Professional Documents
Culture Documents
Penggunaan Pestisida dan Kandungan Residu Pada Tanah dan Buah Semangka
(Citrullus vulgaris, Schard)
(Studi di Kelompok Tani Subur Jaya Desa Mojosari Kecamatan Puger
Kabupaten Jember)
The Use of Pesticides and Residue Contents in Land and Watermelon (Citrullus
Vulgaris, Schard) (A Study of Farmer Group “Subur Jaya” Mojosari Village,
District of Puger, Jember Regency)
Noradilla Dwi Oktavia, Anita Dewi Moelyaningrum, Rahayu Sri Pujiati
Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto, Jember 68121
e-mail korespondensi: dilladonkjadikates@gmail.com
Abstract
Pesticides are bioactive and are toxic hazards in the use, either to the environment or to humans.
The use of pesticides in watermelon farming in Mojosari Village that is relatively high with spray-
ing frequency of every 2-3 days on a regular basis and the growing season that lasts throughout
the year increase to the constinuous use of pesticides which can increase the risks of environ-
mental contamination or poisoning in humans. This research aimed to identify the use of pesti-
cides and residue contents in soil and watermelon. The research used descriptive design. The res-
ults showed that the use of pesticides by farmers included 5 right. 1. Right type; all of the farmers
had used pesticides in accordance with the attacks. 2. Right target; some pesticides were not in
accordance with the type of commodity and targeted plant-disturbng organisms. 3. Right dose; all
of the farmers estimated the size of the dose used by themselves. 4. Right time; time (method) of
application used calendar system (routine); spraying was conducted in the morning/afternoon
with a frequency of every 3-4 days and extra sparyings if there were attacks and uncertainly the
end spraying before harvest. 5. Right method of application; one of type of pesticides was applied
incorrectly, and most of farmers did not use personal protective equipment when spraying. Based
on the results of laboratory tests, it was found that residue contents in the soil and watermelon
were still below the allowed maximum residue limits, that was, 0.025 ppm for land and 0.01 ppm
for watermelon.
Keywords: Pesticides, Residues, Soil, Watermelon
Abstrak
Pestisida bersifat bioaktif dan merupakan racun yang mengandung bahaya dalam penggunaanya,
baik terhadap lingkungan maupun manusia. Penggunaan pestisida di pertanian semangka di Desa
Mojosari yang tergolong tinggi dengan frekuensi penyemprotan 2-3 hari sekali secara rutin dan
masa tanam yang berlangsung sepanjang tahun menyebabkan penggunaan pestisida juga dilakukan
terus menerus dapat meningkatkan resiko pencemaran baik pada lingkungan maupun manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan pestisida dan kandungan residu pada
tanah dan buah semangka. Penelitian ini bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
penggunaan pestisida oleh petani meliputi 5 tepat. 1. Tepat jenis, seluruh petani telah
menggunakan pestisida sesuai dengan serangan. 2. Tepat sasaran, beberapa pestisida tidak sesuai
dengan jenis komoditi dan OPT sasaran. 3. Tepat dosis, seluruh petani memperkirakan sendiri
takaran dosis yang digunakan. 4. Tepat waktu, waktu (metode) aplikasi menggunakan sistem
kalender (rutin), penyemprotan dilakukan pada pagi/sore dengan frekuensi 3-4 hari sekali dan
ditambah jika ada serangan, dan akhir penyemprotan sebelum panen tidak tentu. 5. Tepat cara
aplikasi, 1 jenis pestisida diaplikasikan dengan tidak tepat dan sebagian besar petani tidak
menggunakan alat pelindung diri saat melakukan penyemprotan. Berdasarkan hasil uji
laboratorium, kandungan residu dalam tanah dan buah semangka masih di bawah batas maksimum
residu yang diizinkan yaitu 0,025 ppm pada tanah dan 0,01 ppm pada semangka.
Kata Kunci: Pestisida, Residu, Tanah, Semangka
dimana harga pestisida yang cukup mahal, tanam semangka yang dilakukan sepanjang tahun
memaksa petani untuk lebih menghemat dengan secara otomatis petani semangka melakukan kontak
cara memperkirakan sendiri takaran yang akan dengan pestisida lebih sering dibandingkan dengan
digunakan sesuai dengan serangan yang terjadi. petani-petani lain. Hal ini meningkatkan resiko
Penggunaan pestisida yang seperti ini dapat keracunan baik bagi pengguna dan konsumen
menyebabkan dosis yang digunakan bisa saja maupun pencemaran lingkungan. Seperti yang
melebihi atau kurang dari takaran yang diungkapkan oleh Sastroutomo (1992), dimana
direkomendasikan sehingga penggunaan pestisida masa tanam yang dilakukan sepanjang tahun dapat
menjadi tidak optimal bahkan dapat menyebabkan menyebabkan penimbunan residu pestisida yang
dampak negatif. Seperti yang dijelaskan oleh diakibatkan penyemprotan yang dilakukan berulang
Djojosumarto (2008) bahwa takaran yang terlalu kali pada suatu tempat. Hal ini diperkuat oleh
tinggi menyebabkan tekanan seleksi semakin besar Djojosumarto (2008) yang menyatakan bahwa
dan proses berkembangnya resisten menjadi lebih semakin sering pestisida tersebut diaplikasikan,
cepat. Namun, takaran yang terlalu rendah proses berkembangnya resistensi cenderung
cenderung menimbulkan toleransi hama terhadap semakin cepat.
insektisida tersebut. Hal ini diperkuat oleh Gagas Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
pertanian (2013) yang menyatakan jika dosis bahwa sebagian besar petani melakukan
berlebih, organisme pengganggu tanaman penyemprotan terakhir sebelum panen tidak tentu
kemungkinan akan mati namun efek sampingnya tergantung serangan. Hal ini tidak sesuai dengan
terlalu besar. Makhluk hidup lain yang terkena SOP Budidaya semangka yang dikeluarkan oleh
paparan pestisida juga akan mati atau keracunan, Dinas Pertanian Kabupaten Jember dimana
padahal makhluk hidup yang berada di sekitar seharusnya penyemprotan dilakukan 10 hari
tanaman berperan penting dalam menjaga sebelum panen dilakukan. Menurut Djojosumarto
ekosistem. Musuh alami akan mati, tanah dan air (2008) salah satu faktor yang perlu diperhatikan
bisa teracuni. Bahan aktif dapat menempel pada adalah jarak waktu antara penyemprotan terakhir
tanaman dan kemungkinan terburuknya adalah sebelum panen. Masa tunggu ini sangat penting,
petani yang menyemprot justru keracunan. Jika agar produk pertanian yang diperdagangkan dan
dosis yang digunakan kurang dari anjuran, dikonsumsi tidak mengandung residu pestisida
dikhawatirkan organisme pengganggu tanaman (terutama insektisida dan fungisida) yang
tidak akan mati, hanya mabuk sesaat, kemudian berlebihan dan tidak melebihi ambang batas yang
pulih lagi. Pentingnya membaca label petunjuk diizinkan.
penggunaan pestisida oleh petani, diharapkan dapat Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
mencegah dampak-dampak negatif yang dapat saat mengaplikasikan pestisida. Metode yang
ditimbulkan akibat penggunaan pestisida yang digunakan dalam mengaplikasikan pestisida harus
kurang tepat. sesuai dengan bentuk formulasinya [1].
Waktu aplikasi merupakan salah satu Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
faktor yang sangat menentukan efektifitas pestisida seluruh petani mengaplikasikan pestisida dengan
yang diaplikasikan. Berdasarkan hasil penelitian, cara semprot. Dari seluruh pestisida yang
diketahui bahwa petani semangka melakukan digunakan, terdapat 1 produk pestisida yang tidak
penyemprotan pagi atau sore hari sesuai dengan diaplikasikan secara tepat yaitu Furadan 3G.
kondisi cuaca pada saat itu. Hal ini sesuai dengan Furadan 3G merupakan pestisida dengan bentuk
dengan rekomendasi umum untuk penyemprotan formulasi butiran (Granul). Butiran merupakan
dalam hubungannya dengan keadaan cuaca yakni sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif
tidak melakukan penyemprotan saat hujan, udara rendah. Pestisida butiran umumnya digunakan
terlalu kering (penguapan), terlalu panas, dan saat dengan cara ditaburkan di lapangan [2]. Namun,
keadaan berangin. Keadaan udara yang mendekati petani semangka di Kelompok Tani Subur Jaya
ideal umumnya bisa diperoleh pada pagi hari Desa Mojosari Kecamatan Puger Kabupaten
sesudah embun hilang hingga sekitar pukul 10.00. Jember mengaplikasikan pestisida ini dengan cara
Sementara pada sore hari pukul 15.00–17.00 jika disemprot. Pengaplikasian yang kurang tepat
tidak ada angin dan hujan [2]. Waktu aplikasi yang menyebabkan hasil yang tidak optimal sehingga
sesuai dapat lebih efektif dalam mengendalikan akan menjadi sia-sia.
serangan yang terjadi sehingga penggunaan Salah satu faktor yang perlu diperhatikan
pestisida menjadi lebih optimal. saat melakukan penyemprotan adalah keadaan
Berdasarkan hasil penelitian, cuaca. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh petani
penyemprotan pestisida oleh petani dilakukan mempertimbangkan arah angin. Petani mengaku
secara rutin sekitar 3-4 hari sekali. Namun, jika melakukan penyemprotan searah dengan arah angin
terjadi serangan frekuensi penyemprotan bisa dan menunggu saat tidak ada angin kencang.
dilakukan lebih banyak yakni 1-2 hari sekali Seperti yang dikemukakan oleh Djojosumarto
bahkan bisa dilakukan 2 kali dalam 1 hari jika (2000), jika angin bertiup kencang karena drift
terjadi serangan yang cukup besar. Selain itu, masa pestisida bisa diterbangkan angin ke tempat lain
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2015
Oktavia, et al., Penggunaan Pestisida dan Kandungan Residu Pada Tanah dan Semangka........
dan mengenai orang atau hewan peliharaan yang tanah. Tanah yang bertekstur pasir (sand)
berada dekat dengan tempat pestisida diaplikasikan. mempunyai permukaan kecil, sehingga sulit
Hal yang perlu diperhatikan juga adalah jangan menyerap maupun menahan air dan nutrisi.
menyemprot dengan melawan arah angin karena Tumbuhan yang hidup pada tanah dengan
cairan semprot bisa mengenai petani yang kemampuan daya ikat yang rendah, akan menderita
menyemprot. Selain itu, pakaian pelindung karena kekurangan air, kecuali tumbuhan tersebut
hendaknya sudah digunakan mulai saat mencampur mendapat air irigasi atau sering turun hujan [11].
pestisida hingga mencuci alat-alat aplikasi. Oleh sebab itu, tanaman semangka membutuhkan
Perlengkapan pelindung yang harus dikenakan air yang didapat dari proses penyiraman yang
antara lain pakaian pelindung berupa celana dilakukan setiap hari oleh petani. Hal ini dapat
panjang dan kemeja lengan panjang, penutup mempengaruhi kandungan residu pestisida di atas
kepala berupa topi atau helm khusus, pelindung permukaan dimana menurut Sudarmadji (2004)
mulut dan lubang hidung, sarung tangan, sepatu menyatakan bahwa air permukaan dapat membawa
boot [2]. serta partikel-partikel, bakteri atau bagian-bagian
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui kecil yang ada di permukaan tanah [11]. Dengan
bahwa sebagian besar petani semangka tidak begitu, kandungan residu pestisida dapat berkurang
menggunakan alat pelindung diri saat melakukan bahkan menghilang karena terserap ke dalam tanah.
penyemprotan. Meskipun mereka mengetahui Lokasi pertanian semangka yang berada dekat
resiko yang akan terjadi jika tidak menggunakan dengan penduduk dikhawatirkan dapat mencemari
alat pelindung diri, mereka beranggapan bahwa lingkungan khususnya sumber air bersih yang
pergerakan menjadi terbatas atau merasa tidak digunakan oleh penduduk sekitar untuk memenuhi
nyaman jika menggunakan alat pelindung diri kebutuhan sehari-hari.
sehingga tetap memilih tidak menggunakan alat Pestisida dapat pula menguap karena suhu
pelindung diri. Hal ini akan meningkatkan resiko yang tinggi (pembakaran). Pestisida di udara dapat
keracunan yang diakibatkan oleh pestisida. kembali ke tanah oleh hujan atau pengendapan
Pentingnya menggunakan alat pelindung oleh debu. Pestisida juga dipengaruhi oleh pencahayaan,
petani dan cara mengaplikasikan pestisida secara dimana cahaya matahari dapat menyebabkan
tepat diharapkan dapat mengurangi paparan yang pestisida terurai menjadi bentuk yang tidak aktif
dapat mengenai pengguna secara langsung dan atau dapat disebut dengan fotodekomposisi [10].
mengurangi resiko baik bagi manusia maupun pada Selain itu, pH, tekstur dan komposisi tanah juga
lingkungan. mempengaruhi aktivitas mikroba, yang kemudian
Berdasarkan hasil pengujian residu akan mempengaruhi proses penguraian senyawa
pestisida pada tanah pertanian Kelompok Tani pestisida di dalam tanah. Jika aktivitas mikroba di
Subur Jaya Desa Mojosari kecamatan Puger dalam tanah cukup tinggi, proses penguraian akan
Kabupaten Jember yang dilakukan di PT. Angler berlangsung cepat yang akan mengakibatkan
BioChemLab Surabaya, diketahui bahwa tidak konsentrasi pestisida menjadi rendah [5].
terdeteksi residu pestisida dalam tanah atau dengan Hal lain yang dapat mempengaruhi
kata lain kandungan residu pestisida berada kandungan residu dalam tanah adalah jenis
dibawah batas maksimum yaitu 0,025 ppm. Hal ini tanaman pada lahan tersebut. Semangka adalah
dapat dikatakan bahwa tanah pertanian semangka salah satu jenis tanaman merambat yang termasuk
di Kelompok Tani Subur Jaya belum tercemar kedalam suku Cucurbitaceae (Labu-labuan) [3].
residu pestisida. Tanaman merambat biasanya dapat menutupi
Tidak terdeteksinya residu pestisida dalam bidang permukaan tanah oleh bagian tanaman
tanah bukan berarti tidak ada residu, namun hal ini tersebut yang menjalar ke daerah disekitarnya
dapat diartikan bahwa kandungan residu yang ada seperti batang dan daun. Aplikasi penggunaan
sangat sedikit. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pestisida dengan cara menyemprotkan ke seluruh
beberapa faktor baik selama proses penyemprotan, bagian tanaman dapat terhalangi oleh bagian
maupun lingkungan fisik pertanian semangka. tanaman semangka yang hampir menutupi seluruh
Aktifitas residu pestisida di dalam tanah berbeda- bagian permukaan tanah sehingga pestisida tidak
beda tergantung kepada sifat kimianya, iklim dan langsung jatuh ke tanah.
tanah [5]. Faktor yang mempengaruhi bahan kimia Selain menyebabkan pencemaran
di lingkungan diantaranya, kelarutan dalam air lingkungan, penggunaan pestisida yang kurang
yang berasal dari air hujan yang mencuci pestisida tepat dapat menimbulkan dampak bagi pengguna
pada tanah. Selain sebagai media pengenceran, air maupun konsumen. Penimbunan residu pestisida di
juga berfungsi sebagai media transportasi dimana dalam tanah dapat menyebabkan kecederaan pada
pestisida dapat pindah bersama air dan debu [10]. tanaman yang ditanam pada musim berikutnya [5].
Jenis tanah pertanian semangka di Secara ekologis akibat penyemprotan pestisida
Kelompok Tani Subur Jaya Desa Mojosari tersebut mengakibatkan sisa pestisida berada di
Kecamatan Puger Kabupaten Jember yang berpasir dalam tempat-tempat yang tidak semestinya
dapat mempercepat proses perembesan pestisida di
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2015
Oktavia, et al., Penggunaan Pestisida dan Kandungan Residu Pada Tanah dan Semangka........
[7] Wawan A, dan Dewi M. Teori dan [11] Sudarmadji. Pengantar Ilmu Lingkungan.
pengukuran Pengetahuan Sikap dan Jember; Universitas Jember; 2004
perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha [12] Ryadi S. Ekologi Ilmu Lingkungan:
Medika; 2012 Dasar-dasar dan Pengertiannya.
[8] Tips Memahami Label Pestisida [internet]. Surabaya: Usaha Nasional; 1981
Gagas Pertanian; 2012 [diakses 2 [13] Lestina IB, Cahaya I, Marsaulina I.
Maret 2015]. Available from: Analisis Kandungan Rhodamin B
http:/www.gagaspertanian.com/2012/ dan Pemanis Buatan (Sakarin) pada
02/tips-memahami-label- Buah Semangka (Cutrullus lanatus)
pestisida.html. yang dijual di Pasar Tradisional dan
[9] Wudianto R. Petunjuk Penggunaan Pasar Modern. 2013: Vol.2 (2): 6-7
Pestisida. Jakarta: Penebar Swadaya;
2010
[10] Mukono HJ. Toksikologi Lingkungan.
Surabaya: Airlangga University
Press; 2010