You are on page 1of 9
KAJIAN TOKSIKOLOGI PESTISIDA DAN PENANGANAN AKIBAT KERACUNAN PESTISIDA Mariana Raini* Abstract Farmers obtain much benefit from pesticide used in eradicating and controlling the pest. However inappropriate pesticide use may leed to intoxication. Some factors that determine the appropriateness of pesticide use ore knowledge, attitude ond behavior of pesticide user, use of protecting apparatus and lack of information on the risk of pesticide use. This article describes deliberately the information on pesticide toxicology, signs and symptom of intoxication, fate of pesticide in human body, treatment of intoxication and how to prepare pesticide. Key words: pesticide, toxicity, cholinesterase Pendahuluan estisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama, Beberapa jenis ‘hama yong paling sering ditemukan adalah serangga dan beberapa di antaranya sebagai vektor penyakit. —Penyakit-penyakit yang penularannya melalui vektor antara lain malaria, onkosersiasis, filariasis, demam kuning. riketsia, meningitis, tifus, dan pes. Insektisida membantu mengendalikan penularan penyakit-penyakit ini Serangga juga dapat merussk berbagai tumbuhan dan hasit panen, Selain gangguan serangga, gongguan yang amat penting bagi petani adalah rumput liar. Herbisida dapat dipergunakan untuk mengatasi gangeuan ini, Pestisida juga telah dikembangkan untuk mengendalikan tama lain misalnya jamur (fungisida) dan hewan pengerat (rodemisida). Beberapa produk pestisida rumah angga juga tersedia untuk mengendalikan hama pengganggu di rumah misainya lalat dan nyamuk. Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat memberikan akibat samping keracunan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaktepat- fan penggunaan pestisida antara lain tingkat pengetahuan. sikap/perilaku pengguna pestiside, penggunaan lat pelindung, serta_ kurangnya informasi yang berkaitan dengan cesiko peng- gunaan pestisida. Selain itu petani lebih banyak roendapat informasi mengenai pestisida dari * Pusitbang Biomedis dan Farmasi perugas pabrik pembuat pestisida dibanding petugas keschatan.* Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahun terjadi sekitar 25 juta asus Keracunan pestisida atau sekitar 68.493 asus setiap hari? Data dari Runiah Sakit Nishtar, Multan Pakistan, selama tahun 1996-2000 ter- dapat 578 pasien yang keracunan, di antaranya 370 pasien karens keracunan pestisida (54 orang meninggal). Pada umumnya korban keracunan pestisida merupakan petani atau pekerja pertanian, 81% di antaranya berusia 14-30 th." Peristiwa terbaru yang terjadi di Indonesia adalah kematian misterius yang menimpa 9 warga pada bulan Juli 2007 di Desa Kanigoro, Kecamatan Ngablak, Magelang, Menurut Harian Republika, 26 September 2007, hasil pemeriksaan Laboratorium Kesehatan dipastikan akibat keracunan pestisids Pada tahun 1996 data Departemen Keschatan tentang monitoring keracunan pestisida ‘organofosfat dan karbamat pada petani penjamah pestisida organofosfat dan karbamat di 27 provinsi Indonesia menunjukkan 61,82% petani mempunyai aktivitas kolinesterase normal, 1,3% keracunan berat, 9,98% keracunan sedang dan 26,89% keracunan ringan.’ Pestisida _jenis insektisida organofosfat dan karbamat paling banyak digunakan petani daiam —membasmi serangga. Selain itu pestisida jenis ini mudah di- 10 Media Lirbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahu 2007 monitor dengan mengukur kadar kolinesterase daroh, Karena int Departemen Kesehatan ‘menggunakan kadar Kolinesterase dalam darah untuk memonitor keracunan pestisida di tingkat petani. Meskipun demikian, masih banyak jenis pestisida lain yang digunakan masyarakat seperti untuk herbisida. fungisida, rodentisida dan fumigan, Bagaimanapun kita harus peduli akan adanya pestisida di lingkungan sekitar kita, sehingga dengan kepedulian kita tethadap jenis, gejala dan tanda keracunan pestisida serta cara penanganannya. dapat diantisipasi sedini mungkin jika terjadi kecelakaan akibat keracunan pestisi Kenyataan yang ada di masyarakat selama ini, umumnya masyarakat tidak menyadari gejala Keracunan pestisida Karena gejala yang ditimbutkan tidak spesifik seperti pusing, mual, muntab, demam dan lain-lain namun secara kronis dapat menimbulkan penyakit yang seriusseperti kanker, Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi pada masyorakat tentang bahaya pemakaian berbagai jenis pestisida dan cara penanganan akibat keracunan pestisida. Penggatongan Pestisidal’* A. Insektisida Pestisida khususnya inseltisida merupakan kelompok pestisida yang terbesar dan terdiri atas beberapa sub kelompok kimia yang berbeda. yaitu 1. Organoklorin merupakan insektisida chiori- nated hydrocarbon secara kimiawi ter golong insektisida yang telatif stabil dan kurang reaktif, ditandai dengan dampak residonya yang lama terurai di lingkungan, Salah satu insektisida organoklorin yang terkenal adalah DDT. Pestisida ini telah menimbulkan banyak perdebatan, Kelom- ok organcklorin merupakan racun terhadap susunan syaraf baik pada serangga maupun mamalia. Keracunan dapat bersifat akut ais Hronis. Keracunan kronis bersifat Karsinogenik (kanker). 2. Organofosfat. inseltisida ini merupakan ester asant fosfat atau asam_ tiofosfat Pestisida ini umumnya merupakan racua Pembasmi serangga yang paling soksik secara akut terhadap binatang benulang belakang seperti ikan, burung, cicak dan tmamalia, Pestisida ini mempunyai etek, memblokede penyaluran impuls syaraf dengan cara mengikat enzim asetilkolin- esterase, Keracunan kronis._pestisida golongan organofosfat berpotensi karsino- genik 3. Karbamat, kelompok ini merupakan ester sam N-metilkarbamat, Bekerja meng hambat —_asetitkolinesterase. Tetapi pengaruhnya terhadap enzim tersebut tidak berlangsung lama, Karena prosesnya cepat feversibel.'"” Kalau timbul gejala, gejala itu tidak pertahan lama dan cepat Kembali normal. Pada umumya, pestisida kelompok jini dapat bertahan dalam tubuh antara 1 sampai 24 jam schingga cepatdi- ekskresikan 4. Piretroid dan yang berasal dari tanaman lainnya Piretroid berasal dari piretrum diperolch dari bunga Chrysanthemum cinerariaefo- dium. Insektisida tanaman lain adalah nikotin yang sangat toksik secara akut dan bekerja pada susunan saraf. Piretrum mempunyai toksisitas rendah pada manusia tetapi dapat menimbulkan alergi pada orang yang peka. B. Herbisida Ada beberapa _jenis herbisida yang toksisitasnya pada hewan belum diketahui dengan past 1, Senyawa klorofenoksi, misalnya 2,4-D (2,4 asam diklorofenoksiasetat) dan 2,4,5-T (2,4,5-asam —triklorofenoksi—_asetat) Senyawa-senyawa ini bekerja pada tumbuh- fan sebagai hormon pertumbuhan. Toksi- sitasnya pada hewan telatif rendah. Tetapi Klorakne, mempunyai efek toksik pada ‘manusia disebabkan oleh pencemar 2.3,7,8- tevraklorobenzo-p-dioksin. 2 Herbisida biperidil, miselnya parakuat dan dikuat, telah dipergunakan secaraluas, Toksisitas zat ini dilakukan lewat_pem- bentukan radikal bebas. Toksisitas parakvat ditanda oleh efek paru-paru melalui Paparan inhalasi dan oral. Keracunan kronis pestisida paraquat dan dikuat dersifat karsinogenik 3. Herbisida lainnya seperti dinitro-o-kresol (NOC), smitrol (aminotriazol), karbamat profam dan Kloroprofam dan lain-lain, Medio Litbang Kesehatan Volume XV? Nomer 3 Tahtn 2007 nl C. Fungisida Senyawa merkuri, misalnya metit dan etil merkuri merupakan fungisida yang sangat efektif dan telah dipergunakan secara luas untuk mengawetkan butir padi-padian. Beberapa kecelakaan tragis akibat peng- gunaan pestisida ini, menyebabkan banyak Kematian dan kerusakan neurologi menetap, sehingga kini tidak digunakan lagi Senyawa dikarboksimid antara_ tain dimetil-tiokarbamat (ferbam, tiram dan ziram) dan etilenbisditiokar (maneb, nabam dan zineb). Toksisitas akut senyawa ini relotif rendah. karena itu zat ini diper- gunakan secara Iuas dalam pertanian tapi ada kemungkinan berpotensi Karsinogenik, Derivat ftalimida misalnya Kaptan dan folpet, mempunyai toksisitas akut dan Jonis. yang sangat’ rendah = namun berpotensi karsinogenik dan teratogenik. Senyawa aromatik —misalnya —_penta- Klorofenol (PCP), sebagai bahan pengawet kayu. Pentakloronitrobenzen (PCNB) diper- gunakan sebagai fungisida dalam mengolah tanah. Secara akut zat ini tidak begitu tosik dibandingkan PCP, tctapi dapat bersifat Karsinogenik. Fungisida Isin adalah senyawa -N- heterosiklik tertentu misalnya benomil dan tiabendazol. Toksisitas bahan kimia ini sangat rendah sehingga dipergunakan secara luas dalam pertanian, Heksaklorobenzen dipergunakan sebagai zat pengolah benih, D. Rodentisida Warfarin adalah suatu antikoagulen yang bekerja sebagai anti metabolit vitamin K, dengan demikian menghambat pembennik- an protrombin. Bahan kimia ini telah dipergunakan secara las karena toksi- sitasnya rendah, Tiourea misalnya ANTU (c-nafiiltiourea) sangat toksik pada tikus tetapi tidak begitu toksik bagi manusia Natrium fluoroasetat dan fluoroasctamida, bersifat sangat toksik karena itu kedua zat ini hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu yang mendapat izin, Kedua toksikan ini bekerja _menghambat siklus sam sitrat. Rodentisida lainnya mencakup produk tumbuhan misalnya alkaloid —striknin, perangsang susunan syaraf pusat kuat, squill merah, yang mengandung glikosida skilaren. A dan B. Glikosida ini’ mempunyai efek kardiotonik dan emesis sentral karena ita zat ini secara relatif tidak beracun bagi sebagian besar mamalia tetapi sangat beracun bagi tikus. Rodentisida anorganik antara lain seng fosfid, talium sulfat, arsen trioksida dan unsur fosfor. E, Fumigan Sesuai_namanya, kelompok pestisida ini mencakup beberapa gas, cairan yang mudah menguap dan zat padat yang melepaskan berbagei gas lewat reaksi kimia. Dalam bentuk 88, zal-zat ini dapat_menembus tanah untuk mengendalikan serangga-serangga, _hewan pengerat dan nematoda tanah. Banyak fumigan misalnya aksilonitil, Kloropikrin dan etilen ‘bromida adalah zat kimia reaktif dan Gipergunakan secara luas dalam industri kimia, Beberapa fumigan bersifat karsinogenik seperti etilen bromida, 1,3-dikloropropen Jalan Masuk Pestisida Pestisida dapat masuk ke dalam tubvh melalui kulit (dermal), pernafasan (inhalasi) atau mulut (oral). Pestisida akan segera diabsorpsi jika oniak melalui kulit atau mata. Absorpsi ini akan terus berlangsung sclama pestisida masih ada pada haulit. Kecepatan ebsorpsi berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan residu pestisida dari suatu bagian tubuh ke bagian lain sangst mudah. Jika hal ini terjadi maka akan menambah potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan ke dahi yang berkeringat atau daerah genital. Pada daerah ini kecepatan absorpsi sangat tinggi sehingga dapat lebih berbahaye dari pada tertelan. Paparan melalui oral dapat berakibat serius, luke berat atau bahkan kematian jika tertelan. Pestisida dapat tertelan karena kecelakaan, kelalaian atau dengan sengaja" Keracunan dan Toksisitas Pestisida’ Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan pestisida yang mengenai dan/atau masuk ke dalam tubuk dalam jumlah tertentu Ada beberapa faktor yang dapat mem- pengaruhi keracunan pestisida antara lain: 4, Dosis. Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan pestisida, Karena 12 Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun 2007 ina dalam melakukan pencampuran pestisida untuk penyemprotan petani hendaknya mem- perhatikan takaran atau dosis yang tenera pada label. Dosis atau takaran yang melebihi ‘furan akan membahayakan peayemprot itu sendiri b. Toksisitas senyawa pestisida, Kesanggupan pestisida untuk membunuh sasarannya, Pestisida yang mempunyai days bunuh tinggi dalam penggunaan dengan kadar yang rendah merimbulkan gangguan lebih sedikit bile dibandingkan dengan pestisida dengan daya bunuh tendah tetapi dengan kadar tinggi Toksisitas pestisida dapat diketahui dari LD 50 ‘oral yaitu dosis yang diberikan dalam makaran hewan-hewan percobaan yang menyebabkan 50% dari hewan-hewan tersebut mati, Toksisitas pestisida secara inbalasi juga dapat diketahui dari LC 50 yaitu konsentrasi pestiside di udara yang mengakibatkan 50% hewan percobaan mati Makin cendah nilai LD SO/LC 50 maka makin toksis pestisida tersebut a. Jangka waktu atau lamanya terpopar pestisida, Paparan yang berlangsung terus-menerus lebih berbahaya daripadapsparan yang terputus-putus pada waktw yang sama. Jedi pemaparan yang tetah lewat perlu diperhati- kan bila terjadi risiko pemaparan oarw. Karena im penyemprot yang terpapar bervlang Kali dan berlangsung lama dapat_menimbutkan keracunan kronik. kasi Pestisida Berdasarkan Toksisitasnya , Jalan masuk pestisida dalam tubuh. Keracun- fan akut atau kronik akibat kontak dengan pestisida dapat melalui mulut, penyerapan melalui kulit dan saluran pemafasan. Pada petani pengguna pestisida keracunan yang terjadi lebih banyak terpapar melalui kulit dibandingkan dengan paparan melatui saluran pencernaan dan pernafasan. Cara Kerja Pestisida* a. Pestisida Golongan Organoklorin Insektisida organoklorin bekerja dengan merangsang sistem syaraf’ dan menyebabkan paratesia, peka tethadap rangsangan, iritabilitas, terganggunya keseimbangan, tremor dan kejang- kejang, Cara kerja zat ini tidak diketahui secara tepat. Beberapa zat kimia ini bekerja pada sistem syarat. b. Pestisida Golongan Organofosfat dan Karbamat Pestisida golongen organofosfat dan Kasbamat _miemiliki aktivitas antikolinesterase seperti halnya fisostigmin, neostigmin, pirido- stigmin, distigmin, ester asam fosfat, ester tiofosfat dan karbamat,'"*" Cara kerja semua = jenis_pestisida corganofosfat dan karbamat same yaity meng- hambat penyaluran impuls saraf dengan cara ‘mengikat kolinesterasc, sehingga tidak terjadi hidrolisis asctitkolin.'"*” Secara sederhana, reaksinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Klasifkasi LDS0 untuk tikus (mg/kg) Oral Dermat Padat Cair Padat Cair Ta Sangat —_ ‘berbahaya sckali 2000 > 1000 4000 Media Litbane Kesehatan Volume XVI Nomor 3 Tahun 2007 2B Asetilkotin ‘| ——+— —> | Kolin + Asam asetar_ | Kolinesterase ‘fosforitasi | organofosfat Gambar Reaksi Pengikatan Kolinesterase dengan Pestisida Organofosfat Hambatan ini dapat terjadi beberapa jam hingga beberapa minggu tergantung dari jenis antikolinesterasenya. Hambatan oleh turunan karbamat hanya bekerja beberapa jam dan bersifat reversibel. Hambatan yang bersifat irreversibel dapat disebabkan oleh turunan ester asam fosfat yang dapat merusak Kolinesterase dan perbaikan baru timbul setelah tubuh mensintesis kembali kolinesterase.”* Asetilkolin adalh suatu neurotransmitter yang terdapat di aotara ujung-ujung saraf dan otot Serta berfungsi mneneruskan rangsangan_ saraf. Apabila rangsangen ini berlangsung (erus menerus akon menyebabkan penimbunan —asetilkolin Kolinesterase yang terdapat di berbagai jaringan dan cairan tubuh dapat menghentikan rangsangan yong ditimbulkan asetitkolin di berbagai tempat dengan jalan menghidrolisis asetilkolin menjadi olin dan asam asctat dalam wakru sangat cepat, sehingga penimbunan asetilkolin tidak terjadi Organofosfat_merupakan pestiside yang sangat berbahaya kasena_ikatan _pestisida organofosfat dan kolinesterase hampir bersifat ireeversibel. Intoksikasi dapat timbul akibat penyerapan dari beberapa tempat termasuk dari kulit dan safuran nafas."" *’ Petani yang meng- gunaken pestisida organofosfat kemungkinan akan mengabsorpsi pestisida tersebut dalam jumlah cukup banyak. Tertekan atau terhambatnya kerja olinesterase akibat absorpsi pestisida ini kadang- kadang sudah sedemikian besar, tetapi belum menunjukkan gejala-gejala yang jelas® * ©? Penurunan aktivitas kolinesterase hingge menjadi 60% akan menyebabkan timbulnya gejala yang tidak spesifik seperti pusing, mual, lemah, sakit dada dan lain-lain.'° Pada umumnya gejala dan kelainan neurologik muncul setelah terjadinya penghambatan 50% ataa Sebi aktivitas kolinesterase." Menurut WHO, penurunan aktivi- tas kolinesterase sebesar 30% dari normal menunjukkan telah terjadi pemaparan organo- fosfat dan petani perlu diistirahatkan hingga kedar kolinesteraseormal.'? Aktivitas kolinesterase ini tergantung dari kadar kolinesterase yang ektif dalam dara Pengaruh _Istirahat Aktivitas Kolinesterase terhadap Penurunan Pada petani yang terpapar organofosfat maka perbaikan baru timbul bila _petani diistirahatkan sclama beberapa minggu dan selama ity tubuh mensintesis _kolinesterase Kembali, sehingga kadar kolinesterase akan naik, Sintesis terjadi dalam sumsum tulang belakang kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah. Sedangkan kolinesterase dalam plasma disintesis dalam hati ‘Negara bagian California menentukan batas nilai ambang kerecunan pestisida organofosfat dikalangan pekerja pertanian yaitu untuk aktivitas kolinesterase dalam butir darah merah 2 70% dan pada plasma 2 60% dari nilai normal, sedangkan WHO menetapkan nilai ambang keracunan pestisida organofosfat jika aktivitas kolinesterase dalam plasma dan butir darah merah mencapai 70% dari nilai nonmel. Sika penurunan aktivitas olinesterese mencapai nilai tersebut, maka pekerja harus dijauhkan dari paparan pestisida dan baru diizinkan kembali bekerja dengan pestisida jika aktivitas kolinesterasenya menjadi 80% atau lebih dari nilai normal. Penelitian yang dilakukan oleh Raini (2000) pada 80 petani penyemprot pestisida yang keracunan pestisida dengan kolinesterase s 75%, rata-rata subyek memerlukan waktu pemulihan kembali 1 minggu dan untuk kolinesterase = 62,5%, memerlukan wakru 2 minggu." 4 Media Litbang Kesehatan Volume XVI Nomor 3 Tahun 2007 Gejala dan Tanda Keracunan Pestisida® * No 1 ‘enla Pestisida Tasektisids Organoklorin Oragonofoste ddan karbemat Piretrid sate Pireiroid ——_derivat tanaman: pirerrum dan pirerio Inseltisids _ anorganit ‘Asam borat &borat Insktsida mikrobo: ‘Bacilus thuringiensis DEET repellent Herbisida Herbisids bipenit Paralcuat Dikuat Dist atv parahuat Klorfenaksi herbiside ‘Gejain & Tanda Musl, muniah, golisah, pusing, lemah, masa geli stan menvsuk pads Kuli, Kejang clot, hilang koordinssi, tidak sadar Lelah, sake Kepala, posing. hilang seer makan, ‘mua, Kejang pert, diae, penglitan kabur, keluar: fir mata, Keringat, air lve berlebih, wemor, pupil ‘mengecil, denyut jantung lambat, kejang ofot (Kedutan), tidak sanggup berjalan, ras tidak ryamen dar, sesak, buang air besar dan kecil ndak terkonteo, inkontinensi dak sada dan kejang-kejeng, Iritasikulit:pedih, rasa terbakar, gata-gatal, rasa gel, mati rasa, imkoordinasi, tremor, salivasi, munta dare, ivitsi pada pendengaran dan perase Along iriasikulit dan esma_ Fritasi kulit: kulit Kemershan, pengelupasan, gatal- ‘Baal pada Kaki, bokong dan kemaluan Tritas aaluran pernafzean dan sesak nafas Radang saloran pencersasn Iris Kuli, kulit kemerahan, melepuh hingge ayer, intasi mata, posing, perubohan emost Irtasi pad Kol, mata, soluran pencemmaan Perumbshan abnormal psd : pars ens dan korea mma. ‘ukose idung. Kersaan panparu, gil hat dan tak Gangguan lenss mate dan dinding saluran usus, {elisah, mengurang sensitvits terhadap rangsangan Frias} pada membran mukosa mubit, kerongkongon on pert, muntah, irtasi Kuht dan rasa terbakar, ‘mimisan, radang pda mulut den saluran pernafasan Tritesi tingkat sedang pada bolt dan membran rmukoss, vasa terbakar pala hidung, sins dan dads ‘awk. using. Irtasi pero, muntsh, perut dan dada skit. dire, posing, binguag biz, tidak sadar Keterangan Tidak ada antidot lengsung untuk mengetasi sracunan Oba yang. diberikan hanya menganiesi gala seperti anti konvulsi dan peralasen boaten Cejale kerscunan kerbamat expat muncul ramun cepet hilang jika dibandingkan dengan organofostut. ‘Antidot:stzopin atau palidoksim Jarang terjodi —teracunan, arena ecepaten absorpsi melalui Kulit rendah ddan piretroid cepa lang, Pada umumaya efek mures! 1-2 jam setelah paparan dan hilang dalam 24 jam Piretrin lebib singe dari pada picetuos tapi bersfet intasi pada orang yang peke Alumolasi selma 24-72 jam, tmenimbolkan kematian Lebih ringen dari pada parakuat Dosis tinggi Kontak dalam jangka tama akan menghlangkanpigmen kali. Dalam tub hanya tinggl dalam wale sngkat Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun 2007 1s. Lanjutan. Herbisidaarsenik = ‘Ansar & motar 3. Fangisida Pengawet kaya Kreosot (coal tat) Peatshlorofenol Arsenik 4. Rodentiside Komarin Indedion Seng slfat Surikin Pertumbuhan berlebih pada epidermis, pengelopasan kulit, produksi caizan berlebin peda muks, kelopsk mata dan pergelangan kaki, gars potih pade kaka, Kehilangan kuko, rambut reotok, bercak merah pada rmembran motos, Kerusakan saluran pencermaen: radang mulut dan eerongkongan. perut ruse nyeri Cerboker, haus, smontah,diare berdsrah. Kerusakan sistem saraf pusat: posing, sakit kepala, lemah, Kejang otot. suhu rubuh trun, lomban, mengigav, Koma, kejang-kejang XKerusakan hati kulit kuning Kerusskan darah: pengurangan sel darah merah, putin dan platelet drab, Iritasi pada membran mukoss Tritasi Kult hingga dermatiis,Iritasi mote dan saluran pemafasan, Kerusakan hati porah Sekit kopala, posing, mun}, muntah biru kehitonan-hijay kecoklatan pd kul fimbulbercak Tritasi Soli, mata dan salucanpernafasan rmenimbolkan rasa kako pada Aidung, renggorokan gata, Keluar air meta, berjomwat Demam. sakit kepale, mual, berkeringat banyak, filangnya koordinsi, kejang-kejang, demam tinge) yang otot dav remo, sll bernafas, konstaks dade, yeti penot dan muneah, gelissh, eksitasi dan bingung, haus hebot, Kolaps Mal, sakit Kepela, diare.nyeri peru, posing. kejang tot, mengigas,kejang-kejang Kronis: sakit Kepala menetap, sakit peru, saivasi, demam intasi saloran pemafesan atas. Perdarahan pada hidung, gus kencing berdarah, feses betlendie. simbol bereak br kebitaman-hijey ecoklatan pé kali Kervsakan saraf, jantung dan sistem sirkutesi Themoragi, Kematian pada hewan. Pada manusia belum sds dampak yang dilapockan Diare, ayeri perot, mul, muntah, sesak, teeksits rasa dingin, hileng kesadoran, edema peru, intast hebat, Kerosakan poru-pars, hati, ginjal dan sistem saraf pusat, Koma Kematian Kerusakan sistem saraf dalam 20-30 ment: Rejang: ‘jan hebat, Kesulitan peroafasen, eninggal Ort Keracunan bert Bau bewang potih pada pemnafasan don feses Geojala ruta muncut 1-3 jam sek eparan. Kematian terjadi setelah 1-3 hari Kemudian bissanya skibet kegegalan sistem sirkulasi Dermal inhetasi, oral Ona Dermal Dermal Oral Berdammpak pads sistem saraf puss, pparu-paru, jantong dan hat Gejala muncul T= beberaps jam setlah ‘paparan. Kematian terjadi setelah 1-3 hari ‘elelah paparan (tergantung dosis) 16 Media Litbang Kesehatan Volume XVI Nomor 3 Takum 2007 Lanjutan, 3 Fonigan Solfor Norida ‘Sabi hepa, pasing, ual, muah Depresi. sempoyongan, gagan, mual, muntah, ayeri Tambung. gelisah, mati ras, kedulan, kejeng-kejang, ryeri dan rasa dingin di uli, Kelumpahan pemafasan Fosfin Rasa dingin, ayeri dada, di , munta, beruk, dada sosak, sukar bernafas, lems, haus dan gelisahayen Leng ilangye Korn tungksi, perbesacan pupil tim elit kebiruan, ayer wl eairan pada parv re pings Kang Seng, toma dan Kenan Halokarbon Kulit kemarahun, —melepul menimbolkan kutit kasar dan hi dian pecab-peeah ka yer pent, lemah, eagnp, bingung, tremor, kejang- kejang seperti epilepsi Tanda Peringatan pada Label Kemasan Pestisida No Tanda peringatan T Ta Sangar berboh 2 1b. Sungat berbah 3. Th Berbahaya U1, Cokup berbahaya ‘Tanda-tanda Peringatan Semua pestisida toksik. Perbedaan toksisitas adalah pada derajat atau tingkat toksisitas. Pestisida akan berbahaya jika tejadi paparan yang berlebih. Pada label kemasan pestisida ierdapat 4 tands-ianda peringatan yang ‘menunjukkan derajat pestisida tersebut. Tanda peringaton ini menunjukkan potensi resiko pengguna pestisida bukan keampuhen produk pestisida Petunjuk yang Harus Diikuti bagi Pengguna Pestisida® 1, Selalu menyimpan pestisida dalam wadah asli yang berlabel, 2. Jangan menggunakan mulut untuk meniup lubang pada alat semprot. 3. Jangan makan. minum atau merokok pada tempat penyemprotan den sebelum mencuci tangan. Penanganan Keracunan Pestisida Setiap orang yang pekerjeannya sering berhubungan dengan pestisida seperti petani Tabel bemasan rae Merah tua Koning ta Biru muds ‘buruh penyemprot dan lain-lain harus mengenali gejala dan tanda keracunan pestisida dengan baik. ‘Tindakan pencegahan lebih baik dilakukan untuk menghindari keracunan. Setiap orang yang bethubungan dengan pestisida harus memperhati- kan hal-hal berikut:™ 1. Kenali gejala dan tanda keracunan pestisida dari pestisida yang sering digunakan, 2. Jika diduga keracunan, korban segera dibawa ke rumah sekit atau dokter terdekat. Tdentifikasi pestisida yang memapari korban, berikan informasi ini pada rumah sakit atau dokter yang merawat Bawa label kemasan pestisida tersebut. Pada label tertulis informasi pertolongan pertama penanganan korban. Tindakan darurat dapat dilakukan sampai Pertolongan datang atau korban dibawa ke romah sakit. Pertolongan Pertama yang Diakukan®”* 1. Hentikan paparan dengen memindahkan kkorban dari sumber paparan, lepaskan pakaian korban dan cuci/mandikan korban Media Lirbang Kesehatan Volume XVII Nomor 3 Tahun 2007 7 2 Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan, Korban diinstruksi- kan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada wakty untuk menolong korban Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi reowang pestisida yang memapari Korban dengan rmembawa label kemasan pestisida 4. Keluarga seharusnya diberi pengetahuanw penyulohan tentang pesticida sehingga jika terjadi keracunan miaka keluarga dapat memberikan pertalongen pertama, Daftar Pustaka 4. Lu F.C., Toksikologi Dasar, ed. 2, UI Press, 2 Jakara, 1995, 328-330. Raini M. Sikap dan Perilakw Burwh Penyemprot yang Keracunan Pestisida Organofosfat di Kecamatan Pacet ~ Jawa Barat, Media Penelitian dan Pengembangan Keschatan, 2001. Vol. XINo. 2, 21-25. Remembering Injured dalam htp://sww. getipm.com/ourloved ones/injur htm 13 Mei 2007. Ahmad R., Akad K., Iqbal R.. Muhammad A., 2002. Actte Poisoning Due To Commercial Pesticide in Multan, Pakistan J. Med. Sci. 183) 227-231 dalam hep. //wwwvwpims.com,pk/issues/julsenoz/articl ‘shuml, pada 13 Mei 2007. Depanemen Keschatan R J, Pusat Data Kesehatan, dalam http://bankdata depkes. g0.id/Profil/Indo1997/Annesdliic620ht, pada 13 Mei 2007 Hayes. Jr.. Wayland J., “Dosage and Other Factors Influencing Toxicity” dalam Handbook of Pesticide Toxicology. 1991. vol. 1, 39-96. Darmansyah 1. Gan Sulistia, Kolinergik, dalam Farmakologi dan Terapi ed3, Farmakotogi FKUI, Jakarta, 1987 Schulze L.D.. Ogg C.L., Vitzthum E.F., Signs and Symptoms of Pesticide Poisoning dalam tp W/ianpubs.unl edw/pesticide/ec?S05.hum.. 10. u 12. 4, 15, 16, 1, pada 13 Mei 2007, University of Nebraska Cooperative Extension EC 97-2505-A. Sukasediati N. Suhardi, Hermana, Kumiawan L, Kusnindar, The KAP of Activity Blood Level at Subdistrict Pacet, Cianjur - West Java, Buletin Penelitian Sistem Keschatan ; 1997, |= 2:19 - 32, ‘Ames R.G.. Brown SK, Mengle D.C, Kahn E., Suratton J,W., Jackson R.J., Cholinesterase Activity Depression Among California Agricultural Pesticide Applicators, Indust. Med ; 1989, 15:143 ~ 150. Coye MJ., Bamett P.G., Midiling JE. Velasco AR. Romero P., Clements C.L., Rose T.G, Clinical Confirmation of Organophosphate Poisoning of Agricultural Workers, Am.3.IndMed., 1987. 10 (4): 399- 470. WHO, 1986, Organophosphorus Insectisides: A General Introduction Environmental Health Criteria, 63,WHO Geneva Rahaya C.M., 1982, “Ejek Pestisida Organofosfat Terhadap Penurunan Aktivitas Koline-sterase”, Thesis FRM-UI, Jakarta. Raini M., Pengarwh Istirahat terhadap Aktivitas Kolinesterase Petani Penyemprot Pestisida Organofosfat di Kecamatan Pacet- Jawa Barat, Bulletin Penelitian Kesehatan, 2004, vol.32 No.3. 105-110. Gallo M.A, Lawy NJ, “Organic Phosphorus Pesticides” dalam Handbook of Pesticide Toxicology, 1991, vol Il, 921-951. U Cares, Farm Chemical Safety Series hap//msucares,com/pubs/publications/p1933, hun, pada 13 Mei 2007, Mississippi State University Extension Service. National Guideline Clearinghouse dalam ‘hip //www.guideline. gov/summary.aspx.doc id=4993, pada 13 Mei 2007. Michael CR., Alavanja, Jane A Hoppin, Freya Kamel, 2004, Health Effects of Chronic Pesticide Exposure, Annual Review of Public Health, vol.25, 155-197. Media Litbang Kesehaton Volume XVI Nomor 3 Tahun 2007

You might also like