You are on page 1of 9

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS PERTANIAN
Kampus Unhas Tamalanrea Jalan Perintis Kemerdekaan – Makassar 90245, Indonesia
Telp./fax : ( 0411 ) 586 014, 587 050 Ext. 2282, 2301, 2302,
E-mail : exfarm@Indosat.net.id

Seminar : Proposal Penelitian

Judul : Hubungan Antara Keberadaan Spesies Semut dengan Penyakit


Phytopthora palmivora penyebab Busuk Buah Kakao

Nama : Marliah

Stambuk : G111 13 349

Pembimbing : 1. Dr. Ir. Ahdin Gassa, M.Sc.

2. Prof. Dr. Ir. Hj. Itji Diana Daud, M.S

Hari/Tanggal :

Pukul :

Tempat :
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kakao (Theobroma cacao L.) tanaman yang memiliki potensi dalam

sejahterakan petani Indonesia. Luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai

1.462.000 Ha dengan produksinya mencapai 1.315.800 ton/th. Kurang lebih dari

90% luas areal kakao di Indonesia merupakan perkebunan rakyat (Siswanto dan

Karmawati, 2011). Luas pertanaman kakao di Sulawesi Barat 130.146 ha dengan

produksi mencapai 96.481 ton (BPS , 2006).

Masalah yang dihadapi kakao Indonesia adalah rendahnya produktivitas

tanaman yang masih berada di bawah 900 kg/ha/thn dari rata-rata potensi sebesar

2.000 kg/ha/thn. Beberapa penyebabnya adalah bahan tanaman yang kurang baik,

teknologi budidaya yang kurang optimal, serta masalah serangan organisme

pengganggu tanaman (OPT). Diperkirakan rata-rata kehilangan hasil akibat OPT

mencapai 30% setiap tahunnya bahkan ada penyakit penting yang dapat

mengakibatkan kematian tanaman (Karmawati, et. al, 2010)

Di Indonesia, terutama Sulawesi yang memiliki areal pertanaman kakao

terluas, kehilangan hasil akibat penyakit busuk buah di musim hujan dapat

mencapai 60% (Rosmana et al., 2006; Rosmana et al., 2010). Pada serangan buah

yang belum matang Phytophthora palmivora dapat menginfeksi seluruh

permukaan buah, namun bagian paling rentan adalah pangkal buah. Permukan

buah yang terinfeksi patogen akan berwarna coklat kehitaman, menjadi busuk basah
dan selanjutnya menyebar menutupi seluruh permukaan buah (Semangun, 2000).

Cendawan berada dalam tanah dapat juga terangkut oleh serangga, antara lain

semut, sehingga dapat mencapai buah-buah yang tinggi. Dari buah-buah yang tinggi,

sporangium dapat terbawa air ke buah-buah dibawahnya (Semangun, 1996). Sebagai

sumber infeksi, semut dapat membawa cendawan Phytopthora palmivora karena

sering membuat sarang di tanah (McMahon & Purwantara, 2004).

Peran semut ini sangat penting terutama dalam penyebaran secara vertical

seperti yang terjadi di Papua New Guinea dan Afrika. Keberadaan semut dalam

populasi yang tinggi dikedua wilayah ini berhubungan dengan kerusakan yang berat

oleh penyakit busuk buah kakao (McGregor & Moxon, 1985; Konam & Guest,

2004). Semut tersebut adalah Anoplolepis longipes, Technomyrmex albipes,

Crematogaster striatula, Camponotus acvapimensis, Pheidole megachepala ( Evans,

1973; Mc Gregor & Moxon , 1985).

Pada pertanaman kakao di Sulawesi, semut yang umum ditemukan adalah

Iridomyrmex cordatus, Oecophylla smaragdina, Dolichoderus thoracius,

Crematogaster difformis, Anaplolepis longipes, Ponera sp., dan Monomorium sp (La

Daha et al., 2003). Pada pertanaman Kakao wilayah Polewali Mandar yang dijadikan

lokasi penelitian telah diambil beberapa spesies semut pada pohon yang diamati :
(a) (b) (c)

Gambar 1. (a) Iridomyrmex cordatus (b) Oeccophylla smaragdina

(c) Dolichoderus thoracicus

(a) (b) (c)

Gambar 2. (a) Iridomyrmex cordatus secara makroskopis (b) Oeccophylla

smaragdina (c) Dolichoderus thoracicus

Berdasarkan uraian tersebut, dari masalah yang menjadi penyebab rendahnya

produktivias kakao , maka dianggap perlu untuk melakukan penelitian hubungan

spesies semut dengan penyakit busuk buah Phytopthora palmivora pada tanaman

kakao.
Hipotesis

Diduga terdapat semut yang menjadi vektor dalam penyebaran penyakit

busuk buah kakao yang disebakan oleh Phytopthora palmivora.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui peranan keberadaan spesies yang menjadi

vektor terhadap penyakit busuk buah Phytopthora palmivora pada tanaman kakao.

Kegunaan penelitian yaitu sebagai bahan informasi petani tentang adanya

hubungan antara spesies semut dengan Phytopthora palmivora penyebab busuk buah

kakao.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian akan dilaksanakan di Laboraturium Hama Jurusan Hama dan Penyakit

Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar dilanjutkan di

kebun Kelurahan Darma Kecamtan Polewali dan Desa Passairang Kecamtan

Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, yang berlangsung mulai

Februari 2017 – seleasi.

3.2 Metode Pelaksanaan

Penentuan dan Desain Lahan

Lahan kakao petani yang digunakan mempunyai masing-masing luas kurang

lebih 2 ha dengan jumlah tanaman sekitar 2000 pohon. Areal pertanaman kakao

tersebut dibentuk diagonal kemudian diambil 100 pohon sampel pada tiap lahan

dikelompokkan menjadi 5 plot, masing-masing plot terdiri dari 20 pohon, setiap

pohon ditandai dengan tali rafia.

Keterangan :

: Lahan

: Plot

Gambar 1.Denah tempat pemngambilan sampel (Secara irisan diagonal)


Menghitung Intensitas Serangan

Parameter pengamatan yaitu intensitas serangan busuk buah kakao terhadap

pohon yang ditentukan pada buah berumur 1-3 bulan dengan gejala Phytopthora

palmivora dilakukan 4 kali pengamatan satu kali seminggu. Pengamatan terhadap

tanaman dilakukan dengan menghitung jumlah buah terserang dan jumlah buah

yang diamati. Selanjutnya dihitung dengan menggunakan persamaan :


𝑛
𝑃= 𝑥 100%
𝑁

P = Intensitas serangan (%)

n = Jumlah buah terserang

N = Jumlah tanaman diamati

Menghitung Populasi Semut

Populasi dihitung pada buah yang terserang gejala Phytopthora palmivora

dengan menggunakan skoring populasi semut berdasarkan kategori oleh Kho dan

way (1991) dalam Ahdin (2009).

Tabel 1. Skoring Populasi Semut

Kategori Nilai Skor Jumlah Semut

Populasi tidak ada 0 Tidak terdapat semut

Sedikit 1 1-19 ekor semut

Sedang 2 20-50 ekor semut

Banyak 3 51-200 ekor semut

Sangat banyak 4 201 > tak terhingga


DAFTAR PUSTAKA

BPS (2006). Lpaoran BPS Sulawesi Barat, 2006.

Evans, H.C. (1973). Invertabrate vectors of Phytophthora palmivora, causing 176


Rosmana et al. black pod disease of cocoa in Ghana. Annal of Applied Biology,
75, 331- 345.

Guest, D. (2007). Black pod: Diverse pathogens with a global impact on cocoa yield.
Phytopathology, 97, 1650-1653.

Konam, J.K. & D.I. Guest (2004). Role of beetles (Coleoptera: Scolytidae and
Nitidulidae) in the spread of Phytophthora palmivora pod rot of cocoa in Papua
New Guinea. Australian Plant Pathology, 33, 55-59.

Mc Gregor, A.J. & J.E. Moxon (1985). Potential for biological control of tent
building species of ant associated with Phytophthora palmivora pod rot of cocoa
in Papua New Guinea. Annal of Applied Biology, 107, 271-277.

McMahon, P. & A. Purwantara (2004). Phytophthora on cocoa. p. 104-115. In: A.


Drenth & D.I. Guest (Eds.) Diversity and Management of Phytophthora in
Southeast Asia. ACIAR Monograph 114

La Daha; A. Gassa & A. Rosmana (2003). Weaver ant, Oecophylla smaragdina as a


potential biological control of CPB in Sulawesi cocoa plantation. p 37-39. In:
Rosmana, A.; P. van Grinsven; La Daha & G. Sarbini (Eds) Summary and
Highlights Technical Brain-Storming Meeting on Bio-control Technologies for
Integrated Pest Management (IPM) of Cocoa. Effem Prima project, Acdi-Voca,
USAID, and Hasanuddin University
Opeke, L.K. & A.M. Gorenz. 1974. Phytophthora Pod Rot: Symtoms and Economic
Importance. in P.H. Gregory (Eds.). Phytophthora Disease of Cocoa: 117- 124.
Longman. London

Rosmana, A.; M. Shepard; P. Hebbar & A. Mustari (2010). Control of cocoa pod
borer and Phytophthora pod rot using degradable plastic pod sleeves and a
nematode, Steinernema carpocapsae. Indonesian Journal of Agricultural
Science (In Press).

Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia (Revisi).


Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. 808 Hal.

Siswanto dan Karmawati, E. 2011. Percepatn Adopsi Teknologi PHT Kakao di


Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan 2011. 147-
155 hlm.

You might also like