You are on page 1of 13

SASI

Volume 23 Nomor 2, Juli - Desember 2017: hal. 095-107


Fakultas Hukum Universitas Pattimura
p-ISSN: 1693-0061 | e-ISSN: 2614-2961

Tanggungjawab Pemerintah Dan Pelaku Usaha Makanan


Siap Saji Terkait Penggunaan Wadah Plastik Yang Berbahaya
Bagi Konsumen Di Kota Ambon

Agustina Balik1, Vica Jilyan Edsti Saija2


1
Dosen Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia
E-mail: balikgusti@yahoo.co.id

2
Dosen Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia
E-mail : justitia_power@yahoo.com

Abstract: Plastic containers are the most popular food packaging materials used. Many
businesses choose plastic as a container for their products, because the plastic has
excellent properties such as: strong but light, practical, cheap and not out of date.
Though it use is very dangerous because can happen migration of chemicals from
plastic to food wrapped especially in the heat. The role of BPOM (Food and Drug
Supervisory Agency) and the Office of Industry and Trade on Consumer Protection has
not been effective in socializing the dangers of using plastic as a food packaging
container. The research method used is the normative juridical research method to
examine the legal material, the provisions of positive law, legal principles, legal
principles and legal doctrine to answer the legal issues faced. The form of supervision
is part of the function and at the same time is the responsibility of BPOM and the Office
of Industry and Trade in the field of Consumer Protection in an effort to provide
protection to the community. demanded knowledge and awareness of business actors in
choosing containers used to wrap food to be purchased by consumers. Responsibility on
the basis of an error may be imposed on a business actor if the business actor makes a
mistake that harms another person. While the absolute responsibility of direct business
actor is responsible as business risk. Therefore, for a business actor who uses a plastic
container that is harmful to human safety, he or she may be held liable for damages.
Keywords: responsibility, government, business actors, dangerous plastic containers

A. PENDAHULUAN. pasar bebas, yang membuat persaingan


antar produsen semakin ketat terutama
Kemajuan di bidang industri yang untuk menarik konsumen terhadap
kian pesat berefek pada timbulnya era berbagai macam produk yang ditawarkan

95 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
produsen. Dengan kondisi yang demikian, beberapa golongan atau jenis plastik.
maka bisnis merupakan kegiatan yang Contoh golongan plastik:3 plastik dengan
integral dari kehidupan masyarakat yang kode 1 dan 7 atau PET (polyethylene
modern. Kondisi pasar yang diwarnai terephthalate), biasanya plastik jenis ini
persaingan ketat dan bervariasinya dipakai untuk botol plastik, berwarna
produk yang ditawarkan, akhirnya jernih atau transparan atau tembus
menempatkan konsumen sebagai subyek pandang seperti botol air mineral, botol
yang memiliki banyak pilihan. jus, dan hampir semua botol minuman
Menghadapi realitas tersebut, konsumen lainnya. Plastik dengan kode 2, 4 dan 5
didorong untuk semakin menyadari atau HDPE (high density polyethylene),
hak-haknya. Kesadaran tersebut semakin biasanya dipakai untuk botol susu yang
berkembang dengan adanya gerakan berwarna putih susu, tupperware, galon
konsumen global yang mencoba air minum, kursi lipat, dan lain-lain.
melakukan protes terhadap pelaku usaha HDPE merupakan salah satu bahan
yang merugikan hak-hak konsumen.1 plastik yang aman untuk digunakan
Wadah Plastik merupakan bahan karena kemampuan untuk mencegah
kemasan pangan yang paling populer reaksi kimia antara kemasan plastik
digunakan. Banyak pelaku usaha yang berbahan HDPE dengan
memilih plastik sebagai wadah bagi makanan/minuman yang dikemasnya.
produk mereka. Hal ini karena plastik Disamping PET atau HDPE, pembuatan
memiliki sifat-sifat unggulan seperti: kuat plastik mengandung pula zat berbahaya
tetapi ringan, tidak berkarat, bersifat yang digunakan sebagai bahan pembuat
termoplastis, yaitu dapat direkat dengan kemasan plastik misalnya penggunaan
menggunakan panas, serta dapat diberi styrofoam, plastik tipis (cling wrap) dan
label atau cetakan dengan berbagai kreasi. kresek hitam. Styrofoam termasuk
Selain itu plastik juga mudah dirubah golongan plastik yang sangat dilarang
bentuk.2 untuk terkontaminasi panas karena
Produsen yang membuat plastik mengakibatkan perpindahan bahan-bahan
sebagai bahan kemasan makanan dan kimia yang berbahaya ke dalam
minuman harus memenuhi Standar makanan.4
Nasional Indonesia. Namun demikian, Pada umumnya, berbagai lapisan
dalam kenyataannya produsen plastik masyarakat sebagai konsumen
banyak yang tidak memberikan informasi menggunakan plastik sebagai bahan
tentang plastik yang aman digunakan kemasan pada produk makanan dan
sebagai kemasan makanan dan minuman. minuman. Dalam kehidupan sehari-hari,
Untuk itu, banyak konsumen yang tidak masyarakat menggunakan plastik sebagai
atau kurang mengetahui cara penggunaan bahan utama pembungkus makanan tanpa
kemasan yang baik untuk kemasan memperhatikan cara penggunaannya
makanan dan minuman serta bahaya yang akibat ketidaktahuan akan bahaya
dapat ditimbulkan akibat penggunaan penggunaan yang salah. Hal ini dapat kita
yang salah. jumpai pada pedagang-pedagang
Kemasan produk plastik dibuat dari makanan siap saji yang berada di
pinggiran jalan dan para pelaku usaha
1
Endang Sri Wahyuni, Aspek Hukum Sertifikasi
dan Keterkaitannya dengan Perlindungan 3
http://pengetahuan umum.wordpress.com,
Konsumen, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, diakses pada tanggal 25 Februari 2017
2003, hlm.158 4
Sapto Nubroho Adi, “Ancaman polimer Sintetik
2
Sutrisno Koswara, “Bahaya Dibalik Kemasan Bagi Kesehatan Manusia”,
Plastik”, <ebookpangan.com>, diakses pada http://www.chem-is-try.org/?sect=articel&ect=
tanggal 25 Februari 3-17 69, diakses pada tanggal 25 Februari 2017

96 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
restoran yang menyediakan makanan atau produsen atau pelaku usaha yang
minuman yang dikemas dengan plastik. menimbulkan kerugian bagi konsumen
Terkait dengan hal ini, pemerintah termasuk bahaya atau kerugian yang
telah memberi perhatian terhadap arti mungkin timbul akibat penggunaan
penting dari pangan dan keamanan kemasan plastik yang salah.
pangan dengan mengeluarkan Berdasarkan UUPK, salah satu hak
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 konsumen adalah berhak atas
tentang Pangan (selanjutnya disingkat kenyamanan, keamanan, dan keselamatan
UUP). UUP secara khusus mengatur dalam mengkonsumsi barang dan/atau
bahwa pangan yang digunakan konsumen jasa. Untuk itu dalam hal penggunaan
harus dalam keadaan aman disebut kemasan plastik seharusnya pelaku usaha
dengan keamanan pangan. Salah satu menjalankan kewajiban dengan baik
yang termasuk dalam keamanan pangan sehingga konsumen akan memperoleh
adalah produksi pangan, pengemasan hak berupa keamanan dalam
pangan dan pengedaran makanan. mengkonsumsi pangan yang aman dari
Dengan demikian pemerintah harus bahaya melalui informasi yang benar dan
menegaskan kriteria produk plastik yang jujur dari pelaku usaha.
aman dan melarang penggunaan Peran Pemerintah dalam melindungi
golongan plastik yang beresiko konsumen ditunjukkan dengan
merugikan konsumen. Peran aktif mendirikan Badan Perlindungan
pemerintah dalam melakukan Konsumen Nasional (BPKN) merupakan
pengawasan, pengaturan dan lembaga yang dibentuk tahun 2004 oleh
perlindungan terhadap kepentingan pemerintah dan berada langsung di
konsumen akibat kelalaian pelaku usaha bawah Presiden. Tugas BPKN antara lain
dalam menggunakan produk plastik yang mengkaji berbagai kebijakan
berbahaya sangatlah penting. perlindungan konsumen, menyusun dan
Dalam hal pengemasan makanan memberikan saran serta rekomendasi
siap saji, banyak pelaku usaha di kota kepada pemerintah, menyebarluaskan
Ambon menggunakan wadah plastik informasi melalui media mengenai
yang berbahaya. Hal ini disebabkan perlindungan konsumen dan
karena kurangnya informasi dan memasyarakatkan sikap keberpihakan
pengetahuan terkait penggunaan produk kepada konsumen, serta menerima
plastik yang aman untuk makanan dan pengaduan dari masyarakat. Namun di
minuman. Padahal informasi penggunaan kota Ambon BPKN ini tidak ada. Pada
kemasan dari produsen pembuat kemasan Dinas Perindustrian dan perdagangan ada
plastik merupakan suatu kewajiban salah satu bidang yang menangani upaya
sebagai langkah awal untuk mencegah perlindungan konsumen, yaitu bidang
akibat buruk penggunaan plastik yang perlindungan konsumen, tetapi
salah. pengawasan yang mereka lakukan
Kewajiban memberi informasi yang hanyalah terhadap produk-produk yang
benar dan jujur atas setiap produk yang berlogo atau tidak berlogo SNI (Standar
dihasilkan oleh produsen atau pelaku Nasional Indonesia). Selain itu, ada juga
usaha merupakan salah satu kewajiban satu lembaga non kementerian yang
utama yang diatur dalam Undang-Undang berfungsi memberikan pengawasan yang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang menyeluruh terhadap pembuatan dan
Perlindungan Konsumen (selanjutnya peredaran pangan yang dikonsumsi
disingkat UUPK). Pada prinsipnya, konsumen yaitu Badan Pengawas Obat
UUPK lahir dalam rangka memberikan dan Makanan (selanjutnya disingkat
jaminan kepastian hukum bagi konsumen BPOM). BPOM dibentuk melalui
terhadap segala bentuk pelanggaran dari Keputusan Presiden (Keppres) Nomor

97 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
166 Tahun 2000 yang disempurnakan produk mereka. Hal ini karena plastik
dengan Keppres Nomor 103 Tahun 2001. memiliki sifat-sifat unggulan seperti: kuat
Berdasarkan Pasal 68 Keppres Nomor tetapi ringan, tidak berkarat, bersifat
103 Tahun 2001 disebutkan tentang termoplastis, yaitu dapat direkat dengan
fungsi BPOM yang terkait dengan menggunakan panas, serta dapat diberi
pengawasan suatu produk antara lain label atau cetakkan dengan berbagai
menyusun serta melaksanakan kebijakan kreasi. Selain itu plastik mudah dirubah
tertentu di bidang pengawasan obat dan bentuk.5
makanan. Berdasarkan hasil observasi atau
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
BPOM mempunyai tugas terkait penggunaan wadah plastik yang
melaksanakan tugas pemerintahan di khususnya digunakan oleh pelaku usaha
bidang pengawasan obat dan makanan makanan siap saji dan restoran di kota
sesuai dengan ketentuan peraturan Ambon, maka dapat diuraikan beberapa
perundang-undangan yang berlaku, dalam hal sebagai berikut:
memberikan perlindungan kepada a. Di kota Ambon terdapat banyak pelaku
masyarakat di bidang obat dan makanan. usaha makanan siap saji yang kegiatan
Dalam hal ini, BPOM provinsi Maluku usahanya beraneka ragam. Mulai dari
telah melakukan berbagai langkah yaitu usaha restoran, warung makan, dan
dengan memberikan informasi-informasi usaha rumahan yaitu penjual lauk pauk
kepada para konsumen tentang kemasan (makanan jadi), penjual jajanan di
plastik yang baik digunakan untuk pinggir jalan baik yang menggunakan
kemasan makanan dan minuman, tetapi mobil, gerobak maupun yang hanya
langkah BPOM ini belum efektif karena dengan tempat seadanya (meja kecil).
masih banyak pelaku usaha atau b. Waktu penjualannya beraneka ragam.
konsumen di kota Ambon yang tidak Ada yang hanya pagi hari, ada yang
mengetahuinya sehingga tetap dari pagi sampai malam, dan ada juga
menggunakan kemasan plastik sebagai yang hanya malam hari.
kemasan makanan dan minuman yang c. Masyarakat pembeli atau konsumen
dapat membahayakan kesehatan makanan siap saji ada yang langsung
konsumen. Berdasarkan latar belakang menikmati makanannya ditempat dia
tersebut, maka permasalahan yang akan membeli, namun tidak sedikit juga
dibahas adalah “ Bagaimana yang membelinya untuk dibawah
Tanggungjawab Pemerintah dan Pelaku pulang.
Usaha Makanan Siap Saji Terkait d. Kemasan pembungkus yang dipakai
Penggunaan Wadah Plastik Yang oleh pelaku usaha makanan siap saji
Berbahaya Bagi Konsumen Di Kota berfariasi. Ada yang masih
Ambon” menggunakan daun pisang dan daun rit
yang masih tradisional (hanya sedikit
saja pelaku usaha yang
B. PEMBAHASAN menggunakannya), ada yang
menggunakan kertas nasi (biasa untuk
1. Gambaran umum Penggunaan makanan yang tidak berkuah). Namun
Wadah Plastik Oleh Pelaku Usaha dibandingkan dengan
Di Kota Ambon pembungkus-pembungkus makanan
yang disebutkan, maka penggunaan
Wadah plastik merupakan bahan
kemasan pangan yang paling populer 5
Sutrisno Koswara, Op.cit,
digunakan. Banyak pelaku usaha yang <ebookpangan.com>, diakses pada tanggal 25
memilih plastik sebagai wadah bagi Februari 3-17

98 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
plastik dan Styrofoam yang lebih dibandingkan dengan menggunakan
banyak digunakan oleh pelaku usaha daun pisang atau daun rit. Selain itu
sebagai wadah pembungkus makanan konsumen juga tidak pernah merasa
(makanan yang panas maupun yang keberatan dengan wadah plastik
dingin, yang berkuah maupun yang yang digunakan. Ada juga konsumen
tidak berkuah). yang membawa sendiri wadah dari
e. Masyarakat pembeli atau konsumen rumah untuk membungkus makanan.
makanan siap saji yang membeli 4. Terkait dengan sosialisasi
makanan untuk dikonsumsi di rumah penggunaan wadah plastik yang
tidak mempersoalkan wadah yang berbahaya oleh BPOM maupun
dipakai untuk membungkus makanan. Dinasi Perindustrian dan
Inilah beberapa hal pokok yang Perdagangan Bidang perlindungan
ditemukanan oleh peneliti dalam Konsumen, pelaku usaha belum
melakukan observasi atau pengamatan pernah mendapatkan sosialisasi
terhadap pelaku usaha makanan siap saji maupun himbauan secara tatap muka
di kota ambon. Selain observasi atau langsung. Hanya sekedar melihat
pengamatan yang dilakukan, peneliti juga lewat panflet atau baliho yang
melakukan wawancara terhadap pelaku dipasang dipinggir jalan.
usaha, konsumen dan pemerintah (Balai
Pengawas Obat dan Makanan BPOM dan b. Hasil wawancara dengan Konsumen7
Dinas Perindustrian dan Perdagangan 1. Banyak konsumen yang
Provinsi Maluku Bidang Perlindungan mengkonsumsi makanan siap saji,
Konsumen). terutama bagi mereka yang memiliki
a. Hasil wawancara dengan Pelaku tingkat kesibukan yang tinggi
Usaha6 sehingga tidak punya banyak waktu
1. Terkait dengan berapa lama mereka untuk memasak di rumah. Mereka
berjualan, waktunya relatif. Ada akhirnya lebih memilih membeli
yang baru beberapa bulan, ada juga makanan siap saji. Hanya sedikit
yang sudah bertahun tahun. konsumen saja yang membawah
2. Wadah yang dipakai untuk wadah dari rumah, sebagian besar
membungkus makanan, banyak yang menggunakan wadah plastik atau
menggunakan plastik atau Styrofoam. Styrofoam yang disiapkan oleh
Alasannya, mudah didapat, murah, pelaku usaha.
ringan, praktis. 2. Tidak sedikit konsumen yang sudah
3. Terkait pengetahuan pelaku usaha tahu bahaya penggunaan plastik
tentang bahaya penggunaan wadah untuk membungkus makanan
plastik untuk membungkus makanan, apalagi makanan yang panas.
ternyata ada pelaku usaha yang Namun karena faktor kondisi,
sudah tahu namun ada juga yang misalnya: karena aroma makanan
belum tahu. Bagi pelaku usaha yang yang menggoda, kondisi perut yang
sudah tahu bahayanya namun masih sudah lapar, atau lupa membawah
tetap memakai, rata-rata alasan wadah, membuat konsumen tetap
mereka adalah karena wadah itulah membeli makanan walaupun mereka
yang sekarang ini mudah didapat tahu wadah yang dipakai untuk
dan harganya murah serta sudah membungkus makanan itu adalah
tidak ketinggalan zaman, plastik atau Styrofoam.

6
Wawancara dengan beberapa pelaku 7
Wawancara dengan beberapa
usaha makanan siap saji di kota Ambon, tanggal 4 konsumen makanan siap saji di Kota Ambon,
November 2017 tanggal 4 November 2017

99 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
Terkait dengan penggunaan wadah
c. Hasil wawancara dengan Kepala Balai plastik sebagai media pembungkus
Pengawas Obat dan Makanan8 makanan siap saji, bukan merupakan
BPOM mempunyai tugas kewenangan Bidang Perlindungan
melaksanakan tugas pemerintahan di Konsumen pada Dinas Perindustrian dan
bidang pengawasan obat dan makanan Perdagangan Propinsi Maluku untuk
sesuai dengan ketentuan peraturan melakukan pengawasan maupun
perundang-undangan yang berlaku, memberikan tindakan tegas bagi para
dalam memberikan perlindungan pelaku usaha. Hal ini karena tugas pokok
kepada masyarakat di bidang obat dan dan fungsi mereka hanyalah melakukan
makanan. Bentuk pelaksanaan fungsi pengawasan kepada pelaku-pelaku usaha
dan peran mereka yaitu berupa yang menjual produk-produk baik itu
himbauan, sosialisasi dan edukasi plastik, melamin, dll yang sudah
kepada pelaku usaha. Terkait dengan berstandar SNI (Standar Nasional
penggunaan wadah plastik sebagai Indonesia). Bagi pelaku usaha yang
pembungkus makanan siap saji, kedapatan menjual produk yang tidak
menurut kepala BPOM Propinsi berstandar SNI akan diberikan teguran.
Maluku cakupan pengawasan yang Kalau sampai teguran itu tidak
dilakukan oleh BPOM hanya terhadap diindahkan maka Bidang Perlindungan
olahan pangan berkemasan, Konsumen pada Dinas Perindustrian dan
obat-obatan farmasi maupun Perdagangan Propinsi Maluku akan
tradisional, dan kosmetik. Terkait menyita produk-produk yang tidak
dengan penggunaan wadah plastik berstandar SNI dari peredaran.
sebagai wadah pembungkus makanan
bukanlah merupakan cakupan 2. Tanggungjawab Pemerintah Dan
pengawasan mereka. Namun ketika Pelaku Usaha Makanan Siap Saji
BPOM melakukan himbauan, Terkait Penggunaan Wadah
sosialisasi dan edukasi, para penyuluh Plastik Yang Berbahaya Bagi
lapangan juga memberitahukan Konsumen
dampak penggunaan plastik untuk
membungkus makanan walaupun itu Menurut kamus besar Bahasa
bukan prioritas utama mereka karena Indonesia, Tanggung jawab adalah
bukan cakupan pengawasan BPOM. kewajiban menanggung segala
Artinya bahwa himbauan, sesuatunya bila terjadi apa-apa boleh
sosialisasi maupun edukasi yang dituntut, dipersalahkan, diperkarakan.
dilakukan BPOM prioritas utamanya Dalam kamus hukum, tanggung jawab
bukan pada penggunaan wadah plastik adalah suatu keharusan bagi seseorang
sebagai pembungkus makanan tetapi untuk melaksanakan apa yang tepah
hanya pada olahan pangan berkemasan, diwajibkan kepadanya. 10 Menurut
obat-obatan farmasi maupun hukum, tanggung jawab adalah suatu
tradisional, dan kosmetik. akibat atas konsekuensi kebebasan
d. Kepala Bidang Perlindungan seseorang tentang perbuatan yang
Konsumen pada Dinas Perindustrian berhubungan dengan etika dan moral
dan Perdagangan Propinsi Maluku9 dalam melakukan suatu perbuatan. 11

8
Wawancara dengan Kepala Balai Hafsah Abdullah, tanggal 1 November 2017
Pengawasan Obat dan Makanan Propinsi Maluku,
tanggal 6 November 2017 10
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia
Indonesia, 2005, hal 10
9
Wawancara dengan Kepala Seksi
Perlindungan Konsumen Dan Pengawasan Barang 11
Soekidjo Notoatmojo, Etika dan
Dan Jasa Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2010,

100 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
Selanjutnya menurut Titik Triwulan 3 tahun 2013 tentang perubahan ketujuh
pertanggungjawaban harus mempunyai atas Keputusan Presiden Nomor 103
dasar, yaitu hal yang menyebabkan tahun 2001.14
timbulnya hak hukum bagi seseorang Bentuk pengawasan merupakan
untuk menuntut orang lain sekaligus bagian dari fungsi dan sekaligus
berupa hal yang melahirkan kewajiban merupakan tanggungjawab BPOM
hukum orang lain untuk memberikan sebagai pemerintah dalam upaya
pertanggungjawabannya.12 memberikan perlindungan kepada
Menurut hukum perdata masyarakat. Tanggungjawab yang
pertanggungjawaban dibagi menjadi dua, dimaksudkan disini bukanlah
yaitu kesalahan dan resiko. Dengan tanggungjawab berdasarkan kesalahan
demikian dikenal dengan maupun berdasarkan resiko, karena
pertanggungjawaban atas dasar kesalahan BPOM tidak berkedudukan sebagai
(liability without based on fault) dan produsen atau konsumen. Sehingga
tanggungjawab tanpa kesalahan (liability tanggungjawab yang diharapkan disini
without fault) yang dikenal dengan adalah berupa pengawasan.
tanggungjawab resiko atau Bentuk pengawasan yang dilakukan
tanggungjawab mutlak (strick liability). oleh BPOM Propinsi Maluku yaitu:15
Prinsip pertanggungjawaban atas dasar a. Pengawasan Preventif
kesalahan mengandung arti bahwa Semua bentuk kegiatan sosialisasi
seseorang bertanggungjawab karena ia yang dilakukan bertujuan untuk
melakukan kesalahan yang merugikan membangun pengetahuan,
orang lain. Sebaliknya prinsip pemahaman sikap, dan kesadaran
tanggungjawab resiko adalah bahwa hukum masyarakat Maluku terkait
konsumen penggugat tidak diwajibkan dengan perlindungan konsumen.
lagi melainkan produsen tergugat Menurut BPOM Propinsi Maluku
langsung bertanggungjawab sebagai bahwa perlindungan konsumen
resiko usahanya.13 merupakan tanggungjawab semua
Balai Pengawasan Obat dan pihak yaitu Pemerintah, pelaku
Makanan (BPOM) adalah salah satu usaha, organisasi konsumen dan
Lembaga Pemerintah Non Kementerian konsumen. Tanpa adanya andil dari
(LPNK) yang bertugas mengawasi obat, keempat unsur ini maka tidaklah
obat tradisional, suplemen kesehatan, mudah mewujudkan kesejahteraan
kosmetik dan makanan, serta pengawasan konsumen.
terhadap bahan berbahaya di wilayah b. Pengawasan Represif
Indonesia. Tugas, fungsi dan kewenangan Pengawasan represif berupa
BPOM ini diatur dalam Keputusan pengawasan yang dilakukan oleh
Presiden Nomor 103 tahun 2001 tentang BPOM untuk menjamin
kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, diperolehnya hak konsumen dan
susunan organisasi dan tata kerja lembaga pelaku usaha. Disamping itu juga
pemerintah non departemen yang telah pembinaan. Hal ini sesuai dengan
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor ketentuan yang tercantum dalam
pasal 30 UUPK yang menyatakan
hal 15 bahwa:
Titik Triwulan dan Shinta Febrian,
12

Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Prestasi 14


Nurhayati Abbas, Tanggungjawab
Pusaka, Jakarta, 2010, hal 48 Produk Terhadap Konsumen dan Implementasi
pada Produk Pangan, AS Publishing: Makassar,
13
Jhon Pieris dan Wiwik Sri Widiarty, 2011, hal 90
Negara Hukum dan Perlindungan Konsumen,
Pelangi Cendekia, Jakarta, 2007, hal 19 15
RENSTRA BPOM di Ambon, 2015-2019

101 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
(1). Pengawasan terhadap kemajuan industri dan perekonomian
penyelenggaraan perlindungan negara. Salah satu bentuk perlindungan
konsumen serta penerapan konsumen yang tidak kalah pentingnya
ketentuan peraturan diberikan oleh BPOM Provinsi Maluku
perundang-undangannya adalah dengan melakukan pengawasan
diselenggarakan oleh pada penerapan peraturan-peraturan,
pemerintah, masyarakat, dan ataupun standar yang telah ada.
lembaga perlindungan Namun pengawasan BPOM hanya
konsumen swadaya terbatas pada obat, obat tradisional,
masyarakat. suplemen kesehatan, kosmetik dan
(2). Pengawasan oleh pemerintah makanan, serta pengawasan terhadap
sebagaimana dimaksud pada bahan berbahaya (terkait dengan produk
ayat (1) dilaksanakan oleh pangan olahan kemasan). Tidak termasuk
menteri dan/atau menteri teknis pada penggunaan plastik sebagai wadah
terkait. pembungkus makanan yang biasa dipakai
(3). Pengawasan oleh masyarakat oleh para pelaku usaha restoran maupun
dan lembaga perlindungan pelaku usaha makanan siap saji di kota
konsumen swadaya masyarakat Ambon.
dilakukan terhadap barang Jika dilihat terkait dengan
dan/atau jasa yang beredar di pengawasan terhadap bahan berbahaya,
pasar. semestinya tidak hanya terbatas pada
(4). Apabila hasil pengawasan kemasan produk pangan olahan saja,
sebagaimana dimaksud pada melainkan kepada semua jenis kemasan
ayat (3) ternyata menyimpang yang dipakai untuk membungkus
dari peraturan makanan baik itu makanan yang dingin
perundang-undangan yang maupun yang panas. Hal ini dipertegas
berlaku dan membahayakan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
konsumen, menteri dan/atau 2012 tentang pangan yaitu pasal 82 (ayat
menteri teknis mengambil 1 dan 2) dan pasal 83 (ayat 1).
tindakan sesuai dengan Pasal 82 ayat (1) mengatur bahwa
peraturan perundang-undangan “Kemasan pangan berfungsi untuk
yang berlaku. mencegah terjadinya pembusukkan dan
(5). Hasil pengawasan yang kerusakan, melindungi produk dari
diselenggarakan masyarakat kotoran, dan membebaskan pangan dari
dan lembaga perlindungan jasad renik patogen”. Sedangkan ayat (2)
konsumen swadaya masyarakat mengatur bahwa “Setiap orang yang
dapat disebarluaskan kepada melakukan produksi pangan dalam
masyarakat dan dapat kemasan wajib menggunakan bahan
disampaikan kepada menteri kemasan pangan yang tidak
dan menteri teknis. membahayakan kesehatan manusia”.
(6). ketentuan pelaksanaan tugas Pasal 83 ayat (1) “setiap orang yang
pengawasan sebagaimana melakukan produksi pangan untuk
dimaksud pada ayat (1), ayat diedarkan dilarang menggunakan bahan
(2), dan ayat (3) ditetapkan apapun sebagai kemasan pangan yang
dengan peraturan pemerintah. dapat melepaskan cemaran yang
Berdasarkan ketentuan pasal 30 membahayakan kesehatan manusia”.
UUPK, maka diketahui bahwa Selain itu juga dipertegas dalam
pemerintah bertindak sebagai pengayom Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
masyarakat dan juga sebagai pembina 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi
pelaku usaha dalam meningkatkan pangan. Yaitu pada pasal 16 ayat (1),

102 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
pasal 17 ayat (1), dan pasal 19 ayat (1). membungkus makanan tetapi sebagai
Pasal 16 ayat (1): “setiap orang yang pembungkus produk lain. Namun yang
memproduksi pangan untuk diedarkan dituntut disini adalah tanggungjawab
dilarang menggunakan bahan apapun penerintah (BPOM dan Dinas
sebagai kemasan pangan yang dinyatakan Perindustrian dan Perdagangan
terlarang dan/atau yang dapat melepaskan khususnya Bidang Perlindungan
cemaran yang merugikan atau Konsumen) untuk meningkatkan
membahayakan kesehatan manusia”. pengawasan kepada pelaku usaha
Pasal 17 ayat (1): “setiap orang yang restoran maupun pelaku usaha makanan
memproduksi pangan untuk diedarkan siap saji terkait wadah yang mereka pakai
wajib menggunakan bahan kemasan yang untuk membungkus makanan.
diizinkan”. Pasal 19 ayat (1): “setiap Disamping pemerintah, pelaku usaha
orang yang melakukan produksi pangan juga memiliki tanggung jawab. Disini
yang akan diedarkan wajib melakukan dituntut pengetahuan dan kesadaran dari
pengemasan pangan secara benar untuk pelaku usaha dalam memilih wadah yang
menghindari terjadinya pencemaran dipakai untuk membungkus makanan
terhadap pangan”. yang akan dibeli oleh konsumen.
Regulasi terkait penggunaan wadah Sebagaimana yang telah dijelaskan
kemasan sudah sangat jelas, itu artinya sebelumnya bahwa tanggungjawab yang
bukan hanya saja terhadap kemasan dibebankan kepada pelaku usaha adalah
pangan olahan saja yang menjadi salah tanggung jawab atas dasar kesalahan dan
satu produk yang diawasi oleh BPOM tanggung jawab mutlak. Tanggung jawab
tetapi semua produksi pangan termasuk atas dasar kesalahan dapat dibebankan
didalamnya adalah makanan siap saji. kepada pelaku usaha apabila pelaku
Jelas terlihat bahwa aturan melarang usaha melakukan kesalahan yang
penggunaan wadah berbahaya karena merugikan orang lain. Sedangkan
akan membahayakan kesehatan manusia. tanggung jawab mutlak yaitu pelaku
Oleh karena itu BPOM selaku perpanjang usaha langsung bertanggung jawab
tangan dari pemerintah, semestinya sebagai resiko usahanya. Oleh karena itu,
dalam menjalankan fungsi dan bagi pelaku usaha yang menggunakan
kewenangannya harus memperhatikan wadah plastik yang berbahaya bagi
setiap aturan-aturan yang berkaitan keselamatan manusia, maka terhadap dia
dengan bidang pengawasannya. Bukan dapat dituntut pertanggungjawaban.
hanya saja pada makanan tetapi juga pada Prinsip tanggung jawab pelaku
kemasan yang dipakai sebagai wadah usaha diatur dalam Pasal 19
pembungkus. Undang-Undang Perlindungan
Selain BPOM, tanggung jawab yang Konsumen , yaitu :
besar juga harus dipikul oleh Dinas a. Pelaku usaha bertanggung jawab
Perindustrian dan Perdagangan memberikan ganti rugi atas kerusakan,
khususnya Bidang Perlindungan pencemaran, atau kerugian konsumen
Konsumen. Tanggung jawab mereka akibat mengkonsumsi barang atau jasa
semestinya tidak hanya terbatas pada yang dihasilkan atau diperdagangkan.
peredaran produk yang berlogo SNI b. Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada
(Standar Nasional Indonesia) saja, tetapi ayat (1 ) dapat berupa pengembalian
semua produk termasuk plastik. uang atau penggantian barang atau jasa
Memang pemerintah tidak bisa sejenis setara ini lainnya, atau
melarang produsen plastik untuk perawatan kesehatan atau jasa yang
menghentikan produksi plastik, karena sejenis atau setara ini lainnya, atau
mereka pasti dapat berdalil bahwa, perawatan kesehatan atau pemberian
produksi plastik tidak untuk santunan yang sesuai dengan ketentuan

103 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
peraturan perundang-undangan yang b. Asas keadilan, Asas ini dimaksudkan
berlaku. agar partisipasi seluruh rakyat bias
c. Pergantian ganti rugi dilaksanakan diwujudkan secara maksimal dan
dalam tenggang waktu 7 hari setelah memberikan kesempatan kepada
tanggal transaksi. konsumen dan pelaku usaha untuk
d. Pemberian ganti rugi sebagaimana memperoleh haknyadan
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) melaksanakan kewajibannya secara
tidak menghapuskan kemungkinan adil.
adanya tuntutan kesalahan. c. Asas keseimbangan, Asas ini
e. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada dimaksudkan untuk memberikan
ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku keseimbangan antara kepentingan
apabila pelaku usaha dapat konsumen, pelaku usaha, dan
membuktikan bahwa kesalahan pemerintah dalam arti material
tersebut merupakan kesalahan maupun spiritual.
konsumen. d. Asas keamanan dan keselamatan
konsumen, Asas ini dimaksudkan
untuk memberikan jaminan atas
3. Perlindungan Hukum Bagi keamanan dan keselamatan kepada
Konsumen Terkait Dengan konsumen dalam penggunaan,
Penggunaan Wadah Plastik pemakaian, dan pemanfaatan
Berbahaya barang/jasa yang dikonsumsi atau
digunakan.
e. Asas kepastian hukum, Asas ini
Berdasakan Pasal 1 angka 1 dimaksudkan agar baik pelaku usaha
Undang-undang nomor 8 tahun 1999 maupun konsumen menaati hukum
Tentang Perlindungan Konsumen, dan memperoleh keadilan dalam
Perlindungan Konsumen adalah Segala penyelenggaraan perlindungan
upaya yang menjamin adanya kepastian konsumen, serta Negara menjamin
hukum untuk memberi perlindungan kepastian hukum.
kepada konsumen.
Upaya perlindungan konsumen di
Indonesia didasarkan pada sejumlah asas Pasal 3 Undang-undang
dan tujuan yang telah diyakini bisa Perlindungan Konsumen, disebutkan
memberikan arahan dalam bahwa tujuan perlindungan konsumen
implementasinya di tingkatan praktis. adalah sebagai berikut :
Dengan adanya asas dan tujuan yang a. Meningkatkan kesadaran,
jelas, hukum perlindungan konsumen kemampuan, dan kemandirian
memiliki dasar pijakan yang benar-benar konsumen untuk melindungi diri.
kuat. b. mengangkat harkat dan martabat
Didalam Pasal 2 Undang-undang konsumen dengan cara
Perlindungan konsumen, asas menghindarkannya dari ekses negatif
perlindungan konsumen meliputi: pemakaian barang dan/atau jasa.
a. Asas manfaat, Maksud asas ini c. Meningkatkan pemberdayaan
adalah untuk mengamanatkan bahwa konsumen dalam memilih, dan
segala upaya dalam penyelenggaraan menuntut hak- haknya sebagai
perlindungan konsumen harus konsumen.
memberikan manfaat d. Menciptakan sistem perlindungan
sebesar-besarnya bagi konsumen yang mengandung unsur
kepentingankonsumen dan pelau kepastian hukum dan keterbukaan
usaha secara keseluruhan. informasi serta akses untuk

104 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
mendapatkan informasi. terlindungi dari bahan berbahaya
e. Menumbuhkan kesadaran pelaku tersebut.
usaha mengenai pentingnya Perlindungan terhadap konsumen
perlindungan konsumen sehingga yang dilakukan oleh pemerintah dalam
tumbuh sikap yang jujur dan hal pembinaan dan pengawasan.
bertanggung jawab dalam berusaha. Berdasarkan ketentuan pasal 2 Peraturan
f. Meningkatkan kualitas barang/jasa Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001
yang menjamin kelangsungan usaha tentang Pembinaan Dan Pengawasan
produksi barang dan jasa, kesehatan, Penyelenggaraan Perlindungan
kenyamanan, keamanan, dan Konsumen, dikatakan bahwa pemerintah
keselamatan konsumen. bertanggung jawab atas pembinaan
perlindungan konsumen yang menjamin
Perlindungan terhadap konsumen diperolehnya hak konsumen dan pelaku
harus menjadi perhatian yang serius oleh usaha serta dilaksanakannya kewajiban
pemerintah khususnya pada produk konsumen dan pelaku usaha. Sedangkan
pangan yang beredar di lingkungan dalam hal pengawasan pemerintah diatur
masyarakat, karena para konsumen dan lebih lanjut dalam ketentuan pasal 7
masyarakat pada umumnya adalah korban dalam Peraturan Pemerintah yang sama.
dari pihak produsen yang tidak Bahwa dikatakan pengawasan terhadap
bertanggung jawab. Oleh Karena itu, penyelenggaraan perlindungan konsumen
pemerintah wajib memberi perhatian dan penerapan ketentuan peraturan
khusus pada kegiatan perdagangan perundang-undangannya dilakukan oleh
nasional. UUPK diharapkan dapat pemerintah, masyarakat dan lembaga
menciptakan kegiatan usaha perdagangan perlindungan konsumen swadaya
yang adil tidak hanya bagi kalangan masyarakat.
pelaku usaha, melainkan secara langsung Dengan demikian menjadi jelas,
untuk kepentingan konsumen, baik selaku bahwa pemerintah memiliki tanggung
pengguna, pemanfaat maupun pemakai jawab untuk melindungi masyarakat
barang dan/atau jasa yang ditawarkan sebagai konsumen. Maka apabila ditinjau
oleh pelaku usaha. dari segi hak dan tanggung jawab dimana
Pemerintah dalam upaya masyarakat sebagai konsumen harus
perlindungan konsumen mempunyai dilindungi oleh pemerintah, maka hal ini
peran yang penting selaku penengah di sejalan sebagaimana diatur dalam
antara kepentingan pelaku usaha dan ketentuan pasal 29 UUPK.
kepentingan konsumen, agar
masing-masing pihak dapat berjalan
seiring tanpa saling merugikan satu sama C. P E N U T U P
lain. Pemerintah harus bertanggung
jawab atas pembinaan dan
penyelenggaraan perlindungan Bentuk pelaksanaan fungsi dan
konsumen, untuk menjamin diperolehnya peran BPOM berupa himbauan,
hak konsumen dan pelaku usaha serta sosialisasi dan edukasi kepada pelaku
dilaksanakannya kewajiban konsumen usaha. Cakupan pengawasan BPOM
dan pelaku usaha sebagaimana diatur hanya terhadap olahan pangan
dalam pasal 29 dan pasal 30 UUPK. berkemasan, obat-obatan farmasi maupun
Peran pemerintah sebagai pengawas tradisional, dan kosmetik. Terkait dengan
merupakan fungsi yang penting untuk penggunaan wadah plastik sebagai
melindungi masyarakat dari bahan kimia wadah pembungkus makanan bukanlah
yang terkandung dalam plastik. Tanpa merupakan cakupan pengawasan mereka.
ada pengawasan yang baik, Demikian juga dengan Dinas
dikhawatirkan konsumen tidak akan Perindustrian dan Perdagangan Bidang

105 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
Perlindungan Konsumen. Cakupan DAFTAR PUSTAKA
pengawasan mereka hanya pada produk
yang berlogo SNI (Standar Nasional
Indonesia). Z. Nasution, Hukum Perlindungan
Konsumen Suatu Pengantar,
Penggunaan wadah plastik untuk Diadit Media, Jakarta, 2002
pembungkus makanan banyak dipakai
oleh pelaku usaha restoran maupun Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia
pelaku usaha makanan siap saji karena Indonesia, 2005
keunggulannya yaitu, harganya murah, Banbang Waluyo, Penelitian Hukum, PN,
praktis, ringan dan tidak ketinggalan Sinar Grafika, Jakarta, 1991
zaman. Kesadaran pelaku usaha dan
konsumen terhadap bahaya penggunaan Endang Sri Wahyuni, Aspek hukum
wadah plastik belum ada karena masih Sertifikasi dan Keterkaitannya
kurangnya pengetahuan akan bahaya dengan Perlindungan Konsumen,
wadah plastik tersebut. Oleh karena itu PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
saran yang ingin disampaikan adalah: 2003

1. BPOM dalam menjalankan fungsi J. Supranto, Metode penelitian dan


dan kewenangannya harus Statistik, Rineka Cipta, Jakarta,
memperhatikan setiap aturan-aturan 2003
yang berkaitan dengan bidang Jhon Pieris dan Wiwik Sri Widiarty,
pengawasannya. Bukan hanya saja Negara Hukum dan Perlindungan
pada makanan tetapi juga pada Konsumen, Pelangi Cendekia,
kemasan yang dipakai sebagai wadah Jakarta, 2007
pembungkus. Tanggung jawab Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi
khususnya Bidang Perlindungan Penulisan hukum Normatif,
Konsumen semestinya tidak hanya Banyumedia Publishing, Malang,
terbatas pada peredaran produk yang 2012
berlogo SNI (Standar Nasional
N. H. T. Siahaan, Hukum Konsumen:
Indonesia) saja, tetapi semua produk
Perlindungan Konsumen dan
termasuk plastik.
Tanggung Jawab Produk, Panta
2. Himbauan kepada pelaku usaha
Rei, Jakarta, 2005
untuk tidak menggunakan plastik
dapat dilakukan dengan cara Nurhayati Abbas, Tanggungjawab
menempel stiker atau panflet terkait Produk Terhadap Konsumen dan
penggunaan wadah plastik sebagai Implementasi Pada Produk
pembungkus makanan di setiap Pangan, AS Publishing, Makassar
tempat-tempat usaha makanan. 2011
Sehingga bukan saja dilihat oleh
pelaku usaha tetapi juga oleh Sidharta, Hukum Perlindungan
konsumen. Konsumen Indonesia, Grasindo,
Jakarta. 2000
Pelaku usaha dapat menjalankan
tanggungjawabnya dengan baik dan benar, Susanti Nugroho, Proses penyelesaian
dengan tidak berlaku curang kepada Sengketa Konsumen Ditinjau
konsumen sesuai dengan Undang-undang Dari Hukum Acara Secara
Nomor 8 tahun 1999 Tentang Kendala Implementasinya,
Perlindungan Konsumen. Kencana, Jakarta, 2008
Soekidjo Notoatmojo, Etika dan Hukum

106 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,
2010
Titik Triwulan dan Shinta Febrian,
Perlindungan Hukum Bagi
Pasien, Prestasi Pusaka, Jakarta,
2010
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHP)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun
2004 tentang Keamanan, Mutu,
dan Gizi pangan
Kemasan plastik Tidak Selalu Aman,
http://antaranews.com,
Mujahidin Neo, Jenis-Jenis Plastik
Menurut Kadar Kimia Yang
Membahayakan Bagi Tubuh,
http://aryafatta.wordpress.com,
Produk Plastik Berbahaya,
http://indosiar.com,
Sutrisno Koswara, “Bahaya Dibalik
Kemasan Plastik”,
<ebookpangan.com>
Sapto Nubroho Adi, “Ancaman polimik
Sintetik Bagi Kesehatan
Manusia”,
http://www.chem-ia-try.org/?sect=articel
&ect=69
http://pengetahuanumum.wordpress.com,
.

107 | S A S I V o l u m e 2 3 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 7

You might also like