You are on page 1of 9

163

IDENTIFIKASI DAN UJI PATOGENISITAS CENDAWAN


ENTOMOPATOGEN LOKAL TERHADAP Leptocorisa oratorius
IDENTIFICATION AND PATHOGENICITY TEST OF LOCAL ENTOMOPATHOGEN FUNGI
AGAINST Leptocorisa oratorius

Emmy Senewe dan Guntur S.J. Manengkey*)


*)Dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Unsrat Manado_95115

ABSTRACT

Leptocorisa oratorius is one major pest of rice in North Sulawesi. Hence, it is necessary to control the
pest. The research objective was to identify and to test pathogenicity of local entomopathogen fungi
which infected Leptocorisa oratorius. The pathogens were collected through sampling of L. oratorius
which had been infected by the fungi in the field. The pathogenic fungi was isolated using PDA medium,
identified followed by inoculation for pathogenecity test. During several sampling pest, it was found that
L. oratorius was attacked by fungal pathogens in the field. The identification revelead that the fungal
pathogens were Beauveria sp and Fusarium sp. Both the fungal pathogen produced white mycelium
and could only be distinguished using microscope in the laboratory. Result of pathogenicity tests
showed that the two fungal pathogens caused different mortality of the L. oratorius. Mortality of L.
oratorius caused by pathogenic fungus Beauveria sp was 30.3% . Whereas, mortality of L. oratorius
caused by Fusarium sp was only 3.33%.
Keywords : pathogenic fungi, entomopathogen, pathogenicity tests, L. oratorius

ABSTRAK

Hama L. oratorius merupakan salah satu hama utama tanaman padi sawah di Sulawesi Utara,
sehingga perlu dilakukan pengendalian. Tujuan penelitian adalah mengetahui jenis cendawan
entomopatogen yang menginfeksi L. oratorius dan uji patogenesitas. Jenis patogen diperoleh melalui
pengambilan contoh L. oratorius yang telah terinfeksi cendawan patogen di lapangan. Cendawan
patogen tersebut disolasi pada media PDA, kemudian dilakukan inokulasi dan uji patogenisitas.
Selama beberapa kali pengambilan contoh hama L. oratorius yang terserang cendawan patogen di
lapangan telah ditemukan dua jenis cendawan patogen. Jenis cendawan patogen yang menginfeksi L.
oratorius adalah Beauveria sp dan Fusarium sp. Kedua cendawan patogen masa meisilum berwarna
putih, dan hanya dapat dibedakan secara mikroskopis di laboratorium. Dari hasil pengujian
patogenisitas menunjukkan bahwa mortalitas L. oratorius oleh kedua cendawan patogen tersebut
berbeda. Mortalitas L. oratorius yang disebabkan oleh cendawan patogen Beauveria sp 30,3,
sedangkan mortalitas L. oratorius yang disebabkan oleh cendawan patogen Fusarium sp adalah
3,33%.
Kata Kunci: Jenis patogen cendawan, uji patogenisitas L. oratorius
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 164

PENDAHULUAN dengan produk tanpa insektisida yang disebut per-


tanian organik. Oleh karena itu sudah saatnya di-
Survei yang dilakukan oleh Tim Fakultas lakukan pengendalian hama yang tidak menimbul-
Pertanian Unsrat telah ditemukan 22 jenis serangga kan masalah baru dan tidak mencemari lingkungan.
hama yang menyerang pertanaman padi sawah di Pengendalian serangga hama yang dapat menekan
Sulawesi Utara, namun hanya beberapa jenis se- pengaruh negatif terhadap lingkungan adalah pe-
rangga hama yang menimbulkan kerusakan cukup manfaatan cendawan entomopatogen lokal. Namun
serius pada tanaman padi sawah, diantaranya L. sampai saat ini belum diketahui jenis cendawan en-
oratorius, Pareucoemetus sp, Scirpophaga inotata, tomopatogen lokal yang menginfeksi L. oratorius di
S. insertulas, N. virescens, N. nigropictus dan C. Sulawesi Utara terutama Minahasa Selatan. Hall
medinalis. Beberapa tempat pertanaman padi (1973) mengemukakan keuntungan penggunaan
sawah di Minahasa Selatan, dan Minahasa Utara cendawan entomopatogenik antara lain relatif
tidak memberikan hasil optimal, dikarenakan ada- aman, kapasitas reproduksi tinggi, siklus hidup
nya serangan hama L. oratorius (Sembel, dkk., pendek, bersifat selektif, kompatibel dengan pe-
2000). Kerusakan hama L. oratorius adalah meng- ngendalian lainnya, relatif murah diproduksi dan ke-
isap bulir padi, akibat serangan hama ini menye- mungkinan menimbulkan resistensi amat kecil atau
babkan pertumbuhan bulir padi kurang sempurna, lambat, dan dapat membentuk spora yang dapat
biji tidak terisi penuh atau hampa sama sekali, bertahan lama, bahkan dalam kondisi yang tidak
dengan demikian akan mengakibatkan penurunan menguntungkan sekalipun.
kualitas dan kuantitas hasil. Data kerusakan tanam- Steinhaus (1963) melaporkan bahwa lebih
an padi sawah oleh L. oratorius belum banyak di- dari 915 mikroorganisme bersifat patogenik ter-
laporkan, namun kerusakan yang ditimbulkan oleh hadap serangga termasuk kira-kira 25 spesies
serangga hama ini dipengaruhi oleh stadia masak bakteri, 400 spesies virus dan riketsia, 255 spesies
dari malai padi, dimana kerusakan tertinggi terdapat cendawan, 200 spesies protozoa dan 15 spesies
pada saat malai masak susu. Jumlah biji padi ter- nematoda. Di Indonesia, jenis cendawan patogen
serang L. oratorius berdasarkan tingkat kemasakan yang menginfeksi pada serangga hama L. oratorius
malai padi adalah berbunga biji terserang 72,3 biji adalah Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae
per 2 malai, masak susu biji terserang 86,5 biji per dan M. flavoridae (Anonim, 1990; Kalshoven,
2 malai, dan masak dengan butir keras 53,5 biji per 1981). Di Filipina, selain ketiga cendawan patogen
2 malai (Djuwarso, dkk., 1989). yang dapat menginfeksi L. oratorius ditemukan pula
Sembel dkk. (2000) melaporkan bahwa Paccilomyces lilacinus (Rombach et. al., 1994) Di
pengendalian serangga hama L. oratorius oleh pe- Sulawesi Utara, penelitian entomopatogen telah di-
tani sawah masih sangat tergantung pada insekti- laporkan oleh Rimbing dkk. (2006) bahwa cenda-
sida. Aplikasi insektisida pada tanaman padi sawah wan entomopatogen lokal yang mampu menginfek-
sejak vegetatif sampai menjelang panen oleh petani si wereng hijau N. virescens, yaitu Fusarium sp.,
6 - 12 kali per musim tanam. Frekwensi aplikasi Glasdosporium sp., Beauveria sp., Metarhzium sp
insektisida meningkat pada saat memasuki fase A, dan Metarhzium sp B.
reproduktif, dikarenakan adanya serangan hama L. Uji patogenisitas cendawan entomopato-
oratorius. Insektisida yang digunakan antara lain gen di Sulawesi Utara telah diteliti oleh Rimbing
Dharmabass, Actara, Decis, Ambush, Proclaim dan dkk. (2006) bahwa mortalitas N. virescens oleh
Furadan. Aplikasi insektisida dilakukan secara terus cendawan entomopatogen Cladosporium sp, dan
menerus pada setiap musim tanam, bahkan aplika- Fusarium sp lebih kecil 50 %, sedangkan
si insektisida dilakukan secara bergantian pada ber- Metarhizium sp dan Beauveria sp. di atas 80 %
bagai jenis insektisida, bila insektisida tersebut ti- pada konsentrasi spora 1 x 108. Kemampuan cen-
dak mampu menurunkan populasi hama. dawan entomopatogen B. bassiana pada konsen-
Bila petani masih mengandalkan insektisi- trasi 1,35 x 107 konidia/ml mortalitas mencapai
da menyebabkan suatu produk akan kalah bersaing 71,88 %, sedangkan konsentrasi spora 0,38 x 107
Senewe,E. dan G. Manengkey : Identifikasi dan Uji Patogenisitas …………….. 165

konidia/ml hanya mampu mematikan hama L. malai. Serangga hama dewasa atau imago yang di-
oratorius 13,87 % (Tohidin, dkk., 1993). ambil dari lapang kemudian dimasukkan ke dalam
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kurungan kasa, sebanyak 25 pasang. Percobaan ini
jenis cendawan entomopatogen yang menginfeksi diulang sebanyak 3 kali, sehingga dibutuhkan 75
L. oratorius dan uji patogenesitas. pasang / 3 kurungan kasa.

METODE PENELITIAN Penetapan Cendawan patogen (Postulat Koch)


Tahap pertama dilakukan isolasi cenda-
Penelitian telah dilaksanakan pada dua wan pada media PDA (Potato Dextrose Agar) untuk
tempat, yaitu penelitian lapangan, laboratorium dan mendapatkan jenis-jenis cendawan yang menimbul-
green house. Isolasi, uji Postulasi Kock dan pato- kan penyakit pada hama L. oratorius.
genisitas pada L. oratorius di laboratorium dan Dari hasil isolasi cendawan pada media
green house lapangan. PDA belum diketahui secara pasti bahwa cenda-
wan tersebut merupakan penyebab terjadi infeksi
Pelaksanaan Penelitian pada L. oratorius. Oleh karena itu untuk menetap-
Penetapan Lokasi Pengambilan Contoh kan penyebab terjadi infeksi hama L. oratorius,
Pengambilan contoh L. oratorius yang ter- maka cendawan tersebut perlu diinokulasi pada L.
infeksi cendawan patogen dilaksanakan pada 3 oratorius yang sehat dari hasil pemeliharaan
wilayah Kecamatan. Penetapan wilayah sebagai serangga di green house. Sebanyak 10 ekor nimfa
tempat pengambilan contoh serangga hama L. instar 4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
oratorius adalah sebagai berikut: Wilayah Kecamat- telah ditetesi 4 ml suspensi spora, demikian pula
an Tenga adalah Desa Radey, Pakuweru, Boyong; dengan imago. Serangga yang berada dalam
Wilayah Kecamatan Tumpaan adalah Desa tabung reaksi dibiarkan selama 20 menit, dan se-
Tumpaan 1, Matani dan Popontolen; Wilayah Ke- lanjutnya nimfa dan imago dilepaskan pada kurung-
camatan Tompasobaru adalah Desa Tompasobaru an kasa yang sudah tersedia tanaman padi sawah.
1, Kuraweruan, dan Toraut. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk mendapat-
Setiap desa ditentukan 2 tempat peng- kan serangga yang mati selama 10 hari setelah
ambilan contoh serangga hama L. oratorius. Jadi dilakukan inokulasi. Selanjutnya serangga tersebut
jumlah lokasi sebagai tempat pengambilan contoh diinkubasi selama 3 - 5 hari, kemudian diisolasi
serangga hama yang terserang cendawan untuk kembali ke media PDA.
setiap wilayah kecamatan adalah 3 desa x 3 tempat
pengambilan = 9 lokasi sebagai tempat pengambil- Uji Tingkat Patogenisitas Cendawan
an contoh. Ukuran contoh untuk setiap lokasi se- Entomopatogen
bagai tempat pengambilan contoh adalah 1 ha. Dosis spora untuk mengukur patogenisi-
Pengambilan contoh serangga hama L. tas dari setiap cendawan adalah 1 x 108. Penyem-
oratorius yang terserang cendawan dilakukan 4 kali protan suspensi pada hama L. oratorius dilakukan
secara periodik yakni 2 minggu sekali dimulai 57 saat setelah imago dimasukkan ke dalam kurungan
hst, dan 69 hst, dan 81 hst. Dilakukan pada umur kasa. Jumlah cairan semprot yang diaplikasi pada
tanaman 57 hst, karena hama L. oratorius sudah rumpun tanaman padi sawah adalah 20 ml/rumpun/
mulai menyerang tanaman padi sawah. kurungan kasa.
Dalam percobaan ini ditemukan 2 jenis
Pemeliharaan Serangga Hama cendawan patogen, maka jumlah imago yang di-
Pemeliharaan serangga hama L. oratorius perlukan dalam percobaan ini adalah 2 jenis x 3
dengan maksud mendapatkan stadia nimfa dan ulangan x 20 individu = 120 individu. Dalam peng-
imago sebagai media yang akan diinokulasi dengan ujian patogenisitas, hal-hal yang diamati adalah ge-
cendawan. Setiap kurungan kasa berukuran 1 x 1 x jala serangan, waktu timbulnya gejala, lamanya ke-
1,25 m dimasukkan 1 ember plastik yang telah ber- matian imago L. oratorius pada setiap cendawan
isi tanaman padi sawah yang telah menghasilkan
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 166

patogen dan jumlah mortalitas L. oratorius dari oratorius nimfa dan imago di lapangan yang ter-
masing-masing cendawan. Pengamatan dilakukan serang atau terinfeksi cendawan patogen di Ke-
setiap hari setelah dilakukan inokulasi sampai 14 camatan Tenga, Kecamatan Tumpaan dan Ke-
hari di green house. camatan Tompasobaru. Serangga hama L.
Persentase mortalitas L. oratorius dapat oratorius yang terserang cendawan patogen pada
dihitung dengan menggunakan rumus yang dike- masing-masing lokasi pengambilan contoh dapat
mukakan oleh Finney (1952). diikuti pada Tabel 1.
r Sebagaimana tercatum pada tabel 1 bah-
P = -------------- x 100 % wa semua lokasi sebagai tempat pengambilan con-
N toh ditemukan serangga hama L. oratorius terse-
P= Persentase mortalitas L. oratorius rang cendawan patogen. Cendawan patogen ter-
r= Jumlah imago yang mati karena patogen sebut tidak hanya terbatas pada imago yang di-
N= Jumlah imago yang diamati serang, tetapi ditemukan pula pada stadia nimfa.
Morfologi cendawan patogen yang ditemukan pada
Pengamatan hama L. oratorius masing-masing lokasi tidak ber-
Pengamatan cendawan entomopatogen beda. Semua cendawan yang ditemukan selama
adalah sebagai berikut : Pengamatan morfologi ko- pengambilan contoh yakni micilum berwarna putih.
nidia, hifa, konidiophore dan warna koloni cenda- Hama L. oratorius yang terserang cendawan
wan pathogen; gejala serangan dari patogen pada patogen ditemukan pada tanaman padi sawah
serangga hama L. oratorius setelah diinokulasi; kurang lebih 5 - 20 cm dari permukaan tanah pada
menghitung mortalitas L. oratorius pada setiap cen- batang tanaman padi sawah. Contoh cendawan
dawan entomopatogen; lamanya kematian serang- patogen yang ditemukan pada hama L. oratorius
ga hama L. oratorius pada masing-masing cenda- dapat diikuti pada gambar 1.
wan entomopatogen setelah dilakukan inokulasi; Populasi hama L. oratorius terserang
waktu terbentuknya mycelium dan spora pada per- cendawan patogen yang ditemukan pada masing-
mukaan tubuh serangga dari masing-masing cen- masing lokasi lebih dari 2 individu, sehingga untuk
dawan entomopatogen satu kecamatan dapat ditemukan 5 - 15 individu
yang terserang cendawan patogen. Untuk lokasi
IdentifIkasi yang banyak ditemukan terserang cendawan
Identifikasi patogen dilakukan sampai ting- patogen terdapat di Kecamatan Tenga, rata-rata
kat famili, genus dan species berdasarkan pada 10-15 individu. Menurut DeBach (1964) bahwa per-
morfologi konidia, hifa, konidiophore dan warna kembangan musuh-musuh alami mengikuti per-
koloni. Kunci identifikasi patogen yang digunakan kembangan dari populasi serangga hama yang
adalah Alexopoulus dan Mins (1979); Anonim terdapat pada ekosistem tanaman tersebut. Bila
(1990), Samson (1981); Burgess dan Hussey populasi serangga hama cukup banyak sudah tentu
(1971); Poinar dan Thomas (1984). populasi yang terkena cendawan patogen menjadi
Analisis Data cukup banyak pula.
Data yang diperoleh dari uji patogenisitas Masa koloni yang ditemukan pada hama
cendawan patogen telah dilakukan analisis statistik L. oratorius di masing-masing lokasi pengambilan
deskriptif. contoh tidak bervariasi. Koloni dari cendawan
patogen yang ditemukan di lapangan berwarna
HASIL DAN PEMBAHASAN putih. Masa koloni antara Beauveria sp. dan
Fusarium sp. berwarna putih dan sulit dibedakan
Jenis Cendawan Patogen secara visual di lapangan maupun di laboratorium.
Sebelum mendapatkan inokulum cenda- Kedua jenis patogen tersebut hanya mampu di-
wan patogen pada L oratorius, terlebih dahulu di- bedakan secara mikroskopis setelah dilakukan iso-
lakukan pengambilan contoh serangga hama L. lasi pada media PDA di laboratorium. Masa koloni
Senewe,E. dan G. Manengkey : Identifikasi dan Uji Patogenisitas …………….. 167

tersebut diambil sebagiannya kemudian diisolasi Fusarium sp. Diduga jenis cendawan Beauveria sp
pada media PDA. Dari hasil pengujian Postulat yang menyerang L. oratorius memiliki strain yang
Koch telah ditemukan dua jenis cendawan entomo- sama dengan strain cendawan Beauveria sp yang
patogen yang dapat menginfeksi nimfa dan imago menyerang wereng hijau di Sulawesi Utara.
L. oratorius yakni Beauveria sp dan Fusarium sp.
Dari pengamatan secara makroskopis kedua Uji Patogenistas Cendawan Patogen
cendawan di lapangan sulit dibedakan, dan hanya Dari hasil uji patogenisitas kedua cenda-
mampu dibedakan secara mikroskopis di laborato- wan tersebut hanya mampu menurunkan populasi
rium. Cendawan Beauveria sp micelium dan konidia L. oratorius di bawah 40 % dengan konsentrasi
(spora) yang dihasilkan berwarna putih, bentuknya spora yang digunakan dalam percobaan ini 1 x 108.
oval dan tumbuh secara zig-zag pada konidiofor- Infeksi cendawan Beauveria sp pada imago L
nya, sedangkan cendawan Fusarium sp memben- oratorius, setelah dilakukan aplikasi di kurungan
tuk miselium sama seperti Beauveria sp yakni kasa dan kemudian dibiakan selama beberapa hari
berwarna putih, tetapi jamur Fusarium sp. memben- di laboratorium dapat dilihat pada gambar 2.
tuk 2 jenis konidia yakni mikrokonidia dan makro- Dari hasil pengamatan menunjukkan bah-
konidia. Mikrokonidia tidak memiliki sekat, sedang- wa serangga hama L. oratorius terserang patogen
kan makrokonidia memiliki 2-3 sekat dan mem- baik Beauveria sp dan Fusarium sp, kurang aktif
bentuk seperti bulan sabit. Rimbing dkk. (2006) bergerak sampai mengalami kematian. Setalah ha-
melaporkan bahwa cendawan Beauveria sp dan ma tersebut mati beberapa hari kemudian muncul
Fusarium sp. menginfeksi hama wereng hijau pada miselium pada bagian tubuh serangga imago L.
pertanaman padi sawah di Sulawesi Utara. Cen- oratorius.
dawan patogen Beauveria sp. lebih efektif meng-
infeksi hama wereng hijau dibandingkan dengan

Tabel 1. Hama L. oratorius yang Ditemukan terserang Cendawan Patogen Pada Masing-Masing Lokasi
Pengambilan Contoh
(Table 1. Pest L. oratorius is found attacked by fungus pathogens at Each Sampling Location)
No Lokasi Terserang Cendawan
1 Kecamatan Tenga √
2 Kecamatan Tumpaan √
3 Kecamatan Tompasobaru √

Gambar 1. Cendawan Patogen yang Menginfeksi L. oratorius Pada Tanaman Padi Sawah
(Figure 1. Pathogenic Fungi that Infect L. oratorius on Rice Plants)
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 168

Gambar 2. Mortalitas Imago Setelah diaplikasi Beauveria sp.


(Figure 2. Mortality Imago Once Applied Beauveria sp.)

Tabel 2. Rata-rata Mortalitas L. oratorius oleh Cendawan Patogen Beauveria sp. dan Fusarium sp.
(Table 2. The average mortality of L. oratorius by the fungus Beauveria sp Pathogens. and Fusarium sp.)
No Cendawan Mortalitas (%)
1 Beauveria sp 30,03 %
2 Fusarium sp 3,33 %

Miselium muncul pada bagian ruas atau segmen yakni 1 x 108. Bila konsentrasi spora cendawan di-
dari hama tersebut, terutama bagian toraks dan ke- naikan besar kemungkinan dapat mencapai di atas
pala. Hasil pengamatan hama L. oratorius yang ter- 60 %. Nilai mortalitas L. oratorius masih lebih tinggi
infeksi Beauveria sp. menunjukkan bahwa pada ha- dibandingkan yang dilaporkan Assa dkk. (2009)
ri ketiga mulai nampak miselium muncul pada per- bahwa Beauveria sp mampu mematikan imago L.
mukaan tubuh hama L. oratorius. Adanya miselium oratorius sebesar 18,4 % pada konsentrasi 1x 108.
atau hifa pada serangga hama L. oratorius, setelah Mortalitas L. acuta pada kedua cendawan tersebut
hama L. oratorius mati. Hama L. oratorius yang disajikan pada Tabel 2.
mati oleh Beauveria sp menjadi kaku dan mudah Suryana dan Erviana (2001) melaporkan
remuk. Cendawan B. bassiana memproduksi bahwa suspensi spora 10 gr dan 1000 ml air
Beauvericin yang mengakibatkan gangguan pada mampu mematikan kepinding tanah, Scotinophara
fungsi hemolimfa dan inti sel serangga inang. coarctata. Cendawan Beauveria bassiana mampu
Seperti umumnya jamur B. bassiana menginfeksi mematikan hama kepinding tanah 57,1 % lebih
serangga inang melalui kontak fisik, yaitu dengan tinggi daripada Metarhizium anisopliae 42,9 %.
menempelkan konidia pada integumen. Perke- Berbeda yang dilaporkan oleh Rimbing dkk. (2007)
cambahan konidia terjadi dalam 1-2 hari kemudian bahwa mortalitas wereng hijau tertinggi ditemukan
dan menumbuhkan miselianya di dalam tubuh pada Metarhizium sp 91,25 %, dan Beauveria sp.
inang. Serangga yang terinfeksi biasanya akan ber- 86,25 %. Kemampuan Beauveria sp terhadap ha-
henti makan sehingga menyebabkan imunitasnya ma-hama tanaman pertanian sangat dipengaruhi
menurun (Deciyanto dan Idrayani, 2008). Kematian oleh jenis hama inang, dan strain dari cendawan
L. oratorius oleh Beauveria sp dikarenakan adanya tersebut. Dari segi ukuran kedua jenis serangga ha-
senyawa kimia Beauvericin. ma tersebut berbeda, sehingga tingkat mortalitas
Masih rendahnya mortalitas L. oratorius kedua hama tersebut berbeda. Hama L. oratorius
oleh Beauveria sp, dimungkinkan karena konsen- jauh lebih besar dibandingkan dengan wereng
trasi spora yang digunakan masih tergolong rendah hijau.
Senewe,E. dan G. Manengkey : Identifikasi dan Uji Patogenisitas …………….. 169

Sebagaimana yang tercatum pada tabel 2 Beauveria sp. dalam menunjang pengujian cenda-
bahwa mortalitas L. oratorius yang tertinggi ditemu- wan patogen di lapangan; masih perlu dilakukan
kan pada Beauveria sp dibandingkan dengan penentuan LD50 dan LD95 cendawan Beauveria sp
Fusarium sp. Dalam kaitan dengan program pe- terhadap L. oratorius
ngendalian hama dengan memanfaatkan agen
hayati seperti cendawan pathogen Fusarium sp DAFTAR PUSTAKA
sulit untuk dikembangkan sebagai agen hayati un-
tuk mengendalikan hama L. oratorius, dikarenakan Anonim. 1990. Musuh Alami Organisme Peng-
mortalitas L. oratorius pada tingkat laboratorium ganggu Tanaman Padi. Direktorat Jende-
sangat rendah hanya mencapai 3,33%. Hongke ral Pertanian Tanaman Pangan. Direkto-
(1983) melaporkan bahwa Fusarium sp mampu rat Bina Perlindungan Tanaman. Jakarta.
menginfeksi serangga dari golongan Lepidoptera DeBach, P. 1964. Succes, Trends and Future
dan Homoptera. Fusarium sp mampu membunuh Possibities. In Biological Control of Insect
wereng hijau dan wereng coklat sekitar 51 – 80%. Pest and Weeds. Ed.by P. DeBach.
Pada tingkat laboratorium Beauveria sp Reinhold pub, crop. 844 p
mampu membunuh hama L. oratorius mencapai Decianto, S dan G.A.A. Indrayani. 2009. Jamur
33,3%, namun keefektifan cendawan Beauveria sp. Entomopatogen Beauveria bassiana : Po-
di lapangan masih perlu dilakukan pengujian di tensi dan Prospeknya dalam Pengendali-
lapangan, sehingga diperoleh data tentang efektifi- an Hama Tungau. Balai Penelitian Tana-
tas cendawan Beauveria sp tersebut. Pengujian di man Tembakau dan Serat. Malang,
laboratorium atau green house suhu dan kelemba- Indonesia
ban sangat stabil, serta tidak ada sinar matahari. Djuwarso, T., Supratoyo, A. Sultohoni dan M. Iman,
Untuk di lapangan banyak faktor yang mempenga- 1989. Preferensi Walang Sangat,
ruhi terhadap virulensi cendawan tersebut dalam Leptocorixa acuta Fabricius pada Rumput
menurunkan populasi hama di lapangan. Belum dan Teki serta Serangannya pada Padi.
tentu bahwa mortalitas imago L. oratorius di labora- Penelitian Pertanian. Balai penelitian
torium 33,3 % oleh Baeuveria sp. berlaku pula ter- Tanaman Pangan Bogor.
hadap mortalitas L. oratorius di lapangan. Hall, T. M. 1973. Use of Microorganisme in
biological control. Biological of insect pest
KESIMPULAN DAN SARAN and weeds Chapman and Hall Ltd London
P. 610-628.
Kesimpulan Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops In
Cendawan patogen yang menginfeksi ha- Indonesia. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
ma L. oratorius di Kabupaten Minahasa Selatan Jakarta.
adalah Beauveria sp. dan Fusarium sp. Ke- Rimbing, J., M. Manengkey dan M. Ratulangi. 2006.
mampuan cendawan patogen untuk membunuh Keanekaragaman Jenis Cendawan
imago hama L. oratorius tertinggi ditemukan pada Entomopatogen Lokal dan Tingkat Pato-
Beauveria sp 30,03 %, dan Fusarium sp hanya genisitasnya pada Hama Wereng sebagai
3,33%. Cendawan patogen yang berpontensi un- Vektor Virus Tungro pada Tanaman Padi
tuk dikembangkan sebagai agen pengendalian ha- Sawah Di Sulawesi Utara. Fakultas
ma L. oratorius adalah Beauveria sp. Pertanian.
Rombach, M.C ., D. W. Roberts and R. M. Aguda.
Saran 1994. Pathogen of Rice Insect. In E.
Perlu dilakukan uji efektifitas cendawan Aheinrichs. Biologi and Management Of
patogen pada stadia telur; perlu dilakukan peng- Rice Insect. International Rice Research
ujian kembali ditingkat laboratorium pada konsen- Institute.
trasi yang cukup tinggi untuk cendawan patogen
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 170

____________, J. Rimbing, M. Ratulangi., M. Tohidin, A., T. lisrianto, Bey. P. Machdar, 1993.


Meray. 2000. Pemantauan dan Peramal- Daya Bunuh Jamur Entomopatogen
an Organisme Pengganggu Tanaman Beauveria bassiana (Moniliales;
Pangan di Sulawesi Utara. Fakultas Per- Moniliacea) terhadap Leptocorixa acuta
tanian Unsrat Manado Thunberg (Hemiptera; Alydidae) di Rumah
Suryana, T. dan Lilya Erviana, 2001. Pengendalian Kaca. Posiding Makalah. Symposium
Kepinding Tanah Scotinophara coarctata Patologi Serangga I. Yogyakarta.
dengan Cendawan Entomopatogenik.
Prosiding Simposium, Pengendalian Ha-
yati Serangga. Perhimpunan Entomologi
Indonesia Cabang Bandung, Bandung.
171

You might also like