Professional Documents
Culture Documents
2337- 6597
Vol.3, No.1 : 168 - 178 Desember 2015
Pengujian Berbagai Jenis Bahan Aktif Terhadap Penyakit Jamur Akar Putih (JAP)
(Rigidoporus microporus (Swartz: Fr.)) di Areal Tanpa Olah Tanah (TOT)
Testing of Various Types of Active Ingredients Against White Root Disease (WRD)
(Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) Without Tillage Area (WTA)
ABSTRACT
The objective of the research was to test of various types of active ingredient to White Root Disease
(WRD) (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr)) Without Tillage Area (WTA). This research was
conducted in the experimental garden of Sungei Putih, Deli Serdang with a height of ± 80 m asl
from March 2014 until June 2014. The method used was Randomized Blok Design non factorial in
3 replications. The factor was used active ingredients the pathogens aktif (triadimefon,
Trichoderma sp, endophytic bacteria, bangun-bangun leaf extract, liquid smoke and water.
Parameters observed were attack intensity, stem diameter and plant height. The results showed that
different types of active ingredients very significant effect on the attack intensity and plant height
but significant effect in stem diameter. The best result to suppress the intensity of the
A (triadimefon) of 0% and C (endophytic bacteria) of 1.67%. The best result to increase in the
diameter and plant height on B (Trichoderma sp) of 57.05% and 72.14%.
Key words: active ingredients, Rigidoporus microporus, rubber, without tillage area
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji berbagai jenis bahan aktif terhadap penyakit Jamur Akar
Putih (JAP) (Rigidoporus microporus (Swartz: Fr.)) di areal Tanpa Olah Tanah (TOT). Penelitian
ini dilaksanakan di kebun percobaan Balai Penelitian Sungei Putih, Deli Serdang yang berada pada
ketinggian ± 80 m dpl dari bulan Maret 2014 sampai Juni 2014. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok non faktorial dalam 3 ulangan. Faktor yang digunakan yaitu bahan
aktif (triadimefon, Trichoderma sp, bakteri endofitik, ekstrak daun bangun-bangun, asap cair dan
air. Parameter yang diamati adalah intensitas serangan, diameter batang dan tinggi tanaman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis bahan aktif berpengaruh sangat nyata terhadap
intensitas serangan dan tinggi tanaman tetapi berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Hasil
terbaik untuk menekan intensitas serangan Rigidoporus microporus terdapat pada A (triadimefon)
sebesar 0% dan C (bakteri endofitik) sebesar 1,67%. Hasil terbaik untuk diameter batang dan tinggi
tanaman terdapat pada B (Trichoderma sp) sebesar 57,05% dan 72,14%.
Kata kunci: bahan aktif, Rigidoporus microporus, karet, tanpa olah tanah
Saat ini luas perkebunan karet di mempunyai makanan yang cukup. JAP dapat
Indonesia sekitar 3,6 juta hektar yang meliputi menular dengan perantaraan rizomorf
80% perkebunan rakyat serta 20% perkebunan (Semangun, 2008).
negara atau swasta. Perkebunan karet Fungisida berbahan aktif triadimefon
Indonesia terluas di pulau Sumatera yaitu yaitu bahan kimia yang memiliki potensi efek
sebesar 70%, diikuti Kalimatan 20%, Jawa toksik kumulatif yang rendah terhadap
5% dan lain-lainnya 5%. Sementara, luas tanaman tetapi memiliki efek toksik yang
perkebunan karet di Sumatera Utara pada cukup tinggi terhadap manusia sehingga
tahun 2008 mencapai 462.036 ha, 2009 berpengaruh pada kesehatan manusia.
mencapai 461.148 ha, 2010 mencapai 463.394 Triadimefon termasuk dalam kelompok
ha, 2011 mencapai 465.327 ha dan 2012 pestisida yang disebut triazoles. Fungisida
mencapai 470.202 ha (Dirjenbun, 2012). triazole memiliki unsur senyawa 1,2,4 –
Namun demikian produktivitas karet di triazole. Triadimenol merupakan metabolit
Indonesia tergolong relatif rendah. dari triadimefon yang bersifat toleran pada
Perkebunan negara produktivitasnya 1260 kg tanaman (Edwards, 2006).
per hektar per tahun, perkebunan swasta 1050 Bahan aktif triadimefon dan
per kg per tahun dan perkebunan rakyat hanya triadimenol merupakan dua jenis fungisida
590 kg per hektar per tahun yang pertama kali dianjurkan untuk
(Nurhayati et al., 2010). mengendalikan JAP dengan metode
Penyakit pada tanaman karet penyiraman. Hasil pengujian pada tanaman
seringkali menimbulkan kerugian besar bagi karet umur dua tahun setelah 2 bulan
petani. Namun yang paling penting adalah perlakuan menunjukkan bahwa daya efikasi
penyakit jamur akar putih, kekeringan alur triadimefon 10 ml terhadap seranggan JAP
sadap, penyakit gugur daun, jamur akar (R. lignosus) pada tanaman karet sebesar
merah, jamur upas, mouldy rot dan nekrosis 100% (Sinulingga et al., 1991).
kulit. Sebagian besar penyakit disebabkan Spesies Trichoderma disamping
oleh jamur (Balai Penelitian Tanah, 2008). sebagai organisme pengurai, dapat pula
Penyakit akar putih disebabkan oleh berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator
jamur R. microporus (R. lignosus). Penyakit pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies
ini mengakibatkan kerusakan pada akar Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia
tanaman. Gejala pada daun terlihat pucat hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan
kuning dan tepi atau ujung daun terlipat ke T. Konigii yang berspektrum luas pada
dalam. Kemudian daun gugur dan ujung berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur
ranting menjadi mati. Ada kalanya terbentuk Trichoderma diberikan ke areal pertanaman
daun muda, atau bunga dan buah lebih awal. dan berlaku sebagai kompos yang bermutu
Pada perakaran tanaman sakit tampak (Herlina & Dewi, 2009).
benang‐benang jamur berwarna putih dan Penelitian di Rubber Research
agak tebal (rizomorf) (Anwar, 2001). Institute of Nigeria (RRIN) tentang
Luas serangan penyakit JAP di pengendalian R. microporus menggunakan
Provinsi Sumatera Utara tahun 2009 hingga tiga jamur antagonis yaitu Trichoderma sp,
2011 cenderung meningkat. Pada tahun Penicillium dan Aspergillus menunjukkan
2009 luas serangan JAP 12.535,06 ha, tahun bahwa Trichoderma sp paling efektif
2010 luas serangan JAP meningkat menjadi menghambat R. microporus dengan
26.539,47 ha dan tahun 2011 luas penghambatan 81,85%, diikuti oleh
serangan menjadi 16.251,49 ha Penicillium (65,27%), sedangkan Aspergillus
(Muklasin & Matondang, 2010). tidak mempunyai daya hambat
JAP terutama menular karena adanya (Berlian et al., 2013).
kontak antara akar tanaman sehat dengan akar Bakteri endofit merupakan bakteri
tanaman sakit, atau dengan kayu-kayu yang yang hidup di dalam jaringan tanaman tanpa
mengandung JAP. Agar dapat mengadakan merugikan bahkan memberikan banyak
infeksi pada akar yang sehat, jamur harus manfaat bagi tanaman inangnya. Bakteri
169
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 168 - 178 Desember 2015
menjadi keruh. Penyiapan kebutuhan bahan perlakuan kontrol tanaman cukup disiram
aktif bakteri endofitik untuk penelitian yaitu dengan air.
diukur sebanyak 50 ml bakteri endofitik cair Peubah amatan terdiri dari tiga
menggunakan tabung ukur kecil. Banyaknya amatan yaitu intensitas serangan JAP (R.
bakteri endofitik yang dibutuhkan disesuaikan microporus) dilakukan sebulan sekali setelah
dengan jumlah unit tanaman untuk perlakuan aplikasi, pengamatan dilakukan sebanyak tiga
penggunaan bakteri endofitik. Ekstrak daun kali dengan cara membuka tanah disekitar
bangun-bangun merupakan bahan aktif berupa leher akar dan mengamati ada tidaknya
ekstrak tumbuhan yang mempunyai efek miselium jamur berwarna putih menyelimuti
meracuni, anti mikroba dan efek biologi. Pada permukaan akar dan ditentukan skala
penelitian ini menggunakan ekstrak daun serangannya sesuai nilai skala serangan JAP.
bangun-bangun yang diperoleh dengan cara Nilai katagori serangan JAP menurut
memblender daun bangun-bangun sampai (Pawirosoemardjo & Purwantara, 1985) yaitu
halus. Hasil ekstraksi ditambahkan air sebagai berikut skala :
sebanyak 6500 ml sehingga menjadi 0 = tanaman sehat, akar tanaman bebas
7500 ml ekstrak. Banyaknya ekstrak daun patogen
bangun-bangun yang dibutuhkan disesuaikan 1 = permukaan akar tanaman telah
dengan jumlah unit tanaman untuk perlakuan ditumbuhi miselium jamur
penggunaan ekstrak daun bangun-bangun. 2 = kulit akar tanaman telah terinfeksi, dan
Asap cair merupakan bahan aktif berupa terjadi perubahan warna pada kulit
ekstrak tumbuhan yang mempunyai efek akar.
meracuni, anti mikroba dan efek biologi. Pada 3 = bagian kulit dan akar tanaman telah
penelitian ini menggunakan asap cair yang terinfeksi oleh patogen.
diperoleh dengan cara mendekomposisi 4= tanaman hampir mati atau mati karena
tunggul-tunggul tanaman karet melalui proses jaringan akar tanaman telah membusuk.
pemanasan tanpa atau sedikit oksigen Setelah mengetahui nilai kategori
sehingga material mentah mengalami serangan, kemudian ditentukan intensitas
pemecahan struktur kimia menjadi gas dan serangan R. microporus dengan menggunakan
cairan yang berwarna coklat kehitaman dan rumus sebagai berikut:
berbau asap yang disebut dengan asap cair. Σn x v
I= 𝑥 100 %
Penelitian ini menggunakan cairan asap cair ZxN
sebanyak 10 ml/liter/tanaman. Banyaknya Keterangan:
cairan asap cair yang dibutuhkan disesuaikan I = intensitas serangan
dengan jumlah unit tanaman untuk perlakuan N = jumlah akar tanaman sakit dari
penggunaan asap cair. Air merupakan bahan setiap kategori serangan
aktif yang bersifat netral dan umumnya V = nilai skala dari setiap kategori
digunakan sebagai bahan pelarut. Pada serangan
penelitian ini menggunakan air sebanyak Z = nilai skala dari kategori serangan
1000 ml/tanaman. Banyaknya air yang tertinggi (4)
dibutuhkan disesuaikan dengan jumlah unit N = jumlah tanaman yang diamati
tanaman untuk perlakuan penggunaan air (Triwahyu & Suryaminarsih, 2009).
Pengaplikasian bahan aktif dilakukan Peubah amatan kedua yaitu diameter
sebulan sekali pada pagi hari dengan cara batang tanaman karet diamati sebulan sekali
menyiram larutan bahan aktif di sekeliling setelah aplikasi, pengamatan dilakukan
pangkal batang tanaman sesuai dengan sebanyak tiga kali. Pengukuran diameter
dosis masing-masing perlakuan, untuk batang tanaman karet menggunakan jangka
pengaplikasian bahan aktif Trichoderma sp, sorong. Diameter batang yang diukur yaitu
tanah di sekitar tanaman karet digali sedalam berjarak 2 cm dari pertautan tumbuhnya stum.
3 cm kemudian ditaburkan bahan aktif Setelah dilakukan pengukuran diameter
Trichoderma sp sesuai dosis dan ditutup batang dari pre aplikasi sampai dengan 3 bsa
kembali dengan tanah sedangkan pada (3 bulan setelah aplikasi) kemudian dihitung
172
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 168 - 178 Desember 2015
persentase pertambahan diameter batang aplikasi sampai dengan 3 bsa (3 bulan setelah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut: aplikasi) kemudian dihitung persentase
Persentase pertambahan pertambahan tinggi tanaman dengan
DB pada 3 bsa − DB pre aplikasi menggunakan rumus sebagai berikut:
= 𝑥 100 % Persentase pertambahan
DB pada 3 bsa
Keterangan: TT pada 3 bsa − TT pre aplikasi
= 𝑥 100 %
TT pada 3 bsa
DB = diameter batang Keterangan:
DB 3 bsa = diameter batang pada 3
bulan setelah aplikasi TT = tinggi tanaman
DB pre aplikasi = diameter batang sebelum TT 3 bsa = tinggi tanaman pada 3
aplikasi bulan setelah aplikasi
Peubah amatan ketiga yaitu tinggi TT pre aplikasi = tinggi tanaman sebelum
tanaman karet diamati sebulan sekali setelah aplikasi
aplikasi, pengamatan dilakukan sebanyak tiga
kali. Pengukuran tinggi tanaman karet
menggunakan meteran. Tinggi tanaman yang
diukur yaitu dari pertautan tumbuhnya stum
sampai ujung titik tumbuh tanaman. Setelah
dilakukan pengukuran tinggi tanaman dari pre .
terhadap seranggan JAP (R. microporus) pada 1 bsa sebesar 0%, pengamatan 2 bsa dan 3 bsa
tanaman karet sebesar 100%. sebesar 3,33%. Intensitas serangan patogen
Penggunaan agensia hayati berbahan pada penggunaan pestisida nabati tergolong
aktif (Trichoderma sp dan bakteri endofitik) rendah. Hal ini membuktikan bahwa pestisida
tidak kalah efektif dibandingkan penggunaan nabati mengandung senyawa-senyawa yang
fungisida kimiawi berbahan aktif triadimefon bersifat antijamur dan antibakteri yang dapat
dalam menekan intensitas serangan melindungi tanaman dari serangan organisme
R. microporus pada areal TOT (tanah tanpa lain. Sajimin et al., (2011) menyatakan bahwa
olah). Intensitas serangan R. microporus pada tanaman bangun-bangun mengandung minyak
perlakuan B (Trichoderma sp) mulai dari pre atsiri 0,043% yang berfungsi dapat melawan
aplikasi,1 bsa dan 2 bsa sebesar 0%, infeksi cacing, antibakteri dan antijamur.
pengamatan 3 bsa terdapat serangan sebesar Intensitas serangan R. microporus
3,33% sedangkan intensitas serangan pada perlakuan F (kontrol) cenderung
R. microporus pada perlakuan C (bakteri meningkat setiap bulannya. Intensitas
endofitik) mulai dari pre aplikasi sebesar 0% serangan R. microporus mulai dari
dan hingga pengamatan 3 bsa serangan JAP pre aplikasi sebesar 0%, pada pengamatan
naik menjadi 1,67%. Intensitas serangan yang 1 dan 2 bsa meningkat menjadi 11,67% dan
kecil menunjukkan bahan aktif yang diuji 15,00%. Namun, pada pengamatan 3 bsa
tersebut masih menunjukkan pengaruhnya intensitas serangan R. microporus turun
dalam menghambat perkembangan penyakit. menjadi 13,33%. Jamur akar putih bila tidak
Hal ini berbeda nyata dengan kontrol (tanpa dikendalikan semakin lama serangannya akan
perlakuan) di mana serangan awal JAP 0% meningkat sehingga perlu dilakukan
naik menjadi 11,67% pada pengamatan pengendalian baik secara preventif maupun
3 bsa. Jamur Trichoderma sp memiliki kuratif. Pada areal TOT ini keberadaan
kemampuan dalam menghambat patogen tunggul-tunggul atau sisa-sisa akar yang
melalui persaingan dalam ruang dan nutrisi melapuk merupakan sumber inokum JAP dan
dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan keberadaannnya tidak merata di setiap lubang
Berlian et al., (2013) yang menyatakan bahwa tanam karet sehingga menyebabkan intensitas
penelitian di Rubber Research Institute of serangan R. microporus pada pengamatan
Nigeria (RRIN) tentang pengendalian 3 bsa turun menjadi 13,33%. Hal ini
R. microporus menggunakan jamur antagonis sesuai dengan pernyataan Pawirosoemardjo
menunjukkan bahwa Trichoderma sp paling (2004) yang menyatakan bahwa potensi
efektif menghambat R. microporus dengan R. microporus sangat ditentukan oleh
penghambatan 81,85%. banyaknya tunggul dilahan yang yang
Penggunaan fungisida nabati berbahan menjadi sumber infeksi serta peran organisme
aktif (ekstrak daun bangun-bangun dan asap renik yang melapukan tunggul.
cair) juga efektif dalam menekan intensitas
seragan R. microporus pada areal TOT.
Intensitas serangan R. microporus pada
perlakuan D (ekstrak daun bangun-bangun)
mulai dari pre aplikasi dan 1 bsa sebesar 0%,
2 bsa sebesar 3,33% dan sebesar 1,67% pada
akhir pengamatan (3bsa) sedangkan intensitas
serangan R. microporus pada perlakuan
E (asap cair) mulai dari pre aplikasi dan
Tabel 2. Pengaruh berbagai jenis bahan aktif terhadap diameter batang tanaman karet (cm)
Rataan Diameter Batang (cm) bulan ke-
Perlakuan Pre aplikasi 1 bsa 2 bsa 3 bsa
A ( Triadimefon) 0,69 0,92a 1,03a 1,14b
B ( Trichoderma sp) 0,67 1,12a 1,30a 1,56a
C ( Bakteri endofitik) 0,71 1,10a 1,25a 1,42a
D ( Ekstrak daun bangun-bangun) 0,64 1,03a 1.21a 1,39a
E ( Asap cair) 0,81 1,20a 1,36a 1,54a
F ( Kontrol/Air) 0,79 0,91a 1,02a 1,14b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range Test,
Pre aplikasi : sebelum aplikasi; bsa: bulan setelah aplikasi.
Pada pengamatan 3 bsa diketahui bahwa perlakuan B (Trichoderma sp) memiliki diameter
batang tanaman karet tertinggi yaitu sebesar 1,56 cm dan terendah terdapat pada perlakuan
F (kontrol) dan A (triadimefon) yaitu sebesar 1,14 cm.
Tabel 3. Persentase pertambahan diameter batang tanaman karet pada setiap perlakuan (%)
Perlakuan Persentase pertambahan (%)
A ( Triadimefon) 39,47b
B ( Trichoderma sp) 57,05a
C ( Bakteri endofitik) 50,00a
D ( Ekstrak daun bangun-bangun) 53,96a
E ( Asap cair) 47,40a
F ( Kontrol/Air) 30,70b
A ( Triadimefon)
Keterangan: Angka-angka yang diikuti notasi yang sama pada kelompok kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Duncan Multiple Range Test,
Pre aplikasi : sebelum aplikasi; bsa: bulan setelah aplikasi.
dan menginduksi ketahanan tanaman terhadap penyakit, terutama pada serangan yang berat.
patogen tanaman. Hal ini dikarenakan bahan kimia memiliki
Persentase pertambahan diameter efak toksik yang tinggi bagi patogen baik
batang tanaman pada perlakuan secara kontak maupun sistemik. Hal tersebut
A (triadimefon) sebesar 39,47% tidak berbeda sesuai dengan pernyataan Edwards (2006)
jauh dengan perlakuan F (kontrol) yaitu yang menyatakan triadimefon yaitu bahan
sebesar 30,70%. Tetapi kedua perlakuan kimia yang memiliki efek toksik yang cukup
tersebut sangatlah berbeda nyata dengan tinggi. Triadimefon termasuk dalam
perlakuan bahan aktif lainnya (agensia hayati kelompok pestisida yang disebut triazoles
dan nabati). Penggunaan bahan kimiawi (conazoles) dan juga mencakup fungisida
memang diperuntukkan untuk mengendalikan Propiconazole.
176
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 168 - 178 Desember 2015
dikemukakan Herlina & Dewi (2009) bahwa perlakuan C (bakteri endofitik) sebesar
spesies Trichoderma disamping sebagai 1,67%. Pengaruh fungisida nabati terhadap
organisme pengurai, dapat pula berfungsi intensitas serangan R. microporus pada
sebagai agen hayati dan stimulator perlakuan D (ekstrak daun bangun-bangun)
pertumbuhan tanaman. sebesar 1,67% dan perlakuan E (asap cair)
Secara umum penggunaan fungisida sebesar 3,33%.
nabati pada perlakuan D (ekstrak daun
bangun-bangun) dan E (asap cair) berbeda DAFTAR PUSTAKA
sangat nyata terhadap persentase pertambahan
tinggi tanaman yaitu sebesar 69,84% dan Anwar C. 2001. Budidaya Karet. Pusat
62,90%. Hal ini dikarenakan pestisida dari Penelitian Karet, MiG Corp, Medan.
bahan nabati memiliki beberapa senyawa Balai Penelitian Tanah. 2008. Panduan
yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Praktis Budidaya Tanaman Karet
patogen sehingga tanaman dapat tumbuh (Hevea brassiliensis). Balai
dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Penelitian Tanah Balai Penelitian dan
Darmadji (1996) yang menyatakan bahwa Pengembangan Pertanian, Bogor.
asap cair mengandung fenol dan asam organik Bangun MK. 1988. Perancangan Percobaan.
yang cukup tinggi bekerja secara sinergis Fakultas Pertanian Universitas
mencegah dan mengontrol pertumbuhan Sumatera Utara, Medan.
cendawan sehingga tanaman dapat tumbuh Berlian I., B Setyawan & H Hadi. 2013.
dengan baik. Mekanisme antagonisme
Persentase pertambahan tinggi Trichoderma spp Terhadap beberapa
tanaman pada perlakuan F (kontrol) Patogen Tular Tanah. Warta
sebesar 49,83% tidak berbeda jauh Perkaretan, Sungei Putih. Vol 32
dengan perlakuan A (triadimefon) yaitu (2): 74-82.
sebesar 46,10%. Kedua perlakuan ini sangat Darmadji P. 1996. Aktivitas Antibakteri Asap
berbeda nyata dengan perlakuan bahan aktif Cair Diproduksi dari Bermacam-
yang lain (agensia hayati dan nabati). macam Limbah Pertanian. Agritech.
Pengendalian penyakit secara kimiawi Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2003.
diutamakan untuk mengendalikan penyakit, Direktorat Jendral Bina Produksi
terutama pada serangan yang berat dan tidak Perkebunan. Departemen Pertanian,
ditujukan untuk pertumbuhan tanaman. Jakarta.
Direktorat Perlindungan Perkebunan (2003) Dirjenbun. 2012. Luas Areal Karet Menurut
menyatakan bahwa pengendalian penyakit Provinsi Di Indonesia Tahun 2008 Sampai
JAP secara kimiawi dengan cara penyiraman 2012. Direktoral Jenderal Perkebunan,
fungisida yang berbahan aktif triadimefon Jakarta.
tetap perlu dilakukan untuk menekan Edwards D. 2006. Triadimefon And Tolerance
Reassessment For Triadimenol. United
serangan penyakit. States Environmental Protection Agency.
Herlina L & P Dewi. 2009. Penggunaan
SIMPULAN Kompos Aktif Aktif Trichoderma
Harzianum Dalam Meningkatkan
Pengaruh sangat nyata bahan aktif Pertumbuhan Tanaman Cabai.
terhadap intensitas serangan R. microporus Laporan Penelitian Fakultas
terdapat pada perlakuan A (triadimefon) Matematika dan Ilmu Pengetahuan
sebesar 0% dan terhadap pertambahan Alam Universitas Negeri Semarang,
diameter batang dan tinggi tanaman karet Semarang.
terdapat pada perlakuan B (Trichoderma sp) Malathi RA., Cholarajan., K Karpagam., KR
sebesar 57,05% dan 72,14%. Pengaruh agen Jaya & P Muthukumaran. 2001.
hayati terhadap intensitas serangan Antimicrobial Studies on Selected
R. microporus pada perlakuan Medicinal Plants (Coleus
B (Trichoderma sp) sebesar 3,33% dan
177
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.3, No.1 : 168 - 178 Desember 2015