You are on page 1of 35
“GLYCEROL THE RENEWABLE PLATFORM CHEMICAL Elsevier Radarweg 29, PO flox 211, 1000 AE Amsterdam, Netherlands The Boulevard, Langford Lane. Kidlington, Oxford OXS 1GB, United Kingdom 50 Hampshire Stet. Sth Floor, Cambridge. MA 02139, United States ‘Copyright © 2017 Elsevier Inc.All rights reserved. ‘No part ofthis publication may be reproduced or transmitted in any form or by any means electronic or mechanical, including photocopying. recording, or any information storage and retrieval system, without permission in writing from the publisher. Details on how to seek permission, further information about the Publisher's permissions policies and 0 arrangements with organizations such as the Copyright Clearance Center and the Copyright Licensing Agency, can be found at our website: www elsevier.com/ permissions. ‘This book and the individual conteibutions contained in it ate protected under copyright by the Publisher (other than as may be noted herein) Notices Knowledge and best practice in this fell are constantly changing. As new research and experience broaden our understanding, changes in research methods, professional practices, or medical treatment may become necessary. Practitioners and researchers must always rely on their own experience and knowledge in evaluating and using any information, methods, compounds, or experiments described herein. In using such information or methods they should be ‘mindful of their own safety and the safety of others, including panies for whom they have a professional responsibilty ‘To the fullest extent ofthe law, neither the Publisher nor the authors, contributors, or editors, assume any liability for any injury and/or damage to persons or property a8 a matter of products liability, negligence or otherveise, or from any use oF operation of any methods, products, instructions, or ideas contained in the material herein. British Library Cataloguing in-Publication Data A catalogue record for this book is available from the British Library Library of Congress Cataloging.in-Publication Data ‘catalog record for this book is available from the Library of Congress ISBN: 978.0-12.812205-1 For Information on all Elsevier publications visit our website at hups//www.elsevier com/books-and-journals ] Working together to grow libraries in asvun) Book Ald developing countries Publisher: John Fedor Acquistion Editor: Katey Birtcher Editorial Project Manager: Emily Thomson Production Project Manager: Anitha Sivara} ‘Cover Designer: Alan Studholime ‘Typeset by MPS Limited, Chennai, India 1.1 AN EMINENT OLEOCHEMICAL Glycerol. (1,2.3-propanetriol) is an eminent oleochemical with unique chemical and physical properties, which originate a wealth of Oleochemicals are chemicals derived from natural oils and fats of both ‘vegetable or animal origin [1]. In the last two decades, both the oleochemical and biodiesel industries have ‘grown steadily due to global demand of greener alternatives to petrochemicals and oil-derived fuels. The oleochemical capacity doubled in 10 years to cur- rent 12 million tonnes for acids and over 4.5 million tonnes for alcohols [2]. Glycerol provides the molecular skeleton of all lipids (triglycerides) in which it constitutes on average about 10% by weight of fatty matter from which it is liberated (Scheme 1.1) upon base-catalyzed hydrolysis (manufacture of soap and fatty acids) or transesterification reaction with methanol used to make biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester, FAME) fuel. Generally catalyzed by strong base the transesterification of oil and methanol affording FAME is an equilibrium reaction carried out with methanol in stoichiometric excess (Scheme 1.2). Since 2004 a large and rapidly increasing surplus of glycerol obtained as a byproduct in the manufacture of biodiesel fuel literally flooded the chemical market. In a concomitant and related trend, the oleochemical industry started to increase its capacity at unprecedented rate. (On June 2012 FELDA Global Ventures Holdings, a Malaysian palm oil and ibber company, raised up $3.1 billion from the world’s second largest itial public offering in that year (after Facebook) [3]. Since then, however, the price of crude palm oil (CPO) has plummeted from >$1000/tonne to >$500/tonne in early 2016 urging oleochemical companies to maximize the value extracted from the vegetable oil, including the main coproduct of fatty alcohol and fatty acids production. Serr Pos redeem nner stam ames Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 3 Nomor 2, Februari 2017 | 160 Sifat Fisiko-Kimia Produk Esterifikasi Berbahan Gliserol Hasil Samping Biodiesel pada Berbagai Tingkat Kemurnian Physico-Chemical Properties of Gliserol Based Esterification Product from Biodiesel Industry in Various Levels of Purity S$ Wahyunit« 1Program Studi Teknik Pengolahan Sawit, Politeknik Kampar, JLTengku Muhammad KM.2 Bangkinang, Riau *Korespondensi: § Wahyuni, E-mail: u_nie@poltek-kamparac.id (Diterima oleh Dewan Redaksi: 14-09-2017) (Dipublikasikan oleh Dewan Redaksi: 25-10-2017) ABSTRACT Glycerol ester is a glycerol derivative a byproduct of biodiesel industry that has value-added. Glycerol ester is obtained by esterification reaction between glycerol and palm oil oleic acid with the addition of methyl ester sulfonic acid (MESA) as catalyst. Glycerol ester is palm oil derivative which is biodegradable and renewable‘The purpose of this research is to determined the optimum conditions of the esterification process by using variable factors such as the purity of glycerol and MESA catalystconcentration. The esterification process is using glycerol with 95%, 97%, 99%purity level andMethyl Ester Sulfonate Acid (MESA) catalyst with concentration of 0.5%, and 0.1 %, And the mol ratio between glycerol and oleic acid is 1 : 1, Esterification process conducted in the vacuum condition with pressure of -40 kPa, the temperature of 150°C, and the processing time is 120 minutes. The optimum condition is obtained by using glycerol 97% purity and1% MESA concentration withGlycerol Ester Physiscal and chemical properties of rendemen 96%, density 0.918 g/ml, viscosity 0.28 poise, and acid value 106 mgKOH/g. Keywords: vallue added, purity of glycerol, MESA, glycerol ester ABSTRAK Gliserol ester merupakan salah satu produk turunan gliserol hasil samping_ industry biodiesel yang memiliki nilai tambah. Gliserol ester dibentuk melalui proses esterifikasi antara gliserol dan asam oleat_minyak sawit dengan menggunakan katalis MESA. Produk gliserol ester mudah didegradasi dan terbarukan. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan kondisi optimum esterifikasi dengan faktor perubah berupa kemurnian gliserol dan jumlah konsentrasi katalis MESA. Proses esterifikasi menggunakan gliserol dengan kemurnian 95%, 97%, 99% dankatalis MESA dengan konsentrasi 0.5 % dan 1%. Rasio mol antara gliserol dan asam oleat yang digunakan adalah 1:1.Proses esterifikasi dilakukan pada kondisi vakum - 40kPa, suhu 150 °C, kecepatan pengadukan 400 rpm, dilakukan selama 120 menit. Kondisi optimal di dapat pada gliserol 97% dan MESA 1% dengan rendemen 96%, densitas 0.918 g/ml, viskositas 0.28 poise, dan bilangan asam106 mgKOH/g. Kata kunci:: nilai tambah, kemurnian gliserol, MESA, gliserol ester oleat, Wahyuni S. 2017. Sifat Fisiko-Kimia Produk Esterifikasi Berbahan Gliserol 99 %. Jurnal Agroindustri Halaf3(2): 160 -169. 161 | S Wahyuni PENDAHULUAN Produksi gliserol dapat dilakukan melalui tiga metode, yaitu. metode transesterifikasi pada industri biodiesel, saponifikasi pada industri sabun dan hidrolisis pada industri asam lemak (Tovbin et al. 1976). Khususnya pada industri biodiesel akan dihasilkan gliserol kasar sebagai produk samping sekitar 10- 20 % dari total volume produk (Darnoko and Cheryan 2000; Wahyuni 2015) sehingga setiap memproduksi 10 kg biodiesel, dihasilkan 1-2 kg gliserol kasar. Sebagai produk samping, gliserol yang dihasilkan masih dalam bentuk crude Karena banyak mengandung _partikel pengotor dan hanya sebagai limbah. Peningkatan produksi gliserol kasar ini semakin pesat seiring meningkatnya permintaan akan biosolar di Indonesia, sehingga akan terjadi_—_kelimpahan Ketersediaan gliserol kasar. Pentingnya meningkatkan value added gliserol kasar hasil samping industri biodiesel karena akan memberikan pengaruh langsung terhadap keekonomian industri biodiesel itu sendiri dan dalam rangka menerapkan konsep zero wastemenuju industrihijau. Pemanfaatan gliserol yang diperoleh dari_hasil samping industri biodiesel memiliki tantangan yang besar. Perubahan yang efektif dari gliserol menjadi produk turunan yang spesifik akan memperluas pemanfaatan gliserol pada _berbagai industri, Salah satu alternatif peningkatan pemanfaatan gliserol adalah dengan cara melakukan esterifikasi dengan berbagai asam karboksilat seperti asam oleat, asam stearate, asam miristat, asam laurat dan asam palmitatuntuk menghasilkan gliserol ester (Wahyuni 2015). Gliserol ester merupakan salah satu produk turunan yang banyak dibutuhkan oleh berbagai industri diantaranya seperti industri pangan, oleokimia, farmasi, tekstil dan kosmetikGliserol_ ester dapat diaplikasikan sebagai pelumas, agen pengemulsi, bahan aditif, moisturizer, dan anti-foaming. Aplikasi gliserol ester yang Sifat Fisiko-Kimia Produk Esterifikasi sedang dikembangkan saat ini adalah sebagaibase fluid untuk drilling fluidpada industri pemboran minyak bumi (Sari et al, 2017; Sari et al. 2017). Penelitian Dakkaet al. (2010) mereaksikan gliserol dengan —_asam heptanoat dan menghasilkan plasticizer yang ramah lingkungan. Penelitian pembuatan Tri Tetra Butyl Glycerol TTBG) yang memiliki kegunaan untuk jadikan sebagai bahan aditif biodiesel agar pembakaran yang terjadi lebih sempurna sehingga jumlah gas buangan seperti CO dan partikel emisi lainnya dapat berkurang (Kiatkittipong et al. 2010). Handayani et al. (2006) melakukan esterifikasi gliserol dengan asam oleat menggunakan katalis asam untuk selanjutnya dipolimerisasi. Adapun Hilyati et al. (2001) melakukan penelitian mengenai pembuatan gliserol mono stearat (GMS) yang berbahan baku asam stearat. GMS tersebut dapat digunakan sebagai surfaktan non-ionik pada industri oleokimia, bahan aditif pada produk perawatan tubuh serta opacifier pada industri makanan (Kirk-Othmer 1994). Penelitian pengembangan produk- produk konversi dari gliserol hasil samping industri biodiesel ini sangat diminati karena berasal dari bahan nabati sehingga bersifat ramah lingkungan dan terbarukan. Hasil dari__-beberapa penelitianterbarudijelaskan bahwa rendemen yang diperoleh dari proses esterifikasi tersebut masih rendah (Pardi 2005; Widiyarti dan Hanafi 2008; Utami 2013; Putri 2014; Hambali et al. 2014; Andriani 2014 dan Kurniati 2014). Wahyuni et al. (2015) menerangkan bahwa masih terdapat sisa gliserol yang tidak terbentuk menjadi gliserol ester dan terpisah pada akhir reaksi yang diduga karena pengaruh konsentrasi katalis MESA dan pengaruh kemurnian gliserol reaktan yang masih rendah. Oleh karena itu, dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi. MESA yang 163 |S Wahyuni esterifikasi berlangsung pada kondisi vakum -40 kPa dan suhu 150 °C (Prakoso et al, 2006), dilakukan selama 120 menit, diaduk dengan kecepatan putar pengaduk 400 rpm (Wahyuni 2015).Rasio molar gliserol terhadap asam lemak sawit adalah 1:1, Proses esterifikasi dilakukan dalam kondisi vakum untuk menciptakan kondisi bebas gas reaktif dan digunakan kondensoruntuk menangkap air sehingga produk esterifikasi yang dihasilkan dapat maksimal. Selanjutnya dihitung rendemen produk dan dilakukan analisis untuk mengetahui karakteristik gliserol ester yang dihasilkan yang meliputi nilai bilangan asam, densitas, dan viskositas. HASIL DAN PEMBAHASAN Gliserol Hasil Pemurnian Pemanfaatan gliserol pada suatu industri sangat ditentukan oleh kualitas gliserol. Adanya zat-zatpengotor seperti sisa metanol, katalis, sabun, biodiesel, air dan bahan pengotor lainnya yang terlarut di dalam gliserol kasar hasil samping industri biodiesel menyebabkan gliserol kasar tersebut berkualitas rendah dan tidak dapat langsung diaplikasikan pada industri-industri yang memang membutuhkan gliserol sebagai salah satu senyawa dalam produknya, Oleh karena itu maka dilakukan pemurnian agar dapat meningkatkan value added gliserol kasar tersebut sehingga dapat memperluas pemanfaatannya pada beragam industri. Pemurnian gliserol kasar dilakukan dengan cara mereaksikan gliserol kasar dengan asam fosfat, Penambahan asam fosfat bertujuan untuk menetralkan sisa katalis KOH dan sabun kalium. Asam fosfat digunakan Karena sifatnya yang sangat higroskopis, sehingga sangat mudah berikatan dengan bahan yang bersifat polar. Pada penelitian ini setelah penambahan asam fosfat ke dalam gliserol kasar _menyebabkan terbentuknya tiga lapisan yaitu lapisan asam lemak yang Sifat Fisiko-Kimia Produk Esterifikast berwujud padat sebanyak 20-25 %, lapisan_gliserotberwujud cair sebanyak 50-60 %, dan lapisan bawah berupa endapan garamK,PO; sebanyak 20-30 %, berwujud padatGaram yang terbentuk akan mengendap karena kelarutannya rendah dan dipisahkandengan menggunakan filtrasi vakum. Selanjutnya digunakan adsorben arang aktif untuk menghilangkan warna, getah dan air. Adapun sisa metanol, sisa air dan bahan pengotor lainnya terpisah saat dilakukan distilasi vakum sehingga akan diperoleh gliserol dengan kemurnian yang lebih tinggi (Tabel 1). Nilai densitas yang yang dihasilkan dari gliserol bahan baku telah _memenuhi syarat gliserol_ murni yaitu 1,26 g/ml (Pagliaro &Rossi 2008). Perbedaan yang sangat signifikan terlihat dari nilai_viskositas—masing-masing gliserol bahan baku terutama gliserol 99% yang mencapai 1500cP, sedangkan pada gliserol dengan kemurnian 95% dan 97% memiliki nilai viskositas yang lebih rendah karena adanya pengaruh kandungan kadar air yang lebih tinggi pada kedua sampel tersebut. Adapun bilangan asam pada ketiga gliserol bahan baku relatif kecil yaitu berkisar antara 2.01 - 5.58 mgKOH/g yang menunjukkan bahwa asam lemak yang masih terkandung di dalam sampel bahan baku sangat sedikit. Gambar 1. Gliserol bahan bakudengan kemurnian (a) 99%, (b) 97 %, dan (c) 95% Sifat Fisiko-Kimia Produk Gliserol Ester Reaksi esterifikasi__berlangsung sangat lama sehingga untuk mempercepat Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 3 Nomor 2, Februari 2017 | 166 gliserol_sehingga _memberikan _ nilai yang lebih rendah. Peningkatan viskositas gliserol ester oleat yang dihasilkan dapat disebabkan oleh peningkatan panjang rantai dan bobot molekul bahan serta tingginya kemurnian gliserol reaktan yang digunakan. Nilai viskositas tertinggi diperoleh dari perlakuan gliserol dengan kemumian 99% baik pada konsentrasi MESA 0.5% maupun MESA 1%. Semakin tinggi kemurnian gliserol reaktan semakin besar peluang terbentuknya molekul gliserol ester yang berarti akan meningkatkan bobot_molekul dan panjang rantai molekuinya. Peningkatan viskositas discbabkan oleh _peningkatan Konsentrasi molekul (Holemberg et al. 2002). Viskositas akan berpengaruh terhadap sifat alir suatufluida, Semakin tinggi viskositas maka kemampuan bahan tersebut untuk mengalir akan semakin rendah. Pengaruh kemurnian gliserol dan konsentrasi MESA tethadap viskositas gliserol ester dapat dilihat pada Gambar 5. Bilangan Asam Bilangan asam digunakan untuk menilai seberapa banyak asam lemak bebas per gram sampel. Ini berarti semakin tinggi nilai bilangan asam suatu sampel, semakin banyak kandungan asam lemaknya. Sisa asam lemak tersebut mempunyai korelasi dengan kandungan gliserol ester yang terbentuk selama reaksi, Selain itu juga _memberikan informasi tingkat korosifitas _produk gliserol ester yang dihasilkan. Hasil percobaan terhadap bilangan asam (Gambar 6) menunjukkan bahwa peningkatan kemurnian gliserol secara umum mempengaruhi nilai bilangan asam produk — gliserol_ ester, sedangkan penambahan —_konsentrasi__katalis. MESAtidak mempengeruhi nilai bilangan asam pada produk. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan kemurnian tidak akan berpengaruh —pada_—~—_peningkatan konversigliserol ester sehingga masih banyak asam lemak yang belum bereaks Nilai bilangan asam pada masing- masing sampel gliserol masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 103 — 106 mgKOH/g ‘Sampel. Tingginya nilai bilangan asam pada produk diduga akibat proses reaksi dalam kondisi vakum dengan lama waktu reaksi 120 menit masih belum optimal untuk mengkonversi asam lemak yang cukup tinggi pada asam oleat, Asam oleat memiliki nilai bilangan asam 195 — 206 mg KOH/g sampel sehingga semakin banyak sisa asam oleat yang tidak bereaksi, maka akan semakin tinggi nilaibilangan asam sampel hasil esterifikasinya.Berbeda halnya dengan penelitian yang sama dilakukan oleh Hambaliet al. (2014) dan Wahyuni (201 yang menggunakan gas nitrogen yang di ke dalam reactor untuk menciptakan kondisi inert, berhasil menurunkan bilangan asam secara signifikan. Pada penelitian tersebut diperoleh nilai bilangan asam antara 18 — 68 mgKOH/g sampel. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi rangkaian reactor juga mempengaruhi keberhasilan proses rekasi esterifikasi 2 5 Gambar 4. Pengaruh kemurnian gliserol dan konsentrasi MESA terhadap densitas gliserol ester oleat (CRaton: Haseusn, HA & Jah (OTT) Eroimatk Esietuae! Mangginakan pace Setar Asam Lemak Sant Obst dan Giker untae Sites ‘Tracgjeerl Warea ne, 347) Sa. Halaman | 58 Enzimatik Esterifikasi Menggunakan Lipase Antara Asam Lemak Sawit Destilat Dan Gliserol Untuk Sintesis Triasilgliserol Lipase-catalyzed Esterification of Palm Fatty Acid Distillate and Glycerol for the Synthesis of Triacylglycerol Hasrul Abdi Hasibuan dan Ijah ‘Kelorapok PenetiPengolahan Hasil dan Mutu, Pasa Peneliion Kelapa Sait {Jl Brigina Natamso No, £1 Medan, 20158 hestouan,abal@yohoo com [Riayat Naskab: Diterima 11,2017, Direvis 06,2018 Disetujui 06, 2018 ABSTRAK: Asam Jemak sawit destilat (palm fatty acid distilate,PFAD) merupakan fraksi asam lemak bebas dari hasil rafinasi minyak sawit mentah. Penelitian Ini dilakukan untuk mengkaji esterifikasi antara PEAD dan gliserol untuk sintesis ‘riasilgliserol secara enzimatik menggunakan enzim lipase sebagat katalts. Rasio mol antara gliserol dan PFAD yang digunakan adalah 1:1 - 1:10, waktu reakst selama 4 - 72 jam, suhu reaksi 50 ~ 80 °C dan jumlzh katalis lipase sebanyak 1 - 20 %, Produk esterifikas! dianalisa kadar monoasilgliserol, diasiigliserol, triasilgliserol dan asam lemak bebas. Senyawa triasilgliserol dikarakterisast kandungan triasilgliserol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa senyawa triasilgliserol dapat diperoleh dengan kadar triasilgliserol sebesar 21 - 24 % pada rasio gliserol dan PFAD 1/6, waktu reaksi selama 72 jam, suhu reaksi 60 °C dan katalis lipase sebanyak 1 %. Senyawa triasilgliserol memiliki kandungan 1,2,3-tripalmitoyl- alyceral (PPP) 19.4 %, 1,3-dipalmitayt-2-oleayt-glycerol (POP) 32.4 %, dan 1(3)- palmitoy!-2,3(1)-dioleyi-giyceral (POO) 17,7 %. Kota kw 9: iaighserol minyalesawe, palm foty ocd dsiloe, otek, ABSTRACT: Palm fatty acid distillate (PFAD) is the fatty acids fraction from crude palm ofl after rafination process. This study was conducted to esterification of PEAD ‘and glycerol for synthests of triacylglycerol via enzymatic using enzyme lipase as a catalyst. Ratios mol between glycerol and PFAD that used were 1:1 ~ 1:10, reaction time for 4 - 72 hrs, reaction temperature at 50 - 80 °C, and catalyst Iypase concentration of 1 - 20 %. Monoacylglycerol, diacylalycerol, triacylglycerol and free fatty acid content of esterificated products were determined, The triacylalycerol ‘compound was characterized of triacylglycerols composition. The result show that the triacylglycerol compound has triacylglycerol! content of 21 - 24 % that can be produced at the ratio glycerol and PFAD of 1/6, reaction time for 72 hrs, temperature reaction at 60 °C and lypase concentration of 1 %. The triacylglycerol compound has 1.2,3-tripalmitoyl-glycerol (PPP) 19.4 %, 1.3-dipalmitoyl-2-oleoytalycerol (POP) 32.4 %, and 1(3)-palmitayl-2.3(1}-dioleyl-glycerol (POO) 17.7 %. Reywords: ieclglycerel palm oll palm fatty old distilate,exterfcation 1. Pendahuluan ‘Asam lemak sawit destilat atau palm fatty acid distillate (PFAD) adalah produk samping proses rafinast secara fisika dari minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO). PFAD berwarna cokelat. berbau khas dan berbentuk padat _pada temperatur ruang (Hasibuwan dan Siahaan, 2013). PFAD mengandung 85-95% asam lemak bebas dengan asam paimitat dan asam oleat sebagai Komponen terbesar dan komponen lain berupa triasilgliserol, gliserida parsial dan fraksi yang tidak tersabunkan seperti vitamin 6, sterol dan squalen (Ping and Yusof, 2009; Estiasih et al, 2013), PFAD berpotensi digunakan sebagai bahan baku produ pangan, non pangan dan nutrisi serta kkesehatan. Produk pangan dari PFAD digunakan sebagai mono-diasilgliserol sebagai emulsifier pada produk pangan dan pakan ternak. Produk znon pangan dari PFAD adalah sabun, biodiesel dan oleokimia lainnya. Produk nutrisi dan kesehatan dari PEAD sebagai sumber fitonutrien karena mengandung tokoferol dan tokotrienol sebagai (© WIHP ~ ISSN: 0215-1243, 2017, All rights reserved ‘Warta 1HP/journal of Agro-based Industry Vol34 (No.2) 12 2017: $8-64 vitamin E (Ping and Yusof, 2009; Estiasih et al, 2013; Gapoor et al, 2002), Gliserida adalah ester asam lemak yang terikat pada gliserol. Triasilgliserol merupakan asam Jemak yang terikat paca ketiga grup hidroksil (OH) pada molekul gliserol. Umumnya, gliserida ester dari asam lemak dapat dibuat dengan cara esterifikasi dari gliserol dengan asam_lemak. ‘roses reaksi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu proses kimia menggunakan katalis asam dan proses biokimia menggunakan enzim hidrolisis. Jemak seperti lipase (Galante et al, 2010), Mostafa et al, (2013) dan Rane et al, (2016) ‘menambahkan bahwa dalam esterifikasi gliserol akan —menghasilkan —produk ——_meliputi monoasilgliserol (MG), diasilgliserol (DG) dan ‘triasiigliserol (1). " Sintesis triasilgliserol_menggunakan sam Jemak telah banyak dilaporkan oleh beberapa peneliti. Poerwanto et al. (2010) mensintesis, ‘medium chain triacylglycerol (MCT) dari asam Jaurat dan gliserol menggunakan lipase Candida ‘Tugosa. Mostofa et al (2013) mensintesis gliserida dari gliserol dan asam lemak menggunakan katalis, ZnCl. Selain itu, sintesis triasilgliserol baru dengan cara inkorporasi asam lemak ke dalam struktur triasilgliserol juga telah banyak. dilakukan. Hammam and Shahidi (2005) ‘menghasilkan triasilgliserol terstruktur melalui asidolisis doeesa hexanoic acid (DHA) dari crypthecodinium —cohnii dan asam —kaprat. Chakraborty and Raj (2009) memperkaya triasilgliserol pada minyak iken sarden dengan eucosa pentanoic acid (EPA) dan asam linolenat. Kenski et al(2012) mengasidolisis triolein dengan asam kaprilat dan palmitat. Sintesis gliserida dengan memanfaatkan PFAD sebagai sumber asam lemak untuk menjadi mono dan diasilgliserol telah dilaporkan oleh Chong et al. 2007; Dom et al, 2009; Santisawadi et al., 2013; Rumondang et al, 2016 dan Setyaningsih et al, 2016. Selain mono dan diasilgliserol sebagai produk utama dalam gliserolisis PFAD juga akan terbentuk triasilgliserol namun tidak banyak yang, ‘mengkaji senyawa triasilgliserol yang terbentuk tersebut. Oleh karena itu, penelitian int dilakukan untuk mengkaji sintesis triasilgliserol dari esterifikasi PFAD dan — mengkarakterisasi triasilgiserol yang dihasilkan, 2, Bahan Dan Metode 21 Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian int adalah asam lemak sawit destilat (palm fatty acid distilate, PFAD) yang diperoleh dari pabrik ‘minyak goreng di Medan, Sumatera Utara. Glisero] diperoleh dari produk samping produksi biodiesel Halaman | 59 dari laboratorium oleokimia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit di Medan, Sumatera Utara. Enzim lipase Novozyme 435 diperoleh dari Novodirsk, Denmark. Bahan kimia lainnya diperoleh dari ‘supplier lokal E. Merk di Medan. 22 Esterifikasi enzimatis ‘Sojumiah gliserol dicampurkan dengan PFAD Kemudian diesterifikasi menggunakan enzim lipase paca suhu dan waktu divariasikan. Rasio molar antara gliserol dan PEAD yang digunakan adalah 1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:6, 1:8 dan 1:10. Waktu rreaksi divariasikan selama 4, 8, 16, 24, 48 dan 72 jam. Suhu reaksi divariasikan $0, 60, 70 dan 80 °C. Jumlah katalis lipase yang digunakan adalah sebanyak 1, 25, 5, 10, 15 dan 20 % dari berat PFAD. Penggunan hingga 20 % dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumah katalis enzim dalam csterifikasi PFAD dan gliserol dalam pembentukan senyawa liserida. Enzim yang digunakan memiliki kadar air 1-2 %. Sotelah kondlisi proses tercapai produk hasil esterifikasi disaring untuk. memisahkan lipase dan produk esterifikast. Selanjutnya, produk esterifikasi dikarakterisasi mmeliputi —kandungan——-monasilgliserol, iasilgliserol, triasilgliserol dan asam lemak bebas. 23 Identifikast triasiigliserol (16) Sebanyak 0,15 g sampel dilarutkan dalam 25 mL kloroform pa dan 200 ul. larutan tersebut dispotkan ke silika gel pada thin layer chromatography (TLC), Eluat yang digunakan adalah ——heksan/dietileter/asam ——_asetat (70/30/1,5). Plat disemprotkan dengan 0,2% 2,7- Gikloroftuoresen (95% dalam etanol) dan diobservasi dibawah lampu UV pada 366 nm. Variasi grup dari senyawa triasilgliserol (TG). diasilgliserol (DG), monoasilgliserol (MG) dan sam lemak bebas (ALB) diidentifikasi dengan membandingkannya dengan standar. Komponen 7G disekrap dan diekstraksi menggunakan dietil eter dan pelarut divapkan menggunakan gas, nitrogen. 24 Analisa mutu Penentuan kadar gliserida dan asam lemak bebas dilakukan menggunakan kromatografi lapis, tipis (KUT) sedangkan_ karakterisasi senyawa triasilgliserol yaitu komposisi —triasilliserol. dilakukan menggunakan prosedur yang mengacu pada metode standar AOCS (AOCS, 2005). Analisis Kandungan giiserida (MG, DG, TG) dan ALB dlilakukan dengan_mengadopsi prosedur dalam Siahaan et al. (2008) menggunakan kramatografi lapis tipis pada plat yang dilapisi dengan silika gel 60 (Merck). Plat dikembangkan dengan pelarut OWIHP ~ ISSN: 0215-1243, 2017, Al rights reserved p-ISSN 0852 - 0798 ‘dl or e-ISSN 2407 - 5973 Terakreditasi: SK No.: 60/E/KPT/2017 Website : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/reaktor/ Reaktor, Vol. 17 No. 3, September Tahun 2017, Hal. 139-143 Sintesis Gliserol Karbonat dari Gliserol dan Urea Menggunakan Katalis Resin Indion 225 Na Alfiana Adhitasari®, Hary Si istyo, dan Agus Prasetya Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada J. Grafika No. 2, Yoayakarta, $5281 Telp /Fax. (0274) 902170 Penulis korespondensi:alfiana adhita@ gmail.com Abstract KINETIC STUDY OF GLYCEROL CARBONATE SYNTHESIS FROM GLYCEROL AND UREA USING INDION 225 Na AS CATALYST. The using of biodiesel as an aliernative energy source that is renewable causes the increasing of glycerol as byproduct of biodiesel production. It makes the selling value of glycerol decreases. Glycerol processing is needed (0 increase the selling value of glycerol in the market. One of the glycerol derivative is glycerol carbonate. Glycerol carbonate is used as adhesives, solvents, inks, surfactants, and lubricants, This research was carried ‘out by reacting glycerol und urea in a barch reactor using Indion 225 Na as catalyst. The purpose of this study was 10 determine the best conditions of synthesis of glycerol carbonate. The results showed that the obtained optinum conversion of glycerol was 48.43% with rarereaction is 0.1296 hr! and the tivation energy is 17.0628 Kl/mol.K with frequency factor is 19.4199 hr" in the glycerol:urea ratio of 1:1, the catalyst concentration of 5% and a temperature of 130°C in Sh of reaction. Keywords: glycerol; glycerol carbonate; indion 225 Na; urea Abstrak Pengeunaan biodiesel sebagai alternatif sumber energi yang bersifat renewable mengakibathan ‘meningkamya gliserol sebagai hasil samping produksi biodiesel. Peningkatan produksi gliserol berdampak terhadap nilai juat gliserol yang semakin menuran, Pengolahan gliserol peru ditakukan untuk meningkaikan nila jual gliserol di pasaran. Salah satu produk turunan gliserol adalah gliserot Karbouat. Gliserol kurbonat mempunyai kegunaan sebagai perekat, pelarut, tinta, surfaktan, dan pelumas. Penelitian ini dilakukan dengan mereaksikan gliserol dan urea dalam reaktor batch ‘mengeunakan katalis resin Indion 225 Na. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetalui Kondisi terbaik sintesis gliserol karbonat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi gliserol terbaik yong didapatkan sebesar 48.43% dengan nifai konstamta kecepatan reaksi sebesar 0,1296 Jam" dan nitai Ea sebesar 17,0528 ki/mol.K dengan nilai faktor frekuensi sebesar 19,4199 jam pada rperbandingan gliserol:urea 1:1, honsentrasikatalis 5% dan sulu 130°C selama 5 jam reaksi. Kata kunci: eliserol; gliserol karbonat; Indion 225 Na; urea How to Cite This Article Gliserol dan Urea MenggunakanKaralis Resin In ‘stip:/dx.doi.org/10,1471 Ofreaktor.17.3.139-143 Adhitasari, A. Sulistyo, H., dan Prasetya, A., (2017), Sintesis Gliserol Karbonat dari 225° Na, Reaktor, 17(3), 139-143, 139 Sintesis Gliserol Karbonat dari Gliserol dan PENDAHULUAN Semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia berimbas pada ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyok semakin besar. Oleh arena itu, diperlukan upaya untuk memenuhi Kebutuhan energi, Salah satu altematif sumber energi terharukan adalah biodiesel. Adanya peningkatan produksi biodiesel mengakibatkan jumlah gliserol yang dihasilkan juga semakin banyak. Gliserol yang Gibwsilkan volumenya 10% dari volume trigliserids yang digunakan (Dasari dkic, 2005). Produksi aliserol yang melimpah ternyata akan menurunkan lara sliserol di pasaran, apalagialiserol kasar (crude) tidak bisa dirunakan langsung olch industri (Yuniati dik, 2010). Gliserol merupakan hasil samping biodiesel belum banyzk diolah sehingga nila jualnya masih rendah (Prasetyo dkk, 2012), Gliserol dapat SSC —— Surabaya 2017 L10 BAB I Pendahuluan Sungai Batang Inderagiri, Sungai Siak, Sungai Kampar dan masih banyak lagi. 1.2 Dasar Teori 1.2.1 Gliserol Gliserol terdapat di alam dalam bentuk kombinasi gliserida dalam semua lemak hewani dan minyak nabati, dan didapatkan sebagai produk samping saat minyak tersebut disaponifikasi pada pabrik sabun atau pemisahan langsung dari minyak dalam produksi asam minyak. Gliserol dialam jarang ditemukan dalam bentuk bebas dalam lemak, tetapi biasanya sebagai trigliserida yang berkombinasi dengan asam minyak seperti stearat, oleat, palmitat, dan laurat, dan merupakan campuran atau kombinasi gliserida dari berbagai asam minyak. Beberapa minyak nabati seperti minyak kelapa, inti sawit, kapas, kedelai, dan zaitun mampu menghasilkan gliserol dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan lemak hewani seperti lemak babi. Gliserol terdapat dialam sebagai trigliserida dalam sel-sel tumbuhan dan hewan berupa lipida seperti lechitin dan chepalin. Komplek lemak ini berbeda dari lemak biasa, dimana kandungannya cukup variatif seperti asam phosphat dalam residu asam lemak (Othmer, 1983). Gliserin adalah nama dari produk komersial, yang terdiri dari gliserol dan sejumlah kecil air. Gliserol sebenarnya trihydric alkohol (C;Hs(OH),) atau yang lebih dikenal dengan nama 1,2,3- propanetriol. Struktur kimia dapat ditunjukkan pada reaksi di bawah ini (Bailey's, 1951). Bahan baku dari pembuatan gliserol adalah minyak kelapa sawit dan air. Gliserol merupakan cairan kental berwarna putih bening; Titik lebur 18,17 °C; Berat molekul = 92,09 g/mol. Gliserol dapat diproduksi melalui proses fat splitting. Fat splitting merupakan hidrolisis trigliserida dari lemak dan minyak dengan kenaikan temperatur dan tekanan menghasilkan asam lemak dan gliserol. Proses fat splitting terdiri dari tiga metode pemisahan yaitu proses Twitchell, proses Batch Autoclave Pabrik Gliserol dari Minyak Kelapa Departemen Teknik Kimia Industri Sawit Dengan Proses Continuous Fakultas Vokasi ITS Fat Splitting

You might also like