Professional Documents
Culture Documents
1 SM
1 SM
OLEH :
MASDALIFA HARAHAP
ABSTRACT
In the swamp area of the Sawah village, there are settlements, agriculture and
farms that flew their liquid waste to the swamp and polluting that area. To understand
the water quality of the swamp based on macrozoobenthos community, a research
was conducted in March-April 2018. The method used is survey method. The
location of the sampling is determined using purposive sampling. Samples taken with
PVC pipe ( 7 cm diameter), then it was sieved and sorted by hand. Captured
macrozoobenthos was preserved with formalin 10%. Parameters measured were the
abundance, diversity index, dominance index, and uniformity index. Water quality
parameters measured were temperature, transparency, depth, pH, and dissolved
oxygen. There were 3 stations and in each station, there were 3 sampling points.
Macrozoobenthos and water were sampled 3 times, once/week. Result shown that
there were 4 types of macrozoobenthos present, namely Annelids (Hirudo sp.),
crustaceans (Macrobachium sp.), insects (Ablesmyia sp.) and oligochaete (Lumbricus
sp.). The abundance of macrozoobenthos ranged from 59 -113 organisms/m2,
diversity index was 0.930-1.740, dominance index was 0.651–0.3524, and uniformity
index was 0.588–0.870. The water quality parameters were as follow: temperature 29
– 30 0C, transparency 57- 62 cm, depth 1.22-0.97 m, pH 5 and dissolved oxygen 4.7-
4.5 mg/L. Data obtained indicate that the water of the Sawah Village is moderately
polluted.
1)
Student of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
2)
Lecture of the Fisheries and Marine Science Faculty, RiauUniversity
1
Oleh :
Masdalifa Harahap1), Nur El Fajri2), Adriman2)
masdaharahap23@gmail.com
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Makrozoobenthos adalah perairan. Makrozoobenthos berperan
organisme yang sebagian besar atau sebagai organisme kunci dalam
seluruh hidupnya berada di dasar jaringan makanan, serta sebagai
perairaan yang memiliki ukuran 3- indikator pencemaran. Dengan adanya
5mm, hidup secara sesil, merayap dan kelompok benthos yang hidup menetap
menggali lubang. Makrozoobenthos (sesil) dan memiliki daya adaptasi
merupakan salah satu kelompok yang bervariasi terhadap kondisi
terpenting dalam suatu ekosistem lingkungan, membuat hewan benthos
2
sering kali digunakan sebagai indikator penghujan dan sebagai cadangan air
penentu kualitas air. pada saat musim kemarau tiba. Selain
Kelimpahan dan keanekaragaman itu rawa juga dapat menampung air
makrozoobenthos dipengaruhi oleh banjir, menjadi sumber energi dan
perubahan kualitas air dan substrat sumber makanan. Perairan rawa Desa
tempat hidupnya, dan juga sangat Sawah merupakan jenis rawa
tergantung pada toleransi dan pedalaman, yang terletak jauh dari
sensitifnya terhadap perubahan pantai/ muara sungai dan tidak
lingkungan disekitarnya. Oleh karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
itu nilai toleransi dari makrozobenthos METODE PENELITIAN
terhadap lingkungan adalah berbeda-
beda (Marsaulina, 1994 dalam Sinaga, Metode yang digunakan dalam
2009). penelitian ini adalah metode purposive
Rawa Desa Sawah merupakan sampling yaitu dengan memperhatikan
salah satu perairan yang terdapat di aktivitas yang terdapat di lokasi
Kecamatan Kampar Utara Kabupaten penelitian, sehingga dapat mewakili
Kampar. Rawa Desa Sawah memiliki kondisi perairan secara keseluruhan.
potensi diantaranya untuk perikanan Lokasi pengukuran dan pengambilan
tangkap dan lahan sekitarnya sebagai sampel ditetapkan tiga stasiun, pada
pertanian, perkebunan, dan setiap stasiun ditentukan tiga titik
peternakan. Ditinjau dari aspek pengambilan sampel untuk dapat
ekologi, rawa Desa Sawah berperan mewakili kondisi perairan secara
sebagai sumber cadangan air, keseluruhan. Adapun karakteristik
menyimpan dan menyerap air dari masing-masing stasiun sebagai
daerah sekitarnya pada saat musim berikut:
Data hasil pengukuran parameter kriteria kualitas air kelas 3 yaitu air
kualitas air (fisika, kimia dan biologi) yang peruntukannya dapat digunakan
baik di lapangan dan di laboratorium budidaya perikanan air tawar,
selama penelitian ditabulasikan dalam peternakan untuk mengairi pertanian
bentuk tabel dan ditampilkan dalam dan untuk peruntukan lainnya yang
bentuk grafik atau gambar, kemudian mempersyaratkan mutu air yang sama
dilakukan analisis secara deskriptif. dengan kegunaan tersebut. Selanjutnya
Data kualitas perairan yang telah dilakukan analisis deskriptif terhadap
didapatkan dibandingkan dengan PP nilai kualitas air, bahan organik dan
No 82 Tahun 2001 tentang kelimpahan makrozoobenthos di
pengelolaan kualitas air dan perairan rawa Desa Sawah
pengendalian pencemaran air dengan
15 14 14%11%
% 13 % 14 7%
72 72
% %
% %
68%
Keterangan:
Lumbricus sp
Macrobachium sp
Ablabesmyia sp
Hirudo sp
antara 0-1. Jika nilai indeks bahan organik yang terbawa oleh
keseragaman mendekati 0 berarti aliran air,dimana tekstur dan ukuran
keseragamannya rendah karena ada partikel yang halus memudahkan
jenis yang mendominansi. Bila nilai terserapnya bahan
mendekati 1, maka keseragaman tinggi organik.Pernyataaninisesuaidenganjum
dan menggambarkan tidak ada jenis lahperhitungankelimpahanindividumak
yang mendominansi sehingga rozoobentos (Tabel 4) yang mana pada
pembagian jumlah individu pada Stasiun 1 memiliki kelimpahan
masing-masing jenis sangat seragam tertinggi serta adanya jenis yang
atau merata. mendomansi yaitu Lumbricus sp.
Bahan Organik Menurut Fajri dan Kasry (2013),
Hasil pengukuran rata–rata banyaknya bahan organik di perairan
kandungan bahan organik selama juga memberikan pengaruh terhadap
penelitian berkisar 35,22% - 17,04%. keberadaan makrozoobentos, semakin
Kandungan bahan organik tertinggi tinggi kandungan bahan organik di
ditemukan pada Stasiun 1 yaitu perairan, maka kelimpahan
35,22%. Sedangkan yang terendah makrozoobentos akan semakin tinggi.
ditemukan pada Stasiun 3 yaitu Budijono dan Fajri (2002)
17,04%. menambahkan tingginya kandungan
40 bahan organik pada substrat perairan
35 akan menyebabkan perubahan
komunitas organisme hewan bentos
Bahan Organik
30
Fraksi Sedimen
25
Hasil analisis fraksi sedimen dari
20 masing–masing stasiun didapatkan tipe
15 substrat dasar perairan rawa Desa
10 Sawah adalah lumpur berpasir hingga
5 kerikil berpasir (Tabel 6). PadaStasiun
0 1 jumlah persentase krikil 0,00 %,
st 1 st2 st3 pasir 39,61 %, dan lumpur 60,61%
dengan jenis sedimen lumpur berpasir.
Gambar 6. Kisaran Persentase Pada stasiun 2 jumlah persentasi fraksi
Bahan Organik pada setiap Stasiun sedimen kerikil 0,00 %, pasir 48.82 %,
Kandungan bahan organik lumpur 51,04 % dengan jenis sedimen
tertinggi pada Stasiun 1 diduga karena lumpur berpasir dan pada Stasiun 3
mendominansinya substrat lumpur jumlah persentase fraksi sedimen
pada stasiun ini, serta banyaknya kerikil 35,96%, pasir 35,59 %, lumpur
sumbangan bahan organik dari 31.41 % dengan jenis sedimen lumpur.
aktivitas yang ada di sekitar stasiun. Hal ini juga memungkinkan jenis
Keadaan ini sesuai menurut Ardi makrozoobentos yang mendominansi
(2002), bahwa sedimen berpasir di perairan perairan rawa Desa Sawah
memiliki kandungan bahan organik bersifat infauna. Menurut Hutabarat
lebih sedikit dibandingkan sedimen dan Evans (1985), sedimen dasar
lumpur, karena dasar perairan terdiri dari bahan organik dan
berlumpur cenderung mengakumulasi anorganik, bahan organik berasal dari
10
Suhu
Kedalaman (M)
0.54
sedimentasi dan lain sebagainya. 0.56
Menurut Nybakken (1992), semakin 0.58
dangkal suatu perairan maka cahaya 0.6
yang masuk akan sampai ke dasar 0.62
menyebabkan semakin tinggi tingkat 0.64
suhunya. Berdasarkan suhu yang 0.66
didapatkan pada setiap stasiun selama 0.68
penelitian masih tergolong normal dan
masih mendukung kehidupan Gambar 7.Kisaran Kedalaman (m)
organisme makrozoobenthos. Menurut pada Setiap Stasiun Penelitian
Sukarno dalam Wijayanti (2007) Berdasarkan Gambar 3 kisaran
bahwa suhu dapat membatasi sebaran kedalaman tertinggi terdapat pada
hewan makrozoobenthos secara stasiun 1 dan 2 yaitu berkisar 0,68 m,
geografik dan suhu yang baik untuk sedangkan terendah terdapat pada
pertumbuhan hewan benthos berkisar stasiun 3 berkisar 0,57 m. Perairan
antara 25–31 oC. rawa Desa Sawah tergolong dangkal
Kedalaman dari stasiun I hingga 3, hal ini
Kedalaman sangat berpengaruh dikarenakan beralihnya fungsi lahan
terhadap keberlangsungan hewan menjadi pertanian, perkebunan atau
bentos. Kedalaman suatu perairan akan aktivitas lain sehingga meningkatkan
mempengaruhi penetrasi cahaya yang erosi dan sedimentasi di sepanjang
masuk sampai ke dasar perairan, jika perairan rawa Desa Sawah. Menurut
kedalaman perairan tersebut dangkal Sukimin (2007), meningkatnya erosi
maka cahaya akan masuk sampai dan sedimentasi dapat terjadi akibat
skedasar perairan (Asrianiet al., 2013). penggundulan hutan serta gangguan
Berdasarkan pengukuran kedalaman lain pada lahan dan tanah seperti
selama penelitian kisaran kedalaman penebangan dan konversi lahan ke
rawa pada setiap stasiun penelitian pertanian dan pemukiman. Hal ini
yaitu berkisar antara 0,56–0,68 akan mendorong terbentuknya
m.Kisaran kedalaman rawa Desa sedimen dalam jumlah besar yang
Sawah pada setiap stasiun akhirnya masuk ke perairan,
pengamatan disajikan pada Gambar 3. menurunkan kualitas air dan merusak
habitat/ekosistem perairan.
Sedimentasi akan mempercepat
pendangkalan perairan dan secara
mencolok menurunkan kapasitas
cadangan air dan potensinya sebagai
tempat rekreasi, mengganggu
mekanisme pengaturan aliran dan
menurunkan kemampuannya sebagai
pengendali banjir.
12
pH
terdapat pada masing-masing stasiun 3
penelitian. Variasi kecerahan di 2
perairan wa Desa Sawah selama
1
penelitian disajikan pada Gambar 4.
0
64
ST1 ST2 ST3
Kecerahan…
62
Gambar 8. Rerata pH pada Setiap
60 Stasiun Penelitian
58 Berdasarkan Gambar 5 pH
perairan rawa Desa Sawah adalah 5,
56
dan berada dibawah baku mutu kelas
54 air kelas III. Rendahnya pH di perairan
52 rawa Desa Sawah karena dipengaruhi
ST1 ST2 ST3 oleh tekstur tanah gambut yang
Gambar 9.Rerata Kecerahan (cm) terdapat di daerah tersebut. Menurut
pada Setiap Stasiun Penelitian Effendi (2003) menyatakan bahwa
Gambar 4 dapat dijelaskan batas toleransi organisme terhadap pH
bahwa kecerahan tertinggi terdapat bervariasi tergantung pada suhu,
pada stasiun 3 yaitu 62 cm, walaupun oksigen terlarut, dan kandungan
pada stasiun ini termasuk dangkal akan garam-garam ionik di dalam perairan.
tetapi kecerahannya tinggi. Hal ini Kebanyakan perairan alami
dikarenakan pinggiran rawa pada mempunyai snilai pH berkisar antara
stasiun ini terdapat turap/dinding rawa 6-9 dan sebagian besar biota perairan
sehingga tidak terjadi erosi. Sedangkan sensitif terhadap perubahan pH dan
kecerahan perairan terendah terdapat menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 dan
pada stasiun 2 yaitu 56 cm. Rendahnya ada juga biota yang bisa bertahan
kecerahan pada stasiun 2 dikarenakan hidup pada pH lebih atau kurang dari
terjadinya erosi pinggiran rawa yang itu. Setiap spesies memiliki kisaran
masuk keperairan sehingga konsentrasi yang berbeda terhadap pH.
meningkatkan sedimentasi perairan. Dimana kenaikan pH diatas netral
akan meningkatkan konsentrasi
Derajat Keasaman (pH) amoniak yang juga bersifat sangat
toksik bagi organisme (Barus, 2004).
Derajat keasaman (pH) suatu
Oksigen Terlarut
perairan dapat berupa asam atau basa.
Pengukuran oksigen terlarut
Menurut Effendi (2003) klasifikasi
selama penelitian berkisar 4,5-5,1
nilai pH adalah pH 7 (netral), 7< pH
13
mg/L. Nilai oksigen terlarut yang terdapat pada stasiun III, hal tersebut
terendah terdapat pada stasiun 3 yaitu dikarenakan kawasan tersebut ditutupi
4,5 mg/L, sedangkan tertinggi vegeatsi tumbuhan yang padat.
terdapat pada stasiun 1 yaitu 5,1 mg/L Menurut Sinambela dalam Sinaga
(Gambar 6). (2009) menyatakan bahwa kehidupan
5.2 makroozoobenthos di air dapat
bertahan jika ada oksigen terlarut
5 minimum sebanyak 2 mg/L.
DO (mg/L)