You are on page 1of 9

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KETERJANGKAUAN

PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS DAERAH TERPENCIL


PERBATASAN DI KABUPATEN SAMBAS
(Studi Kasus di Puskesmas Sajingan Besar)
(Factors Influence Accesibility of Health Services at a Remote and
Border Health Service in Sambas District)
Suharmiati1, Lestari Handayani1, Lusi Kristiana1

ABSTRACT
Background: Accessibility of health services in primary health centers and its networks in remote, border, and islands
areas is still low as the government has attempted to supply the needs of facility and infrastructure. Methods: This study is
observational, located on the primary health centre of Sajingan Besar, which is one of primary health centers in the Sambas
District in West Kalimantan Province. The primary data were collected by in-depth interviews and Focus Group Discussion
to health workers and community leaders. The secondary data were in document reviews. Results: The results show that
the accessibility is closely related and depended upon due to 2 (two) determinant is the determinant which is the provision
of services and the determinant factor is the factor of user requests. Service factors include resource centers primarily on
working period, workload, and rewards in both stated and non stated health workers, the available of medical tools for both
emergency treatment and village midwives, and transportation need to be improved in the primary health center. Utilization
of sub-primary health centers high enough that the community can easily access and utilize them. Of factor use, utilization of
traditional healers is quite high as the first alternative treatment, although not all traditional healers carry out safe practices
because most have not been scouted by the clinic. conclusion: Of this study are to revise working periods, workload, and
rewards in both stated and non-stated health workers; to supply more medical tools for both emergency treatment and
village midwives, and more transportation by considering numbers, types and the operating costs; to build sub-primary
health centers that the community can easily access and utilize them; to increase the frequency of health promotion by
health workers; to balance and adjust the budgeting standard of health promotion in each different area.

Key words: accessibility, health services, Primary Health Center of Sajingan Besar, remote and border area

ABSTRAK
Latar Belakang: Keterjangkauan pelayanan kesehatan puskesmas dan jaringannya di daerah terpencil, perbatasan
dan kepulauan masih rendah meskipun pemerintah telah berupaya melakukan pemenuhan sarana dan prasarana. Metode:
Penelitian ini merupakan penelitian observasional di puskesmas Sajingan Besar yang merupakan salah satu puskesmas di
daerah terpencil perbatasan Kabupaten Sambas, propinsi Kalimantan Barat. Data primer dikumpulkan dengan wawancara
mendalam dengan kepala puskesmas serta Focus Group Discussion (FGD) kepada petugas puskesmas dan tokoh
masyarakat serta data sekunder. Hasil: menunjukkan keterjangkauan pelayanan kesehatan puskesmas Sajingan Besar
dan jaringannya masih rendah terkait dengan 2 (dua) determinan yaitu determinan penyediaan yang merupakan faktor
pelayanan dan determinan permintaan yang merupakan faktor pengguna. Faktor pelayanan meliputi sumber daya puskesmas
terutama tentang keseimbangan masa kerja, beban kerja dan reward bagi tenaga kesehatan PNS dan PTT, ketersediaan
alat kesehatan, bahan habis pakai serta bahan obat yang kurang mencukupi, serta ketersediaan alat transportasi yang
efektif yang bisa menjangkau masyarakat. Pemanfaatan UKBM khususnya bidan di polindes dan perawat di desa cukup
tinggi karena dekat dengan tempat tinggal masyarakat. Dari faktor penggunaan, pemanfaatan pengobat tradisional (dukun)
cukup tinggi sebagai alternatif pertama pengobatan, meskipun belum semua pengobat tradisional melaksanakan praktek

1 Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian
Kesehatan RI, Jl. Indrapura 17 Surabaya
Alamat korespondensi: E-mail: Suharmiati@yahoo.com

223
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 223–231

yang aman karena sebagian besar belum dibina oleh puskesmas. Kesimpulan: Adalah (1) ditinjau kembali masa kerja,
beban kerja dan reward bagi tenaga kesehatan PNS dan PTT, (2) perlu tambahan alat kesehatan untuk tindakan darurat
serta alat kesehatan untuk bidan desa, alat transportasi dengan mempertimbangkan jumlah, jenis serta biaya operasional,
(3) perlu penambahan jumlah puskesmas pembantu (pustu) untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat terutama untuk daerah-daerah yang tidak memiliki poliklinik swasta, (5) frekuensi promosi kesehatan harus
lebih sering dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, untuk itu anggaran yang diberikan kepada puskesmas di daerah terpencil
perbatasan harus mempunyai standar yang berbeda di bandingkan dengan daerah yang lain.

Kata kunci: keterjangkauan, pelayanan kesehatan, puskesmas Sajingan Besar, daerah terpencil perbatasan

Naskah Masuk: 24 Februari 2012, Review 1: 21 Februari 2012, Review 2: 21 Februari 2012, Naskah layak terbit: 28 Februari 2012

PENDAHULUAN mempunyai pengetahuan dan perilaku hidup sehat


dan kondisi lingkungan yang kurang baik. Penggunaan
Kondisi masyarakat di seberang perbatasan
puskesmas di daerah terpencil antara lain dipengaruhi
memiliki kondisi sosial ekonomi yang tidak berbeda
oleh akses pelayanan yang tidak hanya disebabkan
dengan masyarakat di Indonesia. Keadaan yang
masalah jarak, tetapi terdapat dua faktor penentu
menjadi prioritas adalah munculnya masalah
(determinan) yaitu determinan penyediaan yang
kesehatan seperti belum jelasnya standar pelayanan
merupakan faktor-faktor pelayanan, dan determinan
kesehatan yang diberikan oleh provider kesehatan
permintaan yang merupakan faktor-faktor pengguna
di sepanjang daerah perbatasan. Puskesmas yang
(Timyan Judith, et al, 1997). Determinan penyediaan
menjadi ujung tombak dari akses pelayanan kesehatan
terdiri atas organisasi pelayanan dan infrastruktur
menjadi sangat berperan dalam pelayanan kesehatan
fisik, tempat pelayanan, ketersediaan, pemanfaatan
di daerah tapal batas ini.
dan distribusi petugas, biaya pelayanan serta mutu
Tema prioritas pembangunan kesehatan pada
pelayanan. Sedangkan determinan permintaan yang
tahun 2010–2014 adalah "Peningkatan Akses dan
merupakan faktor pengguna meliputi rendahnya
Kualitas Pelayanan Kesehatan". Melalui strategi kedua
pendidikan dan kondisi sosial budaya masyarakat
yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan
serta tingkat pendapatan masyarakat yang rendah
dalam Renstra 2010 –2014, yaitu meningkatkan
atau miskin. Kebutuhan primer agar memperoleh
pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau,
akses pelayanan yang efektif: adalah tersedianya
bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti dengan
fasilitas dan petugas, jarak dan finansiil terjangkau
pengutamaan pada upaya promotif – preventif. Salah
serta masalah sosial budaya yang dapat diterima
satu fokus dalam strategi ini adalah pada upaya
oleh pengguna. Kendala yang ada adalah jarak
percepatan pembangunan kesehatan di Daerah
tempat tinggal pengguna dari tempat pelayanan,
Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)
kekurangan alat-alat dan persediaan di tempat
agar mendapatkan kesempatan yang sama dalam
pelayanan, kekurangan dana untuk biaya transportasi,
pelayanan kesehatan dan berkurangnya disparitas
dan kekurangan dana untuk biaya pengobatan. Selain
status kesehatan antar wilayah.
faktor sarana dan prasarana transportasi, masih
Puskesmas sebagai pemberi pelayanan primer
banyak faktor-faktor lain yang belum terungkap
yang menjadi andalan utama pelayanan bagi
dengan jelas terkait dengan keterjangkauan pelayanan
masyarakat, belum mampu memberikan pelayanan
yang dapat membantu menyelesaikan masalah
bagi daerah terpencil perbatasan dan kepulauan.
tersebut. Pertanyaan penelitian adalah: Bagaimana
Wilayah kerja puskesmas cukup luas, secara geografi
sumberdaya puskesmas serta bagaimana pola
sebagian sulit dijangkau, jumlah penduduk sedikit,
pelayanan puskesmas dan jaringannya di daerah
tersebar dalam kelompok-kelompok kecil yang saling
terpencil perbatasan?
berjauhan. Sarana transportasi sangat terbatas
Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka
dengan biaya mahal baik darat, sungai, laut maupun
tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-
udara.
faktor yang mempengaruhi keterjangkauan pelayanan
Status kesehatan masyarakat dan cakupan
kesehatan puskesmas Sajingan Besar yang termasuk
pelayanan kesehatan di daerah terpencil perbatasan
dalam Daerah Terpencil Perbatasan Kabupaten
masih rendah. Masyarakat secara umum belum

224
Faktor-faktor yang Memengaruhi Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Suharmiati, dkk)

Sambas. Penelitian difokuskan pada 2 determinan, dataran rendah yang terletak di daerah terpencil
yaitu determinan penyediaan yang merupakan perbatasan. Jumlah penduduk 8.845 orang pada
faktor-faktor pelayanan, dan determinan permintaan tahun 2007, mayoritas beragama Kristen Katolik,
yang merupakan faktor-faktor pengguna. Hasil mempunyai mata pencaharian petani dan banyak
dari penelitian dapat digunakan sebagai masukan dihuni oleh suku Dayak. Jangkauan penduduk pada
bagi program dan pengambil kebijakan agar upaya pelayanan kesehatan puskesmas ke desa terjauh
pelayanan puskesmas di daerah terpencil, perbatasan yaitu 4 jam dengan sepeda motor, sedangkan untuk
dapat dijangkau dan menjangkau masyarakat. menuju fasilitas rujukan terdekat yang bisa dijangkau
sekitar 4 jam menggunakan kendaran roda empat.
METODE Ibukota kecamatan Sajingan Besar adalah Kaliau,
yang juga merupakan nama sebuah gunung dimana
Penelitian ini merupakan penelitian observasional kecamatan itu berada. Sebagian perjalanan menuju
di puskesmas Sajingan Besar di Kabupaten Sambas kecamatan Sajingan Besar bisa ditempuh dengan
Propinsi Kalimantan Barat. Variabel yang diteliti adalah naik turun bukit. Kondisi jalan yang telah diaspal baru
Sumberdaya puskesmas (SDM, sarana, pembiayaan), 4 km dari 91 km jarak yang harus ditempuh, yaitu di
utilisasi pelayanan kesehatan puskesmas, masalah pusat dusun menuju Pos Lintas Batas (PLB) Aruk
kesehatan, pencarían pengobatan serta penentu yang terletak di dusun Aruk Desa Sebunga. Pada
akses masyarakat menggunakan pelayanan saat hujan hanya bisa dilalui mobil 4 wheel drive
kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara (double gardan). Ada kendaraan umum yang bisa
pengumpulan data sekunder untuk mengidentifikasi digunakan yaitu kendaraan oto kayu, semacam truk
sumber daya puskesmas, utilisasi pelayanan kesehatan selama kurang lebih 4 jam dengan kondisi jalan yang
puskesmas serta masalah kesehatan. Data sekunder belum cukup memadai, dengan biaya sekitar Rp.
dilengkapi dengan wawancara mendalam dengan 80.000,-. Kendaaran ini hanya melintas 2 kali dalam
kepala puskesmas, di samping itu dilakukan Focus sehari, sehingga penumpang selalu berdesakan.
Group Discussion (FGD) dengan kepala puskesmas Desa Aruk merupakan tempat pemukiman di bawah
dan petugas pelaksana program puskesmas, serta wilayah kerja puskesmas Sajingan Besar dengan
tokoh masyarakat (10 orang) untuk menggali potensi lokasi paling dekat dengan desa Biawak, Malaysia.
serta partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Sebelum dilaksanakan pengaspalan jalan tersebut,
Disamping melakukan kajian literatur, narasi hasil masyarakat lebih senang berobat ke klinik Desa
Focus Group Discussion (FGD) akan dikaji dengan di Biawak daripada ke puskesmas Sajingan Besar
standar SK Menkes No. 128 tahun 2004 tentang karena jarak yang cukup jauh serta medan yang
Kebijakan Dasar Puskesmas. Analisis data dilakukan cukup sulit bila dibandingkan ke Biawak. Dengan
secara deskriptif. adanya pembicaraan antara kepala puskesmas
Sajingan Besar dengan kepala Klinik Desa Biawak
HASIL yang dipimpin oleh seorang perawat, saat ini untuk
berobat ke klinik Biawak harus mendapatkan surat
Gambaran Wilayah, Penduduk dan Jangkauan
rujukan dahulu dari puskesmas Sajingan Besar.
Pelayanan Puskesmas Sajingan Besar
Gambaran wilayah puskesmas Sajingan Besar Sumberdaya Puskesmas
ditinjau dari letak geografi dan demografi serta Jumlah tenaga hingga tahun 2009 yang bekerja di
jangkauan pelayanan puskesmas dimaksud untuk puskesmas Sajingan Besar sebanyak 16 orang. Tabel
memperoleh gambaran beban kerja yang ditanggung 1 berikut menunjukkan gambaran tenaga kesehatan
petugas puskesmas. Puskesmas Sajingan Besar di puskesmas Sajingan Besar dibandingkan dengan
dengan luas wilayah kerja 1.404,94 km2 mempunyai 5 sasaran Indonesia Sehat 2010, beserta jumlah
desa, yaitu desa Sebunga, Kaliau, Sanatab, Santaban tenaga kesehatan yang diperlukan di wilayah kerja
dan Sei Bening. Salah satu dari kelima desa tersebut puskesmas Sajingan Besar dengan jumlah penduduk
yaitu desa Sei Bening yang masih terisolir, berjarak hampir 9.000 jiwa.
sekitar 47 km dari pusat kota kecamatan. Keadaan Jika melihat gambaran tabel 1 tersebut,
geografis yang berbukit dan sebagian juga terdapat ketersediaan tenaga kesehatan masih berada di

225
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 223–231

Tabel 1. Gambaran Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sajingan Besar Hingga Tahun 2009 Dibandingkan
Sasaran Indonesia Sehat 2010

Rasio per 100.000 Jumlah yang diperlukan untuk


Puskesmas Sajingan
Jenis Tenaga penduduk (Indonesia wilayah kerja puskesmas
Besar hingga 2009
Sehat 2010) Sajingan Besar
Dokter umum 40 3 4
Dokter gigi 11 1 1
Perawat 117 5 10
Bidan 100 3 9
Apoteker 10 0 1
Asisten apoteker 30 1 3
SKM 49 0 4
Sanitarian 40 1 4
Gizi 22 1 2

bawah standar sasaran Indonesia Sehat 2010. Saat Tabel 2. Gambaran Sarana Puskesmas Sajingan
ini ketersediaan tenaga dokter atau dokter gigi di Besar Tahun 2009
puskesmas adalah dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap)
Gedung Luas/
dengan masa kontrak selama 1 tahun. Bila masa Keterangan
Puskesmas Jumlah
kontrak habis, mereka akan kembali ke daerah asal Puskesmas induk 700 m2
sehingga puskesmas akan kekurangan tenaga medis. Ruang perawatan 100 m2
Mengingat wilayah puskesmas yang cukup luas serta Pustu 3 1 tidak layak pakai
merupakan daerah yang cukup sulit untuk dijangkau, Rumdin dokter 1
maka jumlah tenaga kesehatan tersebut sangat Rumdin paramedis 3
kurang. Keterbatasn jumlah dan jenis tenaga ini Jenis Alkes Ketersediaan
menyebabkan adanya tugas rangkap. Menurut hasil Poliklinik set √
wawancara mendalam dengan kepala puskesmas Minor surgery set √
serta FGD dengan petugas puskesmas, jika perawat Bidan kit √
Emergency kit √
atau bidan yang bertugas di pustu atau polindes
Alat Transportasi Jumlah Keterangan
sedang ada acara di puskesmas induk, otomatis pustu
Sepeda motor 11
atau polindes tidak ada tenaga kesehatan yang siap
Mobil pusling 1 Tidak berfungsi
di tempat sehingga masyarakat tidak terlayani.
Sarana puskesmas ditinjau dari gedung yang
dimiliki puskesmas dan jaringannya, ketersediaan alat berbukit-bukit serta berpasir. Pengadaan sepeda
kesehatan serta alat transportasi yang dimiliki oleh motor di daerah perbatasan harus berbeda dengan
puskesmas Sajingan Besar terlihat dalam tabel 2. daerah lainnya. Penggunaan sepeda motor bila
Gedung induk puskesmas Sajingan Besar maupun digunakan di kabupaten Sambas bisa bertahan
ruang perawatan cukup luas. Terdapat 1 buah rumah sampai 10 tahun, tetapi bila digunakan di wilayah
Dinas dokter serta 3 buah rumah tenaga paramedic. puskesmas Sajingan Besar hanya bertahan 2 tahun
Terdapat 3 buah pustu, namun 1 bangunan pustu disebabkan karena medan yang berat. Demikian
sudah tidak layak pakai sehingga tidak berfungsi. juga pemilihan kendaraan roda 4 untuk wilayah ini
Ketersediaan puskesmas keliling dan sepeda motor diperlukan kendaraan double gardan atau four wheel
sangat diperlukan bagi puskesmas yang terletak drive.
di daerah terpencil perbatasan. Pemilihan jenis
kendaraan harus disesuaikan dengan masing-masing Akses Masyarakat dalam Menggunakan
wilayah geografi puskesmas. Penggunaan sepeda Pelayanan Kesehatan Puskesmas
motor 2 tak kurang sesuai untuk digunakan di wilayah Penggunaan puskesmas di daerah terpencil
puskesmas Sajingan Besar, tetapi diperlukan sepeda perbatasan antara lain dipengaruhi oleh akses
motor khusus yaitu jenis trail karena medan yang pelayanan. Kemudahan akses ke puskesmas sebagai

226
Faktor-faktor yang Memengaruhi Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Suharmiati, dkk)

salah satu bentuk pelayanan kesehatan berhubungan desa Biawak Malaysia, dengan biaya 15 ringgit (4
dengan beberapa faktor, antara lain jarak tempat kali lipat dibandingkan dengan biaya persalinan di
tinggal dan waktu tempuh ke sarana kesehatan, puskesmas Sajingan Besar). Pada kenyataannya
serta status sosial ekonomi dan budaya. Akses kebanyakan masyarakat memilih bersalin di klinik desa
pelayanan tidak hanya disebabkan masalah jarak, Biawak karena waktu tempuh yang diperlukan hanya
tetapi terdapat dua faktor penentu yaitu determinan 15 menit, sedangkan ke puskesmas Galing perlu
penyediaan yang merupakan faktor-faktor pelayanan, waktu tempuh 1 jam, apalagi puskesmas Sajingan
dan determinan permintaan yang merupakan faktor- Besar tidak mempunyai kendaraan. Klinik desa
faktor pengguna. Faktor-faktor pelayanan terdiri atas Biawak (Malaysia) tidak dipimpin oleh seorang dokter
organisasi pelayanan dan infrastruktur fisik, tempat melainkan seorang perawat, tetapi dalam kondisi
pelayanan, ketersediaan, pemanfaatan dan distribusi darurat, dokter bisa dipanggil saat itu juga. Dari sisi ini
petugas, biaya pelayanan serta mutu pelayanan. sebenarnya agak janggal jika pasien dari puskesmas
Sedangkan determinan permintaan yang merupakan Sajingan Besar yang relatif dipimpin oleh seorang
faktor pengguna meliputi rendahnya pendidikan dokter, tetapi karena keterbatasan peralatan akhirnya
dan kondisi sosial budaya masyarakat serta tingkat harus dirujuk ke klinik dimana petugas kesehatan
pendapatan masyarakat yang rendah atau miskin. yang ada adalah seorang perawat. Permasalahan ini
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang ditindaklanjuti oleh kepala puskesmas Sajingan Besar
menentukan akses masyarakat menggunakan dengan melakukan semacam kerja sama dengan
pelayanan kesehatan puskesmas dan jaringannya kepala klinik Biawak, yang mewajibkan pasien yang
maka dilakukan Focus Group Discussion (FGD) baik berobat ke klinik Biawak harus membawa rujukan dari
dengan petugas puskesmas yang bertugas di dalam puskesmas Sajingan Besar. Sejak aturan tersebut
gedung, petugas luar gedung maupun dengan tokoh diberlakukan, jumlah pengunjung asal Indonesia
masyarakat di wilayah puskesmas. ke klinik desa Biawak Malaysia banyak berkurang.
Beberapa pasien terkadang juga meminta untuk
Faktor Pelayanan
dirujuk ke rumah sakit Lundu Malaysia. Informasi yang
Permasalahan yang dialami puskesmas Sajingan diperoleh menyatakan bahwa pelayanan maupun
Besar dalam melayani kesehatan masyarakat dalam fasilitas di rumah sakit ini jauh lebih baik dari yang
gedung atau di luar gedung adalah kurangnya tenaga. diberikan oleh puskesmas.
Hal ini akan sangat terasa pada saat petugas harus Ketersediaan obat di puskesmas Sajingan Besar
terjun ke lapangan, namun di waktu bersamaan juga sangat minim sekali. Permintaan obat ke Dinas
harus memberikan pelayanan di puskesmas yang Kesehatan tidak semua bisa terpenuhi, melainkan
bersifat darurat atau tidak bisa ditunda, misalnya tergantung stok yang ada. Pengiriman obat dari
ada pasien yang sudah waktunya melahirkan. Di Dinas Kesehatan ini tidak bisa dilaksanakan rutin
samping itu, kurangnya jumlah transportasi juga setiap bulan, sehingga puskesmas sering kehabisan
menjadi permasalahan tersendiri. Puskesmas tidak stok obat, terutama obat jenis injeksi. Apalagi ada
mempunyai sarana puskesmas keliling (pusling) kebiasaan masyarakat yang selalu minta disuntik jika
karena mobil pusling sudah tidak layak digunakan berobat ke puskesmas.
akibat mengalami kecelakaan. Jumlah pustu ada Kegiatan posyandu di wilayah puskesmas Sajingan
3 buah tetapi yang aktif hanya 2 buah karena 1 Besar masih belum optimal. Masyarakat terdorong
bangunan pustu tidak layak pakai. pergi ke posyandu karena adanya pemberian makanan
Peralatan yang dimiliki puskesmas sangat minim tambahan, berupa MP ASI dan susu Entrasol, namun
sekali. Hal ini sangat berpengaruh pada pemberian tidak mencukupi untuk semuanya. Pada tahun 2009
pelayanan yang diberikan, antara lain pemeriksaan dana untuk kader sebesar Rp6.000,00/bulan, dan
Tuberkulose (TB) yang tidak bisa dilakukan sampai DAU Rp1.000,00 per orang. Jumlah ini menjadi sangat
tuntas karena pemeriksaan sputum harus ke kecil jika dibandingkan pendapatan dari hasil menoreh
puskesmas Sambas, dan seringnya dilakukan rujukan getah karet yang biasa dilakukan kader sehari-hari.
diakibatkan puskesmas tidak memiliki peralatan yang Dari hasil menoreh, biasanya mereka mendapat
lengkap. Khusus untuk rujukan persalinan, biasanya 6 kilogram/hari yang setara dengan Rp. 30.000,.
pasien dirujuk ke puskesmas Galing atau ke klinik Sebanyak 80% masyarakat di wilayah puskesmas

227
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 223–231

Sajingan Besar telah memperoleh jamkesmas, Di desa Sasak, penolong persalinan adalah bidan
bahkan di desa Sungai Bening peserta jamkesmas dan dukun dengan pembagian peran bidan menolong
mencakup 90% warga. persalinan dan membersihkan ibunya, sedangkan
Berdasarkan hasil FGD dengan petugas bayi dibersihkan dan dimandikan oleh dukunnya,
kesehatan, terungkap bahwa petugas mengharapkan selanjutnya bidan merawat pusarnya. Di desa Sasak
adanya insentif bagi PNS yang bertugas di daerah terdapat 6 orang dukun bayi. Telah terjadi harmonisasi
terpencil dan perbatasan. Mereka beralasan tidak antara bidan dan dukun. Bahkan jika dukun sakit,
bisa melakukan praktek pribadi untuk menambah mereka berobat gratis ke bidan desa. Pustu di desa
penghasilan dikarenakan pelayanan ke masyarakat Sasak mempunyai sarana yang sangat terbatas.
dilakukan hampir 24 jam. Disamping itu terdapat Fasilitas tidur ginekolog, lampu sorot, alat penolong
perbedaan yang mencolok dengan dokter dan perawat asphyxia tidak ada. Jenis penanganan yang paling
PTT. Insentif daerah terpencil yang diterima dokter sering dilakukan oleh bidan desa adalah gastritis,
sebesar Rp1.500.000,00/bulan, perawat dan petugas demam dan ISPA. Beberapa dusun secara geografis
sanitasi Rp750.000,00/bulan. Jika dibandingkan berada pada wilayah yang sangat jauh. Desa Sasak
dengan jumlah yang diterima oleh dokter PTT telah ada dana sehat sebesar Rp5.000,00/bln/orang,
Rp5.000.000,00/bulan ditambah Rp1.500.000,00/ yang dihimpun dari warga. Pada saat permulaan
bulan, maka gaji dokter puskesmas perbatasan jauh penghimpunan dana sehat agak susah, tetapi
lebih kecil dibanding dokter PTT padahal tanggung sekarang sudah berjalan. Dana tersebut sekarang
jawabnya jauh lebih besar. digunakan untuk Desa Siaga.
Kondisi rumah dinas untuk petugas puskesmas Dari wawancara dengan pak T diperoleh informasi
tidak kalah memprihatinkan. Jumlah rumah dinas bahwa kondisi pustu sudah rusak dan hancur sejak
untuk paramedis tidak sesuai dengan jumlah petugas beliau masuk menjadi pegawai yaitu pada tahun
yang ada, akibatnya 3 orang tenaga paramedis 2002. Selama ini pelayanan pengobatan disesuaikan
menempati ruang rawat inap puskesmas. dengan keadaan masyarakat karena sebagian besar
Mengenai kesejahteraan karyawan, ada beberapa pekerjaan masyarakat adalah menoreh getah karet.
usulan yang disampaikan oleh petugas puskesmas Persalinan normal biasanya ditangani oleh perawat
Sajingan yaitu: 1) Insentif disamakan dengan PTT; karena tidak ada bidan desa. Di setiap dusun telah
2) Insentif untuk perawat dan petugas sanitasi ada dukun bayi yang bersedia membantu perawat
disesuaikan dengan beban tugas serta masa kerja dalam persalinan. Kebiasaan masyarakat di desa
dan golongan, karena selama ini tidak dibedakan; Sawah, agak sulit dikumpulkan untuk diberikan
3) Pengiriman obat dari Dinas Kesehatan ke puskesmas penyuluhan, karena mereka lebih memilih bekerja
sebaiknya 1 bulan sekali; 4) Adanya seminar untuk untuk mendapatkan penghasilan menoreh getah yang
meningkatkan pengetahuan dan 5) Melakukan studi dihitung berdasarkan perolehan getah karet.
banding ke puskesmas atau daerah lain.
Faktor Pengguna
Di samping FGD, juga dilakukan wawancara
dengan bidan desa yang terletak cukup jauh dari Tradisi masyarakat Sajingan dalam pengobatan
puskesmas Sajingan Besar tetapi masih termasuk biasanya pergi ke dukun dulu, baru ke bidan, tetapi
wilayah puskesmas yaitu bidan D (bidan desa juga melihat keadaan pasiennya. Dukun kampung
Sasak) dan pak T (perawat puskesmas Pembantu lebih dominan karena biaya dan transportasi lebih
Sawah). Dari wawancara dengan bidan D diperoleh terjangkau. Dukun kampung di kecamatan Sajingan
informasi bahwa letak desa Sasak lebih dekat dengan ada 2 yaitu untuk melayani persalinan dan dukun
puskesmas Galing dibanding dengan puskesmas untuk mengobati (dukun obat). Bila persalinan
Sajingan Besar, sehingga rujukan pasien selalu ditolong oleh bidan bersama-sama dengan dukun/
dibawa ke puskesmas Galing dengan menggunakan bidan kampung maka dikenal istilah dukun atas dan
motor air, yang dipinjam dari masyarakat dengan dukun bawah (asisten) dan penolong persalinan
mengganti bensin. Selanjutnya bila diperlukan rujukan adalah bidan (nakes). Masyarakat pada umumnya
ke Kabupaten Sambas, pasien dibawa dengan memilih bidan yang sudah berpengalaman dan sudah
menggunakan ambulan puskesmas Galing. punya anak dibanding bidan yang masih bujangan.

228
Faktor-faktor yang Memengaruhi Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Suharmiati, dkk)

Rujukan persalinan oleh dukun meliputi kasus suspect masyarakat cenderung untuk memanggil tenaga
eclampsi, hipotensi, dan partus lama. Jika terjadi kesehatan ke rumah dengan pertimbangan biaya yang
permasalahan sehingga perlu dirujuk, biasanya sama bila mereka harus mendatangi ke puskesmas
di rujuk ke Klinik Desa Biawak karena lokasinya serta dipermudah dengan adanya telepon seluler.
paling dekat. Apabila disana tidak mampu, maka Keadaan ini menunjukkan tingginya waktu yang tidak
dirujuk ke RS Lundu Malaysia, dan jika masih tidak efektif digunakan oleh perawat dan bidan dalam
bisa mengatasi maka dirujuk ke RS Kuching yang melaksanakan tugasnya di puskesmas. Keadaan ini
kesemuanya ada di wilayah Malaysia. didukung oleh penelitian Wasis dkk (2007) bahwa
Dahulu masyarakat datang berobat sewaktu- 32,9% waktu kerja perawat tidak efektif dan bidan
waktu tanpa menghiraukan jam buka praktek, tapi 43,09%. Hal ini menunjukkan tidak adanya kegiatan
setelah dibiasakan sekarang masyarakat datang dan tidak bisa terekam dalam observasi.
berobat pada jam kerja. Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia di
puskesmas belum mampu menyelesaikan seluruh
PEMBAHASAN upaya kesehatan wajib yang dilaksanakan di
puskesmas terutama pelayanan di luar gedung,
Jumlah tenaga dokter di puskesmas Sajingan karena luas wilayah puskesmas dan kesulitan untuk
Besar yang ada sekarang masih kurang untuk menjangkau sasaran. Oleh karena itu beberapa
melakukan kegiatan pelayanan pengobatan di kegiatan dikurangi jumlah kunjungannya yang
dalam gedung dan di luar gedung, serta kegiatan seharusnya sebulan sekali menjadi 3 bulan sekali
manajemen. Sementara ini kegiatan pelayanan di terutama untuk desa dengan kondisi geografis yang
luar gedung masih belum bisa dilakukan oleh dokter sulit. Sebagai akibatnya cakupan pelayanan di luar
karena keterbatasan jumlah tenaga. Status dokter gedung menjadi lebih rendah dibanding dengan desa
PNS dan PTT menjadi masalah terkait dengan yang lebih mudah dijangkau. Sebagai contoh adanya
reward. Dokter PNS sebagai kepala puskesmas kasus gizi buruk di wilayah puskesmas Sajingan
yang mempunyai tugas dan tanggungjawab yang lebih Besar, hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya
besar memperoleh reward yang lebih kecil dibanding pelaksanaan upaya perbaikan gizi masyarakat yang
dengan dokter PTT dengan tanggungjawab serta merupakan upaya kesehatan wajib (Depkes, 2004).
pengalaman yang lebih sedikit. Keberlangsungan Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di
dokter PTT yang sering berganti akan mempengaruhi puskesmas di wilayah terpencil dan perbatasan perlu
manajemen puskesmas. Dokter PTT dengan masa mempertimbangkan situasi dan kondisi puskesmas
kontrak selama 1 tahun ternyata terlalu singkat untuk setempat. Di beberapa puskesmas ditemui petugas
bisa mengelola puskesmas dengan baik karena yang tidak kompeten dengan tanggungjawab mereka.
dengan kurun waktu tersebut belum menguasai Sebagai contoh pelayanan obat, promosi kesehatan
program puskesmas. Di samping itu dokter perlu dan pemberantasan penyakit menular dilakukan
adaptasi terhadap lingkungan serta dibutuhkan waktu oleh pekarya yang hanya lulusan SMP atau SMA.
agar masyarakat bisa mengenalnya. Perencanaan kebutuhan tenaga di puskesmas
Jumlah perawat dan bidan untuk pelayanan seharusnya dilakukan secara: 1) Analisis tingkat
pengobatan di dalam dan luar gedung masih sangat makro pengaruh jangka panjang beragam strategi
kurang. Sama halnya dengan kondisi tenaga dokter, pelatihan dan perekrutan pegawai; 2) Analisis mikro
pelayanan yang dilakukan masih banyak di dalam mengenai profil kegiatan tenaga kesehatan. Dengan
gedung. Rendahnya kunjungan pasien ke puskesmas analisis makro akan diketahui jumlah personil
membuktikan bahwa puskesmas induk sulit dijangkau untuk direncanakan sedangkan analisis mikro akan
oleh masyarakat, hal ini terkait dengan letak geografis, menentukan jenis tenaga kesehatan yang seharusnya
kurangnya sarana transportasi serta rendahnya direkrut. Penyebaran tenaga dimulai dengan penilaian
kemampuan masyarakat untuk membayar biaya kebutuhan pelayanan setempat setelah melalui
transportasi. Masyarakat mengharapkan tenaga analisis fungsional (Reinke, 1994). Menurut hasil
kesehatan puskesmas melakukan pelayanan penelitian Wasis dkk (2005) di daerah terpencil di
pengobatan di rumah atau di tempat yang dekat kabupaten Sumenep dan Timor Tengah Selatan
dengan tempat tinggal mereka. Oleh karena itu menunjukkan pengangkatan CPNS di daerah terpencil

229
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 15 No. 3 Juli 2012: 223–231

bukan merupakan prioritas. Mengingat reward berupa Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan


insentif finansial untuk daerah terpencil sudah tidak Puskesmas dan Jaringannya
ada lagi maka akan menyulitkan dalam merekrut PNS Bila dilihat dari determinan penyediaan, persoalan
agar mau menetap di daerah terpencil. penting di daerah terpencil perbatasan khususnya di
Kurangnya peralatan kesehatan dan sarana wilayah puskesmas Sajingan Besar adalah masalah
penunjang kesehatan (laboratorium) di puskesmas transportasi, di samping masalah sumber daya
sering mengecewakan masyarakat yang akhirnya puskesmas. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan
harus menempuh perjalanan yang jauh dan sulit. alat transportasi direncanakan dengan baik. Estimasi
Keadaan ini semakin menguatkan minat masyarakat mengenai kebutuhan alat transportasi tergantung
untuk tidak berobat ke puskesmas. Oleh karena kepada beberapa faktor antara lain kondisi wilayah,
itu perlu kelengkapan alat kesehatan dan bahan jumlah dan penyebaran sasaran pelayanan serta
habis pakai yang menunjang pelayanan kesehatan jumlah dan jenis kegiatan yang dilakukan (Baker,TD,
khususnya untuk kasus penyakit yang banyak terjadi 1994). Berkaitan dengan hal tersebut di atas pihak
di puskesmas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemeterian Kesehatan perlu memberikan perhatian
peralatan untuk bidan di polindes tidak tercukupi khusus kepada daerah-daerah terpencil perbatasan
sepenuhnya, padahal bidan di desa mendapat beban seperti di desa Sungai Tengah di wilayah puskesmas
kegiatan pengobatan dan program-program yang Sajingan Besar dengan memperhatikan kondisi
lain selain KIA. Kekurangan peralatan ini dipenuhi wilayah, jumlah, penyebaran sasaran pelayanan serta
dengan dibeli sendiri oleh bidan desa. Keadaan ini jumlah dan jenis kegiatan yang dilakukan.
sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bila dilihat dari determinan permintaan yaitu dari
Ristrini dkk. (2004) dan Lestari dkk. (2006) yang faktor pengguna, sulitnya pembangunan infrastruktur
menunjukkan kurangnya pemenuhan kebutuhan menjadi kendala di desa ini. Ada beberapa desa
peralatan kesehatan di polindes. Banyaknya kasus Sungai Tengah di wilayah puskesmas Sajingan
kegawatdaruratan membutuhkan peralatan dan Besar, kabupaten Sambas yang mempunyai kendala
ketrampilan khusus, tetapi dalam kenyataannya yang sama untuk menuju tempat pelayanan tenaga
masih kurang. Mengingat puskesmas dan jaringannya kesehatan. Transportasi yang sulit telah menyulitkan
(pustu, polindes) adalah sasaran pertama untuk akses menuju tempat pelayanan tenaga kesehatan,
menangani kasus darurat maka penyediaan peralatan ditambah kurangnya ekonomi masyarakat. Akhirnya
gawat darurat perlu tersedia di semua jaringan satu-satunya jalan untuk memperoleh pelayanan
puskesmas dan perlu pemberian ketrampilan kepada pengobatan yang termudah adalah pergi ke dukun.
tenaga kesehatan yang bertanggungjawab di fasilitas Diperlukan perhatian khusus dari Kementerian
kesehatan tersebut. Kesehatan bersama-sama dengan pemerintah daerah
Banyak keluhan petugas kesehatan tentang untuk mengatasi masalah tersebut.
ketidaksesuaian antara jenis dan jumlah obat dengan
kasus penyakit yang ditangani, merupakan hal yang
KESIMPULAN DAN SARAN
perlu diperhatikan. Perolehan obat pada umumnya
tidak sesuai dengan permintaan. Seharusnya di Kesimpulan
dalam pemenuhan kebutuhan obat perlu disesuaikan Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dilihat
dengan epidemiologi yang ada di wilayah puskesmas. dari faktor pelayanan masih perlu pembenahan
Epidemiologi penyakit sangat penting dalam sumber daya puskesmas, ter utama tentang
menetapkan prioritas dan populasi yang menjadi keseimbangan masa kerja, beban kerja dan reward
sasaran. Dengan mempelajari penyebaran penyakit bagi tenaga kesehatan PNS dan PTT. Ketersediaan
yang ada di wilayah puskesmas dapat dipakai untuk alat kesehatan, bahan habis pakai, dan obat perlu
menentukan titik fokus pelayanan yang terkait dengan ditambah dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-
jenis dan jumlah obat serta jenis peralatan kesehatan masing puskesmas. Alat transportasi harus dipenuhi
(Baker TD, William A.Reinke, 1994). untuk mengefektifkan keterjangkauan puskesmas ke

230
Faktor-faktor yang Memengaruhi Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan (Suharmiati, dkk)

masyarakat. Masalah kesehatan yang membutuhkan DAFTAR PUSTAKA


penanganan darurat banyak dijumpai misalnya Timyan Judith, et al., 1997. Akses pelayanan: Bukan
kecelakaan dan persalinan, di sisi lain peralatan Sekedar Jarak Masalah Jarak. Dalam: Kesehatan
gawat darurat dan ketrampilan petugas masih kurang. Wanita, Sebuah Perspektif Global. Editor: Marge
Pemanfaatan UKBM khususnya bidan di polindes Koblinsky, Judith Timyan, Jill Gay. Jogjakarta, Gadjah
dan perawat di desa cukup tinggi karena dekat Mada University Press.
dengan tempat tinggal masyarakat. Posyandu banyak Wasis B, Agus Suprapto, Ristrini, 2007. Studi tentang
dimanfaatkan tetapi tidak dapat memenuhi penyediaan Rekruitmen, Seleksi dan Alokasi Kegiatan Tenaga
Keperawatan di Daerah Terpencil di Jatim dan NTT.
PMT secara rutin. Di samping itu kader posyandu
Surabaya: Pusat Penelitian dan Pengembangan
biasanya mendapat sedikit imbalan sehingga sering
Sistem dan Kebijakan Kesehatan Buletin Penelitian
drop out mengingat mereka masih harus bekerja Sistem Kesehatan. Vol. 10 No. 2 April 2007.
untuk mencari nafkah. Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Pemanfaatan pengobat tradisional (dukun) oleh Indonesia Nomor: 128/MENKES/SK/II/2004
masyarakat cukup tinggi sebagai alternatif pertama Reinke, Wiliam A. 1994. Analisis Personil. Dalam:
pengobatan, meskipun belum semua pengobat Perencanaan Kesehatan untuk Meningkatkan
tradisional melaksanakan praktek yang aman karena Efektifitas Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada
sebagian besar belum dibina oleh puskesmas. University Press.
Wasis B, Agus Suprapto, Sarwanto, dkk, 2005. Pengembangan
Saran Model Rekruitmen dan Pendayagunaan Tenaga
Berdasarkan uraian di atas, maka disarankan: Keperawatan di Daerah Terpencil. Surabaya: Pusat
a) Perlu dilakukan peninjauan kembali tentang masa Penelitian dan Pengembangan Sistem dan Kebijakan
Kesehatan Abstrak Hasil penelitian 2005.
kerja, beban kerja dan reward bagi tenaga kesehatan
Ristrini, Sulistyowati, Siswanto, dkk. 2004. Intervensi
PNS dan PTT di daerah terpencil, perbatasan dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Penumbuh-
kepulauan; b) Perlu tambahan alat kesehatan untuk kembangan Upaya Kesehatan yang Berbasis
tindakan darurat serta alat kesehatan untuk bidan desa, masyarakat Miskin di Pedesaan Dalam rangka ”Making
alat komunikasi berupa telepon atau radio komunikasi, Pregnancy Safer”. Surabaya: Pusat Penelitian dan
alat transportasi dengan mempertimbangkan jumlah, Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan.
jenis serta biaya operasional; c) Perlu penambahan Laporan Akhir Penelitian.
jumlah pustu untuk lebih mendekatkan pelayanan Handayani L, Evie S, Siswanto, dkk. 2006. Upaya
kesehatan kepada masyarakat terutama untuk Revitalisasi Pelayanan Kesehatan Puskesmas dan
jaringannya dalam rangka Peningkatan Kualitas
daerah-daerah yang tidak memiliki poliklinik swasta;
Pelayanan Kesehatan. Surabaya:Pusat Penelitian dan
d) Mengingat tingkat pendidikan masyarakat umumnya Pengembangan Sistem dan Kebijakan Kesehatan.
masih rendah, serta kendala terbatasnya sarana Laporan Akhir Penelitian
informasi, maka frekuensi promosi kesehatan harus Baker TD, William A. Reinke, 1994. Dasar Epidemiologi
lebih sering dilaksanakan oleh tenaga kesehatan untuk Perencanaan Kesehatan. Dalam: Perencanaan
yang kompeten di bidangnya. Untuk itu anggaran Kesehatan untuk Meningkatkan Efektivitas
yang diberikan kepada puskesmas di daerah terpencil Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University
perbatasan harus mempunyai standar yang berbeda Press.
di bandingkan dengan daerah yang lain. Profil Puskesmas Sajingan Besar, 2007. Profil Puskesmas
Sajingan Besar tahun 2007. Sambas: Dinkes
Kabupaten Sambas.
Kementerian Kesehatan, 2010. Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2012–2014.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK. 03. 01/160/I/2010.

231

You might also like