You are on page 1of 10

INSIDENSI PENYAKIT TUNGRO PADA TANAMAN

PADI SAWAH DI KECAMATAN TOMOHON BARAT


KOTA TOMOHON
PLANT DISEASES INCIDENCE TUNGRO
RICE FIELD IN WEST DISTRICT TOMOHON
CITY TOMOHON
Livita C. Tamuntuan1, Guntur S.J. Manengkey2, Henny V.G. Makal2, Max M.
Ratulangi2
Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama & Penyakit Fakultas Pertanian,Universitas Sam Ratulangi, Jl. Kampus
Unsrat Mando, 95515 Telp (0431) 846539

ABSTRACT
This research aims to study the incidence of disease in lowland rice tungro held in the
District of West Tomohon, and lasted for 5 months from the month of November 2014 until
March 2015. This study uses a survey or field observation purposive sampling with the object
of research fields rice farmers in West Tomohon sub district, which is in the Village Taratara
and Village Woloan. Each village was taken three plots groves and each plot was made
sliced diagonally with five subplots with the size of each subplot that is 2 m x 2 m. At each
subplot obtained 56 family of plants that was four weeks with a spacing of 15 cm x 20 cm x
40 cm (Legowo row 1: 3) of crop land, observations were made four times at intervals of one
week. The results showed that characterizes the disease tungro rice paddy in the district of
West Tomohon is infected plants tungro disease suffered stunted plant growth (dwarf), the
color of the leaves turn yellow to yellow orange accompanied with brown spots on the leaves.
Tungro disease incidence in rice crops in West Tomohon sub district amounted to 22:43%.
Tungro disease vector Populations in West Tomohon sub district is 7.6 tail.
Key words: Incidence, Disease Tungro, Rice
RINGKASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari insidensi penyakit tungro pada tanaman
padi sawah yang dilaksanakan di Kecamatan Tomohon Barat Kota Tomohon, dan
berlangsung selama 5 bulan yaitu dari bulan November 2014 sampai Maret 2015. Penelitian
ini menggunakan metode survei atau observasi lapang secara purposif sampling dengan objek
penelitian lahan petani padi sawah di Kecamatan Tomohon Barat, yaitu di Kelurahan
Taratara dan Kelurahan Woloan. Masing-masing kelurahan diambil tiga plot areal tanaman
dan masing-masing plot dibuat irisan diagonal dengan lima subplot dengan ukuran masingmasing subplot yaitu 2 m x 2 m. Pada setiap subplot didapatkan 56 rumpun tanaman yang
berumur empat minggu dengan jarak tanam 15 cm x 20 cm x 40 cm (jajar legowo 1:3) dari
lahan pertanaman, pengamatan dilakukan sebanyak empat kali dengan interval waktu satu
minggu. Hasil penelitian menunjukan bahwa ciri khas penyakit tungro pada tanamam padi
sawah di Kecamatan Tomohon Barat yaitu tanaman yang terinfeksi penyakit tungro
mengalami pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil), warna daun berubah menjadi kuning
sampai kuning jingga yang disertai dengan bercak-bercak berwarna coklat pada daun.
Insidensi penyakit tungro pada tanaman padi sawah di Kecamatan Tomohon Barat adalah

sebesar 22,43 %. Populasi vektor penyakit tungro di kecamatan Tomohon Barat adalah 7,6
individu.
Kata kunci : Insidensi, Penyakit Tungro, Tanaman Padi

I. PENDAHULUAN

peningkatan seperti pada tabel 1 dimana

1.1. Latar Belakang

mulai dari tahun 2009 sampai tahun 2013

Padi (Oryza sativa) merupakan

produksi

padi

sawah

mengalami

tanaman pangan yang sangat penting di

peningkatan setiap tahunnya (Anonim,

dunia, terutama di Indonesia. Pada saat ini

2014).

tanaman padi menjadi perhatian utama

Tabel 1. Produksi Padi Sawah di Provinsi

karena merupakan bahan pokok yang

Sulawesi Utara Tahun 2009 - 2013.

sangat dibutuhkan masyarakat. Selain itu

Tahun

padi

juga

berkaitan

erat

dengan

Luas

Produksi

Produkti

Panen

(Ton)

vitas

kesejahteraan hidup petani (Yusak, 2008).

(Ha)

(Ku/Ha)

Bahan pangan pokok ini memegang

2009

114.745

549.087

47,85

peranan

kehidupan

2010

119.771

584.030

48,76

ekonomi, karena kekurangan komoditi ini

2011

122.108

596.223

48,83

akan mempengaruhi komoditi lainnya

2012

126.931

615.062

48,46

(Sugeng, 2001).

2013

127.413

638.373

50,10

penting

Indonesia

dalam

merupakan

negara

Sumber : Anonim, 2014

produksi beras ketiga setelah China dan

Penyakit tungro merupakan salah

India.

Produksi beras Indonesia masih

satu penyakit penting pada tanaman padi

harus

ditingkatkan

karena memiliki potensi menyebabkan

permintaan

sekitar

untuk
275

penduduk pada tahun 2025.

mencukupi
juta

orang

kerusakan yang tinggi.

Di Indonesia

Kebutuhan

penyakit tungro dilaporkan telah menyebar

beras Indonesia dipenuhi oleh budidaya

hampir diseluruh sentra produksi padi dan

padi pada lahan seluas 10,6 juta hektar,

serangannya

atau sekitar 7,2 % dari luas pertanaman

serangan penyakit lain, yaitu mencapai

padi dunia (Sugeng, 2001).

12.078/ha.

Sulawesi Utara memiliki potensi

terluas

dibandingkan

Penyebaran dapat meluas

dengan cepat terutama apabila faktor-

pengembangan padi sawah yang cukup

faktor

luas, dengan luas sawah sebesar 55.855 ha.

tersedia seperti kepadatan populasi vektor

Produksi padi sawah di Sulawesi Utara

utama

dari

tahun

ke

tahun

mengalami

pendukung

wereng

perkembangannya

hijau

(Nephotettix

virescens) dan sumber infeksi (Soetarto


dkk, 2001 ; Suranto, 2004).

Hasil penelitian ini diharapkan


dapat memberikan informasi mengenai

Di Kota Tomohon khususnya di

insidensi penyakit tungro dan populasi

Kecamatan Tomohon Barat merupakan

vektor penyakit tungro pada tanaman padi

salah satu sentra produksi padi sawah dan

sawah sehingga dapat diperoleh masukan

penyakit tungro merupakan salah satu

yang efektif dan efisien dalam upaya

penyakit

pengendaliannya.

penting

yang

menyerang

pertanaman tanaman padi sawah.

Pada

areal pertanaman tanaman padi sawah


ditemukan

adanya

serangan

III.METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

penyakit

Penelitian

ini

dilaksanakan

di

Tungro, yang disebabkan oleh adanya

kelurahan Taratara dan kelurahan Woloan,

vektor pembawah virus penyakit yaitu

Kecamatan

Wereng hijau, yang menginfeksi tanaman

berlangsung selama 5 bulan mulai bulan

padi sawah.

November 2014 sampai Maret 2015.

Berdasarkan laporan dari petani

Tomohon

Barat

Barat,

dan

3.2. Bahan dan Alat

dan penyuluh pertanian lapang yang ada di


Kecamatan

Tomohon

Bahan dan alat yang digunakan

bahwa

dalam penelitian ini adalah lahan tanaman

penyakit tungro termasuk salah satu

padi sawah, tanamanan padi sawah yang

masalah utama dalam usaha budidaya

terserang, patok bambu, tali pelastik,

tanaman padi di kecamatan ini, maka perlu

alkohol 70%, net serangga, toples pelastik,

dilakukan kajian yang mendasar tentang

botol koleksi, kamera dan alat tulis

insidensi penyakit dan vektor penyakit

menulis.

dalam menentukan cara pengendalian yang

3.3. Metode Penelitian

efektif dan efisien untuk para petani pada


khususnya

dan

masyarakat

pada

Penelitian

ini

menggunakan

metode survei atau observasi lapang secara

umumnya.

purposif sampling dengan objek penelitian

1.2. Tujuan Penelitian

lahan petani padi sawah di Kecamatan

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

Tomohon

Barat,

yaitu

di

Kelurahan

mengetahui insidensi penyakit tungro dan

Taratara dan Kelurahan Woloan. Masing-

populasi vektor penyakit tungro pada

masing kelurahan diambil tiga plot areal

tanaman

tanaman dan masing-masing plot dibuat

padi

sawah

Tomohon Barat.
1.3. Manfaat Penelitian

di

Kecamatan

irisan

diagonal

dengan

lima

subplot

dengan ukuran masing-masing subplot

yaitu 2 m x 2 m (Gambar 2). Pada setiap

legowo 1:3).

Pengamatan dilakukan

subplot didapatkan 56 rumpun tanaman

sebanyak empat kali dengan interval waktu

yang berumur empat minggu dengan jarak

satu minggu.

tanam 15 cm x 20 cm x 40 cm (jajar

Keterangan :

Plot ( 20 m x 15 m)
Sub plot (2 m x 2 m)

Gambar 2. Denah penempatan subplot di setiap kelurahan sampel.


3.4. Prosedur Kerja

3.4.2. Insidensi Penyakit


Pengamatan

3.4.1. Pengamatan Gejala Penyakit


Pengamatan gejala penyakit di

insidensi

penyakit

dilakukan dengan menghitung jumlah

lapang dilakukan dengan cara mengamati

tanaman

secara langsung pada

yang

penyakit pada setiap subplot pengamatan.

mengalami perubahan morfologi pada

Untuk mengetahui insidensi penyakit dari

bagian

hasil pengamatan di lokasi pengamatan,

tanaman.

tanaman

Pengamatan

ini

yang

dilakukan pada setiap subplot yang telah di

dihitung dengan

tentukan pada setiap plot (Gambar 2).

insidensi penyakit:

Dimana:

menunjukkan

gejala

menggunakan rumus

IP = Insidensi penyakit
n = Jumlah rumpun terinfeksi
N = Total rumpun yang diamati (Rivai, 2005)

padi sebanyak sepuluh kali ayunan ganda.

3.4.3. Populasi Vektor


Pengamatan

populasi

Serangga

yang

dilakukan dengan menghitung jumlah

dimasukkan

ke

serangga vektor yang di dapat dari lokasi

kemudian dikoleksi di dalam alkohol 70

pengambilan sempel. Pengambilan sampel

%. Untuk mengetahui rata-rata populasi

dilakukan

vektor digunakan rumus sebagai berikut :

dengan

vektor

mengunakan

net

terjaring
dalam

toples

segera
plastik

serangga yang diayunkan di atas tanaman


Jumlah individu vektor yang ditemukan
Rata-rata populasi vektor

=
Jumlah pengambilan sampel

penyakit tungro, dan populasi vektor

3.4. Hal-Hal yang Diamati


Hal-hal yang diamati yaitu gejala
serangan

penyakit

tungro,

penyakit tungro.

insidensi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


anakan sedikit, helai daun dan pelepah

4.1. Gejala Penyakit di Lapang


Hasil pengamatan gejala penyakit,

daun memendek. Perubahan warna daun

menunjukkan tanaman padi sawah yang

bermula dari ujung daun, meluas kebagian

terserang

pangkal daun.

Malai menjadi pendek,

pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil),

gabah

terisi

terjadi

kebanyakan hampa dan terdapat bercak-

penyakit

perubahan

tungro

warna

mengalami

pada

daun

awalnya daun tanaman berwarna hijau

tidak

sempurna

atau

bercak yang menutupi malai.

menjadi kuning sampai kuning jingga yang

Gambar 3a merupakan gambar

disertai dengan bercak-bercak berwarna

tanaman padi sawah yang sehat, gambar

coklat pada daun. Hal ini sesuai dengan

3b merupakan gambar tanaman padi sawah

yang dinyatakan oleh Sudarma (2013)

yang mulai menunjukan adanya gejala

bahwa tanaman padi yang terinfeksi

serangan penyakit tungro.

penyakit tungro tumbuh kerdil, jumlah

pertama sampai pengamatan keempat.

4.2. Insidensi Penyakit Tungro


Hasil

perhitungan

insidensi

Pengamatan pertama insidensi penyakit

penyakit tungro pada tanaman padi sawah

tungro

di Kecamatan Tomohon Barat yaitu di

Taratara sebesar 18,39 % dan di kelurahan

Kelurahan Taratara dan Kelurahan Woloan

Woloan dengan insidensi penyakit tungro

dapat dilihat pada tabel 2.

sebesar 14,99 % dengan rata-rata insidensi

Tabel 2 dapat dilihat perbedaan

penyakit

insidensi penyakit tungro pada kedua


lokasi

pengamatan

sejak

tertinggi

terjadi

tungro

untuk

di

kelurahan

pengamatan

pertama dari dua kelurahan yaitu 16,69 %.

pengamatan

Tabel 2. Insidensi penyakit tungro pada tanaman padi sawah di Kelurahan Taratara dan
Woloan.
Insidensi penyakit (%)
No Kelurahan

II

III

IV

Rata-rata(%)

Taratara

18,39

22,84

25,35

27,49

23,51

Woloan

14,99

18,44

25,70

26,29

21,35

Rata-rata (%)

16,69

20,64

25,52

26,86

22,43

Pada pengamatan kedua insidensi


penyakit

tungro

tertinggi

di

rata insidensi penyakit tungro untuk

kelurahan Taratara sebesar 22,84 % dan di

pengamatan keempat dari dua kelurahan

kelurahan

insidensi

yaitu 26,86 %. Insidensi penyakit tungro

penyakit tungro sebesar 18,44 % dengan

tertinggi dari pengamatan pertama sampai

rata-rata insidensi penyakit tungro untuk

pengamatan keempat terdapat di kelurahan

pengamatan kedua dari dua kelurahan

Taratara

yaitu 20,64 %.

Pengamatan ketiga

sebesar 27,49 % dan insidensi penyakit

insidensi penyakit tungro tertinggi terjadi

tungro terendah dari pengamatan pertama

di kelurahan Woloan sebesar 25,70 % dan

sampai keempat terdapat di kelurahan

di kelurahan Taratara dengan insidensi

Woloan pada pengamatan pertama sebesar

penyakit tungro sebesar 25,35 % dengan

14,99 %.

rata-rata insidensi penyakit tungro untuk

tungro tertingi terjadi pada pengamatan

pengamatan ketiga dari dua kelurahan

keempat sebesar 26,86 % sedangkan rata-

yaitu 25,52 %.

Pengamatan keempat

rata insidensi penyakit terendah terjadi

insidensi penyakit tungro tertinggi terjadi

pada pengamatan pertama sebesar 16,69

di kelurahan Taratara sebesar 27,49 % dan

%.

Woloan

dengan

terjadi

penyakit tungro sebesar 26,29 dengan rata-

di kelurahan Woloan dengan insidensi

pada

pengamatan

keempat

Rata-rata insidensi penyakit

Perkembangan penyakit tungro pada tanaman padi sawah di dua kelurahan yaitu
Kelurahan Taratara dan kelurahan Woloan di Kecamatan Tomohon Barat yang menjadi
lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Chart Title

Insidensi Penyakit (%)

30
25
20
15

Taratara

10

Woloan

5
0
1

2
3
Pengamatan (minggu)

Gambar 4. Grafik insidensi penyakit tungro di Kecamatan Tomohon Barat


Peningkatan

insidensi

penyakit

adanya

faktor-faktor

pendukung

tungro pada tanaman padi sawah di

perkembangan penyakit baik itu faktor dari

Kecamatan

tanaman,

Tomohon

pengamatan

Barat

mengalami

setiap

faktor

lingkungan,

sumber

peningkatan.

inokulum, vektor pembawah virus dan

Mulai dari pengamatan pertama insidensi

para petani padi sawah yang belum

penyakit

mengalami

memahami bahwa penyakit tungro ini di

peningkatan hingga pada pengamatan ke

tularkan oleh serangga vektor yaitu wereng

empat

hijau yang dapat menginfeksikan virus ini

tungro

pengamatan

terus

insidensi

penyakit

tungro (Gambar 3). Peningkatan insidensi

ke tanaman-tanaman yang sehat.

penyakit tungro ini berkaitan dengan


di Kecamatan Tomohon Barat yaitu di

4.3. Populasi Vektor (Wereng Hijau)


Hasil

perhitungan

rata-rata

Kelurahan Taratara dan Kelurahan Woloan

populasi vektor pada tanaman padi sawah

dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Populasi vektor penyakit tungro pada tanaman padi sawah di Kelurahan Taratara dan
Woloan.
Populasi vektor (individu)
No Kelurahan

Rata-rata

II

III

IV

(individu)

Taratara

8,6

8,8

9,8

4,2

7,8

Woloan

7,3

8,4

9,4

4,5

7,4

Rata-rata (individu)

7,9

8,6

9,6

4,3

7,6

Tabel 3 dapat di lihat perbedaan

populasi vektor pada pengamatan ketiga

populasi vektor yaitu wereng hijau dari

dari dua kelurahan yaitu 9,6 individu.

dua kelurahan mulai pengamatan pertama

Pengamatan

sampai pengamatan keempat. Pengamatan

tinggi terjadi di kelurahan Woloan sebesar

pertama populasi vektor tinggi terjadi di

4,5 individu dan di kelurahan Taratara

kelurahan Taratara yaitu sebesar 8,6

populasi vektor sebesar 4,2 individu.

individu dan di kelurahan Woloan dengan

Dengan rata-rata populasi vektor pada

populasi vektor sebesar 7,3 individu

pengamatan keempat dari dua kelurahan

dengan rata-rata populasi vektor pada

yaitu 4,3 individu.

pengamatan pertama dari dua kelurahan

tertinggi dari pengamatan pertama sampai

yaitu 7,9 individu.

Pengamatan kedua

pengamatan keempat terdapat di kelurahan

populasi vektor tinggi terjadi di kelurahan

Taratara pada pengamatan ketiga yaitu 9,8

Taratara sebesar 8,8 individu dan di

individu dan populasi vektor terendah dari

kelurahan Woloan populasi vektor sebesar

pengamatan pertama sampai pengamatan

8,4 individu dengan rata-rata populasi

keempat terdapat di kelurahan Taratara

vektor pada pengamatan kedua dari dua

pada pengamatan keempat yaitu 4,2

kelurahan yaitu 8,6 individu. Pengamatan

individu.

ketiga populasi vektor tinggi terjadi di

tertinggi terjadi pada pengamatan ketiga

kelurahan Taratara sebesar 9,8 individu

sebesar 9,6 individu sedangkan rata-rata

dan di kelurahan Woloan populasi vektor

populasi vektor terendah terjadi pada

sebesar 9,4 individu dengan rata-rata

pengamatan keempat.

keempat

Rata-tara

populasi

vektor

Populasi vektor

populasi

vektor

Perkembangan populasi vektor penyakit tungro pada tanaman padi sawah di dua
kelurahan yaitu kelurahan Taratara dan kelurahan Woloan di kecamatan Tomohon dapat

Populasi Vektor (individu)

dilihat pada gambar 5:


10
8
6
Taratara
Woloan

4
2
0
1

2
3
Pengamatan (minggu)

Gambar 5. Grafik (histogram) populasi vektor penyakit tungro di Kecamatan Tomohon Barat.

Perkembangan

populasi

vektor

diduga

disebabkan

oleh

penggunaan

penyakit tungro pada tanaman padi sawah

varietas tanaman padi yang berbeda.

di Kecamatan Tomohon Barat mulai dari

Varietas padi yang digunakan oleh petani

pengamatan pertama sampai pengamatan

di Kelurahan Taratara yaitu varietas padi

ketiga mengalami peningkatan sedangkan

IR-64 dan Ciherang.

pada pengamatan keempat populasi vektor

Kelurahan Woloan petani menggunakan

penyakit tungro mengalami penurunan.

variatas padi Ciherang dan Superwin.

Penurunan populasi vektor penyakit tungro

Sudarma,

dipengaruhi oleh pertambahan umur dari

Varietas padi IR-64 merupakan varietas

tanaman padi. Semakin bertambah umur

padi yang peka terhadap penyakit tungro

tanaman

yang

padi

maka

populasi

vektor

2013

jika

Sedangkan di

menyatakan

terserang

maka

bahwa

dapat

penyakit yaitu wereng hijau mengalami

menyebabkan kerugian berkisar 16,0 %

penurunan.

sampai 79,1 %. Varietas padi Superwin

Hal

ini

sesuai

dengan

pernyataan Widiarta dkk (2006) bahwa

merupakan

fase pertumbuhan tanaman padi yang

dibudidayakan oleh petani umumnya di

rentan

Sulawesi Utara

serangan

hama

wereng

hijau

varietas

padi

lokal

yang

yang tahan terhadap

(Nephotettix virescens) adalah saat fase

penyakit tungro. Varietas padi Ciherang

vegetatif yaitu mulai dari persemaian

merupakan varietas padi yang memiliki

sampai pembentukan anakan maksimum,

bentuk gabah panjang ramping dengan

yaitu 35 hari setelah tanam).

tinggi tanaman 107 115 cm yang tahan

Perbedaan

insidensi

penyakit

terhadap hama wereng coklat dan penyakit

tungro di Kelurahan Taratara dan Woloan

hawar daun bakteri (Anonim, 2011).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

3. Populasi vektor penyakit tungro di

5.1. Kesimpulan

Kecamatan Tomohon barat adalah 7,6

1. Gejala serangan penyakit tungro pada

individu.

tanaman

5.2. Saran

Tomohon
tanaman

padi

sawah

Barat

di

yaitu

terhambat

Kecamatan
pertumbuhan

(kerdil),

terjadi

Perlu dilakukan penelitian lebih


lanjut

tentang

penyakit

tungro

yang

perubahan warna pada daun, dan terdapat

ditularkan oleh vektor pembawah penyakit

bercak-bercak coklat pada daun.

yaitu

2. Insidensi penyakit tungro pada tanaman

Tomohon Barat dan faktor-faktor yang

padi sawah di Kecamatan Tomohon Barat

mempengaruhi perkembangan penyakit

adalah 22,43 %.

tungro pada tanaman padi sawah sehingga


dapat

wereng

hijau

diperoleh

di

Kecamatan

informasi

dalam

menentukan strategi pengendalian yang


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Badan Penelitian dan
Pengembangan
Pertanian

Balitbangtan.http://www.litbang.pe
rtanian.go.id/varietas/one/130/
Diakses tanggal 29 Maret 2015.
_____,

2014. Dinas Pertanian dan


Peternakan
Sulawesi
Utara.
http://www.pustakadeptan.go.id/pu
blikasi/wr271058.pdf. Di akses
tanggal 17 Februari 2015.

Rivai, F., 2005. Dasar-Dasar Epidemiologi


Penyakit Tumbuhan. Yayasan
Perguruan Tinggi Komputer UPI
PRESS. Padang.
Soetarto A, Jasis, Subroto SWG, Siswanto
M, Sudiyanto E. 2001. Sistem
peramalan dan pengendalian OPT
dalam mendukung sistem produksi
padi berkelanjutan.

efektif dan efisien.


Sudarma. M, 2013. Penyakit Tanaman
Padi (Oryza sativa L.). Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Sugeng. H, 2001. Bercocok Tanam Padi.
Aneka Ilmu. Semarang.
Suranto. 2004. Pengelolaan Virus Tungro
Melalui Pendekatan Bioteknologi.
Status dan Program Penelitian
Pengendalian Terpadu Penyakit
Tungro.
Widiarta, N., 2005. Wereng Hijau
(Nephotettix veriscens Distants) :
Dinamika Populasi dan Strategi
Pengendaliannya Sebagai Vektor
Penyakit Tungro. Jurnal Litbang
Pertanian. 24(3) : 85-92.
Yusak,

2008. Peningkatan Produksi


Pangan Dengan Teknik Penanaman
Padi Sistem Strain Biso Tagowo
Institut Pertanian Bogor.

You might also like