You are on page 1of 9

Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…

Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

KOMPARASI PROSES FITOREMEDIASI LIMBAH CAIR PEMBUATAN TEMPE


MENGGUNAKAN TIGA JENIS TANAMAN AIR
Comparison of Phytoremediation Process on Tempe Waste Water Using Three Types
of Aquatic Plants

Elida Novita1)*, Agnesa Arunggi Gaumanda Hermawan1), Sri Wahyuningsih1)


1)
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Jalan Kalimantan No. 37, Kampus Tegalboto, Jember 68121
*Korespondensi Penulis: elida_novita.ftp@unej.ac.id

ABSTRACT

Tempe waste water contains high organic matter because the raw material used to making
tempe (soybean) containing protein. If tempe waste water thrown away directly into environment, it
would cause water pollution, destroy the habitat of aquatic biota and causing foul odor. One of the
easy efforts to reduce the impact is using phytoremediation. The aim of this research was to know the
best treatment to decrease parameter such as BOD, COD, TSS, pH, turbidity and N of the tempe
waste water by aquatic plants, i.e. water hyacinth (Eg), water spinach (Ka) and water lettuce (Ki).
The research was conducted in laboratory experiment scale using aquarium with length of 40 cm,
width of 15 cm and tall of 25 cm to each treatment with 3 replications. The data were analyzed
descriptively. It was to determined the best treatment of the aquatic plant that has highest efficiency to
decrease negatively parameter of waste water quality. The result showed that the applied of water
hyacinth (Eg) was the best treatment in decreasing parameter of tempe waste water quality with
efficiency value, such as turbidity of 85.03%; TSS of 66.44%; COD of 59.11%; BOD of 77.91% and
N of 61.77%.

Keywords: phytoremediation, tempe waste water, water hyacinth, water lettuce, water spinach

PENDAHULUAN tinggi dan cukup ekonomis dibandingkan


Industri tempe di Indonesia dengan metode pengolahan limbah yang
didominasi oleh industri rumahan (home lain. Penambahan kadar oksigen melalui
industry) yang masih menggunakan proses aerasi dan penetralan pH limbah
teknologi sederhana dalam pembuatannya. pada proses fitoremediasi perlu dilakukan
Limbah cair yang dihasilkan dari industri untuk meningkatkan ketersediaan oksigen
rumahan pembuatan tempe umumnya terlarut yang ada di dalam cairan limbah
langsung dibuang ke lingkungan. Limbah sehingga kebutuhan oksigen terlarut oleh
cair ini dapat menurunkan konsentrasi mikroorganisme bisa tercukupi dalam
oksigen terlarut dalam perairan karena proses reaksi biokimia. Adanya proses
dibutuhkan untuk proses penguraian zat aerasi ini sanggup untuk menyuplai
zat organik. Hal ini sangat membahayakan oksigen secara kontinyu sehingga mampu
kehidupan organisme perairan tersebut. untuk menangani kondisi air limbah yang
Sisa bahan organik yang tidak terurai beban pencemarannya berlebihan
secara aerob akan diuraikan oleh bakteri sedangkan penetralan pH limbah cair pada
anaerob, sehingga akan tercium bau busuk proses fitoremediasi akan membantu
(BSN, 2012). mikroorganisme dalam melakukan
Salah satu teknologi untuk metabolisme yang baik dan mampu
mereduksi konsentrasi dalam limbah cair menguraikan logam logam berat pada
adalah melalui penerapan metode limah cair (Laksmi et al., 1993).
fitoremediasi. Fitoremediasi tidak Fitoremediasi adalah penggunaan
membutuhkan biaya operasional yang tanaman dan mikrooorganisme terkait

16
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

untuk mereduksi kandungan limbah TN-100 Reaktor COD HI 839800


(Hartanti et al., 2013). Tanaman yang Spektofotometer HI 8309 dan botol
digunakan dalam metode fitoremediasi wingkler. Bahan yang digunakan berupa
juga sangat bervariasi. Tanaman tersebut limbah cair pembuatan tempe dari proses
harus memiliki karakteristik yang mampu perebusan dan perendaman kedelai yang
menyerap kontaminan yang terdapat di diambil dari home industry Tempe Sumber
dalam limbah. Hal ini perlu diperhatikan Mas di Jalan Ciliwung, Kecamatan
dalam pemilihan tanaman fitoremediasi. Sumbersari, Kabupaten Jember, tanaman
Beberapa tanaman yang mampu eceng gondok, kiambang dan kangkung air
dalam mengurangi zat kontaminan yang yang diambil dari rawa-rawa Desa
terdapat pada limbah cair adalah Gumukmas Kecamatan Gumukmas
kiambang, kangkung air dan eceng Kabupaten Jember. Bahan kimiawi yang
gondok. Menurut Komala (2015) tanaman diperlukan yaitu reagen COD HR (High
kiambang (Pistia sp.) mampu menurunkan Range), aquades, indikator amilum, NaOH
kadar COD (chemical oxygen demand) 50%, larutan MnSO4 36,4%, larutan
sebesar 87,10% dan kadar TSS (total H2SO4 pekat 98%, larutan Tiosulfat 0,025
suspended solid) sebesar 98,46% pada N, dan larutan Alkali Iodida Azida 66%.
limbah cair tahu. Menurut Natalina (2013)
tanaman kangkung air (Ipomea sp.) dapat Tahapan Penelitian
menurunkan kadar COD sebesar 86,2%, Penelitian Pendahuluan
kadar BOD (biochemical oxygen demand) Penelitian pendahuluan yang
sebesar 86,7%, dan kadar TSS sebesar dilakukan adalah aklimatisasi tanaman
63,2% pada limbah cair tahu. Tanaman fitoremediasi yaitu kiambang, kangkung
eceng gondok (Eichhornia sp.) mampu air dan eceng gondok. Aklimatisasi
menurunkan kadar COD sebesar 97,50%, bertujuan untuk mengadaptasi tanaman
BOD 97,50% dan kekeruhan 96,15% pada yang akan digunakan sebagai remediator
limbah cair kopi (Rukmawati, 2015). dalam proses fitoremediasi aerasi sebelum
Ketiga tanaman tersebut memiliki potensi digunakan (Sugiharto, 1987).
untuk mengurangi pencemaran pada
limbah cair pembuatan tempe. Selain itu Penelitian Utama
ketiga tanaman tersebut mudah ditemukan Penelitian utama ini bertujuan untuk
dan dikembangbiakan sehingga sangat mengetahui efisiensi tanaman
cocok jika dijadikan alternatif sebagai fitoremediasi, eceng gondok, kiambang
tanaman fitoremediasi. Penelitian ini dan kangkung dalam menurunkan
bertujuan untuk mengetahui perlakuan kontaminan limbah cair pembuatan tempe
terbaik dalam menurunkan kandungan pada proses fitoremediasi aerasi. Penelitian
parameter kualitas air seperti BOD, COD, utama ini menggunakan 4 perlakuan dan 3
TSS, pH, kekeruhan dan N pada limbah kali ulangan sebagai berikut.
cair pembuatan tempe dengan 1. Eg: Fitormediasi aerasi menggunakan
menggunakan tanaman eceng gondok tanaman eceng gondok (Eichhornia
(Eg), kangkung air (Ka) dan kiambang sp.)
(Ki). 2. Ki: Fitoremediasi aerasi menggunakan
tanaman kiambang (Pistia sp.)
METODE PENELITIAN 3. Ka: Fitoremediasi aerasi
menggunakan tanaman kangkung air
Alat dan Bahan (Ipomea sp.)
Alat alat yang digunakan berupa 4. Ko: Fitoremediasi aerasi tanpa
akuarium kaca dengan ukuran 40 cm x 15 menggunakan tanaman.
cm x 25 cm, pH meter, oven, turbidimeter

17
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

Pada setiap perlakuan terdapat 3 kali Nilai awal = Nilai parameter sebelum
pengulangan sehingga total akuarium yang perlakuan
digunakan adalah 12 buah. Limbah cair Nilai akhir = Nilai parameter setelah
tempe hasil perebusan dan perendaman perlakuan
kedelai yang digunakan pada masing-
masing akuarium yaitu 10 liter dengan
perbandingan 1:1. Tanaman yang HASIL DAN PEMBAHASAN
dimasukkan pada perlakuan Eg (eceng
gondok), Ki (kiambang), dan Ka Karakteristik Limbah Cair Tempe
(kangkung air) untuk masing masing Karakteristik limbah cair pembuatan
akuarium sebanyak 300 gram. tempe yang dihasilkan dari proses
perebusan dan perendaman kedelai dapat
Pengukuran Parameter Kualitas Air diketahui dengan cara melakukan
Pada penelitian ini digunakan pengukuran parameter kimia dan fisika
beberapa parameter pengukuran kualitas limbah cair pada salah satu industri tempe.
limbah cair selama proses fitoremediasi. Karakteristik limbah cair pembuatan
Pengukuran parameter-parameter kualitas tempe kedelai ditunjukkan pada Tabel 1.
air untuk parameter COD, BOD, dan N
(Sugiharto, 1987) dilakukan pada awal dan Tabel 1. Karakteristik limbah cair pembuatan
akhir perlakuan proses fitoremediasi untuk tempe kedelai
mengetahui karakteristik awal dan akhir Baku
No. Parameter Nilai Satuan
limbah cair. Pengukuran parameter pH, mutu*
TSS, dan kekeruhan (Sugiharto, 1987) 1 BOD 300 4200,50 mg/l
dilakukan setiap hari selama proses 2 COD 150 22500 mg/l
fitoremediasi. 3 Rasio 0,18
BOD/COD
Metode Analisis Data 4 TSS 100 4530 mg/l
Analisis penurunan kandungan 5 Kekeruhan 1410 NTU
polutan limbah cair pembuatan tempe 6 pH 6-9 4,5
dilakukan dengan cara mengamati
7 Nitrogen 64,7 mg/l
penurunan nilai parameter kulaitas air,
kemudian dihitung nilai efisiensinya. Nilai Keterangan:
BOD: Biochemical Oxygen Demand
efisiensi dilakukan untuk mengetahui COD: Chemical Oxygen Demand
efisiensi penurunan konsentrasi kandungan TSS: Total Suspended Solid
limbah cair dengan menggunakan *Permen LH No.5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
perhitungan efisiensi. Parameter yang Air Limbah.
dihitung nilai efisiensinya yaitu TSS,
kekeruhan, BOD, COD, dan N (Kristanto, Tabel 1 menunjukkan limbah cair
2002). Efisiensi parameter TSS, pembuatan tempe dari proses perebusan
kekeruhan, BOD, COD, dan N dapat dan perendaman kedelai tidak sesuai
dihitung menggunakan persamaan sebagai dengan standar baku mutu yang telah
berikut: ditetapkan oleh Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
Eff (%) =
Nilai awal−Nilai akhir
x100% 2014 (Permen LH, 2014). Limbah cair
Nilai awal pembuatan tempe hasil proses perebusan
dan perendaman kedelai tersebut tidak
Keterangan: layak untuk dibuang secara langsung ke
Eff (%) = Efisiensi lingkungan karena melebihi ambang batas.

18
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

Karakteristik Tanaman Fitoremediasi banyaknya cahaya yang diserap dan


Penentuan karakteristik tanaman dipancarkan oleh bahan-bahan yang
fitoremediasi selama perlakuan yaitu terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan
dilihat dari jumlah daun dan warna daun oleh adanya bahan organik dan anorganik
selama penelitian pada ketiga tanaman. yang tersuspensi dan terlarut, maupun
Perbandingan persentase jumlah daun bahan anorganik dan organik berupa
selama proses fitoremediasi dapat dilihat plankton dan mikroorganisme lain
pada Gambar 1. (Effendi, 2003).
.
120 1600
Persentase jumlah daun (%)

1400

Kekeruhan (NTU)
100
1200
80 1000
60 800
600
40
400
20 200
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Hari ke- Hari Ke-
Gambar 1. Perubahan persentase jumlah daun
Gambar 2. Penurunan nilai kekeruhan Ko ( ),
pada Eg ( ), Ki ( ) , dan
Eg ( ) , Ki ( ) dan Ka ( ).
Ka ( )

Perubahan warna dan pengurangan Penurunan nilai parameter


jumlah daun terjadi selama 10 hari kekeruhan diketahui untuk perlakuan Ko,
perlakuan. Perubahan warna dan Eg, Ka dan Ki mengalami penurunan.
pengurangan jumlah daun yang tercepat Sedangkan pada perlakuan control
ada pada perlakuan Ki (kiambang) mengalami kenaikan. Dari nilai penurunan
(Gambar 1). Perlakuan Ki pada hari ke 8 pada perlakuan Eg, Ka dan Ki dapat
tanaman kiambang dinyatakan mati diketahui nilai efisiensi penurunan
dikarenakan semua daun telah berubah parameter kekeruhan (Gambar 3).
warna menjadi kecoklatan dan kering
dengan jumlah daun segar nol, sedangkan 100%
85,03% 84,32%
pada pelakuan Eg dan Ka tanaman eceng
80% 71,91%
gondok dan kangkung air masih dapat
bertahan pada hari ke 8 dan dinyatakan
Efesiensi (%)

60%
mati pada hari ke 10. Kematian pada
ketiga tanaman ini diduga dikarenakan 40%
oleh syarat tumbuh pada masing masing
20% -2,08%
tanaman yang belum memenuhi syarat
pada metode fitoremediasi dengan sistem 0%
tampungan, sehingga tanaman tidak Ko Eg Ki Ka
mampu bertahan lebih lama. -20%
Gambar 3. Efisiensi penuruan kekeruhan oleh Ko
Parameter Kualitas Air (kontrol), Eg (eceng gondok), Ki
Kekeruhan (kiambang), Ka (kangkung air)
Kekeruhan digambarkan sebagai
sifat optik air yang ditentukan berdasarkan

19
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

Gambar 3 menunjukkan bahwa Penurunan nilai parameter TSS


perlakuan menggunakan eceng gondok dialami pada perlakuan Eg, Ki dan Ka
(Eg) memiliki efisiensi penurunan yang sedangkan pada perlakuan kontrol (Ko)
paling tingi yaitu 85,03%, sedangkan nilai mengalami kenaikan. Dari nilai penurunan
efesiensi penurunan kontrol (Ko), pada perlakuan Eg, Ka dan Ki dapat
kiambang (Ki), kangkung air (Ka) diketahui nilai efisiensi penurunan
berturut-turut sebesar -2,28%; 71,91% dan parameter kekeruhan yang disajikan pada
84,32%. Sesuai dengan pernyataan Rukmi Gambar 5.
(2013) bahwa kemampuan dari tanaman
eceng gondok itu sendiri dan juga mikroba 70% 66,44%
62,03%
rizhosfera pada akar dan didukung oleh 60%
daya adsorpsi serta akumulasi akar yang 50,44%

Efesinesi (%)
50%
besar terhadap bahan pencemar oleh
40%
tanaman eceng gondok. Bahan-bahan
organik maupun anorganik di dalam air 30%
dapat direduksi oleh mikroba rizhosfera 20%
yang ada pada akar eceng gondok. Pada 10%
-1,05%
akar tanaman bahan pencemar diserap dari 0%
perairan dan sedimen kemudian -10% Ko Eg Ki Ka
diakumulasikan bahan terlarut ke bagian
tanaman yang lain Gambar 5. Efisiensi penurunan nilai TSS oleh Ko
(kontrol), Eg (eceng gondok), Ki
TSS (Total Suspended Solid) (kiambang), Ka (kangkung air)
TSS merupakan padatan yang
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, Gambar 5 menunjukkan nilai
dan tidak dapat langsung mengendap. TSS efisiensi pada perlakuan menggunakan
diukur berdasarkan berat kering partikel eceng gondok memiliki nilai efisiensi yang
yang terperangkap pada filter, umumnya lebih tinggi yaitu 66,44% daripada
filter yang digunakan memiliki ukuran pori perlakuan menggunakan kontrol,
dengan diameter 0,45 µm (Kristanto, kiambang dan kangkung air berturut-turut
2002). sebesar -1,05%; 50,44% dan 62,03%.
Penurunan nilai TSS terbesar ada pada
5000 perlakuan eceng gondok. Hal ini
dikarenakan penurunan nilai TSS
Total suspended solid (mg/l)

4500
4000 dipengaruhi oleh kemampuan dari
3500 tanaman dalam melakukan penyerapan dan
3000 transpirasi. Transpirasi ini dipengaruhi
2500 oleh luas permukaan daun pada tanaman.
2000 Proses transpirasi terjadi karena adanya
1500 penguapan air dari permukaan sel mesofil
1000 yang basah dan uapnya akan keluar
500 melalui stomata yang terdapat pada
0 permukaan daun (Siswoyo et al., 2009)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Luas permukaan daun pada tanaman eceng
Hari ke-
gondok adalah yang terbesar dari ketiga
Gambar 4. Penurunan nilai TSS oleh Ko ( ), tanaman yang lain.
Eg ( ) , Ki ( ) dan Ka ( ) Lebar daun rata-rata eceng gondok
adalah 9 cm, sedangkan lebar daun

20
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

kangkung rata-rata adalah 5 cm. Adapun menyerapbahan organik dari perairan dan
lebar daunnya rata-rata adalah 2 cm. sedimen kemudian mengakumulasikan
bahan terlarut ini ke dalam struktur
pH tubuhnya (Rukmi, 2013).
pH (puissance negative de H) adalah
suatu tingkatan untuk menyatakan derajat COD (Chemical Oxygen Demand)
keasaman di dalam air. Perubahan pH di COD menunjukkan jumlah oksigen
dalam air dapat berpengaruh terhadap dalam ppm atau miligram per liter yang
aktivitas biota atau mikroorganisme yang dibutuhkan oleh bahan oksidan untuk
ada di dalam air (Kordi et al., 2007). mengoksidasi bahan organik secara
kimiawi yang terdapat di dalam air.
Bahan-bahan organik tersebut pada
8 umumnya tidak mengalami penguraian
7 biologis secara cepat seperti pada
6
5 pengujian BOD lima hari, tetapi senyawa-
senyawa organik tersebut juga ikut
pH

4
3 menurunkan kualitas air (Kristanto, 2002).
2 Diagram efisiensi nilai COD pada limbah
1
0 cair pembuatan tempe selama proses
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 fitoremediasi ditunjukkan pada Gambar 8.
Hari ke-
70%
Gambar 7. Perubahan nilai pH TSS (total soluble 59,11%
solid) oleh Ko ( ), Eg ( ), 60% 53,77%
Ki ( ) dan Ka ( ) 49,77%
50%
Efisiensi (%)

Pada pengukuran awal limbah cair 40%


pembuatan tempe diketahui pH awal yaitu 30%
4,5. Pada pengukuran hari pertama 20%
dilakukan penetralan pH menggunakan 5,30%
10%
NaOH sehingga nilai pH pada pengukuran
hari pertama sebesar 7,0 dan untuk hari 0%
kedua nilai pH pada masing masing Ko Eg Ki Ka
prlakuan mengalami penurunan. Pada hari Gambar 8. Efisiensi penurunan nilai COD oleh Ko
selanjutnya pada perlakuan Eg, Ki dan Ka (kontrol), Eg (eceng gondok), Ki
mengalami kenaikan, dan pada perlakuan (kiambang), Ka (kangkung air)
Ko mengalami penurunan. Di akhir
perlakuan, pH (Eg) menjadi 6,4; pada Nilai efisiensi penurunan pada
perlakuan (Ki) menjadi 4,5; dan pada perlakuan Ko adalah sebesar 5,30%; pada
perlakuan (Ka) menjadi 6,2. Perubahan ini perlakuan Eg adalah sebesar 59,11%, pada
dikarenakan oleh aktivitas mikroorganisme perlakuan Ki sebesar 49,77% dan pada
dalam menguraikan bahan organik di perlakuan Ka nilai penurunan efisiensi
dalam limbah cair dan aktivitas COD adalah sebesar 53,77%. Terjadinya
fotosintesis yang mengambil CO2 terlarut penurunan ini dikarenakan eceng gondok
dalam bentuk H2CO3 (Felani dan Hamzah, memiliki kemampuan ganda yakni
2007). menyerap berbagai bahan organik dalam
Bahan-bahan organik di dalam bentuk ion hasil pemecahan
limbah cair dapat direduksi oleh mikroba mikroorganisme dan juga membebaskan
rhizosfera yang terdapat pada akar eceng oksigen yang diperlukan oleh
gondok. Caranya adalah dengan mikroorganisme untuk proses oksidasi

21
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

mikroorganisme pengurai (Suardhana, mikroorganisme dan juga membebaskan


2009). Oleh sebab itu, semakin banyak oksigen yang diperlukan oleh
dan semakin lama waktu kontak eceng mikroorganisme untuk proses oksidasi
gondok, maka dalam batas-batas tertentu mikroorganisme pengurai. Oleh sebab itu,
akan semakin banyak jumlah bahan semakin banyak dan semakin lama waktu
organik dalam bentuk ion yang diserap kontak eceng gondok, maka dalam batas-
sehingga berpengaruh pada tingkat batas tertentu akan semakin banyak jumlah
penurunan COD. bahan organik dalam bentuk ion yang
diserap sehingga berpengaruh pada tingkat
penurunan BOD.
BOD (Bichemical Oxygen Demand)
BOD menunjukkan jumlah oksigen N (Unsur Nitrogen)
terlarut yang dibutuhkan oleh Unsur nitrogen merupakan unsur yang
mikroorganisme hidup untuk menguraikan penting dalam proses pertumbuhan suatu
atau mengoksidasi bahan-bahan buangan organisme. Unsur nitrogen dalam suatu
di dalam air (Kristanto, 2002). Efisiensi limbah perlu diperhatikan karena unsur
kebutuhan oksigen secara biokimia (BOD) tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan
pada limbah cair pembuatan tempe dapat algae dan tumbuhan. Nitrogen dalam air
dilihat pada Gambar 9. akan cepat berubah menjadi nitrogen
organik atau amoniak nitrogen (Alaerts
100% dan Santika, 1987).
77,91%
80% 71,41% 74,50%
Efisiensi (%)

60% 70% 61,77% 60,59%


60% 56,08%
40% 50%
Efisiensi (%)

40%
20%
5,06% 30%
19,16%
0% 20%
Ko Eg Ki Ka 10%
Gambar 9. Efisiensi penurunan nilai BOD oleh Ko 0%
(kontrol), Eg (eceng gondok), Ki Ko Eg Ki Ka
(kiambang), Ka (kangkung air)
Gambar 10. Efisiensi perubahan nilai N oleh Ko
Nilai efisiensi penurunan pada (kontrol), Eg (eceng gondok), Ki
(kiambang), Ka (kangkung air).
perlakuan Ko adalah sebesar 5,06%; pada
perlakuan Eg sebesar 77,91%; pada
Gambar 10 menunjukkan nilai
perlakuan Ki sebesar 71,41% dan pada
efisiensi terbesar dalam penurunan kadar
perlakuan Ka sebesar 74,50%. Perlakuan
N pada limbah cair pembuatan tempe
(Eg) memiliki nilai efisiensi penurunan
setelah proses fitoremediasi adalah pada
BOD paling besar dari perlakuan (Ki) dan
perlakuan Eg dengan nilai sebesar 61,77%.
(Ka). Hal ini dikarenakan Eceng gondok
Pada perlakuan Ko, Ki dan Ka nilai
diduga memiliki kemampuan yang lebih
efisensi penurunan kadar N adalah sebesar
baik dalam menurunkan nilai BOD pada
19,16%; 56,08% dan 59,90%.
limbah cair. Rukmi (2013) juga
menyatakan bahwa eceng gondok
Nilai Efisiensi Parameter Kualitas Air
memiliki kemampuan ganda yakni
Nilai efisiensi digunakan untuk
menyerap berbagai bahan organik dalam
mengetahui besarnya tingkat penurunan
bentuk ion hasil pemecahan

22
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

kandungan bahan pencemar limbah cair DAFTAR PUSTAKA


pada proses fitoremediasi menggunakan Alaerts, G., dan Santika, S. 1984. Metoda
tanaman eceng gondok. Beberapa Penelitian Air. Usaha Nasional,
parameter yang dihitung nilai efisiensinya Surabaya.
yaitu TSS, kekeruhan, BOD, COD, dan N. BSN. 2012. Tempe: Persembahan Indonesia
Nilai efisiensi parameter TSS, kekeruhan, untuk Dunia. Badan Standardisasi
BOD, COD, dan N (Tabel 2). Nasional, 1–16. http://bsn.go.id/uploads/
Pada perlakuan Eg diketahui dari download/Booklet_tempe-printed21.pdf
masing masing parameter menunjukkan [Diakses tanggal 21 April 2017]
nilai penurunan efisiensi yang paling besar Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air.
dari perlakuan yang lainnya. Hal tersebut Kanisius, Yogyakarta.
dapat dilihat dari besarnya nilai efisiensi Felani, M. dan A. Hamzah. 2007.
perlakuan Eg dengan nilai pada tiap Fitoremediasi limbah cair industri
parameter yaitu kekeruhan 85,03%; TSS tapioka dengan tanaman eceng gondok.
sebesar 66,44%; COD sebesar 59,11%; Jurnal Buana Sains, 7 (1): 11-20.
BOD sebesar 77,91% dan N sebesar
Hartanti, P. I., Haji, A. T. S., dan
61,77%. Wirosoedarmo, R. 2013. Pengaruh
kerapatan tanaman eceng gondok
Tabel 2. Efisiensi penurunan setiap parameter
(Eichornia crassipes) terhadap
Nilai Efisiensi (%) penurunan logam chromium pada limbah
No. Parameter cair penyamakan kulit. Jurnal
Ko Eg Ki Ka
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1
1 Kekeruhan -2,28 85,03 71,91 84,32
(2): 31–37.
2 TSS -1,05 66,44 50,44 62,03
3 COD 5,30 59,11 49,77 53,77 Komala, R. 2015. Fitoremediasi limbah cair
4 BOD 5,06 77,91 71,41 74,50 tahu untuk menurunkan COD dan TSS
dengan memanfaatkan Kiambang. Jurnal
5 N 19,16 61,77 56,8 59,90
Kinetika, 6 (3): 31-36.
Keterangan: BOD: biochemical oxygen demand,
Kordi, K., Gufran, K., dan Tancung, A. 2007.
COD: Chemical Oxygen Demand,
TSS: Total Suspended Solid Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Rineka Cipta,
Jakarta.
KESIMPULAN Kristanto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit
Fitoremediasi menggunakan Andi, Yogyakarta.
tanaman eceng gondok (Eg) dan Laksmi, B.S., Winiati. J., dan Rahayu P. 1993.
Kangkung Air (Ka) memiliki kemampuan Penanganan Limbah Industri Pangan.
lebih lama bertahan (10 hari) dibandingkan Kanisius, Yogyakarta.
dengan fitoremediasi menggunakan Natalina. 2013. Penggunaan enceng gondok
Kiambang (Ki). Tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart) Solms) dan
(Eg) memiliki kemampuan paling besar kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk)
untuk menurunkan kandungan parameter dalam perbaikan kualitas air limbah
kualitas air berupa BOD, COD, N, TSS, industri tahu. Prosiding Seminar
dan kekeruhan limbah cair pembuatan Nasional Sains dan Teknologi V Satek
tempe, dengan nilai efisiensi penurunan dan Indonesia Hijau (Satek Unila), pp:
pada masing masing parameter yaitu 980-988, ISBN : 978-979- 8510-71-7.
kekeruhan sebesar 85,03%; TSS sebesar
66,44%; COD sebesar 59,11%; BOD
sebesar 77,91% dan N sebesar 61,77%.

23
Komparasi Proses Fitoremediasi Limbah Cair Pembuatan Tempe…
Jurnal Agroteknologi Vol. 13 No. 01 (2019)

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup


Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2014. Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 5
Tentang Baku Mutu Air Limbah. 15
Oktober 2014. Lembaran Negara
Republik Indonesia Th. 2014 No. 1815.
Jakarta.
Rukmawati, B. S. 2015. “Sirkulasi Aliran
Limbah Pengolahan Kopi Pada Proses
Fitoremediasi”. Skripsi. Universitas
Jember, Jember.
Rukmi, D.P. 2013. “Efektivitas Eceng Gondok
(Eichhornia crassipes) dalam
Menurunkan Kadar Deterjen, BOD, dan
COD pada Air Limbah Laundry”.
Skripsi. Universitas Jember, Jember.
Siswoyo, E., Kasam, dan Widyanti, D. 2009.
Penurunan logam berat timbal (Pb) Pada
limbah cair laboratorium kualitas
lingkungan UII dengan menggunakan
tumbuhan eceng gondok (Eichhornia
crassipes). Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan, 1 (1): 68-76.
Suardhana, I.W. 2009. Pemanfaatan eceng
gondok (Eichhornia crassipes (Mart)
Solm) sebagai teknik alternatif dalam
pengolahan biologis air limbah asal
rumah pemotongan hewan (RPH)
Pesanggaran, Denpasar Bali. Jurnal
Biologi, 9 (6): 759-760.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan
Air Limbah. UI Press, Jakarta.

24

You might also like