You are on page 1of 4

Mitos Jawa Sebagai Pencegah Penyakit Pencernaan Pada

Manusia

Amalia Anindar Rohali


Mahasiswa Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
E-mail: rohaali28@gmail.com

Abstract. Myth is something that is considered magical and polytheistic in the community.
Apart from the magical and polytheistic, the myth is still widely believed by the people of
Java and it makes sense to be used as a prevention of some diseases. People's habits in the
wrong way of eating and drinking unwittingly have an impact on human digestive health.
That way, the previous Javanese community used the Javanese myth as a tool to reduce the
bad habits of the people that interfere with human digestive health. The method used in this
study is a qualitative literature study method with a case study of the impact of myths on
human digestive health, especially the Javanese community who until now still believe in
Javanese myths. After doing research on Javanese myths that are rife among Javanese
people, it shows that Javanese myths have a good impact on the life patterns of Javanese
community activities. Mystery and mystical values that exist in Javanese myths attract
people's attention to know and think about the meaning of these myths. Through the
Javanese myth, health science that sounds serious and boring becomes an activity that
people unconsciously do in their daily lives and prevents people from health problems.
Thus, the Javanese myth that still prevails among the Javanese community is one effective
way to prevent people from behaving wrongly which causes disruption to human digestive
health..

Keywords: myth, faith, society of Java.

1. Pendahuluan
Perilaku manusia selalu memiliki sifat baik dan buruk. Adapun perilaku baik yang seharusnya dijaga
dan dipertahankan dalam menjalani kehidupan, sedangkan perilaku yang buruk sejatinya adalah
suatu hal yang sulit untuk dihilangkan dan menjadi tugas yang harus diperbaiki setiap manusia
dengan cara yang berbeda-beda setiap manusia. Berbicara mengenai penanganan perilaku buruk,
masyarakat jawa memiliki cara tersendiri dalam mengubah kebiasaan buruk manusia, khususnya
masyarakat jawa, untuk meninggalkan kebiasaan buruk dengan mengunakan mitos jawa.
Suatu kepercayaan masyarakat yang berisi larangan-larangan dan biasanya memiliki makna
tertentu di setiap mitosnya. Mitos sendiri adalah imajinasi manusia yang berisi gambaran mengenai
misteri dan mistis sebagai pesan yang disampaikan kepada masyarakat. (Roland Barthes) mitos
diartikan sebagai tuturan mitologis bukan saja berbentuk tuturan oral, tetapi tuturan yang dapat
berbentuk tulisan, fotografi, film, laporan ilmiah, olah raga, pertunjukan, iklan, lukisan, pada
dasarnya adalah semua yang mempunyai modus representasi dan mempunyai arti (meaning) yang
belum tentu bisa ditangkap secara langsung, misal untuk menangkap arti sebuah lukisan diperlukan
interpretasi.
Masyarakat jawa merupakan salah satu masyarakat yang sampai saat ini masih mempercayai mitos
karena dengan melalui mitos ini, sebuah pesan terselubung yang ada dalam mitos tersampaikan
dengan baik walaupun mitos terdengar aneh dan mustahil. Menurut orang tua terdahulu, dalam
penyampaian larangan keburukan melalui mitos yang berbau misteri dan mistis dianggap lebih
manjur dan dipercaya karena mitos terdengar mengerikan. Nilai-nilai yang terkandung dalam mitos
jawa bertujuan untuk mengatur dan mencegah keburukan dari segi kesehatan, kesopanan, dan
sebagainya.
Dalam kehidupan nyata, banyak tingkah laku manusia yang dilakukan hanya atas dasar “suka” dan
melupakan kesehatan diri masing-masing. Dalam lingkup kesehatan, masyarakat paham bahwa makan
dan minum sambil berdiri, berjalan, berbaring itu tidak baik bagi kesehatan tubuh. Namun, atas dasar
“suka” atau merasa “bodo amat”, masyarakat tetap melakukan aktivitas tersebut. Atas hal tersebut,
nenek moyang zaman dahulu mengggunakan mitos sebagai alat untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Dalam permasalahan ini, nenek moyang menyangkut pautkan aktivitas tersebut dengan hal
yang berbau misteri dan mistis sehingga masyarakat jawa, khususnya anak-anak merasa takut dan
menghindari aktivitas tersebut dan secara tersirat mereka mengurangi faktor bahaya yang terjadi
dalam tubuhnya.
Sebagai sarana pencegahan permasalahan dalam percernaan manusia, mitos digunakan
sebagai salah satu cara yang efektif di luar konsep keilmuan yang mana pesan dari mitos
tersampaikan secara tersirat secara nalar manusia.

2. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi literatur kualitatif. Pada
dasarnya penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami kejadian yang
dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan, secara holistic
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang
alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2014). Peneliti ingin
menggambarkan atau menjabarkan fakta-fakta mengenai pesan tersirat yang ada pada suatu mitos
jawa. Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti yaitu metode literasi.

3. Hasil dan Pembahasan


Sudah Era globalisasi seperti sekarang ini, semakin banyak masyarakat yang berorientasi pada
budaya barat dan mulai asing dengan budaya lokal yang menjadi ciri khas bangsa. Mitos jawa
merupakan salah satu budaya lokal yang seiring waktu semakin diangap sebagai cerita fiktif yang
tidak memiliki makna. Dalam beberapa survei yang telah peneliti lakukan, meskipun dalam budaya
lokal saat ini sudah bercampur dengan budaya asing yang bertentangan dengan budaya lokal,
masyarakat jawa, khususnya sebagian kecil dari anak-anak masih ada yang mempercayai adanya
mitos-mitos jawa, namun tidak mengetahui apa maksud dari mitos tersebut. Sebagian yang lain ada
yang tidak percaya dan bahkan masih ada anak-anak dan bahkan masyarakat baru mengetahui mitos
tersebut.
Dalam pembahasan mengenai mitos jawa yang masih beredar di kalangan masyarakat jawa,
peneliti memfokuskan lingkup permasalahan yang dibahas, yaitu mitos jawa yang tanpa disadari
berguna sebagai pencegah penyakit pencernaan pada manusia. Mitos jawa yang dimaksud yaitu:
a. Makan sambil tiduran bisa berubah jadi ular.
b. Makan sambil jalan akan tersandung setan.
Mitos “makan sambil tiduran bisa berubah jadi ular” dan “makan sambil jalan akan tersandung
setan” dianggap sebagai mitos yang berguna bagi kesehatan tubuh manusia. Setelah masyarakat
jawa mengetahui mitos tersebut, masyarakat jawa, anak-anak, berfikir bahwa apa yang disampaikan
dalam mitos tersebut adalah kejadian nyata yang pernah terjadi pada zaman dahulu. Itulah alasan
mengapa sebagian anak-anak di Jawa menghindari dan menjauhi kebiasaan buruk makan sambil
tiduran dan atau berjalan karena merasa takut apabila yang dkatakan dalam mitos benar-benar
terjadi. Untuk beberapa masyarakat yang belum bisa mempercayai mitos tersebut, mereka
menganggap bahwa mitos tersebut adalah salah satu cerita fiktif yang ada pada dongeng-dongeng
dan mustahil untuk terjadi di dunia nyata. Meskipun mereka tidak mempercayai mitos tersebut,
anak-anak tetap ada yang tidak melakukan kebiasaan buruk seperti makan sambil tiduran dan
sambil berjalan karena bukan karena dampak dari mitos tersebut, melainkan pembelajaran
mengenai kesehatan yang berhasil terpupuk dalam diri anak-anak.
Mitos jawa yang telah dijabarkan adalah sebuah larangan dari nenek moyang terdahulu
pada anak-anaknya untuk tidak melakukan kebiasaan buruk yang nantinya berdampak pada
kesehatan tubuh. Di larangnya suatu perbuatan hanyalah untuk menghindarkan dari dampak yang
ditimbulkan, dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan makan sambil tiduran dan makan sambil
berjalan hampir sama, diantaranya yaitu:
a. Refluks asam lambung (GERD)
GERD merupakan gangguan pencernaan yang dapat menyebabkan rasa asam di mulut dan
rasa terbakar di dada. Ketika proses makan dilakukan sambil berbaring, gaya gravitasi akan
melonggarkan klep yang berfungsi sebagai pengatur lalu lintas pergerakan makanan dan kerjanya
dipengaruhi oleh gravitasi. Hal ini menyebabkan asam makanan yang sudah tercerna dalam perut
mengalir kembali ke dalam kerongkongan.
b. Luka pada kerongkongan
Makan sambil tiduran ataupun berjalan juga mengakibatkan asam makanan yang sudah
tercerna di dalam perut akan mengalir balik ke dalam kerongkongan. Asam yang naik tersebut
mengikis lapisan dinding kerongkongan dan menyebabkan luka.
c. Begah
Rasa begah disebabkan oleh sistem pergerakan makanan yang melambat karena posisi organ
pencernaan horizontal. Sistem pergerakan makanan yang melambat menyebabkan menumpuknya
makanan yang menuju lambung. Hal tersebut menyebabkan sistem pencernaan yang mengalami
stress dan membuat diding perut terasa kaku. Tekanan besar oleh tumpukan makanan akan
mendorong makanan hingga masuk ke katup lambung. Setelah makanan dalam jumlah besar
berhasil masuk ke dalam lambung, usus menganggap bahwa jumlah makanan yang terima terlalu
besar secara tiba-tiba dan usus mengalami kebcoran yang menimbulkan rasa begah setelah
makan.
Hal tersebut merupakan sebagian contoh gangguan kesehatan pada pencernaan manusia
yang ditimbulkan dari kebiasaan buruk makan sambil tiduran dan berjalan. Proses makan yang
sesuai adalah makan dan minum sambil duduk lebih sehat dan sopan. Dikarenakan apa yang
dimakan dan diminum seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lembut
(Sohrah, 2016). Juga dijelaskan dalam dunia kesehatan bahwa makanan dan minuman yang berjalan
secara perlahan dalam usus manusia, maka proses penyerapan menjadi maksimal.
Telah dijabarkan bagaimana kesehatan memandang cara makan dan minum sambil tiduran
dan berjalan tidak baik bagi kesehatan pencernaan manusia. Dalam hubungannya dengan mitos
yang peneliti bahas, mitos jawa “makan sambil tiduran bisa jadi ular” dan “makan sambil berjalan
akan tersandung setan” adalah suatu bentuk larangan nenek moyang zaman dahulu untuk
mengajarkan kepada anak-anaknya bagaimana cara makan yang benar dengan melalui mitos yang
berbau misteri dan mistis, bahkan dianggap musyrik bagi sebagian orang.

4. Simpulan
Entah disadari atau tidak, mitos jawa memiliki nilai positif dibalik hal misterinya. Mitos
jawa juga diidentikkan dengan larangan untuk anak-anak karena masa anak-anak adalah masa yang
paling diingat dalam hidup seseorang. Pengalaman pada masa anak-anak selalu tersimpan di dalam
pikiran dan menjadi pengingat otomatis bagi diri masing-masing. Mitos jawa yang dijelaskan dalam
pembahasan adalah sebuah kalimat larangan untuk berperilaku buruk yang terdengar fiktif dan
mustahil terjadi dalam dunia nyata. Namun, jika dipndang dari sisi kesehatan pesan tersirat yang
ada dalam mitos jawa sejalan dengan perilaku baik yang mencegah gangguan kesehatan manusia
khususnya pada organ pencernaan. Penegasan ulang diibaratkan dalam mitos pertama, pesan yang
disampaikan adalah larangan untuk makan dengan keadaan berbaring yang apabila dijelaskan dari
segi kesehatan akan masuk akal mengapa makan sambil berbaring dilarang, hal tersebut tentu saja
disebabkan oleh ganguan kesehatan pencernaan manusia dalam posisi berbaring. Makanan yang
tercerna dalam tubuh manusia pada saat berbaring tidak akan berlangsung secara maksimal.
5. Daftar Pustaka
Moleong, L. J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif edisi revisi Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset. ISBN 979-514-051-5.
Roland Barthes, R. G. (1972). Mythologies. New York: Noonday Press.
Ariska. (2018). Perilaku Etika Makan dan Minum sesuai Sunna. HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWA
PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI DAN HADIST TERHADAP ETIKA MAKAN DAN MINUM
SESUAI SUNNAH DI SMA ISLAM AL-FALAH ABU LAM U.
SAPIE, M. J. (2017). KONSEP POLA MAKAN SEHAT DALAM PERSPEKTIF HADIS DALAM
KITAB MUSNAD AHMAD ( Studi Analisis Kritik Sanad dan Matan ).
Anggita, N. (2012). Hubungan Faktor Konsumsi dan Karakteristik Individu dengan Persepsi Gangguan
Lambung pada Mahasiswa Penderita Gangguan Lambung di Pusat Kesehatan Mahasiswa (PKM)
Universitas Indonesia tahun UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2011.
Sohrah. 2016. “Etika Makan dan Minum dalam Pandangan Syariah”. Jurnal AlDaulah. Vol. 5, No. 1.

You might also like