You are on page 1of 15

JENIS DAN POPULASI SERANGGA HAMA YANG BERASOSIASI PADA

TANAMAN KENTANG (Solanum tuberosum L) DI KECAMATAN


MODOINDING

THE TYPE OF INSECT PESTS POPULATIONS ASSOCIATED ON THE POTATO


PLANTS (Solamun tuberosum L.) IN MODOINDING
Audy R. Bororing1, Juliet M. Eva Mamahit2, Daisy S. Kandowangko2, Noni N. Wanta2

¹´² Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama & Penyakit Fakultas Pertanian,Universitas Sam Ratulangi, Jl.
Kampus Unsrat Mando, 95515 Telp (0431) 846539

ABSTRACT

The research aims to find out about the type of insect pests population in potato
plants Solamun tuberosum L. in Modoinding, South Minahasa. The research was
conducted on the potato plants in Modoinding, South Minahasa. The research was
carried out by using the survey method on potato in Modoinding's villages, South
Minahasa, such as Palelon Village, Makaaroyen Village, and Lineleyan Village. The
sampling was carried out with a diagonal incision method that established of five sub-
plot that is on the corner and the middle of the sampling sites. The sampling was done
by using insect nets that swung above the potato crop for ten times the double swing.
The netted insects are immediately put into the "killing bottle" then collected in 70%
alcohol to be identified. Identifying the type of insect pests is done by using the facilities
of the Entomology and Pest Plant Laboratory, Faculty of Agriculture, UNSRAT. The
results of the research of the associated pests on potato was found about eight kinds of
insect pests, such as Empoasca sp. 109.03, Drosophila sp. 37.03, Nesidiocoris sp.
34.11, Lirionyza sp. 10.72, Lygus sp. 4.47, Phthorimaea sp. 2.97, Antractomorpha sp.
1.61, and Epilachna sp. 0.69. The average of the highest populations of insect pests are
found in Makaaroyen Village with 37.99, whereas in Palelon Village with 22.79, and
the lowest is in rural Lineleyan Village with 14,49.

Keywords: Population, Pest, Potato

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis dan populasi serangga hama yang
berasosiasi pada tanaman kentang Solanum tuberosum L. di Kecamatan Modoinding
Kabupaten Minahasa Selatan. Penelitian dilaksanakan pada pertanaman kentang Di
Kecamatan Modoinding, Kabupaten Minahasa Selatan. Penelitian di laksanakan
menggunakan metode survei pada tanaman kentang di Kecamatan Modoinding
Kabupaten Minahasa Selatan, yaitu Desa Palelon, Makaaroyen, dan Linelean.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode irisan diagonal yaitu menetapkan lima
sub-plot yaitu pada bagian sudut dan bagian tengah pada lokasi pengambilan sampel.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan jaring serangga yang diayunkan
di atas tanaman kentang sebanyak sepuluh kali ayunan ganda. Serangga yang terjaring
segera dimasukkan ke dalam “killing bottle” kemudian dikoleksi di dalam alkohol 70 %
untuk diidentifikasi. Identifikasi jenis serangga hama dilakukan menggunakan fasilitas
Laboratorium Entomologi dan Hama Tumbuhan, Fakultas Pertanian UNSRAT. Hasil
penelitian hama yang berasosiasi pada tanaman kentang ditemukan Delapan jenis
serangga hama yaitu Empoasca sp. 109,03 ekor, Drosophila sp. 37,03 ekor,
Nesidiocoris sp. 34,11 ekor, Liriomyza sp. 10,72 ekor, Lygus sp. 4,47 ekor,
Phthorimaea sp. 2,97 ekor, Antractomorpha sp 1,61 ekor dan Epilachna sp 0,69 ekor.
Rata-rata populasi serangga hama tertinggi dijumpai di desa Makaaroyen (37,99 ekor),
sedangkan di desa Palelon (22,76 ekor) dan desa yang terendah di desa Linelean (14,49
ekor).

Kata kunci : populasi, serangga hama, kentang.

I. PENDAHULUAN Salah satu penghambat produksi


1.1. Latar Belakang tanaman Kentang adalah organisme
Kentang (Solanum tuberosum L.) pengganggu tanaman. Organisme
berasal dari negara beriklim dingin (Belanda pengganggu tanaman adalah setiap
dan Jerman). Pertama kali Kentang dibawa organisme yang dapat mengganggu
ke Indonesia oleh orang Belanda sejak pertumbuhan dan atau perkembangan
sebelum perang dunia II. Kentang bukan tanaman sehingga tanaman menjadi rusak,
merupakan makanan pokok bagi rakyat pertumbuhanya terhambat dan mati (Sembel,
Indonesia, tetapi permintaan akan Kentang 2012).
meningkat dari tahun ke tahun disebabkan Hama tanaman merupakan unsur
oleh penduduk semakin bartambah, taraf penting sebagai salah satu penyebab
hidup masyarakat semakin meningkat serta kehilangan hasil pertanian, oleh karenanya
kesukaan mengkonsumsi makanan yang perlu dilakukan perlindungan tanaman.
bahan bakunya Kentang semakin meningkat. Pengelolaan hama terpadu bertujuan bukan
Sebagai bahan makanan Kentang banyak untuk memberantas hama secara habis-
mengandung karbohidrat, sumber mineral habisan , tetapi mengatur keseimbangan
(fosfor, besi, dan kalium), vitamin B, vitamin hayati sedemikian rupa sehingga kehadiran
C dan sedikit vitamin A (Struik and suatu organisme tidak akan mengakibatkan
Wiersema 1999). kerusakan terhadap tanaman yang
Tanaman Kentang cocok ditanam di diupayakan. Dengan demikian maka
daerah dataran tinggi atau daerah kehadiran hama pada areal tanaman tidak
pegunungan dengan ketinggian 1.000-3.000 selamanya harus dilakukan pengendalian,
m dpl. Ketinggian yang ideal yaitu pada bahkan kehadirannya terkadang penting
kisaran 1.000-1.200 m dpl (Suryanto 2003). untuk menjaga agar keseimbangan hayati
terjadi dalam ekosistem tersebut (DeBach &
Hagen, 1964, Van den Bosch dan Telford, Penelitian dilanjutkan di Laboratorium
1964) dalam (Sembel, 2014). Entomologi dan Hama Tumbuhan Jurusan
OPT pada tanaman Kentang antara lain Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
: Pengorok daun Liriomyza huidobrensis, Pertanian, Universitas Sam Ratulangi
Myzus persicae, Phthorimaea operculella, Manado. Penelitian ini berlangsung selama
Thrips palmi, Bemisia tabaci, dan Kutu lima bulan sejak bulan November 2014
kebul. Keberadaan dan tingkat serangan sampai dengan April 2015.
hama tersebut di lapang sangat ditentukan 3.2. Bahan dan Alat
oleh faktor-faktor lingkungan. Untuk itu Bahan dan alat yang digunakan pada
perlu dilakukan penelitian tentang jenis dan penelitian ini yaitu : pertanaman kentang,
populasi serangga hama pada tanaman alkhohol 70%, jaring serangga, loup, toples
Kentang. plastik, botol koleksi, mikroskop, pinset,
1.2. Tujuan Penelitian label, meteran, kamera dan alat tulis menulis.
Tujuan penelitian yaitu : untuk 3.3. Metode Penelitian
mengetahui jenis dan populasi serangga Penelitian dilaksanakan dengan metode
hama pada tanaman Kentang di Kecamatan survei di sentra pertanaman Kentang di
Modoinding. Kecamatan Modoinding, Kabupaten
1.3. Manfaat Penelitian Minahasa Selatan. Tiga desa yang dijadikan
Penelitian ini bermanfaat untuk lokasi pengambilan sampel yaitu : desa
memberikan informasi bagi masyarakat yang Palelon, Makaaruyen dan Linelean.
terlibat dalam bidang pertanian tentang jenis 3.4. Prosedur Penelitian
dan populasi serangga hama pada tanaman a) Survei
Kentang, sehingga dapat dimanfaatkan Survei bertujuan untuk menetapkan
untuk upaya pengendalian hama dan lokasi penelitian. Hasil survei ditetapkan tiga
penyakit tanaman Kentang khususnya di Desa penghasil kentang sebagai lokasi
Sulawesi Utara. penelitian yaitu : Desa Palelon, Makaaruyen
III. METODOLOGI PENELITIAN dan Linelean.
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian b) Pengambilan Sampel di Pertanaman
Penelitian lapang dilaksanakan pada Kentang
sentra pertanaman Kentang di desa : Palelon, Pengambilan sampel dilakukan
Makaaruyen dan Linelean Kecamatan dengan metode irisan diagonal pada
Modoinding, Kabupaten Minahasa Selatan. pertanaman Kentang. Ukuran plot pada
pertanaman Kentang yang digunakan dalam Universitas Sam Ratulangi Manado untuk
penelitian ini yaitu : 20 x 20 m2. Selanjutnya diidentifikasi. Pengambilan sampel dilakukan
pada Plot tersebut ditetapkan lima sub plot sebanyak empat kali dengan interval waktu
yang masing-masing sub plot berukuran 2 x seminggu sekali yang dimulai sejak tanaman
4 m2 (Gambar 1). Kemudian dilakukan berumur dua minggu setelah tanam sampai
pengambilan sampel serangga hama pada lima minggu setelah tanam (mst).
pertanaman Kentang dengan menggunakan Pengamatan jenis serangga hama
jaring serangga (Gambar 2) yang diayunkan dilakukan dengan mensortir sampel serangga
sebanyak sepuluh kali ayunan ganda di yang diperoleh menurut jenis dan lokasi
permukaan tanaman Kentang. Serangga pengambilannya, kemudian diidentifikasi
yang terjaring segera dimasukkan ke dalam dibawah mikroskop. Identifikasi serangga
toples plastik yang berisi alkohol 70%. hama dilakukan di laboratorium dengan
Sampel serangga diberi label sesuai lokasi menggunakan buku kunci identifikasi hama
dan waktu pengambilannya, kemudian yaitu: Flotz (2001); Borror dan Jhonson,
dibawa ke Laboratorium Entomologi dan (1992).
Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian

Keterangan :

= Plot (20 x 20 m2)

= Sub plot (2 x 4 m2)

Gambar 1. Denah tempat pengambilan sampel


Gambar 2. Pengambilan sampel hama pada pertanaman kentang dengan teknik
penyapuan

3.5. Hal-hal yang Diamati 1. Empoasca sp.


Hal-hal yang diamati dalam Hama ini memiliki ukuran panjang ±
penelitian ini yaitu : 3,30 mm berwarna hijau sampai hijau
- Jenis serangga hama. kekuningan dengan bentuk sayap yang
Pengamatan jenis hama didasarkan menyerupai rumah dan memiliki mata vaset
pada pengamatan ciri-ciri khas (Gambar 3 ) Tungkainya berwarna hijau dan
serangga, morfologi, warna dan memiliki rambut-rambut yang menyerupai
ukuran duri. Gerakannya sangat gesit terutama jika
- Populasi serangga hama terganggu dan dapat terbang kemana-mana
Pengamatan populasi serangga hama apalagi bila tertiup angin.
dilakukan dengan menghitung jumlah
serangga hama berdasarkan jenis dan
lokasi pengambilannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Jenis-jenis Serangga Hama Gambar 3. Imago Empoasca sp
Hasil penelitian hama-hama pada Serangga hama ini termasuk dalam
tanaman Kentang ternyata ditemukan 8 jenis Ordo Hemiptera dan Famili Cicadelidae.
serangga hama pada tanaman Kentang di Menurut Arifin (2011) Gejala serangan
Kecamatan Modoinding yang terdiri dari : 2 dikelompokkan berdasarkan sifat serangan.
jenis dari Ordo Diptera, 3 jenis dari Ordo Serangan ringan bila daun memperlihatkan
Hemiptera dan masing-masing 1 jenis dari gejala klorosis pada tulang daun, serangan
Ordo Orthoptera, Lepidoptera dan sedang bila bagian pinggiran daun sebagian
Coleoptera. Dari hasil identifikasi besar mengeriting, dan serangan berat bila
menunjukkan bahwa dari 8 jenis serangga sebagian besar daun muda berwarna kuning
hama yang ditemukan yaitu: kusam, mengeriting dan terjadi kematian
pada pinggiran daun.
2. Lygus sp. bersegmen empat, pada setiap segmen antena
Hama ini memiliki ukuran panjang ± terlihat seperti garis melingkar berwarna
3,63 mm dan bentuk tubuh agak gemuk, hitam. Serangga ini menyerang pada
memiliki belang-belang hitam dibagian tubuh batang/tangkai tanaman. Sehingga
dan sayap depan, dan berwarna dominan batang/tangkai terlihat adanya tusukan
coklat muda juga memiliki ciri khas di melingkar berwarna kecoklatan dan lama
punggung yang berbentuk seperti segitiga kelamaan batang/tangkai yang terserang akan
atau huruf V (Gambar 4). patah.

Gambar 4. Imago Lygus sp. Gambar 5. Imago Nesidiocoris sp.


Kepik ini dikelompokkan dalam Ordo Serangga hama ini termasuk dalam
Hemiptera dan famili Miridae. Menurut Ordo Hemiptera dan Famili Miridae,
Kotambunan dkk (2012) Kepik Lygus sp. menurut Budiman dkk (2010) ukuran
menyerang tanaman yaitu pada bagian daun panjang tungkai depan dan tungkai tengah
tanaman Kentang yang masih muda atau berukuran 1,5 mm dan tungkai belakang 2,5
daun Kentang yang masih tertutup. Biasanya mm. Perkembangan atau siklus hidup N.
daun Kentang yang terserang tidak langsung tenuis ini dari telur sampai nimfa instar satu
kelihatan tetapi serangannya akan terlihat selama dua hari, nimfa instar dua selama dua
setelah daun terbuka dan bertambah besar. hari, nimfa instar tiga selama empat hari,
Daun yang terserang berubah warna yaitu nimfa instar empat dan lima masing-masing
dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan tiga hari, lama hidup pada imago dibutuhkan
dan akhirnya mengering. waktu tiga hari.
3. Nesidiocoris sp. 4. Liriomyza sp.
Imago hama ini berukuran panjang ± Serangga hama ini berukuran panjang
3,37 mm dan berwarna agak hijau kecoklatan ± 3,52 mm dan memiliki ciri khas bagian
dan memiliki mata vaset (Gambar 5) kepala berwarna kuning dengan mata vaset
sedangkan menurut Budiman dkk (2010) berwarna merah, pada toraks atas berwarna
imago memiliki sepasang antena berbentuk hitam sedangkan toraks bagian bawah
bipectinate dengan ukuran panjang 2,5 mm berwarna kuning, abdomen berwarna hitam
dengan garis berwarna hijau dan mempunyai
sayap transparan (Gambar 6).

Gambar 7. Imago Antractomorpha sp.


Belalang ini termasuk dalam Ordo
Gambar 6. Imago Liriomyza sp Orthoptera dan Famili Acrididea. Menurut
Hama ini termasuk dalam Ordo Diptera Borror dan Jhonson (1992) menyatakan
dan Famili Agromizydae. Menurut Sembel bahwa serangga ini memiliki tungkai
dkk (2003) Imago betina memiliki abdomen belakang yang lebih panjang dan tubuhnya
yang lebih panjang dan kokoh dibandingkan berwarna hijau dan kekuningan, nimfanya
dengan jantan. Panjang sayap sekitar 1,25- berwarna hijau tetapi belum mempunyai
1,75 mm. Lama hidup imago selama 10-20 sayap. Lama daur hidup belalang dewasa
hari tergantung dengan kondisi lingkungan selama 3-4 bulan.
tempat hidup. Telur lalat diletakkan pada 6. Epilachna sp.
permukaan daun dan menetas. Larva Kumbang ini berukuran panjang ± 6,49
menggorok daun dan membuat terowongan mm dengan ciri khas warna imago orange,
yang berbelok-belok tidak beraturan seperti pada permukaan sayap depan mempunyai
spiral dan pada akhirnya daun menjadi kering spots-spots berwana hitam dengan jumlah 12
dan mati. spots dan pasangan sayap depan mengeras
5. Antractomorpha sp. dan tidak difungsikan untuk terbang tetapi
Hama ini berukuran panjang ± 29 mm untuk melindungi tubuh (Gambar 8).
dengan warna imago hijau kekuningan degan
ciri khas kepala berbentuk lancip, memiliki
mata majemuk dan mempunyai tungkai
belakang yang lebih panjang dan lebih besar
dari tungkai depan, serangga hama ini
menyerang tanaman pada bagian pinggir Gambar 8. Imago Epilachna sp
daun tanaman. (Gambar 7). Kumbang ini termasuk dalam Ordo
Coleoptera dan Famili Coccinellidae.
Menurut Kalshoven (1981) Telur berwarna
kuning diletakkan dalam kelompok, tegak panjang 0,3 mm dan bagian kepala berwarna
lurus pada permukaan daun, tiap kelompok hitam dengan segmen abdomennya tidak
telur terdiri dari 20-50 butir. Larva berwarna jelas, lama stadia instar pertama 3-5 hari.
abu-abu dan berkumpul pada bagian bawah Larva instar kedua berwarna keputih-putihan,
permukaan daun. Larva memakan bagian mempunyai panjang tubuh kira-kira 0,4 mm
mesofil daun dan meninggalkan bentuk yang dan berlangsung selama 2-4 hari. Larva
khas seperti “jendela”. Larva instar ketiga instar ketiga mempunyai panjang tubuh 0,7
dan keempat berwarna hitam. Larva dapat mm dan segmen abdomen mulai terlihat.
merusak lebih berat sehingga meninggalkan Lama stadia instar ketiga 3-5 hari. Larva
bekas-bekas berwarna putih yang lebih besar. instar keempat berukuran 1,3 mm, berwarna
Hama ini dapat pula menyerang dari tangkai putih dengan corak merah muda dan kepala
daun. berwarna hitam. Lama stadia instar keempat
7. Phthorimaea sp 5-6 hari, pada stadia larva tersebut
Ngengat memiliki ukuran panjang ± menyerang umbi dengan cara menggerek
8,06 mm, berwarna kecoklatan dengan mata pada Kentang. Pupasi terjadi pada
vaset berwarna hitam dan memiliki sayap permukaan umbi, lama stadia pupa 8-11 hari.
bersisik (Gambar 9). Ngengat ini Total siklus hidup dari telur sampai imago
dikelompokkan ke dalam Ordo Lepidoptera sekitar 4-6 minggu.
dan Famili Gelechiidae. 8. Drosophila sp
Serangga hama ini berukuran panjang
± 3,46 mm dan memiliki mata majemuk
berbentuk bulat agak elips dan berwarna
merah. Warna tubuh imago kuning
kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di
ujung abdomen dan memiliki sayap
Gambar 9. Imago Phthorimaea sp
transparan (Gambar 10). Serangga ini

Menurut Sidabutar (1987) telur meupakan serangga pendatang dan berada

berwarna putih kekuningan berbentuk elips, pada tanaman kentang pada saat penyapuan

berukuran 0,4x0,5 mm dan diletakkan satu karna di sekitaran pertanaman Kentang

persatu atau dalam kelompok pada terdapat hasil umbi-umbi yang sudah

permukaan umbi. Larva mempunyai empat membusuk.

instar, larva instar pertama berukuran


c. Farficula sp.
d. Pimplinae sp.
4.2. Populasi Hama
Hasil pengamatan serangga hama pada
areal pertanaman Kentang di Kecamatan
Modoinding ternyata dari ke tiga desa rata-
Gambar 10. Imago Drosophila sp. rata populasi serangga hama tertinggi
dijumpai pada lokasi pengambilan sempel
Serangga ini termasuk ke dalam Ordo
Makaaroyen. Populasi hama Empoasca sp
Diptera dan Famili Drosophilidae. Menurut
merupakan serangga hama tertinggi dengan
(Ashburner, 1989) pada saat larva
rata-rata populasi 109,03 ekor, kemudian
Drosophila membentuk cangkang pupa,
diikuti hama Drosophila sp dengan rata-rata
tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras
populasi 37,03 ekor, hama Nesidiocoris
dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap
tenuis dengan rata-rata populasi 34,11 ekor,
disebut larva instar empat. Fomasi pupa
hama Liriomyza sp dengan rata-rata populasi
ditandai dengan pembentukan kepala,
10,72 ekor, hama Lygus sp dengan rata-rata
bantalan sayap, dan tungkai.
populasi 4,47 ekor, hama Phthorimaea sp
Selain serangga hama juga terdapat
dengan rata-rata populasi 2,97 ekor, hama
berbagai jenis serangga yang bersifat
Antractomorpha sp dengan rata-rata populasi
predator maupun bersifat sebagai parasitoid
1,61 ekor dan populasi terendah yaitu hama
yaitu : Predator Chilomenes sp (Gbr. 11a),
Epilachna sp dengan rata-rata 0,69 ekor.
Predator Syrphus sp (Gbr. 11b), Predator
Farficula sp (Gbr. 11c) dan Parasitoid
Pimplinae sp (Gbr. 11d)

Gambar 11. Serangga-serangga predator dan


parasitoid.
a. Chilomenes sp.
b. Syrphus sp.
Tabel 1. Rata-rata populasi serangga hama pada tanaman Kentang di
Kecamatan Modoinding

Rata-rata populasi tiap jenis Hama di Rata-


Jenis Hama Lokasi sampel (ekor) Jumlah rata
Palelon Makaaroyen Linelean (ekor)
Empoasca sp 70.17 209.08 47.83 327.08 109.03
Nesidiocoris sp 36.25 35.58 30.50 102.33 34.11
Lygus sp 2.58 4.67 6.17 13.42 4.47
Atractomorpha sp 1.00 1.75 2.08 4.83 1.61
Epilachna sp 1.50 0.00 0.58 2.08 0.69
Liriomyza sp 16.33 10.17 5.67 32.17 10.72
Phthorimaea sp 2.00 1.17 5.75 8.92 2.97
Drosophila sp 52.25 41.50 17.33 111.08 37.03

Pada Tabel 1, terlihat Hama Epilachna sp adalah


Empoasca sp adalah serangga hama serangga hama dengan populasi
yang memiliki populasi yang tinggi terendah dibandingkan dengan hama
dengan rata-rata populasi 109,03 lain yang didapatkan karena sifat dari
ekor jika dibandingkan dengan hama ini berada dibagian bawah
serangga hama lainnya dan terendah permukaan daun sehingga pada saat
adalah Epilachna sp. dengan rata- penyapuan hama ini kurang
rata populasi 0,69 ekor Relatif ditemukan.
tingginya populasi Empoasca sp jika Pada Gambar 12 serangga
dibandingkan dengan serangga hama hama tertinggi ditemukan pada
lainnya menunjukkan bahwa lokasi Desa Makaaroyen dengan
Empoasca sp mampu beradaptasi rata-rata populasi 37,99 ekor,
dan cepat berkembang pada kemudian diikuti di desa Palelon
ekosistem Kentang, terlebih lagi dengan rata-rata populasi 22,76 ekor
serangga ini aktif pada sore hari pada dan terendah yaitu di desa Linelean
saat dilakukan pengambilan sampel. dengan rata-rata populasi 14,49 ekor.
40 37.99

POPULASI (EKOR)
35
30
25 22.76
20
14.49
15
10
5
0
PALELON MAKAAROYEN LINELEAN
LOKASI PENGAMATAN

Gambar 12. Rata-rata jumlah individu hama pada tiga desa.

Populasi hama tertinggi ketergantungan petani terhadap


terdapat di desa Makaaroyen jika pestisida kimia (Anonim, 2008).
dibandingkan dengan dua desa yang Selain itu menggunakan pestisida
lainnya, hal ini diduga karena kimia yang tidak bijaksana dapat
intensitas pengendalian hama yang menyebabkan terjadinya pencemaran
dilakukan oleh petani relatif masih terhadap lingkungan yang berakibat
sedikit jika dibandingkan dengan dua kurang baik bagi kesehatan manusia
desa lainnya. Setelah melakukan (Setyono, 2009).
wawancara dengan petani, di desa Pengamatan terhadap populasi
Makaaroyen lebih rendah aplikasinya serangga hama pada berbagai tingkat
karna masih menggunakan umur tanaman, hama Empoasca sp
insektisida kimia yang sebanyak ± 4 dan Drosophila sp. semakin
kali dalam sebulan. Sedangkan bertambah umur tanaman semakin
pengendalian hama pada Desa tinggi populasi hama tersebut
Palelon dan Linelean dilakukan sedangkan hama Phthorimaea
secara rutin yakni setiap 6 hari operculella dan Lygus sp. semakin
sekali. Di Indonesia, penggunaan bertambah umur tanaman semakin
pestisida kimia masih menjadi rendah populasi. Sedangkan hama
andalan bagi masyarakat tani dalam Nesidiocoris sp, Atractomorpha sp.,
upaya mengendalikan organiame Liriomyza sp dan Epilachna sp.
pengganggu tanaman. Ketakutan terjadi perbedaan populasi hama tiap
gagal panen merupakan penyebab
minggunya seperti terlihat pada gambar (Gambar 13).

140
129.44
120
110.78
103.89
100
92
80

60

40 40.67
37
35.33 35.78 36.33 35.33
31.22 32.89
20
10.22 10.56 11.56 10.56
45.11
1.67 4.56
3.78 4.44
2.56 3.78
1.56
0 0.33 0.33 0.44
2 3 4 5

Empoasca sp. Drosophila sp.

Nesidiocoris sp Liriomyza sp.

Lygus sp. Phthorimaea sp.

Atractomorpha sp. Epilachna sp.

Gambar 13. Rata-rata populasi serangga hama berdasarkan umur tanaman.

Berdasarkan gambar tersebut, serangga hama pada tanaman yang


terlihat bahwa populasi serangga berumur 2,3,4 minggu setelah tanam
hama berbeda tiap minggunya. Pada relative lebih sedikit jika
tanaman yang berumur lima minggu dibandingkan dengan tanaman yang
setelah tanam (mst) memiliki jumlah telah berumur lima minggu setelah
daun yang lebih banyak sehingga tanam. Serangga hama
lebih rimbun jika dibandingkan memanfaatkan bagian-bagian dari
dengan tanaman yang berumur tanaman mulai dari buah, daun,
dibawah lima minggu setelah tanam. bunga, ranting, batang, maupun akar
Oleh karena itu jumlah populasi dari dari tanaman sebagai sumber dari
makanan hama. Selain itu Rahayu serangga hama dan terdiri dari 3
(2012) menyatakan bahwa jenis dari ordo Diptera, 2 jenis
kerimbunan daun pada tanaman ordo Hemiptera dan 1 jenis
dapat dimanfaatkan oleh sejumlah masing-masing dari ordo
serangga sebagai tempat berlindung Orthoptera, Lepidoptera dan
dari matahari dan ataupun serangan Coleoptera.
dari musuh alaminya. Perbedaan b. Jenis dan rata-rata populasi
umur tanaman akan berpengaruh serangga hama pada tanaman
terhadap prilaku dari pada serangga Kentang di Kecamatan
hama. Hal ini karena serangga hama Modoinding yaitu Empoasca spp
tertarik pada kesuburan atau (109,03 ekor), Drosophila sp
kelimpahan makanan dari pada hama (37,03 ekor), Nesidiocoris tenuis
tersebut. (34,11 ekor), Liriomyza spp
Melihat populasi dari serangga (10,72 ekor), Lygus sp (4,47
hama ternyata Empoasca sp yang ekor), Phthorimaea operculella
paling mendominasi populasi dari (2,97 ekor), Antractomorpha sp
serangga hama yang lain di tiap (1,61 ekor) dan Epilachna sp
minggunya, Empoasca spp sangat (0,69 ekor).
cepat dalam berkembang biak 5.2. Saran
apalagi di saat pasokan makanan Perlu dilakukan penelitian
yaitu daun-daun muda yang baru lanjut tentang jenis dan populasi
bertumbuh. Pengaruh populasi dari musuh alami terutama predator dan
hama ini bertambah maka tingkat parasitoid pada tanaman kentang.
kerusakan pada tanaman akan lebih DAFTAR PUSTAKA
parah bahkan bisa menyebabkan Anonim, 2004. Musuh Alami, Hama
dan Penyakit Tanaman Teh.
kegagalan panen bagi masyarakat
Direktorat
petani. Perlindungan Perkebunan,
Direktorat Jenderal Bina
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Produksi Perkebunan,
5.1. Kesimpulan Departemen Pertanian,
Jakarta.
a. Serangga yang ditemukan pada
_______, 2008. Dampak pestisida
tanaman Kentang di Kecamatan terhadap ekosistem pertanian
Modoinding berjumlah 8 jenis di Indonesia. Tabloid sinar
tani. Membangun Kotambunan E, M. Tulung, D.
kemandirian petani. Kandowangko, J. M. E.
Mamahit., 2012.
Arifin, M. 2011. Pemanfaatan Musuh
Perkembangan Populasi
Alami dalam Pengendalian
Kepik (Nesidiocoris tenuis
Hama Utama Tanaman Teh,
dan Lygus sp.) Pada
Kopi, dan Kelapa
Tanaman Kentang Di Desa
Ashburner, Michael. 1989. Linelean Kecamatan
Drosophila, A Laboratory Modoinding. Fakultas
Handbook. USA : Pertanian UNSRAT Manado
Coldspring Harbor
Rahayu E, 2012. Faktor-faktor yang
Laboratory Press.
mempengaruhi kehidupan
Astwan, M. 2004. Kentang : Sumber serangga.http://kuliahagribisn
Vitamin C dan Pencegah Hipertensi. iselin.blogspot.com/2012/03/
Budiman, A.A D.T. Sembel, faktor-faktor-yang-
M.Tulung, V.Memah, mempengaruhi.html
M.Meray, M. Ratulangi, M. Sastrosiswojo, S., T.M. Moekasan,
Hamming, G.Carner dan W. Setiawati, A. Adinata dan
B.M. Shepard. 2010. Biologi A. Sutiadi 1993.
dan Tingkat Serangan Pengendalian hama terpadu
Nesidiocoris tenuis Reuter sayuran dataran tinggi. Buku
pada Tanaman Tomat di Panduan Teknis PHT-
Sulawesi Utara. Eugenia SDT. Program Nasional
16(1): 1-12. Pelatihan dan Pengembangan
Borror, J., C., A. And N., F. Jhonson. PHT Bappenas. Balithort
1992. Pengenalan Pelajaran Lembang.
Serangga Sembel, D.T., M. Meray, C.
Edisi Keenam ( Rante, R. Dien, M.
Diterjemahkan oleh Hamming, G. Carner and M.
Soetinoyo Partosoedjono ). Sheppard. 2003. Report on th

FAO, 2011. Guidelines for Intergrated Pest Management


Integrated Control of Rice for Food Production in
Insect Pests. FAO Plant Ecological Sensitive Regions,
Production and Protection N. Sulawesi. Collaboration
Paper. between Unsrat Manado and
Clemson University, South
DeBach, P and K.S Hagen, 1964. Carolina, USA. ALO
Manipulation of for University Cooperation
Entomophagous Species. In: and Development. 5 Annual
Biological Control of Insect Meeting Partnership.
Pests and Weeds. Edited by Washington DC. August 6-8.
Paul DeBach. Pp 429- Washington DC.
458.
Sembel, D. T., 2012. “Dasar-Dasar
Flotz, J. L, 2001. Family Perlindungan Tanaman”,
Identification. University of Fakultas Pertanian
Florida, Dept of UNSRAT Manado.
Entomology and Nematology.
Sembel, D. T, 2014. Serangga- Zaller) di Gudang
serangga Hama Tanaman Penyimpanan Modoinding.
Pangan, Umbi dan Sayur. Tesis S1. Fakultas Perrtanian
Bayumedia Publishing, Unsrat Manado.
Malang Struik P.C. and S.G. Wiersema.
Setyono, A.B., 2009. Kajian 1999. Seed potato
pestisida terhadap lingkungan technology. Wageningen
dan kesehatan serta Pers.
alternative solusinya. Van Den Bosch R. and A. D. Tilford
http/www.naturalnusantara.co 1964. Environmental
.id/indek 7.1.1. Modification and
php?id=54. Biological Control. In:
Sidabutar, M.L. 1987. Ketahanan Biological Control of Insect p
Beberapa Varietas Kentang ests and Weeds. Edited
Terhadap Serangan Ulat by Paul DeBach. Pp 459-511.
penggerek Umbi Kentang
(Phthorimaea operculella

You might also like