Professional Documents
Culture Documents
Edy Sanjaya Lase dan Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana
Muhammad Taufiq Universitas Djuanda Bogor
Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35, Bogor 16720.
Korespondensi : Edy Sanjaya Lase, Telp. -
e-mail :
Jurnal Abstract : The purpose of this study are to find out and analyze the optimization of
Living Law, the Consumer Dispute Settlement Agency against disputes in motor vehicle credit
Vol. 10, No. loans in the Bogor region based on Law Number 8 of 1999 concerning Consumer
2,
Protection, and also the inhibiting factor in the optimization of BPSK against disputes
2018
hlm. 155- in motor vehicle loan loans. The research method used in this study is normative
171 juridical research that takes a qualitative approach. The results of this study are: the
role of BPSK on disputes over motor vehicle credit loans is not optimal, it is necessary
to optimize efforts for BPSK to become a fast, inexpensive and fair consumer-focused
settlement institution outside the court. The inhibiting factor is the optimization of
the Bogor City BPSK and Bogor Regency against disputes on motorized vehicle loans,
including legislation and resources. BPSK is shackled by very complex regulations in
the UUPK, even some UUPK articles actually contradict each other. Resource
constraints include human resources, infrastructure and budgeting.
17/02/2016. 5 Ibid.
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018 159
(politik hukum dasar) UUD 1945, yang berlandaskan pada Pancasila dan UUD
perundang-undangan yang sudah, sedang 1945.
dan akan disusun harus berlandaskan pada Hasil evaluasi Badan Perlindungan
nilai-nilai Pancasila. Sehingga harus Konsumen Nasional (BPKN) tahun 2017
terdapat koherensi, konsistensi, dan menyebutkan adanya kekurangan yang
korespondensi antara perundang- terkandung di dalam UUPK sehingga
undangan yang akan disusun, dengan nilai- menjadi hambatan dalam penerapan dan
nilai yang terkandung dalam Pancasila. penegakan UUPK. Hambatan yang
Koherensi diartikan kepaduan makna. dimaksud antara lain:8
Konsistensi dapat diartikan tidak a. Pengertian konsumen akhir yang tidak
mengandung kontradiksi. Norma yang jelas, sehingga menimbulkan beragam
dibuat dalam perundang-undangan tidak penafsiran dalam penerapan dan
mengandung kontradiksi dengan nilai-nilai penegakan UUPK;
Pancasila. Sedangkan korespondensi yaitu b. Penyamaan pengertian kata
adanya hubungan antara peraturan yang ‘memproduksi’ dan
satu dengan yang lain, termasuk peraturan ‘memperdagangkan’ yang memiliki
yang lebih tinggi tingkatnya. Koherensi dan pengertian dan jenis tanggung jawab
korespondensi terhadap produk undang- hukum yang berbeda, sehingga terjadi
undang merupakan sarana bagi kekisruhan dalam penerapan dan
terwujudnya kesesuaian produk tersebut penegakan UUPK;
dengan dasar/falsafah negara Pancasila c. Pengertian klausula baku yang tidak
dan fakta empiris masyarakat Indonesia. jelas dan pengaturan akibat hukum
Hukum perlindungan konsumen penggunaan klausula baku yang keliru,
sebagai bagian dari hukum ekonomi, perlu sehingga menimbulkan beragam
mendapatkan perhatian serius dari negara penafsiran dalam penerapan dan
mengingat tantangan di era global yang penegakan UUPK;
semakin kuat. Globalisasi menjadikan d. Ketidakjelasan pengaturan koordinasi
kegiatan-kegiatan ekonomi semakin antar berbagai instansi penegak hukum
beragam dan melewati batas-batas yang terlibat dalam penegakan UUPK,
teritorial negara. Kegiatan investasi, yaitu antar Departemen terkait, Badan
industri dan perdagangan dengan mudah Penyelesaian Sengketa Konsumen
masuk ke suatu negara, tidak terkecuali (BPSK), Kepolisian, Kejaksaan, dan
Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang Pengadilan;
sangat besar, Indonesia dipandang sebagai e. BPSK tidak diberi wewenang untuk
pasar yang sangat potensial untuk mengeksekusi putusannya, melainkan
memasarkan produk barang atau jasa. harus dimintakan fiat eksekusi pada
Di sisi lain, kondisi masyarakat pengadilan negeri;
(konsumen) Indonesia sangat heterogen f. Walaupun putusan BPSK bersifat final
baik dari segi pendidikan, kemampuan dan mengikat (final and binding),
ekonomi, maupun tingkat kesadaran ternyata UUPK memberi peluang
hukumnya. Tugas utama pengemban kepada para pihak yang tidak
hukum, baik dalam aras legislasi, yudikasi menerima putusan BPSK untuk
maupun eksekusi, adalah mengidentifikasi mengajukan keberatan atas putusan
dan mewujudkan suatu bonum commune. tersebut ke pengadilan negeri;
Tujuan dan kebaikan bersama seluruh g. Badan Perlindungan Konsumen
rakyat Indonesia telah dirumuskan dalam Nasional (BPKN) hanya berfungsi
Pancasila dan UUD 1945. Oleh karenanya sebagai badan penasehat (advisory
diperlukan pembangunan sistem hukum body), sehingga tidak memiliki fungsi
perlindungan konsumen yang kuat dengan
didukung dengan politik hukum ekonomi
8 Ibid.
162 Edy Sanjaya Lase, et. al Optimalisasi Badan Penyelesaian Sengketa..
otoritas dalam membuat putusan. Dalam Tinjauan Yuridis, Yogyakarta: Genta Publishing,
2009, Hlm. 23.
164 Edy Sanjaya Lase, et. al Optimalisasi Badan Penyelesaian Sengketa..
Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, Hlm. 13 Lawrence M. Friedman, The Legal System. A
(mengkondisikan) sub sistem politik, sosial pasal UUPK justru saling bertentangan,
dan budaya. Ketika hukum merupakan misalnya ketentuan Pasal 54 ayat (3) yang
bagian dari sub sistem soaial maka hukum menyatakan bahwa putusan BPSK bersifat
akan sangat dipengaruhi oleh sub sistem final dan mengikat tetapi dalam Pasal 58
ekonomi dan politik. Hubungan sibernetik memberikan ruang bagi pihak yang tidak
antara sub-sub sistem dalam masyarakat puas terhadap putusan BPSK dapat
berlangsung melalui proses arus informasi mengajukan keberatan ke Pengadilan
dari sub sistem dengan tingkat informasi Negeri dan bahkan bisa mengajukan kasasi
tinggi kepada yang rendah. Sebaliknya, sub ke Mahkamah Agung.
sistem dengan tingkat informasi yang lebih Kendala sumber daya meliputi baik
tinggi justru dikondisikan oleh sub sistem sumber daya manusia maupun
yang lebih rendah kemampuannya untuk infrastruktur dan anggaran. Sebagian besar
memberikan informasi. Budaya merupakan anggota BPSK masih berpegang pada cara
sub sistem dengan tingkat informasi tinggi berhukum yang legal-positivistik, sangat
yang berfungsi mengontrol sub sistem di kaku dan normatif-sempit dalam membaca
bawahnya, yaitu sub sistem sosial, politik teks undang-undang. Hart menggunakan
dan ekonomi. Sebaliknya ekonomi istilah ‘skeptisisme-peraturan’ untuk
merupakan sub sistem yang memiliki menjelaskan bahwa peraturan yang
tingkat energi tinggi yang mempengaruhi berlaku masih harus diragukan. Oleh
kondisi sub sistem di atasnya yaitu sub karenanya, dalam setiap sistem hukum
sistem politik, sosial dan budaya. terbuka ruang yang luas untuk melakukan
Peta Parsons tersebut dikembangkan diskresi bagi para petugas hukum agar
lebih lanjut oleh Harry C. Bredemeier yang standar-standar yang awalnya kabur
menjelaskan bahwa sistem hukum menjadi pasti dalam menyelesaikan
(pengadilan) memiliki fungsi adaptif dan ketidakpastian undang-undang, atau dalam
proses pengintegrasian berbagai menjabarkan dan memerinci peraturan-
kepentingan. Benturan kepentingan di peraturan yang isinya hanya secara garis
berbagai bidang memberikan isyarat besar. Dalam penyelesaian sengketa
kepada sub sistem sosial (diwakili oleh konsumen, dimana posisi konsumen
hukum/pengadilan) agar sengketa yang biasanya sangat lemah dan berhadapan
terjadi diselesaikan. Luaran dari dengan pelaku usaha yang kuat, aspek-
penyelesaian ini berupa penertiban aspek nonyuridis seperti aspek ekonomi,
terhadap hubungan kepentingan yang tidak aspek psikologi dan aspek budaya sangat
serasi, sehingga kepentingan yang penting untuk diperhatikan.
berbenturan bisa diorganisasi kembali Berkenaan dengan aspek infrastruktur
menjadi tertib. Pengorganisasian ini bisa dan anggaran, dalam praktek hal ini sangat
berupa penegasan mengenai hak-hak, tergantung pada pemerintah daerah
kewajiban-kewajiban, pertanggunjawaban, (kota/kabupaten) masing-masing karena
penggantian kerugian dan sebagainya.18 penganggaran BPSK dimasukkan dalam
Selain mengenai keberadaan BPSK, APBD. Umumnya masalah penyelesaian
beberapa kendala yang melingkupi BPSK sengketa konsumen tidak menjadi prioritas
antara lain mengenai peraturan dalam APBD sehingga anggarannya relatif
perundang-undangan dan sumber daya. kecil. Pemerintah sebagai institusi
Sebagai sebuah lembaga yang mirip dengan pembentuk BPSK rasanya kurang serius
Small Claim Tribunal/Small Claim Court di dalam pengembangan BPSK sehingga
negara-negara common law, BPSK justru benar-benar bisa berjalan optimal. Kesan
terbelenggu dengan pengaturan yang umum yang nampak baik pemerintah pusat
sangat rigid dalam UUPK. Bahkan beberapa maupun daerah lebih sibuk mengejar dan
melayani investor dari pada memikirkan
18 Ibid.
170 Edy Sanjaya Lase, et. al Optimalisasi Badan Penyelesaian Sengketa..
-----
Jurnal Living Law ISSN 2087-4936 Volume 10 Nomor 2, Oktober 2018 171
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Cetakan Kedua, Jakarta:
Diadit Media, 2002.
Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang: Badan Penerbit
UNDIP, 2011.
Lawrence M. Friedman, The Legal System. A Social Science Perspective, New York: Russell
Sage Foundation, 1975.
----------, Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta: Genta Publishing, 2009.
Suherdi Sukandi, Fungsi dan Peranan Dalam Penyelesaian Sengketa Konsumen, Semiloka
UUPK dan BPSK Kota Bandung, Bandung 29 Mei 2004.
B. Peraturan Perundang-undangan
C. Koran
Suara Merdeka, Menyoal Kepedulian Konsumen, 07/01/2016, & Jawa Pos, Janji Indah Itu
Hanya Basa-basi, 16/01/2016.