Professional Documents
Culture Documents
2 (2017): 79 – 87
(Journal of Plant Protection) Website: http://jpt.faperta.unand.ac.id/index.php/jpt
ISSN : 2580-0604
Online ISSN: 2621-3141
ABSTRACT
The objective of this study was to get entomopathogenic fungi isolates of bean plant
rhizosphere derived from Nagari Sawah Tangah, District Pariangan, Tanah Datar Regency
and to determine their pathogenicity on pod borer E. zinckenella. Isolation method was
performed by diluting the soil samples in a serial dilution into 10 -3 and cultured in PDA
media. Furthermore, the purification was based on the shape and color of the fungus
colonies. A total of 16 isolates obtained at the initial stage were selected by testing them
against the fifth instar larvae Tenebrio molitor. Results showed that only 4 isolates (STA 1,
STA 2.2, STA 5, and STB 3.1) could be further tested against E. zinckenella pod borer using
completely randomized design (CRD). The highest pathogenicity isolates was exhibited by
STA 1 belonged to Metarhizium genera.
Keywords: Peanut, Etiella zinckenella, Entomopathogenic fungi
79
Amri F. Et al. Patogenisitas Cendawan Entomopatogen
80
Amri F. Et al. Patogenisitas Cendawan Entomopatogen
81
Amri F. Et al. Patogenisitas Cendawan Entomopatogen
82
Amri F. Et al. Patogenisitas Cendawan Entomopatogen
83
Amri F. Et al. Patogenisitas Cendawan Entomopatogen
Tabel 5.Persentase imago E. zinckenella yang terbentuk setelah inokulasi isolat cendawan
entomopatogen.
Isolat Cendawan Imago Terbentuk (%) Penekanan (%)
Kontrol (A) 80,00 a -
STA 2.2 (C) 60,00 b 25,00
STA 1 (B) 33,33 c 58,34
84
Amri F. Et al. Patogenisitas Cendawan Entomopatogen
8
7
6
5 STA 2.2 Trichoderma
(cm)
Gambar 2. Grafik rata – rata diameter koloni isolat cendawan entomopatogen setelah 1-7
hari masa inkubasi.
PEMBAHASAN diduga dipengaruhi oleh virulensi isolat
cendawan. Semakin virulen suatu isolat
Hasil koleksi cendawan dari rizosfir
kacang tanah diperoleh 16 isolat cendawan maka semakin tinggi pula
kematian larva. Neves dan Alves (2004)
cendawan dengan karakter morfologi
menjelaskan bahwa kematian serangga
yang beragam. Keragaman tersebut
berkaitan erat dengan kondisi tanah sangat dipengaruhi oleh virulensi dari
cendawan tersebut. Isolat cendawan yang
seperti kandungan air tanah, bahan
menunjukkan patogen terhadap larva
organik tanah dan lain-lain. Hal ini sesuai
biasanya akan menyebabkan mortalitas
dengan pernyataan Ekesi et al., (2003)
tinggi dan ditandai adanya sporulasi pada
yang menjelaskan bahwa keragaman
tubuh larva. Hasil penelitian Anwar
cendawan rizosfir dipengaruhi oleh
(2008), larva Phragmataecia castanae
kandungan air tanah, tingginya bahan
yang di-aplikasi dengan cendawan
organik tanah dan suhu rendah.
entomo-patogen memiliki mortalitas
Setiap isolat dapat meningkatkan
sebesar 80% dan ditandai munculnya
mortalitas larva dibandingkan kontrol,
miselia cendawan (sporulasi) pada
namun tidak ada pengaruh perbedaan
permuka-an tubuh serangga. Mortalitas
antar isolat terhadap mortalitas larva
larva E. zinckenella menurut Thungrabeab
(Tabel 2). Kematian larva yang beragam
85
Amri F. Et al. Patogenisitas Cendawan Entomopatogen
et al. (2006) cit Budi et al. (2013) dapat merusak secara langsung fungsi
termasuk kategori patogenisitas sedang. tubuh terutama dalam pembentukan hor-
Berdasarkan LT 50, maka isolat STA 1 mon, yaitu hormon pergantian dan pem-
tergolong yang terbaik (Tabel 3). Hasil bentukan kulit (Samsinokova, 1968 cit
pengamatan ini berbeda dengan yang Kurnia, 1998).
dilaporkan oleh Nunihlawati et al. (2012) Laju pertumbuhan koloni menun-
yang mendapatkan nilai LT50 terendah jukkan isolat STA 2.2 (Trichoderma) mer-
yaitu 2,26 hari dan tertinggi 3,86 hari pada upakan isolat yang paling cepat partum-
beberapa isolat Metarhizium. Salah satu buhan koloninya dibandingkan dengan
factor yang menyebabkan perbedaan isolat yang lainnya. Hal ini sesuai dengan
tersebut adalah penggunaan stadia larva. karakteristik cendawan Trichoderma yang
Trizelia (2005) menyatakan bahwa stadia memiliki pertumbuhan dan daya koloni-
perkembangan serangga juga mempeng- sasi yang cepat dan juga karena
aruhi keberhasilan penggunaan cendawan kandungan nutrisi yang ada pada media
entomopatogen. SDAY sesuai untuk pertumbuhan koloni.
Isolat yang berhasil menurunkan Pada isolat Metarhizium (STA 1, STA 5 dan
pupa terbentuk secara nyata adalah STA 1 STB 3.1) pertumbuhan koloninya relatif
dan SB 3.1 (Tabel 4). Sementara itu, isolat lambat. Penelitian yang dilakukan oleh
yang berhasil menurunkan imago terben- Nuraida dan Hasyim (2009) menunjukkan
tuk paling tinggi adalah STA 5, STB 3.1 dan bahwa diameter koloni cendawan
STA 1 (Tabel 5). Metarhizium baru mencapai 3,21 cm
Rendahnya persentase pupa ter- setelah 7 hari pengamatan pada media
bentuk pada isolat STA 1 (Metarhizium) SDAY.
karena cendawan memiliki toksin yang Mortalitas yang tinggi oleh isolat STB
menghambat pembentukan pupa. 3.1 (Metarhizium) disebabkan karena
Tanada & Kaya (1993) mengemukakan, cendawan Metarhizium memproduksi
Metarhizium spp. menghasilkan toksin toksin dan senyawa enzim yang dapat
yaitu destruksin yang bisa membunuh mematikan larva. Saat terjadi kontak
serangga inang dengan merangsang atau antara propagul cendawan dengan tubuh
memacu terjadinya kerusakan jaringan serangga cendawan M. anisopliae
serangga, kehilangan keutuhan struktural menghasilkan senyawa mukopolisakarida
membran dan kemudian terjadi dehidrasi. (Feron, 1985). Senyawa enzim yang
Di samping itu, kegagalan larva mem- dikeluarkan oleh M. anisopliae yaitu
bentuk pupa juga mempengaruhi pem- lipase, kitinase, amilase, proteinase,
bentukan pupa. Pupa yang terbentuk pospatase, dan esterase saat proses invasi
dengan kondisi abnormal memiliki ukuran dan penetrasi berlangsung (Lee dan Hou
lebih kecil, per-mukaannya lebih keriput 1989; Freimoser et al. 2003 cit Prayogo et
dan gelap, lembek jika ditekan dan akan al. 2005). M. anisopliae juga menghasilkan
muncul hifa atau miselia jika terinfeksi racun cylopeptida, destruxin, dan
cendawan setelah beberapa hari pupa desmethyldestruxin yang memiliki aktifitas
terbentuk. larvasidal terhadap larva (Mittler, 1994 cit
Kurnia (1998) menjelaskan bahwa Widiyanti dan Muyadihardja, 2004).
larva yang terinfeksi pada tahap awal KESIMPULAN
mempunyai peluang untuk lolos menjadi
pupa, tetapi pada tahap selanjutnya dapat Ditemukan 4 isolat cendawan yang
menimbulkan kematian. Cendawan ento- bersifat entomopatogen dari rizosfir
mopatogen menghasilkan toksin yang kacang tanah di Kecamatan Pariangan
86
Amri F. Et al. Patogenisitas Cendawan Entomopatogen
yaitu isolat STA 1, STA 2.2, STA 5 dan STB Fakultas Pertanian. Universitas
3.1. Isolat STA 1 (Metarhizium) tergolong Andalas. Padang.
isolat terbaik berdasarkan nilai pening- Prayogo Y, Tengkano dan Marwoto, W.
katan mortalitas larva, LT50, persentase 2005. Prospek cendawan
pupa dan imago terbentuk. entomopatogen M. anisopliae untuk
mengendalikan ulat grayak
DAFTAR PUSTAKA Spodoptera litura pada kedelai.
Apriyanto D, Sriwidodo dan Priyatiningsih. Jurnal Litbang Pertanian 24 (1): 19-
2008. Incidence of soybean pod 26.
borer on groundnut (Arachis Rishi RR, RK Borah, R Kumar dan S Pandey.
hypogea L.). Jurnal Akta Agrosia 2013. Isolation, identification and
11(1): 41-46. mass production of soil microbes
Hamid H, Reflinaldon dan Trizelia. 2012. and their utility for biocontrol.
Teknologi pengendalian hama International Journal of Advanced
penggerek polong kacang tanah Life Sciences 6(3): 168-173.
berbasis varietas tahan dan Trizelia, Nurbailis dan D Ernawati. 2013.
penggunaan agens hayati. [Laporan Virulensi berbagai isolat jamur
Akhir Penelitian Unggulan entomopatogen Metarhizium spp.
Perguruan Tinggi]. Fakultas terhadap hama penggerek buah
Pertanian. Universitas Andalas. kakao Conopomorpha cramerella
Padang. snell. (Lepidoptera: Gracil-lariidae).
Hasyim A, Nuraida dan Trizelia. 2009. Jurnal HPT Tropika 13 (2): 151–158.
Patogenisitas jamur entomo- Trizelia. 2005. Cendawan Entomo-patogen
patogen terhadap stadia telur dan B.bassiana, keragam-an genetik,
larva hama kubis Crocidolomia karakter fisiologi dan virulensi
pavonana Fabricius. Jurnal terhadap Croccidolomia pavonana.
Hortikultura 19(3): 334-343. [Disertasi]. Institut Pertanian Bogor.
Kalshoven LGE. 1981. The pest of crops in Bogor.
Indonesia. Revisi oleh P.A Van der
Laan. Jakarta PT. Ichtiar Baru-Van
Hoeve. Terjemahan De Plagen van
de Cultuurgewassen in Indonesie.
Meyling N dan J Eilenberg. 2007. Ecology
of the entomo-pathogenic fungi
Beauveria bassiana and
Metarhizium anisopliae in
temperate agro-ecosystems:
Potential for Conservation Biological
Con-trol. Biological Control 43: 145-
155.
Obel. 2012. Tingkat Ketahanan beberapa
varietas kacang tanah (Arachis
hypogaea L.) terhadap hama
penggerek polong Etiella zincknella
Treit. (Lepidoptera: Pyralidae) di
Kabupaten Pasaman Barat. [Skripsi].
87