You are on page 1of 11

POPULASI DAN INTENSITAS SERANGAN HAMA PENGHISAP DAUN PADA

PERTANAMAN KENTANG DI DATARAN TINGGI SEMBALUN


LOMBOK TIMUR

POPULATION AND INTENSITY OF INFECTION BY LEAVES SUCKING


INSECTS ON POTATO PLANTATION ON HIGHLAND OF SEMBALUN
EAST LOMBOK

Chintia Clara Sista1 , M. Sarjan2 , Hery Haryanto3


Mahasiswa1 , Dosen Pembimbing Utama2 , Dosen Pembimbing Pendamping3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan potensi hama penghisap daun
pada pertanaman kentang di dataran tinggi Sembalun Lombok Timur. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei hingga bulan Agustus 2015 di Desa Timba Gading Kecamatan
Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif
dengan teknik pengumpulan data secara langsung di lapangan (in-situ) pada sejumlah titik
pengamatan. Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis regresi. Didalam penelitian ini
ditemukan 4 jenis hama penghisap daun yaitu Aphids spp., Bemisia tabaci, Thrips palmi dan
Tetranychus spp. Rata-rata populasi dan intensitas serangan tertinggi yaitu 5921,5 ekor dan
60,16%. Dominasi hama penghisap daun yaitu Aphids yaitu 49%, Thrips palmi 39%, Bemisia
tabaci 9% dan Tetranychus spp. 3%. Kelimpahan masing-masing spesies hama yaitu Aphids
spp. 19,79%, Thrips palmi 15,54%, Bemisia tabaci 3,62% dan Tetranychus spp 1,04%. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah populasi dengan intensitas serangan
hama berbeda nyata (signifikan).
Kata kunci: Populasi, Intensitas serangan, Kentang, Sembalun.

Abstract

The aim of this research was to investigate diversity of potential leaves sucking
insects on potato plantation in the highland of Sembalun, East Lombok. Observation was
undertaken from May to August 2015 in Timba Gading Village, Sembalun District, East
Lombok. The method used in this research was a descriptive method with direct sampling in
the field (in-situ) on several sampling point in plantation areas. The data were tabulated and
plotted as linier regression. In this research, four species of leaves sucking insects were
obtained, they were Aphids spp., Bemisia tabaci, Thrips palmi and Tetranychus spp. The
average population of the four insects was 5921.5 population with the highest intensity at
60,16%. Domination of leaves sucking insects were 49 % of Aphids, 39 % of Thrips palmi,
9% of Bemisia tabaci, and 3 % of Tetranychus spp.. The species richness was also
determined, the richness of each species was 19.79% of Aphids spp., 15.54% of Thrips palmi,
3.62% of Bemisia tabaci and 1.04%. Tetranychus spp Results of the research showed that
there is a significant relationship between the population and intensity of infection of leaves
sucking insect.

Keywords: Population, Intensity of infection, Potato Plantation, Sembalun

Jurnal Penelitian
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Page 1
PENDAHULUAN

Kentang (Solanum tuberossum L.) (1) teknik budidaya yang kurang baik, (2)
merupakan salah satu tanaman hortikultura penggunaan bibit yang berkualitas rendah
yang biasanya dikonsumsi sebagai sayur- dan (3) serangan organisme pengganggu
sayuran, sebagai tanaman yang penting tanaman (OPT).
selain dari padi, jagung, gandum dan Salah satu faktor yang berpotensi
barley. Analisis kimia dari kandungan 100 dalam menurunkan produksi tanaman
g umbi kentang adalah 77 g air, 0,7 mg adalah adanya serangan OPT khususnya
besi, 50 mg fosfor, 11 mg kalsium, 19,1 g serangga hama. Menurut Widjaja (1996)
karbohidrat, 0,1 g lemak, 2 g protein, 0,11 terdapat beberapa hama yang berasosiasi
mg vitamin B, 17 mg vitamin C. dengan tanaman kentang yaitu kutu daun,
Kandungan gizi dan karbohidrat yang kutu kebul, wereng hijau, ulat penggerek
cukup tinggi yaitu kandungan protein, daun/ umbi kentang dan tungau. Sedangkan
vitamin B, vitamin C, mineral, fosfor, menurut CIP-Balista dalam Srie (2006)
kalori, lemak dan kalium menjadikan terdapat 72 jenis OPT yang ada pada
kentang sebagai salah satu tanaman yang tanaman kentang diantaranya terdiri atas 4
potensial (Samadi, 1998). jenis patogen, 13 jenis cendawan patogen,
Dewasa ini berbagai macam produk 15 jenis virus, 1 jenis mikoplasma, 8 jenis
olahan dari kentang sudah banyak beredar penyakit dan 31 jenis hama.
dikalangan masyarakat, seperti potato Hama penghisap adalah serangga
chips dan frensh friesh. Perubahan gaya hama yang termasuk kedalam ordo
hidup masyarakat yang lebih modern Homoptera dan Thysanoptera. Pada
adalah salah satu faktor yang menyebabkan umumnya serangga ini merupakan
tingginya permintaan pasar akan kentang. serangga pembawa vektor virus bagi
Salah satu contoh adalah kebutuhan tanaman, serta mampu hidup pada semua
kentang untuk bahan baku potato chips bagian tanaman. Selain menghisap daun
mencapai 3.000 ton/tahun, frensh friesh tanaman, beberapa spesies dari serangga ini
16.800 ton/tahun. Pada tahun 2011 ada yang menghisap akar tanaman.
permintaan kentang nasional mencapai Kerusakan yang diakibatkan berkisar dari
1.318.690 ton. Sedangkan menurut data 20-80%, kerusakan akan menjadi semakin
yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik parah apabila tanaman telah terjangkit virus
(2014) produksi kentang hingga tahun yakni mencapai 100% (gagal panen)
2013 mencapai 1.023.381 ton. Hal inilah (Moehammadi, 2003).
yang menyebabkan impor kentang terus Pada tanaman kentang terdapat
meningkat, karena ketersediaan kentang beberapa spesies serangga hama penghisap
yang ada belum mampu memenuhi daun diantaranya kutu daun (Aphids spp.,),
permintaan kentang dalam negeri baik kutu kebul (Bemisia tabaci), thrips (Thrips
untuk kebutuhan konsumsi dan kebutuhan palmi Karny) dan tungau (Tetranychus
insdustri pangan. spp.,). Namun informasi tentang
Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, keberadaan dan tingkat kerusakan yang
khususnya Pulau Lombok salah satu sentra diakibatkannya masih sangat sedikit,
produksi kentang saat ini yaitu terdapat di khususnya di Pulau Lombok. Oleh karena
wilayah Sembalun Kabupaten Lombok itu, telah dilakukan penelitian yang
Timur. Berdasarkan data dari Badan Pusat berjudul “Populasi dan Intensitas
Statistik menunjukkan bahwa produksi Serangan Hama Penghisap Daun Pada
kentang di NTB menurun dari tahun 2013- Pertanaman Kentang di Dataran Tinggi
2014 yaitu 6.386 ton/tahun menjadi 4.023 Sembalun Lombok Timur”.
ton/tahun. Beberapa kendala yang kerap Penelitian ini bertujuan untuk
kali terjadi dalam budidaya tanaman adalah mengetahui jenis dan potensi dari hama

Jurnal Penelitian
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Page 2
penghisap daun pada pertanaman kentang
di dataran tinggi Sembalun Lombok Timur.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan Granola, hasil produksi Fakultas Pertanian


dalam penelitian ini adalah metode Universitas Mataram. Perangkap yang
deskriptif dengan teknik pengamatan digunakan yaitu yellow pan trap dan sticky
secara langsung (in-situ) pada sejumlah trap. Pemasangan perangkap dilakukan
titik pengamatan (5 titik pengamtan). secara diagonal pada lahan percobaan
Pelaksanaan penelitian ini yaitu observasi dengan ukuran luas 25 are. Parameter
lapangan, ploting areal, pemasangan pengamatan dalam penelitian ini yaitu
perangkap dan pengamatan. Observasi populasi dan intensitas serangan hama
lapangan dilakukan pada bulan maret 2015 penghisap daun. Pengamatan dilakukan
di sentra produksi kentang tepatnya di desa dengan interval waktu 7 hari sekali. Data
Timba Gading, Kecamatan Sembalun, hasil pengamatan dianalisis menggunakan
Lombok Timur. Benih kentang yang analisis regresi.
digunakan adalah benih kentang varietas

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Gambar 4.1. Karakteristik dan Gejala Serangan Hama Penghisap Daun Pada Pertanaman
Kentang di Dataran Tinggi Sembalun Lombok Timur Selama Pengamatan

a b c
Aphids spp. Bemisia tabaci Thrips palmi

d e f
Tetranychus spp. Klorosis Daun mengeriting

g h i
Bercak nekrotik Bercak keperakan Jamur jelaga

Jurnal Penelitian
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Page 3
Gambar 4.2. Rata-rata Populasi Hama Penghisap Daun Pada Pertanaman Kentang di Dataran Tinggi
Sembalun Lombok Timur selama Pengamatan.

7000

6000
5921.5
Jumlah populasi (ekor)

5000

4000

3000
3033.5
2491.5
2000
1365 2180.5 2022
1944 2618.5
1000 306.5 1558.5

0
21 28 35 42 49 56 63 70 77 84
Umur tanaman (hst)

Gambar 4.3. Musuh Alami Hama Penghisap Daun di Pertanaman Kentang di Dataran
Tinggi Sembalun Lombok Timur Selama Pengamatan

a b c
Coccinella tranversalis Paederus fuscipes
Menochilus sexmaculatus

Jurnal Penelitian
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Page 4
Gambar 4.4. Rata-rata Populasi masing-masing Spesies Hama Penghisap Daun Pada Pertanaman
Kentang di Dataran Tinggi Sembalun Lombok Timur selama Pengamatan.

6000

5000
Jumlah populasi (ekor)

4000 Aphids
Bemisia tabaci
3000
Thrips palmi Karny
Tetranychus
2000

1000

0
21 28 35 42 49 56 63 70 77 84
Umur tanaman (hst)

Gambar 4.5. DominasiHama Penghisap Daun Pada Pertanaman di Dataran Ringgi Sembalun
Lombok Timur Selama Pengamatan.

Dominasi hama (%)

3%
9%

Aphids

49 % Bemisia tabaci
Thrips palmi
Tetranychus
39%

Jurnal Penelitian
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Page 5
Gambar 4.6. Kelimpahan Hama Penghisap Daun di Dataran Tinggi Sembalun Lombok Timur
Selama Pengamatan.

Kelimpahan hama (%)

1,04%

3,62%

Aphids

19,79 % Bemisia tabaci


Thrips palmi
15,54% Tetranychus

Gambar 4.7. Rata-rata Intensitas Serangan Hama Penghisap Daun Pada Pertanaman
Kentang di Dataran Tinggi Sembalun Lombok Timur selama Pengamatan.

70

60 60.16
57.08
Intensitas serangan (%)

50

40
37.99

30

20 19.02
13.64
10 10.75 11.16
6.59 5.04 5.01
0
21 28 35 42 49 56 63 70 77 84
Umur tanaman (hst)

Jurnal Penelitian
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Page 6
Gambar 4.8. Hubungan antara Jumlah Populasi dan Intensitas Serangan Hama Penghisap
Daun Pada Pertanaman Kentang di Dataran Tinggi Sembalun Lombok Timur
selama Pengamatan.

70
y = 0.009x - 0.688
R² = 0.468
60

50
Intensitas serangan

40

30
IS rata-rata
20

10 Linear (IS rata-


rata )
0
0 2000 4000 6000 8000
Populasi hama

Pembahasan
Hama penghisap daun merupakan virus bagi tanaman. Gejala kerusakan yang
hama yang menyerang tanaman dengan disebabkan oleh Aphids spp., yaitu daun
cara menghisap cairan di daun tanaman, tanaman menguning (klorosis), dan
yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman mengeriting (Gambar 4.1. E.F) (Srinivasan,
menjadi tidak optimal. Hama ini mampu 2009).
menyebabkan kerusakan fisik berkisar 20- Bemisia tabaci merupakan hama
80% dan merupakan vektor virus bagi yang bersifat polifag sehingga sulit untuk
beberapa tanaman khususnya famili dikendalikan. Serangga muda (nimfa)
Solanaceae. Selama pengamatan, yang baru keluar dari telur berwarna putih
ditemukan 4 jenis hama penghisap daun pucat, memiliki bentuk bulat dan pipih.
pada pertanaman kentang yaitu Aphids Serangga dewasa B. tabaci berwarna
spp., Bemisia tabaci, Thrips palmi Karny, putih dengan sayap jernih ditutupi lapisan
dan Tetranychus spp. Nimfa dan imago lilin yang bertepung dan memiliki ukuran
dari keempat hama penghisap daun bekisar antara ±1-1,5 mm (Gambar 4.1.B).
merupakan serangga yang aktif Menurut Marwoto (2011) kerusakan yang
menyerang tanaman khususnya pada diakibatkan oleh B. tabaci dapat mencapai
musim kemarau. Hama ini hidup secara 80%, bahkan dapat menyebabkan gagal
berkelompok pada daun tanaman, panen jika tidak dikendalikan. Kerusakan
biasanya menyerang pucuk dan daun yang disebabkan oleh hama ini yaitu
muda. Aphids spp., memiliki warna hijau berupa daun tanaman menguning
tua sampai hitam atau kuning coklat. (klorosis), bercak-bercak nekrotik dan
Serangga muda (nimfa) memiliki ukuran ± kemudian gugur (Gambar 4.1.E.G)
1,8-2,3 mm dan imago memiliki sayap (Meilin, 2014).
yang panjangnya ± 2-2,5 mm (Gambar Thrips palmi salah satu hama
4.1.A). Menurut Pracaya (2011) Aphids penghisap daun yang keberadaannya harus
spp., dapat menularkan lebih dari 50 jenis diperhitungkan hingga saat ini. Thrips

Jurnal Penelitian
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Page 7
memiliki ukuran tubuh ± 0,8-0,9 mm serangga cenderung mengalami fluktuasi
(Gambar 4.1.C). Menurut Dibiyantoro atau tidak stabil. Populasi serangga hama
dalam Laksminiwati (1998) yang pada umur 56 hst yaitu 1944, umur 63 hst
menyatakan jika keberadaan Thrips tidak yaitu 3033,5, umur 70 hst yaitu 2618,5.
segera diatasi maka akan terjadi ledakan Keberadaan populasi serangga hama di
populasi hama Thrips yang kemudian akan dalam suatu ekosistem tidak pernah
sulit untuk dikendalikan. Hal ini didukung konstan.
oleh pernyataan Priesner dalam Fenomena ini diduga karena faktor
Laksminiwati (1998) yang mengatakan makanan dan suhu yang sesuai bagi
bahwa salah satu kendala dalam budidaya perkembanagn haman yaitu berkisar 20-
tanaman sayuran di dataran tinggi adalah 29oC. Menurut Susniahti (2005) kisaran
serangan Thrips karena mampu suhu yang sesuai untuk pertumbuhan
menimbulkan kerusakan sebesar 12-74%. populasi serangga hama adalah 15-33oC.
Bila Thrips menyerang daun tanaman akan Pertumbuhan populasi serangga hama akan
menyebabkan daun tanaman berwarna menjadi tertekan lebih rendah dengan
keperakan (bercak-bercak keperakan) kisaran suhu 14oC dan 41oC (Lampiran 3).
(Gambar 4.1.H). Daun yang terserang Pada saat tanaman berumur 77 hst terjadi
berubah warna menjadi coklat tembaga, ledakan populasi hama penghisap daun
melengkung dan akhirnya mati. yang tinggi, diduga karena semakin besar
Tetranychus spp., merupakan binatang tanaman makan pertambahan tinggi dan
kecil yang memiliki ukuran ± 0,5 mm daun yang terbentuk semakin banyak.
(Gambar 4.1.D). Warnanya bermacam- Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana
macam mulai dari hijau sampai merah. oleh petani juga memicu terjadinya ledakan
Hama ini banyak merusak daun dan batang populasi serangga.
yang mengakibatkan perubahan warna Berkurangnya populasi serangga
serta bentuk tanaman menjadi abnormal. selama pengamatan diduga karena
Tetranychus spp., merupakan terjadinya natalitas, mortalitas dan adanya
hama polifag yang memiliki lebih dari 100 musuh alami hama yaitu parasitoid,
jenis tanaman yang diserangnya (Pracaya, predator dan patogen. Selama pengamatan
2011). Daun tanaman yang terserang berlangsung, ditemukan 3 jenis musuh
berubah warna menjadi keperakan atau alami kelompok predator yaitu (1)
kecoklatan dan akan melengkung ke Coccinella transversalis F., (2) Menochilus
bawah, menyusut dan mengeriting sexmaculatus dan (3) Paederus fuscipes
(Gambar 4.1.H). Hama penghisap daun (Gambar 4.3). Menurut Amir dalam
khususnya Aphids spp., dan B. tabaci dapat Duriat (2006) mengatakan bahwa predator
menghasilkan embun madu yang memicu Coccinella transversalis dapat memangsa
pertumbuhan jamur jelaga yang kutu daun yaitu Aphids hingga 200/hari,
menyebabkan proses fotosintesis menjadi memangsa larva B. tabaci hingga 200-
terganggu (Gambar 4.1.I) 400/hari atau memangsa Thrips sebanyak
Berdasarkan hasil pengamatan 17-20 ekor/hari. Sedangkan P. fuscipes
populasi serangga hama selama merupakan predator bagi serangga
pengamatan pada umur 21-49 hst yaitu Tetranychus spp., predator ini hidup
306,5-2491,5 ekor. Pada umur 77 hst dengan memangsa tungau merah dan
terjadi ledakan populasi hama yang cukup beberapa serangga lainnya (Pracaya, 2011).
tinggi yaitu 5921,5 ekor. Berdasarkan Fenomena ini menunjukkan bahwa
Gambar 4.2, populasi serangga pada awal didalam suatu ekosistem yang hidup dan
pengamatan yaitu umur 21 hst yaitu 306,5 dinamis akan terjadi keseimbangan alami,
dan terus meningkat hingga pengamatan dimana terjadi kecenderungan adanya
pada umur 49 hst yaitu 2491,5. Akan densitas populasi dari semua spesies
tetapi, pada pengamatan 56-70 hst populasi dengan spesies yang lain sebagai akibat

Jurnal Penelitian
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Page 8
adanya interaksi satu sama lain dan dengan lingkungannya sehingga
lingkungan fisiknya. Di daerah tropis, perkembangan populasinya sangat cepat
jumlah musuh-musuh alami cukup tinggi. (Untung, 2010).
masing-masing dari kelompok musuh Pengamatan intensitas serangan
alami yaitu predator, parasitoid dan hama penghisap daun dilakukan pada saat
patogen mampu menekan populasi tanaman berumur 21 hst. Pada pengamatan
serangga hama baik dalam persentase yang pertama, umur 21 hst kerusakan hama
rendah hingga tinggi. penghisap daun sudah mulai terlihat
Untuk mengetahui besarnya dengan intensitas serangan yang masih
dominasi dan kelimpahan hama penghisap rendah yaitu 6,59%. Pengamatan
daun, maka diamati jumlah populasi dari selanjutnya pada umur 28-35 hst intensitas
masing-masing spesies hama penghisap serangan menjadi lebih rendah yaitu 5,04-
daun. Populasi tertinggi hama Aphids spp. 5,01% dari pengamatan sebelumnya. Pada
dan Tetranychus spp. tertinggi yaitu pada saat tanaman berumur 42-77 hst intensitas
saat tanaman berumur 77 hst. Populasi serangan terus meningkat yaitu 10,25-
Aphids spp. 4985,5 ekor dan Tetranychus 60,16%. Pada umur 84 hst, intensitas
spp. yaitu 136 ekor, populasi Bemisia serangan menurun menjadi 57,08%, namun
tabaci dan Thrips palmi tertinggi yaitu intensitas serangan berat dicapai pada umur
pada umur 63 hst dengan jumlah populasi 77 hst (Gambar 4.7).
Bemisia tabaci 638 ekor, Thrips palmi Intensitas serangan hama penghisap
Karny 1652 ekor. Besarnya jumlah daun dikategorikan sebagai intensitas
populasi masing-masing spesies hama serangan berat karena intensitas
dapat diketahui besarnya dominasi dan serangannya bekisar dari 5,01-60,16%.
kelimpahan dari keempat spesies hama Tingginya intensitas serangan hama yang
penghisap daun. Berdasarkan Gambar 4.4 mencapai 60,16% diduga karena
populasi serangga hama tertinggi yaitu dipengaruhi oleh kelimpahan inang, suhu
Aphids spp sebesar 4985,5 ekor/tanaman yang berkisar 20-29oC dan aplikasi
yang menunjukkan bahwa dominasi hama pestisida yang kurang bijaksana sehingga
penghisap daun selama pengamatan adalah mematikan musuh alami hama penghisap
Aphids spp. daun. Selama pengamatan berlangsung,
Adapun dominasi dan kelimpahan petani kerap kali menggunakan pestisida
hama penghisap daun selama pengamatan secara terus menerus dan jenis yang sama
yaitu Aphids spp., 49%, Thrips palmi 39%, yaitu Ludo dan Decis yang dapat memicu
Bemisia tabaci 9% dan Tetranychus spp., terjadinya ledakan populasi hama.
3%. Kelimpahan hama penghisap daun Hal ini didukung oleh Susniahti dan
berturut-turut adalah Aphids spp., sebesar Sumeno (2005) yang mengatakan bahwa
19,79%, Thrips palmi sebesar 15,54%, penggunaan pestisida akan memeberikan
Bemisia tabaci sebesar 3,62% dan beberapa dampak negative di
Tetranychus spp. sebesar 1,04%. Besarnya agroekosistem yaitu (1) terbunuhnya
nilai dominasi dan kelimpahan hama serangga hama bukan sasaran, (2)
penghisap daun dapat dilihat pada Gambar terjadinya resurjensi hama, (3) hama
4.5 dan Gambar 4.6. Tingginya populasi menjadi resisten dan (4) munculnya hama
dan dominasi hama Aphids spp disebabkan sekunder. Intensitas serangan hama yang
karena hama ini memiliki ukuran tubuh dikegorikan berat selama, maka sebaiknya
yang lebih besar, kuat dan memiliki siklus perlu untuk dilakukan pengendalian.
hidup yang lebih pendek yaitu ± 10 hari. Menurut Hidayat dalam Dafrinal (2007)
Hal inilah yang menyebabkan hama ini apabila serangan hama sudah menurunkan
terus berkembang sehingga mencapai khualitas dan produksi tanaman sebesar 45-
dominasi tertinggi. Selain itu hama Aphids 60% maka serangan hama tersebut sudah
spp. sangat mudah menyesuaikan diri melewati ambang pengendalian.

Jurnal Penelitian
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Page 9
Untuk menguji ada tidaknya adalah koefisien kerusakan yang artinya
hubungan antara jumlah populasi (Y) penambahan satu ekor hama penghisap
dengan intensitas serangan (X) maka daun dapat menyebabkan kehilangan hasil
dilakukan analisis regresi. Hasil analisis sebesar 0,0099 %. Fenomena hubungan
didapatkan persamaan garis regresi Y = diatas, diduga karena di dalam suatu
0,00993X-0,6886 (Gambar 4.8) berbeda ekosistem pertanian terdapat faktor yang
nyata (signifikan) dengan koefisien berperan dalam mengendalikan populasi
kolerasi R² = 0.468. Berdasarkan besarnya hama yaitu musush alami. Adanya musuh
tingkat hubungan nilai R menunjukkan alami seperti parasitoid, predator dan
bahwa kemampuan hama penghisap daun patogen diketahui mampu menekan
dalam menyerang tanaman kentang cukup pertumbuhan populasi hama dalam skala
kuat (Lampiran 4). Selanjutnya, nilai rendah hingga cukup tinggi (Pracaya,
koefisien arah (b) yang besarnya = 0,6886 2011).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan kelimpahan sebesar 19,79%,


Berdasarkan hasil dan pembahasan diikuti oleh Thrips palmi 39%
dapat disimpulkan : dan kelimpahan 15,54%,
1. Terdapat 4 jenis hama Bemisia tabaci 9% dan
penghisap daun yang kelimpahan 3,62%,
berasosiasi dengan tanaman Tetranychus spp 3% dan
kentang yaitu Aphids spp., kelimpahan 1,04%.
Bemisia tabaci, Thrips palmi Saran
dan Tetranychus spp. 1. Selain itu perlu dilakukan
2. Populasi dan intensitas penelitian intensitas serangan
serangan berat yaitu pada masing-masing spesies hama
umur 77 hst sebesar 4985,5 penghisap daun sehingga dapat
dengan intensitas serangan diketahui tingkat kerusakan
sebesar 60,16% masing-masing spesies.
3. Dominasi hama penghisap 2. Perlu dilakukan penelitian
daun adalah Aphids spp., terhadap teknik pengendalian
sebesar 49% dengan hama penghisap daun.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2013. NTB Dalam Tanaman Sayuran (BALISTA).


Angka 2013. Badan Pusat Statistik. Bandung.
Nusa Tenggara Barat. 271 h.
Dafrinal., Rina W., Armein L. 2007.
Badan Pusat Statistik. 2014. NTB Dalam Kepadatan Populasi Kutu Daun
Angka 2014. Badan Pusat Statistik. (Myzus persicae) dan Predatornya
Nusa Tenggara Barat. 271 h. (Monoshillus sexmaculata) Pada
Tanaman Cabai (Capsicum
CIP. 1999. Penyakit, Hama, dan annum) di Kecamatan Kotoparik
Nematoda Utama Tanaman Gadang Diateh Kabupaten Solok
Kentang (terjemahan dari Mayor Selatan. Universitas STKIP PGRI
Potato Diseases, Insects, and Sumatera Barat. 1-5 h.
Nematodes).Balai Penenelitian

Jurnal Penelitian
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Page 10
Laksiminiwati A. H. D. 1998. Thrips Pada Nematoda Utama Tanaman
Tanaman Sayuran. Balai Penelitian Kentang (Terjemahan dari
Tanaman Sayuran. Bandung. International Potato Center).
Balista. Bandung.
Marwoto., Inayati A. 2011. Pengendalian
Kutu Kebul Pada Tanaman
Kedelai. Balai Penelitian Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian, Vol.6 No. 1 2011,
Malang.

Meilin A. 2014. Hama dan Penyakit Pada


Tanaman Cabai Serta Cara
Pengendaliannya. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Jambi.

Mohaemmadi N. 2003. Entomologi.


Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas
Airlangga. Surabaya.

Pracaya, 2011. Hama dan Penyakit


Tanaman. Penebar Swadaya.
Bogor.

Samadi B. 1998. Usaha Tani Kentang.


Kanisius. Yogyakarta.

Sembel D. 2010. Pengendalian Hayati.


ANDI. Yogyakarta.

Srie A. D., Onie S. N., Neni G. 2006.


Penerapan Teknologi PHT Pada
Tanaman Kentang. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran. Bandung.

Srinivasan R. 2009. Serangga Hama dan


Tungau Pada Tanaman Terung
(Terjemahan dari Insect And Mite
Pests On Eggplant: A Field Guide
For Indentification And
Management). Balai Penelitian
Tanaman Sayuran. Bandung.

Susniahti N., Sumeno S. 2005. Bahan Ajar


Ilmu Hama Tumbuhan. Universitas
Padjajaran. Bandung.

Widjaja A., Rustaman W. H., Wiwin S.


1996. Penyakit, Hama, dan

Jurnal Penelitian
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram Page 11

You might also like