You are on page 1of 9

KEBERADAAN ARBITRASE ONLINE SEBAGAI CARA PENYELESAIAN

SENGKETA BISNIS DI INDONESIA ( STUDI DI BADAN ARBITRASE


NASIONAL INDONESIA JAKARTA)

Sarah Meilita Indrani meisarah23@gmail.com


Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Hernawan Hadi
Hernawanhadi@gmail.com
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Abstract
This article aims to determine online arbitration conformity with the legal system in Indonesia and
to determine about the application of online arbitration in Indonesia as one of the alternative dispute
resolution business. In this article also contains the online arbitration procedure and also contains about
weaknesses and advantages online arbitration as a means of dispute resolution business.This article
is an empiric legal research. The location of the research at the BANI Arbitration Center, Jakarta. The
specification of this article is the descriptive reserach, which is a research meant to give descriptions
concerning research results accompanied by the analysis of the prevailing law. The article approach in
this study is the approach of legislation and qualitative approach. This type of article data used include
primary and secondary data. Source of research data collection techniques used is field study and
literature study. Data analysis technique used in this research is qualitative data analysis technique.The
result showed that online arbitration does not conflct with the Act No. 30 of 1999 about Arbitration and
Alternative Dispute Resolution. While about the application of online arbitration actually have not been
applied in Indonesia, it’s just that the online arbitration procedure is the same thing with the conventional
arbitration procedure, the difference in online arbitration conduct online using internet network.

Keywords: Online Arbitration, Act No. 30 of 1999 about Arbitration and Alternative Dispute Resolution,
BANI Arbitration Center

Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian arbitrase online dengan sistem hukum di Indonesia dan
untuk mengetahui penerapan arbitrase online di Indonesia sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa
bisnis. Dalam artikel ini juga berisikan mengenai prosedur daripada arbitrase online serta kelebihan dan
kelemahan arbitrase online sebagai cara penyelesaian sengketa bisnis. Artikel ini merupakan penelitian
hukum empiris. Lokasi penelitian yaitu di Badan Arbitrase Nasional Indonesia, Jakarta. Spesifikasi artikel
ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang
hasil penelitian disertai analisa mengenai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendekatan
artikel dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan kualitatif. Jenis
data artikel yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan sumber
data penelitian yang digunakan yaitu studi lapangan dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
arbitrase online tidak bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Sedangkan untuk penerapan dari arbitrase online itu sendiri
sebenarnya belum diterapkan di Indonesia, hanya saja prosedur untuk melakukan arbitrase online sama
hal nya dengan prosedur arbitrase konvensional, perbedaannya pada arbitrase online dilakukan secara
online dengan menggunakan jaringan internet.
Kata kunci: Arbitrase Online, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, Badan Arbitrase Nasional Indonesia

34 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017


A. Pendahuluan yang diakibatkan karena hal prosedural dan
administratif, serta menyelesaikan masalah secara
Di era modern ini, kegiatan perdagangan
komprehensif dalam kebersamaan dan tetap
cakupannya tidak hanya dalam lingkup nasional
menjaga hubungan baik. Penyelesaian sengketa
yaitu antar subjek dan pihak-pihak orang Indonesia
diluar pengadilan umunya dilakukan terbatas pada
saja tetapi juga dalam lingkup internasional
perkara keperdataan dan dagang saja. Sedangkan
(antar negara) yang dapat melibatkan baik
untuk perkara lainnya seperti pidana tetap harus
individu kewarganegaraan lainnya, badan hukum
diselesaikan melalui badan pengadilan berhubung
swasta kewarganegaraan lainnya, maupun pihak
menyangkut dengan kepentingan umum atau
pemerintahan negara lainnya. Apabila timbul suatu
bukan kepentingan privat (Rachmadi Usman, 2013
perselisihan yang menyangkut suatu transaksi
: 17).
perdagangan dimana para pihak berkedudukan
di Indonesia dan transaksi itu berlangsung di Berdasarkan permasalahan diatas, diperlukan
Indonesia, walaupun diantara mereka tidak adanya alternatif lain dalam penyelesaian seng-
membuat kontrak mengenai pilihan hukum, maka keta khususnya sengketa bisnis. Caranya dengan
hal itu mudah bagi hakim untuk menentukan atau mekanisme penyelesaian sengketa diluar
para pihak melakukan kesepakatan di kemudian pengadilan yang dikenal dengan istilah Alternatif
hari, setelah timbulnya perselisihan antara Penyelesaian Sengketa (APS) atau dalam
mereka, agar perselisihan itu diselesaikan menurut bahasa asing biasa disebut dengan Alternative
hukum Indonesia (Sutan Remy Sjahdeini, 2001 Dispute Resolution (ADR) (Joni Emirzon, 2001
: 24). Apabila transaksi perdagangan tersebut : 2) Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) ini
berlangsung diantara para pihak khususnya dibagi menjadi 5 (lima) cara, yaitu konsultasi,
perorangan, yang merupakan penduduk dua negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli.
negara yang berbeda, maka akan timbul masalah Dalam hal usaha-usaha Alternatif Penyelesaian
penerapan hukum mana yang akan digunakan. Sengketa (APS) tidak dapat dicapai, maka para
Apakah menggunakan hukum dari negara pihak dapat mengajukan usaha penyelesaian
tergugat atau berdasar hukum dari negara sengketanya melalui lembaga arbitrase. Arbitrase
penggugat, atau apakah seyogyanya didasarkan yang dilakukan dalam hal ini dapat berupa arbitrase
kepada negara pelaku usaha, atau apakah secara langsung (offline) maupun arbitrase tidak
didasarkan hukum negara dari pihak pembeli langsungs (online) (Hetty Hassanah, 2010 : 93).
(Mariam Darus Badrulzaman, et.al, 2003 : 303). Pengertian daripada arbitrase sendiri dapat dilihat
pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor
Dengan tidak sedikitnya permasalahan
30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
dalam menjalani perdagangan, ada beberapa cara
Penyelesaian Sengketa.
yang bisa dilakukan apabila terjadi sengketa dalam
perdagangan, yaitu dengan melalui cara litigasi Timbulnya sengketa bisnis yang terjadi baik
dan non- litigasi. Lembaga tempat penyelesaian secara online maupun offline, dan dengan adanya
sengketa secara litigasi yang dikenal di dalam perkembangan teknologi yang semakin canggih,
sistem hukum Indonesia adalah pengadilan. maka penyelesaian sengketa bisnis tersebut
Penyelesaian sengketa melalui proses l i t i g a s i diharapkan mampu diselesiakan melalui online.
dianggap tidak profesional untuk menangani Di tengah kebingungan atas sistem hukum
sengketa-sengketa bisnis (terutama yang bersifat yang tidak mudah mengikuti perkembangan dan
internasional) dikarenakan melalui proses litigasi di cepatnya kemajuan, teknologi telah melahirkan
dalam pengadilan ini menghasilkan kesepakatan gagasan tentang penyelesaian sengketa secara
yang bersifat sementara yang belum mampu online, dalam hal ini akan membicarakan mengenai
menyelesaikan semua kepentingan bersama, arbitrase secara online. Indonesia sejauh ini
cenderung menimbulkan masalah baru, lambat belum mengambil manfaat yang berarti dari
dalam penyelesaian, membutuhkan biaya yang kehadiran teknologi untuk penyelesian sengketa
mahal, tidak responsif, dan dapat menimbulkan (Susanti Adi Nugroho, 2015 : 40). Saat ini proses
permusuhan antara pihak yang bersengketa, penyelesaian sengketa arbitrase dapat dilakukan
bahkan para hakimnya telah kehilangan integritas melalui perantara Badan Arbitrase Nasional
moral dalam menjalankan profesinya, serta Indonesia (BANI) atau lembaga arbitrase lainnya.
dianggap sebagai tempat menyelesaikan sengketa Sementara itu, penyelesaian sengketa bisnis
yang tidak efektif dan efisien (Eman Suparman, melalui arbitrase online di Indonesia belum
2004 : 2-3). Sebaliknya, apabila melalui proses non- dilaksanakan sepenuhnya, karena sampai saat
litigasi lebih banyak menghasilkan kesepakatan ini, BANI hanya memanfaatkan e-mail untuk
yang bersifat “win-win solution” untuk para pihak, pengiriman surat-surat dalam proses arbitrase atau
dijamin kerahasiaannya, dihindari keterlambatan melaksanakan persidangan melalui pemanfaatan

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 35


e-mail tersebut, tetapi belum ada pemanfaatan para pihak yang bersengketa. Dalam
website yang khusus untuk menyelenggarakan penyelesaian sengketa yang dilakukan
arbitrase (arbitrase online) (Paustinus Siburian, dengan menggunakan arbitrase online
2004 : 9). Namun penyelesaian sengketa dengan juga berlaku ketentuan-ketentuan tentang
cara online ini akan membuka suatu cakrawala perjanjian sebagaimana diatur dalam Buku III
baru di bidang penyelesaian sengketa. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka Perikatan. Klausula arbitrase merupakan
penulis akan membahas mengenai apakah pacta sunt servanda, yang mengandung
arbitrase online sesuai dengan sistem hukum makna setiap perjanjian yang sah, mengikat
di Indonesia dan penerapan arbitrase online di kepada para pihak, berlaku sebagai undang-
Indonesia. undang bagi para pihak yang membuatnya,
oleh karena itu harus dilaksanakan dengan
itikad baik (Yahya Harahap, 2003:42).
B. Metode Penelitian
Buku III Kitab Undang-Undang Hukum
Jenis penelitian yang penulis gunakan Perdata menganut sistem yang terbuka,
adalah penelitian hukum empiris. Spesifikasi sehingga dalam membuat perjanjian
penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu sebetulnya kepada setiap orang diberikan
penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan kebebasan untuk menentukan sendiri
gambaran tentang hasil penelitian disertai analisa mengenai isi dan bentuk perjanjian yang
mengenai peraturan perundang-undangan yang dibuatnya dengan pihak lain (Moch. Basarah,
berlaku. Pendekatan penelitian dalam penelitian 2011:97). Perjanjian yang dibuat dalam
ini adalah pendekatan perundang-undangan dan arbitrase online juga harus dilakukan
pendekatan kualitatif. Jenis data penelitian yang berdasarkan syarat sahnya perjanjian yang
digunakan meliputi data primer dan data sekunder. diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-
Teknik pengumpulan sumber data penelitian Undang Hukum Perdata.
yang digunakan yaitu studi lapangan dan studi Pada Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2)
kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
dalam penelitian ini adalah teknik analisis data tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
kualitatif. Sengketa menggunakan istilah “dokumen
yang ditanda tangani para pihak” yang mana
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan pada Pasal 4 ayat (1) menjelaskan bahwa
dalam hal para pihak telah menyetujui
1. Pengaturan Arbitrase Online sebagai bahwa sengketa di antara mereka akan
Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam diselesaikan melalui arbitrase dan para pihak
Sistem Hukum di Indonesia telah memberikan wewenang, maka arbiter
Arbitrase online merupakan pengem- berwenang menentukan dalam putusannya
bangan dari bentuk arbitrase konvensional, mengenai hak dan kewajiban para pihak jika
bertujuan menyelesaikan sengketa yang terjadi hal ini tidak diatur dalam perjanjian mereka.
di antara para pihak yang telah melakukan Sedangkan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang
suatu perjanjian dalam ruang lingkup Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
hukum perdata. Perbedaan mendasar yang Alternatif Penyelesaian Sengketa menjelaskan
membedakan antara perjanjian konvensional bahwa persetujuan untuk menyelesaikan
dengan perjanjian dalam bentuk elektronik sengketa melalui arbitrase sebagaimana
atau online, adalah terletak pada physical form dimaksud dalam ayat (1) dimuat dalam suatu
(bentuk konkrit dan nyata) pada perjanjian dokumen yang ditandatangani oleh para pihak
konvensional dan pada perjanjian online (Paustinus Siburian, 2004:113).
penawaran serta penerimaan dilaksanakan Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Undang-
dalam bentuk elektronik, disamping itu sifat Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
perjanjian online secara umum adalah non- Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
face yang berarti bahwa tidak membutuhkan Sengketa. Pada Pasal 9 ayat (1) Undang-
physical presence (kehadiran secara fisik) dan Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
peprless (Munir Fuadi, 2003:23). Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Pada dasarnya, penyelesaian sengketa Sengketa menjelaskan bahwa dalam hal para
melalui arbitrase baik yang dilakukan pihak memilih penyelesaian sengketa melalui
secara online maupun konvensional dapat arbitrase setelah sengketa terjadi, persetujuan
dilaksanakan jika terdapat perjanjian diantara mengenai hal tersebut harus dibuat dalam

36 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017


suatu perjanjian tertulis yang ditandatangani perjanjian tersebut. dalam penyelesaian
oleh para pihak. Dan pada Pasal 9 ayat (2) sengketa melalui arbitrase konvensional
Undang-Undang Nomor 30 Tahun mendasarkan kegiatan pada pertukaran
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif dan pemeriksaan dokumen bermedia kertas
Penyel esaian Sengketa menjelaskan (paperbase), sementara itu, dalam arbitrase
bahwa dalam hal para pihak tidak dapat online media kertas telah digantikan oleh data
menandatangani perjanjian tertulis digital (Hetty Hassanah, 2010:103).
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang
perjanjian tertulis tersebut harus dibuat dalam Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
bentuk akta notaris (Susanti Adi Nugroho, Alternatif Penyelesaian Sengketa menyatakan
2015:493) bahwa dalam hal disepakati penyelesaian
Dokumen elektronik dan sahnya suatu sengketa melalui arbitrase terjadi dalam
dokumen serta tanda tangan elektronik, telah bentuk pertukaran surat, maka pengiriman
diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 teleks, faksimil, e-mail, atau dalam bentuk
sarana komunikasi lainnya, disertai dengan
Tahun 2008 tentang Informasi dan
suatu catatan penerimaan oleh para pihak.
Transaksi Elektronik. Pada Pasal 5 ayat
Dengan demikian, maka para pihak tidak
(1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang
diwajibkan untuk hadir selama proses
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
arbitrase dengan syarat para pihak telah
Transaksi Elektronik menjelaskan bahwa
mengadakan kesepakatan sebelumnya,
informasi elektronik, dokumen elektronik serta
sehingga apabila para pihak tidak dapat
hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum
bertatap muka secara langsung dalam proses
yang sah, merupakan perluasan dari alat
penyelesaian sengketa melalui arbitrase
bukti yang sah sesuai dengan hukum acara
bukan merupakan suatu permasalahan (Rizky
yang berlaku di Indonesia serta dinyatakan
Novian Margono, 2013:5).
sah apabila menggunakan sistem elektronik
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian arbitrase termasuk arbitrase
undang-undang ini. Pada Pasal 5 ayat (4) online harus ditanda tangani sesuai ketentuan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
memberikan batasan mengenai tidak dapat Alternatif Penyelesaian Sengketa. Konsep
diberlakukannya informasi elektronik apabila mengenai tanda tangan mengalami penafsiran
dalam undang-undang menentukan harus yang berkembang dengan pesat, hal ini terjadi
dibuat dalam bentuk tertulis. Adapun Pasal seiring dengan perkembangan masyarakat dan
1 angka teknologi yang menyertainya. Berdasarkan
3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Sengketa menentukan bahwa perjanjian Alternatif Penyelesaian Sengketa, mengenai
arbitrase tercantum dalam suatu perjanjian adanya dokumen dan tanda tangan para
tertulis. Dari perbedaan tersebut dapat pihak, dalam hal ini tidak dijelaskan mengenai
ditafsirkan bahwa informasi elektronik ketentuan dokumen termaksud apakah harus
dan/atau dokumen elektronik tidak dapat berupa berkas- berkas yang terbuat dari
diberlakukan terhadap perjanjian arbitrase kertas atau meliputi dokumen dalam media
menurut ketentuan Undang-Undang Nomor lain, sehingga dokumen ini dapat pula berupa
30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif file-file informasi elektronik (Hetty Hassanah,
Penyelesaian Sengketa (Susanti Adi Nugroho, 2010:104).
2015:494). Sejak diundangkannya Undang-Undang
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Transaksi Elektronik, semakin besar pula
Penyelesaian Sengketa tidak memberikan kemungkinan untuk dapat menyelenggarakan
batasan tentang bentuk apa yang harus sistem elektronik maupun segala transaksi
digunakan yaitu harus tercetak atau tidak, elektronik demi kepastian hukum bagi
hanya memberi batasan bahwa perjanjian pengguna dan penyelenggara teknologi
tersebut secara tertulis. Dalam undang-undang informasi, yang dalam hal ini dilakukan oleh
tersebut juga tidak mengatur mengenai bahan arbitrase online (Meria Utama ,2010:1842).
atau media apa yang digunakan untuk menulis Pasal 6

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 37


Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 pemeriksaan lisan (Solikhah, 2009:165).
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik A r b i t r a s e o n l i n e p a d a d a s a r n ya
menyatakan bahwa dalam hal terdapat tidak dilarang untuk dilakukan dalam hal
ketentuan lain selain yang diatur dalam menyelesaikan sengketa antara para pihak.
Pasal 5 ayat (4) yang mensyaratkan bahwa Hal tersebut sesuai dengan Pasal 31 ayat
suatu informasi harus berbentuk tertulis (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun
atau asli, informasi elektronik dan/atau
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
dokumen elektronik dianggap sah sepanjang
Penyelesaian Sengketa yang menerangkan
informasi yang tercantum di dalamnya dapat
bahwa para pihak dalam suatu perjanjian yang
diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya,
tegas dan tertulis, bebas untuk menentukan
dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga
arbitrase yang digunakan dalam pemeriksaan
menerangkan suatu keadaan.
sengketa sepanjang tidak bertentangan
Berdasarkan pada penelitian yang telah dengan ketentuan dalam undang-undang
penulis lakukan di Badan Arbitrase Nasional ini. Selanjutnya, ketentuan Pasal 31 ayat
Indonesia yang berlokasi di Jakarta, terkait (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999
dengan perjanjian arbitrase online dapat tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
berupa dokumen elektronik. Hal ini juga Sengketa mengatur, dalam hal para pihak tidak
diselaraskan dengan perkembangan teknologi menentukan sendiri ketentuan mengenai acara
yang semakin canggih. Dokumen elektronik arbitrase yang akan digunakan, maka semua
disini merupakan dokumen elektronik dimana sengketa yang penyelesaiannya diserahkan
dokumen tersebut dapat diakses serta dapat kepada arbiter atau majelis arbitrase akan
dipertanggungjawabkan oleh para pihak yang diperiksa dan diputus menurut ketentuan
bersengeketa juga arbiter yang menangani dalam undang-undang ini (Solikhah, 2009:77)
perkara tersebut. Undang-Undang Nomor Berdasarkan penelitian yang dilakukan
30 Tahun oleh penulis di Badan Arbitrase Nasional
1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Indonesia, arbitrase online di Indonesia
Penyelesaian Sengketa, juga didapati pada telah sesuai dan tidak bertentangan dengan
beberapa pasalnya memberi celah untuk peraturan perundang-undangan yang ada,
dilaksanakannya perjanjian arbitrase online. khususnya Undang-Undang Nomor 30
Hal tersebut diperkuat dengan adanya Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Penyelesaian Sengketa, namun masih perlu
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. dikembangkan kembali pengaturan serta
Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang sarana dan prasarananya. Peluang untuk
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan diterapkannya arbitrase online di Indonesia
Transaksi Elektronik menjelaskan bahwa para dinilai cukup menjanjikan.
pihak diberikan kebebasan untuk memilih
lembaga penyelesaian sengketa untuk 2. Penerapan Arbitrase Online dalam
menangani sengketa yang timbul dari transaksi Penyelesaian Sengketa Bisnis di Indonesia
elektronik internasional. Dengan demikian Pelaksanaan arbitrase online menggu-
memungkinkan dilakukannya arbitrase online nakan media internet, kelengkapan yang
sebagai alternatif penyelesaian sengketa diperlukan adalah layanan internet yang dapat
(Solikhah, 2009:130). Berdasarkan Pasal 34 memenuhi kebutuhan pelaksanaan arbitrse.
Undang–Undang Nomor Para pihak juga harus disediakan suatu
30 Tahun 1999 tentang Arbitrase ruangan untuk saling berkomunikasi. Ruangan
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, untuk berkomunikasi tersebut seperti halnya
dimungkinkan lembaga arbitrase untuk chatting room yang berbasis real time audio
menerapkan arbitrase secara online dengan visual streaming. Dengan adanya aplikasi
menentukan prosedur berarbitrase secara untuk berkomunikasi tersebut, para pihak
online atas persetujuan para pihak. Ketentuan dapat menyampaikan data, fakta, informasi,
yang mendukung pelaksanaan arbitrase atau tanggapannya melalui jalur ini. Tidak
online adalah pengaturan Pasal 36 Undang adanya aturan formal yang kaku dalam proses
– Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang arbitrase online ini, diharapkan para pihak
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dapat lebih tenang dan mampu menyampaikan
yang menyatakan bahwa pemeriksaan fakta secara jelas (Meria Utama, 2010:1845-
sengketa dalam arbitrase harus dilakukan 1849).
secara tertulis, namun dapat juga diadakan

38 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017


Mengenai prosedur arbitrase online, oleh pemohon. Apabila tuntutan sudah
lebih lengkapnya adalah sebagai berikut sesuai maka dalam jangka waktu 5
(Moch Basarah, 2011:131) : (lima) hari kerja, lembaga arbitrase akan
1) Perjanjian untuk menyelesaikan sengketa memberitahukan kepada para pihak.
melalui arbitrase online Jika termohon tidak dapat diberitahukan
Para pihak harus mempertimbangkan melalui e-mail, maka lembaga arbitrase
mengenai prosedur dari lembaga akan menetapkan bahwa prosedur yang
arbitrase tertentu yang akan digunakan telah dipilih yaitu arbitrase online tidak
dalam pen yelesaian sen gketan ya dapat dilaksanakan.
sebagai bagian dari perjanjian arbitrase. 5) Jawaban atas tuntutan
Lembaga arbitrase yang telah dipilih Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh)
tidak dapat menjalankan tugasnya hari terhitung sejak dibuatnya case site,
sebagaimana mestinya apabila para pihak termohon harus menjawab tuntutan.
pihak tidak mempunyai kapasitas untuk 6) Jawaban atas tuntutan balasan
menyelesaikan sengketa melalui arbitrase Apabila termohon mengajukan
dan/atau sengketa yang terjadi tidak tuntutan balasan, maka pihak pemohon
berkaitan dengan bidang perdagangan harus menjawab tuntutan balasan
atau bidang lainnya yang telah ditentukan. tersebut dalam jangka waktu 30 hari sejak
2) Pemberitahuan kepada para pihak dan diterimanya tuntutan balasan. Jawaban
perhitungan jangka waktu penyelesaian dari pemohon tersebut harus mencakup
sengketa informasi yang ditentukan pada poin 5.
Berdasarkan kesepakatan para 7) Perpanjangan jangka waktu penyelesaian
pihak dan persetujuan dari arbiter maka sengketa
setiap dokumen yang dibuat berdasarkan Arbiter dengan suatu alasan yang
prosedur dari lembaga arbitrase yang telah logis dapat memperpanjang jangka waktu.
dipilih harus sudah dikirim melalui e-mail. 8) Bahasa yang digunakan
Waktu dan hari penerimaan dokumen
Bahasa yang digunakan dalam
melalui e-mail akan ditetapkan sebagai
penyelesaian sengketa adalah bahasa
waktu dibuatnya dokumen tersebut oleh
yang digunakan pula dalam perjanjian
para pihak. Jangka waktu penyelesaian
arbitrase, kecuali ditentukan lain oleh para
akan dihitung sejak diterimanya dokumen
pihak atau berdasar kewenangan arbiter.
tersebut. Jangka waktu penyelesaian
9) Proses hearing
akan dihitung sejak diterimanya dokumen
tersebut. Apabila para pihak dengan per-
setujuan dari arbiter setuju untuk
3) Tuntutan yang diajukan dalam arbitrase
melaksanakan proses hearing, maka
online
arbiter akan membuat putusan arbitrase
Pemohon harus membuat dokumen
berdasarkan kepatuhan para pihak.
yang berisi tuntutan. Tuntutan dalam
Apabila tidak dilakukan proses hearing,
arbitrase harus mencakup mengenai
maka arbiter akan membuat putusan
perjanjian arbitrase, perjanjian diantara
dalam jangka waktu 30 hari sejak proses
kedua belah pihak berkaitan dengan
ditutup. Dalam proses hearing, kesaksian
jumlah, identitas, kualifikasi dan cara
dapat diterima, pemeriksaan silang
penunjukan arbiter, pernyataan mengenai
dari para saksi dapat dilakukan dan
sengketa, alasan hukum yang melatar
dokumen tambahan dapat diterima
belakangi tuntutan, jumlah ganti
sebagai alat bukti oleh arbiter.
kerugian yang diinginkan (jika ada).
Pemohon harus membayar sejumlah 10) Tempat dari putusan
biaya 5 (lima) hari sebelum diajukannya Tempat dari putusan dapat ditentukan
tuntutan. Biaya tersebut dapat dibayar oleh para pihak, apabila para pihak tidak
secara elektronik, atau metode lainnya menentukan, maka tempat dari putusan
yang telah ditentukan oleh lembaga ditentukan oleh arbiter.
arbitrase. 11) Memberitahukan isi putusan
4) Pemberitahuan isi tuntutan Waktu dan tanggal dikirimnya
Setelah pembayaran dilakukan, putusan, ditetapkan sebagai tanggal dan
kemudian lembaga arbitrase tersebut waktu putusan dibuat.
akan memeriksa tuntutan yang diajukan

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 39


12) Metode komunikasi yang digunakan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Dengan
Arbiter dapat menentukan metode demikian untuk putusan arbitrase nasional,
komunikasi yang akan digunakan diluar putusan arbitrasenya harus tertulis, asli dan
dari metode komunikasi yang digunakan ditandatangani oleh arbiter atau majelis
dalam case site. Lembaga arbitrase arbitrase (Susanti Adi Nugroho, 2015:501-
harus menyediakan alamat e-mail untuk 502).
para pihak dan juga arbiter, yang mana Putusan arbitrase internasional, Undang-
mereka dapat saling berhubungan satu Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
sama lain. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa juga memerlukan putusan untuk
Berdasarkan penelitian yang penulis
dibuat secara tertulis, asli namun tidak jelas
lakukan di Badan Arbitrase Nasional Indonesia,
apakah memerlukan tanda tangan. Hal
mengenai prosedur arbitrase online sendiri
ini dapat dilihat dalam Pasal 67 ayat (2)
belum ada pengaturannya secara khusus,
huruf (a). Dengan ketentuan dalam pasal
namun pada dasarnya sama dengan prosedur
tersebut, tampaknya penggunaan mekanisme
arbitrase lainnya, hanya perlu ditambahkan
penyelesaian sengketa secara online menjadi
ketentuan-ketentuan khusus terkait spesifikasi
tidak ada artinya, jika putusan arbitrase yang
online tersebut. Hal yang perlu dipersiapkan
diperoleh para pihak secara online dianggap
untuk pelaksanaan arbitrase online adalah
bukan asli. Dengan demikian dapat dikatakan
perangkat pendukung atau sarana dan
bahwa putusan arbitrase online tidak dapat
prasarana dalam penyelenggaraan arbitrase
memenuhi pers yaratan sebagaimana
online tersebut. Mengenai sengketa apa saja
ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 30
yang dapat di ajukan penyelesaiannya melalui
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
arbitrase online sebenarnya sesuai dengan
Penyelesaian Sengketa(Susanti Adi Nugroho,
arbitrase konvensional pada umumnya yaitu
2015:502).
terkait dengan sengketa perdata, misalnya
perdagangan. Sengketa perdata yang Pasal 6 Undang-Undang Nomor 11
dapat diajukan penyelesaiannya melalui Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
arbitrase online harus didasari dengan adanya Elektronik menjelaskan bahwa informasi
perjanjian yang menyatakan bahwa apabila elektronik dan/atau dokumen elektronik
timbul sengketa maka penyelesaiannya dianggap sah sepanjang informasi yang
akan dilaksanakan melalui arbitrase online. tercantum didalamnya dapat diakses,
Untuk sengketa pada perdagangan online ditampilkan, dijamin keutuhannya dan
(e-commerce) sendiri sebenarnya dapat juga dapat dipertanggungjawabkan sehingga
diajukan penyelesaiannya melalui arbitrase menerangkan suatu keadaan. Permasalahan
online selama diperjanjikan oleh para pihak. dalam putusan arbitrase online karena dalam
dunia elektronik lebih mudah untuk menyalin
Bentuk putusan arbitrae online berbeda
atau copy segala sesuatu, sementara
dengan bentuk putusan arbitrase konvensional,
itu sulit untuk mengidentifikasi keaslian
dimana pada arbitrase online dibuat melalui
dokumen-dokumen yang dibuat secara
media elektronik dalam bentuk digital.
online tersebut. Sehingga solusi yang dapat
Dalam arbitrase nasional, Undang-Undang
diberikan untuk permasalahan demikian
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
adalah dengan mengirimkan putusan yang
Alternatif Penyelesaian Sengketa mengatur
sudah ditandatangani oleh arbiter melalui
bahwa suatu putusan harus dibuat secara
pihak ketiga yang terpercaya dengan paket
tertulis dan ditandatangani oleh arbiter atau
pos kepada para pihak yang terkait (Moch.
majelis arbitrase. Hal tersebut sebagaimana
Basarah, 2011:170). Berdasarkan penelitian
dikemukakan dalam Pasal 54 ayat (2) dan
yang dilakukan oleh penulis di Badan Arbitrase
ayat (3). Ketentuan dalam Pasal 54 ayat
Nasional Indonesia, mengenai keabsahan
(2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 30
putusan arbitrase online, putusan arbitrase
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
online ini diakui keabsahannya selama tidak
Penyelesaian Sengketa tersebut menentukan
melanggar prinsip-prinsip arbitrase.
bahwa diperlukannya tanda tangan dari
seorang arbiter dalam putusan arbitrase. Semakin berkembangn ya internet
Untuk memperjelas mengenai putusan memungkinkan penyelesaian sengketa
arbitrase harus dibuat secara tertulis dapat secara online. Terdapat beberapa keuntungan
dilihat pada Pasal 59 ayat (2) Undang-Undang dalam penyelesaian sengketa secara online
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan yang mengintegrasikan penggunaan e-mail

40 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017


dan situs website sebagai sarana dalam 1) Tidak adanya peraturan perundang-
proses penyelesaian sengketa antara lain undangan yang khusus mengatur tentang
(Paustinus Siburian, 2004:110-111) : pelaksanaan arbitrase online.
1) Penghematan waktu dan uang. 2) Permasalahan mengenai sumber daya
Penyelesaian sengketa secara online manusia, fasilitas, sarana dan prasarana
akan lebih menghemat dibandingkan untuk kelancaran pelaksanaan arbitrase
alternatif penyelesaian sengketa secara online.
tradisional, karena para pihak tidak perlu 3) Adanya hacker atau peretas dalam
membayar biaya yang harus dikeluarkan pelaksanaan arbitrase online.
untuk menghadiri persidangan dan biaya Berdasarkan pada penelitian yang
– biaya yang berkaitan dengan hal itu. penulis lakukan di Badan Arbitrase Nasional
2) Bagi para konsumen yang menghindari Indonesia, kelemahan arbitrase online
biaya besar dalam penyelesaian seng- terutama ada pada sarana dan prasarana.
keta, tentu akan lebih mudah menerima Di Indonesia, untuk menerapkan arbitrase
penyelesaian sengketa secara elektronik online terdapat hambatan dikarenakan
karena mereka dapat mengerjakannya belum siapnya sarana dan prasarana yang
sendiri dengan fasilitas komputer yang mendukung. Seperti halnya internet yang
dimiliki. belum merata di seluruh daerah Indonesia.
3) Para pihak yang menggunakan akses
internet lebih yakin dalam menghadapi D. Simpulan
proses yang akan dijalaninya, sebab
mereka dapat dengan mudah mengontrol 1. Belum ada aturan pelaksanaan yang mengatur
dan merespons apa yang terjadi dalam bagaimana arbitrase online itu dijalankan
proses. namun pada dasarnya Arbitrase online
tidak dilarang untuk dilakukan dalam hal
4) Dapat menghindari pertemuan dengan
menyelesaikan sengketa antara para pihak
pihak lawannya. Hal ini merupakan
karena arbitrase online tidak bertentangan
persoalan psikologis.
dengan Undang- Undang Nomor 30 Tahun
5) Keuntungan lainnya yang mungkin 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
didapatkan oleh pihak lain, seperti vendor Penyelesaian Sengketa.
software (pembuat software).
2. Dalam arbitrase online, pendaftaran perkara,
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pemilihan arbiter, pembuatan putusan,
bahwa penyelesaian sengketa secara penyerahan dokumen, pemusyawarahan
online memiliki banyak keuntungan. Tetapi arbitrator, pembuatan putusan, serta
sayangnya Indonesia belum mengambil pemberitahuan akan adan ya putusan
manfaat dari kehadiran teknologi untuk dilakukan secara online dalam bentuk data
penyelesaian sengketa secara online. digital.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan
di Badan Arbitrase Nasional Indonesia, E. Saran
salah satu kelebihan yang dapat dilihat dan
1. Bagi Badan Legislatif Indonesia, perlu
dirasakan secara nyata adalah terkait dengan
diadakan peraturan pelaksanaan terkait
efektifitas dan efisiensi waktu.
dengan arbitrase online, serta perlu diadakan
Arbitrase online tentunya memiliki pembaharuan Undang-Undang Nomor 30
kelemahan maupun permasalahan dalam Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
pelaksanaannya, berikut merupakan beberapa Penyelesaian Sengketa untuk secara tegas
kelemahan maupun permasalahan tersebut memberikan dasar bagi pelaksanaan arbitrase
(Rizky Novian Margono, online di Indonesia dan demi memberikan
2013:4) : kepastian hukum arbitrase online di Indonesia.

Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017 41


Daftar Pustaka

Buku:
Eman Suparman. 2004. Pilihan Forum Arbitrase dalam Sengketa Komersial untuk Penegakan Keadilan
cet ke-1. Jakarta : PT Tatanusa
Joni Emirzon. 2001. Alternatif Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Mariam Darus Badrulzaman, et.al. 2003. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Moch. Basarah. 2011. Prosedur Alternatif Penyelesaian Sengketa Arbitrase Tradisional dan Modern
(Online). Yogyakarta : Genta Publishing
Munir Fuady. 2003. Arbitrase Nasional. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti Komisi Yudisial. 2012. Dialektika
Pembaharuan Sistem Hukum Indonesia. Jakarta: Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial Republik
Indonesia.
Paustinus Siburian. 2004. Arbitrase Online (Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdagangan Secara
Elektronik Cet Ke-1. Jakarta : Djambatan
Rachmadi Usman. 2013. Pilihan Penyelesaian Sengketa diluar Pengadilan.Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Susanti Adi Nugroho. 2009. Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa. Jakarta : Telaga Ilmu
Indonesia
Yahya Harahap. 2003. Arbitrase Ditinjau Dari: Reglemen Acara Perdata (RV), Peraturan Prosedur BANI,
International Center for the Settlement of Investment Disputes (ICSID), UNICTRAL Arbitration
Rules, Convention on the Recognition and Enforcement of Foreign Arbitral Award, PERMA No. 1
Tahun 1990 Cet ke-2. Jakarta : Sinar Grafika

Jurnal:
Hetty Hassanah. Februari. 2010. “Penyelesaian Sengketa Perdagangan Melalui Arbitrase secara
Elektronik (Arbitrase Online) berdasarkan Undang- Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa”. Jurnal Wawasan Hukum. Vol. 22. No. 01
Meria Utama. 2010. “Pelaksanaan Online Dispute Resolution (ODR) Arbitrase di Indonesia menuryt
Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa”.
Majalah Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya. No. 42.
Rizky Novian Margono. 2013. “Pengembangan Hukum Penyelesaian Sengketa Bisnis dengan Metode
Arbitrase Online di Indonesia”. Naskah Publikasi. Samarinda : Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Mulawarman
Solikhah. 2009. “Prospek Arbitrase Online Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
Ditinjau dari Hukum Bisnis”. Tesis. Semarang : Magister Ilmu Hukum Kajian Hukum Ekonomi dan
Teknologi Universitas Diponegoro
Sutan Remy Sjahdeini. 2001. “E-commerce Tinjauan dari Perspektif Hukum”.
Jurnal Hukum Bisnis. Jakarta : Yayasan Pengembang Hukum Bisnis. Vol.12

Undang-Undang:
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

42 Privat Law Vol. V No 2 Juli-Desember 2017

You might also like