Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Potato (Solanum tuberosum L.) is one of the five basic sources of carbohydrates. It consumed by
many people world spreads. One of the constraints in potato production is the presence of fungal
diseases. Fungi that cause diseases in potato crops include Phytophthora infestans which causes late
blight, Fusarium oxysporum which cause fusarium wilt, Alternaria solani Sor. which cause brown
spot disease, and Aspergillus niger which infect bulbs and produce aflatoxin. Identification of
potatoes-contaminating fungi can lead the farmers to get a better potatoes production. This research
goal is to identify potatoes-contaminating fungi in traditional market of Condong Catur, District of
Sleman, Yogyakarta. This research was using descriptive method with laboratory examination. We
took 30 defected potatoes suspected of being infected by fungi. Samples were taken from each potato
aseptically and then cultured in Saboraud’s Dextrose Agar (SDA) media. Observation was held for
the fungi growth after 24 hours incubation. From the laboratory examination, there were fungal
infections in all of potatoes and identified as Phytopthora infestans (26.67%), Fusarium oxysporum
(86.67%), Alternaria solani Sor. (6.67%), and Aspergillus niger (13.33%). Phytophthora infestans,
Fusarium oxysporum, Alternaria solani Sor., and Aspergillus niger identified as potatoes-
contaminating fungi in Traditional Market of Condong Catur, District of Sleman, Yogyakarta.
bertunas, pecah, berubah warna, bermata terkait dengan adanya infeksi jamur karena
dalam atau karena kerusakan lainnya. Kulit dari hasil identifikasi, dapat diketahui bahwa
umbi melekuk dan agak berair dan bila seluruh sampel kentang yang diperiksa
dibelah, daging buah berwarna coklat. terinfeksi oleh jamur. Dari satu sampel, dapat
Identifikasi jamur dilakukan dengan ditemukan lebih dari satu spesies jamur yang
menanam biakan jamur pada media menginfeksi. Jamur yang ditemukan
Saboraud’s Dextrose Agar (SDA). Permukaan menginfeksi paling banyak pada sampel
luar umbi kentang, yaitu bagian stolon atau kentang adalah Fusarium oxysporum yang
mata tunas yang melekuk kedalam, ditanam ditemukan pada 26 dari 30 sampel. Sedangkan
pada objek glass yang sudah diberi 2 ose media jamur lain yang ditemukan adalah Phytopthora
SDA. Gelas benda ditutup dengan gelas infestans, Alternaria solani dan Aspergillus
penutup dan dimasukan ke dalam cawan petri niger (Tabel 1).
yang di dalamnya terdapat kertas saring yang Spesies Fusarium oxysporum memiliki
sudah dibasahi dengan akuades. Masing- karakter hifa bersekat, konidiofor pendek,
masing cawan petri dilabeli nomor sampel dan bentuk konidia bulat atau bulat telur, dan
tanggal pengujian lalu dibungkus dengan konidia tidak berwarna (Enya dkk, 2008).
plastik. Media berisi biakan diinkubasi selama Jamur ini ditemukan paling banyak pada
2 hari pada suhu 20-30℃. Setelah itu dilakukan sampel kentang yang diperiksa.
identifikasi terhadap morfologi jamur yang Berdasarkan Struk (2008), Phytophthora
tumbuh pada media. infestans merupakan jamur dari kelas
Oomycetes, tidak bersepta, reproduksi seksual
HASIL dengan zoosporabiflagela, organ seksualnya
Sampel yang digunakan dalam penelitian antheridia dan oogonia. Sporangiofor biasanya
adalah umbi kentang dengan kriteria kentang tidak dibedakan dengan miselium. Sporangia
cacat atau berbentuk agak lonjong, dengan berbentuk ovoid, seperti lemon, memiliki
tekstur agak lembut berair, bermata dalam, papila. Adanya papilla menjadi ciri khas
bertunas, kulit mengelupas, dan keadaan utuh. Phytopthtora infestans. Koloni jamur ini
Kondisi sampel kentang ini kemungkinan berwarna ungu-pink dan berserabut.
Jamur lain yang teridentifikasi adalah dengan konidiofor tegak, bersekat, mempunyai
dengan ciri-ciri miselium berwarna coklat sekat melintang 5-10 buah dan satu atau lebih
muda, konidium berbentuk seperti gada sekat membujur. Konidium mempunyai paruh
Vol 3, Juni 2015 Biogenesis 30
(beak) pada ujungnya dan paruh bersekat. Spesies terakhir yang teridentifikasi
Menurut Idawati (2012), ciri-ciri tersebut adalah Aspergillus niger dengan karakteristik
mengarah pada spesies Alternaria solani. hifa bersekat, konidiofor bercabang, bentuk
Jamur ini paling sedikit ditemukan, yaitu konidia bulat dan berwarna hitam serta
hanya pada 2 sampel. terdapat vesikel (Gambar 2).
(1)
(2) (3)
(4) (5)
Gambar 2. (1) Koloni jamur a. Phytopthora infestans, b. Alternaria solani, c. Fusarium oxysporum, d.
Aspergillus niger; (2) Jamur Phytopthora infestans: a. Hifa, b. Konidia; (3) Jamur Fusarium
oxysporum a. Makrokonidia, b. Mikrokonidia, c. Hifa; (4) Jamur Alternaria solani: a.
Mikrokonidia, b. Makrokonidia; (5) Jamur Aspergillus niger: a. hifa, b. konidium
SRI RAHAYU dkk Biogenesis 31
penyakit biasanya memiliki banyak bercak Idawati N. 2012. Pedoman Lengkap Bertanam
berwarna, bertunas, berubah warna, kulit Kentang. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
mengelupas, bermata dalam atau karena hal 83-97.
kerusakan lainnya. Selain itu, kulit umbi Lawley R. 2006. Altenaria Toxins. www.
kentang melekuk, agak berair dan bila dibelah, mycotoxins.com. Diakses pada Januari
daging umbi berwarna coklat. 2015
Nelson SC. 2008. Late Blight of Tomato
KESIMPULAN (Phytophthora infestans). Plant Diseases.
Jamur kontaminan yang ditemukan paling vol 45:2
banyak adalah Fusarium oxysporum yang Purwantisari S, Ferniah RS dan Raharjo B.
teridentifikasi pada 26 dari 30 sampel. Jamur 2008. Pengendalian Hayati Penyakit
lainnya yang teridentifikasi meliputi pasar Lodoh (Busuk Umbi Kentang) Dengan
yang meliputi suhu, kelembapan dan intensitas Agens Hayati Jamur-Jamur Antagonis
cahaya. Untuk menghindari efek dari Isolat Lokal. BIOMA. vol 10 (2): 13-19.
kontaminasi jamur pada sampel, penjual Rahayu WP. 2006. Mikotoksin dan
disarankan untuk menyimpan kentang pada Mikotoksis: Mikrobiologi keamanan
lingkungan yang dapat mencegah tumbuhnya pangan Departemen Ilmu dan Teknologi
jamur, sedangkan pembeli disarankan untuk Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
dapat memilih kentang yang baik dan tidak hal 256-257.
menunjukkan ciri-ciri cacat Phytophtora
Soegihartono C. 2008. Kajian Kepuasan Petani
infestans, Alternaria solani dan Aspergillus
Dalam Penggunaan Benih Kentang Tidak
niger. Faktor yang memungkinkan tumbuhnya
Bersertifikat di Kota Batu Propinsi Jawa
jamur adalah infeksi saat masa tanam hingga
Timur. http://www.dikti.org. Diakses
panen dan kondisi lingkungan.
pada Januari 2015.
DAFTAR PUSTAKA Struk PC. 2008. Preface to a Spesial Issue on
Ahmad RZ. 2009. Cemaran Kapang Pada Late Blight and Genetic Modification.
Pakan dan Pengendaliannya. Jurnal Potato Res. vol 51:1-3. DOI
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 10.1007/s111540-008-9096-z.
vol 28 (1): 15-22. Villaeli A. 2010. Ragam Aflatoksin sebagai
Enya J, Togawa M, Takeuchi T, Yoshida S, Salah Satu Cemaran Alamiah Bahan
Tsushima S, Arie T, and Sakai T. 2008. Pangan. Departement of Chemistry.
Biological and Phylogenetic Yogyakarta: University Negeri
Characterization of Fusarium oxysporum Yogyakarta.
Complex, Which Causes Yellows on Zhou B and Qiang S. 2008. Environmental,
Brassica spp., and Proposal of F. Genetic and Cellular Toxicity of
oxysporum f. sp. rapae, a Novel Forma Tenuazonic Acid Isolated from Alternata.
Specialis Pathogenic on B. rapa in Japan. African Journal, Biotechnol. vol 7(8):
Phytopathology. vol 98 (4): 475-83. 1151- 1156.