You are on page 1of 71

Sejarah Agama dalam al-Qur’an;

Dari Sederhana Menuju Sempurna


Imam Ibnu Hajar*
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya
Email: ibnuhajar@uinsby.ac.id

Abstract
Religion does not come at once as can be seen today. Religion comes
with the following level of human’s intellectual development and condition. So
that, religion is always suitable to human in all ages and times. The process and
development of religion can be traced through the history of the religion itself
such as Prophet Adam, as to which is perpetuated by the Quran, which is very
simple and not with a lot of roles of shari’ah. Shari’ah brought by the prophets
are increasingly developed so created religion as brought by Prophet Muhammad
which we can see his teachings today. Nevertheless, the Prophets’ struggle in
carrying and introducing religion to bring the people to a better life is not
simple. The prophets had to fight hard and even risked their life themselves.
But they are not an ordinary man. They are an elected man to run the heavy
duty. They have the durability and above all suffering far beyond what ordinarily
people do. The process of proselytizing of prophets always shows the resilience
and tremendous fortitude. Thus the heavy duty that God gave to them can be
done well. However, not all of the prophets have the same success. The series
of prophets is closed with the advent of Prophet Muhammad with Islam. This
paper focuses on how the development of religion until it becomes a perfect
religion passing through the prophets in a very long period of time.

Keywords: Religion, Shariah, Continuity, Change, Intellectual


Development

*
Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Jl. Ahmad Yani No.
117, Surabaya, Jawa Timur, 60237. Telp: (+6231) 8410298, Fax. (+6231) 8413300.

Vol. 10, No. 2, November 2014


394 Imam Ibnu Hajar

Abstrak
Sesungguhnya, agama tidak datang sekaligus seperti yang dapat dilihat
dewasa ini. Agama hadir mengikuti tingkat perkembangan intelektual serta
kondisi manusia. Sehingga, agama selalu cocok untuk manusia di sepanjang
waktu dan usia. Proses dan perkembangan agama dapat ditelusuri melalui sejarah
agama itu sendiri seperti halnya Nabi Adam, sebagaimana yang diabadikan
dalam Al-Quran, memeluk konsep agama yang sangat sederhana dan tidak
banyak pengaruh peran syariat. Syariat yang dibawa oleh para nabi semakin
berkembang seiring berkembangnya waktu sehingga muncul agama yang
sempurna seperti yang dibawa oleh Nabi Muhammad yang dapat kita lihat
ajarannya sekarang ini. Namun demikian, perjuangan para Nabi dalam
memperkenalkan dan menjalankan agama dengan maksud membawa manusia
kedalam kehidupan yang lebih baik tidaklah semudah yang dikira. Para nabi
harus berjuang keras dan bahkan mempertaruhkan hidup mereka sendiri. Akan
tetapi mereka bukanlah manusia biasa. Mereka adalah orang-orang yang terpilih
untuk menjalankan tugas yang berat. Mereka memiliki daya tahan luar biasa
dalam menghadapi semua penderitaan jauh melampaui apa yang biasanya
dilakukan manusia biasa. Proses dakwah para nabi selalu menunjukkan ketahanan
dan ketabahan yang luar biasa. Dengan demikian tugas berat yang Allah berikan
kepada mereka dapat dilakukan sebaik-baiknya. Walaupun demikian, tidak semua
nabi memiliki tingkat keberhasilan yang sama. Rentetan kisah para nabi ini ditutup
dengan munculnya Nabi Muhammad SAW melalui Islam. Fokus pembahasan
dalam makalah ini bermula dari bagaimana agama itu berkembang melalui
para nabi hingga menjadi agama yang sempurna dalam periode waktu yang
sangat lama.

Kata Kunci: Agama, Syariat, Kontinuitas, Perubahan, Perkembangan


Intelektual

Pendahuluan
anusia hidup di muka bumi diarahkan untuk menjadi

M hamba-Nya yang taat, ini dibuktikan dengan firman Allah


dalam al-Qur’an, juga dalam penciptaan manusia pertama
yang diturunkan oleh Allah ke muka bumi adalah seorang nabi. Hal
ini tentu disengaja oleh Allah untuk membimbing umat dengan
bekal penting dari Tuhan, yaitu syariat dan agama. Syariat semua
nabi mempunyai inti yang sama, yakni bertauhid menyembah

Jurnal TSAQAFAH
Sejarah Agama dalam al-Qur’an 395

kepada Tuhan Yang Satu, yaitu Allah. Sejalan dengan perkembangan


waktu, maka permasalahan manusia datang silih berganti dan
bahkan semakin meningkat. Untuk itu, Allah SWT selalu mengutus
nabi-nabi-Nya yang datang silih berganti, dengan bekal dan ke-
mampuan sesuai dengan kondisi dan keperluan dalam menghadapi
umatnya. Rangkaian nabi-nabi ini ditutup oleh Nabi Muhammad.
Rasul-Rasul yang Allah turunkan juga berkembang dari waktu ke
waktu, hingga akhirnya mencapai tahap kesempurnaan.
Perkembangan ini mengambil waktu yang sangat lama,
dengan agen-agennya, yakni para nabi dan rasul, yang keseluruhan-
nya berjumlah ribuan. Dalam mengarungi waktu perkembangan
yang sangat lama tersebut, berbagai peristiwa, sejalan dengan adanya
nabi dan rasul, silih datang berganti, dari permasalahan sederhana
yang bersifat perorangan seperti, peristiwa Habil dan Qabil, sampai
peristiwa besar yang menghancurkan seluruh negeri, semisal
peristiwa tanggelamnya bumi masa Nabi Nuh AS. Semua peristiwa
yang terjadi mempunyai peranannya sendiri untuk menjadikan
agama tersebut mencapai titik akhir, yakni Islam.
Tidak mudah untuk memahami pernyataan bahwa agama-
agama yang dibawa oleh para nabi, dari Adam AS adalah juga agama
yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Artinya, agama-agama yang
dibawa oleh para nabi pada dasarnya adalah satu, yaitu agama tauhid
(Islam). Para nabi datang silih berganti adalah dalam rangka
mengenalkan agama yang satu itu kepada kaumnya. Kesulitan
memahami hal ini akhirnya memunculkan pertanyaan, bagaimana-
kah sesunguhnya agama berjalan dan berkembang dalam rentang
waktu yang lama dengan sekian banyak nabi dapat dikatakan
mempunyai satu misi yang sama? Bukankah ada banyak ajaran yang
tidak selalu sama antara para nabi tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, makalah ini akan
mengupasnya melalui tinjauan sejarah. Pembahasan dimulai dari
perkembangan agama masa nabi-nabi, dan karena syariat dan agama
tidak bisa muncul tanpa nabi, maka pembahasan tentang nabi
dengan syariat dan agama mesti dilakukan. Dari sini diharapkan
akan dapat diketahui bahwa agama para nabi pada dasarnya adalah
berjalan berkesinambungan dengan satu misi yang sama, yaitu
menyembah kepada Tuhan Yang Maha Satu, Allah.

Vol. 10, No. 2, November 2014


396 Imam Ibnu Hajar

Nabi, Rasul, dan Agama bagi Umat Manusia


Menelaah sejarah agama dalam al-Qur’an sulit rasanya, untuk
tidak mengatakan mustahil, tanpa menelaah sejarah nabi, karena
pada hakikatnya, agama adalah sisi lain dari kenabian (nubuwwah).
Agama adalah sebutan dari inti misi yang diemban oleh semua nabi.
Dengan demikian, kenabian dan agama adalah dua sisi yang tidak
mungkin dipisahkan. Adanya kenabian kiranya berdasar kepada sifat
rahman dan rahim Tuhan, serta akibat ketidak-dewasaan manusia
dalam persepsi dan motivasi etisnya.1
Sebelum suatu agama diwajibkan kepada suatu kaum, Allah
SWT telah menyiapkan seorang manusia untuk membawa risalah-
Nya ke dunia. Manusia pilihan ini, di samping sebagai perantara
manusia dengan Allah juga bertanggung jawab dan bertugas
menyebarkan risalah itu. 2 Manusia terpilih itu, oleh al-Qur’an
disebut dengan nabi dan rasul. Tugas nabi adalah menyampaikan
kabar dari Allah baik kabar gembira, karena memenuhi perintah-
Nya dan kabar sedih bagi manusia yang mengingkari-Nya. Atas dasar
itu, sering sekali ditemui di dalam kitab suci al-Qur’an istilah-istilah
“yang menyampaikan kabar gembira” (basyîr) dan “yang menyam-
paikan peringatan” (nadhîr). Sungguhpun demikian, nabi dan rasul
tidak bertugas sebagai “orang yang menerangkan keadaan di masa
mendatang”.3
Nabi adalah manusia luar biasa. Kepekaan, ketabahan, dan
keuletan mereka tak tertandingi. Semua permasalahan yang terjadi
dalam masyarakat menjadi ranah yang tidak boleh lepas dari
perhatiannya. Di lain pihak, kewajiban menyampaikan risalah mesti
dilakukan kapan saja dan dalam situasi apa saja tanpa merasa takut.
Tidak jarang hinaan dan siksaan bahkan pengusiran terhadap dirinya
oleh masyarakat mesti mereka terima. Semakin dekat derajat nabi

1
Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok al-Qur’an, Terj. Anas Mayuddin, (Bandung:
Pustaka, 1983). 117.
2
Menurut Ahmad Bahjat bahwa sesunggulmya manusia sebenamya telah diberi
bekal mengetahui perintah Allah SWT melalui akalnya. Jadi akal adalah alat yang diberikan
kepada manusia untuk mengetahui kebenaran dan keburukan sebelum adanya nabi dan rasul.
Lihat Ahmad Bahjat, Sejarah Nabi-Nabi Allah SWT, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, Cet. Ke-
2, 1995).
3
Para ulama cenderung membuat perbedaan tentang arti nabi dan rasul, namun
demikian, tanpa bermaksud menyamakan arti keduanya, yang dimaksud dalam makalah ini
dengan nabi adalah juga berarti rasul.

Jurnal TSAQAFAH
Sejarah Agama dalam al-Qur’an 397

itu di sisi Allah semakin berat ujian yang ia terima.4 Semua itu harus
mereka hadapi tanpa rasa takut dan putus asa. Dalam keadaan yang
sedemikian, nabi harus tetap berhasil dalam misinya. Ia harus
memperoleh dukungan dari kaumnya. Tanpa keberhasilan itu,
risalah Allah SWT yang ia emban akan musnah dari muka bumi.
Bentuk keberhasilan dalam misi ini tentu sangat bervariasi, ada yang
kecil, ada pula yang sangat besar, ada yang cepat dan ada pula yang
sangat lambat sebagaimana perjalanan dakwah Nabi Nuh AS, dan
ada yang sangat cepat sebagaimana Nabi Muhammad.
Nubuwwah adalah karunia Allah dan hak Allah untuk mem-
berikannya kepada siapa saja yang Allah kehendaki dan mengkhusus-
kannya kepada kaum yang ia kehendaki pula. Kenabian tidak dapat
diperoleh dengan kerja keras atau dengan usaha dan jerih payah,
bahkan dengan ibadah yang sangat banyak kepada Allah. Sehebat
dan sepantas apapun manusia; karena kekuatan materi, kekuatan
fisik, atau banyaknya pengikut, kalau Allah tidak menunjuknya
menjadi nabi, maka ia akan tetap menjadi manusia biasa.5
Pilihan siapa yang pantas untuk menjadi nabi adalah mutlak
hak Allah. Hal ini berkenaan dengan tugas berat yang akan Allah
berikan kepada nabi, orang yang ditunjuk tugas berat dalam
tersebut. Yang bagi orang biasa, hampir pasti tidak akan kuat
mengembannya.6 Kenabian tidak dapat diwariskan kepada siapa-
pun. Demikian pula, orang lain tidak pula dapat mengambil
kenabian tersebut dengan merampas atau menguasainya. Orang yang
dipilih untuk menjadi nabi adalah sebaik-baik hamba dan yang
paling sempurna diantara mereka menurut Allah. Di lain pihak, kalau
seorang hamba telah dipilih untuk menjadi rasul-Nya, maka ia tidak
akan punya pilihan lain kecuali menerimanya. Allah telah menjadikan
orang tersebut mempunyai kemampaun untuk menjalankan misi
dari Allah itu. Dan Allah akan selalu menjaga hamba-Nya yang
terpilih tersebut.
Sungguhpun demikian, manusia terpilih untuk menjadi nabi
tadi tidak melepaskan semua kamanusiaannya. Ia tidak berubah
menjadi malaikat atau bahkan lebih dari pada itu. Karenanya,
menurut Fazlur Rahman, ia bisa saja kurang konsisten, namun hal

4
Nabi-nabi yang tergolong dalam Ulul Azmi adalah nabi-nabi yang menerima ujian
paling banyak dan berat dibanding lainnya. Dan itu sesuai dengan kedudukannya yang
sangat dekat dengan Allah SWT. Lihat: Ahmad Bahjat, Sejarah Nabi-Nabi..., 29.
5
QS. al-Baqarah (2): 105.
6
QS. al-Muzammil (73): 5.

Vol. 10, No. 2, November 2014


398 Imam Ibnu Hajar

tersebut sama sekali tidak mengurangi ketinggian martabatnya.7


Bahkan saat menjadi manusia biasa itulah ia menjadi suri tauladan
bagi umatnya karena ia tetap dalam ketinggian akhlak dalam segala
tingkah lakunya.8 Andaikata para nabi bukan manusia biasa, maka
sangat mungkin umatnya akan berkata bahwa perbuatan dan ting-
kah laku sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi adalah lebih
cocok untuk golongan nabi tersebut, bukan untuk manusia biasa.
Demikianlah Allah menjadikan semua nabi adalah manusia agar
tidak ada alasan bagi manusia untuk menghindar dari usaha untuk
dan menteladaninya.
Kenabian seseorang ditandai dengan pemberian wahyu oleh
Allah. Melalu wahyu Allah memberikan instruksi dan pengetahuan,
perintah dan larangan serta lain sebagainya. Kumpulan dari apa yang
didapat oleh seorang nabi dari Allah disebut dengan kitab. Kitab
yang diberikan Allah kepada para nabi-Nya (juga disebut dengan
s}ah}îfah) digunakan untuk mengatur dan memutuskan hal-hal yang
terjadi di antara manusia.9 Kitab-kitab tersebut, yaitu kitab Nuh,
kitab Ibrahim dan Musa,10 Kitab Isa (Injil),11 dan kitab Muhammad
(al-Qur’an).12 Sungguhpun semua nabi dibekali dengan kitab, akan
tetapi kitab-kitab yang dipakai standar hidup hanya lima, yaitu kitab
nabi-nabi yang tergolong di dalam Ulul Azmi tersebut.13 Para ulama
bersepakat, bahwa rangkaian nabi-nabi berakhir pada Nabi
Muhammad. 14

7
Fazlur Rahman menggunakan istilah “tidak selalu konsisten” untuk mengganti kata
salah. Lihat Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok al-Qur’an, 130. Menurut Ali al-Shabuni, nabi
dengan predikat kemanuasiaannya, akan selalu terhindar dari kesalahan dan dosa. Namun
kadangkala nabi berijtihad sesuai dengan akal pikirannya sendiri secara sungguh-sungguh
untuk menetapkan suatu perkara, sehingga melakukan tindakan yang kurang utama, dan
Allah SWT akan segera menegur dan mengingatkannya. Lihat: Muhammad Ali Ash-Shabuni,
Kenabian dan Riwayat Para Nabi, (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2001), 107.
8
Terdapat banyak ayat dalam al-Qur’an yang menerangkan bahwa nabi pada hakikatnya
adalah manusia biasa, seperti dalam QS.Ali Imran: 79, Ibrahim: 19, al-Kahf: 110, al-Anbiya:
34, Fussilat: 6, dan al-Isra: 93-94.
9
QS. al-Baqarah: 213.
10
QS. al-A’la: 19.
11
QS. al-Maidah: 46.
12
QS. al-Hijr: 1.
13
Tidak ada keterangan, mengapa Nabi Daud yang mempunyai kitab Zabur tidak
termasuk dalam kelompok Ulul Azmi tersebut. Lihat Waryono Abdul Ghafur, Millah Ibrahim
dalam al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an Karya Muhammad Husein ath-Thabathaba’i, (Yogyakarta:
Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2008), 246.
14
QS. al-Ahzab: 40.

Jurnal TSAQAFAH
Sejarah Agama dalam al-Qur’an 399

1. Rasul
Kata syariat diambil dari akar kata “syara’a” yang berarti “air yang
banyak” atau “jalan menuju sumber air”. Dari pengertian itu kemudian
diambil untuk menyebut jalan ketuhanan. Agama adalah sumber
kehidupan rohani sebagaimana air yang menjadi sumber kehidupan
jasmani. 15 Agama juga dapat membersihkan kotoran rohani
sebagaimana air yang juga dapat membersihkan kotoran jasmani.
Syariat adalah jalan terbentang untuk suatu umat tertentu dan
nabi tertentu yang diutus, dan untuk umat tertentu pula,
sebagaimana syariat Nuh, syariat Musa, syariat Isa, dan syariat
Muhammad.16 Dengan demikian, maka syariat mempunyai arti
yang spesifik dibanding din yang bersifat umum dan mencakup
semua umat. Begitu spesifiknya kata syariat, ia tidak dapat
dinisbahkan kecuali kepada orang yang membawa dan menyampai-
kannya. Penyebutan kata syariat Ibrahim adalah khusus bagi syariat
Ibrahim, dan tidak mungkin disebutkan dengan syariat Ibrahim dan
Isa. Sebab syariat Ibrahim adalah khusus dan syariat Isa adalah
khusus pula.
Selain dari pada itu, syariat tidak berarti baku, ia menerima
naskh. Artinya satu syariat dapat di-naskh oleh syariat lainnya dan
begitu sebaliknya. Berbeda dengan syariat, agama bersifat universal
dibanding dengan syariat yang temporer. Agama dapat mencakup
banyak rasul, dan tidak sebaliknya.
Secara historis, syariat diperlakukan, dalam arti sebagai
peraturan layaknya undang-undang yang berlaku, dimulai dari masa
Nabi Nuh. Nabi-nabi dan umat yang datang setelah Nabi Nuh
mengikuti syariat Nabi Nuh sampai datang Nabi Ibrahim. Setelah
datangnya Nabi Ibrahim, maka nabi-nabi dan umat yang datang
setelahnya mengikuti syariat Nabi Ibrahim tersebut sampai datang
Nabi Musa. Dan setelah kerasulan Nabi Musa, nabi-nabi dan umat
yang datang setelahnya mengikuti syariat Nabi Musa sampai datang
Nabi Isa. Syariat Nabi Isa berlaku hingga datang Nabi Muhammad
menggantikannya. Mereka adalah para nabi yang tergabung dalam,
Ulul Azmi. 17 Dan pada merekalah simpul-simpul syariat yang
menjadi patokan bagi nabi-nabi lainnya beserta umat mereka.

15
Ibid., 170.
16
Ibid., 171.
17
Ibid., 173.

Vol. 10, No. 2, November 2014


400 Imam Ibnu Hajar

Syariat-syariat ini dapat dibagi menjadi dua: pertama, syariat


yang berlaku baku yang sama antar para nabi dari Nabi Adam hingga
Nabi Muhammad. Inti dalam syariat ini adalah masalah usuluddin.
Syariat yang baku ini disebut dengan din. Syariat yang demikian
inilah yang diteruskan dan diwarisi oleh Nabi Muhammad dari Nabi
Ibrahim AS dan nabi-nabi sebelumnya. Kedua, syariat yang tidak
baku, yang diberikan kepada nabi yang sesuai dengan kondisi
umatnya. Karenanya, syariat ini berbeda-beda, namun pada
hakekatnya satu jua dan tetap dalam bingkai syariat yang baku atau
din tadi.18 Itulah makna firman Allah dalam al-Muminun: 52 dan
Ali Imran: 21.
Syariat para nabi datang bergantian sejalan dengan silih
bergantinya para nabi itu sendiri. Setiap datang syariat yang baru,
maka ia datang dengan yang lebih baik dan lebih lengkap dari yang
sebelumnya, sampai akhirnya datang syariat Nabi Muhammad yang
paling lengkap dan menjadi penutup dari semuanya.

2. Dîn (Agama)
Dîn mempunyai beberapa arti yang secara umum dapat dibawa
ke dalam dua pengertian, yaitu; pengertian umum dan pengertian
khusus. Pengertian umum bersifat luas, yaitu “sunnah, t}arîqah, dan
sabîl yang berlaku dalam suatu masyarakat”.19 Dengan definisi ini,
maka semua kepercayaan adalah agama, baik yang percaya kepada
Allah ataupun tidak. Sedang pengertian dalam arti khusus adalah
“sunnah dan t}arîqah ilâhiyyah yang berlaku bagi semua manusia di
dunia untuk kesempurnaan hidup di akherat dan kehidupan yang
hakiki di sisi Allah”.20
Agama dalam arti khusus ini sesuai dengan fitrah manusia yang
tujuannya adalah mencapai kebahagian. Agama yang sesuai dengan
fitrah semacam ini adalah agama yang benar, yang tidak akan bisa
didapat kecuali dengan petunjuk wahyu dan kenabian.
Kemampuan akal dan apalagi taklid tidak akan mengetahui hakikat
kebenaran dengan sesungguhnya. Atas dasar itu, menghidupkan
pesan-pesan agama dan kenabian, pada hakekatnya adalah usaha
untuk terus menghidupkan fitrah manusia.

18
Ibid., 175.
19
Ibid., 166.
20
Ibid., 167.

Jurnal TSAQAFAH
Sejarah Agama dalam al-Qur’an 401

Agama yang sesuai dengan fitrah, berarti agama yang bersifat


manusiawi (kemanusiaan). Tetapi sifat kemanusiaan tersebut,
bukanlah kemanusiaan yang berdiri sendiri, melainkan kemanusiaan
yang memancar dari ketuhanan (h}abl min al-nâs yang memancar
dari h}abl min Allâh).21 Konsep kemanusiaan itu diwujudkan dengan
tidak membatasi tujuan hidup manusia hanya kepada kebahagiaan
sementara (al-dunyâ) yang bernilai materi, tetapi menyeruak dan
menembus langit mencapai nilai-nilai tertinggi (al-matsal al-a’lâ)
yang abadi di akhirat.22
Pengertian agama dalam arti khusus sebagaimana tertulis di
atas, mempunyai pengertian yang mirip dengan millah Ibrahim. Atas
dasar itu, Thabathaba’i, sebagaimana yang ditulis oleh Waryono,
menyatakan bahwa “agama Allah itu tunggal”, yaitu agama tauhid
dan itulah agama Ibrahim yang wajib diikuti oleh semua manusia.
Agama Ibrahim itu disebut dengan agama Islam, dan itulah agama
yang hak.

Perkembangan Agama dari Adam hingga Muhammad


Agama yang datang pada hakikatnya memerlukan waktu yang
lama untuk sampai pada bentuknya yang sempurna. Hal itu bisa
dilacak mulai dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Pada masa
Nabi Adam, agama mempunyai bentuknya yang relatif sederhana,
dan semakin lama dengan silih-bergantinya para nabi, agama Allah
tersebut mencapai bentuknya yang sempurna. Hal itu terjadi pada
masa Nabi Muhammad. Berikut poin-poin penting para nabi.

1. Adam AS; Pengenalan Tuhan


Kisah penciptaan Adam pada dasarnya mempunyai pesan yang
jelas. Adam, yang secara harfiah berarti “ketiadaan”, di-”wujud”-
kan oleh Allah menjadi ada sebagai manusia pertama di muka bumi.
Proses ini menyadarkan Adam bahwa ia adalah seorang ciptaan
(makhlûq) dan Allah adalah Pencipta (Khâliq). Penciptaan adalah
puncak inovasi dan mukjizat, karena manusia tidak akan mampu
membuat yang serupa.23

21
Nurcholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,
1992), xv-xiv.
22
Nurcholis Madjid, Ibid., xiv; Murtadha Muthari, Manusia dan Agama Membumikan
Kitab Suci, (Bandung: Mizan, 2007).
23
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Kenabian…, 140.

Vol. 10, No. 2, November 2014


402 Imam Ibnu Hajar

Kesadaran bahwa Allah sebagai Sang Khalik membawa kepada


konsekuensi kepada ketaatan, dan ketaatan membawa kepada
kebahagiaan. Sebaliknya, pembangkangan dan lalai akan pesan dan
perintah serta larangan-Nya akan membawa kepada kesengsaraan.
Adam merasakan semua itu. Bahwa kelalaiannya kepada perintah
dan larangan Allah serta terperdayanya oleh bujuk rayu setan,
walaupun hanya sekali, menyebabkannya terusir dari surga. Kisah
permusuhan manusia dan setan sudah ada sejak manusia pertama
(Adam AS) diciptakan oleh Allah.
Adam sangat memahami bahwa Allah, Sang Pencipta semua
makhluk dan Tuhan bagi semua, tetap memberikan kebebasan
kepada mahluk-Nya yang terkena tanggung jawab. Kebebasan itu
tidak pernah Allah cabut, bahkan kepada iblis sekalipun. Semua itu
disaksikan Adam dalam peristiwa pembangkangan Iblis terhadap
perintah Tuhan. Adam menyadari bahwa kebebasan adalah karunia
yang Allah berikan kepada mahluk-Nya, dan Allah akan mem-
berikan balasan yang setimpal atas penggunaan kebebasan itu. Ini
adalah pelajaran dari Allah dalam berketuhanan.24 Pelajaran lainnya
adalah pengetahuannya bahwa Iblis merupakan musuhnya dan
musuh semua anak cucunya selamanya.
Dengan semua bekal pengetahuan yang dimilikinya, Adam
mengajarkan kepada anak-anaknya untuk selalu menyembah Allah
dan memahami bahwa Iblis adalah musuhnya. Pada akhir hidupnya,
Adam berwasiat bahwa hanya ada satu hal yang dapat menyelamat-
kan dan menenangkan mereka, yaitu selalu mengikuti petunjuk
Allah, Tuhan bagi semua dan selalu memperhatikan kalimat-kalimat-
Nya.25

2. Contoh Ketabahan Para Nabi


Secara historis, al-Qur’an menceritakan dengan agak terperinci
bagaimana proses dakwah nabi dalam mengajak kaumnya untuk
menyembah kepada Tuhan yang Esa (tauhid). Dimulai dari Nabi
Nuh. Ia mendapati kaumnya telah menyembah berhala.26 Maka
24
Ahmad Bahjat, Sejarah Nabi-Nabi..., 44.
25
Ibid., 56.
26
Kaum Nabi Nuh adalah orang yang pertama-tama menyembah berhala. Awalnya,
mereka membuat patung orang-orang saleh sebelumnya, seperti Wadd, Suwa’a, Yaghuth,
dan Nasr sebagai penghormatan dan agar dapat ditiru perbuatannya. Namun dengan
berlangsungnya waktu, akhirnya, justru patung-patung tersebut yang mereka sembah. Lihat
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Kenabian…, 174-175.

Jurnal TSAQAFAH
Sejarah Agama dalam al-Qur’an 403

berkatalah Nuh kepada mereka: “Sembahlah Allah, sekali-kali tak


ada Tuhan bagimu selain-Nya”. Nabi Nuh dalam mengajak kaumnya
untuk menyembah Allah yang Esa tidak dengan argumen yang
panjang. Deskripsi sederhana tentang tauhid semacam itulah yang
diceritakan dalam al-Qur’an tentang tata cara dakwah Nabi Nuh AS
kepada kaumnya.
Pada fase selanjutnya, Nabi Hud mengajak kaumnya, kaum
Ad, juga, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Nuh Amin. Tidak
27

banyak argumen yang ia kemukakan, namun dengan sedikit per-


bedaan, bahwa Nabi Nuh mengajak kaumnya dengan kekhawatiran
akan datangnya azab kalau tidak bertauhid, sedang pada kisah Nabi
Hud kekhawatiran diungkapkan dengan kata takwa.
Pada nabi lainnya, yakni Nabi Shaleh Amin,28 ajakan untuk
menyembah Tuhan yang Esa diungkapkan dengan bahasa yang
hampir sama. Namun disertai dengan argumen atau bukti yang
menunjukkan ke-Maha Kuasa-an Allah, yaitu unta yang dikeluar-
kan oleh Allah dari perut gunung.29 Bukti tersebut juga merupakan
mujizat Nabi Shaleh untuk memperkuat kenabiannya.
Nabi Syu’aib yang datang setelahnya tetap meneruskan ajaran
tauhid kepada kaumnya, Madyan. Ajakan bertauhid kepada Allah
Yang Esa tidak saja disertai dengan bukti, tetapi juga dengan perintah
menjalankan syariat, yaitu menyempurnakan takaran dan timbangan
serta tidak curang. Di samping itu, juga memakmurkan bumi. Nabi
Syu’aib memperingatkan kaumnya untuk bisa mengambil pelajaran
dari kaum-kaum sebelumnya.30

27
Tempat kaum Ad adalah di Wadi al-Ahqaf, bagian dari wilayah Yaman. Mereka
adalah Ad Iram, yaitu Ad pertama. Mereka adalah orang-orang yang keras, mempunyai
tubuh yang besar. Mereka hidup dalam kemewahan dan lalai kepada Allah SWT sebagaimana
diisyaratkan dalam surah al-Syu’ara’ (26): 128-134. Ibid., 286-287.
28
Nabi Shaleh diutus kepada kaum Tsamud di negeri Hijr, yang terletak antara Hijaz
dan Syam. Mereka adalah bagian dari Arab ‘Aribah, yaitu Arab terdahulu. Tsamud diambil
dari nama kakek mereka, yaitu Tsamud saudara Jadis yang bertempat tinggal di Hijr, wilayah
antara Hijaz dan Tabuk (Syiria). Daerah itu kini dikenal dengan nama “Fajja al-Naqah”.
Bekas-bekas rumah mereka masih ada hingga sekarang. Daerah itu juga dikenal dengan
“Mada’in Shaleh”. Nabi Muhammad dalam peperangan Tabuk masih menyaksikan bekas
kampung mereka, dan melarang umatnya untuk mengambil air minum darinya dan menyuruh
untuk mengambil air minum dari sumur di mana unta Nabi Shaleh pernah meminum air
darinya. Ibid., 290-291. Lihat pula Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim al-Tsa’labi,
Qis}as} al-Anbiyâ’, (T.K: Dâr al-Fikr, T.Th), 91; Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2003), 154-156.
29
QS. al-A’raf (7): 73
30
Waryono Abdul Ghafur, Millah Ibrahim…, 184-185; Ahmad Bahjat, Sejarah Nabi-
Nabi..., 196.

Vol. 10, No. 2, November 2014


404 Imam Ibnu Hajar

Proses dakwah nabi selalu memperlihatkan ketahanan dan


ketabahan yang luar biasa. Seorang nabi, adalah orang yang mem-
punyai daya tahan dan katabahan atas semua penderitaan. Daya
tahan itu jauh melebihi yang dapat dilakukan orang biasa. Nabi Idris
AS dalam usaha dakwahnya di daerah Babilonia, mendapati bahwa
orang yang mengikuti dirinya sangat sedikit sedang yang menentang
jauh lebih banyak. Padahal ia telah berdakwah sangat lama. Dalam
keadaan yang sedemikian, ia akhirnya berhijrah untuk mencari
daerah baru, dan Mesir adalah tujuannya.31 Tidak jauh berbeda dari
Nabi Idris, Nabi Nuh juga mendapati kondisi yang sama. Dalam
usaha mengajak umatnya untuk beragama mengikuti dirinya, ia
justru mendapati caci maki dan permusuhan dari para pembesar
dan orang-orang kaya. Namun demikian, dalam kurun waktu yang
sangat panjang, sekitar 950 tahun, Nuh tetap menjaga harapan
kepada umatnya untuk mengikutinya, sungguhpun selama itu
dalam berdakwah, jumlah kaum Mukmin tetap dan tidak ber-
tambah, sedangkan jumlah kaum kafir terus bertambah sejalan
dengan bertambahnya umat.32 Sedang Nabi Shaleh hanya mendapat
pengikut sekitar 120 orang selama ia berdakwah. Mereka yang
memusuhi dan mengingkarinya berjumlah sekitar 5000 keluarga.33
Demikian pula Nabi Hud dan Nabi Syu’aib yang mendapat ejekan
dan dianggap gila oleh kaumnya. Bahkan mereka menganggap
agama telah kebablasan dengan turut ikut campur dalam masalah
perekonomian mereka.34

3. Ibrahim; Kepasrahan Total


Nabi Ibrahim adalah bapak para nabi dan kakek besar Nabi
Muhammad. Semua nabi, generasi demi generasi berasal darinya.
Semua Nabi bani Israel berasal darinya, karena mereka adalah
keturunan dari Ya'kub bin Ishaq bin Ibrahim. Nabi Ibrahim telah
mengalami cobaan yang luar biasa dalam hidupnya, khususnya
dalam mempertahankan keyakinannya. Di antara cobaan yang
sangat berat adalah perintah untuk menyembelih putranya. Dalam
hal ini, Ibrahim telah menjadikan dirinya teladan bagi penghambaan
dan kepasrahan diri, kepatuhan serta ketaatan dalam menerima

31
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Kenabian…, 284.
32
Ahmad Bahjat, Sejarah Nabi-Nabi..., 67
33
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Kenabian…, 296.
34
Ibid., 200.

Jurnal TSAQAFAH
Sejarah Agama dalam al-Qur’an 405

perintah Allah. Atas semua itu, Allah telah memujinya dengan pujian
luar biasa, bapak para nabi, pemimpin orang-orang yang takwa,
simbol iman dan keyakinan, lulus dalam ujian kesabaran, dan hamba
kesayangan-Nya.35
Ibrahim, menurut al-Qur’an, adalah orang pertama yang
menyatakan agama Tuhan dengan nama Islam dan para pemeluknya
dengan nama Muslim. Ibrahim adalah contoh utama bagi semua
manusia tentang perjuangan yang tiada kenal lelah dalam mencari
kebenaran, dan apa yang telah ia lakukan diabadikan Allah dalam
al-Qur’an, sehingga ia mendapat gelar uswah h}asanah. Sunggguhpun
demikian, itu semua tidak membuatnya otomatis mendapat predikat
sebagai Muslim. Gelar “muslim” baru ia dapat setelah keduanya
(Ibrahim dan Ismail) melaksanakan perintah Allah dalam peristiwa
penyembelihan dan pembangunan Ka’bah. Akhirnya Islam menjadi
sebutan bagi agama nabi-nabi Allah dan menjadi semakin khusus
bagi nama sebuah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
Demikianlah, Ibrahim telah menunjukkan diri sebagai Nabi
yang sangat gigih mencari kebenaran. Dan setelah ia mendapat-
kannya, ia harus diuji dengan ujian-ujian yang tidak biasa. Dengan
tingkat kepasrahan dan ketataan yang luar biasa, Ibrahim dinyatakan
lulus oleh Allah dan diberi gelar Khalî>l Allâh,36 gelar yang hanya
diberikan oleh Allah untuknya.

4. Nabi-Nabi Berbangsa Israel


Nabi-nabi yang berbangsa Israel sangat banyak. Semua anak
Nabi Ya’kub adalah nabi-nabi berbangsa Israel karena sesungguhnya
Israel adalah nama lain dari Ya'kub. Bangsa Israel mempunyai nabi-
nabi melebihi bangsa-bangsa lain. Nabi-nabi tersebut silih berganti
dalam mengajak mereka untuk menyembah Allah. Sungguhpun
mereka telah berjanji dihadapan Ya'kub saat menjelang kematiannya,
bahwa mereka, anak-anak Ya'kub, akan menyembah Tuhan Ya'kub,
Tuhan nenek moyang Ya'kub, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, yaitu Tuhan
yang Maha Esa.37 Janji itulah yang menenangkan Ya’kub menjelang
kematiannya.

35
Ibid., 186.
36
QS. al-Shaffat (37): 104-107 menerangkan kelulusan Ibrahim dari ujian yang maha
berat, yakni menyembelih anaknya Ismail.
37
QS. al-Baqarah (2): 133.

Vol. 10, No. 2, November 2014


406 Imam Ibnu Hajar

Bangsa Israel mengalami ujian yang berat yang datang silih


berganti, akibat kedurhakaannya kepada Tuhan. Para nabi berusaha
untuk menolong mereka untuk keluar dari kezaliman penguasa,
seperti umat Nabi Musa dan Nabi Harun. Namun dengan segala
usaha itu, termasuk meyelamatan mereka dari kejaran Fir’aun,
bangsa Israel sering kali mengabaikan Musa dan syariatnya, bahkan
mereka menyembah anak lembu buatan Samiri. Selanjutnya Nabi
Daud datang sedang bangsa Israel dalam keadaan kacau balau. Nabi
Daud membawa mereka kepada kehidupan yang mulia. Daud
adalah nabi yang mempunyai keistimewaan, selalu menang dalam
perang dan sangat disegani musuh-musuhnya.38 Demikian pula
kedatangan Nabi Sulaiman yang telah membawa mereka kepada
kehidupan yang mulia.
Namun, pada masa Nabi Ilyas, bangsa Israel kembali berulah
dengan menyembah berhala, sehingga Nabi Ilyas memohon kepada
Allah untuk mengambil segala kenikmatan dari mereka. Nabi Ilyasa
datang, juga mendapati mereka dalam kekufuran. Maka Nabi Ilyasa
dengan susah payah mengajak mereka kembali ke jalan tauhid. Akan
tetapi bangsa Israel tetap dalam kekufurannya, sehingga ketika Nabi
Ilyasa meninggal dunia, bangsa Israel betul-betul dalam kesengsaraan
di bawah para penguasa yang zalim.
Keadaan yang sama didapati oleh Nabi Yunus, mereka
menyembah berhala yang bernama A’sytar. Nabi Yunus berusaha
sekuat tenaga untuk mengajak mereka menyembah Allah, tetapi
mereka tetap sebagai penyembah berhala. Pun demikiaan Nabi
Zakaria dan Nabi Yahya, yang mengajak mereka untuk kembali
kepada jalan tauhid, bahkan para Nabi tersebut dibunuh oleh
penguasa mereka.39
Rangkaian nabi-nabi dari bangsa Israel ditutup oleh Nabi Isa.
Ia mengajak untuk kembali ke agama yang benar, yang telah
diwahyukan Allah kepadanya. Sejauh ini mereka telah menye-
lewengkan agama dan syariat Musa. Menghalalkan yang diharamkan
dan sebaliknya.40 Nabi Isa berdakwah dengan argumentasi yang
dapat mengalahkan mereka. Perlu waktu yang cukup lama Nabi
Isa berdakwah, membongkar kemunafikan dan kesombongan
mereka, sehingga para pembesar Yahudi merasa tidak kuat dan

38
QS. al-Shad (38): 20.
39
Muhammad ali Ash-Shabuni, Kenabian…, 376-183.
40
QS. Ali Imran (3): 50-51.

Jurnal TSAQAFAH
Sejarah Agama dalam al-Qur’an 407

bersekongkol untuk membunuh serta menyalibnya. Akhirnya,


mereka menyalib salah satu murid Isa yang berkhianat yang
diserupakan oleh Allah dengannya.41

5. Muhammad SAW; Kesempurnan Agama


Semua ulama bersepakat, bahwa rangkaian nabi-nabi berakhir
pada Nabi Muhammad. Beliau adalah nabi dan rasul penutup
sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah di dalam kitab suci al-
Qur’an. Keyakinan ini berimplikasi kepada keyakinan lainnya bahwa
rentetan wahyu yang Allah turunkan sejak Nabi Adam juga berakhir
pada Nabi Muhammad. Dan ini masih mempunyai implikasi
selanjutnya, yaitu bahwa agama (dîn) yang berevolusi berakhir
dengan mengambil bentuk agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad, yaitu agama Islam. Agama yang paling memadai dan
sempurna.42
Muhammad, pembawa risalah ini, adalah seorang manusia
yang jejak hidupnya terekam dengan baik oleh masyarakat Arab.
Di dalam masyarakat yang terkenal dengan prilaku yang kurang
baik, Muhammad tumbuh dan tetap dapat mempertahankan
dirinya untuk menjadi manusia yang sangat baik, bahkan ia
mempunyai predikat al-âmin. Tempaan hidup yang tidak mudah
pada waktu muda, membuat ia mempunyai kepekaan yang sangat
tinggi terhadap lingkungannya. Hal inilah yang membuatnya selalu
memikirkan keadaan masyarakat di lingkungannya yang jauh
tertinggal dibanding dengan bangsa-bangsa lain yang sudah sangat
maju, sebagaimana yang ia saksikan saat bertemu dengan mereka
dalam aktivitas perdagangannya.43
Untuk itu, Muhammad mengambil jalan yang tidak biasa, ia
sering berpuasa, menyepi, merenung, dan memohon petunjuk dari
Tuhan. Selanjutnya beliau ber-tahannus di gua Hira. Di gua inilah

41
Murid yang berkhianat itu bernama Yahudza al-Iskhariuthi (Yudas Iskariot). Ia
menunjukkan kepada bala tentara yang mengejar Isa tempat persembunyiannya dan
pengikutnya dengan imbalan 30 dirham. Allah SWT akhirnya menyerupakan wajah Yudas
persis dengan Isa dan bala tentara menangkap Yudas karena mereka menganggap ia adalah
Isa, lalu mereka menyalibnya, sebagaimana diisyaratkan oleh QS. al-Nisa (4): 157. Lihat:
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Kenabian…, 256.
42
Yunan Yusuf, “Implikasi Sosial Keagamaan Muhammad Sebagai Penutup Utusan
Allah SWT” dalam Kontekstualisasi Islam dalam Sejarah, (Jakarta, Paramadina, 1995), 537.
43
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996), 107.

Vol. 10, No. 2, November 2014


408 Imam Ibnu Hajar

do’a Muhammad dikabulkan Tuhan dan beliau ditasbih menjadi


rasul dengan wahyu pertama yang beliau terima, yang selajutnya
beliau terima berturut-turut hingga akhir hayat. Wahyu-wahyu itulah
yang, selanjutnya disebut dengan al-Qur’an, yang menjadi pedoman
pengikut Nabi Muhammad (kaum Muslimin) dalam segala aktivitas
keagamaan dan lain sebagainya.
Nabi Muhammad adalah Nabi, sebagaimana pendahulunya,
penyampai peringatan dan kabar gembira. Misinya yaitu menyam-
paikan dan menyebarkan wahyu Allah secara terus-menerus tanpa
henti, putus asa, dan pantang mundur. Hal ini karena ajaran yang
harus disampaikan tersebut bersumber dari Allah dan sangat penting
bagi keselamatan dan keberhasilan manusia, karenanya ajaran
tersebut harus diterima dan dilaksanakan oleh manusia. Kalau nabi
gagal dan manusia tidak menerima ajaran itu, maka umat manusia
akan dapat celaka.44
Melalui Islam, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad dan
kitabnya al-Qur’an, manusia telah mencapai kedewasaan rasional,
dan karenanya, setelah kewafatan Nabi Muhammad, tidak
diperlukan lagi adanya wahyu Tuhan. Namun karena umat manusia
masih mengalami krisis moral dan mereka tidak dapat mengimbangi
derap kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang sangat cepat,
maka setiap orang agar tercapai kedewasaan moral, selalu tergantung
kepada perjuangannya yang terus menerus untuk mencari petunjuk
dari kitab-kitab Allah, khususnya al-Qur’an, yang di dalamnya
seluruh wahyu Allah sudah disempurnakan turunnya.45

Islam; Agama Semua Nabi


Islam berasal dari kata kerja “aslama”, secara harfiah ia berarti
“ketundukan” atau “penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak
yang lain”. Kalimat “muslim” berarti “orang yang menyerahkan diri”.
Ketika disandingkan dengan kata “iman”, maka kata “islam” oleh
sebagian orang diartikan dengan “langkah yang paling awal dari ke-
yakinan, yakni kepercayaan dangkal yang belum merasuk kedalam
hati yang dalam”.46 Waryono, mengutip pendapat Thabathaba’i,

44
Fazlur Rahman, Tema-Tema Pokok al-Qur’an, 121-122.
45
Ibid., 118-119; Yunan Yusuf, “Implikasi Sosial…”, 538-539.
46
Toshiko Izuttsu, Etika Beragama dalam Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995),
307.

Jurnal TSAQAFAH
Sejarah Agama dalam al-Qur’an 409

mengatakan bahwa Islâm, taslîm, dan istislâm mempunyai arti yang


sama, yakni tunduk patuh dan menerima hukum-hukum Allah.47
Muhammed Arkoun tidak terlalu setuju dengan istilah
“kepasrahan” yang kadang dipakai untuk memperjelas arti
“penyerahan”. Ia berargumen bahwa manusia muslim tidak disuruh
pasrah di hadapan Tuhan. Yang ada adalah ungkapan syukur akan
nikmat dari pengangkatan derajat manusia muslim oleh Allah,
sehingga menimbulkan hubungan ketaatan yang penuh rasa cinta
dan syukur antara al-Khâliq dan makhlûq. Untuk itu ia lebih
cenderung memberi arti dengan “memberikan (mempercayakan)
keseluruhan jiwa (raga) seseorang kepada Tuhan (Allah).48
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa Nabi Ibrahim-lah Nabi
Pertama yang menyebut agama Tuhan sebagai agama Islam. Setelah
dua perintah Allah ia laksanakan dengan Nabi Ismail, Nabi Ibrahim
lantas berdoa agar ia dan anaknya (Ismail) dan keturunannya dijadi-
kan sebagai orang yang tunduk dan patuh kepada-Nya. Saat do’a
itu dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim, Allah menjawab dan memanggil
Ibrahim; “Tunduk patuhlah kamu. Ibrahim menjawab; “Aku tunduk
patuh kepada Tuhan Semesta Alam”.49
Perihal tentang agama Nabi Ibrahim ini, Allah mempertegas
bahwa ia bukanlah sebagai penganut agama komunal seperti Yahudi
dan Nasrani, melainkan ia adalah seorang yang tulus mencari dan
mengikuti kebenaran (h} a nîf) dan yang pasrah kepada Tuhan
(muslim). Dan al-Qur’an menegaskan bahwa demikianlah agama
anak keturunan Nabi Ibrahim, khususnya anak cucu Ya'kub atau

47
Lebih jauh ia mengatakan bahwa Islam itu mempunyai hierarki, yaitu; pertama,
menerima dan mematuhi (secara lahiriah) perintah dan larangan Allah SWT dengan
mengucapkan kalimah syahadah, tidak menjadi soal apakah ia mengucapkan dengan sepenuh
hati atau tidak. Islam semacam ini sebagaimana yang disabdakan oleh Allah SWT dalam al-
Hujurat: 14. Kedua, kepasrahan dan ketundukan hati untuk menerima keyakinan yang benar
secara terperinci dengan diikuti oleh amal saleh, sungguhpun kadang-kadang ia berbuat
salah. Inilah Islam sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Baqarah: 208, al-Hujurat: 15, al-
Shaff. 11. Ketiga, sebagaimana Islam pada level kedua dengan disempurnakan dengan akhlak
yang sesuai dengan tuntunan iman, yang membuat semua sifat dan kecenderungan kepada
dunia tunduk. Pada level ini dalam beribadah seolah-olah ia melihat Allah SWT, dan seandainya
tidak, maka ia merasa Allah SWT melihatnya. Keempat, adalah seperti pada tipe ketiga,
hanya saja dengan tambahan bahwa ia benar-benar melakukan pengabdian dan tunduk
sepenuhnya kepada keinginan dan kehendak Tuhan, menerima apa yang dicintai dan diridaai-
Nya. Waryono Abdul Ghafur, Millah Ibrahim…, 197.
48
Mohammed Arkoun, Rethingking Islam, (Yogyakarta: LPMI dan Pustaka Pelajar,
1996), 17.
49
QS. al-Baqarah (2): 131.

Vol. 10, No. 2, November 2014


410 Imam Ibnu Hajar

yang lazim disebut dengan Bani Israil, mereka semua memeluk


agama Islam, bukan agama lainnya, agama yang diperoleh Nabi
Ibrahim dari Tuhannya, sebagaimana yang terdapat dalam al-
Qur’an.50
Berkenaan dengan keislaman para nabi lainnya, telah disebut-
kan dalam al-Qur’an. Seperti Nabi Nuh, dapat dipahami dari
perkataannya sebagaimana yang terdapat dalam Surah Yunus:72;
“Jika kamu berpaling, aku tidak minta upah sedikitpun darimu.
Upahku tidak lain hanya dari Allah belaka, dan aku disuruh agar
aku termasuk golongan Muslimin.” Nabi Yusuf berdo’a, “Wafat-
kanlah aku dalam keadaan Muslim dan gabungkanlah aku dengan
golongan orang-orang yang saleh.” Demikian pula Nabi Isa, ia
membawa ajaran berserah diri kepada Allah (wa isyhad bi anna
muslimûn). Ketika Isa melihat keingkaran Bani Israil, ia berkata:
“Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk Allah?” Para
Hawariyyun menjawab: “Kami penolong-penolong Allah. Kami
beriman kepada Allah, dan saksikanlah sesungguhnya kami adalah
Muslimun.”51
Pada akhirnya, bahwa kenyataan tentang keislaman semua
agama para nabi tidak perlu dibantah lagi.52 Terlepas adanya per-
bedaan rasul satu nabi dengan lainnya. Dalam hal ini, sesungguhnya
rasul dapat diibaratkan seperti obat yang diberikan kepada orang
yang lagi sakit, obat tersebut harus sesuai dengan yang diberi obat.
Situasi dan kondisi umat para nabi sangat berbeda-beda, karenanya
berbeda pulalah rasulnya. Satu hal yang pasti, bahwa semua ajaran
para nabi adalah menyembah kepada Tuhan yang Esa. Dia-lah yang
patut dicintai dan ditakuti. Setiap sesuatu adalah hamba Allah yang
berada di bawah hukum dan perintah-Nya. Demikianlah, ajaran
tauhid tetap terus diajarkan oleh para nabi hingga nabi terakhir, Nabi
Muhammad.

50
QS. al-Baqarah (2): 133.
51
QS. Ali Imron (3): 52.
52
Ada beberapa ahli yang menyatakan arti Islam dengan makna generiknya, yaitu
pasrah kepada Tuhan. Akan tetapi bahwa kenyataan agama para Nabi adalah Islam diakui oleh
semua. Lihat Nurcholis Madjid, Islam Iman, dan Ihsan Sebagai Trilogi Ajaran Ilahi dalam
Kontekstualiasai Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, 1995), 466-468.

Jurnal TSAQAFAH
Sejarah Agama dalam al-Qur’an 411

Penutup
Kemunculan agama di dalam al-Qur’an selalu dimulai dengan
kemunculan para nabi, karena memang para Nabilah penyampai
risalah Allah kepada umat manusia. Setiap nabi diberi oleh Allah
syariat yang sesuai dengan kondisi kaumnya. Nabi-nabi tersebut
menyampaikan risalah dengan berbagai gaya, ada yang dengan
argumentasi dan ada yang tidak. Rasul yang berbeda-beda tersebut
dibingkai dalam satu agama yang satu, yaitu Islam. Semua nabi,
sebagaimana yang disebut dalam al-Qur’an, adalah Muslim.
Islam, sebagai agama para nabi, mempunyai karakteristik yang
berbeda, khususnya masa nabi-nabi sebelum dan sampai Nabi
Muhammad. Agama yang berevolusi ini, akhimya mengambil
bentuk finalnya pada masa Nabi Muhammad. Agama inilah yang
diyakini sebagai agama yang paling sempurna.[]

Daftar Pustaka
Arkoun, Mohammed. 1996. Rethingking Islam. Yogyakarta: LPMI
dan Pustaka Pelajar.
Ash-Shabuni, Muhammad Ali. 2001. Kenabian dan Riwayat Para
Nabi. Jakarta: PT. Lentera Basritama.
Bahjat, Ahmad. 1995. Sejarah Nabi-Nabi Allah SWT. Jakarta: PT.
Lentera Basritama, Cet. Ke-2.
Ghafur, Waryono Abdul. 2008. Millah Ibrahim dalam al-Mizan fi
Tafsir al-Qur’an Karya Muhammad Husein ath-Thabathaba’i.
Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Ibnu Katsir. 2003. Kisah Para Nabi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Izuttsu, Toshiko. 1995. Etika Beragama dalam Qur’an. Jakarta:
Pustaka Firdaus.
Madjid, Nurcholis. 1992. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta:
Yayasan Wakaf Paramadina.
Madjid, Nurcholis. 1995. Islam Iman, dan Ihsan Sebagai Trilogi Ajaran
Ilahi dalam Kontekstualiasai Islam dalam Sejarah. Jakarta:
Paramadina.
Manaf, Mudjahid Abdul. 1996. Sejarah Agama-Agama. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Muthari, Murtadha. 2007. Manusia dan Agama Membumikan Kitab
Suci. Bandung: Mizan.

Vol. 10, No. 2, November 2014


412 Imam Ibnu Hajar

Rahman, Fazlur. 1983. Tema-Tema Pokok al-Qur’an. Terj. Anas


Mayuddin. Bandung: Pustaka.
Al-Tsa’labi, Abu Ishaq Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim. T.Th.
Qis}as} al-Anbiyâ’. T.K: Dâr al-Fikr.
Yusuf, Yunan. 1995. “Implikasi Sosial Keagamaan Muhammad
Sebagai Penutup Utusan Allah SWT”, Dalam Kontekstualisasi
Islam dalam Sejarah. Jakarta, Paramadina.

Jurnal TSAQAFAH
AGAMA DAN ASAL USULNYA
menurut
Edward Burnett Tylor & James George Frazer
Oleh:
Ananda Emiel, Arifah, Tutik Nurul Fadhilah dan Mumtazah kamilah
Pengertian Agama
Berbicara mengenai agama, setiap individu tentu memiliki persepsi atau
pemahaman yang berbeda-beda tentang definisi agama itu sendiri. Di antaranya ada yang
berpikir bahwa agama merupakan pedoman dalam menjalani kehidupan, agama adalah
kepercayaan terhadap sesuatu yang lebih luhur dari manusia, serta berpikir bahwa agama
merupakan rangkaian tindakan khas seperti berdoa, beribadah, dan menyajikan sesaji.
Adapun kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, a berarti tidak, gam berarti pergi atau
berjalan, dan a berarti sifat atau keadaan. Jadi, agama merupakan suatu sifat atau keadaan
yang kekal dan tidak berubah (Ensiklopedia Indonesia I).

Adapun Taylor dan Frazer berpendapat bahwa agama merupakan suatu


kepercayaan yang spiritual. Taylor beranggapan demikian atas dasar pemikiran jika
agama adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang agung, maka suku-suku tertentu tidak
akan masuk ke dalam definisi tersebut. Inti dan sumber agama adalah religiositas atau
perasaan kesadaran yang dimiliki manusia.

Asal Usul Agama

Edward Burnett Tylor

Tylor memiliki pandangan bahwa mitos merupakan salah satu jalan yang harus
ditempuh untuk mengetahui asal-usul agama, karena mitos lahir dari penggabungan ide-
ide yang logis, serta di dalamnya juga menerangkan fakta-fakta alam dan hidup dengan
bantuan analogi dan komparasi. Pada dasarnya orang-orang dahulu menganggap mitos
untuk menggambarkan sesuatu, seperti penggambaran kekuatan alam misalnya.

Mengenai asal agama, Tylor juga berpendapat bahwa kita tidak akan dapat
menjelasakan sesuatu jika kita tidak mengetahui hakekat dari sesuatu tersebut. Berangkat
dari hal ini kita harus lebih dulu tahu apa hakekat dari agama dan mendefinisikannya jika
ingin tahu lebih dalam tentang agama. Definisi awal yang diusulkan tylor mengenai hal
ini adalah agama sebagai “keyakinan terhadap sesuatu yang spiritual”. Menurutnya
definisi tersebut bisa diterima banyak orang karena memiliki cakupan yang luas,
sederhana dan cukup gamblang. Apabila kita cermati setiap agama yang ada hampir
semua memiliki kepercayaan terhadap roh. Menurut tylor, jika kita ingin menjelaskan
agama, pertanyaan pertama yang harus dijawab adalah; “Bagaimana dan kenapa awal
mulanya manusia mulai mempercayai keberadaan sesuatu sebagai sebuah roh? Untuk
pertanyaan ini tidaklah mudah untuk dijawab secara ilmiah dan bersifat umum. Apabila
menggunakan persepktif islam, mereka akan menjawab sebagaimana dogma yang mereka
pelajari dan yakini, tentunya bukan jawaban yang diinginkan dari pertanyaan tersebut.

Lalu pengamatan seperti apakah yang dilakukan oleh orang-orang primitif dahulu
yang awam akan agama, ketuhanan dan lain-lainnya? Dalam hal ini tylor memandang
jauh ke dalam masa pra-sejarah untuk merekontruksi pemikiran paling awal mengenai
konsep agama. Pada mulanya mereka para primitif menalar tentang hal sederhana yang
ada dalam kehidupannya, mereka menganggap bahwa setiap kehidupan disebabkan oleh
sejenis roh atau prinsip spiritual.

Taylor berspekulasi bahwa yang berdampingan dengan manusia adalah mati dan
mimpi, ini merupakan fenomena yang menimbulkan pertanyaan dalam masyarakat
primitife. Dari pertanyaan ini lahirlah konsep jiwa ( Anima/Animisme). Ketika bermimpi
jiwa kita pergi dulu lalu kemudian kembali saat terbangun. Sementara ketika mati
jiwanya tak kembali, pergi entah kemana. Maka dia meyakini bahwa ada kekuatan yang
maha di luar diri kita munculah konsep kepercayaan terhadap ruh (animisme) yang
diekspresikan lewat ritual-ritual. (Daniel L. Pals, 2011:30-44)

James George Frazer

J.G Frazer: “Abad agama dimanapun selalu didahului oleh abad Magis” (Mariasusai
dhavamony, 1995:50)

Frazer adalah salah satu orang yang menobatkan dirinya sebagai murid Tylor.
Jadi, teori yang dikemukakannya kebanyakan menginduk dari teori Tylor dan ditambah
dengan sentuhan ide yang murni dari pemikirannya sendiri. Termasuk teori survival yang
dibangun oleh Tylor. Teori tersebut mengatakan bahwa fakta yang paling mendasar dari
kehidupan manusia , siapapun dan dimanapun itu adalah kebutuhan untuk bertahan hidup
(survival). Para pemburu butuh binatang untuk dimakan, petani membutuhkan matahari
dan hujan yang cukup untuk tanaman mereka.

Akan tetapi, ketika kondisi alam tidak berjalan sesuai dengan harapan mereka,
mereka akan berfikir dan berusaha apa saja agar bisa memahami alam dan berusaha untuk
mengubahnya. Jalan pertama yang mereka tempuh adalah magis1. Mereka melakukan
sesuatu yang dianggap akan bisa memaksa kekuatan supranatural untuk memenuhi
kebutuhan mereka.

Magis dibangun berdasarkan asumsi bahwa ketika satu ritual atau perbuatan
dilakukan secara tepat, maka akibat yang diharapkan akan terwujud begitupun
sebaliknya. Pada saat itu, orang-orang yang mengaku memiliki kemampuan magis, akan
memiliki kekuatan sosial yang lebih kuat. Terkadang sampai disamakan dengan
penguasa. Karena mereka adalah orang-orang yang paling tahu tentang apa yang terjadi
dengan sukunya.

Lambat laun, kekuatan magis mulai memudar karena adanya kemajuan dalam
berpikir kritis yang terjadi pada masyarakat primitive. Mereka pada akhirnya dapat
menyimpulkan bahwa magis pada dasarnya adalah isapan jempol belaka. Hal itu
didasarkan pada penemuan-penemuan ilmiah tentang alam yang sudah banyak
ditemukan. Di saat magis mulai mengalami kemunduran, agama datang menggantikan
posisinya. Jadi, hubungan Magis dan Agama disini adalah sebagai sebuah fase
perjalanan sejarah kepercayaan manusia.

Merujuk definisi agama menurut Tylor, bahwa agama didefinisikan sebagai


kepercayaan terhadap kekuatan supranatural. Tylor kemudian berkesimpulan bahwa
secara umum agama mirip dengan magis karena sama-sama didirikan di atas gabungan

1
Magis memiliki dua prinsip yakni prinsip Imitatif dan kontak. Prinsip imitative: magis yang menghubungkan dua
hal berdasarkan prinsip kesamaan. Contoh: ketika meminta hujan ahli magis akan menirukan suara Guntur. Sedang
prinsip sentuhan: magis yang didasarkan pada hokum sentuhan fisik. Contoh: ahli magis dapat mencelakakan orang
lain melalui rambut, kuku, atau secarik kain selama benjda-benda tersebut bersentuhan dengan orang tersebut.
ide-ide yang tidak kritis dan irrasional. Namun Frazer alih-alih tertarik pada persamaan
keduanya (Magis dan agama), dia malah tertarik dengan perbedaan antara keduanya.

Menurut Frazer, agamawan mengklaim bahwa kekuatan supranatural di balik


alam semesta sama sekali bukan prinsip 2 –seperti yang diklaim oleh magician- tetapi
kekuatan supranatural itu berbentuk pribadi, sesuatu yang supranatural yang disebut
tuhan. Jadi ketika ingin mengendalikan atau merubah alam yang semestinya dia lakukan
bukanlah merapalkan mantra-mantra magis melainkan berdoa kepada tuhan yang mereka
yakini. Bagi Frazer, pergantian fase magis ke fase agama adalah sebuah indicator
kemajuan intelektual manusia. Karena penjelasan yang diberikan agama tentang dunia
lebih baik ketimbang yang diberikan oleh magis. Masyarakat Magis selalu hadir dengan
paksaannya terhadap kekuatan supranatural untuk memenuhi kebutuhan hasrat pribadi.
Sedangkan masyarakat agama selalu hadir dengan permohonan kepada tuhannya yang
dilakukan secara lebih sopan. (Daniel L. Pals, 2011:56-60)

Fungsi Agama

Agama merupakan salah satu prinsip yang harus dimiliki oleh setiap manusia
untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu
agama bisa digunakan untuk menuntut kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupan
sehari-harinya. Namun, kalau dilihat secara kelompok ataupun masyarakat, maka
beberapa fungsi agama dalam kehidupan amasyarakat yaitu:

a. Fungsi edukatif (pendidikan) berfungsi menyuruh atau mengajak dan melarang yang
harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan
yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.
b. Fungsi penyelamat. Dimanapun manusia berbeda, dia selalu menginginkan dirinya
selamat. Keselamatana yang diberikan oleh agama meliputi kehidupan dunia dan
kehidupan akhirat.

2
Magis memiliki dua prinsip yakni prinsip Imitatif dan kontak. Prinsip imitative: magis yang menghubungkan dua
hal berdasarkan prinsip kesamaan. Contoh: ketika meminta hujan ahli magis akan menirukan suara Guntur. Sedang
prinsip sentuhan: magis yang didasarkan pada hokum sentuhan fisik. Contoh: ahli magis dapat mencelakakan orang
lain melalui rambut, kuku, atau secarik kain selama benjda-benda tersebut bersentuhan dengan orang tersebut.
c. Fungsi perdamaian. Melalui tuntunan agama seseorang atau sekelompok orang yang
bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dirinya sendiri, sesama,
semesta dan Tuhan. Tentu dia ataupun mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
d. Fungsi kontrol sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka terhadap
masalah-masalah sosial seperti: kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan, dan
kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak berhenti berdiam diri
menyaksikan kebatilan yang merasuki system kehidupan yang ada.
e. Fungsi pemupuk rasa solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka
persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar “civil society” (kehidupan
masyarakat) yang memukau.
f. Fungsi pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau
kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya agama terus menerus
menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
g. Fungsi kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk
mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri
tetapi juga bagi orang lain.
h. Fungsi sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan segala usaha
manusia, bukan hanya bersifat agamawi, melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia
selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, apabila dilakukan diatas niat
yang tulus karena Tuhan, maka dinilai ibadah.

A. REFERENSI
Fenomenologi Agama,Dhavamony, Mariasusai, Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Seven Theories of Religion,Pals, Danniel L., Jogjakarta: IRCiSod, 2011.

Psikologi Agama, Prof. Dr. H. Jalaluddin. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007
1

ISLAM DALAM PENGERTIAN YANG SEBENARNYA

By : Muhammad Rijal
https://www.academia.edu/38546897/ARTI_ISLAM_YG_SEBENARNYA_doc
Abstrak

Islam adalah suatu agama yang ajaran-ajarannya di wahyukan tuhan kepada


masyarakat melalui Nabi Muhammad SAW. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-
ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari
kehidupan manusia. sumber dari ajaran-ajarn yang mengambil berbagai aspek itu
adalah Al-Qur’an dan hadits. Dalam paham dan keyakinan umat islam Al-Qur’an
mengandung sabda Tuhan (kalamullah) yang di wahyukan kepada Nabi Muahammad
SAW. Berdasarkan atas sejarah pembukaan yang jelas ini kita umat islam
berkeyakinan bahwa teks Al-Qur’an yang ada sekarang betul sesuai dengan apa yang
di wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Bahwa Al-Qur’an sekarang betul
orisinal dari Nabi MuhammadSAW diakui juga oleh orang orientalis.
Hadits sebagai sumber kedua dari ajaran-ajaran islam, mengandung sunnah
(tradisi) Nabi Muhammad SAW. sunnah boleh mempunyai bentuk ucapan, perbuatan,
persetujuan secara diam dari Nabi. Ini-dua sumber asli dari ajaran-ajaran islam dalam
segala hal. Ajaran yang terpenting dari islam ialah ajaran Tauhid, maka sebagai
halnya dalam agama monoteisme atau agama Tauhid lainnya yang menjadi dasar dari
segala dasar disina ialah pengalaman tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa. Semua
soal ini di bahas dalam ilmu Tauhid atau ilmu kalam yang dalam istilah baratnya di
sebut theologi, aspek theologi merupakan aspek yang penting sebagai dasar bagi
islam.
Salah satu ajaran dasar lain dalam agama islam ialah bahwa manusia yang
tersusun dari badan dan roh itu berasal dari tuhan dan akan kembali ke Tuhan.
Selanjutnya islam berpendapat bahwa hidup manusia di dunia ini tidak bisa lepas
hidup manusia di akhirat, bahkan lebih dari itu corak hidup manusia di dunia ini
menentukan corak hidupnya di akhirat kelak. kebahagiaan di akhirat tergantung pada
hidup baik di akhirat bergantung pada hidup baik di dunia. hidup baik menghendaki
masyarakat manusia yang teratur.demikianlah terdapat peraturan-peraturan mengenai
hidup kekeluargaan (pertanian, perceraian, waris dan lain-lain). tentang hidup
ekonomi dalam bentuk jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam, perserikatan dan
lain-lain tentang hidup kenegraan, tentang kejahatan atau pidana, tentang hibungan
islam dengan non islam, tentang hubungan orang kaya dan orang miskin dan
sebagainya. semua ini di bahas dalam lapangan hukum islam yang daslam istilah
islamnya di sebut ilmu fikih, fikih memberi gambaran tentang aspek hukum islam.
2

BAB I

PENDAHULUAN

Definisi Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan


melalui Nabi Muhammad s.a.w sebagai Rosul dan ditujukan untuk seluruh
masyarakat. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya
mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber
dari ajaran-ajaran yang Dalam faham dan keyakinan umat Islam Al-Quran
mengandung firman yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Sebagai dijelaskan
dalam Al-Qur-an Surat 42 (Al-Syura) ayat 51 dan 52 mengatakan :

“Tidak dapat terjadi bagi manusia bahwa Tuhan berbicara dengannya, kecuali melalui
wahyu, atau dari belakang tabir ataupun melalui utusan yang dikirim, maka
disampaikanlah kepadanya dengan seizing Tuhan apa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Tuhan Maha Tinggi dan Maha Bijaksana Demikianlah Kami kirimkan
kepadamu roh atas perintah Kami. Dari terjemahan surat tersebut, dapat dilihat
bahwasanya wahyu dapat dilihat dalam tiga bentuk. Bentuk itu di antaranya :

Wahyu pertama kelihatannya adalah pengertian atau pengetahuan yang tiba-tiba


dirasakan seseorang timbul dalam dirinya; timbul dengan tiba-tiba sebagai suatu
cahaya yang menerangi jiwanya. Kedua, bentuk wahyu ini ialah pengalaman dan
penglihatan di dalam keadaan tidur atau di dalam keadaan trance. Di dalam bahasa
asingnya ini disebut ru'ya (dream) atau kasy (vision).

Wahyu bentuk ketiga ialah yang diberikan melalui utusan, atau malaekat,
yaitu Jibril dan wahyu serupa ini disampaikan dalambentuk kata-kata. Dan dari
bentuk-bantuk ketiga wahyu tersebut, wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad yaitu wahyu dalam bentuk ketiga, hal ini dijelaskan dalam beberapa surat
Al-Quran, diantaranya :
3

Al-Qur-an. Surat 26 (AI-Syu'ara) ayat 192-195 mengatakan :

Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Dibawa turun oleh Roh Setia
ke dalam hatimu agar engkau dapat memberi ingat. Dalam bahasa Arab yang jelas.

16 (Al-Nahl) ayat 102 menyebutkan :

Katakanlah : Roh Suci membawakannya turun dengan kebenaran dari

Tuhanmu untuk meneguhkan (hati) orang yang percaya dan untuk

menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri.

Surat 2 (Al-Baqarah) ayat 97 :

“Katakanlah siapa yang menjadi musuh Jibril maka ialah sebenarnya

yang membawanya turun ke dalam hatimu dengan seizin Tuhan untuk

membenarkan apa yang (datang) sebelumnya dan untuk menjadi petunjuk serta

kabar gembira bagi orang yang percaya”.

Selain dalam Al-Quran dalam Hadist-hadist juga dijelaskan yaitu bahwa


wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad adalah melalui Jibril. Dalam hadis
Aisyah mengenai wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi, dapat kita baca
bagaimana ketatnya Jibril merangkul beliau, sehingga beliau merasa sakit dan
kemudian disuruh mengulangi apa yang diturunkan Jibril yaitu :

"Bacalah (recite) dengan nama Tuhan yang menciptakan, menciptakan

manusia dari segumpal darah. Baca dan Tuhanmu Maha Pemurah”.

Dalam hadis lain, sewaktu ditanya bagaimana caranya wahyu turunkepada


beliau. Nabi Muhammad menerangkan: "Wahyu itu terkadang turun sebagai suara
4

lonceng dan inilah yang terberat bagiku. Kemudian ia (Jibril) pergi akupun sudah
mengingat apa yang diturunkannya. Terkadang malaikat datang dalam bentuk
manusia, berbicara kepadaku akupun mengingat apa dikatakannya".

Atas dasar ayat-ayat dan hadist-hadist inilah umat Islam yakin yang
terkandung dalam Al-Qur’an adalah firman Tuhan. Hanya kata-kata Arab yang diakui
sebagai wahyu, dan dan jika diganti dengan kata-kata Arab lain atau terjemahannya
ke dalam bahasa , semua itu bukan lagi merupakan wahyu, atau Al-Quran yang
sebenarnya. Dalam hal ini, wahyu menurut faham Islam, berlainan dari wahyu
menurut faham agama lain, umpamanya agama Kristen.

Wahyu yang dalam bentuk kata-kata itu disampaikan kepada Nabi


Muhammad, turun bukan sekaligus tetapi sepotong demi sepotong dalam masa
kurang lebih 23 tahun. Yang dilakukan Nabi pada waktu itu ialah setiap wahyu turun,
itu beliau sampaikan kepada sahabat-sahabat untuk dihafal dan untuk dicatat. Zaidbin
Ibn Sabit adalah sekretaris utama yang mencatat dalam bentuk tulisan ayat-ayat yang
diturunkan itu., Selain dari sekretaris ini disebut juga nama sahabat-sahabat lain yang
disuruh mencatat, jeperti Abu Bakar, Usman Umar, Ali, Zubair Ibn Awam, Abdullah
Ibn Sa'ad dan Ubay Ibn Kaab. Ayat-ayat itu ditulis di atas batu, tulang, pelepah
korma dan lain-lain. Penghafal-penghafal professionil, sebagai diakui oleh A.
Guillaume merupakan bahagian dari anggota masyarakat, yaitu bahagian yang tak
boleh tidak mesti ada dalam masyarakat.

Mereka semualah yang menghafal syair-syair. Arab Jahiliah dalam


keseluruhannya dan merekalah yang menyebarkannya ke daerah-daerah dan yang
meneruskannya dari generasi ke generasi, hingga terkumpul dalam bentuk buku.
Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat itu dalam bentuk buku, terjadi setelah
banyaknya sahabat-sahabat yang menghafal Al-Qur-an gugur dalam peperangan yang
timbul di zaman Abu Bakar, satu tahun sesudah wafatnya Nabi Muhammad. Dengan
gugurnya penghafal-penghafal Al-Quran dikuatirkan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an akan
5

dapat turut hilang. Maka atas anjuran Umar, Abu Bakar memerintahkan Zaid Ibn
Sabit dan sahabat-sahabat lain, ayat-ayat tersebut dibukukan dan diperbanyak
exemplarnya oleh Usman (644-655 M), dan dikirimkan ke daerah- daerah untuk
menjadi pegangan tertulis bagi umat Islam yang disana.

Sumber dari ajaran-ajaran Nabi kedua selain Al-Quran adalah Hadist, sebagai
sumber kedua dari ajaran-ajaran Islam, mengandung sunnah (tradisi) Nabi
Muhammad. Sunnah boleh mempunyai bentuk ucapan, perbuatan atau persetujuan
secara diam dari Nabi. Berlainan halnya dengan Al-Qur-an, hadis tidak dikenal
dicatat tidak dihafal di zaman Nabi. Alasan yang selalu dikemukakan ialah bahwa
pencatatan dan penghafalan hadis dilarang Nabi, karena dikuatirkan bahwa dengan
demikian akan terjadi percampur-bauran antara Al-Qur-an sebagai Sabda Tuhan dan
hadis sebagai ucapan-ucapan Nabi. Ada disebut bahwa Umar Ibn Al-Khatab.
Khalifah kedua, berniat untuk membukukan hadis Nabi, tetapi karena takut akan
terjadi kekacauan antara Al-Qur-an dan hadist, niat itu tidak jadi dilaksanakan.
Pembukuan baru terjadi di permulaan abad kedua Hijri, yaitu ketika Khalifah Umar
Abd AI-Aziz (717-720 M) meminta dari Abu Bakar Muhammad Ibn Umar dan
Muhammad Ibn Syihab Al-Zuhri, mengumpulkan hadis Nabi yang dapat mereka
peroleh. Di tahun 140 H, Malik Ibn Anas menyusun hadis Nabi dalam buku Al-
Muwatta.

Pembukuan secara besar-besaran terjadi di abad ketiga Hijri oleh Bukhari.


Muslim, Abu Daud, Al-Nasa'i, Al-Tarmizi dan Ibn Majah. Keenam buku kumpulan
hadist inilah yang banyak dipakai sampai sekarang. Karena hadis tidak dihafal dan
tidak dicatat dari sejak semula, tidaklah dapat diketahui dengan pasti mana hadis yang
betul-betul berasal dari Nabi dan mana hadis yang dibuat-buat. Diriwayatkan bahwa
Bukhari mengumpulkan 600.000 (enam ratus ribu) hadis, tetapi setelah mengadakan
seleksi, yang dianggapnya hadis orisinil hanya 3.000 (tiga ribu) dari yang 600.000 itu,
yaitu hanya setengah persen.
6

Tidak ada kesepakatan kita antara umat Islam tentang keorisinilan semua
hadis dari Nabi. Jadi berlainan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang semuanya diakui
oleh seluruh umat Islam adalah wahyu yang diterima Nabi dan kemudian beliau
teruskan kepada umatnya, dalam keorisinilan hadis terdapat perbedaan antara umat
Islam. Oleh karena itu kekuatan hadis sebagai sumber ajaran-ajaran Islam tidak sama
dengan kekuatan Al-Qur-an.

Inilah dua sumber nash dari ajaran-ajaran Islam dalam segala aspeknya.
Ajaran yang terpenting dari Islam ialah ajaran tauhid, maka sebagai halnya dalam
agama monoteisme atau agama tauhid lainnya. yang menjadi dasar dari segala dasar
di sini ialah pengakuan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa. Di samping ini
menjadi dasar pula soal kerasulan, wahyu, kitab suci yaitu Al-Qur’an, soal orang
yang percaya kepada ajaran yang dibawa Nabi Muhammad, yaitu soal mu'min dan
muslim, soal orang yang tak percaya kepada ajaran-ajaran itu yakni orang kafir dan
musyrik, hubungan makhluk, terutama manusia dengan Pencipta, soal akhir hidup
manusia yaitu sorga dan neraka, dan lain sebagainya. Salah satu ajaran dasar lain
dalam agama Islam ialah bahwa manusia yang tersusun dari badan dan roh itu berasal
dari Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tuhan adalah suci dan roh yang datang dari
Tuhan juga suci dan akan dapat kembali ke tempat asalnya di sisi Tuhan, kalau ia
tetap suci. Kalau ia menjadi kotor dengan masuknya ia ke dalam tubuh manusia yang
bersifat materi itu, ia tak akan dapat kembali ke tempat asalnya. Dalam ajaran Islam
mengenai hal ini tersimpul dalam ibadat yang mengambil bentuk salat, puasa zakat,
haji dan ajaran-ajaran mengenai moral atau akhlak Islam. Nabi Muhammad memang
mengatakan bahwa beliau datang untuk menyempurnakan pengertian budi pekerti
luhur (Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi pekerti luhur). Aspek yang
lain adalah aspek ibadat dan ajaran moral ini juga merupakan aspek penting dari
Islam. Selanjutnya Islam berpendapat bahwa hidup manusia di dunia ini tidak bisa
terlepas dari hidup manusia di akhirat, bahkan lebih dari itu corak hidup manusia di
dunia ini menentukan corak hidupnya di akhirat kelak. Kebahagiaan di akhirat
7

bergantung pada: hidup baik di dunia. Hidup baik menghendaki masyarakat manusia
yang teratur. Oleh sebab itu Islam mengandung peraturanperaturan tentang kehidupan
masyarakat manusia. Demikianlah terdapat peraturan- peraturan mengenai hidup
kekeluargaan (perkawinan, perceraian, waris dan lain-lain) tentang hidup ekonomi
dalam bentuk jual beli, sewa-menyewa,pinjam-meminjam, perserikatan dan lain-lain,
tentang hidup kenegaraan, tentang kejahatan (pidana), tentang hubungan Islam dan
bukan Islam, tentang hubungan orang kaya dengan orang miskin dan sebagainya.
Semua ini dibahas dalam lapangan hukum Islam yang dalam istilah Islamnya disebut
ilmu fikih. Fikih memberikan gambaran tentang aspek hukum dari Islam.

Semeritara itu Islam dalam sejarah mengambil bentuk kenegaraan. Dalam


perkembangannya terjadi perbedaan faham tentang organisasi negar yang semestinya.
Perbedaan faham terbesar dalam soal lembaga politik ini terdapat antara kaum Sunni
dan kaum Syi'ah. Kaum Sunni berpendapat bahwa kepala negara tidak mesti dari
keturunan Nabi melalui Fatimah dan Ali. Kaum Syi'ah sebaliknya berkeyakinan
bahwa hanya keturunan Nabi yang boleh menjadi kepala-negara. Selanjutnya terdapat
pula perbedaan faham tentang persoalan apakah jabatan kepala-negara mempunyai
sifat turun-temurun dari bapak kepada anak, ataukah pengangkatan kepala-negara
didasarkan atas kesanggupan serta keahlian dan bukan atas keturunan.

Islam sebagai negara tentu mempunyai lembaga-lembaga kemasyarakatan lain,


seperti lembaga kekeluargaan, lembaga kemiliteran, lembaga kepolisian, lembaga
kehakiman dan lembaga pendidikan. Semua ini menggambarkan aspek lembaga
kemasyarakatan dalam Islam.

Lebih lanjut lagi Islam mengajarkan bahwa Tuhan adalah Pencipta semesta
alam. Oleh karena itu perlu dibahas arti penciptaan, materi yang diciptakan, hakekat
roh, kejadian alam, hakekat aqal, hakekat wujud, arti qidam (tidak bermula) dan lain-
lain. Pemikiran dan pembahasan dalam hal-hal ini dilakukan oleh akal. Maka
8

timbullah persoalan akal dan wahyu serta falsafat dan agama. Ini semua dibahas oleh
falsafat dalam Islam.

Akhirnya Islam mempunyai wujud dalam masa. Tahun Islam mulai dihitung
dari hijrah Nabi ke Medinah di tahun 622 M dan sekarang Islam telah berusia dekat
empat belas abad. Dari Semenanjung Arabia Islam meluas ke Palestina, Suria,
Mesopotamia, Persia, India, Asia, Tengah, Malaysia, Indonesia dan Filipina di Timur,
dan ke Mesir, Afrika Utara, Spanyol dan Afrika Tengah di Barat kemudian ke Asia
Kecil dan dari sana ke Eropah Timur sampai ke Austria.

Dengan demikian Islam bukan hanya mempunyai sejarah politik yang panjang

dalam masa tetapi juga sejarah politik yang luas daerahnya. Dalam ekspansi ke Timur
dan ke Barat itu Islam bertemu dengan peradaban-peradaban klasik, terutama
peradaban Yunani dan Persia, dan kontak ini menimbulkan peradaban yang bercorak
Islam dan yang berpengaruh di masanya, bahkan mempunyai pengaruh bagi
peradaban Barat modern sekarang. Ini semua dibahas dalam sejarah kebudayaan
Islam.

Dengan adanya kontak antara Islam dan kemajuan Barat yang dimulai pada
pembukaan abad kesembilan belas yang lalu, umat Islam dipengaruhi oleh pemikiran-
pemikiran modern Barat. Dalam Islam timbullah pula pemikiran pembaharuan, yang
masih menjadi soal hangat sampai di zaman kita sekarang. Maka di samping aspek-
aspek tersebut, terdapat pula aspek modernisasi atau pembaharuan dalam Islam. Jadi
Islam, berlainan dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya mempunyai satu-dua
aspek, tetapi mempunyai berbagai aspek. Islam sebenarnya mempunyai aspek teologi,
aspek ibadat, aspek moral, aspek mistisisme, aspek falsafat, aspek sejarah, aspek
kebudayaan dan lain sebagainya.
9

Dalam pada itu aspek teologi tidak hanya mempunyai satu aliran tetapi
berbagai aliran : ada aliran yang bercorak liberal, yaitu aliran yang banyak memakai
kekuatan akal di samping ke percayaan pada wahyu dan ada pula yang bersifat
tradisionil, yaitu aliran yang sedikit memakai akal dan banyak bergantung pada
wahyu. Di antara kedua aliran ini terdapat pula aliran-aliran yang tidak terlalu liberal,
tetapi tidak pula terlalu tradisionil. Dalam aspek hokum demikian pula terdapat bukan
hanya satu mazhab, tetapi berbagai rupa mazhab dan yang diakui sekarang hanya
empat yaitu mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali.

Nyatalah bahwa Islam mempunyai berbagai rupa aspek, aliran dan mazhab.
Pengetahuan Islam hanya dari satu-dua aspek, dan itupun hanya dari satu aliran dan
satu mazhab, menimbulkan pengetahuan yang tidak lengkap tentang Islam. Islam di
Indonesia pada umumnya dikenal hanya dari aspek teologi, dan itupun hanya dari
aliran tradisionilnya, dari aspek hukum, yaitu menurut mazhab Syafi'i dan dari aspek
ibadat. Aspek-aspek lainnya, moral, mistisisme, falsafat, sejarah dan kebudayaan
serta aliran-aliran dan mazhab-mazhab lainnya kurang dikenal. Oleh karena itu
pengetahuan kita di Indonesia tentang Islam tidak sempurna. Dengan lain kata
hakekat Islam tidak begitu dikenal. Ini menimbulkan kesalah fahaman tentang Islam.

Timbul kesalah-fahaman bahwa Islam bersifat sempit dan tidak sesuai dengan
kemajuan modern. Karena mengetahui satu mazhab fikih saja, ada hal-hal yang
dianggap haram menutut Islam, sedang sebenarnya hal-hal itu haram menurut mazhab
tersebut dan tidak menurut mazhab lain. Demikian pula kesalahfahaman bahwa Islam
mengajarkan fatalisme atau jabariah, sedang ini sebenarnya adalah ajaran dari satu
aliran tertentu dalam Islam. Aliran lain mempunyai faham free will atau qadariah.
Demikian pula timbul kesalah-fahaman bahwa Islam mengajarkan kesenangan materi,
karena surga dan neraka diberi gambaran sebagai kesenangan materi dan
kesengsaraan jasmani. Ini sebenarnya hanyalah faham golongan tertentu dalam Islam,
karena kaum sufi dan kaum filosof menggambarkan sorga dan neraka sebagai
keeenangan dan kesengsaraan rohani dan intelektuil. Untuk menghilangkan
10

kesalahan-kesalahan faham itu perlulah diketahui dan diajarkan hakekat Islam, yaitu
Islam dalam segala aspeknya.

Mengetahui Islam dalam segala aspeknya secara mendetail sudah barang tentu

tidak mudah dan menghendaki masa yang panjang dan usaha yang kuat. Mungkin
orang akan menghabiskan semua umurnya untuk mengatahui itu. Dan itu memang
tidak perlu. Yang diperlukan hanyalah mengetahui aspek-aspek danaliran-aliran itu
dalam garis besarnya. Sebagai dasar, pengetahuan yang demikian sudah cukup.
Kemudian barulah orang mengadakan spesialisasi, yaitu spesialisasi dalam bidang
teologi, falsafat dan tasawuf, spesialisasi dalam bidang hukum, spesialisasi dalam
bidang sejarah kebudayaan dan sebagainya.

Mengadakan spesialisasi sebelum atau dengan tidak mengetahui aspek-aspek


dan aliran-aliran lain dalam Islam menimbulkan pengetahuan yang tidak lengkap,
bahkan yang salah tentang Islam. Untuk menghindarkannya perlulah pendekatan
lama dirobah dengan pendekatan baru.

Permasalahan yang kami bahas pada Makalah ini adalah :

1. Pengertian Islam Menurut Bahasa, Istilah, dan Al-Quran.

2. Makna dan Hakikat Islam Yang Sebenarnya


11

BAB II

Pengertian Islam Menurut Bahasa, Istilah, dan Al-Quran.

ISLAM sering disalahpahami, khususnya dengan diidentikkan dengan Muslim.


Islam dan Muslim adalah dua istilah yang berbeda. Islam adalah agama. Muslim
adalah pemeluknya. Islam sering diidentikkan dengan perilaku kaum Muslim atau
umat Islam. Padalah, sebagaimana perilaku penganut agama lainnya, perilaku
seorang Muslim belum tentu mencerminkan ajaran atau syariat Islam.

Islam adalah agama yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia
hingga akhir zaman. Islam (Arab: al-islām, ‫ ﺍﻹﺳﻼﻡ‬, "berserah diri kepada Tuhan")
adalah agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT.

Dalam Al-Quran, Islam disebut juga Agama Allah atau Dienullah (Arab: ‫) ِﻪَّﻠﺍﻟ ِﻦﻳِﺩ‬.

‫ﺟﺮُﻳ ِﻪْﻴَﻟِﺇَﻭ ﺎًﻫْﺮَﻛَﻭ ًﺎﻋْﻮَﻃ ِﺽْﺭﺍﻷَﻭ ِﺕﺍَﻭ َﺎﻤَّﺴﺍﻟ ﻲِﻓ ْﻦَﻣ َ َﻢﻠْﺳَﺃ ُﻪَﻟَﻭ َﻥ ُﻮﻐْﺒَﻳ ِﻪَّﻠﺍﻟ ِﻦﻳِﺩ َﺮْﻴَ َﻐﻓَﺃ‬
ْ َ‫َﻥ ُﻮﻌ‬

"Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-
Nya-lah berserah diri (aslama) segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan
suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan.” (QS. Ali
Imran [3] : 83).

Dien (agama) sendiri dalam Al-Quran artinya agama (QS 3:83), ketaatan (QS
16:52), dan ibadah (QS.40:65). Berikut ini ulasan tentang makna, arti, defisi, atau
pengertian Islam menurut bahasa, istilah, dan Al-Quran.

Pengertian Islam secara Harfiyah

Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih.
Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna
dasar “selamat” ( Salama ). Dari pengertian Islam secara bahasa ini, dapat
12

disimpulkan Islam adalah agama yang membawa keselamatan hidup di dunia dan di
akhirat (alam kehidupan setelah kematian).

Islam juga agama yang mengajarkan umatnya atau pemeluknya (kaum


Muslim/umat Islam) untuk menebarkan keselamatan dan kedamaian, antara lain
tercermin dalam bacaan shalat --sebagai ibadah utama-- yakni ucapan doa
keselamatan " Assalamu'alaikum warohmatullah " ( ‫ ) ﺍﻟﻠﻪ ُﺔَﻤْﺣَﺭَﻭ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ُﻡَﻼَّﺴﺍﻟ‬--semoga
keselamatan dan kasih sayang Allah dilimpahkan kepadamu-- sebagai penutup shalat.

Pengertian Islam Menurut Bahasa

Pengertian Islam menurut bahasa, kata Islam berasal dari kata aslama yang
berakar dari kata salama . Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata
aslama ini.

‫ﺇﺳﻼﻣﺎ ﻳﺴﻠﻢ ﺃﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻣﺼﺪﺭ ﺍﻹﺳﻼﻡ‬

Ditinjau dari segi bahasanya, yang dikaitkan dengan asal katanya (etimologis), Islam
memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut:

1. Islam berasal dari kata ‘salm’ ( ‫ ) ﻢْﻠَّﺴﺍﻟ‬yang berarti damai atau kedamaian.

Firman Allah SWT dalam Al-Quran:

‫ُﻢﻴِﻠَﻌْﻟﺍ ُﻊﻴِﻤَّﺴﺍﻟ َﻮُﻫ ُﻪَّﻧِﺇ ِﻪَّﻠﺍﻟ ﻰَﻠَﻋ ْﻞَّﻛَﻮَﺗَﻭ َﺎﻬَﻟ ْﺢَﻨْﺟﺎَﻓ ِ ْﻢﻠَّﺴﻠِﻟ ﻮ ُﺍﺤَﻨَﺟ ْﻥِﺇَﻭ‬

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian ( lis salm ), maka condonglah
kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

(QS. 8:61).

Kata ‘salm ’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Ini merupakan
salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang
13

mengajarkan umatnya untuk cinta damai atau senantiasa memperjuangkan


perdamaian, bukan peperangan atau konflik dan kekacauan.

‫ﻰﺘَﺣ ﻲِ ْﻐﺒَﺗ ﻲِﺘَّﻟﺍ ﻮﺍُﻠِﺗﺎَﻘَﻓ ٰﻯَﺮْﺧُﺄْﻟﺍ ﻰَﻠَﻋ ﺎَﻤُﻫﺍَﺪْﺣِﺇ ْﺖَﻐَﺑ ْﻥِﺈَﻓ ۖ ﺎَﻤُﻬَ ْﻨﻴَﺑ ﻮ ُﺍﺤِﻠْﺻَﺄَﻓ ﻮﺍُﻠَﺘَﺘْﻗﺍ َﻦﻴِﻨِ ْﻣﺆُﻤْﻟﺍ َﻦِﻣ ِﻥﺎَ َﺘﻔِﺋﺎَﻃ ْﻥِﺇَﻭ‬
َّ ٰ ‫َﺀﻲِﻔَﺗ‬
‫ﻰﻟِﺇ‬
َ ٰ ‫ﺴﻗَﺃَﻭ ِﻝْﺪَﻌْﻟﺎِﺑ َﺎﻤُﻬَﻨْﻴَﺑ ﻮﺍُﺤِ ْﻠﺻَﺄَﻓ ْﺕَﺀﺎَﻓ ْﻥِﺈَﻓ ۖ ِ َﻪّﻠﺍﻟ ِﺮْﻣَﺃ‬
ْ ِ‫ﻄﺴْﻘُﻤْﻟﺍ ُّﺐِﺤُﻳ َﻪَّﻠﺍﻟ َّﻥِﺇ ۖ ﻮﺍُﻄ‬
ِ ِ‫َﻦﻴ‬

"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah
antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada
perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

(QS. 49 : 9).

Sebagai salah satu bukti Islam merupakan agama yang sangat menjunjung
tinggi perdamaian adalah Allah SWT melalui Al-Quran baru mengizinkan atau
memperbolehkan kaum Muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-
musuhnya.

‫ﻥﺇَﻭ ۖ ﻮ ُﺍﻤِﻠُﻇ ْﻢُﻬَّﻧَﺄِﺑ َﻥﻮُﻠَﺗﺎَﻘُﻳ َﻦﻳِﺬَّﻠِﻟ َﻥِﺫُﺃ‬


ِ َّ ‫ٌﺮﻳِﺪَﻘَﻟ ْﻢِﻫِﺮْﺼَﻧ ٰﻰَﻠَﻋ َﻪَّﻠﺍﻟ‬

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya


mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong
mereka itu.” (QS. 22 : 39).

2. Islam Berasal dari kata ‘aslama’ ( ‫ ) َﻢَ ْﻠﺳَﺃ‬yang berarti berserah diri atau pasrah. Hal
ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara
ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.

Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah
perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya.
14

‫ﻦﻣَﻭ‬
َ ْ ‫ﺴﺣَﺃ‬
ْ َ‫ﺎًﻠﻴِﻠَﺧ َﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ُﻪَّﻠﺍﻟ َﺬَﺨَّﺗﺍَﻭ ۖ ﺎًﻔﻴِﻨَﺣ َﻢﻴِﻫﺍَ ْﺮﺑِﺇ َﺔَّﻠِﻣ َﻊَﺒَّﺗﺍَﻭ ٌﻦِﺴْﺤُﻣ َﻮُﻫَﻭ ِﻪَّﻠِﻟ ُﻪَﻬْﺟَﻭ َﻢَﻠْﺳَﺃ ْﻦَّﻤِﻣ ﺎًﻨﻳِﺩ ُﻦ‬

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya ( aslama wajhahu) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia
mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.” (QS. 4 : 125)

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan


seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya.

“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk


Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. 6 : 162)

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang
ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah
SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya.

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-
Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.” (QS. 3 : 83)

3. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah


SWT.

Firman Allah SWT dalam Al-Quran:

‫َﻥﻮُ ِﻤﻠْﺴَﺘْﺴُﻣ َ ْﻡﻮَﻴْﻟﺍ ُﻢُﻫ ْﻞَﺑ‬

“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS 37 : 26)

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Seorang Muslim
atau pemeluk agama Islam diperintahkan untuk secara total menyerahkan seluruh
jiwa dan raga serta harta atau apa pun yang dimiliki hanya kepada Allah SWT.
15

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara


keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. 2 : 208).

Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah
dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang
dilarang-Nya. Inilah yang disebut Takwa menuruf definisi yang populer.

Baca : Pengertian Takwa Simbol kepasrahan diri kepada Allah SWT antara lain
gerakan sujud dalam shalat.

4. Berasal dari kata ‘saliim’ ( ‫ )ٌﻢْﻴِﻠَﺳ‬yang berarti bersih dan suci.

‫ٍﻢﻴِﻠَﺳ ٍﺐْﻠَﻘِﺑ َ ّﻪَﻟﺍ ﻰَﺗَﺃ ْﻦَﻣ ﺎَّﻟِﺇ‬

"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" (QS. 26 : 89).

‫ﺐﻠَﻘِﺑ ُﻪَّﺑَﺭ َﺀﺎَﺟ ْﺫِﺇ‬


ْ ٍ ‫ٍﻢﻴِﻠَﺳ‬

"(Ingatlah) ketika ia (Ibrahim) datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci." (QS.
37: 84)

Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih,
yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian
jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di
akhirat.

5. Islam Berasal dari ‘salam’ ( ‫ ) ٌﻡَﻼَﺳ‬yang berarti selamat dan sejahtera.

‫ﺎًّﻴِﻔَﺣ ﻲِﺑ َﻥﺎَﻛ ُﻪَّﻧِﺇ ﻲِّﺑَﺭ َﻚَﻟ ُ ِﺮﻔْﻐَﺘْﺳَﺄَﺳ َﻚْ َﻴﻠَﻋ ٌﻡﻼَﺳ َﻝﺎَﻗ‬

"Berkata Ibrahim: 'Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta


ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku'." (QS. 19 :
47).
16

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa


umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan
kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.

Pengertian Islam menurut Al-Quran tersebut sudah cukup mengandung pesan


bahwa kaum Muslim hendaknya cinta damai, pasrah kepada ketentuan Allah SWT,
bersih dan suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia-akhirat jika
melaksanakan risalah Islam.

Lalu, bagaimana jika faktanya banyak pemeluk Islam (Muslim) yang tidak
beperilaku sebagaimana digambarkan dalam pengertian Islam di atas? Mudah saja
jawabnya: mereka tidak mengamalkan Islam dengan bailk dan benar, dan perilaku
mereka tidak identik dengan Islam, karena Islam dan Muslim adalah da hal yang
berbeda.

Pengertian Islam Menurut Istilah

Menurut istilah, Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi
yang diturunkan kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna
dijadikan pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat
membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia dan
akhirat.’

Secara istilah juga, Islam adalah agama terakhir yang diturunkan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi dan utusan Allah (Rasulullah) terakhir
untuk umat manusia, berlaku sepanjang zaman, bersumberkan Al-Quran dan As-
Sunnah serta Ijma' Ulama.
17

1. Islam sebagai Wahyu Ilahi

Wahyu ialah perintah atau kata-kata Allah ( ‫ ) ﺍﻟﻠﻪ ﻛﻼﻡ‬yang disampaikan kepada para
rasul-Nya. Nabi Muhammad sebagai salah seorang rasul (pesuruh) Allah Ta'ala juga
menerima wahyu yang disampaikan melalui perantaraan malaikat Jibril.

‫ ( ﻬَﻮَﻯْۖﺍﻟ ﻋَﻦِ ﻳَﻨْﻄِﻖُ ﻭَﻣَﺎ‬٣ ) ْ‫ ( ﻳُﻮﺣَﻰ ﻭَﺣْﻲٌ ﺇِﻻ ﻫُﻮَ ﺇِﻥ‬٤ ) ُ‫ ( ﺍﻟْﻘُﻮَﻯ ﺷَﺪِﻳﺪُ ﻋَﻠَّﻤَﻪ‬٥ )

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. 53 :
3-4).

Wahyu Allah kini terhimpun semuanya dalam Mushaf Al-Quran, kitab suci Umat
Islam, sebagai

sumber utama ajaran agama Islam.

2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)

“Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya,
dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami
tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah
kami menyerahkan diri.” (QS. 3 : 84)

3. Islam sebagai Pedoman Hidup .

‫َﻥﻮُﻨِﻗﻮُﻳ ٍ ْﻡﻮَﻘِﻟ ٌﺔَﻤْﺣَﺭَﻭ ﻯًﺪُﻫَﻭ ِﺱﺎَّﻨﻠِﻟ ُﺮِﺋ َﺎﺼَﺑ ﺍَﺬَﻫ‬

“Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
meyakini"

(QS. 45 : 20).
18

Islam adalah jalan hidup ( way of life). Al-Quran sebagai sumber utama ajaran Islam
menjadi bacaan wajib sekaligus panduan dalam menjalani kehidupan.

4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-
hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari
hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian
dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang
fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang
lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. 5 : 49-50)

5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus.

Allah SWT berfirman (QS. 6 : 153).

‫َﻥﻮُﻘَّﺘَﺗ ْﻢُﻜَّﻠَﻌَﻟ ِﻪِﺑ ْﻢُﻛﺎَّﺻَﻭ ْﻢُﻜِﻟَﺫ ِﻪِﻠﻴِﺒَﺳ ْﻦَﻋ ْ ُﻢﻜِﺑ َﻕَّ َﺮﻔَﺘَﻓ َﻞُﺒُّﺴﺍﻟ ﻮﺍُﻌِ َّﺒﺘَﺗ ﻻَﻭ ُﻩﻮُﻌِﺒَّﺗﺎَﻓ ﺎًﻤﻴِ َﻘﺘْﺴُﻣ ﻲِﻃﺍَﺮِﺻ َﺍﺬَﻫ َّﻥَﺃَﻭ‬

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertakwa.”

Dalam QS Al-Fatihah, umat Islam membaca doa "Tunjukkanlah kami ke jalan yang
lurus":

‫َﻢﻴِﻘَﺘْﺴُﻤْﻟﺍ َﻁﺍَﺮِّﺼﺍﻟ َﺎﻧِﺪْﻫﺍ‬

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menjelaskan, ada empat perkataan ulama tentang
makna jalan lurus ( shiratal mustaqim):
19

1. Kitabullah (Al-Quran). Ini merupakan pendapat yang diriwayatkan oleh sahabat


‘Ali dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Agama Islam. Ini merupakan pendapat Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Abbas, Al Hasan, dan
Abul ‘Aliyah rahimahumullah.

3. Jalan petunjuk menuju agama Allah. Ini merupakan pendapat Abu Shalih dari
sahabat Ibnu ‘Abbas dan juga pendapat Mujahid rahimahumullah.

4. Jalan (menuju) surga. Pendapat ini juga dinukil dari Ibnu ‘Abbas r.a.

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah mejelaskan : “Shiratal


mustaqim adalah jalan yang jelas dan gamblang yang bisa mengantarkan menuju
Allah dan surga-Nya, yaitu dengan mengenal kebenaran serta mengamalkannya”
(Taisirul Kariimir Rahman).

6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat

Islam adalah agama yang membawa pemeluknya kepada kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Dengan amal kebaikan (amal shalih) yang dikerjakannya, sesuai dengan
syariat Islam, kaum Muslim akan menjalani kehidupan yang baik, tentram, dan di
akhirat nanti pun demikian.

‫ﺴﺣَﺄِﺑ ْﻢُﻫَﺮْﺟَﺃ ْ ُﻢﻬَّﻨَﻳِ ْﺰﺠَﻨَﻟَﻭ ً َﺔﺒِّﻴَﻃ ًﺓﺎَﻴَﺣ ُﻪَّﻨَﻴِﻴْﺤُﻨَﻠَﻓ ٌﻦِﻣْﺆُﻣ َﻮُﻫَﻭ ﻰَﺜْﻧُﺃ ْﻭَﺃ ٍﺮَﻛَﺫ ْﻦِﻣ ﺎًﺤِﻟﺎَﺻ َﻞِﻤَﻋ ْﻦَﻣ‬
ْ َ‫َﻥﻮُﻠَﻤْﻌَﻳ ﻮﺍُﻧﺎَﻛ ﺎَﻣ ِﻦ‬

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan" (QS. 16 : 97).

Demikian Pengertian Islam Menurut Bahasa dan Istilah dalam Al-Quran. Semoga
kita memahami Islam dengan baik dan mampu mengamalkannya. Amin Ya Rabbal
'Alamin. Wallahu a’lam bish-shawabi. (www.risalahislam.com).*
20

Selama ini pengertian yang berkembang dalam masyarakat adalah


bahwasanya Islam adalah agama yang dibawa nabi Muhammad, pengertian ini tidak
komprehensif (menyeluruh) karena tidak memasukkan agama yang dibawa nabi-nabi
yang lain yang juga merupakan agama Islam. Dan celakanya pengertian seperti ini
menimbulkan pemahaman yang salah seperti yang kami utarakan sebelumnya.

Nah pengertian yang benar dan enak tentang Islam sebenarnya cukup sederhana yaitu
“mengikuti rasul” ya Islam adalah mengikuti rasul. Hal ini seperti yang diungkapkan
ibn Katsir dalam tafsirnya;

‫ﺣﻴﻦ ﻛﻞ ﻓﻲ ﺑﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻌﺜﻬﻢ ﻓﻴﻤﺎ ﺍﻟﺮﺳﻞ ﺍﺗﺒﺎﻉ ﻭﻫﻮ‬، ‫ ﺣﺘﻰ ﺧﺘﻤﻮﺍ ﺑﻤﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬،

Pengertian ini berdasarkan ayat:

‫َﻦﻳِﺮِﻓ َﺎﻜْﻟﺍ ُّﺐِﺤُﻳ ﺎَﻟ َﻪَّﻠﺍﻟ َّﻥِﺈَﻓ ﺍْ َّﻮﻟَﻮَﺗ ْﻥِﺈَﻓ َﻝﻮُﺳَّﺮﺍﻟَﻭ َﻪَّﻠﺍﻟ ﻮﺍُﻌﻴِﻃَﺃ ْﻞُﻗ‬

(Ali imron)

Dengan kata lain; barang siapa yg mau mengikuti rasul ia adalah muslim dan barang
siapa yg tidak mau mengikuti rasul ia adalah kafir.

Jadi ketika Allah mengutus nabi musa kepada bani Israel, maka bani Israel wajib
mengikuti nabi Musa, orang yang mengikutinya adalah muslim dan orang yang tidak
mengikutinya adalah kafir, begitu pula ketika nabi isa diutus, sampai akhirnya Allah
mengutus nabi Muhammad kepada seluruh manusia, karena itu seluruh manusia
wajib mengikutinya dan yang tidak mengikutinya disebut kafir.

Dan dengan begitu batallah ucapan orang yang mengatakan setiap orang yang
telah berpasrah kepada tuhannya adalah muslim, walaupun agamanya nasrani, yahudi,
budha, dsb. Karena bagaimana mungkin mereka disebut berpasrah atau tunduk
kepada Allah jika mereka tidak mau mengikuti Rasul terakhir yang diutusnya kepada
seluruh manusia?! Padahal Allah berfirman;
21

‫َﻪَّﻠﺍﻟ َﻉﺎَﻃَﺃ ْﺪَﻘَﻓ َﻝﻮُﺳَّﺮﺍﻟ ِﻊِﻄُﻳ ْﻦَﻣ‬

(An-Nisa 80)

Apa bisa dibenarkan orang yang mengaku berpasrah atau tunduk kepada Allah tapi
tidak mau mentaatiNya?!

2- Setiap Rasul diutus hanya dengan membawa agama Islam

Akibat dari pengertian yang salah diatas adalah timbulnya pemahaman yang
salah bahwa agama Kristen maupun yahudi mulanya adalah agama yang benar,
dengan asumsi bahwasanya nabi Isa itu diutus dengan membawa agama Kristen,
begitu pula nabi musa, diutus dengan membawa agama yahudi.

Pemahaman seperti ini jelas salah dan berbahaya, karena dengan demikian
kita telah menisbatkan kebohongan kepada nabi Isa dan nabi Musa. Allah telah
menegaskan bahwa agama yang diridloinya itu cuma satu yaitu Islam, jadi bagaimana
mungkin Ia mengutus para rasul dengan membawa agama selain Islam?!

Allah berfirman;

‫ُﻡﺎَﻠْﺳِﺈْﻟﺍ ِﻪَّﻠﺍﻟ َﺪْﻨِﻋ َﻦﻳِّﺪﺍﻟ َّﻥِﺇ‬

(Ali Imron)

Begitu juga Allah swt tidak akan mau menerima siapapun yg beragama selain agama
Islam,

‫ﻦﻣَﻭ‬
َ ْ ‫َﻦﻳِﺮِﺳﺎَﺨْﻟﺍ َﻦِﻣ ِﺓَﺮِﺧَﺂْﻟﺍ ﻲِﻓ َﻮُﻫَﻭ ُﻪْﻨِﻣ َﻞَ ْﺒﻘُﻳ ْﻦَﻠَﻓ ﺎًﻨﻳِﺩ ِﻡﺎَﻠْﺳِﺈْﻟﺍ َﺮْﻴَﻏ ِﻎَﺘْﺒَﻳ‬

(Ali Imron)

Apakah masuk aqal Allah mengutus rasul mengajak kepada agama selain
Islam sedang Allah tidak mau menerima orang yang beragama selain Islam?!
22

Rasul saw bersabda:

‫ﻭﺍﺣﺪ ﻭﺩﻳﻨﻬﻢ ﺷﺘﻰ ﻭﺍﻣﻬﺎﺗﻬﻢ ﻋﻼﺕ ﻣﻦ ﺍﺧﻮﺓ ﺍﻻﻧﺒﻴﺎﺀ‬

(HR Ahmad)

Simaklah ucapan nabi ibrahim dan nabi Ya’kub kepada putranya:

‫ﺻﻭَﻭ‬
َ َّ‫ﻰﻔَﻄْﺻﺍ َﻪَّﻠﺍﻟ َّﻥِﺇ َّﻲِﻨَﺑ ﺎَﻳ ُﺏ ُﻮﻘْﻌَﻳَﻭ ِﻪﻴِﻨَﺑ ُﻢﻴِﻫﺍَﺮْﺑِﺇ ﺎَﻬِﺑ ﻰ‬
َ ‫َﻥﻮُﻤِ ْﻠﺴُﻣ ْﻢُﺘْﻧَﺃَﻭ ﺎَّﻟِﺇ َّﻦُﺗﻮُﻤَﺗ ﺎَﻠَﻓ َﻦﻳِّﺪﺍﻟ ُﻢُﻜَﻟ‬

(Al-Baqoroh 132)

Begitu juga ucapan nabi Musa kepada kaumnya;

‫َﻦ ِﻴﻤِﻠْﺴُﻣ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْﻥِﺇ ﻮﺍُﻠَّﻛَﻮَﺗ ِﻪْﻴَﻠَﻌَﻓ ِﻪَّﻠﺎﻟِﺑ ْﻢُﺘْﻨَﻣﺁ ْ ُﻢﺘْﻨُﻛ ْﻥِﺇ ِﻡْﻮَﻗ ﺎَﻳ ﻰَﺳﻮُﻣ َﻝﺎَﻗَﻭ‬

Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawakkallah
kepada-Nya saja, jika kamu benar-benar orang-orang muslim” (Yunus 83)

Lihat pula ucapan Hawaary nabi Isa, kepada beliau;

‫َﻥﻮُﻤِﻠْﺴُﻣ ﺎَّﻧَﺄِﺑ ْﺪَﻬْﺷﺍَﻭ ِﻪَّﻠﺎﻟِﺑ ﺎَّﻨَﻣﺁ ِ ّﻪَﻠﺍﻟ ُﺭﺎَﺼْﻧَﺃ ُﻦْﺤَﻧ َﻥﻮُّﻳِﺭ َﺍﻮَﺤْﻟﺍ َﻝﺎَﻗ‬

Para Hawaary berkata “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami beriman


kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah kaum muslimin”
(Ali imron 51)

Semua hal tadi menunjukkan kalau nama “Islam” sudah digunakan sejak lama ,
semenjak nabi Ibrahim bahkan semenjak nabi Nuh, karena beliaulah rasul yang
pertama.

Demikianlah, dan hendaklah ini menjadi perhatian bagi segenap kaum muslimin, dan
sebagai penutup, hendaklah kita senantiasa berpegang kepada agama Islam, kepada
Alquran dan sunnah Rasul, agar kelak dapat meninggal dalam keadaan muslim.

‫ِﻠْﺴُﻣ ْﻢُ ْﺘﻧَﺃَﻭ ﺎَّﻟِﺇ َّﻦُﺗﻮُﻤَﺗ ﺎَﻟَﻭ ِﻪِﺗ َﺎﻘُﺗ َّﻖَﺣ َﻪَّﻠﺍﻟ ﻮﺍُﻘَّﺗﺍ ﻮﺍُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺎَﻬُّﻳَﺃ ﺎَﻳ‬
23

BAB III

Makna dan Hakikat Islam Yang Sebenarnya

Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada


masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad s.a.w, sebagai Rasul. Islam pada
hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi
mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran-ajaran yang
menganut berbagai aspek itu ialah Al-Qur-an dan hadis.

. Sebagai dijelaskan Al-Qur-an, wahyu ada tiga macam Surat 42 (Al-Syura) ayat 51
dan 52 mengatakan :

Tidak dapat terjadi bagi manusia bahwa Tuhan berbicara dengannya, kecuali melalui
wahyu, atau dari belakang tabir ataupun melalui utusan yang dikirim, maka
disampaikanlah kepadanya dengan seizin Tuhan apa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Tuhan Maha Tinggi dan Maha Bijaksana Demikianlah Kami kirimkan
kepadamu roh atas perintah Kami.

Wahyu dalam bentuk pertama tersebut di atas kelihatannya adalah pengertian


atau pengetahuan yang tiba-tiba dirasakan seseorang timbul dalam dirinya; timbul
dengan tiba-tiba sebagai suatu cahaya yang menerangi jiwanya. Wahyu bentuk kedua,
ialah pengalaman dan penglihatan di dalam keadaan tidur atau di dalam keadaan
trance. Di dalam bahasa asingnya ini disebut ru'ya (dream) atau kasy (vision). Wahyu
bentuk ketiga ialah yang diberikan melalui utusan, atau malaekat, yaitu Jibril dan
wahyu serupa ini disampaikan dalam bentuk kata-kata. Bahwa wahyu yang dalam
Al-Qur-an. Surat 26 (AI Syu'ara) ayat 192-195 mengatakan : diturunkan kepada Nabi
Muhammad adalah wahyu dalam bentuk ketiga, dijelaskan juga:

Sesungguhnya ini adalah wahyu Tuhan semesta alam. Dibawa turun oleh Roh Setia
ke dalam hatimu agar engkau dapat memberi ingat. Dalam bahasa Arab yang jelas.
24

Selanjutnya Surat 16 (Al-Nahl) ayat 102 menyebutkan :

Katakanlah : Roh Suci membawakannya turun dengan kebenaran dari Tuhanmu


untuk meneguhkan (hati) orang yang percaya dan untuk menjadi petunjuk serta kabar
gembira bagi orang yang berserah diri. nBahwa yang dimaksud dengan Roh Setia dan
Roh Suci adalah Jibril (Gabrial) dijelaskan oleh Surat 2 (Al-Baqarah) ayat 97 :

“Katakanlah siapa yang menjadi musuh Jibril maka ialah sebenarnya yang
membawanya turun ke dalam hatimu dengan seizin Tuhan untuk membenarkan apa
yang (datang) sebelumnya dan untuk menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi
orang yang percaya”.

Ummat islam mempunyai keyakinan bahwa apa yang terkandung dalam


Al.Quran adalah sabda tuhan dengan kata lain teks arab yang tersebut dalam kitab
suci itu adalah wahyu dari tuhan . hanya kata-kata arab lain sungguh pun sinonimnya,

itu tdak di akui wahyu Zaid ibn sabit adalah sekertaris umat yang mencatat dalam
bentuk tulisan ayat-ayaat yang di turun kan itu, selain dari sekertaris ini disebut juga
nama – nama sahabat lain yang di suruh mencatat,seperti Abu Bakar, Usman , Umar,
Alizubair ibn awwam , Abdullah ibn saad ,dan ubbay ibnu kaab , ayat-ayat itu di tulis
di atas batu, tulang pelepah korma.

Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat itu salam bentuk buku,terjadi setelah


banyaknya sahabat-sahabaat yang mebghafal Al.Quran gugur dalam peperangan yang
timbul di zaman abu bakar,dengn penghafal-penghafal Al.Quran dikuatirkan ayat-
ayaat AL.Quran akan dapat turun hilang, maka atas anjuran Umar, Abu Bakar
memeritah kan Zaid ibn sabit dan sahabat-sahabaat lain , utuk mengumpulkan ayat-
ayat tersebut di atas butu, tulang-tulang, pelepah korma dan di hafal oleh sahabat-
sahabat itu dalam bentuk stu buku, buku itu pun di perbanyak oleh usman, daan
dikirim kan ke daerah-daerah untuk menjadi pegangan tertulis bagi umat islam yang
25

ada d sana, dari teks usman ini lah kopi- kopi selanjutnya di tulis dan di cetak,
berdasarkn atas sejarah pembukuan yang jelas ini kita umat islam berkeyakinan
bahwa teks Al.Quran yang ada sekarang betul sesuai dengan apa yang di wahyukan
kepada Nabi Muhammad. Demikian lah teks Al.Quran adalah orisinal dari Nabi
adalah wahyu yang beliau terima dari Tuhan melalui jibril dalam bentuk kata-kata
yang di dengan dan di hafal, dan bukan dalam bentuk pengetahuan yang di rasakan
dalam hati atau yang di alami dan di lihat dalam mimpi atau keadaan,semua soal ini
di bahas oleh ilmu tauhid atau ilmu kalam yang dalam istilah beratnya di sebut
teologi. Aspek teologi merupakan aspek penting sebagai dasar agama islam, salah
satu ajaran lain dalam islam ialah bahwa manusia tersusun dari badan dan roh itu
berasal dari tuhan, tuhan adalah suci dan roh yang datang dari tuhan juga suci dan
akan dapat kembali ke tempat asalnya di sisi tuhan kalo ia tetap suci. kalo ia menjadi
kotor dan masuknya ia ke dalam tubuh manusia yang bersifat materi itu, ia tak akan
dapat kembali ke tempat asalnya . oleh karna itu harus di usahakan supaya roh tetap
suci dan manusia menjadi baik.

Ajaran islam mengenai hal ini tersimpul dalam badat bayang mengammbil
bentuk sholat, puasa, zakat, haji dan ajaran-ajran mengenai moral atau akhlak islam

Selanjutnya islam berpendapat bahwa hidup manusia di dunia ini tidak bisa terlapas
dari hudup manusia di akhirat bahkan lebih dari itu corak hidup manjusia ini
menentukan hidupnya di akhirat kelak . kebahagiaan diakhirat bergantung pada hidup
baik didunia . hidup baik mengenai msyarakat manusia yang teratur. oleh sebab itu
islam mengandung peraturan-peraturan kehidupan masyarakat manusia. demikianlah
terdapat peraturan-perauran mengenai hidup kekeluargaan , ekonomi dalam bentuk
jual beli, sewa menyewa perserikatan dan lain-lain. semua ini dibahas dalam lapangan
hokum islam yang dalam istilah islam nya disebut ilmu fikih , fikih memberikan
gambaran tentang aspek hokum islam.
26

Sementara itu islam dalam sejarah mengambil bentuk kenegaraan dalam


perkembangan terjadi perbedaan paham tentang organisasi Negara yang semestinya.
perbedaan paham terbesar dalam soal lembaga politik ini terdapat kaum muslimin dan

kaum syiah sunni, kaum sunni berpendapat bahwa kepala Negara tidak mesti dari
keturunan nabi melalui Fatimah dan ali kaum syiah sebaliknya beryakinan bhwa
hanya keturunan nabi yang boleh menjadi kepala Negara. selanjutnya
terdapatperbedaan paham persoalan apakah jabatan kepala negara bersifat turun
temurun dari bapak kepada anak, ataukah pengangkatan kepada kepala Negara
didasarkan kesanggupan serta keahlian dan bukan atas keturunan.

Islam sebagai Negara tertentu mempunyai lembaga-lembaga kemasyarakatan


lain, seperti lembaga kenegaraan , lembaga kemiliteran , lembaga kepolisian, lembaga
kehakiman, dan lembaga pendidikan semua ini menggambarkan aspek lembaga
kemasyarakatan dalam islam lebih lanjut islam mengajarkan bahwa tuhan pencipta

semesta alam oleh karena itu perlu dibahas arti penciptaa, materi yang di ucapkan,
hakikat roh, kejadian alam, hakikat akal, hakikat wujud, arti qidam ( tidak bermula)
dan lain-lain. Pemikiran dan pembahasa dalam hal-hal ini dilakukan oleh akal . maka
timbullah persoalan akal dan wahyu serta falsafah dan agama. ini semua dibahas oleh
falsaffah dalam islam. Akhirnya islam mempunyai wujud dalam islam tahun islam
mula dihitung dari hijrah nabi ke madinah di tahun 622 M dan sekarang islam
berusia dekat 14 abad dari semenanjung Arabia, tengah, Malaysia Indonesia dan
Filipina di timur dan mesir, afrika utara, spanyol dan afrika tengah, di barat kemudian
ke Asia kecil dan dari sana ke eropa timur sampai ke Australia dengan demikian
islam bukan hanya mempunyai sejarah politik yang panjang dalam masa tetap juga
sejarah poitik yang luas daerahnya. dalam ekspansi ketimur dan barat itu islam
bertemu dengan peradaban-peradaban klasik, terutama peradaban yunani dan persia ,
dan kontak ini menimbulkan peradaban bercorak islam yang berpengaruh dimasanya,
27

bahkan mempunyai pengaruh bagi peradaban barat sekarang, ini semua di bahas
dalam SKI.

Dengan adanya kontak antara islam dan kemajuan barat yang dimulai pada
pembukuan pada abad ke 19 yang lalu, umat islam dipengaruhi oleh pemikiran-
pemikiran modern barat dalam islam timbullah pula pemikiran pembaruan, ya ng
masih soal hangat sampai zaman kita sekarang. maka disamping aspek-aspek tersebut,
terdapat pula spek modernisasi atu pembaruan dalam islam. Jadi islam berlainan
dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya mempunyai satu dua aspek tetapi
mempunya berbagai aspek. Islam sebenarnya mempunyai aspek teologi aspek ibadat,
aspek moral, aspek misticisme., aspek falsafah, aspek sejarah , aspek kebudayaan dan
lain sebagainya.

Untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan itu perlulah diketahui dan di


ajarkan hakikat islam, yang islam dalam segala aspeknya , mengetahui islam dalam
segala aspeknya secara mendetail sudah tentu tidak mudah dan menghendaki masa
yan tidak panjang dan usaha yang kuat.
28

BAB IV

A. KESIMPULAN

Islam adalah agama yaitu agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan


kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul. islam pada
hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi
mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. sumber dari ajaran-ajaran yang
mengambil berbagai aspek itu ialah Al-quran dan hadis.

Selanjutnya islam berpendapat bahwa hidup manusia di dunia ini tidak bisa
terlapas dari hudup manusia di akhirat bahkan lebih dari itu corak hidup manjusia ini
menentukan hidupnya di akhirat kelak . kebahagiaan diakhirat bergantung pada hidup
baik didunia . hidup baik mengenai msyarakat manusia yang teratur. oleh sebab itu
islam mengandung peraturan-peraturan kehipan masyarakat manusia. demikianlah
terdapat peraturan-perauran mengenai hidup kekeluargaan , ekonomi dalm bentuk
jual beli, sewa menyewa perserikatan dan lain-lain. semua ini dibahas dalam lapangan
hokum islam yang dalam istilah islam nya disebut ilmu fikih , fikih memberikan
gambaran tentang aspek hokum islam.

Islam mengajarkan bahwa tuhan pencipta semesta alam oleh karena itu perlu
dibahas arti penciptaa, materi yang diucapkan, hakikat roh, kejadian alam, hakikat
akal, hakikat wujud, arti qidam (tidak bermula) dan lain-lain. pemikiran dan
pembahasa dalam hal-hal ini dilakukan oleh akal . maka timbullah persoalan akal dan
wahyu serta falsafah dan agama. ini semua dibahas oleh falsaffah dalam islam.

B. SARAN

Sebagai penyusun, penulis merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan


makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar penulis
dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.
29

DAFTARPUSTAKA

1. Nasution Harun, Islam di tinjau dari berbagai aspeknya, Jakarta, Penerbit


Universitas Indonesia, 2001.

2. Guillaume, A., Islam , pelican Mignal, 1954 Nasution Harun, Islam di tinjau dari
berbagai aspeknya, (Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia.2001), hlm. 69

3. Makalah tentang Ulumul Qur'an Pengertian Tafsir, Ta'wil dan Terjemah

4. Makalah tentang Problem Psikologi Anak (psikologi perkembangan) Sejarah


Bahasa Indonesia, Fungsi, Kedudukan dalam

5. Makalah Pendekatan, Metode dan Teknik Pengajaran Atau Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam

6. Al-Quran Tafsir Jalalain & Tafsir Ibnu Katsir Shahih Bukhari & Shahih Muslim

7. Kuliah Al-Islam, KH Endang S. Anshari, Pustaka Bandung, 1978.

9. Dienul Islam, Drs. Nasruddin Razak, Al-Ma’arif Bandung, 1989

10. Islam in Focus, Hammudah Abdalati, American Trust Publications Indianapolis-


Indiana, 1975
JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor 1/99-114

KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA* Agama merupakan risalah yang disampaikan Tuhan kepada para
nabi-Nya untuk memberi peringatan kepada manusia. Memberi petunjuk
sebagai hukum- hukum sempurna untuk dipergunakan manusia dalam
Oleh: Muhammaddin** menyelenggarakan tata hidup yang nyata. Mengatur tanggung jawab
kepada Allah, kepada masyarakat dan alam sekitarnya. Oleh karena itu,
kewajiban semua orang untuk menyadarkan bahwa agama merupakan
Abstrak : Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kebutuhan umat manusia.
kehidupan ini di luar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia
Untuk membahas hal tersebut yang menjadi pokok masalah
mengalami kesulitan hidup, musibah dan berbagai bencana. Ia
dalam tulisan ini adalah untuk menjawab “mengapa manusia
mengeluh dan minta pertolongan kepada sesuatu yang serba
membutuhkan agama”, dengan sub pokok bahasan : Pengertian agama
maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Ini
dan agama Islam, Agama- agama Samawi dan Islam, Fungsi dan
dialami oleh setiap manusia. Naluriah ini membuktikan bahwa
kedudukan agama dalam kehidupan, dan Latar belakang perlunya
manusia perlu beragama dan membutuhkan Tuhannya. Untuk
manusia beragama.
itu manusia diperintahkan mengagungkan dan mensucikan-
Nya.
PEMBAHASAN
Kata Kunci : Kebutuhan Manusia, Naluri, Agama 1. Pengertian agama dan agama Islam
Beberapa alasan sulitnya mengartikan kata agama, sebagaimana
PENDAHULUAN yang ditulis oleh A. Mukti Ali dalam buku Universalitas dan
Pembangunan yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa pertama,
pengalaman agama adalah soal batini, subjektif dan sangat individualis
M anusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Artinya manusia sifatnya. Kedua, orang begitu bersemangat dan emosional dalam
tidak dapat hidup dan berkembang dengan baik tanpa bantuan orang lain. membicarakan agama, karena itu setiap pembahasan tentang arti agama
Hubungan manusia dengan sesama manusia dalam rangka memenuhi selalu ada emosi yang melekat erat sehingga kata agama sulit untuk
kebutuhan hidup yang kompleks, yaitu kebutuhan bersifat fisik dan didefinisikan. Ketiga, konsepsi tentang agama dipengaruhi oleh tujuan
psikis. Substansi hubungan manusia itu pada pokoknya adalah saling dari orang yang memberikan definisi tersebut. (Nata : 2011 : 8)
memenuhi kebutuhan masing- masing. Ini pertanda bahwa manusia Senada dengan itu sukarnya mencari kata- kata yang dapat
diberikan batasan-batasan tentang perbuatan yang baik untuk digunakan untuk membuat definisi agama, sebagaimana ditulis oleh
keharmonisan interaksi. Abuddin Nata yang mengutip tulisan Zakiah Daradjat bahwa karena
pengalaman agama yang subyektif, intern dan individual, dimana setiap
orang akan merasakan pengalaman agama yang berbeda dari orang lain.
* Di samping itu, tampak bahwa pada umumnya orang lebih condong
Tugas Mata Kuliah Kajian Islam Komprehensif, Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. H. Romli SA, M.Ag
kepada mengaku beragama, kendatipun ia tidak menjalankannya.
**
(Nata : 9) Beberapa pendapat di atas perlu dikemukakan dengan tujuan
Dosen Tetap Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam IAIN Raden agar dipahami begitu beragamnya dan bahkan terdapat perbedaan antara
Fatah Palembang dan Mahasiswa Program Doktor (S3) PPs IAIN
Raden Fatah Palembang seorang ahli jika dibandingkan dengan pendapat ahli yang lainnya.

99 100
Kebutuhan Manusia…, Muhammaddin JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor 1/99-114

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, agama berarti segenap kewajiban dan ingkar terhadap perintah Tuhan akan mendapat balasan
kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa dsb) serta dengan ajaran kebaktian yang menyedihkan.
dan kewajiban- kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Adapun kata religi berasal dari bahasa Latin yaitu berasal dari kata
(Poerwadarminta : 1982: 18) Agama dari sudut bahasa (etimologi) berarti relegere yang mengandung arti yang mengumpulkan dan membaca.
peraturan- peraturan tradisional, ajaran- ajaran, kumpulan- kumpulan Pengertian demikian itu juga sejalan dengan isi agama yang
hukum yang turun temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan. Agama mengandung kumpulan cara- cara mengabdi kepada Tuhan yang
asalnya terdiri dari dua suku kata, yaitu a berarti tidak dan gama berarti terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Ada yang berpendapat
kacau. Jadi agama mempunyai arti tidak kacau. Arti ini dapat dipahami kata itu berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Ajaran- ajaran
dengan melihat hasil yang diberikan oleh peraturan- peraturan agama agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Dalam agama
kepada moral atau materiil pemeluknya, seperti yang diakui oleh orang selanjutnya terdapat pula ikatan antara roh manusia dengan Tuhan, dan
yang mempunyai pengetahuan, (Abdullah : 2004 : 2) Dalam bahasa Arab, agama lebih lanjut lagi memang mengikat manusia dengan Tuhan
agama berasal dari kata ad-din, dalam bahasa Latin dari kata religi, dan (Nata : 10). Beberapa pendapat tentang definisi agama yang durumuskan
dalam bahasa Inggeris dari kata religion. Religion dalam bahasa inggeris oleh para ahli dapat dikemukakan dalam buku Islam suatu Kajian
(dinun) dalam bahasa Arab memiliki arti sebagai berikut: a. Organisasi Komprehensif yang dikarang oleh Muhammad Yusuf Musa dan dikutip
masyarakat yang menyusun pelaksanaan segolongan manusia yang oleh M. Yatimin Abdullah sebagai berikut. (Abdullah : 5)
periodik, pelaksanaan ibadah, memiliki kepercayaan, yaitu Durkheim dalam bukunya Gambaran Pertama Bagi
kesempurnaan zat yang mutlak, mempercayai hubungan manusia dengan Penghidupan Keagamaan menegaskan bahwa agama adalah alam gaib
kekuatan rohani yang leibih mulia dari pada ia sendiri. Rohani itu yang tidak dapat diketahui dan tidak dapat dipikirkan oleh akal dan
terdapat pada seluruh alam ini, baik dipandang esa, yaitu Tuhan atau pikiran manusia sendiri. Tegasnya agama adalah suatu bagian dari
dipandang berbilang- bilang. b. Keadaan tertentu pada seseorang, terdiri pengetahuan yang tidak dapat dicapai oleh ilmu pengetahuan biasa dan
dari perasaan halus dan kepercayaan, termasuk pekerjaan biasa yang tidak dapat diperoleh dengan pikiran saja. Brunetiere berpendapat bahwa
digantungkan dengan Allah SWT. c. Penghormatan dengan khusuk agama sebagai sesuatu yang lain dari biasa. Sedangkan Asy-syahrastani
terhadap sesuatu perundang- undangan atau adat istiadat dan perasaan. dalam bukunya Al-Milal wa An- Nihal berpendapat bahwa agama adalah
(Abdullah : 3) Agama semakna juga dengan kata ad-din (bahasa Arab) ketaatan dan kepatuhan yang terkadang bisa diartikan sebagai
yang berarti cara, adat kebiasaan, peraturan, undang- undang, taat dan pembalasan dan perhitungan ( amal perbuatan di akhirat).
patuh, mengesakan Tuhan, pembalasan, perhitungan, hari kiamat dan
Menurut Ath- Thanwi dalam buku Kasyaf Isthilahat Al- Funun
nasihat.( Ali : 2007 : 25).
disebutkan bahwa agama adalah intisari Tuhan yang mengarahkan orang-
Pengertian ini sejalan dengan kandungan agama yang di dalamnya
orang berakal dengan kemauan mereka sendiri untuk memperoleh
terdapat peraturan-peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Agama bisa digunakan untuk
panganut agama yang bersangkutan. Selanjutnya agama juga menguasai
menyebut agama semua nabi dan khusus untuk Islam saja. Agama
diri seseorang dan membuat dia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan
dihubungkan dengan Allah karena ia merupakan sumbernya,
menjalankan ajaran- ajaran agama. Agama lebih lanjut membawa utang
dihubungkan kepada para nabi karena mereka sebagai perantara
yang harus dibayar oleh penganutnya. Paham kewajiban dan kepatuhan
kemunculannya, dihubungkan kepada umat karena mereka memeluk dan
ini selanjutnya membawa kepada timbulnya paham balasan. Orang yang
mematuhinya.
menjalankan kewajiban dan patuh kepada perintah agama akan mendapat
balasan yang baik dari Tuhan, Sedangkan orang yang tidak menjalankan Harun Nasution dalam bukunya Islam ditinjau dari berbagai
aspeknya yang dikutip oleh Abuddin Nata memberikan definisi agama

101 102
Kebutuhan Manusia…, Muhammaddin JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor 1/99-114

sebagai berikut 1). Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia mengambil bentuk penyembahan seperti yang terdapat pada agama-
dengan kekuatan gaib yang harus di dipatuhi; 2). Pengakuan terhadap agama monoteisme dan pada akhirnya respon tersebut mengambil bentuk
adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia; 3). Mengikatkan diri dan cara hidup tertentu bagi masyarakat ang bersangkutan.
pada suatu bentuk hidup yang mangandung pengakuan pada suatu sumber Keempat, unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan suci,
yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan- dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab suci yang mengandung
perbuatan manusia; 4). Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang ajaran- ajaran agama yang bersangkutan, tempat- tempat tertentu,
menimbulkan cara hidup tertentu; 5). Suatu sistem tingkah laku (code of peralatan untuk menyelenggarakan upacara, dan sebagainya.
conduct) yang berasal dari kekuatan gaib; 6). Pengakuan terhadap adanya
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa agama
kewajiban- kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib;
adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang
7). Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah
terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu
dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius nyang terdapat dalam
generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan
alam sekitar manusia; 8). Ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada
pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan
manusia melalui seorang rasul.(Nata : 14)
akhirat, yang di dalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan
Dari beberapa definisi tersebut di atas, ada empat unsur yang gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosional dan keyakinan
menjadi karakteristik agama sebagai beirkut (Nata : 15) : Pertama, unsur bahwa kebahagiaan hidup tersebut tergantung pada adanya hubungan
kepercayaan terhadap kekuatan gaib. Kekuatan gaib tersebut dapat yang baik dengan kekuatan gaib tersebut.
mengambil bentuk yang bermacam- macam. Dalam agama primitif
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa ada lima aspek yang
kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk benda- benda yang
terkandung dalam agama. Pertama, aspek asal usulnya, yaitu ada yang
memiliki kekuatan misterius ( sakti ), ruh atau jiwa yang terdapat pada
berasal dari Tuhan seperti agama samawi, dan ada yang berasal dari
benda- benda yang memiliki kekuatan misterius; dewa-dewa dan Tuhan
pemikiran manusia seperti agama ardhi atau agama kebudayaan. Kedua,
atau allah dalam istilah yang lebih khusus dalam agama Islam.
aspek tujuannya, yaitu untuk memberikan tuntunan hidup agar bahagia di
Kepercayaan pada adanya Tuhan adalah dasar yang utama sekali dalam
dunia dan akhirat. Ketiga, aspek ruang lingkupnya, yaitu keyakinan akan
paham keagamaan. Tiap-tiap agama kecuali Budhisme yang asli dan
adanya kekuatan gaib, keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di
beberapa agama lain berdasar atas kepercayaan pada sesuatu kekuatan
dunia ini dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik
gaib dan cara hidup tiap- tiap manusia yang percaya pada agama di dunia
dengan kekuatan gaib, respon yang bersifat emosional, dan adanya yang
ini amat rapat hubungannya dengan kepercayaan tersebut.
dianggap suci. Keempat, aspek pemasyarakatannya, yaitu disampaikan
Kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan secara turun temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi lain.
hidup di dunia ini dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan Kelima, aspek sumbernya, yaitu kitab suci.
yang baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang
Kata Islam berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti agama
pula. Hubungan baik ini selanjutnya diwujudkan dalam bentuk
Allah yang disyariatkan-Nya, sejak nabi Adam a.s hingga nabi
peribadatan, selalu mengingat-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya,
Muhammad SAW, kepada umat manusia. Dasar- dasar agama Islam pada
dan menjauhi larangan-Nya
setiap zaman dan bagi setiap umat, tidak berubah, yaitu tetap
Ketiga, unsur respon yang bersifat emosional dari manusia. mengajarkan agar umat manusia mengimani kepada Allah Yang Esa,
respon tersebut dapat mengambil bentuk rasa takut, seperti yang terdapat kepada para Rasul-Nya dan sebagainya. Yang berubah hanyalah hal- hal
pada agama primitif, atau perasaan cinta seperti yang terdapat pada yang berhubungan dengan syariatnya semata- mata. Syariat yang dibawa
agama- agama monoteisme. Selanjutnya respon tersebut dapat pula oleh Nabi Muhammad akan kekal, sampai hari Kiamat, karena telah

103 104
Kebutuhan Manusia…, Muhammaddin JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor 1/99-114

sesuai dengan perkembangan waktu (li kulli zaman) dan perkembangan seluruh umat manusia. Majelis Tarjih Muhammadiyah menyatakan
tempat ( li kulli makan). (Shaodiq : 1988 : 142) bahwa agama Islam adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad
Kata Islam berasal dari kata “salam “ yang artinya selamat, saw. Agama yang diturunkan tersebut dalam sunnah sahihah, berupa
aman sentosa, sejahtera, yaitu aturan hidup yang dapat menyelamatkan perintah- perintah dan larangan- larangan serta petunjuk kebaikan
manusia di dunia dan di akhirat. kata salam terdapat dalam al-Qur’an manusia. M. Natsir berpendapat bahwa agama Islam adalah agama
surat al- An’am ayat 54; surat al- A’raf ayat 46; dan surat an- Nahl ayat kepercayaan dan cara hidup yang mengandung faktor- faktor sebagai
32. Kata Islam juga berasal dari kata “ aslama’ yang artinya menyerah berikut: percaya adanya Tuhan, wahyu, hubungan antara Allah dengan
atau masuk Islam, yaitu agama yang mengajarkan penyerahan diri kepada manusia, roh manusia tidak berakhir, dan percaya bahwa keridhaan Allah
Allah, tunduk dan taat kepada hukum Allah tanpa tawar menawar. Kata adalah tujuan hidup.
aslama terdapat dalam al-Qur’an surat al- Baqarah ayat 112; surat Ali Menurut A. Mukti Ali, mengatakan bahwa agama Islam adalah
Imran ayat 20 dan 83; surat an- Nisa’ ayat 125; dan surat al-An’am ayat agama kepercayaan adanya Allah dan hukum yang diwahyukan kepada
14. utusan- utusan-Nya untuk kebahagiaan hidup manusia. Sedangkan
Kata Islam juga berasal dari kata “silmun” yang artinya Endang Saefuddin Anshari, berpendapat bahwa agama Islam adalah
keselamatan atau perdamaian, yakni agama yang mengajarkan hidup agama yang berupa wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-Nya
yang damai dan selamat. Kata silmun terdapat dalam surat al- Baqarah untuk disampailkan kepada umat manusia sepanjang masa.
ayat 128; dan surat Muhammad ayat 35. Kata islam berasal dari kata Dapat disimpulkan bahwa pengertian agama Islam adalah suatu
“sulamun’ yang artinya tangga, kesadaran, yaitu peraturan yang dapat sistem keyakinan, penyembahan dan aturan- aturan Allah yang mengatur
mengangkat derajat kemanusiaan yang dapat mengantarkan orang kepada segala kehidupan manusia dalam berbagai hubungan; baik hubungan
kehidupan yang bahagia. (Abdullah : 6) manusia dengan Allah, dengan sesama manusia dan dengan alam.
Maulana Muhammad Ali dalam mendefinisikan Islam Agama-agama Samawi dan Islam.
mengambil firman Allah surat al- Baqarah ayat 208 yang berarti: Hai Islam adalah satu-satunya agama Samawi.(Anshari : 1986 :
orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, 67-69) Sedangkan agama Nasrani dan agama Yahudi dalam bentuknya
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya yang sekarang tidak dapat lagi disebut sebagai agama murni Samawi;
syaitan itu musuh yang nyata bagimu. paling- paling dapat disebut sebagai agama semi- Samawi atau agama
Dari pengertian ini, kata Islam dekat artinya dengan kata agama semu- Samawi, karena kedua kitab suci kedua agama tersebut dalam
yang berarti menundukkan, patuh, utang, balasan dan kebiasaan. Senada bentuknya yang sekarang ini sudah sangat banyak diinterpolasi dengan
dengan itu Nurcholis Madjid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada pikiran- pikiran manusia. Bagaimana halnya dengan agama Nasrani dan
Tuhan adalah merupakan hakikat dari pengertian Islam. Pendapat para agama Yahudi dalam bentuknya yang asli tentu saja adalah agama murni-
ulama dan cendikiawan muslim antara lain sebagai berikut (Abdullah : 7) Samawi. Dan oleh karena itu, kedua agama tersebut dalam bentuknya
yang murni menurut pandangan al-Qur’an adalah Islam. Bahkan menurut
Menurut Syaikh Mahmud Syaltut mengatakan bahwa agama
al- Qur’an, agama yang dianut oleh semua nabi- nabi Allah SWT itu
yang ajarannya diturunkan melalui Nabi Muhammad saw. dan
seluruhnya adalah agama Islam.
menegaskan untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluruh umat
manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya. Sedangkan menurut Dalam al-Qur’an antara lain dijelaskan oleh Allah SWT yang
Sidang Muktamar Islam merumuskan bahwa Islam adalah agama wahyu tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 136: “ Katakanlah (hai orang-
yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-Nya untuk disampaikan kepada orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq,

105 106
Kebutuhan Manusia…, Muhammaddin JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor 1/99-114

Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan
serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. kami tidak langsung. (mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita
membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan kami Hanya tunduk gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi
patuh kepada-Nya". manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. dan adalah
Terdapat juga dalam surat Yunus ayat 72: Nabi Nuh a,s, berkata” Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dari rangkaian ayat- ayat
Aku disuruh supaya Aku termasuk golongan Muslimin yaitu orang-orang tersebut, maka jelaslah bahwa menurut al- Qur’an, Islam adalah satu-
yang berserah diri (kepada-Nya)". Di dalam surat al-Baqarah ayat 130- satunya agama murni Samawi, sepanjang masa dan tempat.
131 tercatat mengenai Nabi Ibrahim a.s. sebagai beirkut;“Dan tidak ada 2. Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan
yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh Pada zaman yang semakin sekuler ini, agama memainkan peran
dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan penting terhadap kehidupan berjuta- juta manusia. (Keene : 2006 : 6)
sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang Penyelidikan-penyelidikan menyatakan bahwa lebih dari 70 prosen
saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" penduduk dunia menunjukkan bahwa mereka menganut salah satu agama.
Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam". Diseluruh Eropa Timur, misalnya, semakin banyak orang mengikuti
Dikisahkan juga dalam surat Yusuf ayat 101 bahwa: “ Nabi Yusuf ibadat di Sinagoga, Mesjid, Kuil, dan Gereja. Dibanyak tempat di dunia,
berkata kepada Rabb-nya (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. imam, rabi dan pendeta bekerja bersama- sama untuk menciptakan dunia
Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam yang semakin baik dan damai. Sementara itu, perbedaan- perbedaan
keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh. agama juga sering menjadi pusat ketidaktenangan internasional dan
Dalam surat Yunus ayat 84, Berkata Musa: "Hai kaumku, jika kamu ketidak ketenteraman penduduk, seperti yang terjadi pada bekas negara
beriman kepada Allah, maka bertawakkallah kepada-Nya saja, jika kamu Yugoslavia, Timur tengah dan Irlandia Utara.
benar-benar orang yang berserah diri." Agama mengambil bagian pada saat- saat yang paling penting dan
Al-Qur’an mencatat dalam surat Ali- Imran ayat 52, tentang nabi pada pengalaman- pengalaman hidup. Agama merayakan kelahiran,
Isa a.s. “Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani lsrail) menandai pergantian jenjang masa dewasa, mengesahkan perkawinan
berkatalah dia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku serta kehidupan berkeluarga, dan melapangkan jalan dari kehidupan kini
untuk (menegakkan agama) Allah?" para hawariyyin (sahabat-sahabat menuju kehidupan yang akan datang. Agama juga memberikan jawaban-
setia) menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah, kami jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan- pertanyaan yang
beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami membingungkan, seperti bagaimana kehidupan dimulai, mengapa orang
adalah orang-orang yang berserah diri (muslimun).” Selanjutnya Allah menderita, apa yang terjadi terhadap manusia jika sudah mati. Mengingat
SWT mengutus seorang rasul-Nya, penutup para rasul Allah yang semuanya ini kiranya tidak mengherankan jika agama memberikan
terdahulu itu. Firman Allah dalam surat an- Nisa’ ayat 163-165, bahwa: “ banyak inspirasi terhadap karya- karya terbesar dunia ini seperti dalam
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana seni, musik dan literatur. (Keene : 7)
Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang Islam datang ketika latar sosial masyarakat Arab dipenuhi
kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, kegelapan. Budaya mereka jahiliyah, adat kebiasaannya dipenuhi angkara
Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan murka. Mereka suka poligami tanpa batas, mengubur hidup- hidup anak
Sulaiman. dan kami berikan Zabur kepada Daud. Dan (Kami telah perempuan, melegalkan perbudakan, melakukan ihdad berlebihan bagi
mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka istri yang ditinggal mati suaminya, tidak memberi harta warisan kepada
kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang kaum perempuan, dan masih banyak lagi yang lain. Inti agama yang

107 108
Kebutuhan Manusia…, Muhammaddin JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor 1/99-114

tertuang dalam lembaran teks wahyu tidak lain bertujuan membebaskan ada orang yang tahu, ia tetap berbuat baik dan menjaga diri dari yang
dari keterjeratan budaya jahiliyah tersebut. Karenanya, ketentuan syari’at dilarang Tuhan, karena ia yakin bahwa ia tetap diawasi Tuhan. Maka
dalam Islam sangat menjunjung moralitas dan nilai- nilai kemanusiaan. dengan demikian dapat dikatakan bahwa agama sangat berfungsi dam
(Yasid : 2007 : 99) Prinsip- prinsip dalam agama adalah penghilangan memiliki kedudukan yang strategis dalam menata kehidupan manusia
kesempitan dan menimalisasi taklif yang menyiratkan adanya keterkaitan untuk mendapatkan kesemalatan dirinya dan kemaslahatan bagi orang
ajaran agama dengan kemaslahatan hamba sepanjang sejarahnya. Tak lain.
hanya itu kenyataan seperti itu juga mengindikasikan bahwa hukum 3. Latar belakang perlunya manusia beragama
Tuhan dalam pengertiannya yang substantif bukanlah postulat- postulat
Sekurang- kurangnya ada tiga alasan yang melatar belakangi
teks yang sangat transenden. Sebaliknya, hukum Tuhan merupakan
perlunya manusia terhadap agama. Ketiga alasan (Nata : 20) tersebut
rangkaian panjang proses pemaknaan teks itu sendiri melalui mekanisme
dapat dikemukakan sebagai berikut yaitu:
aktualisasinya sesuai konteks kemaslahatan umat.
Pertama, fitrah manusia. Dalam konteks hal ini di antara ayat al-
Dengan kata lain, rumusan hukum Tuhan bukanlah bentuk jadi dari
Qur’an dalam surat ar- Rum ayat 30 bahwa ada potensi fitrah beragama
wahyu verbal yang masih bersifat umum dan sangat transenden.
yang terdapat pada manusia. Dalam hal ini dapat ditegaskan bahwa insan
Sebaliknya, hukum Tuhan merupakan akumulasi dari rangkaian
adalah manusia yang menerima pelajaran dari Tuhan tentang apa yang
pemaknaan teks secara kreatif dan dinamis untuk merespons aneka
tidak diketahuinya. Manusia insan secara kodrati sebagai ciptaan Tuhan
persoalan sesuai konteks masalah. Karena itu, dalam tataran praksisnya
yang sempurna bentuknya dibanding dengan makhluk lainnya sudah
hukum Tuhan mengalami proses evolusi dari yang transendental dan
dilengkapi dengan kemampuan mengenal dan memahami kebenaran dan
global menjadi diktum- diktum hukum operasional yang amat teknis
kebaikan yang terpancar dari ciptaan-Nya. Lebih jauh Musa Asy’ari
mengatur beragam persoalan kemanusiaan sesuai konteks sosio- historis
dalam buku Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam al-Qur’an yang
masing- masing komunitas hukum. (Yasid : 174)
dikutip oleh Nata bahwa pengertian manusia yang disebut insan, yang
Fungsi dan kedudukan agama dalam kehidupan manusia sebagai dalam al-Qur’an dipakai untuk menunjukkan lapangan kegiatan manusia
pedoman, aturan dan undang- undang Tuhan yang harus di taati dan mesti yang amat luas adalah terletak pada kemampuan menggunakan akalnya
dijalankan dalam kehidupan. Agama sebagai way of life, sebagai dan mewujudkan pengetahuan konseptualnya dalam kehidupan konkret.
pedoman hidup yang harus diberlakukan dalam segala segi kehidupan. Hal demikian berbeda dengan kata basyar yang digunakan dalam al-
Orang yang beragama dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, menguasai Qur’an untuk menyebut manusia dalam pengertian lahiriyahnya yang
nafsunya sesuai dengan ajaran agama. Orang yang beragama cendrung membutuhkan makan, minum, pakaian, tempat tinggal, hidup yang
berbuat baik sebanyak- banyaknya, dengan hartanya, tenaganya dan kemudian mati.
pikirannya. Dan dia akan berusaha sehabis daya upayanya untuk
Informasi mengenai potensi beragama yang dimiliki oleh manusia
menghindarkan dirinya dari segala perbuatan yang keji dan munkar.
itu dapat dijumpai dalam ayat 172 surat al- A’raf bahwa manusia secara
Selain itu agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karakter
fitri merupakan makhluk yang memiliki kemampuan untuk beragama.
pribadi dan membangun kehidupan sosial yang rukun dan damai.
Hal demikian sejalan dengan hadits Rasulullah SAW yang menyatakan
(Rousydiy : 1986 90-92)
bahwa setiap anak yang dilahirkan memiliki fitrah (potensi beragama).
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa masayarakt adalah Bukti historis dan atropologis bahwa pada manusia primitif yang padanya
kumpulan dari individu- individu. Masyarakat akan baik, manakala terdiri tidak pernah datang in formasi mengenai Tuhan, ternyata mereka
dari pribadi- pribadi yang baik. Pribadi yang baik hanya dapat dibina mempercayai adanya Tuhan, sungguhpun Tuhan yang mereka percayai
melalui ajaran agama. Oleh sebab itu orang yang beragama, walau tidak itu terbatas pada daya khayalnya. mereka misalnya, mempertuhankan

109 110
Kebutuhan Manusia…, Muhammaddin JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor 1/99-114

pada benda- benda alam yang menimbulkan kesan misterius dan positif dan negatif, namun diproleh pula isyarat bahwa pada hakikatnya
mengagumkan.kepercayaan yang demikian selanjutnya disebut dengan potensi positif manusia lebih kuat dari potensi negatifnya, hanya saja
dinamisme. dorongan dan daya tarik keburukan lebih kuat dari pada daya tarik
Beberapa hipotesis yang diajukan mengenai pertumbuhan agama kebaikan.
pada manusia. Sebagian mengatakan bahwa agama adalah produk rasa Dalam literatur teologi Islam kita jumpai pandangan kaum
takut dan sebagai akibatnya terlintaslah agama dalam kehidupan manusia. Mu’tazilah yang rasionalis, karena banyak mendahulukan akal dalam
Hipotesis lainnya mengatakan bahwa agama adalah produk dari memperkuat argumentasinya dari pada wahyu. Namun demikian, mereka
kebodohan. Hal ini sesuai dengan wataknya selalu cenderung untuk sepakat bahwa manusia dengan akalnya memiliki kelemahan. Akal
mengetahui sesuatu yang terjadi di alam ini. Hipotesis lainnya memang dapat mengetahui yang baik dan buruk, tetapi tidak semua yang
mengatakan bahwa agama adalah pendambaannya kepada keadilan dan baik dan buruk dapat diketahui oleh akal. Dalam hubungan ini, kaum
keteraturan, ketika manusia menyaksikan banyaknya kezaliman dan Mu’tazilh mewajibkan kepada Tuhan agar menurunkan wahyu dengan
ketidak adilan dalam masyarakat dan alam. Agama mengambil bagian tujuan agar kekurangan akal dapat dilengkapi oleh wahyu dalam ini
pada saat- saat yang paling penting dan pada pengalaman hidup. Agama agama. Dengan demikian secara tidak langsung kaum Mu’tazilah
mengesahkan perkawinan, agama berada dalam kehidupan pada saat- saat memandang bahwa manusia memerlukan wahyu (agama).
yang khusus maupun pada saat- saat yang paling mengerikan. (Keene : 6) Ketiga, tantangan manusia. Faktor lain yang menyebabkan
“Dengan demikian manusia sepanjang masa senantiasa beragama, manusia memerlukan agama karena manusia dalam kehidupannya
karena manusia adalah makhluk yang memiliki fitrah beragama yang oleh menghadapi berbagai tantangan baik yang datang dari dalam amupun dari
C.G.Jung disebut naturaliter religiosa (bakat beragama).”(Arifin : 1998 : luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa nafsu dan
8) Dari uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa latar belakang perlunya bisikan setan (lihat QS 12:5; 17:53). Sedangkan tantangan dari luar dapat
manusia pada agama karena dalam diri manusia sudah terdapat potensi berupa rekayasa dan upaya- upaya yang dilakukan manusia yang secara
untuk beragama. Potensi beragama ini perlu pembinaan, pengarahan, sengaja berupaya ingin memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka
pengembangan dengan cara mengenalkan agama kepada setiap manusia dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga dan pikiran yang
Kedua, kelemahan dan kekurangan manusia. Menrut Quraish dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang di dalamnya
Shihab, bahwa dalam pandangan al-Qur’an, nafs diciptakan Allah dalam mengandung misi menjauhkan manusia dari tuhan. Kita misalkan
keadaan sempurna yang berfungsi menampung serta mendorong manusia membaca ayat yang berbunyi “ Sesungguhnya orang- orang kafir itu
berbuat kebaikan dan keburukan, dan karena itu sisi dalam manusia inilah menafkahkan harta mereka untuk menghalangi orang dari jalan Allah (QS
yang oleh al-Qur’an dianjurkan untuk diberi perhatian lebih besar. Di al-Anfal,36).
antara ayat yang menjelaskan hal ini terdapat dalam surat al-Syams ayat Berbagai bentuk budaya, hiburan, obat- obat terlarang dan lain
7-8, bahwa “ Demi nafs serta penyempurnaan ciptaan, Allah sebagainya dibuat dengan sengaja.” Pada zaman semakin sekuler ini
mengilhamkan kepadanya kafasikan dan ketaqwaan”. agama memainkan peranan penting terhadap kehidupan berjuta- juta
Menurut Quraish Shihab bahwa kata mengilhamkan berarti manusia”.( Keene : 6) Untuk itu upaya mengatasi dan membentengi
potensi agar manusia melalui nafs menangkap makna baik dan buruk. Di manusia adalah dengan mengajarkan mereka agar taat menjalankan
sini berbeda dengan terminologi kaum Sufi bahwa nafs adalah sesuatu agama. Godaan dan tantangan hidup demikian itu, sangat meningkat,
yang melahirkan sifat tercela dan prilaku buruk dan dalam hal ini sama sehingga upaya mengagamakan masyarakat menjadi penting.
dengan pengertian yang terdapat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Lebih jauh Qurash Shihab berpendapat bahwa kendatipun nafs berpotensi

111 112
Kebutuhan Manusia…, Muhammaddin JIA/Juni 2013/Th.XIV/Nomor 1/99-114

Kesimpulan Doniach, NS, The Concise Oxford English- Arabic Dictionary,


New York: Oxford University Press), 1982
Tuhan menurunkan agama untuk kepentingan manusia. Agama
mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi oleh manusia. Keene, Michael, Agama- Agama Dunia, (Yogyakarta: Kanisius),
Ikatan ini mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. 2006.
Ikatan itu berasal dari kekuatan yang lebih tinggi dari manusia, sebagai Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,(Jakarta:
fitrah yang diberikan Tuhan kepada hamba-Nya. UI Press),1979
Agama sangat berguna dan mempunyai fungsi yang penting dalam
kehidupan manusia, yaitu agama merupakan unsur mutlak dalam Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
pembinaan karakter pribadi dan membangun kehidupan sosial yang rukun Persada), 2011
dan damai, mendidik agar memiliki jiwa yang tenang, membebaskan dari Poerdarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
belenggu perbudakan, berani menegakkan kebenaran, memiliki moral Balai Pustaka), 1982.
yang terpuji dan agama dapat mengangkat derajat manusia lebih tinggi
Rousydiy, T.A Lathief, Agama Dalam Kehidupan Manusia, (
dari makhluk Tuhan yang lain.
Medan: Rambow), 1986.
Kebutuhan manusia terhadap agama didasari oleh beberapa faktor
dominan, yaitu faktor fitrah, kekurangan dan kelemahan manusia dan Syahrastani, Imam al, al- Milal wa al- Nihal, (Mesir: Dar al-
faktor tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu agama adalah paket Kutub,tt).
yang sangat dan amat dibutuhkan oleh manusia. Shodiq, Kamus Istilah Agama, (Jakarta: Sienttarama), 1988
Wehr, Hans, A Dictionary of Modern Written Arabic, (New York:
tp), 1971
REFERENSI
Yasid, Abu, Nalar dan Wahyu, (Jakarta: Erlangga), 2002
Abdullah, M. Yatimin, Studi Islam Kontemporer, (Pekan Baru:
Amzah),2004
*****
Abdul Manaf, Mudjahid, Sejarah Agama Agama, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada), 1994
Anshari, Endang Saifuddin, Kuliah Al- Islam, (Jakarta: Rajawali),
1986
Arifin, HM, Menguak Misteri Ajaran Agama Agama Besar, (
Jakarta: Golden Trayon Press), 1998
Daud, Ma’mur, Shahih Muslim, (Jakarta: Widjaya), 1982
Depag.RI, Al Qur’an Dan Tafsirnya, (Semarang:Citra Effhar),
1993

113 114
MAKALAH
STUDI ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALU


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Islam merrupakan agama yang terakhir sebagai penututp semua agama


yang telah ada , islam merupakaan agama rahmatal lil alamin untuk semuia
umat islam. Islam itu di bawakan oleh nabi Muhammad SAW yang mendapat
wahyu dari Allah . Ajaran islam yang di bawah oleh nabi Muhammad SAW dari
Allah SWT berisi pedoman hidup yang mengatur hubungan mannusia dengan
tuhannya, dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan makhluk
bernyawa lainnya, dengan benda mati, dan denngan alam semesta. Ajaran ini
dapat di yakini sebagai ajaran yang di turunkan Allah SWT untuk kesejahteraan
hidup manusia di dunia dan di akhirat. untuk mengetahui islam lebih mendalam
maka munculah ilmu yang di namakan studi islam.

Seiring dinamika perkembangan zaman, kesempatan untuk mempelajari


sstudi islam dapat melaui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang
mempelajari studi islam, islam memberikan kesempatan secara luas kepada
manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara maksimal untuk
mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampauui batas dan
keluar dari rambu rambu ajaran Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian studi islam ?


2. Arti etimologis dan terminologis
3. Bagaiman Islam sebagai objek kajian
4. Bagaiman Islam normatif dan historiTujuan
B. Adapun tujuan dari permasalahan di atas yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian studi islam


2. .Mengetahui arti etimologis dan terminologis
3. Mengetahui Islam sebagi objek kajian
4. Mengetahui Islam normatif dan historis
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian studi islam

Studi islam dam bahasa inggris adalah islamic studies, dan


dalam bahasa arab adalah dirasat al-islamiya. Ditinjau dari sisi
pengertian, studi islam secara sederhana di maknai sebgai “kajian
islam”. Pengertian studi islam sesungguhnya memiliki cakupan
makna dan pengertian yang luas. Hal ini wajar adanya sebab
sebuah istilah akan memiliki makna tergantung kepada mereka
yang menafsirkannya. karena penafsir memiliki latar belakang
yang berbeda beda satu sama lainnya, baik latar belakang studi,
bidang keilmuan, pengalaman, maupun berbagai perbedaan
lainnya, maka rumusan dan pemaknaan yang di hasilkan pun
berbeda.
Selain itu, kata studi islam sendiri merupakan gabungan dari
dua kata, yaitu kata studi dan kata islam. Kata studi memiliki
berbagai pengertian. Rumusan lester crow menyebutkan bahwa
studi adalah kegiatan yang secara sengaja di usahakan dengan
maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman
yang lebih besar, atau meningkatkan suatu keterampilan.
Di kalangan umat islam, studi keislaman bertujuan untuk
memahami dan mendalami serta membahas ajaran ajaran islam
agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan
benar. Sedangkan di liuar keislaman brtujuan untuk mempelajari
seluk beluk agama dan praktik-praktik agama yang berlaku
dikalangan umat islam, yang semata mata sebagai ilmu
pengetahuan. Namun sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu
pengetahuan tentang seluk-beluk agama dan praktik-praktik
keagamaan islam tersebut bias di manfaatkan atau dugunakan
untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang bersiifat positive maupu
negative. Seperti stdi islam di barat di kenal dengan istilah islamic
studies, secara sederhana dapat di katakan sebagai usaha untuk
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama islam.
Usaha mempelajari agama islam tersebut dalam kenyataannya
bukan hanya di laksanakan oleh kalangan umat islam saja,
melainkan juga di laksanakan oleh orang-orang di luar kalangan
umat islam.

B. Arti etimologis dan terminologis studi islam

Dari segi etimologi islam dapat dii ambil dari kata”assalama” yang
berrati menyerah kepada kehendak Allah SWT, kemudian dari kata
“sillmun” yang berarti damai dengan Allah SWT dan sesama makhluk,
serta daRi kata “salimah” yang berarti selamat dunia dan akhirat. Kata
“aslama” merupakan turunan dari kata assallamu, assallam, assallamatu
yang artinya bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan batin. Dari asal
kata ini dapat di artikan bahwa dalam islam terkandung makna suci, kata
islam juga dapat di ambil dari kata asslimu dan assalmu yang berarti
perdamaian dan keamanan. Dari kata ini islam mengandung makna
perdamaian dan keselamatan, oleh karena itu kalimat “assalamualaikum”
merupakan tanda kecintaan seorang muslim kepada yang lain, karena
kalimat tersebut selalu menebarkan doa dan kedamaian kepada
sesama.kemudian dari kata assalamu, assalammu,dan assilmu yang
berarti menyerahkan diri, tunduk dan taat. Semua asal kata tersebut
bertasal dari tiga huruf;sin,lam,dan mim yang artinya sejahtera,tidak
tercela dan selamat.
Jadi studi islam secara etimologis merupakan terjemahan dari
bahasa arab di rassah islamiyah. Sedangkan studi islam d barat d kenal
dengan istilah islamic studies. Maka studi islam secara etimologi adalah

kajian mengenai hal-hal yang berkaian dengan islam. Makna ini sangat umum
sehinnggah perlu ada spesifikasi pengertian terminologi tentang studi islam
dalam kajian yang sistematis dan terpadu. Dengan perkataan Lain, studi islam
adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta
membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan
dengan agama islam,baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktik-
praktik pelaksanaannya pun sehari hahri, sepanjang sejarahnnya.

C. Islam sebagai objek kajian

Dari fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat, islam


memang menarik untuk di jadikan sebagai objek kajian dalam mengkaji
islam, tentu kita harus berpedoman pada dua sumber yakni Al-Qur’an dan
alhadits . orang yang memeluk agama islam, yang di sebut muslim adalah
orang yang bergerak menuju ketingkat eksistensi yang lebih tinggi. Demi-
kian yang tergambar dalam konotasi yang melekat dalam kata islam
apabila kita melakukan suatu kajian tentang arti islam itu sendiri. Untuk
memecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat, maka seorang
muslim mengadakan suatu penafsiran terhdap Al-Qur’an dan alhadits
sehinggah timbulah pemikiran islam, baik yangg bersiikap tekstual
maupun kontekstual. Islam sebagai agama, pemikiran atau penafsiran Al-
Qur’an dan alhadits juga sebagai objek kajian sebuah sistem yang hidup
dan dinamis. Sistem ini meliputi sebuah matriks mengenai nilai dan
konsep yang abadi, hidup dan realistis sehinggah memberikan karakter
yang unik bagi peradaban. Karena islam merupakan suatu sistem total,
maka nilai dan konseb ini menyerap setiap aspek kehidupan manusia.

Islam di sebut sebagai agama teologis juga merupakan agama


pengetahuan yang melahirkan beragam pemikiran, lahirnya pemikiran ini
memberi indiksi yanhg kuat bahwa pada dataran pemahaman dan
aktualisasi nilai islam merupakan suatu wujud keterlibatan manusia
dalam islam.
Jadi, ketika pemikiran hendak masuk dalam wilayah islam untuk di
kaji dengan beragam intensi dan motif, sudut pandang atau perspektif,
metodologi dan berbagai asprknya maka dalam proses dan bentuknya
kemudian islam dapat di pandang sebagai pemikiran.islam yang di
tunjuk d sini,tentu bukan saja apa yang terdapat dalam Al-QUR’AN dan
Al-hadist (tekstual dan skrittual) tetapi mencangkup juga islam yang
berupa pemahaman dan pengejawantahan nillai-nilainya.

Islam berbentuk nilai nilai, jika pemikiran di libatkan dalam proses


memahami dan mengaktualisasikan nya dalam sejarah pemikiran islam
terpotret bagaimana pemikiran peminat studi islam memberi andil kreatif
dan signifikan terhadap bangunan pemahaman ajaran islam dalam
berbagai dimensinya yang melahirkan berbagai jenis pengetahuan islam
(ulumul islam) seperti teologis, filsafat islam, ulumu qur’an dan hadist,
ilm- ilmu syariah dan sebagainya.

Jadi, mengkaji islam sebagai pemikiran berarti mempelajari apa yang


di pahami oleh pemikir-pemikir yang telah mengkaji ajara-ajaran islam
yang melahirkan bentuk pemahaman atau kajian tertentu.

Selanjutnyna islam sebagai objek kajian senantiasa menarik seiring


dengan perkembangannya pendekatan, disiplin ilmu dan metodologi.
Oleh karena itu pengkajian islam yang di lakukan oleh para ilmuan islam
baik dari kalangan sarjana barat tidak akan berhenti.ketertarikan pada
peneliti tampaknya lebhih merupakan kedinamisan islam dan
masyarakatnya, dan karena banyak nya tantangan yang di hadapi umat
muslim dalam mengaktualisasikan ajaran ajaran nya, kajian dari kalangan
insider lebih dalam lagi karena ingin memberikan tantangan islam dari
kalangan kontemporer.

D. Islam normatif dan islam historys

Islam normatif adalah islam pada dimensi sakral yang di akui


adanya realitas transenndental yang bersifat mutlak dan universal,
melempaui ruang dan waktu atau sering di sebut realitas ketuhanan.
Kajian islam normatik melahirkan tradiksi teks: tafsir,
teologi,fiqhi,tasauf,filsafat sebagai berikut:

a. Tafsir : Tradisi penjelasan dan pemaknaan kitab suci


b. Teologi : tradisi pemikiran tentang persoalan ketuhanan
c. Fiqhi : tradisi pemikiran dalam bidang yurisprudensi (tata hukum)
d. Tasauf : tradisi pemikiran dan laku dalam pendekatan diri pada
Tuhan
e. Filsafat : tradisi pemikiran dalam bidang hakikat pernyataan.

Kebenaran islam historys adalah islam yang tidak bisah di


lepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan
waktu. Islam yang terangkai dengan konteks kehidupan pemeluknya. Oleh
karenanya realitas kemanusiaan selalu berada di bawah realitas ketuhanan.

Dalam pemahaman kajian islam historys, tidak ada konsep


atau hukum islam yang bersifat tetap. Semua bisah berubah, mereka berprinsip
bahwa pemahaman hukm islam adalah produk pemikiran para ulama yang
muncul karna konstruk sosial tertentu.

Islam historys merupakan unsur kebudayaan yang di


hasilkan oleh setiap pemikiran manusia dalam interpretasi atau pemahamnnya
terhadapat teks, maka islam pada tahap ini terpengaruh bahkan menjadi sebuah
kebudayaan. Dengasemakin adanya problematika yang semakin kompleks,
sesuai dengan latar belakang kurtur dan sosial yang melingkupi kita, yaitu
indonesia saat ini, kit perlu memahami kontemporer yang terkaid erat sis-sisi
kemanusiaan sosial dan budaya yang melingkup kita.

Perbedaaan dalam melihat islam yang demikian itu dapat menimbulkan


perbedaan dalam menjelaskan islam itu sendiri. Ketika islam dilihat dari sudut
normatif. Maka islam merupakan agama yang di dalamnya berisi ajaran Tuhan
yang berkaitan dengan urusan akibat dan mu’amalah . sedangkan ketika islam
dilihat dari sudut historis atau bagaimanah yang nampak dalam masyarakat,
maka islam tampil dalam sebuah disiplin ilmu. Kajian islam historis melahirkan
disiplin ilmu studi empiris yaitu antropologi agama, sosialogi agama, psikologi
agama.

a. Antropologi agama : disiplin ilmu yang mempelajari tingkah laku


manusia beragama dan hubungannya dengan kebudayaan.
b. Sosiologi agama : disiplin ilmu yang mempelajari sistem relasi sosial
masyarakat dalam hubungan dengan agama.
c. Psikologi agama: disiplin ilmu yang mempelajari aspek kejiwaan
manusia dalam hubungan dengan agama.
Hubungan anatara keetiganya dapat membentuk hungan dialegtis atau
ketegangan. Hubungan dialegtis terjadi jika ada dialog bolak balik yang
saling menerangi antara teks dan konteks, sebaliknya akan terjadi
hubungan ketegangan jika salah satu menganggap yang lain sebagai
ancaman.

Menenntukan bentuk hubungan yang pas antara historys dan disiplin


studi empiris merupakan sparuh jalan untuk mengurangi ketegangan
antara kedua corak pendekatan tersebut. Ketegangan bisah terjadi, jika
masing-masing pendekatan saling menegaskan eksistensi dan
menghilangkan manfaat nilai yang melekat pada pendekatan keilmuan
yang dimiliki oleh masing-masing tradisi keilmuan.

Menurut ijtihad, Amin Abdullah bahwa hubungan antara historys dan


disiplis studi empiris ibarad sebuah koin dengan dua permukaan.
hubungan antara keduanya tidak dapat di pisahkan, tetapi secara tegas
dan jelas dapat di bedakan. Hubungan keduanya tidak berdiri sendiri-
sendiri. Dan berhadap-hadapan, tetapi keduannya teranyam, terjalin dan
terajut sedemikian rupa sehinggah keduanya menyatu dalam satu
keutuhan yang kokoh dan kompak. Walaupun secara realitas studi islam
keberadaannya tidak terbantahkan , tetapi di kalangan para ahli masi
terdapat perbedaan di sekitar permasalahan apakah studi islam dapat di
masukan kedalam bidang ilmu pengetahuan, mengingat sifat dan
karakteristik antara ilmu pengetahuan dan agama berbeda.

Merespon sinyallemen tersebut menurut Amin Abdullah, pangkal pola


kesulitan mengembangnan scope wilayah kajian studi islam atau darasah
islamiyah berakar pada kesukaran seorang agamawan untuk
membedakan antara yang bersifat normative dan histories. Pada tataran
normative keliihatan islam kurang pas kalau di katakan sebagai di siplin
ilmu, sedangkan untuk dataran histories nampak relevan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Studi islam merupakan gabungan dari dua kata yaitu kata study dan
kata islam, studi adalah kegiatan yang secara sengaja di usahakan
dengan maksud memperoleh keterangan mencapai pemahaman yang
besar atau meningkatkan suatu ketrampilan.
Study islam sesungguhnya memiliki cangkupan makna dan
memahami serta membahas ajaran-ajaran mereka melaksanakanya
dengan benar.
Secara sederhana dapat di lakukan sebagi usaha untuk mempelajari
hal-hal yang berhubungandengan agama islam.
Dari kata “silmun” yang berarti damai dengan Allah SWT serta dari
kata “Salim” yang berrati selamat dunia akhirat, dan kata
“Aslama”yang merupakan turunan dariAsslamu’alaikum yang artinya
selmat dari kecacatan lahir dan batin.
Orang yang memeluk agama islam, yang di sebut muslimah adalah
orang yang bergerak menuju ke titingkat beksistensi yang lebih tinggi,
untuk memcahkan masalah yang timbul dalam masyarakat, makah
seorang muslimah mengadakan satu penafsiran terhadap AL-Quran
dan AL-hadits sehinggah timbullah pemikiran islam, baik bersikap
tekstual kontekstual islam sebagai agama.
Islam historys meruupakan unsur kebudayaan yang dihasilkan oleh
setiap pemikiran manusia dalam interpertasi atau pemahaman terhadap
teks, kebenaran islam historys adalah islam yang tidak bisah di
lepaskan dari kesejateraan dan kehidupan manusia yang berada dalam
ruang dan waktu.

You might also like