You are on page 1of 10

Jurnal Biologi, Volume 3 No 2, April 2014

Hal. 49-58

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK TUMBUHAN Euphorbia


hirta L. TERHADAP Ralstonia solanacearum, Escherichia coli, DAN
Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

Genoveva Preta Angelika, Agung Suprihadi, Sri Pujiyanto

Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro,


Tembalang, Semarang 50275 Telepon (024)7474754; Fax. (024)76480690
email: iluveight_angels@yahoo.com

Abstract

Biocontrol using Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) plant is an alternative solution to
control pathogenic bacteria. Such wild plant is known to contain active compounds with
antibacterial activity such as tannins, alkaloids, flavonoids, saponins, and phenols. This study
aims to determine the antibacterial activity of the methanol extract of E. hirta against R.
solanacearum, E. coli and S. aureus. The extraction method of E. hirta was maceration with
methanol solvent, while antibacterial activity test using the agar diffusion method (Kirby-
Bauer) with test bacteria was R. solanacearum, E. coli and S. aureus. E. hirta extract tested
was pure extract (100%). Observed response was diameter of inhibitory zone formed around
the paper discs that had been smeared with E. hirta extract on the media. Analysis of the data
using a Completely Randomized Design (CRD) 1 factor (test bacteria) with three times
repetition, followed by a further test of Duncan with 95% confidence level. The results
indicated that E. hirta produced extraction yield of 6,45%. Antibacterial activity of E. hirta
extract against R. solanacearum, E. coli and S. aureus was indicated by Inhibitory Zone
Diameter (HZD), respectively for 21,8 mm, 18,26 mm and 17,06 mm. The results of this study
showed that the methanol extract of E. hirta plant had antibacterial activity against R.
solanacearum, E. coli and S. aureus, thus can be used as a biocontrol agent of bacterial wilt
disease in plants caused by R. solanacearum and human disease caused by E. coli and S.
aureus.

Keywords: Euphorbia hirta, Ralstonia solanacearum, Escherichia coli, Staphylococcus


aureus, antibacterial activity, diffusion method

Abstrak

Pengendalian hayati menggunakan tumbuhan Patikan kebo (Euphorbia hirta L.)


merupakan solusi alternatif untuk mengendalikan bakteri patogen. Tumbuhan liar tersebut
diketahui mengandung senyawa aktif yang memiliki daya antibakteri, seperti tanin, alkaloid,
flavonoid, saponin dan fenol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas
antibakteri ekstrak metanol E. hirta terhadap R. solanacearum, E. coli dan S. aureus. Ekstraksi
E. hirta menggunakan metode maserasi dengan pelarut metanol, uji aktivitas antibakteri
menggunakan metode difusi agar (Kirby-Bauer) dengan bakteri uji R. solanacearum, E. coli
dan S. aureus. Ekstrak E. hirta yang diujikan merupakan ekstrak murni (100%). Respon yang
diamati adalah diameter zona bening pada media yang terbentuk di sekitar cakram kertas
yang telah diolesi ekstrak E. hirta. Analisis data menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
1 faktor yaitu bakteri uji dengan pengulangan 3 kali, dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan
dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil menunjukkan bahwa ekstraksi E. hirta menghasilkan
rendemen 6,45%. Aktivitas antibakteri ekstrak E. hirta terhadap S. aureus, R. solanacearum,
Jurnal Biologi, Volume 3 No 2, April 2014
Hal. 49-58

dan E. coli ditunjukkan dengan diameter daerah hambat (DDH) berturut-turut sebesar 21,8
mm, 18,26 mm dan 17,06 mm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak metanol
tumbuhan E. hirta mempunyai daya antibakteri terhadap pertumbuhan R. solanacearum, S.
aureus dan E. coli. Kemampuan E. hirta dalam menghambat pertumbuhan R. solanacearum
dapat dijadikan sebagai alternatif agen biokontrol penyakit layu bakteri pada tumbuhan serta
penyakit pada manusia yang disebabkan oleh E. coli dan S. aureus.

Kata kunci: Euphorbia hirta, Ralstonia solanacearum, Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
aktivitas antibakteri, metode difusi

Pendahuluan (Cymbopogon martini) dan serai dapur


Tumbuhan Patikan kebo (Euphorbia (Cymbopogon citratus) pada tanaman
hirta L.) diketahui memiliki senyawa tomat dapat menekan populasi R.
metabolit sekunder yang memiliki daya solanacearum di dalam tanah, dan
antiinflamasi, antipiretika, antikanker, menurunkan gejala layu tanaman pada
antifungi, dan juga antibakteri, dan taraf percobaan pot.
selama ini merupakan gulma yang mudah Penyakit layu bakteri merupakan
ditemui di lingkungan sekitar. Kandungan penyakit yang paling banyak menyerang
senyawa antibakteri yang telah diketahui tanaman komoditas unggulan. Serangan
dari Patikan kebo adalah flavonoid, bakteri tersebut dapat mengakibatkan
alkaloid, tanin, dan terpenoid, alkana, kegagalan panen serta kerugian yang
triterpena, fitosterol dan polifenol sangat besar. Berbagai upaya
(Perumal et al., 2012). penanggulangan serangan penyakit telah
Pemanfaatan Patikan kebo sebagai dilakukan, seperti penyediaan bibit sehat,
bakterisida hayati sangat memungkinkan penggunaan lahan bebas patogen,
untuk diteliti. Ekstrak etanol Patikan kebo sanitasi, rotasi tanaman serta
diketahui mampu menghambat penggunaan bakterisida dan musuh alami
pertumbuhan Escherichia coli, meskipun semua upaya tersebut belum
Staphylococcus aureus, Pseudomonas memberikan hasil yang optimum.
aeruginosa, dan Bacillus subtilis, Penyakit yang disebabkan oleh bakteri
sementara ekstrak cair dan kloroform dari telah sejak lama mewarnai sejarah
daun dapat menghambat pertumbuhan kehidupan manusia. Seiring dengan
Klebsiella pneumonia. Ekstrak cair kemajuan zaman, pengenalan obat-
tumbuhan ini juga diketahui mampu obatan sintetis dinilai lebih ampuh dan
menghambat kontaminasi aflatoksin pada bekerja tepat sasaran pada bakteri
padi, gandum, dan jagung (Ogbulie et al., patogen, tetapi lama-kelamaan bakteri
2007; Suresh et al., 2008; Kumar et al., target mulai mengembangkan sistem
2010). kekebalan yang mengakibatkan adanya
Beberapa penelitian menyatakan peningkatan dosis pemberian obat sintetis
bahwa ekstrak beberapa tumbuhan pada penderita. Tingginya kadar obat
seperti Morinda citrifolia, Ocimum sintetis tersebut dapat membahayakan
gratissimum, Brassica oleracea, Allium kondisi tubuh penderita, terutama
fistulosum, dan Punica granatum terbukti kesehatan organ hati maupun ginjal.
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Berdasarkan hal ini, perhatian
R. solanacearum (Sunder, 2011; Wagura, pengobatan pada manusia mulai beralih
2011; Deberdt, 2012; Narasimha, 2012). menggunakan obat yang berasal dari
Aplikasi minyak atsiri yang berasal dari tumbuhan (herbal).
timi (Thymus vulgaris), palmarosa
Jurnal Biologi, Volume 3 No 2, April 2014
Hal. 49-58

Penyakit layu bakteri diketahui Metodologi


disebabkan oleh beberapa macam
bakteri, salah satunya adalah Ralstonia Tempat dan Waktu Penelitian
solanacearum. Bakteri R. solanacearum Penelitian dilaksanakan di
tersebar di seluruh dunia, menyerang laboratorium Mikrobiologi dan
hampir 200 jenis tanaman dalam 33 famili laboratorium Kimia Organik Fakultas
yang berbeda terutama famili Sains dan Matematika Universitas
Solanaceae. Nama jenis penyakit bakteri Diponegoro Semarang pada bulan
ini berbeda-beda tergantung inang yang Oktober 2013 - Januari 2014.
diserang, namun yang paling sering
disebut adalah penyakit layu bakteri. Bahan dan Alat
Bakteri ini dapat bertahan hingga Bahan yang digunakan adalah
beberapa tahun di tanah, hal inilah yang biakan murni bakteri R. solanacearum
menyebabkan penyakit layu bakteri sulit yang diperoleh dari Departemen Proteksi
dibasmi (Moorman, 2013). Tanaman Institut Pertanian Bogor, S.
Bakteri E. coli merupakan bakteri jenis aureus dan E. coli yang diperoleh dari
Gram negatif yang merupakan flora laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi
normal pada saluran pencernaan hewan Fakultas Sains dan Matematika
berdarah panas termasuk manusia, Universitas Diponegoro Semarang,
namun ada beberapa strain yang tumbuhan E. hirta yang diambil dari
merugikan manusia. Strain patogen E. Kelurahan Srondol Kulon, Kecamatan
coli (STEC) menyebabkan diare, Banyumanik, Kota Semarang, Jawa
meningitis, infeksi saluran urin, Tengah dengan spesifikasi telah berbunga
pernapasan dan pneumonia. STEC dapat dan memiliki ketinggian yang sama,
menyebar melalui air dan makanan yang alkohol 70%, akuades, pewarna Gram,
terkontaminasi, atau melalui kontak tisu, media Nutrien Agar (NA), Nutrien
dengan hewan ataupun manusia (CDC, Broth (NB), metanol (MeOH), tetrasiklin
2012). dan kapas.
Bakteri S. aureus juga merupakan Alat yang digunakan adalah cawan
flora normal selain E. coli yang terdapat petri, gelas ukur, gelas Beaker, tabung
pada kulit dan hidung manusia. S. aureus reaksi dan rak, pipet tetes, mikropipet,
adalah bakteri Gram positif yang pembakar spiritus, sprayer, autoklaf,
berbentuk bulat (cocci). S. aureus timbangan, erlenmeyer, inkubator, jarum
merupakan bakteri nonmotil, anaerob ose, pipet ukur, jangka sorong, Colony
fakultatif, dan tidak membentuk spora. Counter, kertas saring, rotary evaporator,
S. aureus merupakan patogen pada pinset, mikroskop, gelas benda, corong
manusia yang menyebabkan infeksi kulit gelas, batang pengaduk, dan gunting.
serta keracunan makanan (Todar, 2012).
Berdasarkan hal-hal yang telah Cara Kerja
disebutkan di atas, ekstrak E. hirta selain
dapat menghambat pertumbuhan E. coli Pembuatan Media
dan S. aureus, diduga juga mampu Media yang digunakan adalah
menghambat pertumbuhan bakteri R. Nutrien Agar (NA) untuk peremajaan
solanacearum secara in vitro. kultur isolat dan uji aktivitas antibakteri,
serta Nutrien Broth (NB) untuk
penghitungan kerapatan kepadatan
bakteri uji. Media NA yang dibutuhkan
Jurnal Biologi, Volume 3 No 2, April 2014
Hal. 49-58

sebanyak 23 g/1000 ml, sementara NB ml diencerkan dengan 9 ml NaCl 0,85%,


sebanyak 8 g/1000 ml. Media NA dibuat sehingga diperoleh pengenceran dengan
dengan melarutkan media NA (23 g) konsentrasi 10-1. Pengenceran dilakukan
dalam 1 L air, sementara media NB dibuat hingga konsentrasi 10-8 dengan NaCl
dengan melarutkan media NB (8 g) dalam 0,85%. Setiap hasil pengenceran ditanam
1 L air. Media NA dan NB diaduk lalu secara taburan (pour plate) pada media
dipanaskan sampai homogen. Larutan NA, selanjutnya diinkubasi pada suhu
dipindahkan ke dalam erlenmeyer, tutup 37oC selama 24 jam. Koloni bakteri yang
dengan sumbat dan disterilisasi dalam tumbuh dihitung dengan Colony Counter.
autoklaf dengan suhu 1210 C dan tekanan Target kerapatan bakteri/ml adalah 108
2 atm selama 15 menit. CFU/ml.

Ekstraksi Senyawa Metabolit Dari E. Uji Aktivitas Antibakteri


hirta Uji aktivitas antibakteri dilakukan
Daun E. hirta diambil, dibersihkan, dengan metode difusi. Cawan petri berisi
lalu dikering-anginkan selama satu media NA diinokulasi dengan kultur
minggu untuk selanjutnya digiling bakteri R. solanacearum, S. aureus, dan
menjadi serbuk menggunakan blender. E. coli dengan kerapatan 108 CFU/ml.
Sebanyak 20 g bubuk halus dimasukkan Sebanyak 1,15 mg ekstrak E. hirta
ke dalam 250 ml metanol dalam labu diletakkan pada tiap cakram kertas filter
Erlenmeyer. Labu ditutup lalu digojog steril (6 mm) dan diletakkan di
setiap 30 menit selama 6 jam dan permukaan media NA. Tiap petri berisi 1
didiamkan selama 48 jam. Larutan cakram kertas yang telah diolesi ekstrak
kemudian digojog dan disaring murni E. hirta. Ekstrak E. hirta diujikan
menggunakan kertas saring. Filtrat pada 3 bakteri uji: R. solanacearum, E.
diuapkan hingga kering menggunakan coli, dan S. aureus. Petri diinkubasi
rotary evaporator. Ekstrak kasar pada suhu 37oC selama 18 – 24 jam.
selanjutnya disimpan dalam suhu 15oC Pengamatan aktivitas antibakteri
hingga dibutuhkan (Ogbulie et al., 2007). dilakukan berdasarkan Diameter Daerah
Hambatan (DDH) yang terbentuk dan
Peremajaan Isolat diukur dengan menggunakan jangka
Biakan murni R.solanacearum, S. sorong (Hamdiyati dkk., 2008; Sunder et
aureus dan E. coli pada tabung reaksi al., 2011).
diambil dengan menggunakan ose lalu
ditanam dalam media NA miring, Analisis Data
selanjutnya media diinkubasi dalam Penelitian uji aktivitas antibakteri
inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC. ekstrak E. hirta menggunakan
Rancangan Acak Lengkap 1 faktor
Pembuatan Inokulum dan (bakteri uji) dengan pengulangan
Penghitungan Kerapatan Bakteri sebanyak 3 kali. Data DDH yang diperoleh
Inokulum dibuat dengan kemudian diuji dengan uji normalitas dan
mengambil biakan bakteri R. uji homogenitas. Selanjutnya dilakukan
solanacearum, E. coli, dan S. aureus uji ANOVA (uji F) dan karena hasil
sebanyak 3 ose lalu dimasukkan ke dalam berbeda nyata maka dilanjutkan dengan
5 ml NB. Penghitungan kepadatan bakteri uji lanjut Duncan dengan taraf
dilakukan dengan metode Total Plate kepercayaan 95%. Analisis data dilakukan
Count (TPC). Suspensi bakteri sebanyak 1
Jurnal Biologi, Volume 3 No 2, April 2014
Hal. 49-58

dengan menggunakan program SPSS kultur bakteri R. solanacearum, E. coli,


versi 16. dan S. aureus sebanyak 2,1 x 108 CFU/ml.
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak E.
hirta diamati setelah inkubasi 24 jam dan
Hasil dan Pembahasan dapat dilihat pada Gambar 2.
Ekstraksi daun tumbuhan E. hirta
menggunakan pelarut metanol (Gambar
1) dengan metode maserasi selama lima
hari pada suhu kamar. Pemekatan ekstrak
dilakukan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 60°C dengan
putaran 60 rpm selama 25 menit. A B C
Pemekatan dilakukan pada suhu yang
tidak terlalu tinggi dan putaran yang Gambar 2. Uji aktivitas antibakteri ekstrak E.
rendah agar golongan senyawa yang ada hirta murni pada media NA di
dalam ekstrak E. hirta tidak mudah rusak. Petri dengan koloni: (a) S.
aureus, (b) E. coli, dan (c) R.
solanacearum

Ekstrak E. hirta murni ternyata


mampu membentuk daerah hambat di
sekitar cakram kertas terhadap ketiga
bakteri uji yang menandakan bahwa
ekstrak E. hirta memiliki daya antibakteri.
Besar daerah hambat yang terbentuk
berbeda-beda tergantung kemampuan
antibakteri ekstrak terhadap tiap bakteri
Gambar 1. Ekstrak E. hirta dalam pelarut uji. Hal ini menandakan bahwa terdapat
metanol senyawa bioaktif di dalam ekstrak yang
mampu menghambat pertumbuhan
Rendemen ekstrak pekat yang bakteri uji, aktivitas antibakteri terbesar
diperoleh setelah pemekatan selesai ditunjukkan oleh ekstrak E. hirta 100%
sebesar 6,45%. Rendemen ekstraksi (Gambar 3.) terhadap S. aureus dengan
adalah bahan terekstrak sudah diuapkan rata-rata diameter daerah hambat
dibagi dengan bahan terekstrak belum sebesar 21,8 mm, sementara rata-rata
diuapkan dikalikan 100 %. Berat kering E. diameter daerah hambat ekstrak E. hirta
hirta yang diambil untuk diekstrak terhadap R. solanacearum sebesar 18,26
sebanyak 20 gram dan setelah diuapkan mm dan terhadap E. coli sebesar 17,06
menjadi 1,29 gram. Ekstrak diujikan pada mm. Aktivitas antibakteri terendah
media NA yang telah diinokulasi oleh R. ekstrak E. hirta dicapai pada perlakuan
solanacearum, E. coli, dan S. aureus terhadap E. coli.
untuk diamati aktivitas antibakterinya. Hasil uji aktivitas antibakteri
Uji aktivitas antibakteri ekstrak E. hirta dianalisa secara
menggunakan ekstrak murni E. hirta statistika. Data Diameter Daerah Hambat
sebanyak 1,15 mg yang dioleskan pada (DDH) yang diperoleh terlebih dahulu
cakram kertas dan diletakkan pada media diolah menggunakan uji Shapiro-Wilk dan
NA yang masing-masing telah diinokulasi Kolmogorov-Smirnov, hal ini
Jurnal Biologi, Volume 3 No 2, April 2014
Hal. 49-58

dimaksudkan untuk mengetahui apakah antibakteri terbesar ekstrak E. hirta


data yang diperoleh terdistribusi normal. dicapai pada perlakuan terhadap koloni
Uji normalitas data menurut Kolmogorov- S. aureus, dengan rata-rata diameter
Smirnov dan Shapiro-Wilk menunjukkan daerah hambat sebesar 21,80 mm.
bahwa data terdistribusi normal karena Besarnya daerah hambat ekstrak E.
memiliki nilai signifikansi 0,200 hirta terhadap bakteri S. aureus
(Kolmogorov-Smirnov) dan 0,276 kemungkinan dikarenakan S. aureus
(Shapiro-Wilk) yang lebih besar dari 0,05. merupakan bakteri Gram positif,
sementara R. solanacearum dan E. coli
25 merupakan bakteri Gram negatif. Menurut
21.8b
Abubakar (2009) resistensi bakteri Gram
Diameter Daerah Hambat

20 18.26a
17.06a negatif dapat disebabkan, karena bakteri
15 tersebut memiliki membran fosfolipid
yang tersusun atas lipopolisakarida,
(mm)

10 sehingga menyebabkan dinding sel


5 bakteri bersifat impermeabel terhadap
senyawa bioaktif yang terkandung dalam
0 agen antimikroba. Menurut Jawets dkk.
R. E. coli S. aureus (1986) zat pada lipopolisakarida adalah
solanacearum
endotoksin. Susunan endotoksin
Gambar 3. Diameter daerah hambat ekstrak lipopolisakarida pada dinding sel yaitu
E. hirta murni terhadap R. polisakarida-O-spesifik yang merupakan
solanacearum, E. coli, dan S. antigen somatik dari koloni halus yang
aureus menginduksi kekebalan spesifik, inti
*Ket.: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata berdasarkan uji polisakarida umum (antigen koloni kasar)
Duncan taraf kepercayaan 95% yang menginduksi beberapa resistensi
tidak spesifik terhadap sepsis Gram
Hasil uji tersebut menunjukkan negatif, lipid A dengan KDO (asam-2–
bahwa asumsi normalitas terpenuhi, keto–3–deoksi–oktanoat) yang
sehingga analisis yang dibuat bersifat bertanggung jawab untuk keracunan
valid. Uji homogenitas varians menurut primer.
Levene’s Test menunjukkan bahwa Ekstrak E. hirta yang diujikan
varians dari residual homogen karena diambil dari bagian daun, menurut Rajeh
nilai signifikansi lebih dari 0,05 (0,154), et al. (2010) bahwa daya antibakteri
sehingga asumsi kehomogenan varians terbesar dari E. hirta berasal dari bagian
dari residual terpenuhi. Data yang daun yang ditandai dengan zona
diperoleh tersebar normal dan variansi penghambatan yang besar. Ekstraksi
homogen, sehingga analisis selanjutnya bahan alam bertujuan untuk menarik
dilakukan secara parametrik komponen kimia yang terdapat pada
menggunakan ANOVA. Uji ANOVA bahan alam (Harbone, 1987). Adanya
menunjukkan nilai signifikansi sebesar daerah hambat pada media menunjukkan
0,005 (<0,05) yang menunjukkan bahwa ekstrak mengandung komponen kimia
terdapat perbedaan aktivitas antibakteri yang mengandung daya antibakteri.
ekstrak E. hirta terhadap ketiga bakteri Ekstraksi menggunakan pelarut metanol
uji. Uji lanjut Duncan dilakukan untuk karena sifat metanol dalam melarutkan
mengetahui aktivitas antibakteri terbesar, senyawa metabolit sekunder lebih baik
dan hasilnya menunjukkan aktivitas dibandingkan pelarut lainnya,
Jurnal Biologi, Volume 3 No 2, April 2014
Hal. 49-58

kemungkinan disebabkan karena sifat Bakteri E. coli dan R. solanacearum


kepolaran metanol ditentukan oleh indeks merupakan bakteri Gram negatif,
polaritasnya yaitu sebesar 5,1 (Byers, sedangkan bakteri S. aureus merupakan
2003). bakteri Gram positif. Zat antibakteri
Metanol adalah pelarut yang ekstrak E. hirta terhadap pertumbuhan
bersifat polar. Zat antibakteri dalam E. bakteri uji memiliki mekanisme aktivitas
hirta yang mampu ditarik oleh pelarut antibakteri yang diduga menyerang
bersifat polar adalah senyawa tanin, beragam bagian sel bakteri, yaitu dinding
fenol, alkaloid, saponin dan flavonoid sel, membran sel, protein sel, atau asam
(Titilope et al., 2012). Komponen nukleat sel bakteri. Selain itu zat
bioaktif ini disintesis sebagai metabolit antibakteri juga mampu menghambat
sekunder selama pertumbuhan metabolisme sel bakteri (Gan dkk., 1995;
tumbuhan, juga berfungsi sebagai Pelczar et al., 2010).
perlindungan tumbuhan terhadap Dinding sel bakteri terdiri dari
serangan mikroba ataupun predator peptidoglikan. Menurut Gan dkk. (1995),
(Abubakar, 2009). Ekstraksi didasarkan sintesis peptidoglikan akan terhambat
pada prinsip perpindahan massa oleh adanya senyawa yang menghambat
komponen zat ke dalam pelarut, dimana proses sintesis dinding sel, sehingga
perpindahan mulai terjadi pada lapisan mengakibatkan dinding sel menjadi tidak
antar muka kemudian berdifusi masuk ke sempurna dan tidak mempertahankan
dalam pelarut (Ditjen POM, 2000). pertumbuhan sel secara normal.
Metode ekstraksi E. hirta Akibatnya tekanan osmotik dalam sel
menggunakan metode ekstraksi dengan bakteri lebih tinggi daripada tekanan di
cara dingin, yaitu maserasi. Menurut luar sel, sehingga kerusakan dinding sel
Harbone (1987), metode ekstraksi bakteri akan menyebabkan lisis yang
tergantung pada polaritas senyawa yang merupakan dasar efek bakteriostatik pada
diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan bakteri yang peka.
kelarutan yang berbeda-beda dalam Zat antibakteri ekstrak E. hirta jika
pelarut yang berbeda. Senyawa menyerang membran sel, pertumbuhan
antibakteri dalam ekstrak E. hirta yang sel akan terhambat menyebabkan sel
dapat ditarik oleh pelarut metanol yang mati. Hal ini dikarenakan membran
bersifat polar adalah senyawa tanin, sitoplasma merupakan penghalang
fenol, alkaloid, saponin dan flavonoid bersifat permeabilitas selektif yang akan
(Titilope et al., 2012). Mekanisme kerja mempertahankan bahan-bahan tertentu
metode maserasi adalah cairan penyari di dalam sel serta mengatur aliran keluar-
(metanol) akan menembus dinding sel masuknya bahan-bahan lain. Selain itu,
dan masuk ke dalam rongga sel yang zat antibakteri ekstrak E. hirta juga dapat
mengandung zat aktif yang akan larut, merusak protein sel bakteri karena dapat
karena adanya perbedaan konsentrasi mengakibatkan koagulasi (denaturasi)
antara larutan zat aktif di dalam sel dan yang bersifat irreversible terhadap
di luar sel maka larutan terpekat didesak komponen-komponen seluler yang vital
keluar (Ditjen POM, 2000). ini. Bagian sel bakteri yang lain yang
Ekstrak E. hirta mampu dapat dirusak oleh zat antibakteri ekstrak
menghambat pertumbuhan bakteri Gram E. hirta adalah asam nukleat yang
positif maupun negatif, sehingga dapat berperan penting dalam proses kehidupan
disimpulkan bahwa ekstrak E. hirta normal sel bakteri. Apabila terjadi
merupakan bakteriostatik spektrum luas. gangguan pada pembentukan atau pada
Jurnal Biologi, Volume 3 No 2, April 2014
Hal. 49-58

fungsi asam nukleat tersebut dapat Deberdt, P., B. Perrin and R. Coranson-
mengakibatkan kerusakan total pada sel. Beaudu. 2012. Effect of Allium
Zat antibakteri ekstrak E. hirta juga fistulosum extract on Ralstonia
mampu menghambat metabolisme sel solanacearum populations and
bakteri dengan menghambat sintesis tomato bacterial wilt. APS J. 96(5):
asam folat ataupun enzim dihidrofolat 687-692.
reduktase (Pelczar et al., 2010). Ditjen POM. 2000. Farmakope Indonesia
Edisi IV. Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Gan, S., R. Setiabudy, F.D. Suyatna dan
Kesimpulan Purwantyastuti. 1995. Farmakologi
dan Terapi edisi 4. Bagian
Ekstrak E. hirta murni memiliki Farmakologi FK UI, Jakarta.
aktivitas antibakteri yang mampu Hamdiyati, Y., Kusnadi, dan I. Rahadian.
menghambat pertumbuhan R. 2008. Aktivitas antibakteri ekstrak
solanacearum, E. coli dan S. aureus yang daun Patikan kebo (Euphorbia hirta)
merupakan bakteri jenis Gram positif dan terhadap pertumbuhan bakteri
Gram negatif secara in vitro, sehingga Staphylococcus epidermidis. J.
termasuk bakterisida spektrum luas. Pengajar. MIPA 12(2):1412-1417.
Harbone, B.J. 1987. Metode Fitokimia
Ucapan Terima Kasih Penuntun Cara Modern Menganalisis
Penulis mengucapkan terima kasih Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.
kepada pak Syaiful Khoiri sebagai staf Indonesian Biotechnology Information
Departemen Proteksi Tanaman IPB yang Centre (IndoBIC). 2005. Senyawa
telah menyediakan isolat bakteri serta Antimikroba Dari Tanaman,
seluruh staf laboratorium Mikrobiologi dan http://indobic.or.Id/beritadetail.php
Kimia Organik Fakultas Sains dan ?id berita=124. 17 Maret 2014.
Matematika yang telah membantu penulis Jawets, E., M. Joseph, A.A. Edward, F.B.
selama penelitian Tugas Akhir. Geo, S.B. Janet dan L.O. Nicholas.
2001. Mikrobiologi Kedokteran Edisi
Daftar Pustaka I. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Kartasapoetra, G. 2004. Budidaya
Abubakar, El-Mahmood Muhammad. Tanaman Berkhasiat Obat. Rineka
2009. Antibacterial activity of crude Cipta, Jakarta.
extracts of Euphorbia hirta against Kumar, S., R. Malhotra and D. Kumar.
some bacteria associated with 2010. Euphorbia hirta: its chemistry,
enteric infections. J. of Med. Plants traditional and medicinal uses, and
Res. 3(7): 498-505. pharmalogical activities. Phcog. Rev.
Alimuddin, A.H. dan Masriani. 2008. 4:58-61.
Aktivitas antimikroba dari ekstrak Latha, L.Y., Sasidharan, S., Zuraini, Z.,
kloroform kulit batang tumbuhan Suryani,S., Shirley, L., Sangetha, S.
Shorea foxworthyi. Indo. J. Chem. and Davaselvi, M. 2007. Activity and
8(1): 114-118. toxicity of crude extract of the
Byers, J.A. 2003. Solvent Polarity and Psophocarpus tetragonolobus pods.
Miscibility. www.phenomenex.com. Afr. J. Trad. Compl. Altern. Med. 4:
11 Maret 2014. 59-63.
Jurnal Biologi, Volume 3 No 2, April 2014
Hal. 49-58

Melliawati, Ruth. 2009. Escherichia coli Based Approach. Tata McGraw Hill
dalam Kehidupan Manusia. Education, New Delhi.
http://www.- Perumal, S., S. Pillai, L.W. Cai, R.
biotek.lipi.go.id/images/stories/biotr Mahmud and S. Ramanathan. 2012.
ends/vol4no1/EcoliR.Melliawati1014 Determination of minimum inhibitory
.-pdf. 24 Maret 2014. concentration of Euphorbia hirta (L.)
Moder, Justin. 2008. Escherichia coli. extracts by tetrazolium microplate
http://bioweb.uwlax.edu/bio203/s2 assay. J. Nat. Prod.5: 68-76.
008-/moder_just/classification.htm. Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit
23 Maret 2014 Tanaman. Penebar Swadaya,
Moorman, G.W. 2013. Bacterial Wilt – Jakarta.
Ralstonia solanacearum. Rajeh, Mohammad A.B., Z. Zuraini, S.
http://extension.psu.edu-/plant- Sasidharan, L.Y. Latha and S.
disease-factsheets/all-fact- Amutha. 2010. Assessment of
sheets/ralstonia. 21 Januari 2013. Euphorbia hirta L. leaf, flower, stem
Narasimha, M.K. and Srinivas, C. 2012. and root extracts for their
Invitro screening of bioantagonistic antibacterial and antifungal activity
agents and plant extracts to control and brine shrimp lethality. Molecules
bacterial wilt (Ralstonia 15: 6008-6018.
solanacearum) of tomato Roberts, N. 2008. Euphorbia hirta.
(Lycopersicon esculentum). J. Agri. http://www.treknature.com/gallery/
Tech. 8(3): 999-1015. photo177-042.htm. 25 Januari
National Biodiversity Centre. 2009. 2013.
Classification of Species: Euphorbia Robinson, T.. 1995. Kandungan Organik
hirta. Tumbuhan Tinggi Edisi Keenam.
http://portal.nbc.gov.bt/portalBhuta Penerbit ITB, Bandung.
n/species/browse/taxon/5450/. 11 Santoso, Hieronymus B. 2000. Jahe.
Februari 2013. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Nordqvist, Christian. 2012. What is E. Sunder, J., S. Jeyakumar, A. Kundu, R.C.
coli? (Escherichia coli). http://www.- Srivastava and A.K. De. Effect of
medicalnewstoday.com/articles/685 Morinda citrifolia extracts on in-vitro
11.php. 23 Maret 2014. growth of Ralstonia solanacearum.
Ogbulie J.N., C.C. Ogueke, I.C. Okoli and Arc. App. Sc. Res. 3(3): 394-402.
B.N. Anyanwu. 2007. Antibacterial Suresh K., P. Deepa, R. Harisaranraj and
activities and toxicological potentials A.V. Vaira. 2008. Antimicrobial and
of crude ethanolic extracts of phytochemical investigation of the
Euphorbia hirta. Afr. J. Biotech. leaves of Carica papaya L., Cynodon
6:1544-1548. dactylon (L.) Pers., Euphorbia hirta
Olson, H.A. 2005. Ralstonia L., Melia azedarach L. and Psidium
solanacearum. guajava L. Ethnobot. Leaflets
http://www.cals.ncsu.edu/course/p 12:1184-1189.
p- Titilope, K.K., E.A. Rashidat, O.C.
728/Ralstonia/Ralstonia_solanacear Christiana, E.R. Kehinde, J.N.
um.html. 22 Januari 2013. Omobolaji and A.J. Olajide. 2012. In-
Pelczar, M.J., E.C.S. Chan and N.R. Krieg. vitro antimicrobial activities of
2010. Microbiology An Application Euphorbia hirta against some clinical
Jurnal Biologi, Volume 3 No 2, April 2014
Hal. 49-58

isolates. Agr. Bio. J. of North


America. : 2151-7517.
Todar, Kenneth. 2012. Staphylococcus
aureus and Staphylococcal Disease.
http://textbookofbacteriology.net/st
aph.html. 23 Maret 2014.
Vasanthakumari, R. 2007. Textbook of
Microbiology. BI Publications Pvt Ltd,
New Delhi.
Wagura, A.G., J.W. Kimenju and B.M.
Gichimu. 2011. Comparative
antibacterial effects of raw extracts
and essential oils of Ocimum
gratissimum L. against Ralstonia
solanacearum (Smith). Int. J. Plant
Patho. 2(3): 144-152.
Yabuuchi, E., Y. Kosako, I. Yano, H. Hotta
and Y. Nishiuchi. 1996. Transfer of
two Burkholderia and an Alcaligenes
species to Ralstonia gen. Nov.:
proposal of Ralstonia pickettii
(Ralston, Palleroni and Doudoroff
1973) comb. nov., Ralstonia
solanacearum (Smith 1896) comb.
nov. and Ralstonia eutropha (Davis
1969) comb. nov. Microbiol.
Immunol. 39: 897 – 904.

You might also like