You are on page 1of 11

e-ISSN:2528-66510;Volume 2;No.

2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN APD


PERAWAT RS ISLAM IBNU SINA BUKITTINGGI
Puti Khairunnisak
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Fort De Kock Bukittinggi
e-mail:putikhairunnisak@gmail.com

Submitted: 16-11-2017, Reviewer: 14-12-2017, Accepted: 24-08-2018

ABSTRACT
Personal Protective Equipment (PPE) is a tool that has ability to protect a person whose function is to
isolate part or the entire body of the potential hazard in the workplace, that result by contact with hazards
that are chemical, biological, radiation, physical, electrical, mechanical, and others. The purpose of this
reaserch is to know the corelation of motivation, availability PPE, role of Health and Safety supervisory
committee and standart operating procedure on use PPE to nursein-patient room Ibnu Sina Islamic
Hospital 2017. This Research use cross sectional design and conducted on September 2017. The
population are all of nurses in patients room in Ibnu Sina Islamic Hospital with 97 sampleanduseTotal
Sampling Technique. Data process by using univariate, bivariate. The result of analysis univariate
obtained 54,6% use suitable personal protective equipment.There are have 61,9% have high motivation,
54,6% stated P2K3 officer have a role, 58,8% respondents stated SOP executed. The result of bivariate
analysis shows that there is a significant correlation between motivation (pvalue=0,016):OR= 3,051) and
there is significant relation between role of P2K3 officer (pvalue= 0,023):OR=2,809). with APD usage.
While there is no significant relationship betweent he availability of personal protective equipment and
SOP with pvalue=0.848 and 0.196. It can be concluded that the use of personal protective equipment in
nurses in the inpatient room of Ibnu Sina Islamic Hospital Bukittinggi in 2017 is influenced by motivation
and the roleof the Workers of the Occupational Health and Safety Management Committee.Expected
thatthehospitalstoprovidefullpersonalprotectiveequipment accordingtothe hazardsandrisksatworkplace
andfurtherincrease the role of P2K3 officers. Expected to nurses are to be more active in implementing
use of personal protective equipment.

Keyword: Personal Protective Equipment (PPE), nurse, P2K3 Officer, motivation

ABSTRAK
Alat pelindung diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang
fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempat kerja yang diakibatkan
adanya kontak dengan bahaya (hazard) yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik,
dan lainnya.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi, ketersediaan alat
pelindung diri, peran petugas Panitia, Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan penggunaan
alat pelindung diri pada perawat di ruangan rawat inap RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi.Penelitian ini
menggunakan desain crosssectional dan dilaksanakan pada bulan April 2017. Populasi pada penelitian
ini adalah 97 orang perawat di ruangan rawat inap RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi dengan jumlah
sampel 97 orang sampel menggunakan teknik total sampling. Pengolahan dilakukan menggunakan
analisis univariat, bivariat. Dari hasil analisis univariat didapatkan 54,6% responden menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai. Terdapat 61,9% memiliki motivasi tinggi 54,6% menyatakan petugas P2K3
berperan, 58,8% responden menyatakan SOP terlaksana. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat
hubungan yang signifikan antara motivasi (pvalue=0,016): OR=3,051) dan peran petugas P2K3dengan
penggunaan APD (pvalue=0,023): OR=2,809). Sedangkan tidak ditemukan hubungan yang signifikan
antara ketersediaan alat pelindung diri dan SOP dengan pvalue=0,848 dan 0,196. Dapat disimpulkan
bahwa penggunaan alat pelindung diri pada perawat di ruangan rawat inap RS Islam Ibnu Sina
Bukittinggi tahun 2017 dipengaruhi oleh motivasi dan peran petugas Panitia Pembina Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (P2K3). Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk menyediakan alat pelindung
diri lengkap sesuai bahaya dan resiko yang ada di tempat kerja dan lebih meningkatkan lagi peran
petugas P2K3. Bagi perawat diharapkan untuk lebih aktif dalam menerapkan penggunaan alat pelindung
diri.

KataKunci : Alat Pelindung Diri (APD), perawat, Petugas P2K3,motivasi


e-ISSN:2528-66510;Volume 2;No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

PENDAHULUAN menunjukkan jumlah kecelakaan kerja


Menurut OSHA (Occupational yaitu 105.182 kasus dengan korban
Safety and Health Administration), alat meninggal dunia sebanyak 2.375 orang.
pelindung diri adalah alat yang digunakan Dari data kecelakaan kerja yang
untuk melindungi pekerja dari luka atau dilaporkan kepada PT Jamsostek Kantor
penyakit yang diakibatkan adanya kontak Cabang Sumatera Barat, angka
dengan bahaya (hazard) yang bersifat kecelakaan kerja tahun 2009 sebanyak
kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, 892 kasus, tahun 2010 sebanyak 804
mekanik, dan lainnya. Sedangkan kasus, tahun 2011 sebanyak 837 kasus,
berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga tahun 2012 sebanyak 702 kasus dan 2013
Kerja dan Transmigrasi No dari bulan Januari sampai Mei sebanyak
08/MEN/2010, alat pelindung diri adalah 451 kasus.
suatu alat yang mempunyai kemampuan Profesional perawatan kesehatan dan
untuk melindungi seseorang yang khususnya perawat Sering terkena
fungsinya mengisolasi sebagian atau mikroorganisme, banyak yang bisa
seluruh tubuh dari potensi bahaya di menyebabkan infeksi serius atau bahkan
tempat kerja. Alat Pelindung Diri (APD) mematikan (Efsthiou, 2011). Kesadaran
adalah seperangkat alat yang digunakan akan penggunaan alat pelindung diri pada
tenaga kerja untuk melindungi sebagian perawat masih sangat kurang.
atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
bahaya/kecelakaan kerja (Budiono 2003, di rumah sakit di Indonesia ternyata
p.329). Perlengkapan pelindung diri atau hanya 40% dan kenyataan dilapangan
sering disebut juga alat pelindung diri para perawat rata-rata hanya
adalah perlengkapan yang digunakan menggunakan salah satu alat pelindung
untuk melindungi mikroorganisme yang diri (jas lab, sarung tangan, atau masker
terdapat pada petugas yang bekerja pada saja) saat menangani pasien (Musfiqah
suatu tempat perawatan kesehatan Said, 2013). Perawat tidak menggunakan
(Depkes RI-JHPIEGO, 2004). Alat Pelindung Diri (APD) ketika
Alat Pelindung Diri (APD) dianggap menangani pasien pada umumnya (52%)
sebagai pertahanan terakhir karena tidak di rumah sakit karena APD lengkap tidak
mudah untuk digunakan dan menghambat tersedia (Sukardjo, dkk, 2012).
gerakan (Dinar 2003, p.27). Penggunaan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
alat pelindung diri pada perawat sangat (Muntiana, 2014) menyatakan bahwa ada
berpengaruh terhadap penularan hubungan persepsi karyawan terhadap
penyakit. Resiko tertularnya penyakit penerapan kesehatan dan keselamatan
pada perawat akan semakin bertambah kerja dengan penggunaan alat pelindung
seperti, hepatitis, HIV/AIDS apabila diri pada jalur tiga dan empat PT. Wijaya
penggunaan alat pelindung diri diabaikan, Karya Beton Boyolali Tbk dengan nilai
sehingga menyebabkan terjadinya resiko pvalue= 0,018.
infeksi (Potter&Perry, 2005). Penyakit RS Islam Ibnu Sina
hepatitis dan HIV/AIDS dapat menyerang Bukittinggimerupakan rumah sakit tipe C
perawat apabila tidak menggunakan alat yang sudah mempunyai fasilitas dan
pelindung diri yang disebabkan terkena kemampuan sesuai dengan ketentuan
cairan tubuh atau tertusuk jarum. Undang-undang No. 44 tahun 2009
International Labour Organization tentang rumah sakit yaitu, pelayanan
(ILO) tahun 2013 satu pekerja meninggal medik paling sedikit 4 (empat) pelayanan
setiap 15 (lima belas) detik karena spesialis dan 4 (empat) pelayanan
kecelakaan kerja dan 160 pekerja spesialis penunjang medik dasar. RS
mengalami sakit akibat kerja. Tahun Islam Ibnu Sina Bukittinggi mempunyai
selanjutnya (2012) ILO mencatat angka fasilitas poli klinik umum, instalasi gawat
kematian dikarenakan Kecelakaan Akibat darurat, KIA, poli klinik gigi, poli klinik
Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja spesialis, konsultasi, medical check up,
(PAK) sebanyak 2 juta kasus pertahun paktek sore, apotik 24 jam, laboratorium
(Depkes, 2014). Berdasarkan data BPJS 24 jam, radiologi, fisioterapi, rawat inap,
Ketenagakerjaan tahun 2015 OK/RR, ICU, perinatologi, ruang
e-ISSN:2528-66510;Volume 2;No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

bersalin, rekam medis, ambulan 24 jam, tersebut dapat teratasi, pihak rumah sakit
dan pusat informasi. Selain merupakan mengantisipasi dengan adanya surat
rumah sakit tipe C, RS Islam Ibnu Sina keputusan, standar operasional prosedur,
Bukittinggi juga telah lulus akreditasi menyediakan alat pelindung diri,
versi 2012 dengan predikat lulus melakukan pengecekan kesehatan secara
paripurna oleh Komite Akreditasi Rumah berkala, agar tercapaianya kesehatan dan
Sakit (KARS). Dalam akreditasi tersebut keselamatan pekerja dan keselamatan
pihak RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi pasien.
sangat memperhatikan kesehatan dan Berdasarkan bukti yang diperoleh di
keselamatan para pekerjanya dan juga lapangan tentang penggunaan alat
keselamatan pasien yang nantinya akan pelindung diri, terdapat beberapa kategori
mempengaruhi mutu rumah sakit. seperti sangat baik ≥ 90%, baik 70-89%,
Pihak rumah sakit membentuk cukup 60-69%, kurang 50-59% dan <
Panitia Pembina Kesehatan dan 50% sangat kurang. Data pada ruangan
Keselamatan Kerja dan Komite mutu rawat inap menunjukkan bahwa pada
keselamatan pasien. Aspek keselamatan beberapa ruangan seperti kebidanan,
pasien yang diutamakan di RS Islam Ibnu anak, paviliun khusus, dan Very
Sina Bukittinggi yaitu, Ketepatan Important Person (VIP)/Very-very
identifikasi pasien, peningkatan Important Person (VVIP) masih kurang
komunikasi efektif, peningkatan dan pada bagian bedah, anak, dan
keamanan obat yang perlu diwaspadai ruangan Intensive Care Unit (ICU) dalam
(hight alert), kepastian tepat lokasi, tepat kategori cukup dalam penggunaan alat
prosedur, tepat pasien operasi, pelindung diri. Selain itu, kasus tertusuk
pengurangan resiko infeksi terkait jarum yang disebabkan karena tidak
pelayanan kesehatan, dan pengurangan menggunakan alat pelindung diri juga
resiko jatuh. Keselamatan pasien rumah ditemukan sebanyak 13 (tiga belas) kasus.
sakit adalah suatu sistem dimana rumah Kasus tersebut menyebabkan salah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman seorang dari perawat harus menjalani
yang meliputi asesmen risiko, identifikasi, pemeriksaan khusus untuk mengantisipasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan terjadinya penyakit hepatitis. (PPIRS Ibnu
dengan risiko pasien, pelaporan,dan Sina, 2015).
analisis kejadian, kemampuan belajar dari Pada tahun 2016 angka penggunaan
kejadian dan tindak lanjutnya serta APD sudah mulai meningkat menjadi
implementasi solusi untuk meminimalkan 73% (triwulan pertama), 74% (triwulan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya kedua), dan triwulan ke tiga menjadi
cedera yang disebabkan oleh kesalahan 83%. Akan tetapi, kejadian luka tusuk
akibat melaksanakan suatu tindakan atau jarum masih terjadi pada tahun 2016
tidak mengambil tindakan yang dengan jumlah terbanyak yaitu peawat 10
seharusnya diambil (PerMenKesRI No. orang, cleaning service 4 orang, laundry 1
1691/MenKes/Per/VIII/2011 tentang orang dan petugas kebersihan 1 orang.
keselamatan pasien rumah sakit). Angka kejadian ini masih terjadi hingga
Keberhasilan patient safety juga tahu 2017 dengan jumlah kasus sebanyak
sangat tergantung pada individu staf 6 orang perawat. Hasil observasi dan
medis yang terkait dengan pelayanan wawancara yang dilakukan peneliti di
pasien. Akibatnya banyak muncul lapangan terhadap lima orang perawat
hambatan internal dalam pelaksanaannya. terdapat beberapa alasan tidak
Ada lima karakteristik hambatan personal menggunakan alat pelindung diri. Perawat
yang sering muncul dalam penerapan tidak menggunakan alat pelindung karena
patient safety ini, yaitu: (1) visi institusi merasa tidak nyaman dalam
mengenai keselamatan pasien tidak jelas, menggunakannya. Alasan lain mereka
(2) takut dihukum, (3) sistem untuk tidak menggunakan APD karena resiko
menganalisis keselamatan tidak memadai, yang akan diterima tidak terlalu besar.
(4) tugas masing-masing staf terlalu Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
kompleks, dan (5) teamwork yang tidak ada tidak dilaksanakan dengan maksimal.
adekuat (Lestari, 2006). Agar hambatan Perawat tidak mengetahui adanya Panitia
e-ISSN:2528-66510;Volume 2;No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

Pembina Kesehatan dan Keselamatan


Kerja. Apabila terjadi Kecelakaan Akibat HASIL DAN PEMBAHASAN
Kerja (KAK), perawat tidak mengetahui Hasil penelitian yang dilakukan di
prosedur pelaporan apabila terjadi KAK. RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi tahun
Beberapa perawat lupa menggunakan alat 2017 yaitu tentang analisis faktor yang
pelindung diri karena dalam situasi berhubungan dengan penggunaan Alat
mendesak yang mengharuskan perawat Pelindung Diri pada perawat di ruangan
harus bertindak dengan cepat. Dukungan rawat inap. Data dianalisis secara
motivasi antar sesama perawat masih univariat, bivariat dan multivariat.
kurang karena tidak saling mengingatkan Adapun hasil dari penelitian ini adalah
untuk menggunakan APD. Para perawat sebagai berikut:
mengetahui pentingnya penggunaan APD
akan tetapi masih belum diterapkan secara ANALISIS UNIVARIAT
maksimal. Penggunaan handscoon yang 1. Umur
seharusnya satu pasien satu handscoon Tabel1.
tidak dilakukan. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan latar belakang tersebut, UmurRespondent di Ruangan Rawat
peneliti ingin mengetahui faktor yang Inap RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi
mempengaruhi perawat menggunakan Tahun 2017
Alat Pelindung Diri dalam melaksanakan Umur F %
tugasnya. Oleh karena itu,penulis tertarik 21 tahun - 30 tahun 63 64.9
untuk melakukan penelitian tentang 31 tahun - 40 tahun 25 25.8
“Analisis faktor yang berhubungan 41 tahun - 50 tahun 8 8.2
dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri 51 tahun - 60 tahun 1 1.0
pada Perawatdi Ruang Rawat InapRS Total 97 100
Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2017”.
Tabel 1 menggambarkan bahwa
METODE PENELITIAN terdapat 63 responden (64,9%) berusia 21
Penelitian ini adalah studi deskriptif tahun-30 tahun.Hal tersebut menunjukkan
analitik dengan desain cross sectional bahwa sebagian besar responden berumur
yaitu penelitian yang bertujuan untuk 21 tahun - 30 tahun.
mempelajari dinamika kolerasi antara
faktor resiko dengan efek, dengan cara 2. Jenis Kelamin
pendekatan, observasi, atau pengumpulan Tabel 2
data sekaligus pada suatu saat. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Penelitian ini dilakukan pada bulan Respondent di Ruangan Rawat Inap
April 2017 di Rumah Sakit Islam Ibnu RS Islam Ibnu Sina BukittinggiTahun
Sina Bukittinggi. Populasi penelitian 2017
adalah seluruh perawat di ruangan rawat Jenis Kelamin F %
inap RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi Laki-laki 14 14.4
sebanyak 97 orang. Sampel pada
penelitian ini berjumlah 97 orang dengan
Perempuan 83 85.6
teknik pengambilan sampel pada Total 97 100
penelitian ini menggunakan Total
Sampling dan memenuhi kriteria Tabel 2 menggambarkan bahwa
inklusi.Data pada penelitian ini diperoleh terdapat 83 responden (85,6%) berjenis
dari catatan, laporan dan rekapitulasi data kelamin perempuan. Hal tersebut
yang ada di RS Islam Ibnu Sina menunjukkan bahwa sebagian besar
Bukittinggi yang berhubungan dengan responden berjenis kelamin perempuan.
penelitian dan wawancara dengan Tabel 3 menggambarkan bahwa
menggunakan kuesioner, angket dan terdapat 53 responden (54,6%)
lembar observasi yang diajukan kepada menggunakan alat pelindung diri yang
responden yang berhubungan dengan sesuai. Hal tersebut menunjukkan bahwa
motivasi kerja, ketersedian APD, peran
petugas P2K3, dan SPO.
e-ISSN:2528-66510;Volume 2;No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

sebagian responden sudah menggunakan dalam diri saja, namun juga berasal dari
alat pelindung diri yang sesuai. luar.

3. Penggunaan Alat Pelindung Diri 4. Motivasi Kerja


Tabel 3 Tabel 4
Distribusi Frekuensi Penggunaan Alat Distribusi Frekuensi Motivasi
Pelindung Diri oleh Responden Responden di Ruangan Rawat
di Ruangan Rawat Inap Inap RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi
RS Islam Ibnu Sina Tahun 2017
BukittinggiTahun 2017 Motivasi Kerja F %
Rendah 37 38,1
Penggunaan APD F % Tinggi 60 61,9
Tidak Sesuai 44 45,4 Total 97 100
Sesuai 53 54,6
Total 97 100 Motivasi perawat untuk
menggunakan alat pelindung diri terlihat
Menurut asumsi peneliti tentang dari keinginan perawat untuk meminta
penggunaan APD pada perawat di alat pelindung diri pada pihak rumah sakit
ruangan rawat inap RS Islam Ibnu Sina apabila tidak disediakan. Perawat juga
Bukittinggi bahwa, banyak responden ingin menggunakan alat pelindung diri
yang belum menggunakan alat pelindung karena dapat melindungi dari penyakit
diri yang sesuai dengan fungsinya dan akibat kerja. Dorongan tentang
sesuai dengan potensi bahaya yang ada di menggunakan alat pelindung pada saat
tempat kerja. Masih banyak perawat yang melakukan tindakan yang berhubungan
tidak menggunakan APD (masker) sekali dengan pasien juga sangat tinggi.
pakai. Kebiasaan perawat tidak mengganti
sarung tangan pada setiap pasien yang 5. Ketersediaan Alat Pelindung Diri
berbeda masih sering dilakukan. Apabila Tabel 5
perawat tidak mengetahui dengan baik Distribusi Frekuensi Ketersediaan Alat
tentang penggunaan APD yang cocok dan Pelindung Diri pada Responden
sesuai dengan potensi bahaya yang ada di di Ruangan Rawat Inap RS
lingkungan kerja maka akan sangat besar Islam Ibnu Sina Bukittinggi
pengaruhnya ketika sedang bekerja. Tahun 2017
Perawat beresiko mengalami Ketersediaan Alat F %
kecelakaan kerja dan penyakit akibat Pelindung Diri
kerja yang berakibat fatal. Sebaiknya Tidak Cukup 31 32
pihak rumah sakit lebih memperhatikan Cukup 66 68
lagi perawat dalam penggunaan APD dan Total 97 100
lebih tegas dalam menindak perawat yang Informasi dari tabel 5 menunjukkan
tidak menggunakan APD. Luka tertusuk bahwa 68% responden menyatakan
jarum pernah terjadi yang menyebabkan ketersediaan alat pelindung diri cukup,
perawat tersebut harus menjalani yaitu sebanyak 66 orang.
pemeriksaan khusus untuk mendeteksi Menurut peneliti, pihak rumah sakit
penyakit Hepatitis. sudah menyediakan APD yang lengkap
Dari tabel 4 diketahui bahwa 97 dan sesuai dengan bahaya yang ada di
orang responden, 61,9% diantaranya tempat kerja. Ketersediaan APD di RS
memiliki motivasi kerja tinggi. Persentase Islam Ibnu Sina masih belum sesuai
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan jumlah perawat yang ada.
responden yang memiliki motivasi kerja Masing-masing ruangan masih
rendah yaitu hanya 38,1%. mengalami kekurangan APD pada saat
Menurut peneliti, sebagian perawat yang dibutuhkan. Terlihat dari kurangnya
sudah memiliki motivasi yang tinggi. ketersediaan alat pelindung diri (gaun
Motivasi yang dimaksud tidak hanya dari pelindung) yang dibutuhkan
e-ISSN:2528-66510;Volume 2;No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

menyebabkan perawat meminjam ke penggunaan APD. Petugas P2K3 juga


ruangan lain. Sepatu yang dibutuhkan sangat aktif dalam kegiatan penggunaan
tidak disediakan sehingga perawat alat pelindung diri. Petugas P2K3
menggunakan sepatu yang tidak sesuai memberikan informasi kepada perawat
yang akan menambah resiko kerja seperti tentang penggunaan APD yang sesuai
terpeleset yang didukung dengan kondisi pada saat melakukan pengawasan.
lantai yang licin.
7. Standar Operaional Prosedur
6. Peran Petugas Panitia Pembina (SOP)
Kesehatam dan Keselamatan Kerja Tabel 7
(P2K3) Distribusi Frekuensi SOP pada
Tabel 6 Responden di Ruangan Rawat Inap RS
Distribusi Frekuensi Peran Petugas Islam Ibnu Sina Bukittinggi
P2K3 pada Responden di Ruangan Tahun 2017
Rawat Inap RS Islam Ibnu Sina Standar F %
Bukittinggi Tahun 2017 Operasional
Peran Petugas F % Prosedur
P2K3 Terlaksana 40 41,2
Tidak Berperan 44 45,4 Tidak terlaksana 57 58,8
Berperan 53 54,6 Total 97 100
Total 97 100
Informasi dari tabel 7 menunjukkan
Informasi dari tabel 6 menunjukkan bahwa 58,8% responden menyatakan
bahwa 45,4% responden menyatakan SOP tidak terlaksana, yaitu sebanyak 57
petugas P2K3 tidak berperan, yaitu orang responden. Jumlah tersebut lebih
sebanyak 44 orang. Jumlah tersebut lebih dominan dibandingkan dengan responden
sedikit dibandingkan dengan responden yang menyatakan SOP terlaksana.
yang menyatakan petugas P2K3 berperan
yaitu 54,6%. A. ANALISA BIVARIAT
Pada hasil penelitian terlihat bahwa Analisis bivariat digunakan untuk
sebagian responden menyatakan bahwa melihat hubungan dua variabel yaitu
petugas P2K3 sudah berperan. Peran variabel independen dan variabel
petugas P2K3 terlihat dari kegiatan dependen. Untuk membuktikan ada
motivasi yang diberikan kepada perawat tidaknya hubungan tersebut, peneliti
sudah dilaksanakan. Kegiatan menggunakan analisa statistic uji chi –
pengawasan juga sudah dilakukan oleh square dengan derajat kepercayaan 95 %
petugas P2K3 kepada perawat tentang (α = 0,05).

1. Hubungan Motivasi dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Tabel 8
Hubungan Motivasi Kerja dengan Pengunaan Alat Pelindung Diri pada Perawat di
RuanganRawat Inap RS Islam Ibnu Sina BukittinggiTahun 2017
Penggunaan APD
Tidak Total OR
Motivasi kerja Sesuai pvalue
Sesuai (95% CI)
N % N % N %
Rendah 23 62,2 14 37,8 37 100 3,051
0,016
Tinggi 21 35 39 65 60 100 (1,304-7,140)
Total 44 45,4 53 54,6 97 100

Tabel 8 menggambarkan bahwa dari responden yang tidak sesuai dalam


37 responden yang mempunyai motivasi penggunaan alat pelindung
kerja yang rendah terdapat 23 (62,2%) diri.Sedangkan dari 60 responden yang
e-ISSN:2528-66510;Volume 2;No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

mempunyai motivasi kerja yang tinggi Gresik menunjukkan adanya hubungan


terdapat 21 (40,9%) responden tidak antara motivasi dalam penggunaan alat
sesuai dalam penggunaan alat pelindung pelindung diri dengan pvalue=0,002.
diri. Dapat disimpulkan bahwa terdapat Menurut asumsi peneliti, dari hasil
hubungan bermakna antara motivasi kerja penelitian terdapat hubungan bermakna
dengan penggunaan alat pelindung diri antara motivasi kerja dengan penggunaan
dengan pvalue=0,016. Artinya Motivasi APD. Salah satu faktor yang
yang rendah akan menyebabkan 3 (tiga) mempengaruhi motivasi kerja adalah
kali penggunaan alat pelindung diri yang keinginan akan adanya peningkatan.
tidak sesuai (OR=3,051) dibandingkan Peningkatan yang dimaksud adalah
dengan petugas yang berperan. meningkatnya derajat kesehatan yang
Penelitian ini sejalan dengan jauh dari penyakit akibat kerja. Sehingga
penelitian yang dilakukan penelitian hal tersebut dapat memotivasi perawat
(Sukardjo, dkk, 2012) menyatakan bahwa dalam menggunakan APD. Motivasi tidak
68,5% memiliki motivasi yang tinggi hanya dari dari sendiri namun juga
pvalue=0,729, sehingga disimpulkan berasal dari luar. Dukungan teman kerja
tidak ada hubungan motivasi kerja dan lingkungan kerja menyebabkan
perawat dengan penggunaan alat motivasi kerja meningkatkan terutama
pelindung diri sarung tangan namun ada dalam menggunakan APD. Motivasi pada
hubungan motivasi dengan penggunaan perawatdi RS Islam Ibnu Sina tersebut
alat pelindung diri masker di Rumah Sakit pada penelitian ini merupakan salah satu
Islam Sultan Agung Semarang dengan penyebab yang dominan dalam
pvalue=0,003. Pada penelitian (Putri, penggunaan APD.
2011) di Rumah Sakit Graha Husada

2. Hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD

Tabel 9
Hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD pada Perawat
di Ruangan Rawat Inap RS Islam Ibnu Sina BukittinggiTahun 2017
PenggunaanAPD
Ketersediaan Tidak Total OR
Sesuai pvalue
APD Sesuai (95% CI)
N % n % N %
Tidak Cukup 15 48,4 16 51,6 31 100 1,196
0,848
Cukup 29 43,9 37 56,1 66 100 (0,508-2,815)
Total 44 45,4 53 54,6 97 100
dalam penggunaan alat pelindung diri
Hasil penelitian menggambarkan dibandingkan dengan responden yang
bahwa dari 31 responden yang memiliki
ketersediaan APD tidak cukup terdapat
responden tidak sesuai dalam penggunaan memiliki ketersediaan alat pelindung diri
alat pelindung diri sebanyak 15 yang cukup.
orang.Sedangkan dari 66 responden yang Hasil penelitian tersebut sejalan
memiliki ketersediaan APD yang cukup dengan penelitian Feriana (2013)
terdapat 29 responden tidak sesuai dalam menyatakan bahwa hasil uji statistik
penggunaan alat pelindung diri. Jadi, menunjukkan tidak ada hubungan antara
ketersediaan APD tidak memiliki ketersediaan alat pelindung diri dengan
hubungan bermakna dengan penggunaan praktik penggunaan alat pelindung diri
alat pelindung diri dengan pvalue=0,848 dengan pvalue=0,884. Berbeda dengan
dan nilai OR=1,196 artinya responden penelitian Feriana, penelitian yang
yang memiliki ketersediaan APD yang dilakukan (Arifin, 2013) menyatakan
tidak cukup berpeluang 1 kali tidak sesuai bahwa ada hubungan antara ketersediaan
alat pelindung diri dalam pemakaian alat
e-ISSN:2528-66510;Volume 2;No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

pelindung diri. Pada penelitian ini menggunakan alat pelindung diri. Perawat
diperoleh pvalue=0,002< α 0,05. Menurut meminjam alat pelindung diri ke ruangan
peneliti, rumah sakit Ibnu Sina telah lain agar dapat menggunakan alat
menyediakan alat pelindung diri bagi pelindung diri. Seharusnya setiap ruangan
perawat, akan tetapi jumlah APD tersebut memiliki APD sesuai dengan bahaya atau
masih kurang. Hal ini tidak resiko yang ada di ruangan tersebut.
mempengaruhi perawat untuk tidak

3. Hubungan penggunaan APD dengan Peran Petugas Panitia Pembina Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (P2K3)

Tabel 10
HubunganPenggunaan APD Diri dengan Peran Petugas P2K3 pada Perawat di Ruangan Rawat
Inap RSI Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2017

PenggunaanAPD
Peran Petugas Tidak Total OR
Sesuai pvalue
P2K3 Sesuai (95% CI)
n % N % N %
Tidak Berperan 26 59,1 18 40,9 44 100 2,809
0,023
Berperan 18 40.9 35 66,0 53 100 (1,228-6,423)
Total 44 61,6 83 38,4 97 100
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui dengan penggunaan alat pelindung diri.
bahwa dari 44 responden yang tidak Pada penelitian yang dilakukan (Feriana,
berperan terdapat 26 responden (59,1%) 2013) menunjukkan tidak ada hubungan
tidak sesuai dalam penggunaan alat antara pengawasan dengan praktik
pelindung diri.Sedangkan dari 53 penggunaan alat pelindung diri dengan
responden yang berperan terdapat 18 pvalue= 0,366 > α 0,05.
responden (40,9%) yang tidak sesuai Peneliti menunjukkan bahwa petugas
dalam penggunaan alat pelindung diri. P2K3 masih kurang mensosialisasikan
Berdasarkan hasil analisis statistik, tentang penggunaan APD. Standar
diketahui bahwa terdapat hubungan Operasional Prosedur untuk penggunaan
bermakna antara penggunaan APD APD sudah dibuat namun belum
dengan peran petugas PPIRS direalisasikan. Para perawat tidak
pvalue=0,023. Berdasarkan hasil analisis mengetahui adanya petugas P2K3 di
diperoleh OR=2,809. Artinya Petugas rumah sakit dan mengangap petugas
P2K3 yang tidak berperan akan Pencegahan Pengendalian Infeksi
menyebabkan 2 kali penggunaan alat merupakan petugas P2K3. Shift kerja juga
pelindung diri yang tidak sesuai mempengaruhi peran petugas P2K3,
(OR=2,809) dibandingkan dengan karena pada umumnya petugas P2K3
petugas yang berperan. hanya ada pada shift pagi. Tugas petugas
Pengawasan merupakan salah satu seperti memberikan konsultasi,
peran petugas yang akan menentukan melakukan pelatihan, memberikan
digunakan atau tidaknya alat pelindung informasi terbaru APD, melakukan
diri. Penelitian ini sejalan dengan evaluasi dan memberikan sangsi masih
penelitian yang dilakukan (Arifin, 2013) belum terlaksana. Hal-hal tersebut dapat
tentang hubungan pengawasan dalam mempengaruhi perawaat dalam
penggunaan alat pelindung diri diperoleh menggunakan APD pada saat melakukan
nilai pvalue=0,002 yang menunjukkan tindakan atau pekerjaan.
bahwa ada hubungan antara pengawasan
e-ISSN:2528-66510;Volume 2;No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

4. Hubungan tandar Operasional Prosedur dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri


(APD)
Tabel 11
Hubungan SOP dengan Pengunaan Alat Pelindung Diri pada Perawat di Ruangan Rawat Inap
RS Islam Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2017
Penggunaan APD
Tidak Total OR
SOP Sesuai pvalue
Sesuai (95% CI)
N % N % N %
Tidak 8 47,1 9 37,8 17 100
1,086
terlaksana 1,000
(0,380-3,102)
Terlaksana 36 45 44 50 60 100
Total 44 45,4 53 54,6 97 100

Hasil analisis statistik penelitian yang dilakukan oleh sebuah organisasi.


menggambarkan bahwa dari 60 responden Untuk itu SOP juga dilengkapi dengan
yang melaksanakan SOP terdapat 36 referensi, lampiran, formulir, diagram dan
(45%) responden yang tidak sesuai dalam alur kerja (flow chart). SOP sering juga
penggunaan alat pelindung disebut sebagai manual SOP yang
diri.Sedangkan dari 17 responden yang digunakan sebagai pedoman untuk
tidak melaksanakan SOP terdapat 8 mengarahkan dan mengevaluasi suatu
(47,1%) responden tidak sesuai dalam pekerjaan (Aries, 2007) . Implementasi
penggunaan alat pelindung diri. Penelitian SOP yang baik, akan menunjukkan
ini tidak sejalan dengan (Ernawati, 2015) konsistensi hasil kinerja dan proses
yaitu ada hubungan bermakna antara pelayanan yang kesemuanya mengacu
penggunaan APD dengan pelaksanaan pada kemudahan karyawan dan kepuasan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja pasien.
(pvalue = 0,001), di RSIA Permata Sarana Menurut peneliti, pihak rumah sakit
Husada Periode Februari 2015. Ibnu Sina Bukittinggi sudah menyediakan
Standard Operating Procedure SOP penggunaan alat pelindung diri dan
(SOP) SOP adalah dokumen tertulis yang hanya beberapa perawat yang tidak sesuai
memuat prosedur kerja secara rinci, tahap dalam penggunaan alat pelindung diri.
demi tahap dan sistematis. SOP memuat Hal ini dapat ditingkatkan lagi dengan
serangkaian instruksi secara tertulis meningkatkan pengawasan dalam
tentang kegiatan rutin atau berulang-ulang penggunaan APD sesuai dengan SOP.

mengakibatkan 2,825 kali penggunaan


SIMPULAN alat pelindung diri yang sesuai. Hal ini
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan teori yang ada yaitu
ada dua variabel yang pvalue <0.05, hal keinginan yang terdapat pada diri
ini berarti secara statistik mempunyai seseorang individu yang mendorongnya
pengaruh terhadap variabel terikat yaitu, untuk melakukan perbuatan-perbuatan,
motivasi pvalue=0.020 dan peran petugas tindakan, tingkah laku atau perilaku.
P2K3 pvalue=0.028. Maka, kedua Menurut peneliti, apabila responden
variabel tersebut digunakan dalam memiliki motivasi yang tinggi dalam
melakukan analisis pengaruh bersama- penggunaan alat pelindung diri, maka
sama. Hasil analisis menggambarkan kecelakaan akibat kerja dan penyakit
bahwa Exp B: 2,825, pvalue=0,020 <α akibat kerja menurun serta mutu rumah
yang berarti responden mempunya sakit tentang pasien safety akan
motivasi yang rendah akan meningkata. Oleh sebab itu, motivasi
mengakibatkan penggunaan alat responden harus lebih ditingkatkan lagi
pelindung diri 2,825 kali tidak sesuai. agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak
Sebaliknya pada perawat yang terjadi.
mempunyai kessadaran emosi tinggi akan
e-ISSN:2528-66510;Volume 2;No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

Pada variabel peran petugas P2K3, Badan Penerbit Universitas


hasil analisis menunjukkan Exp B: 2,593, Diponegoro Semarang. Semarang.
pvalue=0,028 <α yang artinya responden Chrysmadani, P. E, 2011. Analisis Faktor
yang menyatakan petugas Pembina yang Berhubungan dengan
Kesehatan dan keselamatan Kerja tidak Kepatuhan Perawat dan Penggunaan
berperan akan menyebabkan 2,593 kali Alat Pelindung Diri Dasar
akan menggunakan alat pelindung diri (Handscoon dan Masker) di Rumah
yang tidak sesuai. Begitu juga dengan Sakit Graha Husada Gresik.
peran Petugas Panitia Pembina Kesehatan Universitas Gresik.
dan Keselamatan Kerja yang berperan Dinar, Dapersal Darman, 2003. K3
akan menyebabkan 2,593 kali Hukum dan Ketenaga Kerjaan.
menggunakan alat pelindung diri yang Universitas Negri Padang, Padang.
sesuai. Departemen Kesehatan RI –JHPIEGO,
Peneliti berasumsi, apabila petugas 2004. Panduan Pencegahan Infeksi
P2K3 tidak aktif berperan dalam untuk Fasilitas Pelayanan dengan
penerapan alat pelindung diri maka sumber daya terbatas.
pencapaian penggunaan APD tidak akan Departemen Kesehatan RI, 2007.
tercapai. Hal ini juga disebabkan dengan Pedoman Manajerial Pencegahan
banyaknya rangkap jabatan yang diemban dan Pengendalian Infeksi di Rumah
oleh petugas P2K3 yang menyebabkan Sakit dan Fasilitas Pelayanan
tugas mengenai P2K3 tidak terlaksana Kesehatan Lainnya.
dengan baik.Kurangnya koordinasi antar Departemen Kesehatan RI, 2009.
komite juga menyebabkan penggunaan Pedoman Manajerial Pencegahan
APD tidak tercapai. dan Pengendalian Infeksi di Rumah
SARAN Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Pihak rumah sakit diharapkan dapat Kesehatan Lainnya.
meningkatkan motivasi kerja perawat Efsthiou. G, 2011. Factors influencing
dengan cara mengajak perawat untuk nurse compliance with Standard
berpartisipasi dalam meberikan ide-ide, Precautionsin order to avoid
rekomendasi pengambilan keputusan, occupational exposure to
menginformasikan secara jelas tujuan microorganisms a focus groupstudy.
yang ingin dicapai, cara melaksanakan, Febrianty. D, 2012.Gambaran
dan kendala yang dihadapi. Petugas P2K3 Penggunaan Alat Pelindung Diri oleh
harus lebih aktif baik dalam memotivasi, Bidan di Desa pada Waktu
mengadakan pelatihan atau pembaharuan Melakukan Pertolongan Persalinan
ilmu mengenai APD, pengawasan, dan di Rumah dan Faktor-faktor yang
mensosialisasikan SOP mengenai APD Mempengaruhi di Wilayah Kerja
agar tidak terjadi hal-hal yang dapat Dinas Kesehatan Kabupaten
merugikan pihak rumah sakit tidak terjadi Balangan. Universitas Indonesia.
baik dari segi materi maupun kelancaran Jakarta.
pelayanan. Bagi pihak rumah sakit lain, Feriana, S. N., dkk, 2013. Faktor-faktor
bisa digunakan sebagai pembanding yang Berhubungan dengan Praktik
untuk menigkatkan mutu pelayanan Penggunaan Alat Pelindung Diri
keperawatan di rumah sakit. pada Bagian Pengecatan Bus PT.
REFERENSI Mekar Armada Jaya Magelang.
Arifin B dan Susanto A. 2012.Faktor- Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-
faktor yang berhubungan dengan Journal) Volume 2, Nomor 3,Maret
Kepatuhan Pekerja dalam Pemakaian 2014. Universitas Diponegoro,
Alat Pelindung Diri (APD) di bagian Semarang.
Coal Yard PT. X Unit 3&4 Iqbal, Muhammad M.S, 2014. Gambaran
Kabupaten Jepara. Universitas Faktor Perilaku Penggunaan Alat
Diponegoro, Semarang. Pelindung Diri (APD) pada Pekerja
Budiono, S., dkk, 2003. Bunga Rampai di Departemen Metalforming PT.
Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Dirgantara Indonesia (PERSERO).
e-ISSN:2528-66510;Volume 2;No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

Universitas Islam Negeri Syarif Sukardjo, dkk, 2012. Hubungan Motivasi


Hidayatullah, Jakarta. Kerja Perawat dengan Penggunaan
Muntiana, Khairul, 2014. Hubungan APD di Rumah Sakit Islam Sultan
Persepsi Karyawan terhadap Agung Semarang, Semarang.
penerapan Keselamatan dan Pratika, 2015. Hubungan Penggunaan
Kesehatan Kerja (K3) dengan Alat Pelindung Diri (Apd)
Penggunaan Alat Pelindung Diri Pelaksanaan Standar Operational
(APD) pada jalur 3 dan 4 PT. Wijaya Prosedure Dan Faktor Lingkungan
Karya Beton Boyolali. Universitas Kerja Fisik Dengan Terjadinya
Surakarta. Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Di
Musfiqah S dan Darmawan S, 2013. Pt.Lembah Karet Padang Tahun
Hubungan Kinerja Perawat dengan 2015, Padang.
Motivasi Penggunaan Alat Pelindung Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Diri dalam Pelaksanaan Tindakan Transmigrasi RI
Keperawatan di Ruang Rawat Inap No.8/MEN/VII/2010, Alat Pelindung
RSUD Salewangan Maros. STIKES Diri (APD).
Nani Hasanuddin, Makasar. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
Nasir A, Muhith A dan Ideputri M.E, 2012, Penerapan Sistem Manajemen
2011. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Kesehatan. Nuha Medika, Potter, P.A Perry A.G. Buku Ajar
Yogyakarta Fundamental Keperawatan: Konsep,
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Ilmu Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume
Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta, 1. Alih Bahasa: Renata Komalasari,
Jakarta. dkk. ECG 2005. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Republika.co.id, 2015. Profesi ini Paling
Metodologi Penelitian Kesehatan. Rentan Tertular HIV/AIDS. 3 Juni
Rineka Cipta, Jakarta. 2015.
Occupational Safety and Health Undang–undang Republik Indonesia No 1
Administration, 2000. tahun 1970, Keselamatan Kerja.
PPIRS, 2015. Laporan Bulanan. RSI Undang–undang Republik Indonesia No
Ibnu Sina. Bukittinggi. 23 tahun 1992, Kesehatan.
Siagian, Sondang P, 2004. Teori Motivasi Verbeek, H Jos, 2016. Personal protective
dan Aplikasinya. Rineka Cipta, equipment for preventing highly
Jakarta. infectiousdiseases due to exposure to
Suarli S dan Bahtiar Y, 2012. Manajemen contaminated body fluids in
Keperawatan. Erlangga, Jakarta. healthcare staff
Suma’mur, PK, 2009. Higine Perusahaan
dan Kesehatan Kerja. Gunung
Agung, Jakarta.

You might also like