You are on page 1of 10

1

A Study on Morphometric and Meristic of Helostoma temmincki from swamp


area in the Bencah Kelubi Village, Tapung Kiri Sub-Regency, Kampar
Regency, Riau Province

By
Siti Muryati , Ridwan Manda Putra2, Deni Efizon2
1

Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau


Email:sitimuryati92@gmail.com

Abstract

Helostoma temmincki is a type of fish that inhabit swamp area in the Bencah
Kelubi Village. This fish has high economical value, around Rp 25,000-
30,000/Kg. Information on biological aspects of this fish, including morphometric
and meristic and is rare. To understand the morphometrical, meristical
characteristics and growth pattern of this fish, a research had been conducted from
June to August 2015. There were 141 fishes (60-121 mm SL and 10.18-87.56 gr
BW) captured from the swamp area in the Bencah Kelubi Village. There were 26
morphological characteristics measured and 6 meristical characteristics studied.
Results shown that all of morphometrical characteristics were almost isometric as
the fish growing. The meristical characteristic of the fish were as follow: D.XVI-
XVIII.13-16; A.XIII-XV.17-19; P.10-11; C. 13-16 and lateral line scale was 44-
48. All of morphological characteristics measured were then compared with SL to
understand the growth pattern. The Lenght-Weight relationship shown that the
growth of male and female H. temmincki was isometric. The water quality
parameter shown that temperature 28-31°C, transparency 17-46.5 cm, pH 5-6, DO
2-3.8 mg/L and CO2 14-20 mg/L. Data on water quality parameters indicate that
water quality from the swamp area in the Bencah Kelubi Village is able to support
the life of the H. temmincki.

Keywords : Helostoma temmincki, swamp, morphometric, meristic, growth


patterns

1) ..................................................................................................... Student
of the Fisheries and Marine Sciences Faculty, Riau University
2) ..................................................................................................... Lecture
of the Fisheries and Marine Sciences Faculty, Riau University

PENDAHULUAN 50-90 cm pada saat tidak musim hujan.


Rawa Banjiran Desa Bencah Di sekitar Rawa Banjiran Desa Bencah
Kelubi merupakan perairan yang Kelubi ini belum banyak aktifitas yang
terbentuk akibat luapan air yang dilakukan masyarakat, kecuali aktifitas
berasal dari DAS Sungai Tapung Kiri penangkapan ikan dan juga perkebunan
yang tidak mampu dialirkan sehingga kelapa sawit. Kegiatan tersebut
air menggenang di area sekitar sungai merupakan mata pencaharian bagi
pada saat musim hujan. Rawa banjiran penduduk yang tinggal di sekitar rawa
memiliki luas sekitar satu hektar banjiran tersebut.
dengan kedalaman perairan rata-rata
2

Salah satu ikan yang hidup di tambakan terutama di perairan Rawa


Rawa Banjiran Desa Bencah Kelubi ini Banjiran Desa Bencah Kelubi.
adalah ikan Tambakan yang termasuk
dalam famili Anabantidae atau METODOLOGI PENELITIAN
Helostomatidae. merupakan salah satu Penelitian ini dilaksanakan
ikan air tawar yang cukup digemari mulai dari bulan Mei sampai Agustus
masyarakat. Umumnya ikan tambakan 2015 di Rawa Banjiran Desa Bencah
ini dipasarkan dalam bentuk segar dan Kelubi Kecamatan Tapung Kiri
dalam bentuk olahan kering seperti Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
ikan asin. Pengamatan dan pengukuran sampel
Usaha budidaya yang belum ikan dilakukan di Laboratorium
banyak dilakukan untuk memenuhi Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu
permintaan tersebut menyebabkan ikan Kelautan Universitas Riau. Sedangkan
ini hanya diperoleh melalui aktifitas pengukuran kualitas air dilakukan
penangkapan. Aktifitas penangkapan langsung di lapangan.
yang dilakukan terus-menerus dan cara Bahan yang digunakan dalam
penangkapan yang tidak ramah penelitian ini adalah ikan Tambakan
lingkungan di rawa banjiran dengan jumlah 141 ekor dan beberapa
mengakibatkan populasi ikan ini bahan kimia yang digunakan untuk
semakin menurun. Kondisi tersebut pengukuran kualitas air seperti
menimbulkan kekhawatiran akan NaOH-KI, H2SO4, MnSO4, amilum,
terjadinya kepunahan pada populasi tiosulfat, penolphthalein dan Na2CO3.
ikan tersebut. Alat yang digunakan dalam penelitian
Informasi tentang ciri ini adalah adalah timbangan O’ Haus
morfometrik dan meristik ikan ketelitian 0,1 (gr), Cool box, penggaris
Tambakan yang ada di perairan Rawa ukuran 30 cm, pena dan pensil, camera
Banjiran Desa Bencah Kelubi masih digital, mikroskop, peralatan secsio,
terbatas, sehingga peneliti tertarik plastik sampel, buku kunci identifikasi,
untuk meneliti studi morfometrik dan dan kertas label.
meristik ikan Tambakan (H. Metode yang digunakan dalam
temmincki) yang ada di perairan Rawa penelitian ini adalah metode survei,
Banjiran tersebut guna mendukung dimana Rawa Banjiran Desa Bencah
kelestarian khususnya di bidang Kelubi Kecamatan Tapung Kiri
perikanan. Kabupaten Kampar Provinsi Riau
Tujuan untuk mengetahui ukuran dijadikan sebagai lokasi survei. Dalam
morfometrik dan meristik, untuk hal ini ikan tambakan dijadikan sebagai
mengetahui pola pertumbuhan, serta objek Penelitian. Data yang
untuk memperoleh data kualitas air dikumpulkan berupa data primer yang
yang terdapat di lingkungan Rawa didapat dari pengukuran ikan sampel di
Banjiran tersebut. Sedangkan manfaat laboratorium.
dari penelitian ini diharapkan dapat Pengambilan ikan sampel pada
memberikan informasi dasar tentang penelitian ini diperoleh dengan cara
aspek biologi ikan tambakan berupa mengambil dari hasil tangkapan
ciri-ciri morfometrik, meristik dan pola nelayan di sekitar rawa banjiran.
pertumbuhan ikan Tambakan dan juga Nelayan tersebut terlebih dahulu
sebagai bahan acuan dalam upaya diarahkan untuk menangkap ikan di
pengelolaan dan pelestarian ikan lokasi penelitian yang telah
ditentukan. alat tangkap yang
3

digunakan nelayan yakni jaring insang Keterangan:


(gill nets) dengan (mesh size) yang A. Panjang total
digunakan mulai 2 cm, lebar jaring 1- B. Panjang standar
1,5 meter dan panjang jaring lebih C. Panjang kepala
kurang 15-20 meter. Pada penelitian ini D. Tinggi kepala
pengambilan ikan sampel dilakukan E. Tinggi badan
tiga kali dengan interval waktu satu F. Tinggi batang ekor
bulan sekali. G. Jarak mulut ke sirip punggung
Lokasi penelitian ditetapkan H. Jarak mulut ke mata
secara purposive sampling. I. Jarak mulut ke pangkal sirip dada
Pengambilan sampel dilakukan pada 3 J. Jarak mulut ke pangkal sirip perut
stasiun dan ketiga stasiun tersebut K. Jarak sirip punggung ke pangkal
diangggap telah mewakili daerah sirip ekor
penelitian yaitu Rawa Banjiran Desa L. Jarak sirip perut ke pangkal sirip
Bencah Kelubi dalam hal pengambilan anus
sampel dan pengukuran kualitas air. M.Jarak sirip anus ke pangkal sirip
Stasiun penelitian yang akan ditetapkan ekor
memiliki kriteria sebagai berikut: N. Diameter mata
Stasiun 1: Bagian rawa yang masih O. Jarak mata ke tutup insang
tergenang air ketika P. Panjang dasar sirip dada
memasuki musim kemarau Q. Tinggi sirip dada
sedangkan pada musim R. Panjang dasar sirip punggung
penghujan terjadi S. Tinggi sirip punggung
pelimpahan debit air. T. Panjang dasar sirip ekor
Stasiun 2: Bagian rawa yang U. Tinggi sirip ekor
tergenang sepanjang tahun V. Panjang dasar sirip anus
dan rawa ini lebih luas jika W. Tinggi sirip anus
dibandingkan dengan X. Panjang dasar sirip perut
stasiun yang lain. Y. Tinggi sirip perut
Stasiun 3: Bagian rawa yang
tergenang air ketika musim Pembuatan sketsa ikan Tambakan
penghujan sedangkan pada diawali dengan memotret ikan
saat memasuki musim tambakan, dimana hasil dari potretan
kemarau keadaannya ikan tersebut dicetak. Setelah
menjadi kering. didapatkan hasil dari cetakan photo
Sampel yang diperoleh dari ikan Tambakan, selanjutnya hasil
lapangan dibawa ke Laboratoium cetakan photo ikan tersebut dijiplak
Layanan Terpadu untuk dilakukan dengan menggunakan kertas karkir dan
pengukuran morfometrik. Adapun digambar menggunakan pensil khusus
bagian tubuh ikan yang akan diukur untuk mendapatkan hasil yang lebih
dapat dilihat pada Gambar 1. optimal. Kemudian hasil jiplakan ikan
tambakan dijiplak kembali dengan
menggunakan kertas karkir dan
drawing pen dengan berbagai ukuran
mata pena (0,1 dan 0,5 mm) dan
karakteristik ikan secara detil juga
Gambar 1. Sketsa pengukuran digambar.
morfometrik ikan Tambakan
4

Perhitungan meristik ikan umum adalah Pauly dalam Ginting


tambakan dilakukan berdasarkan (2014):
petunjuk Saanin (1984). Adapun W = aLb
bagian tubuh ikan yang akan diukur Nilai a dan b diduga untuk diberi
dan dihitung dapat dilihat pada Tabel 1. liniear persamaan diatas yaitu:
Tabel 1. Perhitungan meristik
bagian tubuh ikan Log W = log a + b log L
Tambakan Keadaan umum kualitas air di
lokasi penelitian dipelajari dengan
No. Perhitungan menganalisis data kualitas air tersebut
secara deskriptif dan dibandingkan
1 Jumlah jari-jari sirip punggung dengan informasi dari literatur tentang
2 Jumlah jari-jari ekor kualitas air.

3 Jumlah jari-jari sirip anus HASIL DAN PEMBAHASAN


Keadaan Umum Lokasi Penelitian
4 Jumlah jari-jari sirip perut Lokasi pengambilan sampel ikan
Tambakan (H. temmincki) dari Rawa
5 Jumlah jari-jari sirip dada Banjiran Desa Bencah Kelubi
Kecamatan Tapung Kiri Kabupaten
6 Jumlah sisik pada garis rusuk Kampar Provinsi Riau. Rawa banjiran
memiliki kedalaman berkisar atara 110
Pengukuran kualitas air meliputi cm-243 cm.
parameter fisika kimia perairan. Berdasarkan informasi dari
Parameter fisika yang diukur meliputi masyarakat yang berdomisili di sekitar
suhu dan kecerahan. Sedangkan untuk rawa banjiran, daerah tersebut
parameter kimia meliputi pH, oksigen digunakan masyarakat sebagai tempat
terlarut dan CO2 bebas. kegiatan penangkapan ikan. jenis ikan
Untuk penganalisis data yang yang paling banyak tertangkap di
didapatkan dari pengukuran lokasi penelitian selain ikan Tambakan
morfometrik dan perhitungan meristik (H. temmincki) adalah ikan Betok
pada ikan Tambakan disajikan dalam (Anabas testudineus), gabus (Channa
bentuk tabel dan grafik. Dalam striata), toman (Channa micropeltes)
perhitungan pola pertumbuhan, panjang dan ikan Lele (Clarias batrachus).
baku dijadikan sebagai pembanding
karena panjang baku yang paling
Morfologi Ikan Tambakan (H.
mempengaruhi bobot (berat) dan
temmincki)
apabila di lapangan terjadi kerusakan
Jumlah total ikan yang tertangkap
pada sirip ikan tidak menjadi
pada penelitian ini adalah 141 ekor
penghambat dalam pengukuran
yang terdiri dari 67 jantan dan 74 ekor
morfometrik lainnya (Effendie, 2002).
ikan betina. Ikan ini memiliki kisaran
Untuk mendapatkan meristik dari
panjang total (PT) yaitu 79 mm-155
ikan Tambakan yang didapatkan
mm dan berat 10,18 gr-87,56 gr. Ikan
selama penelitian dianalisis dengan
Tambakan jantan dan betina dapat
melihat kisaran jumlah dan standar
dilihat pada Gambar 2(A&B) di bawah
deviasi perkarakter meristik.
ini.
Untuk melihat hubungan antara
berat (W) dengan panjang (L) secara
5

hampir horizontal, terletak di bawah


gurat sisi persis di beakang tutup
insang. Posisi sirip perut subabdominal,
sirip ekor berbentuk bulat dan tunggal
dan memiliki 2 gurat sisi pada bagian
tubuhnya. Ikan Tambakan memiliki
tipe warna sisik pada daerah punggung
kehijau-hijauan atau kelabu dan lebih
A. Ikan Tambakan betina terang pada bagian perut.
Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Saanin (1995) yang
menyatakan bahwa ikan Tambakan
memiliki bentuk tubuh gepeng, tidak
seperti ular, badan bersisik, hidung
pendek, mulut kecil dan tebal yang
dapat digerakan,rahang tidak bergerigi,
B. Ikan Tambakan jantan sirip perut berjari-jari keras 1 dan 5
Gambar 2. Ikan Tambakan jari-jari lemah, garis rusuk lengkap tapi
(A. Betina dan B. Jantan) terputus, lubang insang sempit dan
memiliki rongga diatas rongga insang
Berdasarkan identifikasi dan beralat berbentuk labirin. Selain itu,
klasifikasi ikan Tambakan dari Rawa ikan Tambakan dalam kondisi normal
Banjiran Desa Bencah Kelubi menggunakan insang sebagai alat untuk
Kecamatan Tapung Kiri Kabupaten bernafas, namun jika keadaan
Kampar Provinsi Riau berdasarkan ciri- lingkungan ekstrim ikan ini
ciri morfometrik dan pengukuran menggunakan labirin yang dimilikinya
meristik, ikan Tambakan yang untuk proses pengambilan oksigen
tertangkap termasuk ke dalam kingdom secara langsung di udara. Dengan cara
animalia, kelas Pisces, sub kelas demikian atau berpindah tempat
Teleostei, ordo Labyrinthici, sub ordo dengan menggunakan sirip sebagai alat
Anabantidei atau Perciformes atau pergerakannya ikan Tambakan mampu
Anabantoidei, family Anabantidae atau bertahan hidup pada kondisi
Helostomatidae, genus Helostoma, dan lingkungan yang kurang mendukung.
spesies Helostoma temmincki (Kotellat
et al., 1993 dan Saanin, 1995). Dari Morfometrik Ikan Tambakan (H.
hasil penelitian yang dilakukan temmincki)
didapatkan ciri morfologi ikan Karakteristik morfometrik yang
Tambakan adalah kepala tumpul dan diukur pada penelitian ini adalah 26
bersisik, moncong pendek, bentuk karakter (termasuk panjang total).
mulut terminal, ukuran mulutnya Panjang standar dipilih untuk dijadikan
sempit dan berbibir tebal. Tubuh ikan sebagai acuan. Hasil pengukuran ke 26
berbentuk pipih tetapi tidak mendatar karakter lainnya dibandingkan dengan
dimulai dari kepala hingga ke batang panjang standar. Sedangkan ukuran
ekor atau berbentuk pipih secara minimum dan maksimum dari karakter
vertikal. Sirip punggung teretak di morfometrik lainnya yang diukur dan
belakang kepala bagian anterior badan. disajikan dalam Tabel 6 berikut:
Sirip punggung terpisah dengan sirip
ekor. Posisi dasar sirip dada miring 450
6

Tabel.6. Ukuran Minimum dan (PK) 1/3 kali dari Panjang Baku (PB),
Maksimum Ikan Tambakan Tinggi Batang Ekor (TBE) 1/8 kali dari
(H. temmincki) Panjang Baku (PB), Lebar Badan (LB)
Morfometrik Ikan Jantan Ikan Betina
Mak Min Mak Min
1/5 kali dari Panjang Baku (PB), Jarak
PT
PB
155
121
84
63
139
109
79
60
Mulut ke Pangkal Sirip Punggung
PK
TK
43
67
22
21
37
38
21
21
(JMSD) 1/4 kali dari Panjang Baku
TB
TBE
67
18
33
7
56
11
31
7
(PB), Jarak Mulut ke Mata (JMM) 1/8
LB 23 11 20 10 kali dari Panjang Baku (PB), Jarak
JMSD 51 26 45 25
JMM 15 8 13 7 Mulut ke Pangkal Sirip Dada (JMSP)
JMSP 44 24 44 22
JMSV 47 25 45 26 1/4 kali dari Panjang Baku (PB), Jarak
JSDSC 4 1 3 1
DM 9 6 9 6 Mulut ke Pangkal Sirip Perut (JMSV)
JMTI
JSVSA
12
8
6
2
12
7
7
2
1/4 kali dari Panjang Baku (PB),
JSASC
PDSD 80
3 1
41
3
76 38
1 Diameter Mata (DM) 1/11 kali dari
TSD
PDSP
35
8
16
3
32
7
18
4
Panjang Baku (PB) dan Tinggi Sirip
TSP 33 17 28 19 Punggung (TSD) 1/3 kali dari Panjang
PDSA 65 33 59 32
TSA 35 17 34 17 Baku (PB).
PDSV 5 2 5 2
TSV 28 12 27 14
PDSC 19 8 15 7
TSC 38 18 25 13 Meristik Ikan Tambakan (H.
temmincki)
Berdasarkan tabel 6 di atas, dapat
dilihat bahwa ukuran ikan yang terkecil Hasil perhitungan meristik dari
sampai ukuran terbesar adalah 79-155 ikan (H. temmincki) dapat dilihat pada
mm. Proporsi setiap karakter Tabel 8.
morfometrik terhadap PB dapat dilihat
pada tabel 7, berikut: Tabel 8. Perhitungan data meristik
Tabel.7. Proporsi Minimum dan ikan lelan (O.wandersii)
jenis Karakter jumlah n
Maksimum Ikan Tambakan (H. meristik
temmincki) sisik Garis rusuk 44-48 100
sirip
proporsi Ikan jantan Ikan betina Keras 15-18 100
punggung
mak min mak min
PT 135% 125% 139% 122% Sirip dada Lemah 13-16 100
PK 38% 30% 37% 31% lemah 11 100
TK 51% 31% 43% 30%
TB 60% 47% 61% 36% sirip perut Keras 1 100
TBE 15% 11% 14% 10% Lemah 5 100
LB 20% 15% 20% 15%
JMSD 47% 35% 44% 38% sirip anal Keras 13-15 100
JMM 15% 10% 14% 11%
JMSP 41% 33% 44% 29%
lemah 17-19 100
JMSV 48% 37% 48% 36% Sirip ekor Lemah 13-16 100
JSDSC 4% 1% 4% 1%
DM 12% 7% 12% 8% Keterangan: N= jumlah ikan yang
JMTI 13% 8% 8% 8%
JSVSA 8% 3% 8% 3% hitung jumlah meristiknya
JSASC 3% 1% 4% 1%
PDSD 71% 60% 72% 58%
TSD
PDSP
32%
8%
20%
4%
37%
72%
27%
5%
Berdasarkan data tabel diatas,
TSP
PDSA
32%
59%
22%
50%
32%
63%
23%
50%
dapat diketahui bahwa meristik pada
TSA 30% 24% 35% 25% sirip-sirip ikan Tambakan yaitu D.XVI-
PDSV 6% 3% 6% 3%
TSV 26% 16% 26% 20% XVIII.13-16; A.XIII-XV.17-19; P.10-
PDSC 18% 12% 16% 11%
TSC 35% 25% 35% 21% 11; C. 13-16 dan memiliki jumlah sisik
di garis rusuk 44-48 sisik. Hal ini
Bedasarkan tabel diatas dapat sesuai atau tidak jauh berbeda dengan
diketahui bahwa: Panjang Total (PT) penelitian Firdaus (2014) yang
ikan tambakan adalah 5/4 kali dari menyatakan bahwa ikan Tambakan (H.
Panjang Baku (PB), Panjang Kepala temmincki) memiliki rumus jari-jari
7

sirip yaitu D.XVII.14-15; P.10-12; desa bencah kelubi kecamatan tapung


V.I.5; A.XIV-XV.16-18. Memiliki kiri kabupaten kampar provinsi riau
gurat sisi yang lengkap tetapi tidak yang merupakan lokasi penangkapan
sempurna (terputus), dimana terputus ikan Tambakan (H. temmincki) selama
pada baris sisik ke 29. Menurut Saanin penelitian dapat dilihat pada tabel 9.
(1995) bahwa ikan H. temmincki
memiliki sisik dilineallateralis 44-48 Tabel 9. Data Pengukuran Kualitas
sisik. Air Rawa Bnjiran Desa Bencah
Kelubi
Pola Pertumbuhan Panjang Berat Parameter Satuan St 1 St 2 St 3
Ikan (H. temmincki) FISIKA
Berdasarkan pengukuran Panjang Suhu °C 28-30 30-31 28-30
Kecerahan Cm 18,5- 31- 17-
Baku (PB) dan berat ikan selama 30 46,5 22,5
penelitian ditemukan kisaran panjang Kedalaman Cm 120- 220- 110-
143 234 137
79-155 mm dengan kisaran berat 10,18 KIMIA
gr-87,56 gr. Untuk melihat hubungan pH - 5-6 5-6 5
DO mg/L 2,0-2,6 2,0-2,4 3,2-3,8
panjang baku dengan berat ikan dapat CO2 mg/L 18-20 20 14-16
dilihat pada Gambar 12, di bawah ini.
Dari hasil pengukuran kualitas
air yang dilakukan selama penelitian
menunjukkan bahwa kondisi perairan
rawa banjiran masih mampu
mendukung kehidupan organisme yang
ada didalamnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Gambar 3. Hubungan panjang baku Kesimpulan
(PB) dengan berat ikan Jumlah ikan yang tertangkap
Hubungan panjang berat ikan selama penelitian yaitu 141 ekor yang
Tambakan (H. temmincki) dalam terdiri dari 67 ekor ikan jantan dan 74
penelitian ini yaitu dengan nilai b ekor ikan betina. Hasil dari pengukuran
adalah 3 baik pada ikan jantan maupun karakter morfometrik ikan Tambakan
pada ikan betina, artinya pertambahan jantan dan betina dari Rawa Banjiran
panjang dan berat tubuh ikan Desa Bencah Kelubi adalah proporsi
(isometrik). Hal tersebut sesuai dengan karakter morfometrik tidak berubah
pendapat (Efendie, 2002) yang (isometrik) yang artinya pertumbuhan
menyatakan bahwa pada ikan yang karakter morfometrik ikan Tambakan
memiliki pola pertumbuhan isometrik tidak mengalami perbedaan yang nyata
(b=3), pertambahan panjang tubuh ikan terhadap Panjang Baku, baik pada ikan
seimbang dengan pertambahan berat. jantan maupun ikan betina. Sedangkan
Sebaliknya pada ikan dengan pola jumlah meristik pada sirip-sirip ikan
pertumbuhan allometrik (b≠3), Tambakan (H. temmincki) yaitu
pertambahan panjang tubuh ikan tidak D.XVI-XVIII.13-16; A.XIII-XV.17-
seimbang dengan pertambahan berat. 19; P.10-11; C. 13-16 dan memiliki
jumlah sisik di garis rusuk 44-48 sisik.
Kualitas Air Lokasi Penelitian Hubungan panjang berat ikan
Pengukuran parameter kualitas Tambakan (H. temmincki) dalam
air yang disampling dari rawa banjiran penelitian ini yaitu dengan nilai b yang
8

didapat dari persamaan panjang berat Comstok Publishing


ikan jantan dan betina adalah 3, artinya Associates.A Division of
pertambahan panjang dan berat tubuh Cornell University Press. Ithaca
ikan seimbang (isometrik). Berdasarkan and London.349 p.
pengukuran kualitas air di lokasi
penelitian masih cukup baik dan dapat Ferry L, A., Konow, N.,and Gibb A, C.
mendukung kehidupan ikan, ksususnya 2012. Are Kissing Gourami
bagi kehidupan ikan Tambakan (H. Specialized for Substrate-
temmincki). Feeding? Prey Capture
Kinematics of Helostoma
Saran temminckii and other
Perlu dilakukan penelitian Anabantoid Fishes. J. Exp.
perbandingan ikan Tambakan yang Zool. 9999A:1–9. Diakses pada
berada di Rawa Banjiran Desa Bencah tanggal 17 Mei 2015, Pukul
Kelubi dengan perairan lain tentang 10.46 WIB.
studi morfometrik, meristik dan pola
pertumbuhan. Selanjutnya penelitian Firdaus. 2014. Studi Komposisi
tentang histo insang ikan tambakan dan Sumberdaya Hayati Ikan Di
faktor lainnya perlu juga dilakukan. Perairan Air Hitam Kota
Pekanbaru. Riau. Skripsi:
Fakultas Perikanan dan Ilmu
DAFTAR PUSTAKA Kelautan Universitas Riau .
Pekanbaru. Tidak diterbitkan).
Afrianto, E., S.A.Rifai, E. Liviawaty,
dan H. Hamdhani. 1996. Kamus Fujaya, Y. 2010. Fisiologi Ikan Dasar
Istilah Perikanan. Kanisius. Pengembangan Teknologi
Yogyakarta. 148 hal. Perikanan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Alaerts, S. G. dan S.S. Santika. 1984.
Metode Penelitian Air. Usaha Hubbs, C.L. and K.F. Lagler. 1958.
Offset Printing. Surabaya. 309 Fishes of the Great Lakes
hlm. Region. Universityof Michigan
Press, Ann Arbor, Michigan.
Boyd, C, E. 1988. Water Quality in
Warmwater Fish Ponds. Fourth Kordi, M.G.H.K dan Tancung, A.B.
Printing. Auburn University 2007. Pengelolaan Kualitas Air
Agricultural Experiment dalam Budidaya Peraira.
Station, Alabama, USA. 359 p. Jakarta: rineka cipta. 195 hlm.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Kordi, M.G.H.K. 2004.


Bagi Pengelolaan Sumber Daya Penanggulangan Hama dan
dan Lingkungan Perairan. Penyakit Ikan. Jakarta: Rineka
Cipta dan Bina Adiaksara. 189
Effendie, M. I. 2002. Biologi hlm.
Perikanan. Yayasan Pustaka
Nusantara, Yogyakarta. Kordi, M.G.H.K. 2010. Panduan
Lengkap Memelihara Ikan Air
Everhart, W. H, and Youngs. 1981. Tawar di Kolam Terpal.
Principles Of Fishery Science.
9

Yogyakarta: Lily Publisher. 280 Vol 8 (4):270-273. Diakses


hlm. pada tanggal 10 September
2015, Pukul 09.15 WIB.
Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari,
S.N, dan S. Wirjoatodjo. 1993. Susanto, H. 2009. Budidaya Ikan di
Ikan Air Tawar Indonesia Pekarangan. Jakarta: Penebar
Bagian Barat dan Sulawesi. Swadaya.196 hlm.
Periplus Edition Limited.
Singapore. 293 hlm. Syafriadiman,1999.Biologi,Toksikolog
dan Pengkulturan Tiram,
Kuncoro, E.B. 2009. Ensiklopedia Crassostrea iredalei. Tesis
Popular Ikan Air Doktor Falsafah. Pusat Pengajian
Tawar.Yogyakarta: Lily Siswazah Universiti Kebangsaan
Publisher.134 hlm. Malaysia. 380 hal. (Tidak
diterbitkan).
Saanin, H. 1995. Taksonomi dan Kunci
Identifikasi Ikan Jilid 1 dan 2. UNES-CO/WHO/UNEP. 1992. Water
Bogor: Bina Cipta. 508 hlm. Quality Assessments. Edited by
Chapman, D. Chapman and
Siagian, M. 2004. Diktat Kuliah dan Hall Ltd., London. 585 p.
Penuntun Praktikum Ekologi Diakses pada tanggal 24 Maret
Perikanan dan Ilmu Kelautan 2015, Pukul 09.40 WIB.
Universitas Riau. Pekanbaru. 94
hlm. Utomo, A.D dan Krismono. 2007.
Aspek Biologi Beberapa Jenis
Situmorang, D. 2014. Morfometrik, Ikan Langka di Sungai Musi
Meristik, dan Pola Pertumbuhan Sumatera Selatan. Prosiding
Ikan Betok di Kanal Seminar Nasional Ikan IV.
Perkebunan Sawit Sungai Jatiluhur.
Tapung Kiri Desa Bencah
Kelubi Kecamatan Tapung Kiri Wahyuni, P. 2012. Morfometrik,
Provinsi Riau. Skripsi: Fakultas meristik dan pola pertumbuhan
Perikanan . Pekanbaru. 52 hlm. ikan bujuk (Channa lucius) di
(Tidak diterbitkan). rawa banjiran sungai tapung
Provinsi Riau. Skripsi: Fakultas
Subagyo.2006. Karakteristik dan Perikanan . Pekanbaru. 55 hlm.
Pengelolaan Lahan Rawa. (Tidak diterbitkan).
Bogor: Balai Besar Penelitian
danPengembangan Sumberdaya Wargasamita, S. 2002. Ikan Air Tawar
Lahan Pertanian. Endemik Sumatera yang
Terancam Punah (The
Sulistiyarto, B., Dedi, S., Mohammad, Freshwater Fishes of Endemic
F.R dan Sumardjo. 2007. of Sumatera that Threatened
Pengaruh Musim terhadap Spesies). Jurnal Ikhtiologi
Komposisi Jenis dan Indonesia Vol.2. 2002. 41-49.
Kelimpahan Ikan di Rawa ISSN. 1693.0339. Diakses pada
Lebak, Sungai Rungan, tanggal 3 November 2015,
Palangkaraya, Kalimantan Pukul 10.10 WIB.
Tengah. Jurnal Biodiversitas
10

Wibowo, P dan N. Suyatno. 1998. An


Overview of Indonesian
Wetland Sites -II: an Update
Information - Included in the
Indonesian Wetland Database.
Wetlands International -
Indonesia Program/PHPA,
Bogor.

Wikipedia. 2005. Kissing Gourami.


http://wikipedia.org/wiki/kissin
g gourami. Tanggal akses
26/10/2015

Yurisma. 2009. The Influence of


Injection Ovaprim by Different
Desage to Ovulation and
Hatching of Tambakan
(Helostoma temmincki C.V).
Jurnal Perikanan Terubuk. 68-
85 hlm. Vol. 37. No. 1. ISSN.
0126-4265. Diakses pada
tanggal 26 Oktober 2015, Pukul
09.46 WIB.

Yustina. 2001. Keanekaragaman Jenis


Ikan di Sepanjang Perairan
Sungai Rangau. Jurnal Natur
Indonesia. Diakses pada tanggal
11 Desember 2015, Pukul 09.20
WIB.

You might also like