Professional Documents
Culture Documents
185
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 2, Edisi Juli 2020
186
Widya Purnama Sari. et al. : Analisis Vegetasi Gulma ……. (8): 185-194
187
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 2, Edisi Juli 2020
Tabel 1. Gulma yang teridentifikasi pada beberapa kelas umur tanaman A. mangium
Umur
Famili Spesies Tipe Gulma
2 3 4
211 258 259 Berdaun lebar
Acanthaceae Asytasia gangetica
Poaceae Paspalum conjugatum 40 12 56 Berdaun sempit
Axonophus 21 122 14 Berdaun sempit
Imperata cylindrica 107 0 0 Berdaun sempit
Pogonatherum crinitum 99 156 102 Berdaun sempit
Amaranthaceae Alternanthera sessilis 39 99 75 Berdaun lebar
Asteraceae Mikania micrantha 7 42 16 Berdaun lebar
Rubiaceae Spermacoce alata 52 6 16 Berdaun lebar
Ondenlandia corymbosa 0 4 0 Berdaun lebar
Melastomataceae Melastoma malabathricum 1 0 0 Berdaun lebar
Climedia hirta 8 1 7 Berdaun lebar
Cyperaceae Cyperus rotundus 8 0 0 Teki
Gleicheniaceae Dicranopteris linearis 0 0 4 Paku-pakuan
Pteridaceae Pteris ensiformis 0 0 3 Paku-pakuan
Lomariopsidaceae Neprolephis bisserrata 0 0 2 Paku-pakuan
188
Widya Purnama Sari. et al. : Analisis Vegetasi Gulma ……. (8): 185-194
mangium umur 2 tahun, dan untuk paku- (31,54%), Axonophus (20,49%), A. sessilis
pakuan hanya terdapat pada lahan A. (19,50%), dan P. crinitum (14,41%). Umur 4
mangium berumur 4 tahun. Tumbuhan paku tahun gulma yang dominan adalah A.
(pteridophyta) lebih menyukai tempat gangetica (43,11%), A. sessilis (15,50%),
dengan kelembapan yang tinggi, dan P. crinitum (15,36%) (Tabel 2).
keanekaragaman jenisnya paling banyak
A. gangetica merupakan spesies yang
ditemukan di hutan tropis dibandingkan
memiliki nilai SDR yang paling tinggi pada
dengan hutan lain (Soeriatmadja, 1997).
semua kelas umur. A. gangetica tergolong
Pada pertanaman A. mangium umur 4 tahun
gulma yang toleran terhadap naungan
memiliki kelembapan 66 %. Menurut
seperti yang dilaporkan Tanasale (2010)
Hoshizaki dan Moran (1999) dalam Sugiarti
menyatakan bahwa A. gangetica merupakan
(2017) menyatakan bahwa kelembapan
gulma yang tahan dan tumbuh subur di
relatif yang baik untuk pertumbuhan paku
lahan naungan sehingga pertumbuhannya
berkisar 60-80%. Oleh karena itu tumbuhan
lebih cepat. Pada tanaman A. mangium
paku hanya ditemukan pada pertanaman A.
umur 2 tahun lebar tajuk 1,6 m sehingga
mangium umur 4 tahun dengan jumlah yang
cahaya matahari yang masuk lebih banyak,
sedikit.
sedangkan pada umur 3 dan 4 tahun lebar
tajuknya 2,9 dan 4,8 m sehingga menutupi
Dominansi gulma dibawah
gulma dibawahnya. Pada tempat yang
pertanaman A. mangium
ternaungi, A. gangetica akan tumbuh
membentuk organ-organ vegetatif yang
Gulma yang dominan dibawah
lebih banyak, sedangkan pada tempat
pertanaman A. mangim umur 2 yakni A.
terbuka akan memproduksi bunga dan biji
gangetica (38,26%), P. crinitum (14,81%)
lebih banyak (Othman & Musa 1992 dalam
dan I. cylindica (14,37%), hampir sama
Asbur 2016). Menurut Lee (1984) Purba
dengan gulma dibawah pertanaman A. (2009) kemampuan reproduksi A. gangetica
mangium umur 3 tahun yaitu A. gangetica
mencapai 27 juta biji per hektar.
Tabel 2. Nilai Summed Dominance Ratio (SDR) gulma pada tanaman A. mangium umur 2,3,
dan 4 tahun
SDR % ( tahun)
Spesies
2 3 4
Asytasia gangetica 38,26 31,54 43,11
Paspalum conjugatum 5,75 2,64 7,07
Alternanthera sessilis 5,77 19,50 15,50
Pogonatherum crinitum 14,81 14,41 15,36
Mikania micrantha 3,44 7,96 3,18
Spermacoce alata 9,49 1,57 3,43
Axonophus 2,98 20,49 2,48
Clidemia hirta 2,24 0,59 5,38
Melastoma malabathricum 0,78 0 0
Imperata cylindica 14,37 0 0
Cyperus rotundus 2,10 0 0
0ndenlandia corymbosa 0 1,30 0
Dicranopteris linearis 0 0 1,69
Pteris ensiformis 0 0 0,89
Neprolephis bisserrata 0 0 1,90
189
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 2, Edisi Juli 2020
a
b
Spesies lain yang dominan dan terdapat A. mangium yang berumur 4 tahun tajuk
pada semua kelas umur pertanaman A. tanaman sudah saling bersinggungan
mangium yaitu P. crinitum, P. conjugatum, sehingga cahaya matahari yang masuk
Axonophus dimana ketiga jenis gulma ini menjadi terhalangi dan sedikit sehingga
dapat ditemukan pada semua lokasi kelembapan tanah menjadi tinggi.
penelitian. P. crinitum hidup ditempat yang
I. cylindica, dan C. rotundus hanya
senantiasa rindang khususnya berada
terdapat pada lahan pertanaman A.
dalam hutan alam (Kusumawati, 2003).
mangium berumur 2 tahun. Kedua gulma
Tanaman A. mangium ridang pada umur 3-4
tersebut tergolong dalam tumbuhan C4 yang
tahun. Kondisi ini diduga menjadi penyebab
membutuhkan intensitas cahaya yang lebih
gulma tersebut gulma tersebut bisa
tinggi dalam proses fotosintesissnya. I.
mendominasi pada pertanaman A.
cylindica merupakan tumbuhan tidak tahan
mangium.
naungan, sehingga pertumbuhannya sangat
A. sessilis termasuk kedalam famili tertekan dalam kondisi ternaungi. Naungan
Amaranthaceae yang tergolong kedalam juga dapat menurunkan biomasa daun dan
gulma berdaun lebar. A. sessilis dapat akar rimpang alang-alang serta mengurangi
berkembang biak dengan biji, stolon, dan kemampuan gulma tersebut untuk bersaing
stek batang. Gulma A. sessilis hidup hingga dengan tanaman pokok dalam pemanfaatan
ketinggian 2650 mdpl (Caton et al., 2010). unsur hara dan air (Suryaningtyas et al.,
Ketinggian tempat di Kecamatan Sembilan 1996). Hal yang sama juga pada spesies C.
Koto berada pada ketinggian 153 mdpl rotundus dimana menurut Sastroutomo
(Badan Pusat Statistik, 2015) yang (1990) C. rotundus tidak tahan terhadap
mendukung pertumbuhan dari A. sessilis naungan, sehingga jarang ditemukan pada
untuk berkembang dan mendonasi di areal perkebunan yang tajuknya sudah
pertanaman A. mangium. Famili tertutup. Kondisi ini menyebabkan I.
Amaranthaceae mempunyai biji yang Cylindica dan C. rotundus tidak banyak
banyak, mudah menyebar serta dapat ditemukan pada lahan pertanaman A.
tumbuh pada tanah yang basah dan dapat mangium.
menyebar pada keseluruhan areal
Pada pertanaman A. mangium umur 4
pertanaman (Sastroutomo dan Sutikno,
tahun ditemukan 3 spesies gulma dari
1999).
kelompok paku-pakuan yaitu D. linearis, P.
C. hirta merupakan tumbuhan perdu ensiformis, N. bisserrata. Gulma golongan
tahunan, gulma yang tangguh, perakaran paku-pakuan suka hidup pada areal yang
kuat dan dalam, batangnya keras bila lembab, tetapi pada lokasi peneltian gulma
ditebas akan tumbuh tunas baru. Gulma ini ini tidak mendominasi. D. Linearis dikenal
tumbuh pada tanah yang lembab agak sebagai tumbuhan invasif dibeberapa
kering, lokasi terbuka atau ternaung, tempat karena mendominasi permukaan
berbunga sepanjang tahun serta tanah yang menyababkan tumbuhan lain
sebarannya meliputi 5-1.350 m dpl (Faisal terhambat pertumbuhannya. Habitat D.
2013). Berdasarkan pengamatan dilapangan Linearis adalah tebing teduh dan lembab
C. hirta dapat ditemukan pada setiap umur mulai pada ketinggian 100-1500 mdpl
tanaman A. mangium. Terutama tanaman A. (Hartanto et al., 2015). Tumbuhan paku
mangium yang berumur 4 tahun. Pada lahan hanya dapat tumbuh pada suhu tertentu,
190
Widya Purnama Sari. et al. : Analisis Vegetasi Gulma ……. (8): 185-194
Tabel 3. Keanekaragaman spesies gulma pada pertanaman A. mangium umur 2,3 dan 4 tahun
Pada Tabel 4, indeks kesamaan yang kesamaaan antara lokasi 2 dan 3 tahun
terendah itu terletak pada lokasi 2 dan 4 serta 3 dan 4 bernilai sama, yaitu sebesar
tahun yaitu sebesar 72,73% yang termasuk 80% yang termasuk dalam kriteria sangat
pada kriteria tinggi. Sedangkan indeks tinggi. Menurut Odum (1996) nilai indeks
191
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 2, Edisi Juli 2020
192
Widya Purnama Sari. et al. : Analisis Vegetasi Gulma ……. (8): 185-194
Gunn, B.V. dan Midgley, S.J. 1991. Genetic Nazif, M. 1993. Efektifitas Campuran
resources and tree improvement: Beberapa Jenis Herbisida Untuk
exploring and accessing the genetic Mengendalikan Gulma di Pertanaman
resources of four selected tropical Acacia Mangium. Buletin Penelitian
acacias. Dalam: Turnbull, J.W. (ed.) Hutan. 556: 1-21.
Advances in tropical acacia research,
Odum, E.P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi.
57–63. Prosiding ACIAR No. 35.
Yogyakarta: Gajah Mada University
Australian Centre for International
Press.
Agricultural Research, Canberra,
Australia. Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi
Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada
Hartanto, S., Rosaline dan Baskoro. A.
University Press.
2015. Pemanfaatan Serat Alami Resem
Dalam Perancangan Aksesoris Rumah. Purba, E. 2009. Keanekaragaman Herbisida
Tanggerang: Universitas Pelita Harapan. dalam Pengendalian Gulma mengatasi
Dimensi 2(12). Populasi Gulma Resisten dan Toleran
Herbisida. Pidato Pengukuhan Jabatan
Hilwan I, Mulyana D, Pananjung WD. 2013.
Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu
Keanekaraaman jenis tumbuhan bawah
Gulma pada Fakultas Pertanian
pada Tegakan Sengon Buto
diucapkan di hadapan Rapat Terbuka
(Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dan
Universitas Sumatera Utara. Medan:
Trembesi (Samanea saman Merr.) di
Universitas Sumatera Utara.
Lahan Pasca Tambang Batubara PT
Kitadin, Embalut, Kutai Kartanagara Rukmana, H. R. dan U. S. Saputra. 1999.
Kalimantan Timur. Jurnal Silvikultur Gulma Dan Teknik Pengendalaian.
Tropika 4(1):6–10. Jakarta: Kanisius.
Krebs. 1978. Ecology. The Experimental Saharjo, B.H. 1997. Karakteristik Bahan
Analysis of Distribution and Abundance. Bakar Alang – Alang (Imperata
Trhid Edition Harper and Row Cylindrica) Dan Semak Di Hutan
Distribution: New York. Tanaman Mangium (Acacia Mangium)
Dan Sengon (Parasarianthes Falcataria)
Kusmana, C. 1997. Metode Survey
Studi Kasus Di Sumatera Selatan. Jurnal
Vegetasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Manajemen Hutan Tropika 3(2): 39-45.
Kusumawati, I., Djatmiko, W., dan Rahman,
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma.
A. 2003. Eksplorasi Keanekaragaman
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dan Kandungan Kimia Tumbuhan Obat
Di Hutan Tropis Gunung Arjuno. Jurnal Sebayang, H.T. 2005. Gulma dan
Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Pengendaliannya Pada Tanaman Padi.
Vol 2, No.3. Malang: Unit Penerbitan Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya.
Lee, S. A. 1984. Control of Asystasia Intrusa
(BI). In Pinaepple with emphasis on new Setiawan, AD. S, Setyaningsih, dan
technique. Paper presented at the Sugiarto. 2006. Pengaruh jenis dan
seminar and discussion on the weed kombinasi tanaman sela terhadap
Asystasia, West Johore Agric. Dev. diversitas dan biomassa gulma di bawah
Project. Pontianak. tegakan sengon (Paraserienthes
falcataria L. Nielsen) di resort
Lemmens, R.H.M.J., Soerianegara, I. dan
pemangkuan hutan jatirejo kediri.
Wong, W.C.(ed.). 1995. Plant resources
Biosmart 8 (1): 27-32.
of South-east Asia No.5(2). Timber trees:
Minor commercial timbers. Backhuys Soeriatmadja. 1997. Ilmu lingkungan.
Publishers, Leiden, Belanda. Bandung: Institut Pertanian Bogor.
Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity
and It’s Measurement.Princeton
University Press: New Jersey.
193
Jurnal Hutan Tropis Volume 8 No. 2, Edisi Juli 2020
194