Professional Documents
Culture Documents
Sri Wahyuni
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Flores
sriwahyuni_uniflor@yahoo.co.id
ABSTRACT
27
AGRICA, VOL.3 No.1 (2010)
28
Wahyuni : Kinerja dan Perbanyakan Parasitoid Tetratichus brontisphae
29
AGRICA, VOL.3 No.1 (2010)
TP
Pr x100% ..(2) Bahan : alkohol 90%, kapur anti
semut, daun terserang yang masih
P Pr terdapat telur, larva maupun pupa B.
lingossima.
Dimana : Alat : cool box, hand score, botol
TP = Tingkat Parasitisasi koleksi, toples penetasan, kuas, label,
Pr = Jumlah parasitoid yang muncul mikroskop, tabung reaksi, kain kasa,
P = Jumlah pupa yang muncul
30
Wahyuni : Kinerja dan Perbanyakan Parasitoid Tetratichus brontisphae
lem kastol, karet, tabung banbu, cutter, telur menetas dan berkembang menjadi
guntung, alat tulis. larva instar-3 (jika janur layu, maka
telur B. longissima dipindahkan ke
Pelaksanaan penelitian meliputi hal wadah yang telah dikondisikan sesuai
– hal berikut : bagi perkembangan telur B. longissima
1. Survey dengan menggunakan kuas), pakan
Survey lokasi dilakukan untuk terus diganti selama fase larva hingga
menetapkan lokasi pengambilan sampel larva telah siap menjadi pupa, pupa
pada tiap Kecamatan yang telah yang siap menetas dipindahkan ke
ditentukan sebagai area penelitian. dalam wadah plastik penetasan yang
Selain untuk mengetahui tingkat berdiameter 20 cm dan tinggi 30 cm.
serangan B. longisimma dan keberadaan Imago yang muncul kemudian
parasitoidnya di lapang dengan digunakan untuk pembiakan
mengambil beberapa bagian tanaman selanjutnya.
terserang yang masih mengandung Imago parasitoid yang telah
telur, larva, pupa maupun imago dan diidentifikasi dimasukkan ke dalam
diidentifikasi di laboratorium, juga kurungan pemeliharaan yang berisi
dilakukan pengoleksian parasitoid janur yang telah terinfestasi larva B.
dominan sebagai indikator kolonisasi longissima instar-2. Sebagai pakan
dan kemapanan parasitoid tersebut tambahan untuk menjaga kebugaran
dilapang. parasitoid diberikan larutan madu 10%
yang dicelupkan kertas kalender,
2. Pembuatan dan percobaan kemudian kertas dimasukkan ke dalam
instrumen penelitian kurungan . Infestasi dilakukan selama
Percobaan instrumen penelitian 24 jam. Tanaman inang yang telah
dilakukan untuk mengetahui ketepatan terinfestasi oleh parasitoid dipindahkan
daya guna dari instrumen tersebut. ke dalam tabung lain. Tanaman inang
Dalam hal ini yang perlu dicoba adalah tersebut diganti dengan tanaman inang
pembuatan dan percobaan toples baru yang telah terinfestasi larva B.
penetasan bagi B. longisimma dan longissima instar-2, kegiatan ini diulang
parasitoidnya, teknik pengambilan hingga persediaan parasitoid terpenuhi.
sampel dilapangan, teknik pemeliharaan Setelah tiga hari infestasi (hsi) janur
dan perbanyakan dan teknik identifikasi yang telah berisi pupa inang terparasit
di laboratorium dipindahkan kedalam stoples penetasan.
Pengambilan imago parasitoid
3. Perbanyakan parasitoid dominan dilakukan pada hari ke-7 sampai hari
Imago B. longissima diperoleh dari ke-14 hsi. Imago yang muncul
lapangan. Sekitar 20 ekor imago digunakan sebagai bahan penelitian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi selanjutnya. Prosedur kerja dapat
yang telah berisi daun muda kelapa dilihat pada Gambar 4.1 berikut :
(janur) segar, sebagai bahan pembiakan.
Setelah 24 jam janur (tanaman inang) 4. Pelepasan
yang telah diteluri dipindahkan ke Brontispa longisima merupakan
dalam tabung lain dan diganti dengan serangga nucturnal yaitu serangga yang
pakan baru. Kegiatan tersebut melakukan aktivitasnya pada malam
dilakukan berulang – ulang sampai hari. Oleh sebab itu pemilihan waktu
persediaan serangga inang dan instar yang tepat untuk melakukan pelepasan
inang terpenuhi. Pemeliharan janur adalah hal mendasar yang perlu
yang telah diteluri dilakukan sampai
31
AGRICA, VOL.3 No.1 (2010)
32
Wahyuni : Kinerja dan Perbanyakan Parasitoid Tetratichus brontisphae
34
Wahyuni : Kinerja dan Perbanyakan Parasitoid Tetratichus brontisphae
Tabel 4. Tingkat kolonisasi T.brontispae yang telah dilepaskan di lapangan pada setiap
kecamatan
35
AGRICA, VOL.3 No.1 (2010)
(pukul 15.00) dan Ende (pukul 08.00). terjadi hujan deras, kondisi tersebut
Keadaan yang demikian telah menyebabkan terjadinya penurunan
diperlihatkan pada pengamatan 2 - 8 populasi T.brontispae yang ditemukan
msi. di alam sementara populasi
Brontispa longissima merupakan B.longissima masih banyak di
serangga nocturnal yaitu jenis serangga pertanaman. Hal tersebut disebabkan
yang aktif pada malam hari. Sementara karena B.longissima pada fase telur
itu parasitoid T.brontispae merupakan hingga imago berada di dalam janur
parasitoid yang tidak memiliki masa yang mengakibatkan B.longissima dapat
praoviposisi yaitu dapat menghasilkan terlindungi dari air hujan. Sementara
tulur sesaat setelah menetas. Keadaan imago T.bronthispae hidup bebas.
yang demikian menyebabkan
T.brontispae yang diinvestasikan di KESIMPULAN
lapang harus segera dapat menemukan
Kesimpulan
makanannya. Oleh sebab itu tingkat
Kesimpulan yang dapat disusun
keberhasilan pelepasan T.brontispae di
dari hasil penelitian ini adalah sebagai
alam paling baik dilakukan pada saat
berikut :
pada saat T.brontisphae dalam fase
pupa instar akhir dengan waktu 1. Terdapat tiga jenis parasitoid hama
pelepasan sore hari. janur kelapa B.longissima yang ada
Selain faktor waktu pelepasan, di Kabupaten Ende (kecamatan
faktor lain yang perlu diperhatikan Ndona, Nangakeo dan Ende) yaitu
adalah sinkron tidaknya fase aktif parasit telur
T.brontispae dengan fase inang yang Trichogrammatoideanana Zehnter
tersedia di lapang. Hal tersebut (Hymenoptera :
disebabkan karena T. brontispae Trichogrammatoidae), parasit larva
memiliki daya predasi yang berbeda dan pupa Tetrastichusbrontispae
terhadap fase larva dan pupa Ferriere (Hymenoptera :
B.longissima. Tingkat parasitisasi Eulophydae) dan
T.brontispae sebesar 10% pada larva Asecodeshispinarum Boucek.
dan 80% pada pupa B.longissima. 2. Parasit T. brontispae merupakan
Keadaan tersebut diperkuat oleh parasitoid dominan pada setiap
penelitian Sihombing (2009) yang kecamatan dengan tingkat
menyatakan bahwa B. longissima pada parasitisasi larva 10% dan pupa 60-
fase larva lebih aktif sehingga tingkat 90%, Nisbah kelamin yang bias
parasitisasi T.brontispae hanya betina.
mencapai 10% sedangkan tingkat 3. Kemampuan Parasitisisasi
parasitisasi T.brontispae pada fase pupa T.brontispae terbaik di
mencapai 60-90%, (Rethinan dkk laboratorium adalah 6 : 10 dengan
2007). Fenomena tersebut menandakan tingkat keberhasilan sebesar 90%.
bahwa sinkronisasi antara parasitoid 4. Penurunan kinerja parasitoid di
dengan fase ketersediaan inang sangat pengaruhi oleh ketidaksinkronan
mempengaruhi tingkat keberhasilan antara fase parasitoid dengan fase
kinerja parasitoid di lapang. serangga inang di lapang,
Kondisi iklim juga sangat ketersediaan serangga inang dan
berpengaruh terhadap kemapanan waktu pelepasan serta kondisi iklim
parasitoid di alam. Pada pengamatan 4 yang tidak kondusif.
msi di kecamatan Ndona dan Ende
36
Wahyuni : Kinerja dan Perbanyakan Parasitoid Tetratichus brontisphae
37
AGRICA, VOL.3 No.1 (2010)
Vinson, S.B., Iwantsch, G.F. 1980. Host Wahyuni, S. 2006. Studi Kompetisi
Suitability for Insect Parasitoid. Beberapa Jenis Parasitoid
Annu. Rev. Entomol 25 : 397 – Terhadap Lalat Pengorok Daun
419. Liriomyza huidobrensis
Blanchard (Diptera :
Water House, D.F., Norris,K.R.1987. Agromyzidae). Tesis.
Biological Control : Pacific Universitas Udayana. Denpasar
38