayaan tinggi sebagaimana dan terpengaruh satu dengan lainnya. Sub-sub
yang bisa diamati dalam realitas-realitas alam sistem itu terdiri dari: Substansi Hukum (legal
kodrat yang mengkaji “prilaku” benda-benda substance), yakni menyangkut isi dari norma/
anorganik. Hubungan-hubungan kausalitas itu aturan hukumnya; Struktur Hukum (legal
dihukumkan atau dipositifikan sebagai norma structure), yakni menyangkut sarana dan
dan tidak pernah dideskripsikan sebagai prasarana hukumnya, termasuk sumber daya
nomos, norma hanya bisa bertahan atau aparatur hukumnya; dan Kultur Hukum (legal
dipertahankan sebagai realitas kausalitas culture), yakni menyangkut perilaku budaya
manakala ditunjang oleh kekuatan struktural sadar dan taat hukum, baik pemerintah mau-
yang dirumuskan dalam bentuk ancaman- pun masyarakatnya. Adapun budaya hukum
ancaman pemberian sanksi. yang baik akan terbentuk apabila semua pihak
Indonesia sebagai negara yang besar secara sungguh-sungguh dilibatkan untuk
serta kaya akan budaya dan adat istiadat yang berpartisipasi secara penuh dalam proses
Herman Bakir. (2007). Filsafat Hukum Desain dan W. Friedmann. (1993). Teori & Filsafat Hukum:
Arsitektur Kesejahteraan. Bandung: PT. Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum
Refika Aditama. (Susunan I), Penerjemah: Mohamad
Arifin, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Jimly Asshiddiqie. (2006). Teori Hans Kelsen Persada.
Tentang Hukum, Jakarta: Sekretariat
Jenderal & Kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi RI.