You are on page 1of 8

J. HPT Tropika.

ISSN 1411-7525
56 J. HPT Tropika
Vol. 12, No. 1: 56 – 63, Maret 2012
Vol. 12, No. 1, 2012: 56 – 63

POTENSI PARASITOID TELUR PENGGEREK BATANG PADI KUNING


SCIRPOPHAGA INCERTULAS WALKER PADA BEBERAPA
TIPOLOGI LAHAN DI PROVINSI JAMBI

Wilyus1, Fuad Nurdiansyah1, Siti Herlinda2, Chandra Irsan2 & Yulia Pujiastuti2

1
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
E-mail:wilyus_hpt@yahoo.co.id
2
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

ABSTRACT

Potential of egg parasitoids of the yellow rice stem borer Scirpophaga incertulas Walker in several land typologies in
Jambi Province. The research was conducted to analyze the diversity, dispersal and domination of the egg parasitoid species
of the yellow rice stem borer Scirpophaga incertulas Walker on several land typologies in Jambi Province. The study was
conducted by survey method, from December 2010 until June 2011. Samples of egg parasitoids of S. incertulas were collected
by baiting parasitoids with eggs of S. incertulas. The results of the research showed that there were three spesies of the egg
parasitoids of S. incertulas found in Jambi Province, the most dominant was Telenomus rowani Gahan, followed by
Trichogramma japonicum Ashmead and Tetrastichus schoenobii Ferriere. T. rowani and T. japonicum were found in all
wetland ecosystems in Jambi Province (tidal swamp, swampy area, rainfed lowland, lowland technical irrigation, and upland
technical irrigation), while T. schoenobii was found only in tidal swamp, swampy area, and lowland technical irrigation. The
highest species diversity of egg parasitoid of S. incertulas was found on tidal swamp (Shannon index 1.047), followed by
swampy area, lowland technical irrigation, rainfed and upland technical irrigation area. The average of proportion of egg
masses parasitized by T. rowani, T. japonicum and T. Schoenobii were 22.58, 6.18 and 2.68% respectively. The average of
individual eggs parasitized by T. rowani, T. schoenobii, and T. japnicum were 8.41, 1.67 and 1.47% respectively.
Key words: diversity, dispersal, domination, egg parasitoids, Scirpophaga incertulas

ABSTRAK

Potensi parasitoid telur penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas Walker pada beberapa tipologi lahan di
Provinsi Jambi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keanekaragaman, persebaran, dan dominasi spesies parasitoid
telur penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas Walker pada beberapa tipologi lahan sawah di Provinsi Jambi.
Penelitian dilakukan dengan metode survei, dari bulan Desember 2010 sampai Juni 2011. Sampel parasitoid telur S. incertulas
diambil dengan metode pengumpanan dengan telur S. incertulas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Provinsi Jambi
terdapat tiga spesies parasitoid telur S. incertulas yang didominasi oleh Telenomus rowani Gahan, diikuti oleh Trichogramma
japonicum Ashmead dan Tetrastichus schoenobii Ferriere. T. rowani dan T. japonicum ditemukan pada pertanaman padi
tipologi lahan pasang surut, rawa lebak, tadah hujan, irigasi teknis dataran rendah dan irigasi teknis dataran tinggi, sedangkan
T. schoenobii ditemukan pada daerah yang terbatas yaitu daerah pasang surut, rawa lebak dan irigasi teknis dataran rendah.
Keanekaragaman spesies parasitoid telur S. incertulas paling tinggi ditemukan pada tipologi lahan pasang surut (indeks
Shanon 1,047), diikuti berturut turut oleh lahan rawa lebak (0,832), lahan irigasi teknis dataran rendah (0,608), lahan tadah hujan
(0,596) dan lahan irigasi teknis dataran tinggi (0,496). Rataan proporsi kelompok telur terparasit oleh T. rowani, T. japonicum
dan T. Schoenobii berturut-turut ialah 28,58, 6,18, dan 2,68%. Rataan butir telur terparasit oleh T. rowani, T. schoenobii, dan
T. japonicum berturut-turut ialah ialah 8,41, 1,67, dan 1,47%.
Kata kunci: Keanekaragaman, persebaran, dominasi, parasitoid telur, Scirpophaga incertulas

PENDAHULUAN Bahkan Syam et al. (2007) menegaskan bahwa


penggerek batang padi merupakan hama paling penting
Salah satu masalah penting dalam meningkatkan pada tanaman padi. Di Indonesia ditemukan beberapa
produksi padi adalah serangan penggerek batang padi. spesies penggerek batang padi yang tergolong dalam
Menurut Jaipla et al. (2005) penggerek batang padi dua famili yaitu famili Pyralidae terdiri atas penggerek
merupakan hama penting pada tanaman padi yang batang padi kuning Scirpophaga incertulas Walker,
secara nyata dapat menyebabkan penurunan hasil. penggerek batang padi bergaris Chilo suppressalis
Wilyus et al. Potensi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning 57

Walker, penggerek batang padi putih Scirpophaga Scirpophaga (Laba et al., 1997). Suneel et al. (2008)
innotata Walker, penggerek batang padi kepala hitam melaporkan bahwa parasitoid telur yang mempunyai
Chilo polychrysus Meyrick dan satu spesies dari famili peranan penting dalam mengendalikan penggerek batang
Noctuidae yaitu penggerek batang padi merah jambu padi adalah T. rowani dan T. schoenobii. Hamijaya
Sesamia inferens Walker (Kalshoven, 1981). et al. (2004) juga melaporkan.bahwa T. rowani paling
Penggerek batang padi yang paling merusak dan banyak dominan ditemukan pada semua tipologi lahan basah di
menimbulkan kerugian di Indonesia dan negara-negara Kalimantan Selatan.
produsen padi lainnya adalah S. incertulas dan S. Masih sedikit informasi yang mendukung untuk
innotata (Siwi et al., 2004; Dale, 1994). Soejitno (1989) pemanfaatan parasitoid telur sebagai agensia hayati
menyatakan bahwa berbagai jenis penggerek batang padi pengendalian penggerek batang padi di Provinsi Jambi,
yang menyerang pertanaman padi di daerah Pantura di antaranya yang berkaitan dengan keanekaragaman
pada tahun 1979-1989 didominasi 95% oleh S. spesies, penyebaran dan dominasi parasitoid telur
incertulas. penggerek batang padi. Penelitian ini dilakukan dengan
Pengendalian penggerek batang padi di Provinsi tujuan menganalisis keanekaragaman, dominasi, dan
Jambi masih bertumpu pada penggunaan insektisida penyebaran parasitoid telur penggerek batang padi pada
sintetik. Cara ini tidak efektif, terbukti dengan berbagai tipologi lahan di Jambi.
meningkatnya serangan dan kerugian akibat hama
penggerek batang ini dari tahun ke tahun. Di samping METODE PENELITIAN
itu, penggunaan insektisida juga dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif terhadap konsumen dan Penelitian dilaksanakan di beberapa tipologi lahan
lingkungan, serta dapat menimbulkan resistensi dan sawah yang terdapat pada lima lokasi di Provinsi Jambi
resurgensi hama. Ardjanhar et al. (2004) melaporkan (Tabel 1). Penelitian berlangsung sejak Desember 2010
bahwa penggunaan insektisida cenderung menurunkan hingga Juni 2011. Keanekaragaman spesies, penyebaran
peranan parasitoid telur penggerek batang padi dan tidak dan dominasi parasitoid telur S. incertulas ditentukan
dapat mencegah kehilangan hasil akibat serangan dengan melakukan pengumpanan parasitoid telur S.
penggerek batang padi. Untuk menanggulangi masalah incertulas. Ngengat S. incertulas ditangkap dari lapang
ini, diperlukan upaya pengendalian melalui konsep (pertanaman padi fase vegetatif) dan dipelihara secara
pengendalian hama terpadu (PHT) yang menekankan individual dengan menggunakan botol plastik (diameter
upaya pengendalian hayati (pemanfaatan musuh alami). 3,5 cm dan tinggi 5 cm). Potongan daun padi segar
Pengendalian hayati menggunakan parasitoid telur dinilai dimasukkan ke dalam botol tempat ngengat meletakkan
sangat baik karena mamarasit telur hama, sehingga hama telur. Telur yang dihasilkan diambil setiap hari dengan
tidak berkembang menjadi larva (fase yang merusak memotong daun tempat menempel telur sepanjang sekitar
tanaman), tidak menimbulkan dampak negatif terhadap 4 cm.
konsumen dan lingkungan, tidak menimbulkan resistensi Dua puluh kelompok telur umur satu malam
dan resurgensi hama, organisme yang digunakan dapat ditempelkan menggunakan staples pada daun tanaman
mencari dan menemukan inangnya, dapat berkembang padi fase vegetatif dan generatif di daerah sampel.
biak dan menyebar, serta pengendalian dapat berjalan Rumpun padi yang diletaki telur penggerek batang padi
dengan sendirinya. Nickel (1964) menyatakan bahwa diberi tanda dengan ajir yang di atasnya diikatkan tali
parasitoid telur adalah faktor penting yang dapat rafia. Setelah dua hari telur diambil kembali (dipanen)
mengatur populasi penggerek batang padi pada saat dengan menggunakan gunting dan dimasukkan secara
kelimpahan hama itu tinggi. terpisah ke dalam botol sampel (diameter 1,5 cm dan
Telah diketahui tiga spesies parasitoid telur tinggi 5 cm) dan diberi label, selanjutnya diinkubasikan
penggerek batang padi yaitu Tetrastichus schoenobii di laboratorium. Karena sebagian kelompok telur yang
Ferriere, Telenomus rowani Gahan dan Trichogramma diletakkan di lapang hilang akibat pengaruh lingkungan
japonicum Ashmead (Rothschild, 1970; Soehardjan, maka jumlah kelompok telur yang dapat dipanen
1976; Catling, 1979; Kim & Heinrich, 1985; Soejitno, bervariasi kurang dari 20 kelompok telur.
1989; Rauf, 2000; Hamid et al., 2003; Ardjanhar et al., Telur S. incertulas yang sudah terkumpul
2004, Hamijaya et al., 2004; Thamrin & Asikin, 2004; dipelihara di laboratorium pada suhu ruang sekitar 240C.
Wilyus, 2009). Kemampuan parasitoid mengendalikan Selama pemeliharaan kelompok telur diamati setiap hari
penggerek batang padi berbeda-beda bergantung spesies selama 15 hari, parasitoid yang muncul diidentifikasi dan
(Rauf, 2000; Wilyus, 2009). T. schoenobii hanya dapat dicatat : (1) Jumlah masing-masing spesies parasitoid
berkembang biak pada telur penggerek batang padi yang muncul, (2) Jumlah larva S. incertulas yang
58 J. HPT Tropika Vol. 12, No. 1, 2012: 56 – 63

T ab el 1. D eskrispi da era h sam pe l pe ngge re k ba ta ng pa di

D a era h sa mp el Ke tinggia n te mpa t da ri


T ipolo gi laha n
(Ka bu paten/K ota ) per mu kaa n la ut (m)
T anju ng Ja bung T imur 0 -1 0 Pasa ng surut
M ua ro Ja mbi 10 – 20 Ra wa leba k
Sar ola ngun 30 – 50 T ada h hu ja n
M er an gin 50 – 200 Iriga si tekn is da ta ra n ren da h
Kerinc i da n Su ngai Penu h 750 – 85 0 Irigasi te knis da t ara n tingg i

muncul, dan (3) Identifikasi spesies parasitoid dilakukan 3(A B)


P(T. s) 100%
mengacu pada Nishida & Torri (1970), Borror & White 3(A B) (C D) 0,5(E F) (H M)
(1970), Shepard et al. (1991), dan Barrion & Litsinger
(1993). Untuk keperluan reidentifikasi sampel imago
parasitoid yang muncul pada saat pemeliharaan difoto (C D)
P(T. r) 100%
menggunakan kamera digital dan dipindahkan ke dalam 3(A B) (C D) 0,5(E F) (H M)
botol koleksi yang berisi alkohol 70%.
Kelompok telur direndam KOH 10% selama 24 0,5(E F)
jam, kemudian dibedah di bawah mikroskop binokuler P(T. j) 100%
3(A B) (C D) 0,5(E F) (H M)
untuk diamati dan dicatat: (1) Spesies parasitoid yang
masih tertinggal di dalam telur, (2) Jumlah masing-
masing spesies parasitoid yang masih tertinggal di dalam dengan:
telur, dan (3) Jumlah larva S. incertulas yang masih P(T. s) = tingkat parasitisasi telur S. incertulas oleh T.
tertinggal di dalam telur. schoenobii,
Data yang diperoleh dianalisis dengan menghitung P(T. r) = tingkat parasitisasi telur S. incertulas oleh T.
jumlah spesies parasitoid, menentukan indeks Shannon rowani,
(Ludwig & Reynold, 1988; Maguraan, 1988), proporsi P(T. j) = tingkat parasitisasi telur S. incertulas oleh T.
kelompok telur terparasit, dan tingkat parasitisasi. Indeks japonicum,
Shannon dihitung dengan rumus sebagai berikut: A = jumlah imago T. schoenobii yang muncul,
B = jumlah imago T. schoenobii yang tidak muncul (mati
s
ni ni di dalam telur),
H' - ln C = jumlah imago T. rowani yang muncul,
i 1 N N
D = jumlah imago T. rowani yang tidak muncul (mati di
dengan dalam telur),
H’ = indeks Shannon, E = jumlah imago T. japonicum yang muncul,
S = jumlah spesies parasitoid pada telur penggerek F = jumlah imago T. japonicum yang tidak muncul (mati
batang padi, di dalam telur),
n = jumlah individu spesies ke-i, H = jumlah larva S. incertulas yang muncul, dan
N = total individu semua sepesies. M = jumlah larva S. incertulas yang tidak muncul (mati
di dalam telur).
Tingkat parasitisasi dinyatakan sebagai persentase
kelompok telur terparasit dan persentase butir telur HASIL DAN PEMBAHASAN
terparasit. Tingkat parasitisasi butir telur dihitung dengan
menggunakan modifikasi rumus yang dikembangkan oleh Keanekaragaman Spesies Parasitoid. Hasil
Kim & Heinrich (1985) dan dikembangkan oleh Rauf pengamatan pada pertanaman padi yang dilakukan pada
(2000). Seekor T. schoenobii memerlukan rata-rata periode Desember 2010 sampai Juni 2011 menunjukkan
tiga butir telur S. incertulas untuk satu siklus hidupnya, bahwa; pada sawah pasang surut, rawa lebak, dan irigasi
satu ekor T. rowani muncul dari satu telur S. incertulas, teknis dataran rendah ditemukan tiga spesies parasitoid
sedangkan dua ekor T. japonicum muncul dari satu telur telur S. incertulas yaitu T. schoenobii, T. rowani dan
S. incertulas. Oleh karena itu rumus yang dipakai T. japonicum. Sedangkan pada tipe sawah tadah hujan
adalah: dan irigasi teknis dataran tinggi ditemukan dua spesies
Wilyus et al. Potensi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning 59

A B C
Gambar 1. Parasitoid telur Scirpophaga incertulas. (A) Telenomus rowani, (B) Trichogramma japonicum dan
(C) Tetrastichus schoenobii.

parasitoid telur S. incertulas yaitu T. rowani dan T. parasitoid pada pertanaman padi di lahan sawah pasang
japonicum (Gambar 1). Ketiga jenis parasitoid ini surut dan lahan rawa lebak dapat disebabkan oleh
sebelumnya juga telah dilaporkan memarasit telur S. ekosistem pada daerah ini yang relatif lebih stabil. Pada
incertulas (Rothschild, 1970; Soehardjan, 1976; Catling, sawah pasang surut dan rawa lebak ini hanya dilakukan
1979; Kim & Heinrich, 1985; Soejitno, 1989; Ardjanhar usaha budidaya tanaman padi satu kali musim tanam
et al., 2004, Hamijaya et al., 2004; Wilyus, 2009). Rauf dalam satu tahun, dan kegiatan budidaya tanaman padi
(2000) melaporkan bahwa ketiga jenis parasitoid tersebut tidak dilakukan secara intensif. Di daerah persawahan
juga merupakan parasitoid telur S. innotata. pasang surut dan rawa lebak, pada saat musim tanam
Keanekaragaman spesies parasitoid telur S. berlangsung di sekitar atau di antara persawahan
incertulas paling tinggi ditemukan pada tipologi lahan terdapat lahan yang tidak diolah karena alasan teknis
pasang surut yang ditunjukkan oleh nilai indeks Shanon tertentu, ditumbuhi oleh beranekaragam tumbuhan liar,
1,047, kemudian diikuti berturut turut oleh tipologi lahan dan bahkan pada saat musim bera seluruh areal
rawa lebak, irigasi teknis dataran rendah, tadah hujan persawahan ditumbuhi oleh beranekaragam tumbuhan
dan irigasi teknis dataran tinggi dengan nilai indeks liar, yang dapat menjadi sumber daya untuk
Shanon berturut-turut 0,832, 0,608, 0,596, dan 0,496 berkembangnya parasitoid telur S. incertulas.
(Tabel 2). Relatif tingginya keanekaragaman jenis

T ab el 2. K a ra kter is ti k kom unita s pa rasit oid t el ur S. i nce rtul as pa da b eber apa t ipol ogi l aha n
t ana ma n pa di di P r ovinsi Jam bi

T ipol ogi la ha n
K a ra kter is ti k
kom uni ta s P asa ng R a wa T ada h Ir iga si t ekn is Iriga si t e knis
surut leba k huja n da ta ra n re nda h da t ara n t ingg i
J um la h s pes i me n (e kor) 567 903 395 710 8 74
J um la h s pes i es 3 3 2 3 2
Ind eks S ha non 1, 047 0,8 32 0 ,596 0, 608 0,4 96

Tab el 3. Perseb ar an sp esies par asitoid telur S. incertulas pada b eberapa tip olog i lahan tanaman
padi d i Pr ov insi Jam bi

T ipolo gi lahan
Spesies Pasang Rawa T adah Irigasi teknis I rigasi tekn is
suru t lebak hujan dataran rendah dataran tinggi
Tetrastich us scho enob ii + + - + -
Telono mus rowani + + + + +
Trichog ra mma japonicum + + + + +
(+) d itemu kan, (-) tidak ditem ukan
  

    


      

       


 

       
     

     
      
      
     
      
 





        


    



     

 

       
      
        
 
  
       





 
      
 





Wilyus et al. Potensi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning 61

Rauf (2000) melaporkan bahwa parasitoid yang paling banyak 4%. Rauf (2000) menyatakan bahwa
memarasit kelompok telur S. innotata didominasi oleh tekstur telur juga mempengaruhi tingkat parasitisasi.
T. rowani. Rataan kelompok telur S. innotata terparasit Trichogramma kurang menyukai kelompok telur yang
oleh T. rowani adalah 27,7%, oleh T. japonicum 17,8%, ditutupi sisik. Hal ini pula tampaknya yang menyebabkan
dan oleh T. schoenobii 11,3%. Parasitisasi ganda yang upaya pengendalian hayati S. incertulas dengan
paling sering terjadi adalah yang dilakukan oleh T. pelepasan Trichogramma lebih sering mengecewakan
japonicum bersama T. rowani yaitu sekitar 19%, hasilnya.
sedangkan oleh kombinasi spesies lainnya di bawah 10
%. Hamijaya et al. (2004) melaporkan bahwa T. rowani SIMPULAN DAN SARAN
adalah parasitoid telur penggerek batang padi yang paling
dominan pada sawah lahan pasang surut, lahan lebak Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
dan tadah hujan di Kalimantan Selatan. di Provinsi Jambi terdapat tiga spesies parasitoid telur
Pengamatan terhadap jumlah butir telur terparasit S. incertulas yang didominasi T. rowani, diikuti oleh T.
menunjukkan bahwa parasitoid yang relatif paling efektif japonicum dan T. schoenobii. Parasitoid telur T. rowani
adalah T. rowani, diikuti oleh T.schoenobii dan T. dan T. japonicum ditemukan pada pertanaman padi
japnicum (Tabel 5). Butir telur terparasit oleh T. rowani tipologi lahan pasang surut, rawa lebak, tadah hujan,
berkisar antara 2,94%-16,07% (rataan 8,41%), oleh irigasi teknis dataran rendah dan irigasi teknis dataran
T.schoenobii berkisar antara 0,00%-6,10% (rataan tinggi, sedangkan T. schoenobii ditemukan pada daerah
1,67%), dan oleh T. japonicum berkisar antara 0,89%- yang terbatas yaitu daerah pasang surut, rawa lebak
2,56% (rataan 1,47%). dan irigasi teknis dataran rendah. Keanekaragaman
Dari data tersebut diketahui bahwa efektifitas spesies parasitoid telur S. incertulas paling tinggi
parasitoid sangat rendah yang dicerminkan oleh butir ditemukan pada tipologi lahan pasang surut yang
telur terparasit sangat rendah. Diduga ini dapat ditunjukkan oleh nilai Indeks Shanon 1,047, kemudian
disebabkan oleh penggunaan insektisida yang sudah diikuti berturut turut oleh tipologi lahan rawa lebak,
bertahun-tahun sangat intensif. Ardjanhar et al. (2004) irigasi teknis dataran rendah, tadah hujan dan irigasi
melaporkan bahwa penggunaan insektisida cenderung teknis dataran tinggi dengan nilai Indeks Shanon berturut-
menurunkan peranan parasitoid telur penggerek batang turut 0,832, 0,608, 0,596, dan 0,496. Rataan proporsi
padi. Rothschid (1970) menjelaskan bahwa persentase kelompok telur terparasit oleh T. rowani, T. japonicum
butir telur terparasit pada Chilo oleh Trichogramma dan T. Schoenobii berturut-turut adalah 22,58, 6,18%,
dapat mencapai 98%, sedangkan pada Schirpophaga dan 2,68%. Rataan butir telur terparasit oleh T. rowani,

Tabel 5. Tingkat parasitisasi pada telur S. incertulas di beberapa tipologi lahan tanaman padi di Provinsi Jambi
Butir telur S. incertulas
Periode Fase Jumlah kelompok terparasit oleh …. (%)
Tipologi lahan
pengumpulan tanaman telur diamati
T.s T.r T.j
Februari - Vegetatif 44 3,40 4,16 0,47
Pasang surut
Maret 2011 Generatif 43 6,10 2,94 1,95
Januari - Maret Vegetatif 41 3,82 8,82 1,92
Rawa lebak
2011 Generatif 54 2,28 6,58 1,05
Vegetatif 20 0,00 11,17 2,56
Tadah hujan Januari 2011
Generatif 20 0,00 7,99 1,27
Irigasi teknis Januari - April Vegetatif 38 1,13 7,38 0,89
dataran rendah 2011 Generatif 35 0,00 10,09 1,63
Irigasi teknis Januari - April Vegetatif 37 0,00 16,07 1,61
dataran tinggi 2011 Generatif 40 0,00 8,89 1,39
Rataan 1,67 8,41 1,47
T.s = Tetrastichus schoenobii, T.r = Telenomus rowani, T.j = Trichogramma japonicum
62 J. HPT Tropika Vol. 12, No. 1, 2012: 56 – 63

T. schoenobii, dan T. japonicum berturut-turut adalah Hlm 467-474. Dalam Prosiding Seminar
8,41%, 1,67%, dan 1,47%. Mengingat potensi parasitoid Nasional Entomologi dalam Perubahan
telur S. incertulas di Provinsi Jambi cukup tinggi, maka Lingkungan Sosial. Bogor. 5 Oktober 2004.
perlu diteliti teknologi pemanfaatannya secara
Jaipla S, Malik RK, Yadav A & Gupta RK. 2005. IPM
berkelanjutan, terutama yang berkaitan dengan
Issues in zerro-tillage system in rice-wheat
memproduksinya secara massal, penyediaan stok, dan
cropping sequence. Bul Tecnical: (8) CCS
efikasinya di lapang, serta metode mengkonservasinya
Haryana Agricultural University. Hisar-125 004.
di lapang.
India. 36 p.
SANWACANA Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in
Indonesia. Laan PA van der, penerjemah.
Terimakasih disampaikan kepada Direktorat Jakarta. Ichtiar Baru-Van Hoeve. Terjemahan
Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dari: De Plagen van de Cultuurgewassen in
Nasional atas dukungan dana Hibah Bersaing yang Indonesie.
diberikan sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kim HS & Heinrich EA. 1985. Parasitization of yellow
Penugasan Nomor:017/SP2H/PL/Dit.Litabmas/ IV/2011 stemborer (YSB) Scirpophaga incertulas eggs.
Tanggal 14 April 2011. IRRN 10(4): 14.
DAFTAR PUSTAKA Laba IW, Kartohardjono A & Kilin D. 1997.
Pemanfaatan parasitoid Tetrastichus schoenobii
Ardjanhar A, Siwi SS & Mahrub E. 2004. Peranan Ferr. untuk mnegendalikan penggerek batang padi
parasitoid telur penggerek batang padi pada lahan putih, Scirpophaga incertulas Walker. Makalah
yang diaplikasi insektisida kimia di daerah disajikan pada seminar temu teknologi dan
Indramayu. Hlm 471-484. Dalam Prosiding persiapan pemasyarakatan PHT; 16 – 19 Juni
Seminar Nasional Entomologi dalam 1997, Subang.
Perubahan Lingkungan Sosial. Bogor, 5 Ludwiq JA & Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology a
Oktober 2004. Primer on Methods and Computing. John Wiley
Barrion AT & Litsinger JA. 1993. Taxonomy of Rice & Sons. New York.
Insect Pests and Their Arthropod Parasites and Maguran AE, 1988. Ecological Diversity and Its
Predators. Part I. 204 p. Measurement. Cambridge University Press,
Borror DJ & White R E. 1970. A Field Guide to Insect Cambridge.
America North of Mexico. Houngtho Miffin Nickel JL. 1964. The possible role of biotic factors in
Commpany, Boston. an integrated program for rice stem borer control.
Catling HD. 1979. Egg parasitism of the yellow rice Pp 443-452. In: The major insect pests of the
stem borer, Tryporiza incertulas (Walk) at rice plant. Baltimore: John Hopkins Pr.
Joydevpur, Bangladesh. Bangladesh J Zool. 7 Nishida T & Torii T. 1970. A Handbook of Field Methods
(1):31-40. for Reasearch on Rice Stemborer and Their
Dale D. 1994. Insect pest of rice plants-their biology Natural Enemies. IPB Handbook. Blackwell
and ecology. Pp 363-485. In: Biology and Scientific Publication Oxford and Edinburg 4:1-
Managment of Rice Insects (Ed. Heinrichs EA). 132.
IRRI. Wiley Eastern Ltd. Rauf A. 2000. Parasitisasi telur batang padi putih,
Hamid H, Buchori D & Triwidodo H. 2003. Scirpophaga innotata (Walker) (Lepidoptera:
Keanekaragaman parasitoid dan parasitisasinya Piralidae): Saat terjadi ledakan di Karawang pada
pada pertanaman padi di kawasan Taman awal 1990-an. Bul. Hama dan Penyakit
Nasional Gunung Halimun. J. Hayati 10(3):85- Tumbuhan 12(1):1-10.
90. Rothschild GHL. 1970. Parasites of rice stemborers in
Hamijaya MZ, Tamrin M & Asikin S. 2004. Dominasi Sarawak (Malaysian Borneo). Entomophaga 15:
spesies parasitoid telur penggerek batang padi 21-51.
pada tipelogi lahan basah di Kalimantan Selatan.
Wilyus et al. Potensi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi Kuning 63

Shepard B, Mbarrion AT & Litsinger JA. 1991. Suneel K, Khan MA, Arvind K & Kuldeep S. 2008.
Serangga, Laba-laba dan Patogen yang Biodiversity of natural enemies in paddy
Membantu. Cetakan ketujuh. Diterjemahkan oleh ecosystem and their seasonal dominance.
Untung K, Wirjosuharjo S dari Helpful insect, Abstract. Annals of Plant Protection Sciences.
Spiders and Phathogens IRRI. 127 hal. ISSN : 0971-3573. 16 (2). http://
www.indianjournals.com (24 Juli 2010).
Siwi SS, Ridha N & Mahrub E. 2004. Identifikasi jenis
penggerek batang padi genus Schirpophaga Syam M, Suparyono, Hermanto & Wuryandari DS.
Treitschke (Lepidoptera: Pyralidae) dari daerah 2007. Masalah Lapang Hama Penyakit Hara pada
Indramayu dan Maros. Hlm 357-370. Di dalam Padi. Ed. 3. Puslitbangtan. Bogor. 78 hal.
Prosiding Seminar Nasional Entomologi
Thamrin M & Asikin S. 2004. Populasi serangga musuh
dalam Perubahan Lingkungan Sosial. Bogor,
alami pada lingkungan iklim mikro di lahan pasang
5 Oktober 2004.
surut. Hlm 413-418. Dalam Prosiding Seminar
Soehardjan M. 1976. Dinamika populasi penggerek Nasional Entomologi dalam Perubahan
kuning padi Tryporiza incertulas (Walker) Lingkungan Sosial. Bogor, 5 Oktober 2004.
(Pyralidae: Lepidoptera) (disertasi). Institut
Wilyus. 2009. Survei eksplorasi Parasitoid Telur
Teknologi Bandung. Bandung. 62 hal.
Pengggerek Batang Padi di Desa Sungai Duren
Soejitno J. 1989. The biological aspects of egg Kecamatan Jambi Luar Kota. Di dalam
parasitoids of rice stem borer. Biological control Elektronik Journal Prosiding Seminar
of Pests. Biotrop Spec Publ36: 141-147. Nasional BKS PTN Wilyah Indonesia Barat.
ISBN 978-979-1415-0-05-7. Banten, 13-15 April
2009. 11 hlm.

You might also like