You are on page 1of 5

Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611

Volume 3 Nomor 2 Halaman 375-379 April 2018 e-ISSN 2623-1980

PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT DIPLODIA PADA JERUK SIAM BANJAR


DI KABUPATEN BARITO KUALA

Biological Control of Diplodia Disease in “Siam Banjar” Citrus at Barito Kuala


Regency

Salamiah 1*, Noor Laili Aziza 2


1 Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
2 Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
*Surel: salamiah.amsya@gmail.com

Abstract
‘Siam Banjar’ citrus is one of the important agricultural product of Barito Kuala, but there are a lot of constrains to
cultivate it. One of the problem is diplodia disease that caused by Botryodiplodia theobromae Pat. This pathogen can
attack roots, stems, twigs of citrus plants, and cause the plant death. Currently the controls that are carried out and
considered effective controls are using synthetic pesticides, but in reality the controls are still less effective and not eco-
friendly. Therefore, this research was done by using several techniques of biological control to find out the alternative
control of diplodia disease problems. The study was conducted from January to July 2017 in Karang Indah Village,
Terantang Sub-district, at Barito Kuala District, with RAK-one factor, seven treatments, five repetitions, and each
repetitions consists of four trees, so there are 140 experimental units (trees). The applied treatment were healthy citrus
plantation management (t1), liquid Trichoderma (t2), Trichokompos (t3), liquid Trichoderma + trichokompos (t4), FMA +
yeast (t5), FMA (t6), and yeast (t7). The observation of the lesion reduction of diplodia disease indicated that all
treatments were able to reduce the lesion of diplodia disease by the average lesion reduction between 0,65 - 2,47 cm2.

Keywords: Barito Kuala, citrus, control, Diplodia, disease

1. PENDAHULUAN semula berwarna putih, tetapi akhirnya akan


berwarna hitam. Bagian yang sakit umumnya akan
Jeruk siam banjar merupakan salah satu tanaman meluas dengan cepat, sehingga dalam waktu
yang mampu ditanam di lahan basah dan hingga singkat cabang serta batang kering dan akhirnya
sekarang tetap menjadi salah satu komoditas yang mati. Biasanya infeksi baru diketahui jika daun-
diunggulkan di Kabupaten Barito Kuala. Akan daun telah menguning sehingga batang atau
tetapi, pembudidayaan tanaman jeruk siam banjar cabang yang sakit tidak dapat ditolong lagi.
di Kabupaten Barito Kuala ini masih banyak Perkembangan dan tingkat serangan penyakit
mengalami kendala, salah satunya disebabkan oleh dipengaruhi oleh jenis, umur tanaman, dan kondisi
penyakit diplodia yang disebabkan oleh patogen fisik tanaman. Jenis jeruk siam banjar termasuk
Botrydiplodia theobromae Pat. Ada dua gejala yang rentan terhadap penyakit diplodia, dengan
serangan yaitu serangan diplodia basah dan umur tanaman mulai terserang di atas 4 tahun.
diplodia kering. Serangan diplodia basah lebih Kekeringan yang terjadi secara tiba-tiba,
mudah dikenali dibandingkan serangan diplodia pembuahan yang terlalu lebat, dan adanya
kering. Hal ini dikarenakan adanya blendok dari pelukaan pada tanaman merupakan kondisi yang
batang atau cabang-cabang besar tanaman jeruk baik untuk perkembangan patogen atau penyakit
yang terserang diplodia basah, sedangkan tanaman diplodia. Serangan dari hama dan kerusakan secara
jeruk yang terserang diplodia kering tidak mekanis juga dapat membantu dalam
menunjukkan gejala khusus. Tidak mudah perkembangan penyakit. Pengendalian penyakit
dikenalinya gejala awal serangan diplodia kering diplodia yang umum dilakukan di wilayah Barito
menyebabkan berbahayanya penyakit ini. Pada Kuala yaitu dengan pestisida sintetis, namun
serangan penyakit diplodia kering yang telah lanjut, metode pengendalian ini masih dirasa belum efektif
kulit tanaman jeruk mengering dan jika dipotong baik dari segi pengendalian penyakitnya maupun
maka kulit dan kayu di bawahnya berwarna hitam dari segi biaya. Pengendalian penyakit diplodia
kehijauan. Kulit yang sakit membentuk celah-celah dengan menggunakan pestisida botanis dan agens
kecil, dari dalamnya keluar massa spora yang hayati juga sering dilakukan, namun masih belum

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


375
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 2 Halaman 375-379 April 2018 e-ISSN 2623-1980

efektif ketika dilakukan di lapangan (Salamiah & dengan jalan melakukan perawatan pada tanaman
Melanie 2004; Salamiah & Rahmah 2004). seperti penyiangan gulma dan pemangkasan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terakhir, terdapat ranting atau tunas wiwilan yang tidak produktif,
beberapa pengendalian hayati baru yang mampu pemberian kapur ke tanah sekitar pertanaman
mengendalikan B. theobromae Pat secara in vitro. sekitar lima belas hari sebelum aplikasi utama, dan
Pengendalian hayati tersebut yaitu Trichoderma pemberian pupuk kandang satu minggu sebelum
cair, Trichokompos, Fungi Mikoriza Arbuskula aplikasi pengendali hayati ke tanaman. Selain itu,
(FMA), dan Khamir. Pengaplikasian pengendalian baik tanaman yang sehat maupun tanaman yang
hayati ini juga beragam, yaitu dengan cara sakit disikat untuk membersihkan kotoran, blendok,
penaburan di sekitar pertanaman jeruk dan dengan buih, atau busa yang dikeluarkan oleh tanaman
cara mengolesannya ke batang tanaman jeruk siam akibat serangan penyakit diplodia. Setelahnya,
banjar yang bergejala penyakit diplodia. barulah dilakukan mengaplikasian pengendali
Penelitian lanjutan mengenai kemampuan hayati. Trichoderma cair dan khamir diaplikasikan
pengendalian hayati tersebut di lapangan dengan cara mengoleskannya ke batang pohon
khususnya di Barito Kuala masih belum diketahui. jeruk siam banjar yang bergejala, sedangkan
Oleh karena itulah, dilakukan penelitian ini. Trichokompos dan FMA diaplikasikan dengan cara
ditaburkan di tanah sekitar tanaman jeruk siam
2. METODE banjar.
Tahapan terakhir yaitu tahapan pengamatan
Bahan dan alat yang digunakan pada penelitian ini hingga analisis data pengurangan luas luka dari
yaitu tanaman jeruk yang terserang penyakit kulit setiap perlakuan yang diaplikasikan. Data hasil
diplodia, pupuk kandang, kapur, pupuk NPK, isolat pengamatan pengurangan luas luka diuji
Trichoderma, pupuk trichokompos, isolat khamir, kehomogenannya dengan uji ragam Barlett, jika
FMA, sikat, ember plastik, kuas besar, gunting tidak homogen maka data akan ditransformasi. Data
tanaman, dan plang label. yang homogen selanjutnya dianalisis dengan
Penelitian dilaksanakan di Desa Karang menggunakan ANOVA, dan apabila perlakuan
Indah, Kecamatan Terantang, Kabupaten Barito memberikan pengaruh terhadap peubah yang
Kuala dari Bulan Januari hingga Juli 2017, diamati, maka dilanjutkan dengan uji DMRT dengan
menggunakan RAK faktor tunggal yang terdiri dari 7 taraf nyata 5% untuk mengetahui perlakuan yang
(tujuh) perlakuan dengan ulangan sebanyak 5 (lima) terbaik.
kali dan setiap ulangan masing-masing terdiri dari
(empat) pohon, sehingga terbentuk 140 satuan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
percobaan (pohon). Adapun 7 (tujuh) perlakuan
yang diaplikasikan pada penelitian ini yaitu: Pengurangan luas luka merupakan proses
1. Pengelolaan kebun jeruk sehat (t1) penyembuhan luka yang dilakukan dengan
2. Trichoderma cair (t2) membandingkan luas luka sebelum aplikasi dan
3. Trichokompos (t3) sesudah aplikasi. Perlakuan yang diaplikasikan
4. Trichoderma cair + Trichokompos (t4) memberikan pengaruh yang nyata terhadap
5. FMA + khamir (t5) pengurangan luas luka akibat serangan patogen
6. FMA (t6) penyebab penyakit diplodia (Tabel 1).
7. Khamir (t7)
Prosedur kerja penelitian dimulai dari tahapan Tabel 1. Pengaruh aplikasi perlakuan pengendalian
persiapan. Penentuan lahan, penentuan tanaman hayati terhadap pengurangan luas luka (cm)
bergejala penyakit diplodia, dan persiapan alat serta akibat penyakit diplodia
bahan dilakukan pada tahapan persiapan. Isolat
Pengurangan luas
Trichoderma spp. yang digunakan sebagai bahan Perlakuan
luka (cm2)
pembuatan Trichoderma cair dan Trichokompos t1 (Pengelolaan kebun jeruk sehat) 2,42b
berasal dari Laboratorium Lapangan Sungai Tabuk, t2 (Trichoderma cair) 2,47b
Laboratorium Balai proteksi Tanaman Pangan dan t3 (Trichokompos) 2,21b
Hortikultura, Provinsi Kalimantan Selatan. Isolat t4 (Trichoderma cair + Trichokompos) 2,30b
khamir didapatkan dari PT WiSH Bogor Indonesia t5 (FMA + khamir) 1,53ab
dan isolat FMA didapatkan di Malang, Jawa Timur. t6 (FMA) 0,60a
t7 (Khamir) 0,80a
Tahapan kedua yaitu pelaksanaan penelitian
yang terdiri dari tahap perbaikan kondisi tanaman

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


376
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 2 Halaman 375-379 April 2018 e-ISSN 2623-1980

Keterangan:Nilai rata-rata yang mempunyai huruf yang sama Trichoderma spp. adalah cendawan antagonis
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji yang banyak dimanfaatkan sekarang ini.
DMRT pada taraf nyata 5 % Kemampuan Trichoderma spp. telah banyak
dipelajari dan diaplikasikan dalam hal penekanan
Semua perlakuan yang diaplikasikan serangan berbagai penyakit. Trichoderma spp.
mempunyai potensi dalam hal penyembuhan luas mempunyai beberapa mekanisme penghambatan
luka penyakit diplodia, namun jumlah cendawan patogen, diantaranya yaitu persaingan
pengurangannya beragam, yaitu berkisah antara ruang dan makanan, antibiosis, serta
0,60 hingga 2,47 cm2. Berdasarkan penelitian ini, mikoparasitisme. Pengaplikasian Trichoderma spp.
didapatkan hasil bahwa pengelolaan kebun jeruk telah banyak berkembang sekarang ini, misalnya
sehat (t1), Trichoderma cair (t2), Trichokompos (t3), dengan pengaplikasian Trichoderma spp. pada
Trichoderma cair + Trichokompos (t4), dan FMA + suatu larutan yang kemudian dioleskan pada batang
khamir (t5) mempunyai kemampuan yang sama tanaman yang terserang penyakit yang disebut
dalam hal pengurangan luas luka, namun dengan Trichoderma cair dan pengaplikasian
mempunyai kemampuan pengendalian yang Trichoderma spp. pada kompos yang akan
berbeda dengan FMA (t6) dan khamir (t7). ditaburkan ke sekitar pertanaman yang disebut
Pengelolaan kebun jeruk sehat (PKJS) Trichokompos.
merupakan suatu teknologi pengendalian yang telah Trichoderma cair yang pada penelitian ini
disarankan oleh Direktorat Perlindungan Tanaman mampu menurunkan luas luka akibat serangan
untuk mengendalikan penyakit diplodia, yaitu penyakit diplodia diduga karena adanya kompetisi
dengan cara pengendalian serangga vektor, memperebutkan ruang dan makanan yang terbatas
sanitasi kebun, pemeliharaan tanaman, serta antara Trichoderma spp. dan cendawan
konsolidasi pengelolaan kebun. Hal ini terkait Botrydiplodia theobromae Pat. tidak lama setelah
dengan cara penularan penyakit diplodia (percikan pengaplikasian Trichoderma spp. ke batang
air, udara, dan vektor) serta tempat cendawan tanaman bergejala, sehingga Trichoderma spp.
patogen mampu bertahan (biji, kulit buah, tunggul yang terkenal mampu melakukan perkembangan
tanaman, dan cabang pohon yang masih sehat). dalam waktu yang singkat dapat berkompetisi
Pengendalian serangga vektor (Gambar 1) dengan cepat untuk dapat tetap bertahan pada
dimaksudkan agar penyebaran penyakit diplodia suatu tempat yang bukan merupakan habitatnya,
dapat ditekan semaksimal mungkin. Terdapat 14 yaitu tanah atau dalam bahan pembawa seperti
jenis serangga dan sebagian besar berasal dari media sekam, dedak, pasir, dan lain-lain. Pada
ordo coleoptera yang telah diketahui mampu pengaplikasian trichokompos, Trichoderma spp.
berasosiasi dengan tanaman jeruk siam banjar yang tidak hanya bertindak sebagai pengendali penyakit
diduga mampu berperan dalam hal penyebaran diplodia namun juga bertindak sebagai
penyakit diplodia dan pembuat luka pada tanaman biodekomposer yang melakukan dekomposisi
jeruk siam banjar (Ruhiyati, 2005). bahan organik yang akan dimanfaatkan oleh
Sanitasi kebun dilakukan dengan cara tanaman jeruk siam banjar. Diharapkan dengan
pemangkasan bagian tanaman jeruk siam banjar terpenuhinya asupan unsur hara yang cukup bagi
yang sakit, pemusnahan tunggul-tunggul tanaman tanaman, membuat ketahanan tanaman terhadap
jeruk, dan membuang sisa-sisa buah yang jeruk di penyakit semakin besar.
sekitar tajuk tanaman jeruk yang terserang penyakit FMA merupakan kelompok fungi tanah yang
diplodia. Buah yang ditemukan di sekitar tajuk bersifat biotrof obligat dengan artian bahwa FMA
tanaman jeruk biasanya telah retak dan terdapat tidak dapat tumbuh dan bereproduksi apabila
hifa berwarna putih di antara retakan tersebut. Hifa terpisah dari tanaman inang. Perkembangan
tersebut akan masuk ke bagian biji buah dan kehidupan FMA berlangsung di dalam jaringan akar
memperoleh makanan dari sana. Oleh karena tanaman inangnya setelah didahului oleh proses
itulah, apabila ditemukan buah jeruk yang jatuh di infeksi akar. Selanjutnya, FMA yang berhasil
tanah sekitar pertanaman, buah tersebut sebaiknya menginfeksi akar akan menerima karbon berbentuk
dibuang jauh dari pertanaman jeruk siam banjar. gula sederhana dari tanaman inangnya tersebut dan
Pemeliharaan tanaman dan konsolidasi FMA akan memberikan keuntungan pula kepada
pengelolaan kebun dilakukan dengan cara tanaman berupa memperbesar potensi penyerapan
penyiangan gulma, pembentukan arsitektur pohon, unsur hara, penghalang biologi terhadap infeksi
pemupukan, penyiraman, hingga penjarangan buah. patogen akar, meningkatkan ketahanan tanaman
terhadap kekeringan serta kelembaban yang

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


377
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 2 Halaman 375-379 April 2018 e-ISSN 2623-1980

ekstrem, meningkatkan produksi hormon akibat waktu elitasi yang sangat singkat bagi
pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh, serta tanaman untuk terpicu memproduksi senyawa fenol.
menjamin kelancaran proses biogeokimia (Fuady, Hal ini sejalan dengan penelitian Khairani (2017)
2013). Pada penelitian ini, FMA mampu yang menghasilkan perlakuan tunggal khamir tidak
menurunkan luas luka akibat penyakit diplodia dapat membantu meningkatkan kandungan fenol
namun tidak sebanyak perlakuan lainnya. Hal ini tanaman jeruk yang terserang penyakit kulit
diduga FMA tidak dapat secara optimal tumbuh dan diplodia. Menurut Kikowska, Kedziora, Krawckzyk,
berkembang kebun jeruk siam banjar di daerah & Thiem (2015), kandungan fenol akan diproduksi
Kalimantan Selatan. FMA yang berasal dari Jawa lebih tinggi pada tanaman terinfeksi patogen agar
Timur harus beradaptasi terlebih dahulu apabila dapat bertahan dari serangan patogen tersebut.
diaplikasikan di daerah Kalimantan Selatan yang Pengaplikasian FMA dan khamir secara
dominan adalah lahan basah. Hal ini karena kedua bersamaan pada penelitian ini mampu menurunkan
Provinsi ini memiliki faktor biotik dan abiotik yang luas luka pada tanaman jeruk yang bergejala
sangat berbeda. Hal ini sejalan dengan Fuady dibandingkan pengaplikasian FMA atau khamir
(2013) yang menyatakan bahwa efektivitas FMA secara tunggal. Pengaplikasian FMA dan khamir
dipengaruhi oleh faktor abiotik yang berkaitan secara bersamaan akan meningkatkan senyawa
dengan lebih banyak terkait dengan tanah yaitu fenol sebanyak 150 % dibandingkan dengan
berupa konsentrasi hara, pH, kadar air, temperatur, pengaplikasian FMA atau khamir secara mandiri,
pengolahan tanah, serta penggunaan pupuk selain itu FMA ditambah dengan khamir juga
maupun pestisida. Selain faktor abiotik, terdapat terbukti mampu menekan serangan penyakit
pula faktor lain yang mempengaruhi efektivitas FMA diplodia (Khairani, 2017). Interaksi sinergistik antara
yaitu faktor biotik berupa interaksi microbial, spesies FMA dan khamir juga telah dilaporkan dalam hal
cendawan, tanaman inang, tipe perakaran tanaman peningkatan kemampuan tanaman dalam
inang, dan kompetisi antar FMA. penyerapan nutrisi. Gollner, Puschel, Rydlova, &
Mekanisme kerja khamir yang telah dilaporkan Vosatka (2006) menyatakan bahwa FMA spesies
antara lain melalui produksi kitinase dan sekresi Glomus mossae dan G. intaracides memiliki
penghambat patogen, aktivitas peroksidase, interaksi positif dengan khamir Candida sake,
kemampuan berkompetisi secara ruang dan nutrisi, Williopsis californica, dan Cryptococcus aerius
serta induksi ketahanan (Guetsky, Shtienberg, Elad, dalam meningkatkan bobot tajuk tanaman jagung.
Fischer, & Dinoor, 2002; Gaouth, Wilson, & Kemampuan peningkatan pertumbuhan tanaman
Wisniewski, 2003). Berdasarkan penelitian Khairani tersebut yaitu khamir dapat meningkatkan
(2017), khamir mampu menekan pertumbuhan penyerapan nutrisi tanaman dan FMA membantu
koloni B. theobromae secara in vitro dengan cara mentransportasikannya ke tanaman.
memproduksi senyawa volatil, hiperparasitisme, dan
enzim kitinase. Kelebihan lain dari penggunaan 4. SIMPULAN
khamir selain mempunyai mekanisme antagonis
bagi patogen yaitu khamir tidak menghasilkan spora Terdapat potensi untuk mengembangkan
yang menimbulkan alergi atau keracunan sehingga pengendalian hayati agar mampu menekan
aman bagi petani dan konsumen jeruk. Seperti perkembangan penyakit diplodia pada jeruk siam
halnya dengan FMA, khamir juga mampu banjar di Kabupaten Barito Kuala. Pengaplikasian
menurunkan luas luka akibat penyakit diplodia, beberapa pengendalian hayati tersebut mampu
namun tidak seluas penurunan luka pada perlakuan menurunkan luas luka akibat penyakit diplodia
PKJS, trichoderma cair, dan trichokompos. Hal ini berkisar antara 0,65 - 2,47 cm2.
terkait dengan bahan utama khamir yang berupa
makhluk hidup seperti Cryptocccus terreus, C. 5. UCAPAN TERIMA KASIH
albidus, dan Candida edax yang memerlukan
adaptasi pada lingkungan yang baru dengan kondisi Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dinas
biotik dan abiotik yang berbeda dengan habitat Pertanian dan Hortikultura Kabupaten Barito Kuala
asalnya. Khamir yang digunakan pada penelitian ini atas bantuan dana penelitian beserta petani jeruk di
diambil dari Bogor, sehingga untuk Desa Karang Indah, Kecamatan Terantang,
pengaplikasiannya di daerah Kalimantan Selatan Kabupaten Barito Kuala sebagai pemilik kebun jeruk
perlu memerlukan waktu adaptasi yang lebih tempat penelitian.
banyak. Selain itu, diduga pemberian khamir secara
tunggal tidak dapat meningkatkan kandungan fenol

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


378
Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah p-ISSN 2623-1611
Volume 3 Nomor 2 Halaman 375-379 April 2018 e-ISSN 2623-1980

6. DAFTAR PUSTAKA oleh Khamir, FMA, dan Kitosan. Pascasarjana


Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fuady Z. 2013. Kontribusi cendawan mikoriza arbuskular Kikowska M, Kedziora I, Krawckzyk A, Thiem B. 2015.
terhadap pembentukan agregat tanah dan Methyl jasmonate, yeast extract, and sucrose
pertumbuhan tanaman. Jurnal Lentera. 3(13), 7-15. stimulate phenolic acids accumulation in Eryngium
Ghaouth EA, Wilson CL, Wisniewski M. 2003. Control of planum L. shoot cultures. Acta Bio Polon 62(2),
postharvest decay of apple fruit with Candida 197-200.
saitoana and induction of defense responses. Ruhiyati. (2005). Keanekaragaman Arthropoda pada
Phytopathology. 9, 344-348. Tanaman Jeruk Siam Banjar yang Terserang
Gollner MJ, Puschel D, Rydlova J, Vosatka M. 2006. Penyakit Diplodia. Universitas Lambung
Effect of inoculation with soil yeast on mycorrhizal Mangkurat, Banjarbaru.
symbiosis of maize. Pedobiol. doi: Salamiah, Melanie M. 2004. Pengujian Kemampuan
10.1016/j.pedobi.2006.-06.002 Tiga Macam Pestisida Botanis dalam
Guetsky R, Shtienberg D, Elad Y, Fischer E, Dinoor A. Mengendalikan Penyakit Kulit Diplodia pada Jeruk.
2002. Improving biological control by combining Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
biocontrol agents each with several mechanisms of Salamiah, Rahmah N. 2004. Pemanfaatan Agens
disease suppression. Phytopathology. 92, 976– Antagonis Trichoderma spp. dan Gliocladium untuk
985. Mengendalikan Penyakit Kulit Diplodia pada Jeruk.
Khairani HS. 2017. Mekanisme Pengendalian Busuk Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Batang Jeruk (Botryodiplodia theobromae (Pat.))

-----

© Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat


379

You might also like