You are on page 1of 9

TEKNOLOGI PANGAN : Media Informasi dan Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian Terakreditasi No.

36/E/KPT/2019
Website: https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/Teknologi-Pangan Volume 11, No. 2, (2020), Halaman 135-143
Licensed : Creative Commons Attribution 4.0 International License. (CC-BY) p-ISSN: 2087-9679, e-ISSN: 2597-436X

Pengaruh suhu penyimpanan terhadap kualitas hasil panen komoditas


Brassicaceae
Effect of storage temperature on the quality of the harvest product of brassicaceae
commodities

Murtiwulandari Murtiwulandari1), Deshinta Tri Murty Archery1), Megawati


Haloho1), Rendha Kinasih1), Lois Hintanara Shine Tanggara1), Yetero Hendikus
Hulu1), Krisdania Agaperesa1), Novani Wahyu Khristanti1), Yuli Kristiyanto1),
Surya Seno Pamungkas1), Yoga Aji Handoko1), Gabriella Desnata Yoan Anarki1*)
1
Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah
*Email: yoan.anarki.ya@gmail.com

Info artikel
Dikirim: 21/07/2020; ditinjau: 22/07/2020; disetujui: 20/08/2020

ABSTRACT

Postharvest handling is recommended to maintain the quality of crop commodities.


Brassicaceae is the most popular commodities. The postharvest handling of the
Brassicaceae is important to maintain the quality and freshness up to the hand of
consumers. This research was conducted to observe the effect of storage temperature on
the quality of Brassicaceaeafter seven day of storage. The water content analysis was
performed using the gravimetric method, weight loss was analyzed using the weight
difference percentage method, respiration rate was analyzed using the CO2 absorption
method and continued with titration, Vitamin C content was analyzed using the
idiometric titration method, chlorophyll and carotenoids were analyzed using
spectroscopy methods using DMSO reagent.Storage of Brassicaceaein the freezer can
maintain freshness and good product quality based on low carotenoid content,
respiration rate and tissue weight loss value.
Keywords: Brassicaceae, postharvest, postharvest handling, temperature, storage

ABSTRAK

Penanganan pascapanen direkomendasikan untuk menjaga kualitas komoditas hasil


panen. Brassicaceae adalah salah satu komoditas yang paling banyak diminati
masyarakat. Penanganan pascapanen komoditas Brassicaceae menjadi penting untuk
menjaga kualitas dan kesegaran hasil panen hingga ke tangan konsumen. Penelitian ini
dilakukan untuk mengamati pengaruh suhu penyimpanan terhadap kualitas produk
panen Brassicaceae selama kurun waktu tujuh hari masa simpan. Analisis kadar air
dilakukan dengan metode gravimetri, susut bobot dianalisis menggunakan metode
persentase selisih bobot, laju respirasi dianalisis menggunakan metode penjerapan CO2
dan dilanjutkan dengan titrasi,kandungan vitamin C dianalisis men8ggunakan metode
titrasi idiometri, klorofil dan karotenoid dianalisis menggunakan metode ekstraksi
menggunakan DMSO dan diamati menggunakan spektofotometer.Penyimpanan produk
panen Brassicaceae pada ruang freezer dapat menjaga kesegaran dan kualitas produk
tetap baik berdasarkan rendahnya kandungan karotenoid, penekanan laju respirasi, serta
rendahnya nilai susut bobot jaringan.
Kata kunci: Brassicaceae, pascapanen, penanganan pascapanen, penyimpanan, suhu

135 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i2.2168


Murtiwulandari et al. Volume 11, No. 2, (2020), Halaman 135-143

PENDAHULUAN sehingga mengakibatkan konsentrasi CO2


akan meningkat dan O2 menurun.
Komoditas hortikultura memiliki Penggunaan plastik sebagai bahan kemasan
potensi yang besar karena memiliki nilai buah-buahan dapat memperpanjang masa
ekonomi tinggi. Salah satu diantaranya ialah simpan produk hortikultura segar yang mana
komoditas tanaman Brassicaceae, yakni dapat memperlambat perubahan fisiologis
keluarga aneka kubis dan sawi. Jenis yang berhubungan dengan pemasakan dan
komoditas ini sangat digemari masyarakat pelayuan dari produk hortikultura (Wiryanta,
sehingga berdampak pada tingkat konsumsi 2009).
dan nilai ekonominya yang tinggi (Rukmana, Salah satu cara yang juga efektif dalam
1994; Paradis et al., 1995; Haryanto et al., melakukan penangan pasca panen ialah
2007; Wibisono, 2011). Namun demikian, dengan menurunkan laju respirasi dan
selama proses penyimpanan produk setelah metabolisme dari produk panen. Penekanan
panen mengalami penurunan kualitas yang lajurespirasi dan metabolisme dapat
ditunjukkan dengan perubahan kenampakan dilakukan dengan menurunkan suhu ruang
fisik serta kimiawi produk panen. penyimpanan produk panen(Rachmawati,
Salah satu perubahan yang sangat 2010).Suhu rendah dapat memperpanjang
mencolok saat penyimpanan adalah susut umur simpan sayuran dan dapat mengurangi
berat dan perubahan kandungan pigmen (zat aktifitas enzim klorofilase yang merusak
warna) dalam jaringan. Dengan turunnya klorofil (Rohmat, 2014). Maka dari itu,
kandungan klorofil, maka pigmen-pigmen disusunlah penelitian ini untuk mengetahui
lainnya dapat bertambah ataupun berkurang pengaruh suhu penyimpanan terhadap
pada suhu simpan, kemasan, dan varietasnya. kualitas produk Brassicaceae selama masa
Lama penyimpanan juga memiliki pengaruh simpan setelah panen.
yang cukup besar terhadap kandungan
vitamin C produk hortikultura selama METODE
penyimpanan. Hal ini disebabkan selama
penyimpanan respirasi terus terjadi kenaikan Bahan
dimana akan terbentuk gula-gula sederhana Sampel yang digunakan adalah hasil
yang bertindak sebagai prekursor dalam panen komoditas Brassicaceae yaitu kubis
pembentukan vitamin C. Peningkatan merah (Brassica oleracea var. Capitata
kandungan vitamin C biasanya akan terjadi forma rubra), selada krop (Lactuca sativa
seiring lamanya waktu penyimpanan akan var. Capitata), brokoli (Brassica oleracea
tetapi apabila substrat pembentukan vitamin var. Italica), dan bunga kol (Brassica
C tidak lagi tersedia maka kandungan oleracea var. Botrytis). Larutan dan reagen
vitamin C akan mengalami penurunan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
(Hasanah, 2009). akuades, KOH, HCl, I2, DMSO, dan larutan
Penanganan pascapanen komoditas indikator PP.
Brassicaceae menjadi penting untuk menjaga Alat
kualitas dan kesegaran hasil panen hingga ke Alat yang digunakan antara lain plastik
tangan konsumen.Penanganan pasca panen pengemas (plastic wrap), lemari
buah dan sayuran di Indonesia belum berpendingin dengan suhu 26 C (suhu o
mendapat perhatian yang cukup. Hal ini ruang), suhu 5oC (suhu lemari berpendingin /
terlihat dari kerusakan pasca panen sebesar kulkas), dan suhu -4oC (suhu lemari beku /
25%-28%. Mengemas produk segar dengan freezer), oven dengan suhu 105oC dan botol
plastik dapat menyebabkan adanya timbang, timbangan digital, erlenmeyer,
perubahan atau modifikasi konsentrasi CO2 selang karet, aerator, statif dan buret, serta
dan O2sekitar produk di dalam seperangkat alat tulis dan dokumentasi.
kemasan.Kemasan plastik memiliki
permeabilitas udara yang sangat rendah

136 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i2.2168


Murtiwulandari et al. Volume 11, No. 2, (2020), Halaman 135-143

Metode kulkas), dan suhu -4oC (suhu lemari beku /


Masing-masing sampel dikemas freezer).
menggunakan plastic-wrap dan disimpan Analisis kadar air jaringan dilakukan
selama tujuh hari. Perlakuan penyimpanan dengan metode gravimetri pada suhu
pada tiga suhu berbeda yaitu suhu 26oC (suhu pengeringan 105oC dan lama pengeringan 2
ruang), suhu 5oC (suhu lemari berpendingin / jam. Kadar air dinyatakan dalam satuan
persen (%) dan dihitung dengan rumus
( ) ( )
( )
Susut bobot jaringan dinyatakan dalam satuan persen (%) dihitung dengan rumus
( ) ( )
( )

Laju respirasi jaringan dianalisis dengan metode penjerapan CO2 dan dilanjutkan
dengan titrasi asam-basa. Laju respirasi dinyatakan dalam satuan mg CO2 g-1 menit -1dihitung
dengan rumus
( )
( )
Keterangan:
Molaritas titran : 0,1
Waktu penjerapan : 20 menit
Kandungan klorofil dan karotenoid pada panjang gelombang 480nm, 649nm, dan
dianalisis dengan metode ekstraksi 665nm. Kandungan klorofil dan karotenoid
menggunakan dimetil sulfoksida (DMSO) dinyatakan dalam satuan µg g-1 sampel dan
dan diamati menggunakan spektrofotometer dihitung dengan rumus:

*( ) ( )+
*( ) ( )+
*( ) ( )+
( ) ( ) ( )

Kandungan vitamin C pada jaringan penyimpanan. Data hasil penelitian dapat


sampel dianalisis dengan metode titrasi dilihat bahwa tanaman selada krop yang
idiometri. Vitamin C dinyatakan dalam diletakkan pada suhu ruang memiliki kadar
satuan mg 10g-1 sampel dan dihitung air tertinggi dibandingkan dengan tanaman
menggunakan rumus: jenis Brasicca lainnya dengan nilai kadar air
96%. Singh dan Sagar (2010) menyebutkan
sayuran yang dikemas mengalami
peningkatan kadar air selama penyimpanan
HASIL DAN PEMBAHASAN dan peningkatan pada suhu kamar relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu
Kadar air rendah. Hal ini terjadi akibat adanya jumlah
Herawati (2008) menuliskan bahwa air metabolit sebagai hasil samping proses
faktor yang sangat berpengaruh terhadap respirasi lebih banyak dibandingkan dengan
penurunan mutu produk pangan adalah air yang menguap melalui proses transpirasi,
perubahan kadar air dalam produk. sehingga terjadi akumulasi air di antara sel.
Perubahan kadar air dipengaruhi oleh suhu
dan kelembaban ruangan selama

137 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i2.2168


Murtiwulandari et al. Volume 11, No. 2, (2020), Halaman 135-143

Tabel 1. Kadar air hasil panen komoditas Brassicaceae setelah panen dan setelah masa
simpan
Kadar air (%)
Komoditas
Awal Suhu 25oC (Ruang) Suhu 5oC (Kulkas) Suhu -4oC (Freezer)
Kubis merah 87.00 87.40 82.40 87.20
Selada krop 95.80 96.00 96.00 73.80
Brokoli 86.60 86.60 83.40 90.00
Bunga kol 91.20 79.20 77.20 87.00
Rerata 90.15 87.3 84.75 84.5

Susut bobot nilai sebesar 2,44%. Hal ini sesuai dengan


Hasil pengamatan menunjukkan pada pendapat Pantastico et al. (1989), bahwa
suhu penyimpanan ruang, susut bobot pada pada suhu rendah laju respirasi produk pasca
komoditas Brassicaceae lebih tinggi panen terhambat sehingga susut beratnya pun
dibandingkan nilai rata-rata perlakuan suhu juga akan terhambat. Musaddad (2013)
lainnya, yaitu sebesar 8,18%.Besarnya nilai menuliskan bahwa penyimpanan pada suhu
susut bobot dapat disebabkan dari tingginya rendah (pendinginan) merupakan cara untuk
suhu penyimpanan yang meningkatkan laju menghambat laju penurunan mutu sayuran
transpirasi dan respirasi (Roys, melalui 2 prinsip dasar, yaitu memperlambat
1995).Komoditas Brassica yang disimpan kecepatan reaksi metabolisme sehingga dapat
pada freezer menunjukkan susut bobot yang menghambat laju penurunan fisiologis dan
relatif lebih rendah dibandingkan hasil rata- menghambat pertumbuhan mikroorganisme
rata perlakuan suhu lainnya, dengan rata-rata penyebab kebusukan dan kerusakan.
Tabel 2. Persentase susut bobot hasil panen komoditas Brassicaceae setelah masa simpan
Susut bobot (%)
Komoditas
Suhu 25oC (Ruang) Suhu 5oC (Kulkas) Suhu -4oC (Freezer)
Kubis merah 12.06 7.25 8.67
Selada krop 5.34 0.65 0.39
Brokoli 9.71 1.21 0.31
Bunga kol 5.64 1.52 0.41
Rerata 8.18 3.04 2.44

Penurunan bobot yang kecil sangat berlangsung (Soesarsono, 1981). Pengaruh


diharapkan selama masa simpan. Penurunan lebih nyata akibat kehilangan air adalah
susut bobot ini erat hubungannya dengan perubahan pada rupa (kenampakan),
kandungan air dan perubahan cadangan kelayuan atau pengkerutan. Kehilangan berat
makanan pada hasil panen. Jaringan tanaman pada hasil panen diakibatkan pula oleh
tetap hidup setelah pemanenan dan tetap proses respirasi dan transpirasi. Sebagian
mengalami proses respirasi serta kehilangan besar sayuran yang memiliki nilai susut
air (Burdon, 1997 dalam Mudyantini dkk., bobot sekitar 3-6% dapat menyebabkan
2015). Kehilangan air dari komoditas, selain hilangnya kualitas dan pada sebagian kecil
dipengaruhi oleh suhu penyimpanan, sayuran susut bobot sebesar 10%
dipengaruhi juga oleh kelembaban nisbi menyebabkan sayuran tidak berharga lagi
lingkungan sekitarnya. Susut bobot yang (Woodroof, 1982).
berlebihan dari komoditas menyebabkan Laju respirasi
pelayuan dan pengeriputan sehingga Laju kerusakan pada produk pertanian
kesegarannya pun berkurang (Ryall dan terjadi berbanding lurus dengan kecepatan
Lipton, 1983). Susut bobot yang semakin respirasi yang dimiliki masing - masing
besar seiring dengan semakin lamanya komoditas yakni semakin cepat laju
penyimpanan,terjadi bukan hanya karena respirasinya semakin cepat pula terjadi
kehilangan air selama proses transpirasi, kerusakan pada komoditas tersebut. Maka
tetapi dapat diakibatkan oleh kehilangan dari itu, perludiperhatikan beberapa hal agar
karbon selama proses respirasi masih produk yang dikemas tidak mengalami

138 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i2.2168


Murtiwulandari et al. Volume 11, No. 2, (2020), Halaman 135-143

kerusakan, diantaranya: kemasan harus kedap dengan produk yang dikemas (Soesarsono,
gas, dapat memberikan efek atmosfir 2003).
termodifikasi, dan tidak mencemari/bereaksi
Tabel 3. Laju respirasi hasil panen komoditas Brassicaceae setelah panen dan setelah masa
simpan
Laju respirasi (ml CO2g-1 menit-1)
Komoditas
Awal Suhu 25oC (Ruang) Suhu 5oC (Kulkas) Suhu -4oC (Freezer)
Kubis merah 0.009 0.025 0.025 0.001
Selada crop -0.007 0.031 0.023 0.010
Brokoli 0.032 0.028 0.001 0.019
Bunga kol 0.101 0.023 0.016 0.010
Rerata 0.034 0.027 0.016 0.010

Semua komoditas Brassicaceae yang buahan dan sayuran, yang memberi petunjuk
digunakan sebagai sampel menunjukkan bahwa baik proses biologi maupun proses
bahwa semakin rendah suhu ruang kimiawi dipengaruhi oleh suhu
penyimpanan, maka nilai laju respirasinya (Dwidjoseputro,1990).
juga semakin kecil. Tercatat bahwa laju Vitamin C
respirasi pada sampel setelah perlakuan Safaryani (2007)menuliskan bahwa
penyimpanan, ruang freezermemberikan nilai stabilitas vitamin C biasanya meningkat
laju respirasi terendah yaitu sebesar 0.010 ml seiring dengan penurunan suhu
CO2g-1 menit -1, sedangkan penyimpanan pada penyimpanan, akan tetapi selama pembekuan
suhu ruang memberikan nilai laju respirasi terjadi kerusakan jaringan yang cukup besar
terbesar yaitu 0.027 ml CO2g-1 menit -1. pada bahan yang disimpan, sehingga
Intensitas respirasi dianggap sebagai menyebabkan stabilitas vitamin C menurun.
ukuran laju jalannya metabolisme, dan oleh Data di atas menunjukkan bahwa penurunan
karena itu sering dianggap sebagai petunjuk suhu penyimpanan hingga 5 oC (suhu kulkas)
mengenai potensi daya simpan sayur. Laju memberikan nilai rerata kandungan vitamin
respirasi yang tinggi pada produk sayur C yang tidak jauh berbeda dengan perlakuan
menyebabkan umur simpannya menjadi penyimpanan pada suhu ruang, dengan
pendek. Hal ini juga menjadi petunjuk laju selisih rerata sebesar 0.32 mg. Namun,
kemunduran mutu dan nilai sebagai bahan penyimpanan pada freezer menyebabkan
makanan. Suhu adalah faktor penting yang nilai kandungan vitamin C yang lebih rendah,
mempengaruhi laju respirasi dilihat dari segi yaitu 12.32 mg per 10 g sampel.
penyimpanan. Peningkatan suhu antara 0oC-
35oC akan meningkatkan laju respirasi buah-
Tabel 4. Kandungan vitamin C (asam askorbat) hasil panen komoditas Brassicaceae setelah
panen dan setelah masa simpan
Vitamin C (mg 10g-1sampel)
Komoditas o
Awal Suhu 25 C (Ruang) Suhu 5oC (Kulkas) Suhu -4oC (Freezer)
Kubis Merah 14.96 19.36 14.96 16.72
Selada crop 6.16 6.16 13.20 8.80
Brokoli 9.68 25.22 22.20 14.08
Bunga kol 7.04 12.32 11.44 9.68
Rerata 9.46 15.77 15.45 12.32

Kandungan vitamin C pada komoditas pembentukan vitamin C yang berasal dari


setelah masa simpan menunjukkan nilai yang substrat glukosa 6-PO4. Peningkatan
lebih besar dibanding pada analisis awal. Hal kandungan vitamin C biasanya akan terjadi
ini mungkin terjadi akibat proses pelayuan seiring lamanya waktu penyimpanan akan
yang terjadi selama masa simpan. tetapi apabila substrat pembentukan vitamin
Meningkatnya kandungan vitamin C selama C tidak lagi tersedia maka kandungan
fase pelayuan terjadi akibat adanya

139 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i2.2168


Murtiwulandari et al. Volume 11, No. 2, (2020), Halaman 135-143

vitamin C akan mengalami penurunan degradasi klorofil yang relatif besar dengan
(Safaryani, 2007). kandungan klorofil yang mampu
Total klorofil dipertahankan berturut-turut sebesar 11% dan
Klorofil dikatakan sudah rusak jika 16% saja.Rendahnya kandungan pigmen
kadar klorofil turun hingga 50%.Data pada klorofil pada penyimpanan suhu ruang
Tabel 5 menunjukkan bahwa semakin rendah diduga karena suhu tersebut sudah dapat
suhu penyimpanan, maka kandungan klorofil mengurangi aktivitas enzim klorofilase yang
yang diamati setelah masa simpan semakin merusak klorofil. Penyimpanan pada suhu
besar nilainya. Penyimpanan pada ruang rendah dapat mengurangi aktivitas enzim
freezer mampu mempertahankan kandungan klorofilase sebanyak 50% dibandingkan
klorofil sebesar 68% dari nilai awal sebelum dengan penyimpanan pada suhu ruang. Suhu
perlakuan penyimpanan. Penyimpanan pada rendah dapat memperpanjang umur simpan
suhu ruang dan suhu kulkas menunjukkan klorofil pada sayuran (Rohmat, 2014).

Tabel 5. Kandungan total klorofil hasil panen komoditas Brassicaceae setelah panen dan
setelah masa simpan
Total Klorofil (µg g-1)
Komoditas
Awal Suhu 25oC (Ruang) Suhu 5oC (Kulkas) Suhu -4oC (Freezer)
Kubis merah 0.55 0.18 0.05 0.21
Selada crop 0.64 0.14 0.19 0.44
Brokoli 2.32 0.05 0.43 2.06
Bunga kol 0.83 0.10 0.04 0.23
Rerata 1.085 0.118 0.178 0.735

Warna menjadi indikator kesegaran perubahan warna dari hijau menjadi kuning
untuk komoditas sayuran, termasuk produk sampai merah (Johansyah, 2014).
panen Brassicaceae. Suhu penyimpanan Total karotenoid
sangat mempengaruhi tingkat kecerahan Susanto (1994) menyatakan bahwa
sehingga warna tetap bisa terjaga. Proses kandungan karotenoid akan meningkat pada
respirasi yang lebih cepat dapat permulaan senescene. Kandungan karotenoid
meningkatkan degradasi pigmen,sedangkan akan meningkat seiring dengan degradasi
penurunan laju respirasi menyebabkan klorofil pada jaringan sayuran. Total
pematangan dan perubahan warna terhambat. karotenoid setelah dilakukan pengujian dan
Konsentrasi O2 yang rendah dapat analisis memiliki nilai rata-rata pada
berpengaruh terhadap laju respirasi dan perlakuan awal sebesar 0.03 µg g-1.
oksidasi substrat menurun, pematangan Penyimpanan pada freezer memberikan nilai
tertunda dan sebagai akibatnya umur kandungan karotenoid yang terendah
komoditi menjadi lebih panjang, perombakan dibandingkan dengan perlakuan
klorofil tertunda dan produksi C2H4 rendah. penyimpanan yang lain, yang tercatat sebesar
Hilangnya warna hijau merupakan peralihan -0.03 µg g-1. Penyimpanan pada suhu yang
dari fungsi kloroplas ke kromoplas yang lebih tinggi memberikan hasil kandungan
mengandung pigmen karotenoid.Seiring karotenoid yang lebih besar pula, dimana
dengan lamanya masa simpan dan suhu ruang dan suhu kulkas berturut-turut
metabolisme yang terus berjalan, maka memberikan nilai sebesar 0.05 µg g-1dan
terjadi degradasi klorofil sehingga terjadi 0.0875 µg g-1.

140 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i2.2168


Murtiwulandari et al. Volume 11, No. 2, (2020), Halaman 135-143

Tabel 6. Kandungan total karotenoid hasil panen komoditas Brassicaceae setelah panen dan
setelah masa simpan
Total Karotenoid (µg g-1)
Komoditas o
Awal Suhu 25 C (Ruang) Suhu 5oC (Kulkas) Suhu -4oC (Freezer)
Kubis merah 0.08 0.06 0.05 0.03
Selada crop 0.08 0.02 0.10 0.16
Brokoli -0.13 0.10 0.18 -0.31
Bunga kol 0.09 0.02 0.02 0.00
Rerata 0.030 0.050 0.0875 -0.030

Korelasi perlakuan dan antar parameter karotenoid juga semakin rendah, begitu pula
Perlakuan variasi suhu penyimpanan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa suhu
memberikan pengaruh terhadap kualitas penyimpanan yang semakin rendah dapat
komoditas sayuran yang disimpan. Tabel 7 membantu menjaga kualitas dan kesegaran
menunjukkan bahwa suhu penyimpanan produk panen, khususnya Brassicaceae,
memberikan pengaruh yang paling besar dimana kandungan karotenoid yang menjadi
terhadap kandungan total karotenoid dengan penanda adanya degradasi klorofil sebagai
nilai korelasi positif. Artinya, semakin bentuk kemunduran kualitas sayur.
rendah suhu penyimpanan maka kandungan
Tabel 7. Nilai korelasi perlakuan suhu penyimpanan terhadap parameter kualitas hasil panen
komoditas Brassicaceae selama masa simpan setelah panen
Parameter pengamatan Nilai korelasi terhadap suhu penyimpanan
Kadar air 0.04
Susut bobot 0.69
Laju respirasi 0.87
Vitamin C 0.60
Total klorofil -0.18
Total karotenoid 0.98

Perlakuan suhu penyimpanan juga akan diikuti pula dengan turunnya laju
memberikan nilai korelasi yang cukup tinggi respirasi dari komoditas. Artinya bahwa
pada amatanlaju respirasi. Nilai ini perlakuan penurunan suhu penyimpanan
menunjukkan bahwa suhu penyimpanan efektif untuk menurunkan proses
memberikan pengaruh yang signifikan metabolisme jaringan dari komoditas
terhadap laju respirasi dari komoditas yang Brassicaceae, terutama laju respirasi, yang
diamati. Korelasi yang positif menunjukkan kemudian akan berpengaruh pada kualitas
bahwa semakin rendah suhu penyimpanan dan kesegaran produk.
Tabel 8. Nilai korelasi antar parameter dalam pengaruh perlakuan suhu penyimpanan terhadap
kualitas hasil panen komoditas Brassicaceae selama masa simpan setelah panen
Parameter Kadar Susut Laju Vitamin Total Total
pengamatan air bobot respirasi c klorofil karotenoid
Kadar air 1
Susut bobot 0.75 1
Laju respirasi -0.47 0.23 1
Vitamin C 0.82 0.99 0.11 1
Total klorofil 0.98 0.60 -0.64 0.69 1
Total karotenoid -0.15 0.54 0.94 0.43 -0.36 1

Tabel 8 menunjukkan bahwa susut yang cukup erat dengan kandungan klorofil,
bobot berhubungan sangat erat dengan vitamin C dan nilai susut bobot. Tingginya
kandungan vitamin C pada jaringan. Semakin nilai kadar air dalam jaringan akan diikuti
besar nilai susut bobot yang dihasilkan, maka pula dengan tingginya kandungan klorofil
semakin besar pula kandungan vitamin C yang teramati. Selain itu, kandungan vitamin
yang tercatat. Kadar air memiliki hubungan C dan nilai susut bobot juga akan meningkat.

141 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i2.2168


Murtiwulandari et al. Volume 11, No. 2, (2020), Halaman 135-143

KESIMPULAN Herawati, H. (2008). Penentuan umur simpan


pada produk pangan. Prosiding Jurnal
Perlakuan variasi suhu penyimpanan Litbang Pertanian, 27(4), 124-130.
berpengaruh terhadap kualitas produk Johansyah, A., Prihastanti, E., &
Brassicaceaeyang disimpan. Suhu yang Kusdiyantin, E. (2014). Pengaruh
semakin rendah memberikan dampak yang plastik pengemas low density
lebih baik, diamati dari nilai total karotenoid, polyethylene (LDPE), high density
laju respirasi, susut bobot, dan kandungan polyethylene (HDPE) dan polipropilen
vitamin C. Penyimpanan produk panen (PP) terhadap penundaan kematangan
Brassicaceae pada ruang freezer dapat buah tomat (Lycopersicon
menjaga kesegaran dan kualitas produk tetap esculentumMill).Buletin Anatomi dan
baik berdasarkan rendahnya kandungan Fisiologi, 23(1), 46-57.
karotenoid, penekanan laju respirasi, serta Mudyantini, W., Anggarwulan, E., &
rendahnya nilai susut bobot jaringan. Rahayu, P. (2015). Penghambatan
pemasakan buah srikaya (Annona
UCAPAN TERIMA KASIH squamosaL.) dengan suhu rendah dan
pelapisan kitosan. Agric, 27(1), 23-29.
Terima kasih mendalam untuk Bapak Musaddad, D. (2013). Laju perubahan mutu
Kurniawan Andrianto, S.P. selaku laboran kubis bunga diolah minimal pada
Laboratorium Benih dan Teknik Pengolahan berbagai pengemasan dan suhu
Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian dan penyimpanan. Jurnal Hortikultura,
Bisnis UKSW, Ibu Wamilia Yulianingsih, S. 23(2), 184-194.
Si. dan Saudari Vania Putri Santosa sebagai Pantastico, E. B., Chachin, K., Ogata, K., &
asisten dosen matakuliah Penanganan Phan, C. (1989). Fisiologi pasca
Pascapanen Fakultas Pertanian dan Bisnis panen, penanganan dan pemanfaatan
UKSW atas pendampingan dan bantuan baik buah-buahan dan sayur-sayuran
secara materi maupun moral dalam tropika dan subtropika. Yogyakarta:
penyusunan penelitian dan penulisan laporan Gadjah Mada University Press.
ini. Paradis, C., Castaigne, F., Desrosiers, T., &
Willemot, C. (1995). Evaluation of
DAFTAR PUSTAKA vitamin c, β-carotene and chlorophyll
content in broccoli heads and florets
Dwidjoseputro. (1990). Dasar-dasar during storage in air. Sciences des
mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Aliments, 15(2), 113123.
Firmansyah, Y., Raswen, E., & Rahmayuni. Rachmawati, M. (2010).Pelapisan chitosan
(2016). Pemanfaatan kitosan untuk pada buah salak pondoh (Salacca
memperpanjang umur simpan buah edulis Reinw,) sebagai upaya
pepaya varietas california. Jurnal Sagu, memperpanjang umur simpan
15(2), 11-20. dankajian sifat fisiknya selama
Hasanah, U. (2009). Pemanfaatan gel lidah penyimpanan. Jurnal Teknologi
buaya sebagai edible coating untuk Pertanian, 6(2), 45-49.
memperpanjang umur simpan paprika Rohmat, N., Ibrahim, R., & Riyadi, P. H.
(Capsicum annum varietas sunny) (2014). Pengaruh perbedaan suhu dan
[Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian lama penyimpanan rumput laut
Institut Pertanian Bogor]. Sargassum polycistum terhadap
http://repository.ipb.ac.id/handle/12345 stabilitas ekstrak kasar pigmen klorofil.
6789/12118 Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi
Haryanto, E., Suhartini , T., Estu, R., & Hasil Perikanan, 3(1), 118-126.
Sunarjono, H. H. (2007). Sawi & Roys, R., Annantheswaran, R. C. &
selada. Jakarta: Penebar Swadaya. Beelman, R. B. (1995). Fresh

142 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i2.2168


Murtiwulandari et al. Volume 11, No. 2, (2020), Halaman 135-143

mushroom quality asaffected/ modified Soesarsono. (2003). Melakukan pengemasan


atmosphere packaging. Journal of secara manual. Jakarta: Erlangga.
Food Science, 60(2), 334-340. Susanto, T. (1994). Fisiologi dan teknologi
Rukmana. (1994). Bertanam selada dan pasca panen. Yogyakarta: Akademika.
andewi. Yogyakarta: Kanisius. Woodroof, J. G. (1982). Peanuts:
Ryall, A.L & Lipton, W.A. (1983). Handling, production, processing, products(3rd
transportation and storage of fruits and ed).Connecticut: AVI Publishing
vegetables. Connecticut: AVI Company, Inc., Westport.
Publishing Company Inc., Westport. Wibisono, H. (2011). Analisis efisiensi
Safaryani, N. (2007). Pengaruh suhu dan usahatani kubis (studi empiris di Desa
lama penyimpanan terhadap penurunan Banyuroto Kecamatan Sawangan
kadar vitamin C brokoli (Brassica Kabupaten Magelang [Skripsi,
oleracea L).Buletin Anatomi dan Fakultas Ekonomi Universitas
Fisiologi, 15(2), 39–45. Diponegoro Semarang].
Singh, U. & Sagar, V. R. (2010). Quality http://eprints.undip.ac.id/28080/
characteristic of dehydrated leafy Wiryanta, B. T. W. (2009).Bertanam tomat.
vegetables influenced by packing Jakarta: AgroMedia Pustaka.
material and storage temperature.
Journal of Science and Industrial
Research, 69(1), 785-789.

143 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i2.2168

You might also like