You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331549243

‘DISPLACEMENT’, KRITERIA DEKONSTRUKSI PETER EISENMAN

Article  in  Jurnal Arsitektur KOMPOSISI · April 2016


DOI: 10.24002/jars.v11i3.1238

CITATIONS READS

3 408

1 author:

Noor zakiy Mubarrok


Universitas Atma Jaya Yogyakarta
2 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Noor zakiy Mubarrok on 28 May 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Noor Zakiy Mubarrok,‘Displacement’, Kriteria Dekonstruksi Peter Eisenman.

‘DISPLACEMENT’, KRITERIA DEKONSTRUKSI PETER EISENMAN

Noor Zakiy Mubarrok


Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
e-mail: noor.zakiy@gmail.com
Abstract: The implementation of deconstruction in architecture enabled the creation of masterpiece which
could make the architect famous. An example of this could be seen from Peter Eisenman and his work. He was
known as the person who proposed the idea of displacement which was used to implement deconstruction in
architecture. This study aimed to explore the thoughts and the perspective of Peter Eisenman about the
deconstruction in architecture which focused on displacement and how it was implemented on architectural
designs. The study found out that there was really a special characteristic in his thoughts and designs that
affected how he implemented displacement. The implementation of it in the architecture brought new touch.
There was then a shift in the architecture focus. It was more likely to represent knowledge than depicting
nature. Architecture became more independent since then and was able to free itself from the influence of
external factors. Wexner Center of the Arts design showed how consistent the thoughts of deconstruction were
in Eisenman version of architecture. How the idea of displacement was made real in the design covered four
displacement aspects as the design criteria.

Keywords: architecture deconstruction, displacement, peter eisenman

Abstrak: Penerapan dekonstruksi dalam arsitektur menghasilkan karya arsitektur berpotensi melambungkan
nama arsitek, terlihat pada Peter Eisenman dan karyanya. Displacement, merupakan ide Peter Eisenman,
digunakan untuk menerapkan dekonstruksi dalam arsitektur. Tujuan penelitian adalah mengeksplorasi
pemikiran dan pandangan Peter Eisenman tentang dekonstruksi dalam arsitektur terfokus pada ide
displacement dan aplikasinya pada rancangan arsitektural. Hasil penelitian menunjukkan adanya kekhasan
pemikiran dan rancangan Peter Eisenman dalam penerapan ide displacement. Penerapan displacement dalam
arsitektur membawa warna baru, arsitektur berubah dari meniru alam menjadi merepresentasikan ilmu
pengetahuan. Arsitektur menjadi lebih independen dan mampu lepas dari pengaruh hal-hal di luarnya.
Rancangan Wexner Center of the Arts membuktikan konsistensi pemikiran dekonstruksi dalam arsitektur
versi Eisenman, bagaimana ide displacement diwujudkan dalam rancangan meliputi empat aspek displacement
sebagai kriteria perancangan.

Kata kunci: dekonstruksi dalam arsitektur, displacement, peter eisenman

PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh filsafat Derrida atau dipengaruhi


oleh gerakan konstruktivis Rusia, membuat
Dekonstruksi, sebuah terminologi yang Geoffrey Broadbent (1991) membedakan
popular di tahun 1970-an membawa dampak sangat keduanya menjadi Deconstructivism dan
besar dalam semua bidang termasuk dalam Deconstruction. Deconstructivism atau
arsitektur. Kata dekonstruksi pertama kali dekonstruksi non derridean, merupakan
diperkenalkan oleh Jacques Derrida, seorang filsuf dekonstruksi yang dipengaruhi gerakan
berkebangsaan Prancis. Beberapa beranggapan konstruktivism Rusia, yang memandang bahwa
bahwa dekonstruksi tak lain hanyalah sebuah arsitektur merupakan sebuah produk pragmatis dan
intellectual gimmick belaka, sedangkan lainnya formal (Mantiri dan Makainas, 2011). Sedangkan
berpendapat bahwa dekonstruksi merupakan Deconstruction atau dekonstruksi derridean
sebuah upaya pembebasan sebuah teks yang merupakan dekonstruksi yang dipengaruhi oleh
sebelumnya merupakan hak mutlak pengarang. filasafat Derrida. Arsitek yang tergolong dalam
Sebuah upaya pembelaan terhadap makna lain yang dekonstruksi derridean adalah Peter Eisenman dan
tersingkirkan dalam sebuah teks (Fayydl, 2006). Bernard Tschumi.
Kondisi saling tumpang tindih, terdistorsi Walaupun bersumber pada dekonstruksi
dan bahkan anti-gravitasi, merupakan kondisi yang dicetuskan oleh Derrida, Peter Eisenman dan
empiris penerapan dekonstruksi dalam arsitektur. Benard Tschumi memiliki pandangan yang
Perdebatan panjang mengenai darimana akar berbeda dan cenderung bersifat personal.
dekonstruksi dalam arsitektur berasal, apakah Keduanya lalu menetapkan kriteria masing-masing

149
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 11, Nomor 3, April 2016

berdasarkan pemahaman mereka akan Melalui dekonstruksi, Derrida berupaya


dekonstruksi, untuk kemudian diterapkan ke melemparkan kritik terhadap Strukturalisme.
dalam rancangan. Upaya Derrida untuk memerdekakan bahasa,
Peter Eisenman dengan Displacement dan dengan memaksimalkan permainan tanda yang
Bernard Tschumi dengan Disjunction, merupakan sebelumnya dihindari oleh strukturalisme.
ide dan rumusan penerapan dekonstruksi dalam Strukturalisme sendiri merupakan sebuah
arsitektur, yang berisi kriteria dekonstruksi dalam pandangan bahwa masyarakat dan kebuadayaan
arsitektur. Selanjutnya di dalam paper ini akan memiliki struktur yang jelas. Hal ini menggiring
dieksplorasi bagaimana pandangan serta kepada terciptanya kategori-kategori dan beberapa
pemikiran Peter Eisenman terhadap dekonstruksi, sistem tanda, berujung pada oposisi biner, yang
kriteria yang dicetuskan serta penerapannya dalam kemudian dilihat secara sistematik dan
karya rancangan. komprehensif. Menurut Derrida, bahasa terlalu
kompleks untuk disederhanakan dalam logika
PEMBAHASAN biner, bahasa lebih sering menunjukkan
paradoksalnya daripada sebuah wajah yang
Dekonstruksi tunggal dan koheren. Perlakuan strukturalisme
Pada dasarnya dekonstruksi adalah sebuah yang berusaha mereduksi bahasa ke dalam sistem
metoda membaca teks dengan cermat, sehingga simbolik atau metaphor, diartikan Derrida sebagai
ditemukan pembeda dalam konsep yang dijadikan upaya menekan peluang munculnya kemungkinan
landasan teks, kemudian dimungkinkan untuk – kemungkinan baru, yang dianggap sebagai upaya
didapatkan sebuah makna baru, yang mungkin pengabaian terhadap pergerakan bahasa. Derrida
berbeda bahkan bertolak belakang dengan makna beranggapan bahwa bahasa merupakan medan,
sebelumnya (Zulfadhli, 2012). Pemikiran Derrida suatu wilayah dimana makna dan tanda berebut
akan dekonstruksi tidak dapat dilepaskan dari untuk tampil ke permukaan sebuah teks (Fayyadl,
filsafat barat yang menyelidiki tentang metafisika 2005).
(cabang ilmu filsafat yang mempelajari tentang Kritik Derrida selanjutnya atas
kenyataan umum). “Ada”, merupakan inti dari Strukturalisme melalui dekonstruksi adalah
kenyataaan umum. “Ada” dapat dilihat melalui penolakan atas sentralitas atau oposisi biner. Hal
kehadiran, dan dapat ditelusuri melalui tanda. ini dianggap membatasi, karena pada tiap oposisi
Sebuah tanda dapat mewakili atau menggantikan biner, Derrida menemukan tidak hanya pemusatan
kehadiran sesuatu, tanda mencirikan an absent tetapi juga hirarki yang tertuang pada urutan
presence (Erdiono, 2011). Tidak seperti simbol, penulisan kata. Kata yang ditulis lebih awal selalu
sebuah tanda lebih luas daripada simbol, karena dianggap yang utama dibanding kata yang ditulis
simbol merupakan cipta karya manusia dibelakangnya. Sebagai contoh raja dan rakyat atau
(Broadbent, 1991). baik dan buruk. Raja selalu lebih diutamakan
Sausurre (dikenal sebagai pencetus daripada rakyat, begitu pula baik dan buruk.
semiotika) melihat bahwa tanda sebagai satu Derrida lalu mengemukakan konsep
kesatuan stuktur, tidak demikian dengan Derrida, decentering, yaitu cara membongkar hirarki,
signifier atau penanda tidak berkaitan langsung dengan mengungkapkan atau memberi perhatian
dengan signified atau petanda. Kata dan benda yang lebih pada hal yang dianggap sekunder,
yang diwakili tidak pernah menjadi satu. Tanda tersingkirkan atau marjinal. Tujuannya adalah
merupakan sebuah struktur perbedaan, sebagian untuk mensejajarkan kedua buah oposisi biner
dari tanda “tidak disana”, sebagian lagi “bukan (Broadbent, 1991).
yang dimaksud”, sehingga menurut Derrida, Differance sebuah istilah yang dicetuskan
sebuah penanda tidak serta merta merujuk kepada oleh Derrida yang merupakan sebuah strategi
makna yang dimaksudkan. Makna akan selalu untuk melakukan dekonstruksi. Differance terdiri
bergerak di sepanjang rantai penanda karena tidak atas kata to differ (berbeda), yaitu memilah hal
terikat pada satu tanda tertentu (Broadbent, 1991). yang bertentangan, hal yang saling beroposisi,
150
Noor Zakiy Mubarrok,‘Displacement’, Kriteria Dekonstruksi Peter Eisenman.

dengan harapan memperluas sudut pandang Keinginan Peter Eisenman untuk membuat
terhadap sebuah teks, dan to deffer (menunda) arsitektur menjadi sebuah syntax (susunan) tanpa
merujuk pada hal-hal yang menunda kehadiran semantic (makna), membawanya pada eksplorasi
(Broadbent, 1991, Mantiri dan Makainas, 2011). geometri dalam hampir tiap karyanya, mencoba
Melalui differance Derrida berusaha menguak hal- melepas bentuk arsitektural dari ikatan fungsi
hal yang saling beroposisi sekaligus tertunda, struktural. Hal ini dapat dilihat pada
terabaikan untuk kemudian diungkapkan dengan ketidakkonsistenan antara denah dan potongan
tujuan untuk mendapatkan makna yang lebih (Broadbent, 1991). Lebih jauh lagi Eisenman
mendalam dari sebuah teks. berpendapat bahwa tidak ada sebuah bentuk
Peter Eisenman dan Displacement arsitektural tanpa fungsi, akan tetapi sebuah
Peter Eisenman beranggapan bahwa bentuk arsitektural dapat mendahului fungsi, tidak
dekonstruksi merupakan sebuah cara untuk terikat dengan fungsi dan bahkan dapat pula
melarutkan batas-batas arsitektur. Menurut merepresentasikan hal lain selain fungsi. Hal ini
Eisenman, berkembangnya dekonstruksi dalam tidak dapat dilepaskan dari sudut pandang Peter
arsitektur didukung oleh hasrat untuk menjadikan Eisenman terhadap sebuah site, bahwa Eisenman
arsitektur sebagai sebuah kekuatan yang mengemukakan teori tentang palymsest yang
independen, terbebas dari tuntutan hal lain diluar berarti sebuah perkamen dengan skrip didalamnya,
arsitektur. Usaha untuk lepas dari arsitektur klasik dan quarry yang berarti situs penggalian.
dan arsitektur modern (arsitektur klasik Melalui palimpsest dan quarry Eisenman
merepresentasikan kekuatan politik dan kesakralan, mencoba menolak padangan umum tentang site
sedangkan arsitektur modern merepresentasikan diantaranya iklim, kondisi topografi dll, karena
kemajuan teknologi) karena dianggap membatasi. dianggap membatasi proses perancangan. Mencari
Hasilnya merupakan sebuah titik temu antara hal hal-hal yang tidak tersampaikan, terlupakan dalam
yang pasti atau significant dan hal yang kacau/ sebuah site (Nesbit, 1996). Hal ini merupakan
serba tidak pasti atau arbitrary, tidak pula terikat penerapan differance terhadap sebuah site,
dengan waktu ataupun hal buatan lainnya sekaligus menunjukkan bahwa arsitektur dapat
(Eisenman dalam Broadbent, 1991). terlepas dari ikatan waktu.
Peter Eisenman mengemukakan bahwa Dekonstruksi dalam arsitektur bagi Peter
kondisi yang tepat untuk menggambarkan Eisenman berarti sebuah pemindahan
penerapan dekonstruksi dalam arsitektur adalah (displacement), pemindahan ide dan tema dari
sebuah kondisi yang tidak pasti (uncertainty). representasi arsitektur terhadap alam, yang
Kemudian Eisenman merujuk pada grotesque yaitu diwujudkan melalui analogi dan metafora, ke
kondisi yang aneh dan tidak wajar. Kondisi ini representasi terhadap ilmu pengetahuan
mememiliki karakteristik antara lain : aneh, tidak (knowledge). Hal ini dikemukakan, karena
wajar, sulit untuk disampaikan ataupun tidak Eisenman merasa bahwa pada saat ini (post-
berwujud. Kemudian Eisenman menghubungkan industrialis) alam (nature) bukanlah sebuah
karakteristik tadi dengan sublime berdasarkan ancaman yang besar bagi arsitektur, seiring dengan
pandangan Immanuel Kant tentang keindahan. perkembangan teknologi, walaupun masih
Immanuel Kant menterjemahkan keindahan menyisakan permasalahan bagi arsitektur.
menjadi dua hal yaitu beautiful dan sublime. Eisenman berpendapat bahwa isu saat ini adalah
Beautiful merujuk pada keindahan-keindahan yang tentang bagaimana menaklukkan ilmu
dapat dicerna dan diterjemahkan melalui kaidah- pengetahuan, ditandai dengan arsitektur yang
kaidah keindahan seperti irama, ritme, sesuatu yang merepresentasikan ilmu pengetahuan. Hal ini sulit
rasional dan benar, sedangkan sublime merupakan untuk dilakukan, karena alam (nature) sebagai
keindahan yang hakiki dan cenderung bersifat pasangan konsep binari dari ilmu pengetahuan
irasional. Melalui sublime inilah dekonstruksi memiliki wujud fisik, hal yang tidak dimiliki oleh
dalam arsitektur digambarkan (Nesbit, 1996). ilmu pengetahuan (knowledge). Akan tetapi,
demikian halnya dengan alam, jika manusia dapat
151
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 11, Nomor 3, April 2016

membuat simbol atau tanda akan hadirnya alam, 2. Twoness


maka hal ini berlaku pula pada ilmu pengetahuan
Twoness merupakan pasangan konsep binari dalam
(Nesbit,1996).
arsitektur. Pasangan konsep ini telah lama ada dan
Karena arsitektur selalu berkaitan dengan
dikenal dalam arsitektur, sebagai contoh: bentuk
wujud fisik, maka untuk mewujudkan pemindahan
dan fungsi, struktur dan ornamen dll. Pada
tema (displacement) diperlukan sebuah realitas
pasangan konsep tersebut selalu terdapat hirarki,
arsitektur yang lebih kompleks (Nesbit, 1991).
yang satu lebih diutamakan dibandingkan lainnya
Sebuah bentuk yang lebih kompleks untuk
misalnya form follow function, ornament is added
menggambarkan ruang guna tertentu, tidak hanya
to structure. Twoness menyuguhkan kondisi
menghadirkan sesuatu yang indah, akan tetapi juga
kesetaraan, tanpa adanya hirarki. Upaya
mengandung hal yang buruk, ketidakteraturan
displacement dianggap gagal jika salah satu teks
dalam keteraturan, irasional dalam rasional dll. Hal
dalam pasangan konsep binari terlalu dominan.
ini lah yang disebut dengan the between. Bertujuan
untuk mengungkap sekaligus membawa ke 3. Betweeness
permukaan hal-hal yang tertahan, tertindas atau
Sebuah kondisi dari teks yang merujuk ke suatu
terpotong sebagai upaya menciptakan aristektur
obyek, juga merujuk ke obyek lainnya. Sehingga,
bagi yang terasing (Papadakis, 1994).
teks atau obyek yang baru memiliki efek blurred,
Upaya untuk melakukan displacement
selalu berada di antara (between), merujuk ke salah
terkait erat dengan peran dari arsitek/ perancang
satu obyek akan tetapi tidak serupa (almost this, or
dan proses perancangan itu sendiri. Upaya
almost that but not quite either).
displacement menurut Eisenman berbeda dengan
upaya expressionism, yaitu upaya pengubahan 4. Interiority
bahasa baku sesuai dengan keperluan. Upaya
Memunculkan hal-hal yang tidak terlihat atau
untuk melakukan displacement tidak terikat
termarjinalkan. Bukanlah hal yang ada dalam
dengan selera/ intuisi perancang. Eisenman
bangunan, akan tetapi sebuah kondisi dalam sebuah
berpendapat bahwa intuisi perancang tidak akan
bangunan.
pernah menghasilkan kondisi yang tidak pasti
(uncertainty) melainkan hanya sebuah gambaran/ Keempat aspek tersebut jika diterapkan,
ilustrasi atas kondisi uncertainty. Peter Eisenman masing-masing akan memicu kondisi
kemudian merumuskan 4 aspek dalam upaya ketidakpastian pada sebuah obyek, dengan cara
displacement (Nesbit,1996), yaitu: menghapuskan peran yang biasa di- lakukan oleh
1. Trace arsitek dan pengguna terhadap sebuah obyek.
Arsitek bukanlah lagi sosok misterius di balik
Elemen-elemen aristektur seperti bentuk, fungsi,
proses desain, dan obyek tidak lagi memerlukan
struktur, site dan makna dapat dikatakan sebagai
pengalaman pengguna untuk dapat dipahami.
teks, akan tetapi mereka bukanlah tekstual. Teks
Bukanlah wajah yang jelek dan menakutkan yang
selalu merujuk pada keaslian, tekstual merujuk
membuat sebuah obyek berada dalam kondisi
pada hal lain yang tidak tersampaikan. Kondisi lain
ketidakpastian, akan tetapi jarak antara obyek dan
yang tidak tersampaikan ini disebut trace. Jika
subyek lah yang memicu kondisi ketidakpastian
esensi arsitektur adalah kehadiran (presence),
(Nesbit, 1996). Sebagai contoh sebuah kolom
maka trace adalah hal yang selama ini absen (a
berdiri tidak hanya memenuhi fungsi sebagai
presence of the absence). Trace bukanlah sesuatu
penopang bangunan, akan tetapi berdiri sendiri
yang asli (origin), karena trace selalu merujuk
tanpa fungsi penopang.
kepada hal lain yang bukan aslinya. Pada setiap
Dapat diambil kesimpulan bahwa proses
teks akan selalu ditemukan trace, misalnya aspek
dekonstruksi dalam arsitektur oleh Peter Eisenman
struktur yang lain, yang tersembunyi dibalik
dimulai kritik terhadap pandangan umum sebuah
makna penopang bangunan.
obyek rancangan, mencari hal-hal yang

152
Noor Zakiy Mubarrok,‘Displacement’, Kriteria Dekonstruksi Peter Eisenman.
tersembunyi atau terlupakan dalam pandangan terkandung dalam displacement, menjadi kriteria
umum obyek tersebut, untuk kemudian didapatkan rancang. Elaborasi pandangan tentang penerapan
sebuah ide rancang yang dielaborasi dengan dekonstruksi dalam arsitektur serta posisi keempat
penerapan ide palymsest dan quarry. Selanjutnya aspek displacement pada proses rancang Peter
dalam proses transformasi dari ide rancang menjadi Eisenman dapat dilihat :
obyek arsitektural, keempat aspek yang yang

Diagram Proses Perancangan Peter Eisenman


Sumber : analisa penulis

PENERAPAN DISPLACEMENT PADA dengan program utama galeri seni, toko buku, ruang
RANCANGAN pertunjukan dan pemutaran film. Masterplan
Wexner Center for The Visual Arts Universitas Ohio didesain oleh Frederrick Law
Omstead pada tahun 1909, dengan sistem grid yang
diputar 12,5 derajad dari grid kota Columbus. Hal
ini dilakukan untuk memberikan ciri khas tersendiri
bagi Universitas Ohio.

Bangunan Wexner Center For the Arts


berdiri diantara dua buah gedung utama yaitu
Weigen Hall dan Mershan Auditorium yang sudah
berdiri sebelumnya. Kedua bangunan tersebut
termasuk ke dalam program ruang keseuluruhan dari
Wexner Center For the Arts. “A non building”,
sebutan bagi bangunan baru yang dirancang Peter
Eisenman. Hal ini disebabkan karena letak
bangunan baru yang disisipkan diantara kedua
bangunan eksisting, serta sebuah representasi atas
Siteplan Pusat Seni Wexner masa lalu dengan menghadirkan pondasi dan
Sumber : http//cdn.archinet.net beberapa elemen dari gudang senjata yang dulu
Merupakan sebuah kompetisi yang pernah berdiri dalam site. Bukanlah sebuah
dimenangkan oleh Peter Eisenman, dan dibangun bangunan, melainkan sebuah proses penggalian
pada rentang 1983 – 1989. Sebuah pusat seni yang arkeologi, dilihat dari keberadaan perancah dan tata
didirikan untuk Universitas Negeri Ohio, Columbus lansekap yang ada (Papadakis, 1994).

153
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 11, Nomor 3, April 2016

Koridor perancah (scaffolding corridors), tahun 1959, keunikan sistem grid yang digunakan
yang merupakan jejalur sepanjang bangunan, baik untuk desain kota Columbus maupun
menghubungkan kedua bangunan eksisting terdiri Universitas Negeri Ohio adalah hal spesifik yang
atas titik potong dua buah grid, yaitu grid kota ditemukan oleh Peter Eisenman, yang kemudian
Columbus dan grid Universitas Negeri Ohio. ditrasnformasikan ke dalam rancangan.
Penggabungan grid geometri ini bertujuan
agar bangunan yang baru memiliki keterikatan
dengan kota Columbus sekaligus dengan Universitas
Negeri Ohio.

Gudang senjata yang pernah berdiri dalam site


Sumber: http//1921_library.osu.edu

Sistem grid, yang berupa diagram Car-


Wexner Center for the Arts tesian merupakan ide arsitektur modern terkait
Sumber : wexarts.org
dengan efektifitas fungsi dan struktur, diubah
Koridor perancah (scaffolding corridors), menjadi sebuah tanda oleh Peter Ei-senman.
yang merupakan jejalur sepanjang bangunan, Sebuah struktur yang mengikat bangunan
menghubungkan kedua bangunan eksisting terdiri eksisting dengan bangunan baru, sekaligus
atas titik potong dua buah grid, yaitu grid kota sebuah tanda yang merujuk pada gabungan
Columbus dan grid Universitas Negeri Ohio. kontekstual antara bangunan baru dengan Uni-
Penggabungan grid geometri ini bertujuan agar
versitas Columbus dan juga kota Ohio. Grid kota
bangunan yang baru memiliki keterikatan dengan
kota Columbus sekaligus dengan Universitas Negeri
Columbus diwujudkan se-bagai aksis jejalur
Ohio. pejalan kaki yang menghubungkan kedua
bangunan eksisting, sekaligus sebagai pintu
Trace masuk utama Wexner Center for the Visual Arts.

Peter Eisenman menerapkan konsep the


between, almost this almost that but not quite either,
sebuah upaya yang dilakukan Eisenman untuk
mengaburkan/ membiaskan hal-hal yang
termarjinalkan/ tersingkirkan dalam oposisi bentuk
dan fungsi. Sebuah pusat yang bukan pusat,
memiliki hirarki yang sama dengan kedua bangunan
eksisting, tidak memiliki identitas dan bergantung
pada bangunan sekeliling agar bangunan dapat
didefinisikan, merupakan upaya Eisenman untuk
melepaskan diri dari pandangan umum tentang
pusat.

Pada tahap ini, Peter Eisenman menerapkan


ide palimpsest and quarry, sehingga didapatkan hal
yang spesifik tentang site yang kemudian diangkat
ke dalam transformasi perancangan. Gudang senjata Sistem grid dalam perancangan Pusat Seni Wexner

yang pernah berdiri dalam site, yang dirobohkan Sumber : http// cdn.archinet.net

154
Noor Zakiy Mubarrok,‘Displacement’, Kriteria Dekonstruksi Peter Eisenman.

Fragmentasi atas bangunan gudang sederhana, menjadi latar belakang bagi karya
senjata, yang telah dibongkar pada 1959, adalah seni yang dipamerkan. Kedua hal ini saling
upaya untuk menghadirkan jejak ma-sa lalu. berten-tangan, di satu sisi mengutamakan bentuk
Sebuah jejak yang absence dalam site. Kehadiran arsitektural dibandingkan fungsi yang didukung
fragmentasi gudang senjata, juga dimaksudkan (sebagai pusat seni), di sisi lain lebih
untuk mengaburkan iden-titas bangunan, aspek mengutamakan fungsi yang didukung
twoness dalam perancangan. dibandingkan bentuk arsitektural (sebagai galeri
seni kontemporer).
A non building, sebutan bagi Wexner
Center for the Visual Arts (Papadakis, 1994),
dengan menghadirkan konteks spasial (grid uni-
versitas negeri Ohio dan grid kota Co-lumbus)
dan fragmentasi atas Gudang Sen-jata yang
merupakan memori atas masa lalu sekaligus
menghubungkan kedua bangunan eksisting yang
merupakan bagain dari Wexner Center for the
Visual Arts, merupa-kan cara yang ditempuh
Fragmentasi gudang senjata pada bentuk Wexner Center for the
Peter Eisenman un-tuk mengaburkan identitas
Visual Arts. Sumber : http//cdn.archinet.net bangunan terkait oposisi bentuk dan fungsi.
Menjadikan bangunan baru sebagai sebuah
Twoness struktur yang mengikat kedua bangunan
eksisting dalam kondisi tanpa hirarki,
menjadikan bangunan baru hadir tanpa identitas
yang kuat.

Betweness

Siteplan Pusat Seni Wexner


Sumber : http// cdn.archinet.net

Pandangan umum tentang sebuah pusat


seni adalah sebuah bentuk arsitektur sculptural
yang kontras dengan lingkungan diseki-tarnya,
dengan harapan mudah dikenali se-bagai sebuah
pusat aktivitas, sesuai dengan istilah pusat seni,
mengesampingkan fungsi sebagai pasangan
konsep binari dari bentuk. Sedangkan sebagai
sebuah wadah yang menampilkan karya seni, Scaffollding corridor penghubung sekaligus pemisah
sebuah bentuk arsi-tektural biasanya ditampilkan Sumber: http//ad009.cdnb.archdaily.com

155
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 11, Nomor 3, April 2016

Keberadaan koridor perancah (scaffold- Hasilnya adalah ambiguitas, sebuah


ing corridor), yang berada diantara kedua pusat yang bukan pusat, melainkan sebuah
bangunan eksisting Wegan Hall dan Mer-shan bangunan penghubung tetapi juga pemisah. Hal
Auditorium, sebagai sirkulasi utama bagi ini memaksa pembacaaan baru atas se-buah
Wexner Center for the Visual Arts, memiliki bangunan pusat seni, sebagai ruang tempat karya
makna menghubungkan sekaligus memisahkan. seni dipamerkan atau sebagai bagian dari karya
Menghubungkan terkait dengan fungsi sebagai seni itu sendiri.Proses perancangan Wexner
jejalur utama, mem-isahkan dilihat bentuk, serta Center for the Visual Arts dapat didiagramkan
pemilihan mate-rial sehingga seolah-olah sebagai berikut:
membelah kom-pleks Wexner Center for the
Visual Arts menjadi dua bagian.

Diagram Perancangan Wexner Center for the Arts


Ruang dalam koridor Sumber : analisa penulis
Sumber : http//cdn.archinet.net, 2014

KESIMPULAN
Pemilihan perancah/ scaffolding oleh
Peter Eisenman sebagai elemen bangunan, Meskipun terjadi banyak perdebatan
merupakan sebuah upaya untuk menyandingkan mengenai dekonstruksi dalam arsitektur,
seni kontemporer yang dipamerkan dalam ruang beberapa arsitek membuktikan bahwa penerapan
dengan bentuk bangunan yang memiliki kesan dekonstruksi dalam arsitektur membawa warna
belum selesai, sekaligus sebuah eksperimen ter- baru dengan membuat bangunan-bangunan
hadap bentuk arsitektural. Hal ini bertujuan menakjubkan. Dekonstruksi merupakan sebuah
untuk menunjukkan bahwa Wexner Center for gagasan yang sulit diterjemahkan. Oleh karena
the Visual Arts merupakan tanda atas seni, ide itu beberapa arsitek mencoba membuat rumusan
dan proses (Murtomo & Indri-astjario, 2003). tentang dekonstruksi dan bagaimana
penerapannya dalam arsitektur, salah satunya
Interiority adalah displacement oleh Peter Eisenman.
Sebuah upaya untuk menterjemahkan kondisi
Sebuah pusat yang bukan pusat, wa- dekonstruksi dalam karya arsitektur, serta
laupun berfungsi sebagai sebuah pusat seni. Hal merumuskan tata cara/metoda penerapan
ini diwujudkan dengan pengaburan iden-titas dekonstruksi pada arsitektur.
bangunan melalui fragmentasi bangunan yang Peter Eisenman melihat, dekonstruksi
hadir pada masa lalu, dan juga penggunaan grid dalam arsitektur adalah sebuah upaya
sebagai dasar perancangan, diperkuat oleh pemindahan ide dan tema (displacement).
perletakan fungsi pendukung (toilet) pada titik Arsitektur yang tadinya mereprenstasikan alam/
tengah bangunan alih- alih meletakkan ruang nature menjadi merepresentasikan ilmu
pamer sebagai fungsi utama. pengetahuan/knowledge. Arsitektur tidak lagi
156
View publication stats

Noor Zakiy Mubarrok,‘Displacement’, Kriteria Dekonstruksi Peter Eisenman.

hanya berdiri untuk memenuhi kebutuhan Architecture. Great Britain: Archi-tectural


pengguna (fungsi) sekaligus menyesuaikan Design.
dengan lingkungan alam, terkait dengan lokasi
Erdiono, Deddy. 2011. Implementasi Konsep
obyek arsitektur berdiri, namun arsitektur
‘Ambiguitas’, ‘Both and’ dan ‘Differ-ance’
mampu berdiri sendiri sebagai kekuatan yang
dalam Rancangan Bangunan Masjid di
independen lepas dari tuntutan di luar arsitektur.
Indonesia. Media Matrasain, Vol.8 No.3:
Kondisi grotesque, merupakan kondisi
25-33.
yang dianggap tepat oleh Peter Eisenman untuk
menggambarkan penerapan dekonstruksi dalam J Mantiri, Hyginus & I. Makainas. 2011.
arsitektur. Peter Eisenman menghubungkan Eksplorasi terhadap Arsitektur Dekon-
kondisi grotesque dengan pandangan Immanuel struksi. Media Matrasain, Vol.8 No.2 : 68-
Kant tentang keindahan. Peter Eisenman 81.
merujuk pada sublime, sebuah keindahan yang
Murtomo, Bambang Adji & Indriastjario. 2003.
bersifat hakiki atau irasional. Kondisi yang
Penerapan Konsep Desain Peter Eisenman
didalamnya terkandung baik sekaligus buruk,
pada Perancangan Pusat Seni Kontemporer
indah sekaligus jelek dst, sebuah kondisi the
di Yogyakarta. Jurnal Jurusan Arsitektur
between. Kemudian Peter Eisenman membuat 4
Undip 1, hal: 9-19.
aspek dalam ide displacement yang menjadi
kriteria penerapan dekonstruksi dalam arsitektur, Nesbit, Kate. 1996. Theorizing a New Agenda for
terdiri atas Trace, Twoness, Betweeness dan In- Architecture. New York: Pricenton Archi-
teriority. tectural Press.
Rancangan Wexner Center of the Arts
Zulfadhli. 2009. Dekonstruksi dalam Cerpen
membuktikan konsistensi pemikiran tentang
Malin Kundang, Ibunya Durhaka Kar-ya
dekonstruksi dalam arsitektur, serta bagaimana
A.A. Navis. Jurnal Bahasa dan Seni, Vol.1
ide displacement diwujudkan dalam rancangan
No.2, hal 132-137.
dengan keempat aspek displacement sebagai
kriteria perancangan. Kondisi the between
diwujudkan dengan ambiguitas bangunan, antara
sebuah ruang pamer bagi seni kontemporer
sekaligus menjadi bagian dari seni kontemporer
tersebut, sebuah pusat seni yang merupakan
rumah dari seni kontemporer, sekaligus sebuah
proyek ekskavasi sejarah.

DAFTAR RUJUKAN

Al–Fayyadl, Muhammad. 2006. Derrida.


Yogyakarta: LKIS.

Alamsyah, Bhakti & Pane, Imam Faisal. 2004.


Tengarah Rancangan Dekon-struksi: Dalam
Konteks Rancangan Kiwari. e –USU
Repository, hal. 2-8.

Broadbent, Geoffrey. 1991. Deconstruction a


Student Guide. London : Academy Group.

C Papadakis, Andreas. 1994. Deconstruction in

157

You might also like