You are on page 1of 9
KOMPOSISI NUTRISI PAKAN AYAM RAS PEDAGING MASA AKHIR (BROILER FINISHER) DARI BEBERAPA BAHAN PAKAN LOKAL (NUTRITION FOOD COMPOSITION BROILER FINISHER FROM SEVERAL LOCAL FOOD MATERIAL) Nasruddin Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kandungan nutrisi pakan ayam yang bersumber dari bahan pakan lokal. Bahan pakan lokal yang digunakan untuk penelitian ini adalah tepung bekatul, dedak padi, ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang, tepung jagung dan garam. Bahan pakan diformulasikan sesuai dengan rasio kecukupan nutrisi, selanjutnya dari beberapa formula tersebut dikukus, digiling dengan menggunakan gilingan ikan dan dijemur. Pelet pakan dilakukan pengujian yang meliputi kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, kadar calcium, dan kadar fosfor. Pengujian terhadap pakan dari beberapa perlakuan menggunakan metoda SNI 01-3931-2006 pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher). Hasil pengujian laboratorium terhadap pakan untuk formula pakan B dengan bahan tepung bekatul 25 g, dedak 19 g, tepung ampas tahu 12 g, tepung ikan 17 g, tepung kerang 5 g, tepung jagung 20 g, dan garam 2 g menghasilkan kadar air 7,640%, protein 22,850%, lemak 6,114%, abu 6,320%, calcium 0,914%, dan fosfor 0,817%. Untuk parameter tersebut memenuhi persyaratan SNI 01-3931-2006 pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher) Kata kunei : Bahan pakan lokal, nutrisi pakan, pakan ayam. Abstract This research aims to study the hutritional content of chicken feed is sourced from local feedstuffs. Local feed ingredients used in this study are wheat bran, rice bran, tofu waste, fish meal, shellfish flour, cornstarch and salt. Feed ingredient is formulated in accordance with nutrient adequacy ratio, then from some formula steamed, rolled with a rolling pin and dried fish. Pellet feed testing including moisture content, protein content, fat content, ash content, calcium content, and phosphorus levels. Tests on the feed from several treatment SNI 01-3931-2006 using method of feeding broiler final period (broiler finisher). Results of laboratory testing of food to feed formula B with 25 g of wheat bran, rice bran 19 g, 12g flour tofu waste, fish meal 17 9, 5 g shellfish flour, com flour 20 g, 2g salt and water content of 7,640% yield, 22,850% of protein, fat 6,114%, 6,320% ash, calcium 0,914% and 0,817% phosphorus. For these parameters meet the requirements of SNI 01-3931-2006 broiler feed the final period (broiler finisher). Keywords : Local feed ingredients, nutritional feed, chicken feed. PENDAHULUAN cukup potensial untuk memenuhi kebutuhan. protein masyarakat (Mangisah, 2003). Ayam jenis ini mempunyai keunggulan karena Ayam pedaging (Broiler) saat ini telah banyak ditemakkan sebagai salah satu pemenuhan kebutuhan protein hewani. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang 144 mengalami pertumbuhan yang lebih cepat untuk kurun waktu umur pemeliharaan 7 — 8 minggu dapat mencapai berat 1,8-2,0 Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 Kg. Percepatan pertumbuhan ayam pedaging sampai siap untuk dipotong dipengaruhi oleh jenis pakan/ransum yang diberikan. Leeson dan Summers (2001) menyatakan pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Menurut Blakely dan Bade (1998) bahan pakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama konsentrat dan kelompok kedua bahan berserat. Mutu dan kualitas pakan_baik kandungan nutrisi maupun jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ayam sangat menentukan percepatan_pertumbuhan ayam. Pakan ayam pedaging harus mengandung unsur protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air dengan tujuan untuk menjamin pertambahan berat badan yang optimal selama masa pertumbuhan. Menurut Yunus (1991) dan Mudjiman (2000), akan yang baik adalah pakan yang mengandung semua zat-zat_makan berupa protein, lemak, air, vitamin, karbohidrat, dan energi. Zat-zat yang terkandung dalam pakan hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang, sebab keseimbangan zat-zat yang terkandung dalam pakan berpengaruh terhadap daya cera ayam (Tillman etal., 1991), Menurut persyaratan SNI 01-3931- 2006 pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher) kadar air maksimum 14,0%, protein kasar minimum 18,0%, lemak kasar maksimum 8,0%, serat kasar_maksimum 6,0%, abu maksimum 8,0%, calcium (Ca) 0,90 - 1,20%, fosfor (P) total 0,60- 1,00%, fosfor (P) tersedia minimum 0,40%, total aflatoksin maksimum 50,00 hg/Kg, energi termetabolis (ME) minimum 2900 Kkal/Kg, asam amino seperti: lisina minimum 0,09%, metionin minimum 0,30% dan Metionin + Sistin minimum 0,50%. Kebutuhan gizi ayam buras lebih rendah bila dibandingkan dengan ayam ras. Ayam buras dewasa yang berumur lebih dari 22 minggu memerlukan protein 14%, calcium 3,4%, fosfor 0.34% dan energi metabolis (energi dalam pencernaan) 2400-2600 Kkalkg (Sinurat, 1991). Pembuatan pakan ayam buras’ terutama untuk meningkatkan nutrisinya sesuai dengan persyaratan SNI telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu antara lain dengan menggunaka jagung, kedele, tepung temulawak. Yunilas et al., (2005) telah melakukan penelitian untuk menguji pemberian tepung temulawak dalam pakan terhadap kualitas karkas (warna, tesktur, dan pH) ayam broiler umur 6 minggu. Selanjutnya Yunilas et al., (2005) melaporkan, pemberian tepung temulawak sampai level 4% dalam pakan tidak. berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap warna daging, tekstur daging dan pH daging. Bahan pakan lokal seperti bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan jagung dan tepung kerang berpotensi bila digunakan sebagai bahan_ untuk campuran pembuatan pakan ternak ayam pedaging. Indonesia sebagai negara agraris setiap tahun mampu menghasilkan 47 juta ton padi, dari jumiah ini dapat dihasilkan 32 juta ton beras per tahun (Ukun, 2002). Bekatul sebagai hasil samping penggilingan padi berasal dari lapisan luar karyopis beras yaitu bagian antara butir beras dan kulit padi. Meskipun bekatul tersedia melimpah di Indonesia, namun pemanfaatan untuk konsumsi manusia masih terbatas. Nilai gizi bekatul sangat baik, diantaranya mengandung vitamin B, vitamin E, asam leak esensial, serat Pangan, protein, oryzanol, dan asam ferulat (Ardiansyah, 2004), Bekatul mengandung gizi yang baik yaitu asam amino lisin yang lebih tinggi, protein, sumber asam lemak tak jenuh, dan serat. Kandungan nutrien bekatul terdiri dari air 15%, protein kasar 14,5%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 48,7%, serat kasar 7,4% , lemak kasar 7,4%, abu 7,0%, protein dapat dicerna 10,8% dan martabat pati (MP) = 70% (Lubis, 1992). Menurut Santosa (1995) bekatul mengandung BK 85%, PK 14%, TDN 87,6%, calcium 0,1% dan fosfor 0,8%. Di samping zat gizi, bekatul juga mengandung komponen bioaktif seperti antioksidan tokofero! (vitamin E), tokotrienol, oryzanol, dan pangamic acid Dinamika Penelitian BIPA Yol. 21 No. 38 Tahun 2010 145 acid (vitamin B15) (Ardiansyah, 2004). Menurut Ukun (2002), 100 gram bekatul mengandung minyak 22,13 gram. Lebih dari 90% asam lemak utama yang terdapat dalam minyak bekatul adalah asam linoleat dan asam oleat serta asam palmitat (Puslittan Bogor, 2000) Kandungan serat untuk 100 gram bekatul antara 7-11 gram, disamping mengandung serat yang tinggi bekatul mempunyai kelemahan yaitu baunya yang langu dan wama yang kurang menarik. Adanya kelemahan ini bila dimanfaatkan untuk produk pangan sangat mempengaruhi sifat organoleptik dan penerimanya (Anonim, 2010). Berdasarkan uraian diatas tentang sifat fisika kimia bekatul sebagai salah satu bahan pakan lokal, maka penelitian (i bertujuan untuk =memformulasikan bekatul dengan bahan pakan lokal lainnya seperti tepung ampas tahu, tepung kerang dan bahan pakan lainnya sebagai bahan campuran untuk pembuatan pakan ayam pedaging. METODA PENELITIAN A. Bahan Bahan yang digunakan untuk Penelitian ini terdiri dari: tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan tepung kerang, tepung jagung, dan garam. B. Peralatan Peralatan yang digunakan antara lain: bleander, neraca, baskom plastik, kukusan dan gilingan ikan. C. Metoda Penelitian Prosedur Penelitian Tepung bekatul, dedak, tepung ampas tahu, tepung ikan tepung kerang, tepung jagung dan garam sesuai formula (Tabel 1) dengan basis 100% campuran dilakukan proses pencampuran sampai homogen, setelah homogen_dikukus dengan alat kukusan selama 30 menit. Hasil kukusan dibuat pelet pakan dengan menggunakan gilingan ikan. Pelet pakan dikeringkan dengan cara _menjemur sampai kadar air maksimum 7,00%. 146 Untuk mengetahui kandungan nutrisi pakan dari masing-masing perlakuan dilakukan pengujian laboratorium yang mengacu pada beberapa parameter SNI 01-3931-2006 yang meliputi kandungan air, protein, lemak, abu, calcium dan fosfor. ‘Tabel 1. Formula Pakan Tey Deak par Topona— Beauty “Toha “kan o oe a Bo 8 2 ow (Seasons era eal BD & m8 — 0 6 a5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis laboratorium kandungan nutrisi pakan dari_masing- masing formula perlakuan (Tabel 1) diperlihatkan pada Tabel 2. Data dari hasil_pengujian terhadap pakan menunjukkan masing-masing perlakuan kandungan nutrisinya_mempunyai perbedaan cukup signifikan terutama untuk analisis protein, lemak, abu dan calcium. Tabel 2. Hasil Analisis Pakan Rode hi Fists Tarak Ras Caldas Faso 6) mw A Tera —Twsis A728 6716 0985 oa B. Teo 72850 61's 6220 oot Oat? © 7701 tops 724 Saat 1590 O80 D734 tar G47 Gate tee 020 E7309 107076246 625 1303 0.300 A.Air Air merupakan bahan pakan utama yang tidak dapat diabaikan, tubuh hewan terdiri dari 70% air, sehingga air benar- benar termasuk kebutuhan utama (Haryanti, 2009). Hasil analisis kadar air pakan dari masing-masing formula pakan berdasarkan dari hasil uji laboratorium menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan. Kadar air yang terkandung dalam pakan dipengaruhi oleh sejumlah air yang masuk kedalam molekul-molekul bahan pada saat bahan pakan diuapkan sebelum dicetak. Air yang terkandung dalam pakan adalah air yang Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 terperangkap yang tidak dapat teruapkan pada saat pengeringan pakan. Perbedaan kadar air pakan yang tidak signifikan dari_masing-masing formula perlakuan, hal ini disebabkan untuk semua pakan dari semua perlakuan dikeringkan dalam oven pada kondisi pengeringan suhu 31 °C + 2 °C ‘sampai kesemua pakan mencapai kadar air maksimum 7,00%. Jadi secara teoritis sudah dapat diduga kadar air yang dihasilkan dari semua perlakuan mempunyai nilai yang tidak jauh berbeda satli dengan yang lainnya. Kandungan air yang berlebihan dalam pakan akan mempengaruhi kandungan nutrisi pakan, dimana air yang terkandung dalam pakan akan memicu tumbuhnya jamur, bakteri dan mikroorganisme lainnya untuk berkembang. Bakteri, jamur dan mikroorganisme berpotensi mempercepat terjadinya penurunan kandungan nutrisi. pakan. Namun demikian kandungan air dalam pakan akan berpengaruh juga terhadap daya cera ayam dan tingkat konsumsi pakan. Semakin tinggi tingkat daya cena ayam terhadap pakan yang diberikan maka akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan oleh ayam. Menurut Arora (1983), konsumsi pakan dipengaruhi oleh laju pencernaan pakan dan tergantung pada bobot badan ternak dan kualitas pakan yang diberikan. Menurut persyaratan SNI 01- 3931-2008 pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher) kadar air maksimum 14,0%. National Research Council (1994) menjelaskan, besar kecilnya rasio konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor tetapi yang terpenting adalah kualitas dan kuantitas pakan, spesies, ukuran dan kualitas air, Dari beberapa formula pakan yang telah dilakukan pengujian kandungan air maksimum adalah 7,701% (Tabel 2) didapat dari perlakuan pakan dengan formula kode C, sedangkan untuk kandungan air terendah dari pakan dengan formula kode E. Jika dilihat dari komposis formula bahan pakan (Tabel 1) bahan pakan yang digunakan dari hasil analisis Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 laboratorium untuk masing-masing bahan mengandung kadar air maksimum 5%. Kadar air pakan yang dihasilkan untuk semua perlakuan memenuhi persyaratan untuk kadar air pakan menurut SNI01-3931-2006. Seperti telah dikemukakan diatas, kemungkinan adanya kandungan air dalam pakan dari semua perlakuan adalah air dari masing-masing bahan pembuat pakan dan air yang masuk kedalam pori-pori pakan’ pada saat formula campuran bahan pakan diuapkan dalam kukusan dan air yang terperangkap dalam molekul-molekul pakan pada saat pakan dikeringkan dalam oven. ‘Air yang terperangkap dalam pakan hal ini disebabkan pada saat pakan dikeringkan dalam oven pada bagian luar (permukaan) pakan terlebih dahulu mengalami pengringan dan membentuk ikatan antar molekul yang kokoh sehingga dapat menghambat laju air keluar dari dalam molekul-molekul pakan saat pengeringan. B. Protein Protein merupakan salah satu nutrisi yang paling penting dalam pakan yang berguna untuk meningkatkan percepatan pertumbuhan dan produksi_ terutama untuk peningkatan produksi ayam pedaging. Kandungan nutrisi pakan yang Mempunyai level protein tinggi dapat menyebabkan konsumsi pakan semakin sedikit, sebab dengan adanya protein tinggi yang terkandung dalam pakan kebutuhan untuk metabolisme terutama ayam pedaging sudah dapat terpenuhi: Selanjutnya, nilai dari konversi_ pakan akan semakin kecil, kandungan protein yang tinggi pada pakan mengakibatkan konsumsi lebih sedikit dan tingkat pertumbuhan ayam akan terus mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan dengan kadar protein tinggi sesuai persyaratan yang telah ditentukan (SNI 01-3931-2006) yang terkandung dalam pakan dengan demikian kebutuhan nutrisi ayam dapat tercukupi baik untuk kebutuhan hidup (maintenance) maupun untuk produksi 147 Anggorodi (1985) menyatakan, jumlah konsumsi pakan sangat ditentukan oleh kandungan energi dalam pakan. Apabila kandungan energi dalam pakan tinggi (SNI 01-3931-2006) maka konsumsi pakan akan turun dan sebaliknya apabila kandungan energi pakan rendah, maka konsumsi pakan akan naik guna memenuhi kebutuhan akan energi. Sehingga apabila pakan yang diberikan mempunyai nilai_ nutrisi yang baik, maka dapat mempercepat laju pertumbuhan, karena zat-zat tersebut akan dipergunakan untuk menghasilkan energi_mengganti sel-sel tubuh yang rusak. Zat-zat nutrisi yang dibutuhkan adalah protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral (Mudjiman, 2000). Kandungan protein yang terdapat dalam pakan dipengaruhi oleh _bahan pembentuk pakan itu sendiri. Protein dalam pakan merupakan kebutuhan bagi temak untuk meningkatkan percepatan Pertumbuhan. Bahan pembentuk pakan yang telah diformulasikan seperti terlinat pada Tabel 1 dapat menghasilkan kandungan protein dengan nilai antara 10,797% -22,850% (Tabel 2). Hasil analisis dari beberapa formula Pakan (Tabel 1) menunjukkan, untuk formula pakan B yang terdiri dari 25 g tepung bekatul, 19 g dedak, 12 g ampas tahu, 17 g tepung ikan, 5 g tepung kerang, 20 g tepung jagung dan 2 g garam menghasilkan kandungan protein lebih tinggi yaitu 22,850%. Jika dibandingkan dengan perbedaan berat formula pakan yang berpengaruh terhadap peningkatan kandungan protein pakan maka formula pakan B merupakan ‘campuran bahan berprotein tinggi yang terdiri dari tepung bekatul dengan kandungan protein 14,5%, dedak padi dengan kandungan protein 9,55% (Hardini, 2010), ampas tahu dengan kandungan protein 21,0% (Ana, dan Tarmidi 2009), tepung ikan dengan kandungan protein 25,5% (Kusumawardhani, 2004) dan tepung jagung dengan kandungan protein 16,0% (Ortega etal., 1986), Jika dilihat dari komposisi formula pakan yang ditambahkan, maka formula pakan B dengan rasio tepung ikan 148, (protein 25,5%) yang ditambahkan lebih tinggi yaitu 17 gram dari bahan pakan lainnya (Tabel 1), dimana berat tepung ikan yang ditambahkan lebih banyak (17 gram) akan memberikan_ kontribusi terhadap peningkatan nilai protein pakan. Berdasarkan pada perbedaan formula pakan yang ditambahkan (berat dan kandungan nutrisi pakan), maka dapat diperhitungkan untuk pakan dari formula B mempunyai nilai protein tinggi (Tabel 2) jika dibandingkan dengan formula pakan lainnya. Menurut persyaratan SNI 01-3931-2006 untuk pakan ayam ras pedaging- masa akhir (broiler finisher) protein kasar minimum 18,0%, dari kelima perlakuan seperti terlihat pada Tabel 1 perlakuan yang kadar proteinnya rendah yang tidak memenuhi persyaratan adalah periakuan pakan dengan formula C, D, dan E (Tabel 2). Wahyu (1992) menyatakan, protein sebagai zat pembangun protein juga merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. C.Minyak dan Lemak Minyak dan Lemak adalah salah satu. kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar (Herlina et al., 2002) Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol Dalam pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda—beda), yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air (Herlina et al., 2002). Minyak dan lemak memegang peranan penting pada kehidupan yang berfungsi sebagai cadangan energi, sumber energi yang baik serta sebagai tempat penyimpanan energi. Hasil analisis laboratorium terhadap masing- masing pakan dari beberapa formula menunjukkan, kandungan minyak dan lemak dari beberapa formula pakan antara 4,728% - 7,245% berbeda cukup signifikan dari masing-masing formula Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 pakan. Hal ini disebabkan dari kontribusi jenis dan jumlah bahan pakan yang ditambahkan berpengaruh signifkan terhadap kontribusi jumlah minyak dan lemak yang terdapat dalam pakan. Jika dilihat dari Komposisi dan bahan pakan yang digunakan maka bahan pakan yang terdiri dari tepung bekatul seperti telah diuraikan diatas mengandung lemak kasar 7.4%, dedak 14% - 17% (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007), ampas tahu mengandung lemak kasar 6,12% (Tanwiriah et al, 2009), tepung ikan 7,2% (Leksono dan Syahrul, 2001) dan tepung jagung mengandung minyak dan lemak 2,17% (Suarni dan Firmansyah, 2005). Bekatul dan dedak sebagai bahan pakan yang mengandung minyak dan lemak nabati seperti diuraikan diatas berpotensi_ menyumbang lemak pakan yang dihasilkan, sedangkan inti biji Fagung (benih jagung (corn germ) sebagai bahan pakan memiliki kandungan minyak jagung sebanyak 83% dengan kelembaban 14%. Minyak jagung merupakan trigliserida yang disusun oleh gliserol dan asam-asam lemak. Persentase trigliserida sekitar 98,6%, sedangkan sisanya merupakan bahan non minyak, seperti abu, zat wama atau iin. Asam lemak yang menyusun minyak jagung terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Minyak jagung relatif stabil karena kandungan asam linolenatnya sangat kecil (0,4%) (Suarni, 2005). Hasil analisis minyak dan lemak untuk semua pakan yang dihasilkan dari beberapa formula jika dilihat dari persyaratan menurut SNI 01-3931-2006 kandungan lemak kasar_maksimum 8,0%, maka minyak dan lemak yang dihasilkan dari beberapa formula pakan yang dibuat memenuhi pesyaratan menurutSNI tersebut. D.Abu Hasil analisis laboratorum untuk kadar abu terhadap pakan dari masing- masing formula (Tabel 1) menunjukkan adanya perbedaan yang cukup Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No, 38 Tahun 2010 signifikan. Kadar abu terendah 5,181% (Tabel 2) didapat dari pakan perlakuan C (Tabel 1), sedangkan untuk kadar abu tertinggi (6,186%) didapat dari pakan formula D. Jika dilihat dari bahan pembuat pakan seperti tepung bekatul yang mempunyai kadar abu 1,60% (Nurdiyanto, 2008), ampas tahu dengan kadar abu 0,80% (Haryanti, 2009), tepung ikan dengan kadar abu 6,64% (Leksono dan Syahrul, 2001), tepung ikan dan tepung kerang yang juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap peningkatan jumlah kadar abu pakan. Kadar abu merupakan mineral sisa pembakaran yang tidak ikut terbakar secara semputma. Menurut persyaratan SNI 01-3931-2006 pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher) kadar abu pakan maksimum 8,0% yang i a dilinat dari persyaratan SNI |-2006 maka kadar abu pakan yang dihasilkan 5,181% - 6,816% memenuhi persyaratan untuk pakan ayam pedaging. E. Calcium Calcium merupakan mineral yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan tulang. Calcium berfungssi sebagai pengaturan aktivitas sel yang utama, fungsi syaraf dan otot, kerja hormon, pembekuan darah, motilitas seluler. Ayam pedaging membutuhkan calcium untuk memenuhi kebutuhan mineral ‘makro, mineral calcium yang paling banyak berasal dari hewan dan dari sintetis. Beberapa sumber calcium dan jumiahnya dapat dikemukan dalam susu yang mengandung lebih dari 115, mg. Padi-padian umumnya rendah calcium, Tepung gandum putih mengandung kira-kira 20 mg. Beras mengandung kurang lebih 6 mg calcium per 100 g. Daging umumnya merupakan sumber yang miskin akan calcium dan hanya mengandung 10 - 15mg persen. Sumber calcium yang digunakan pada pembuatan pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher) berasal dari beberapa campuran bahan yang diformulasikan sebagai bahan 149 pakan. Adapun bahan pakan tersebut adalah bekatul yang mengandung calcium 2,61%, dedak padi 0,10%, jagung 0,02%, tepung ikan 5,68%, tepung kerang 34,09%, tepung ampas tahu 0,25% (Nasruddin, 1999), Hasil uji laboratorium terhadap pakan dari beberapa formula menunjukkan untuk perlakuan dengan kode C mempunyai kadar calcium yang lebih tinggi yaitu 1,539% dari formula bahan pakan yang lainnya, sedangkan untuk kadar calcium terendah didapat dari perlakuan dengan kode B yaitu 0,914%. Jika dilihat dari formula pakan maka perlakuan dengan kode C dimungkinkan selain sumber calcium dari tepung kerang calcium juga dapat berasal dari dedak dimana formula dedak untuk perlakuan pakan C adalah 33 gram jauh lebih tinggi dari berat dedak untuk pakan formula yang lainnya. Menurut Nasruddin ef al., (1999) komposisi calcium dalam dedak adalah 0,10%. Untuk bahan pakan ampas tahu yang ditambahkan untuk formula C adalah 22 gram yang mengandung calcium 109% (Mahfudz et al., 2005), Menurut persyaratan SNI 01-3931— 2006 pakan ayam ras pedaging masa akhit (broiler finisher) batas minimum dan maksium untuk kadar calcium adalah 0,90% - 1,20%, Kandungan calcium pada pakan yang dibuat jika dilihat dari persyaratan SNI tersebut maka semua pakan yang dihasilkan memenuhipersyaratan. F. Fosfor Kadar fosfor yang terkandung dalam pakan dari beberapa formula dari hasil uji laboratorium menunjukkan perbedaan signifikan. Kandungan fosfor tertinggi didapat dari formula pakan dengan kode B, sedangkan untuk kandungan fosfor terendah didapat dari formula pakan dengan kode C. Jika dilihat dari perbedaan berat dan kandungan fosfor yang terdapat dalam bahan pakan maka formula B mempunyai berat tepung ikan teringgi yaitu 19 gram jika dibandingkan dengan formula pakanyang lainnya (Tabel 1), Menurut Nasruddin (1999) kandungan 150 fosfor yang terdapat didalam tepun yang digunakan untuk pembuatan pakan ini adalah 3,73%. Selain tepung ikan kandungan fosfor sebagai bahan pakan yang berkontribusi_meningkatkan kandungan fosfor adalah tepung bekatul yang mengaandung fosfor 0,97%, dedak padi dengan kandungan fosfornya adalah 0,27%, jagung dengan kandungan fosfor 0,25%, dan tepung ampas tahu mengandung fosfor 1,80% (Nasruddin, 1999). Fosfor yang terdapat dalam pakan berfungsi sebagai pembentuk tulang, persenyawaan organik, metabolisme energi, karbohidrat, asam amino dan lemak, transportasi asam lemak dan bagian koenzim. Sehingga fosfor sebagai fosfat_memainkan peranan_penting dalam struktur dan fungsi semua sel hidup. Karena itu, kekurangan fosfor akibat defisiensi_ makanan_biasa tidak terjadi. Fosfat terdapat dalam sel-sel sebagai ion bebas pada konsentrasi beberapa miliekuivalen per liter dan juga merupakan bagian penting asam-asam nukleat, nukleotida dan beberapa protein. KESIMPULAN Bahan pakan lokal yang digunakan untuk penelitian ini adalah tepung bekatul, dedak padi, ampas tahu, tepung ikan, tepung kerang, tepung jagung dan garam. Pengujian terhadap pakan dari beberapa perlakuan_menggunakan metoda SNI 01-3931-2006 pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher) Hasil pengujian laboratorium terhadap pakan untuk formula pakan B dengan bahan tepung bekatul 25 9, dedak 19 g, tepung ampas tahu 12 g, tepung ikan 17 g, tepung kerang 5 g, tepung jagung 20 g dan garam 2 g menghasilkan kadar air 7,640%, protein 22,850%, lemak 6,114%, abu 6,320%, calcium 0,914%, dan fosfor 0,817%. Untuk parameter tersebut dari perlakuan ini memenuhi persyaratan SNI 01-3931— 2006 pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher). Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No. 38 Tahun 2010 DAFTAR PUSATAKA Anonim, 2010. Ampas Tahu Tingkatkan Produksi Broiler http://www.disnak jabarprov.go.id. Diakses tanggal 10 April 2010. ‘Ana R dan Tarmidi, 2009. Penggunaan Ampas Tahu dan Pengaruhnya Pada Pakan Ruminansia. http://pustaka.unpad.ac.id. diakses tanggal 10 April 2010. Anggorodi, R..1985. Kemajuan Mutakhir imu Makanan Ternak Unggas. Cetakan Pertama. Penerbit Universitas indonesia. Ardiansyah. 2004. Sehat dengan Mengonsumsi Bekatul. httpuwww.gizi.net. diakses_tanggal 10April 2006. Arora, S.P. 1983. Microbial Digestion in Ruminants. India Council Agricultural Research.New Delhi Badan Standardisasi Nasional. SNI 01- 3931-2006. Pakan ayam ras pedaging masa akhir (broiler finisher). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2007. Mengelola Dedak Menjadi Minyak (Rice Bran Oil). Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 29, No. 4. http://www.pustaka- deptan.go.id. Diakses tanggal 5 Maret 2010, Biakely, J. dan D.H. Bade. 1998. JImu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh B. Srigandono) Hardini, D. 2010. The Nutrient Evaluation of Fermented Rice Bran as Poultry Feed. International Journal of Poultry Science 9 (2): 152-154. Haryanti, N.W. 2009. Kualitas Pakan dan Kecukupan Nutrisi Sapi Simental di Peternakan Mitra Tani Andini, Kelurahan Gunung Pati, Kota Semarang. Laporan Praktek Kerja Lapangan. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro ‘Semarang Herina, N., Hendra, S., dan Ginting 2002. Lemak dan Minyak. Fakultas Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 No, 38 Tahun 2010 Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara http:/repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 25 Maret 2010. Kusumawardhani, 2004. Pemberian Diet Formula Tepung Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) Pada Penderita Sindrom Nefrotik. Tesis Program Pendidikan Dokter Spesialis | Bagian llmu Kesehatan Anak Universitas Diponogro Semarang. Laksono, T dan Syahrul. 2001. Studi Mutu dan Penerimaan Konsumen Terhadap Abon Ikan. Jurnal Natur Indonesia Ill(2): 178-184 (2001). Leeson, S and John D. Summers. 2001 Nutrition of The Chicken. 4th Edition University Brooks. Canada. Lubis, D. A. 1992. imu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta. Mahfudz, L.D., E. Suprijatna dan W. Sarengat. 2005. Ampas Tahu fermentasi Sebagai Bahan Pakan Serta Menganalisa Pengaruhnya Sebagai Bahan Penyusun Ransum Ayam Pedaging. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Mangisah, |. 2003. Pemanfaatan Kunyit (Curcuma Domestica) dan Temulawak (Curcuma Xanthorrizha Roxb) Upaya Menurunkan Kadar Kolesterol Daging Ayam Broiler. httpiwww. Balitbang Jateng.go.id diakses tanggal 12 Maret 2010. Mudjiman, A. 2000. Budidaya Ikan Nila. CV. Yasaguna. Jakarta. 46 hal. Nasruddin, 1999. Pengembangan Bahan Baku (Lokal) Pakan Temak Unggas di Sumatera Selatan. Balai Litbang Industri Palembang National Research Council. 1994 Nutrient Requirements of Domestic Animals. Washington. Nurdiyanto, 2008. Kualitas Nata Dari Bahan Bekatul (Nata De Katul) Dengan Starter Bakteri Acetobacter Xylinum. Skripsi Sarjana S-1 Fakultas Keguruan dan limu Pendidian Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ortega, E.l., E. Villegas, dan S.K. Vasal. 1986. A Comparative study of 151 protein changes in normal and quality protein maize during tortilla making. Cereal Chem.,63: 446-451. Puslittan Bogor. 2000. Berfumpu Nutrisi Pada Bekatul. http:/imma.ipbac.id. Diakses tanggal 2 Maret 2010. Santosa, U. 1995. Tata Laksana Pemelinaraan Ternak Sapi. Cetakan |. Penebar Swadaya. Jakarta Sinurat, A.P. 1991. Penyusunan Pakan ‘Ayam Burgs. Wartazoa Vol, 2. Hal 1 Balai Penelitian Teak, Ciawi Suami. 2005. Karakteristik fisikokimia dan amilograf tepung jagung sebagai bahan pangan, Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Makassar, 29-30 Sepetember 2005. p.440-444, Suarni dan |.U. Firmansyah, 2005. Beras Jagung: Prosesing dan kandungan nutrisi_ sebagai bahan pangan pokok. him. 393-398. in Suyamto (Ed.) Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung, Makassar. 29-30 September 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Tanwiriah, W., D. Gamida., LY. Asmara 2009. Pengaruh tingkat pemberian ampas tahu dalam ransum Terhadap performan entok (muscovy duck) Pada periode pertumbuhan. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran http://pustaka.unpad.ac.id. Diakses tanggal 10 Maret 2010. Tillman, A. D.,8, Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, H. Hartadi dan S. Lebdosoekojo. 1991. imu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Ukun, M.S. 2002. Bekatul Padi Turunkan Kadar Kolestero! Darah. http://www.sinarharapan.co.id Diakses tanggal 10 Maret 2010. Wahyu, J. 1992. iImu Nutrisi Unggas. Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Yunus, M, 1991. Mengefisienkan Penggunaan Pakan. Poultry Indonesia No. 139. Dinamika Penelitian BIPA Vol. 21 Ne Yunilas, E. Mirwandhono, dan O. Sinaga (2005). Pengaruh Pemberiaan Tepung Temulawak (Curcuma Xanthorrizha Roxb) dalam Pakan Terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler Umur 6 Minggu. Jurnal Petemakan Vol, 1. hal 62 - 66. Fakultas Pertanian Uiversitas ‘Sumatera Utara. 38 Tahun 2010

You might also like