You are on page 1of 7

ANALISIS KESULITAN MEMBACA (DISLEKSIA) PADA PESERTA DIDIK SD

NEGERI CILEMBER 02

ANALYSIS OF READING DIFFICULTY (DISLEXIA) IN STUDENTS IN SDN


CILEMBER 02

Amelia Herya Putri1, Widyasari2, Mega Febriani Sya3


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Djuanda Bogor
2
Staff Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Djuanda Bogor
3
Staff Pengajar Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Djuanda Bogor
, Jl. Tol Ciawi Kotak Pos 35 Bogor 16720.
Telp/HP: 081384428767, E-mail: ameliaherya14@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to find out how schools identify students who experience dyslexia in class II. The
background of the problem problems in the focus of research in Cilember Elementary School 02, Cisarua
District, Bogor Regency is the lack of teacher knowledge about students with identification of dyslexia.
And identification of dyslexia based on the severity of dislection. There is no way the teacher handles
dyslexic students based on their severity. In this study using interviews, observation, and documentation.
This study uses a type of qualitative research with ethnographic research design. This study uses
data reduction methods to collect the material to be studied. After data reduction is continued with the
presentation of the data, the data that has been collected is then presented. The last stage, which is data
verification, is the result of research.
The results of the study state that there is no identification of dyslexia in public schools but the
teacher already knows some students who experience dyslexia. There is no way to identify the severity of
dyslexia in students. Too simple is the way the teacher handles dyslexic students with moderate and
severe levels.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sekolah mengidentifikasi peserta didik yang
mengalami disleksia di kelas II. Latar belakang permasalahan permasalahan pada fokus penelitian di SD
Negeri Cilember 02 Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor yakni kurangnya pengetahuan guru tentang
peserta didik dengan identifikasi disleksia. Serta identifikasi disleksia berdasarkan tingkat keparahan
disleksianya. Tidak adanya cara guru menangani peserta didik disleksia berdasarkan tingkat
keparahannya. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Penelitian ini memakai jenis penelitian kualitatif dengan desain penelitian etnografi. Penelitian ini
menggunakan cara reduksi data untuk mengumpulkan bahan yang akan diteliti. Setelah direduksi data
dilanjutkan dengan penyajian data, data yang sudah dikumpulkan lalu disajikan. Tahap terakhir yakni
verifikasi data, merupakan hasil dari penelitian.
Hasil penelitian menyatakan bahwa identifikasi disleksia di sekolah umum memang tidak ada
tetapi guru sudah mengetahui beberapa peserta didik yang mengalami disleksia. Tidak adanya cara untuk
mengidentifikasi tingkat keparahan disleksia peserta didik. Terlalu sederhananya cara guru menangani
peserta didik disleksia dengan tingkatan sedang dan parah.

1
PENDAHULUAN masalah ingatan jangka pendek yang cukup
Disleksia adalah suatu istilah untuk serius. Mereka memiliki masalah dalam
menunjukan pola kesulitan belajar dengan mempertambahkan, memproses serta mengingat
karakteristik adanya problem rekognisi dan kembali informasi yang ada tanpa adanya
akurasi kata, decoding yang jelek dan penguatan signifikan. (d) Permasalahan
kemampuan mengeja yang parah. kordinasi, penderita disleksia pada kategori ini
Disleksia adalah gangguan kemampuan mengalami masalah fisik karena ceroboh,
dan kesulitan yang memberikan efek terhadap buruknya kordinasi gerak dengan pengucapan
proses belajar, di antaranya adalah gangguan kalimat, kesulitan menggunakan huruf capital
dalam proses membaca, mengucapkan, menulis secara tepat. (e) Permasalahan dalam membaca
dan terkadang sulit untuk memberikan kode dan menulis, penderita pada kategori ini
(pengkodean) angka ataupun huruf. memiliki masalah terhadap kesadaran
Definisi disleksia dari DSM-IV fonologikal, yaitu kemampuan mengenali,
(Diagnostic and Statistical Manual for Mental memisahkan, dan membedakan bunyi didalam
Disorders), adalah seorang anak patut dicurigai kata. Biasanya hal ini berpengaruh pada seluruh
menderita disleksia jika prestasi membacanya, aspek keaksaraan seperti membaca, mengeja,
sebagaimana dibuktikan pada suatu tes membaca dan menulis.
yang sudah terstandarisasi yang mengukur Mengenal anak disleksia sebenarnya
keakuratan membaca dan pemahaman atas mudah terliat saat anak usia prasekolah, dengan
bahan bacaan, secara substansial jauh di bawah pendekatan berbasis perkembangan anak sudah
yang semestinya dilihat dari usia kronologisnya, menunjukan gejala dini, yaitu ada
dari kecerdasan yang sudah diukur dengan tes ketidakseimbangan pada profil
standar, dan dari pendidikan yang sesuai dengan perkembangannya, dengan karakteristik sebagai
usianya. berikut: (a) Ada suatu keterlambatan dalam
Secara ringkas disleksia berarti kesulitan bicara dan berbahasa. (b) Terdapat hambatan
seseorang dalam melakukan aktivitas yang untuk mempelajari tugas sederhana yang
berkaitan dengan huruf, terutama kegiatan melibatkan keruntutan aktivitas seperti
membaca dan menulis. Pada umumnya mengingat instruksi secara runtut atau meniru
penyandang disleksia kesulitan mengeja kata, bentuk yang tersusun dari manik-manik yang
membaca, menulis, bahkan berbicara, serta berwarna. (c) Memiliki problem dalam
mendengarkan suara orang lain dan pemusatan perhatian. (d) Tidak mampu
menerjemahkan ke dalam bentuk kata-kata, mengulang kembali bebrapa angka secara runtut,
menganalisa maksud keseluruhan kata-kata, sulit belajar sajak dan hambatan dalam
serta mencampurkan bunyi/suara dalam kata- perkembangan bahasa.
kata. Anak kesulitan belajar membaca sering
Karakteristik disleksia menjadi suatu memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak
hambatan belajar oleh penderitanya maka dari wajar. Mereka sering memperlihatkan adanya
itu, disleksia memiliki ciri-ciri sebagai berikut: gerakan-gerakan membaca yang penuh dengan
(a) Mencampur huruf atau kata-kata yang sama ketegangan seperti mengernyitkan kening,
pengucapannya, seperti b dan d, p dan q. (b) gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit
Permasalahan dengan urutan linier seperti abjad, bibir. Mereka juga sering memperlihatkan
jadwal, kalimat, daftar instruksi. (c) adanya perasaan tidak aman yang ditandai
Permasalahan dengan ingatan jangka pendek, dengan adanya perilaku menolak untuk
penderita disleksia kategori ini kerap mengalami membaca, menangis, mencoba melawan guru.

2
Pada saat membaca mereka sering kehilangan lainnya. Derajat keparahan ini juga ditunjukan di
jejak sehingga sering terjadi pengulanganatau mana si individu tidak bisa tanpa dukungan dari
ada baris yang terlompat sehingga tidak dibaca. tenaga khusus untuk di segala mata ajaran.
Mereka juga sering memperlihatkan adanya Termasuk juga berbagai paket yang disesuaikan
gerakan kepala ke arah lateral, ke kiri atau ke untuk bimbingannya di rumah.
kanan, kadang-kadang meletakan kepalanya ke
buku.
METODE
Anak kesulitan belajar membaca sering Pendekatan ini menggunakan
memperlihatkan kebiasaan membaca yang tidak pendekatan kualitatif etnografi, penelitian ini
wajar. Mereka sering memperlihatkan adanya bertujuan mendeskripsikan (1) pengembangan
gerakan-gerakan yang penuh ketegangan seperti peserta didik disleksia kelas II di SDN Cilember
mengernyitkan kening, gelisah, irama suara 02, (2) pengembangan pengetahuan guru tentang
meninggi, atau menggigit bibir. Mereka juga disleksia dengan tingkat keparahannya, (3)
sering memperlihatkan adanya perasaan tidak pengembangan pengetahuan guru tentang
aman yang ditandai dengan perilaku menolak bagaimana cara menangani disleksia sesuai
untuk membaca, menangis, atau mencoba dengan tingkat keparahannya.
melawan guru. Mereka juga sering DATA DAN SUMBER DATA
memperlihatkan adanya gerakan kepala ke arah Data yang dikumpulkan berbentuk
lateral, ke kiri atau ke kanan, dan kadang-kadang dokumentasi, seperti profil sekolah, visi misi
meletakan kepalanya pada buku. Anak kesulitan sekolah, kondisi sarana prasana, data guru serta
belajar membaca juga sering memegang buku staff kependidikan di SD Negeri Cilember 02.
bacaan yang terlalu menyimpang dari kebiasaan Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari
anak normal, yaitu jarak antara mata dan buku data primer dan data sekunder. Adapun yang
bacaan kurang dari 15 inci (kurang-lebih dimaksud data primer yakni wali kelas, guru
37,5cm). ABK, dan peserta didik dengan disleksia.
Derajat keparahan disleksia merupakan Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari
Kondisi disleksia tidaklah seragam, selain data primer dan sekunder. Adapun yang
terdapat tipe-tipenya, disleksia juga mempunyai dimaksud data primer yakni kepala sekolah,
derajat keparahan yakni: (a) Disleksia ringan wakil kepala bagian kurikulum dan berbagai
merupakan kondisi gangguan di mana hanya pihak yang terkait dalam penelitian ini. Data
mengalami kesulitan dalam membaca mengeja sekunder tediri dari dokumentasi kegiatan saat
tetapi sangat ringan. Individu ini masih dapat melakukan test membaca dan menulis di SD
melakukan kompensasi atau dapat berfungsi Negeri Cilember 02.
baik dengan beberapa penyesuaian, ataupun
dengan bantuan. (b) Disleksia dengan keparahan Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
sedang merupakan kondisi di mana gangguan Teknik pengumpulan data menggunakan
disleksia pada individu ini sangat nampak jelas, obsesrvasi untuk memperoleh tentang kondisi
ia pun memerlukan dukungan selama tahun- serta bagaimana cara guru menangani peserta
tahun di sekolahnya atau bantuan secara intensif didik dengan disleksia sesuai dengan tingkat
dari tenaga khusus yang mempunyai spesialisasi keparahannya, juga dokumentasi guna
ini. (c) Disleksia yang parah merupakan mengumpulkan data yang dibutuhkan misalnya
gangguan membaca dan mengeja yang sangat guna melengkapi hasil dari penelitian.
sulit yang menyebabkan juga masalah tidak bisa
berprestasinya ia di berbagai mata ajaran

3
Prosedur Analisis Data kemampuan menulis maka akan mengalami
Analisis data yang digunakan peneliti banyak kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
berpedoman pada pendapat Miles and pembelajaran di kelas. Dengan demikian,
Huberman, yaitu reduction data, display data, kemampuan menulis murid dengan disleksia,
serta verification (Sugiyono 2016). perlu diperhatikan dengan baik dan khusus,
karena kemampuan menulis akan sangat
HASIL DAN PEMBAHASAN berpengaruh terhadap kegiatan belajar peserta
Penelitian ini dilakukan pada peserta didik. Pada uji kemampuan membaca, hal serupa
didik kelas II SDN Cilember 2. Alasan terjadi seperti pada pengujian terhadap tulisan.
pemilihan objek penelitian ini adalah karena Peserta didik menunjukkan kemampuan yang
memilih SD Negeri karena jarang dilakukan lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan
indentifikasi terhadap murid dengan disleksia. membaca rata-rata murid lainnya. Dari segi
Metode yang dilakukan dalam mengidentifikasi ejaan, ketepatan dan kecepatan, peserta didik
disleksia pada peneltian ini adalah dengan mengalami kendala dalam memadukan huruf.
melakukan observasi melalui kuesioner terbuka Teknik membaca kata per kata yang dilakukan
yang diberikan kepada guru. Melalui observasi oleh murid disleksia yang diobservasi,
awal yang dilakukan untuk menghimpun data menyebabkan murid kehilangan makna dari
mengenai identifikasi peserta didik yang sebuah kalimat. Peserta didik tidak
mengalami disleksia. Data atau informasi yang menunjukkan intonasi yang berbeda pada
akan di paparkan di bawah ini merupakan hasil berbagai jenis pernyataan. Hasil penelitian
temuan penelitian yang didapatkan melalui menunjukkan bahwa murid yang mengalami
proses observasi, wawancara dan dokumentasi disleksia, memiliki gangguan menyebabkan
kepada orang-orang yang ada di SDN Cilember kesulitan dalam membaca. Berdasarkan
2, yakni wali kelas II, IV, V, siswa kelas II, serta penjelasan di atas, peneliti memperoleh
guru SLB. informasi bahwa karakteristik murid yang
1. Identifikasi peserta didik disleksia mengalami disleksia yakni memiliki gangguan
Hasil observasi menunjukkan bahwa dari kurangnya mengenali simbol huruf dan angka,
segi kemampuan verbal, peserta didik yang kurangnya mengenali kata-kata, sulitnya
diduga mengalami disleksia, berbicara layaknya membedakan huruf terutama yang memiliki
peserta didik lain pada umumnya, artinya tidak bentuk dan bunyi yang sama seperti “p dan b”,
ada kesulitan dalam berkomunikasi atau jadi anak juga kesulitan mengingat bunyi yang
berbicara secara terbata-bata. Namun ketika dibentuk.
observasi dilakukan dengan instruksi untuk 2. Identifikasi peserta didik disleksia sesuai
menulis, murid menunjukkan hal yang berbeda dengan tingkat keparahannya
dengan kemampuan rata-rata murid lain pada Tingkat keparahan anak disleksia terbagi
umumnya. Peserta didik menunjukkan respon menjadi tiga yakni, rendah, sedang, dan parah.
lebih lambat dan sulit untuk mengikuti instruksi. Ciri disleksia dengan tingkatan ringan yaitu
Selain itu, peserta didik menunjukkan peserta didik mengeja dengan tidak biasa seperti
kebingungan ketika terdapat instruksi untuk terbata-bata. Ciri disleksia dengan tingkatan
menulis beberapa kata yang mengandung bentuk sedang sering luput dari pengawasan orang tua
huruf yang serupa. Menulis bukan hanya dan guru karena dianggap normal namun sangat
kegiatan menyalin tetapi juga mengekspresikan sulit dalam pengkodingan huruf. Ciri disleksia
pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang dengan tingkatan parah yaitu peserta didik
tulisan sehingga apabila siswa tidak memiliki sangat sulit untuk mengeja huruf, menulis dan

4
juga pengkodingan, ciri disleksia parah harus dapat juga dilakukan oleh konselor yang ahli
diberikan perawatan oleh terapis bidang dalam pendidikan kekhususan. Dilakukan
tersebut. Masing-masing dari ketiga tingkatan perindividu secara berkala, misalnya satu jam
tersebut memiliki ciri yang berbeda. Tetapi perminggu. (e) Individual Education Program
untuk mengetahui tingkat keparahan peserta (IEP) merupakan suatu perencanaan pendidikan
didik diperlukan identifikasi peserta sesuai yang secara khusus dirancang bagi siswa dengan
dengan ciri-ciri disleksia dengan tingkat masalah pendidikan, yang biasa kita kenal
keparahannya. Banyaknya sekolah Negeri yang sebagai anak berkebutuhan khusus. Pada
tidak memenuhi kebutuhan bagi para penderita dasarnya adalah mengadopsi ataupun
disleksia, sehingga guru banyak yang tidak memodifikasi kurikulum yang ada untuk
mengetahui bahwa peserta didiknya mengalami disesuaikan dengan kebutuhan anak. (f)
disleksia baik itu rendah, sedang, dan juga Kompensasi, Dispensasi, dan Toleransi.
parah. Kompensasi adalah mengatasi kekurangannya
dengan menggunakan faktor kuatnya, yang
3. Penanganan peserta didik disleksia sesuai
paling sering terjadi adalah menghafal tulisan
dengan tingkat keparahannya
kata-kata seperti melihat logo-logo. Dispensasi
Penanganan gangguan belajar selayaknya
artinya karena kesulitannya, ia mendapatkan
dilakukan sedini mungkin dengan melalui
keistimewaan yairu bebas tidak melakukan
upaya-upaya: (a) Prevensi, ini selain
karena memang tidak mungkin dikerjakan, dapat
memberikan siasat bagi anak agar mampu
diganti dengan cara lain. Toleransi yaitu
menyandang kekurangan itu, prevensi di kelas 2
memberikan lebih banyak waktu untuk
dan kelas 3 SD yaitu pada dasarnya membaca
menyelesaikan ujian/ulangannya. Ia juga
adalah melaksanakan pemahaman bacaan,
mendapatkan kertas ulangan dengan format
sedang teknik membaca sendiri mempengaruhi
huruf yang besar-besar. (g) Alat Bantu untuk
pemahaman bacaan. (b) Intervensi disleksia,
penyandang disleksia dapat diberikan alat bantu
pengajaran multisensori memanfaatkan semua
misalnya, buku yang dirancang khusus untuk
jalur belajar di otak (visual, auditori, kinestetik-
penyandang disleksia, reading pen yaitu alat
taktil) secara bersamaan untuk meningkatkan
yang berupa pena dengan scanner diujungnya
memori pembelajaran. Metode Gillingham: anak
yang dapat membantu membacakan teks. (g)
belajar berbagai bunyi huruf dan perpaduan
Perhatikan perkembangan sosial emosional anak
huruf-huruf tersebut, anak diminta belajar
karena sering kali disleksia tidak berdiri sendiri,
dengan menggunakan teknik menjiplak/meniru
sering juga diikuti dengan komorbiditasnya.
dalam mempelajari berbagai huruf. (c) Clinical
Karena itu apabila anak mempunyai masalah
Teaching, Istilah ini digunakan saat si anak
perkembangan sosial emosional anak perlu
sedang dalam taraf observasi yang dilakukan
mendapat perhatian yang saksama guna
bersamaan saat ia belajar. Observasi ini
mencegah munculnya masalah perilaku yang
dilakukan gua mengumpulkan data anak dan
bisa membawa problem yang lebih besar dari
melihat karakteristik yang spesifik dari si anak.
pada saat pubertas.
Tujuannya adalah untuk menemukan cara
pengajaran yang tepat sesuai dengan keunikan
anak itu mendapatkan diagnosis. (d) Remedial
Teaching, Diberikan kepada siswa yang spesifik
mempunyai gangguan belajar disleksia,
dilakukan oleh seorang ahli pendidikan
kekhususan atau psikologi pendidikan. Atau

5
KESIMPULAN DAN SIMPULAN terutama untuk murid yang mengalami disleksia.
Kesimpulan Karena jika anak dengan disleksia harus
Berdasarkan hasil observasi terhadap ditangani sedini mungkin maka sebaiknya yang
guru wali kelas, guru ABK dan dosen, dapat harusnya lebih tanggap adalah orang tuanya
disimpulkan bahwa identifikasi peserta didik sebelum guru yang mengajarnya.
disleksia memang tidak ada di sekolah negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada pula identifikasi tingkat keparahan
Anjarnigsih, dan Harwintha, Y. (2011). Jangan
disleksia peserta didik membuat peserta didik
Kucilkan Aku Karena Aku Tidak Mahir
sulit dalam beberapa mata pelajaran. Namun dari
Membaca: Penting Identifikasi Dini
beberapa sumber seperti buku dituliskan bahwa
Disleksia untuk Masa Depan Anak.
disleksia tidak menghambat peserta didik untuk
Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.
berprestasi jika guru mampu memberikan
Dalman. (2014). Keterampilan Membaca.
pelajaran yang memudahkan peserta didik dalam
Jakarta: Rajawali Perss.
belajar. Cara guru menangani peserta didik
Darmawan, Irdawati, dan Yunidar. (2019).
disleksia dengan tingkatan rendah, sedang dan
Meningkatkan Kemampuan Membaca
parah juga tidak berbeda karena guru memang
Permulaan Dengan Menggunakan
tidak mengetahui bagaimana cara menangani
Media Gambar Kelas 1 di Min Buol.
disleksia dengan tingkatan sedang dan rendah.
Jurnal Kreatif Online. 5(4): 1-14.
Guru hanya memberikan pelajaran tambahan di
Gunawan, I. (2015). Metode Penelitian
luar jam sekolah, dan memberikan toleransi saat
Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:
test tertulis sehingga peserta didik dengan
Bumi Aksara.
disleksia dapat belajar dengan baik.
Hermijanto, O. B., dan Valentina, V. (2016).
Implikasi DISLEKSIA: Bukan Bodoh, Bukan
Pada penelitian selanjutnya, diharapkan Malas, Tetapi Berbakat. Jakarta: PT
dapat dilakukan observasi lebih mendalam Gramedia Pustaka Utama.
terhadap identifikasi disleksia dengan tingkatan Kawuryan, F., dan Raharjo, T. (2012). Pengaruh
rendah, sedang dan parah. Khususnya di bidang Stimulasi Visual Untuk Meningkatkan
pendidikan sekolah dasar di SDN Cilember 02 Kemampuan Membaca pada Anak
atau di sekolah lain. Hasil penelitian ini Disleksia. Jurnal Psikologi Pitutur.
diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dan 1(1): 9-20.
evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran Lie, A. (2008). Memudahkan Anak Belajar.
khususnya dalam mengatasi permasalahan Jakarta: Gramedia.
disleksia yang dialami murid di kelas. Perlu Mulyadi. (2010). Diagnois Kesulitan Belajar dan
dilakukan pemilihan strategi yang secara khusus, Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
tepat dan telah dibahas oleh para ahli dalam Khusus. Yogyakarta: Nuha Litra.
beberapa peneltian yang dilakukan pada murid Mulyono, A. (2012). Anak Berkesulitan Belajar.
disleksia. Sekolah juga diharapkan untuk Jakarta: Rineka Cipta.
melakukan home visit ke rumah murid atau Nazir. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia
memanggil orang tua murid, agar peserta didik Indonesia.
mendapat penanganan yang tepat baik di sekolah Rahim, F. (2009). Pengajaran Membaca di
maupun di rumah. Hasil penelitian ini Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
diharapkan dapat memberikan masukan dalam Sani, R. A. (2013). Inovasi Pembelajaran.
rangka pengawasan pembelajaran dan Jakarta: Bumi Aksara.
penanganan permasalahan murid di rumah,

6
Rizkiana. (2016). Analisis Kesulitan Membaca
Permulaan Murid Kelas I SD Negeri
Bangunrejo 2 Yogyakarta. [Skripsi].
Yogyakarta: UNY.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak 2.
Alih bahasa oleh Mila Rahmawati.
Jakarta: Erlangga.
Setiadi, H. W. (2015). Strategi Pembelajaran
untuk Meningkatkan Keterampilan
Baca-Tulis Siswa Disleksia Yogyakarta:
Proseding Seminar Nasional PGSD
UPY dengan Tema Strategi Mengatasi
Kesulitan Belajar ketika Murid Anda
seorang Disleksia. [Internet]. Google
Cendikia, diakses pada 20 Desember
2018
Cecilia, A. S., & Cynthia A. R. (2002). A
Comparison of Multiple Methods for
The Identification of The Children With
Reading. Journal of Learning
Disabilities. 35(3): 234-244.
Sugiarto, E. (2015). Menyusun Proposal
Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis.
Yogyakarta: Suaka Media. Hlm 8.
[Internet]. Google Buku, diakses pada
hari Rabu 21 Maret 2018.
Sugiono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Widyorini, E., dan Van Tiel, J. M. (2017).
Disleksia : Deteksi, diagnosis,
penanganan di sekolah dan di rumah /
Endang Widyorini, Julia Maria van Tiel.
Jakarta: Prenada.

You might also like