You are on page 1of 10

STUDI FENOMENOLOGI: PENGALAMAN KELUARGA DALAM MENDAMPINGI

PASIEN SAAT PROSES RESUSITASI DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD


Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Kristina Pae, Program Magister Keperawatan Peminatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya, e-mail;xthien_pae@yahoo.co.id
Sri Andarini, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
e-mail;sriandarini@yahoo.com
Retno Lestari, Program Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,
e-mail;retno.lestari98@gmail.com

ABSTRACT
The services for critically ill patient in emergency department focus to save the life of patient
with resuscitation, stabilization, and monitoring of the patient's condition. Family who have family
members in critical condition have a need to be close to patient. Family needs to be able to see the
patient, to take a care for patient and providing support to patient who are in critical condition. This
study is a qualitative research with phenomenological approach. The aim of this study was to
explore the family experience when they presence during resuscitation. The study was conducted
at ED of Dr. Saiful Anwar Hospital Malang. There are 6 participants were selected based on
inclusion criteria that have been set. Data were collected through in-depth interviews method. The
data saturation of the participants obtained if nothing else is bring new themes via the data
submitted. Results were analyzed using data analysis Braun and Clark. Transcripts of the
interviews were analyzed using qualitative analysis. This research identified five themes, they are
(1) anxiety when FPDR, (2) familybecomesstronger, (3) familywishtocontinue the FPDR process,
(4) loveandroleas a motivation to do FPDR, (5) the complexity ofadversityin FPDR. Based on the
results of this study, author expected that direction of hospital can began to consider the
development of FPDR service so family able to prepare themselves with the grieving process that
will occur and patients canpassedin peace.

Keywords: Family, Presence, Resucitation

PENDAHULUAN memfasilitasi proses kehilangan pasien (Porter,


Resusitasi adalah tindakan untuk et al, 2014). Tenaga kesehatan juga harus
menghidupkan atau memulihkan kembali mengingat dan mempertimbangkan bahwa
kesadaran seseorang yang tampaknya mati pasien merupakan bagian dari keluarga dimana
sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan keluarga akan menderita ketika kesempatan
paru-paru (Drew, et al, 2009). Dari beberapa bagi mereka untuk memberikan dukungan
penelitian yang ada dikemukakan bahwa kepada orang yang dicintai ditolak. Kehadiran
keluarga menginginkan untuk diberikan pilihan keluarga juga berfungsi memandu bagaimana
untuk tetap tinggal atau tidak saat dilakukan agresif upaya resusitasi harus dilakukan sesuai
resusitasi pada anggota keluarga mereka dengan apa yang keluarga rasa pasien
(Porter, et al, 2013). mungkin ingin dapatkan. Ini adalah cara
Keluarga megungkapkan bahwa mereka sederhana yang memungkinkan pasien untuk
merasakan manfaat dari kehadiran mereka mengungkapkan apa yang akan mereka
dalam proses resusitasi yaitu, mereka merasa inginkan untuk diri mereka sendiri, melalui
memberi dukungan emosional bagi pasien, keluarga mereka.
memungkinkan tenaga kesehatan untuk Berbagai kendala diungkapkan dalam
memberikan bimbingan dan meningkatkan kehadiran keluarga dalam proses resusitasi
pemahaman mereka mengenai keadaan pasien diantaranya dari segi pasien, keluarga, staf,
dan situasi yang pasien hadapi. Selain itu, dan juga lingkungan. Dari segi pasien penelitian
keluarga juga menganggap bahwa dengan ini mengungkapkan bahwa kehadiran keluarga
mendampingi pasien mereka dapat mengetahui mungkin melanggar hak pasien untuk privasi.
bahwa semua cara dilakukan untuk Sedangkan dari segi keluarga diungkapkan
menyelamatkan anggota keluarga mereka, dan bahwa kehadiran keluarga dalam proses

89
90 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

resusitasi dianggap dapat mengganggu preferensi mereka tidak dapat dijelaskan,


jalannya resusitasi sepertiperilakukeluarga, semua kondisi darurat harus diperlakukan.
kurangnya pendidikandan pemahaman tentang Dalam hal ini melibatkan keluarga dalam upaya
kondisi pasien, reaksi emosional, danhubungan resusitasi dan kehadiran keluarga dalam proses
keluarga dengan tenaga kesehatan. Ada juga resusitasi dapat memungkinkan untuk
yang mengungkapkan dari sisi tenaga mempertahankan otonomi pasien karena
kesehatan terkaitstresdan ketidaknyamanan keluarga dapat mengungkapkan apa yang
bagi tenaga kesehatan, menghambatkerja, mungkin pasien inginkan.
kerjaekstra danbeban yang berat bagi pelaku Pada saat studi pendahuluan di Instalasi
resusitasi, dantenaga kesehatanyang tidak Gawat Darurat RSSA bulan Maret 2015,
memadai. Alasan dari segi lingkunganseperti penulis melakukan observasi terhadap proses
ruang yangterbatas, kekacauan dan resusitasi dan pendampingan yang dilakukan
kebingungan. Alasan yang lain mengatakan keluarga. Dalam observasi ini penulis
bahwa kehadiran keluarga dalam proses mendapat hasil bahwa pendampingan oleh
resusitasiakan meningkatkan litigasi (Porter, et keluarga hanya dapat dilakukan jika pasien
al, 2014). Penelitian lain juga mengungkapkan sudah dalam keadaan terminal atau anggota
bahwa anggota keluarga khawatir bahwa keluarga yang sakit (pasien) adalah anak-anak.
mereka akan mengganggu resusitasi sehingga Hal ini dilakukan agar lebih mudah dalam
merugikan pasien (Madden & Condon, 2007) mengambil keputusan saat resusitasi dan
Namun penelitian lain tidak sependapat dokter menjelaskan tentang prosedur yang
dengan pendapat di atas, mereka dilakukan. Rumah sakit belum memiliki SOP
mengungkapkan bahwa risiko litigasi tentang pendampingan keluarga pada pasien
sebenarnya akan berkurang jika keluarga saat proses resusitasi. Saat pemberian
mendampingi pasien saat proses resusitasi kesempatan untuk mendampingi pasien setiap
karena beberapa alasan, yaitu pertama keluarga terlihat antusias untuk mendampingi
keluarga akan mengembangkan ikatan dengan dan merasa ingin menunjukkan rasa cinta
tim kesehatan karena mereka mendukung satu mereka saat pasien dalam keadaan kritis yang
sama lain melalui resusitasi. Kedua, keluarga ditunjukkan dengan mengajak pasien berdoa
akan mendapatkan wawasan dan peningkatan dan memberi semangat pada pasien. Di IGD
pendidikan mengenai proses resusitasi, yang terdapat ketetapan hak dan kewajiban pasien
secara umum diterima sebagai cara untuk dimana hak pasien no 12 berbunyi bahwa
mengurangi risiko litigasi. Fulbrook, et al (2007) pasien dalam kondisi kritis berhak untuk
mengungkapkan bahwa dengan anggota didampingi oleh keluarga. Namun pada
keluarga hadir mereka dapat melihat bahwa kenyataannya jarang sekali keluarga diijinkan
segala sesuatu yang dilakukan untuk orang untuk mendampingi karena prosedur
yang mereka cintai dan akan membantu pendampingan belum ada.
memfasilitasi proses berduka. Dari berbagai penelitian di atas dan hasil
Anggota keluarga yang hadir dalam observasi penulis dapat disimpulkan bahwa
proses resusitasi memiliki beban fisik dan kehadiran keluarga dalam proses resusitasi
emosional tertentu sehingga harus ada petugas memiliki banyak manfaat oleh sebab itu penulis
kesehatan baik dokter maupun perawat yang ingin mengetahui pengalaman keluarga
bertugas menjelaskan proses berlangsungnya mendampingi pasien dalam proses resusitasi.
resusitasi dengan cara yang empati dan Tujuan dari penelitian ini adalah
memastikan bahwa kehadiran keluarga tidak mengeksplorasi pengalaman keluarga saat
mengganggu proses resusitasi. Sebuah mendampingi pasien saat proses resusitasi.
penelitian mengungkapkan bahwa kehadiran
keluarga dalam proses resusitasi akan METODE
memperkecil kemungkinan keluarga mengalami Penelitian ini menggunakan desain
post-traumatic stress disorder (PTSD), namun kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya Partisipan penelitian ini berjumlah 6 orang yang
pengaruh kehadiran keluarga terhadap sesuai kriteria inklusi partisipan yaitu: 1)
karakteristikresusitasi, kelangsungan hidup keluarga inti pasien (orang tua, saudara
pasien, atau tingkatstres emosionaldalamtim kandung, anak, suami atau istri) yang
medisdantidak menimbulkanklaimmedikolegal mendampingi proses resusitasi, 2) sehat secara
(Jabre, et al, 2013).Ketika dalam keadaaan jasmani dan rohani, 3) mampu menceritakan
kegawatdaruratan dimana pasien tidak dapat pengalamannya secara lisan dengan baik, dan
membuat keputusan karena keadaan koma dan 4) bersedia menjadi partisipan. Data
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 91

dikumpulkan melalui metode wawancara “Ya sedih mbak liat anak dipasang alat-alat,
mendalam. Hasil penelitian dianalisa dengan dibilang gak ada jantungnya” (P6)
menggunakan analisa data Braun and Clark. “Ya..saya ya rasanya kasian saudara saya
Peneliti sudah mendapatkan keterangan laik seperti itu karena dimasukkan obat ya…
etik dari RSSA Malang. beberapa macem obat” (P4)
Dari berbagai pernyataan pertisipan diatas
HASIL PENELITIAN menjelaskan bahwa keluarga merasa sedih
Penelitian ini menghasilkan 5 tema yaitu, dan merasa tidak tega melihat anggota
(1) gelisah menghadapi proses pendampingan, keluarganya dipasangi berbagai macam alat
(2) keluarga menjadi lebih kuat, (3) keinginan medis dan berada dalam keadaan kritis
keluarga untuk terus mendampingi, (4) cinta yang mengancam nyawa pasien.
dan peran sebagai alasan untuk mendampingi, 2. Keluarga menjadi lebih kuat
(5) kompleksitas penyulit dalam pendampingan. Tema yang kedua ini berisi tentang hal-hal
1. Gelisah menghadapi proses positif yang dirasakan oleh partisipan dari
pendampingan tindakan pendampingan yang telah mereka
Keadaan yang mencancam jiwa yang terjadi lakukan. Ada yang mengungkapkan bahwa
pada salah satu anggota keluarga pasti dengan pendampingan mereka berusaha kuat,
merupakan stessor bagi anggota keluarga ikhlas menerima hasil resusitasi, dan merasa
lainnya. Stressor ini menimbulkan masalah senang dapat mendampingi.
psikologi pada keluarga yang akhirnya a. Berusaha kuat adalah sub tema yang
menimbulkan perasaan gelisah menghadapi pertama. Hal ini diungkapkan oleh
proses resusitasi. Tema ini tergambar dari 2 partisipan dengan pernyataan berikut ini.
sub tema yaitu gelisah menunggu hasil “Saya ya harus kuat di dalam soalnya anak
resusitasi, sedih melihat kondisi pasien yang saya butuh saya” (P6)
dipasang banyak alat. Tema dan sub tema ini Berdasarkan pernyataan di atas partisipan
menjawab pertanyaan penelitian tentang merasa dengan mendampingi pasien, ia
bagaimana perasaan keluarga dalam merasa harus lebih kuat walaupun ia
mendampingi pasien saat proses resusitasi di merasakan kesedihan akan kondisi yang
IGD. dialami pasien dan merasa bahwa
a. Gelisah menunggu hasil resusitasi kehadirannya di sisi pasien sangat
merupakan sub tema pertama dari tema diperlukan.
gelisah menghadapi proses resusitasi. b. Ikhlas menerima hasil resusitasi tergambar
Keluarga mengungkapkan bahwa saat dari pernyataan partisipan berikut.
mendampingi mereka merasakan cemas “Kami sudah pasrah yang penting kami
menunggu hasil resusitasi dan ingin sudah memberikan yang terbaik” (P3)
mengetahui segera bagaimana kondisi Dengan pernyataan di atas partisipan
pasien apakah dapat tertolong atau tidak. mengungkapkan apapun hasil dari tindakan
Berikut adalah penyataan dari partisipan resusitasi dan bagaimana pun keadaan
mengenai perasaan gelisah yang mereka pasien nantinya dengan tindakan
alami. pendampingan partisipan merasa telah
“Ya gelisah, cemas mbak apa kakak saya memberikan yang terbaik.
bisa selamat atau gak…“ (P1) “Ya sekarang kakak saya sudah gak ada,
Dari pernyataan partisipan di atas tapi saya ikhlas mbak… kita semua sudah
menjelaskan bahwa keluarga merasa berusaha dan kakak saya juga sakitnya
cemas akan hasil dari resusitasi namun sudah lama.” (P1)
tetap berharap bahwa pasien bisa Pernyataan partisipan di atas memiliki
terselamatkan. makna bahwa dengan adanya tindakan
b. Perasaan sedih melihat anggota keluarga pendampingan ia merasa lebih ikhlas
mereka dipasangi banyak alat medis menerima hasil resusitasi karena dengan
merupakan sub tema kedua dari tema ini. pendampingan ia dapat mengetahui
Keluarga merasa saat mendampingi dan tindakan yang diberikan sudah maksimal.
mereka melihat berbagai tindakan medis Proses pendampingan membantu partisipan
yang dilakukan pada pasien membuat dalam menghadapi proses berduka.
mereka merasa sedih. Berikut adalah c. Sub tema terakhir dari tema ini adalah
pernyataan dari partisipan. senang dapat mendampingi. Hal ini
“Sedih liat dia gak sadar dan dipijet didukung dengan pernyataan partisipan
jantung… ya sedih banget” (P1) sebagai berikut.
92 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

“Saya merasa puas bisa mendampingi dan rasa cinta terhadap pasien, peran dan rasa
memberikan yang terbaik” (P3) tanggung jawab dan rasa ingin tahu tentang
Pernyataan partisipan di atas kondisi pasien.
mengungkapkan rasa senang partisipan a. Partisipan mengungkapkan hal yang
terhadap proses pendampingan yang mendorong mereka untuk mendampingi
dilakukan dan ia meyakini bahwa dengan adalah karena adanya rasa cinta yang
pendampingan berarti ia telah memberikan mereka miliki pada pasien. Hal ini
yang terbaik bagi pasien. diungkapkan dengan pernyatan berikut
3. Keinginan keluarga untuk terus ini.“Penting terutama diri saya sendiri ingin
mendampingi memberikan yang terbaik untuk
Pada sub tema dan tema ini peneliti menunjukkan rasa cinta saya ke adik saya.”
menjawab tujuan khusus keempat dari (P3)
penelitian ini yaitu mengeplorasi harapan “Ya.. Saya mau di deket anak saya terus.
keluarga terhadap proses pendampingan. Anak saya pasti butuh saya ada disitu
Tema ini terdiri dari dua sub tema yaitu, mbak… tadi sama dokter waktu pasang
harapan terhadap proses pendampingan dan alat2 diminta disamping anak saya.. Ya
juga harapan terhadap keadaan pasien. saya pegang anak saya supaya tau saya
a. Partisipan berharap agar diberi kesempatan disana biar anak saya ngerasa tenang
untuk mendampingi pasien. Hal ini dapat mbak.” (P6)
dilihat dari ungkapan berikut. Dari ungkapan-ungkapan di atas dapat kita
“Ya kalau dari tindakan dan penjelasan maknai bahwa salah satu hal yang
dokter sudah cukup mbak.. Saya cuma mau mendorong partisipan untuk melakukan
ya bisa di dalam terus biar anak saya sudah pendampingan adalah perasaan cinta
stabil juga saya di dalam. Tapi kadang saya mereka pada pasien. Dengan mereka
capek berdiri ya gantian sama suami saya melakukan pendampingan, mereka merasa
di dalam saya duduk sebentar di luar terus dapat menunjukan rasa cinta mereka dalam
masuk lagi. Tapi pengennya ya di dalam bentuk dukungan pada pasien yang sedang
terus.” (P6) berada dalam kondisi kritis.
Dari pernyataan di atas diungkapkan bahwa b. Hal lain yang diungkapkan partisipan
keluarga ingin terus dapat mendampingi sebagai pendorong mereka dalam
walaupun pasien sudah dalam keadaan melakukan pendampingan adalah peran
stabil dan mereka akan tetap berusaha dan rasa tanggung jawab. Hal ini dapat
untuk mendampingi walaupun merasa dilihat dari ungkapan berikut.
kelelahan serta mencoba untuk beristirahat “Ya gimana ya mbak yang dateng keluarga
tetapi mereka masih memiliki keinginan saya ya perempuan semua dan mereka gak
untuk tega.. Ya saya yang bertanggung jawab
b. Berikut diungkapkan harapan partisipan mewakili dari keluarga karena yang laki-laki
agar anggota keluarga mereka dapat saya satu-satunya ya saya harus siap
tertolong. Hal ini diungkapkan melalui mendampingi adik saya.” (P4)
pernyataan berikut. Dari ungkapan di atas dapat dimaknai
“Saya ingin memberikan yang terbaik untuk bahwa partisipan mau melakukan
adik saya.” (P3) pendampingan karena rasa tanggung
“Ya harapan saya ya supaya yang jawabnya yang besar terhadap keadaan
terbaiklah buat bapak saya.” (P5) dan keselamatan pasien
Pernyataan di atas bermakna bahwa Pernyataan lain yang mendorong partisipan
partisipan berharap yang terbaik bagi untuk mendampingi adalah peran partisipan
anggota keluarga mereka. Yang dimaksud pada saat pendampingan. Hal ini dapat
dengan yang terbaik adalah dengan dilihat pada pernyataan berikut.
bantuan tindakan resusitasi dari tenaga “Ya.. Sebagai anak pertama saya harus
medis anggota keluarga mereka dapat mengabil keputusan yang tepat bagaimana
tertolong dan keadaannya kembali stabil. pun resikonya” (P5)
4. Cinta dan peran sebagai alasan untuk “Dokter juga tadi bilang supaya saya dan
mendampingi suami di dalam aja biar gak bolak-balik
Pada tema yang ketiga ini akan dibahas dipanggil karena dokter mau jelaskan
hal-hal apa saja yang mendorong partisipan tindakan terus kami maunya gimana gitu.”
untuk mendampingi anggota keluarganya. (P6)
Tema ini terdiri dari tiga sub tema yaitu adanya
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 93

Pernyataan di atas memiliki makna bahwa b. Hambatan lain yang diungkapkan oleh
hal yang mendorong partisipan untuk partisipan adalah hambatan yang berasal
mendampingi pasien adalah peran mereka dari diri mereka sendiri. Hal ini diungkapkan
sebagai pengambil keputusan terhadap melalui pernyataan berikut ini.
segala tindakan medis yang akan dilakukan “Waktu itu gak dijelakan apa2, saya Cuma
oleh tenaga kesehatan yang menangani melihat aja.” (P4)
pasien. Dengan adanya pendampingan “Ada yang ambil darahnya, ada yang pijat
mereka lebih cepat memutuskan hal apa jantung, ada yang pasang alat.. Ya gimana
yang akan dilakukan pada pasien sehingga saya orang awam belum tahu ya tapi sedikit
tidak ada penundaan tindakan. ngeri saya liat kayak gitu.” (P5)
c. Sub tema ketiga adalah rasa ingin tahu “Saya ya gak bisa menjelaskan ya mbak…
tentang kondisi pasien. Hal ini diungkapkan masalahnya kan saya ini awam masalah
melalui pernyataan berikut. kesehatan. Ya jadi ya semua pasien klo
“Ya biar bisa saya dampingin anak saya seperti ini ya diliat aja mbk… wish terserah
terus mbak.. Tau kondisi anak saya dan yang menangani aja..ya wish pasrah sama
anak saya bisa selamat” (P6) yang menangani” (P4)
“Waktu ada penanganan yang jelas saya Dari beberapa pernyataan di atas
selalu mendampingi ya mbk ya..yangkedua mengungkapkan bahwa hal yang menjadi
pingin tau apa aja tindakan yang akan hambatan dalam diri partisipan adalah
dilakukan.” (P3) kurangnya pengetahuan mereka tentang
Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa tindakan medis yang diberikan, sehingga
partisipan ingin melakukan pendampingan partisipan merasa tidak dapat mendampingi
karena ingin mengetahui tindakan apa saja dengan maksimal. Partisipan merasa
yang dilakukan oleh tim medis untuk kebingungan dengan segala tindakan yang
menyelamatkan anggota keluarga mereka dilakukan tenaga medis karena mereka
dan bagaimana perkembangan keadaan sebagian besar bukan merupakan orang
pasien saat proses resusitasi dilakukan. yang paham tentang resusitasi dan tidak
5. Kompleksitas penyulit dalam memiliki latar belakang pengetahuan
pendampingan kesehatan yang cukup, sehingga
Tema terakhir dari penelitian ini adalah penjelasan dari tenaga medis tentang
kompleksitas penyulit dalam pendampingan. tindakan yang dilakukan dan juga keadaan
Ada tiga sub tema yang diungkapkan yaitu tidak pasien sangat mereka harapkan waktu
adanya prosedur pendampingan, hambatan mereka melakukan pendampingan.
dari keluarga, dan hambatan dari segi fasilitas. c. Pada sub tema terakhir ini partisipan juga
a. Partisipan mengalami berbagai kendala mengungkapkan bahwa hambatan yang
saat mendampingi, dimana salah satu dirasakan saat melakukan proses
kendalanya karena tidak adanya prosedur pendampingan juga berasal dari segi
pendampingan fasilitas yang ada di rumah sakit. Hal ini
“saya sebagai keluarga kan bingung.” (P1) diungkapkan dengan pernyataan berikut.
“Klo hambatan dari tim kesehatan ya.. “Hambatanya sih kan mungkin kan ini
Karena kebetulan kan saya orang awam ruangnya terbatas kadang kita gak boleh
jadi saya gak tau ini kurang apa… kurang masuk itu aja sebenernya hambatannya”
apa.. Kita kan hanya terima. O.. Ini harus (P2)
dikasik ini.. Dikasik ini.. Jadi kita harus “Saya cuma mau ya bisa di dalam terus biar
terima gitu kan.” (P2) anak saya sudah stabil juga saya di dalam.
“Memang kayak kemarin kan kita memang Tapi kadang saya capek berdiri ya gentian
dilarang menjaga disini. Saya gak tau sama suami saya di dalam saya duduk
gimana prosedurnya ada perawat yang sebentar di luar terus masuk lagi. Tapi
boleh saya nemenin bapak ada yang pengennya ya di dalam terus.” (P5)
nggak.” (P2) Hambatan dari segi fasilitas yang dirasakan
Makna dari pernyataan di atas adalah oleh partisipan adalah ruangan IGD yang
partisipan merasa bingung dengan prosedur terbatas karena jumlah pasien yang
pendampingan yang dilakukan tenaga terkadang melebihi kapasitas sehingga
medis yang benar seperti apa karena petugas tidak memperbolehkan proses
sebagian mengijinkan namun sebagian pendampingan. Hambatan lainnya adalah
tidak mengijinkan pendampingan. terkait dengan jumlah kursi yang ada di IGD
yang tidak memadai sehingga saat proses
94 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

pendampingan partisipan sering merasa sistematis). Tanda-tanda PTSD yang tampak


lelah karena harus terus berdiri. berupa kecemasan, kegelisahan dan juga
tanda-tanda depresi. Hal ini membuktikan
PEMBAHASAN bahwa proses pendampingan yang tepat akan
1. Gelisah menghadapi proses memberikan manfaat bagi keluarga yang
pendampingan mendampingi dan juga mengurangi resiko
Tema pertama pada penelitian ini adalah untuk keluarga mengalami PTSD.
gelisah menghadapi proses pendampingan. Oleh karena berbagai pertentangan
Lenz & Pugh dalam The theory of unpleasant pendapat maka untuk mengatasi berbagai hal
symptoms mengungkapkan bagaimana sesuatu negatif yang dapat ditimbulkan akibat kehadiran
hal yang tidak menyenangkan dapat terjadi. keluarga dalam proses resusitasi adalah
Ada tiga faktor yang berpengaruh dalam hal ini dengan penetapan standar operasional
yaitu faktor fisik, faktor psikologis dan juga prosedur (SOP) yang jelas, dan pemberian
faktor situasi (Smith & Liehr, 2014). Perasaan edukasi pada para tenaga kesehatan di
gelisah yang dirasakan partisipan timbul karena instalasi gawat darurat dan juga calon praktisi
stressor berupa keadaan anggota keluarga kesehatan agar lebih memahami pentingnya
yang kritis yang menerima berbagai tindakan kehadiran keluarga dalam proses resusitasi dan
medis. Stressor tersebut dapat dikatakan mampu memfasilitasi keluarga dengan baik
sebagai faktor situasi yang mengakibatkan saat proses pendampingan.
perasaan yang tidak menyenangkan yang 2. Keluarga menjadi lebih kuat
nantinya dapat menyebabkan respon psikologi Selain perasaan gelisah yang dirasakan
dalam diri partisipan. Perasaan yang dialami partisipan, penelitian ini juga mendapatkan
partisipan pada penelitian ini adalah berupa hasil bahwa, ada hal positif dari pendampingan.
perasan cemas dan gelisah menunggu hasil Hal positif yang dirasakan partisipan adalah,
resusitasi, dan perasaan sedih ketika melihat dengan pendampingan partisipan merasa kuat
pasien menerima berbagai tindakan medis, walaupun mengalami hal-hal yang membuat
seperti pemasangan alat serta obat-obatan. mereka sedih, partisipan dapat ikhlas menerima
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil resusitasi, dan merasa senang dapat
penelitian MClenathan et al (2002), Badir dan mendampingi. Hal ini sejalan dengan penelitian
Sepit (2007), Parial, Torres, & Macindo, 2015 MacLean pada tahun 2003 yang menemukan
yang berpendapat bahwa seluruh proses bahwa perawat percaya bahwa dengan
kehadiran keluarga pada saat tindakan kehadiran anggota keluarga akan membantu
resusitasi akan menyebabkan trauma memfasilitasi proses berduka dan membantu
psikologis yang besar untuk anggota keluarga. keluarga membuat keputusan.Fulbrook et al
Keluarga yang mendampingi pasien dalam (2007) juga mengungkapkan bahwa dengan
kondisi kritis pasti mengalami kondisi emosional kehadiran anggota keluarga, mereka dapat
yang sangat stress (Porter, 2012). Jurnal lain melihat bahwa segala upaya telah dilakukan
yang mendukung penelitian ini adalah salah untuk orang yang mereka cintai dan akan
satu jurnal trauma nursing yang membantu memfasilitasi proses berduka.
mengungkapkan bahwa tindakan resusitasi Penelitian lain yang melibatkan keluarga
dapat mengakibatkan trauma bahkan pada sebagai responden menyatakan bahwa
tenaga kesehatan maupun keluarga yang keluarga juga menganggap bahwa dengan
mendampingi. Trauma yang terjadi dapat mendampingi pasien mereka dapat mengetahui
berupa stressor sensori berupa bau darah yang bahwa semua cara dilakukan untuk
tidak menyenangkan, keadaan buruk pasien, menyelamatkan anggota keluarga mereka, dan
dan tangisan atau suara pasien saat merintih memfasilitasi proses kehilangan pasien (Porter,
kesakitan (Cole, 2000). Cooper & Sellick, 2014). Sebuah penelitian
Pernyataan yang berbeda diungkapkan mengungkapkan bahwa kehadiran keluarga
oleh Jabre, et al, 2013 yang melakukan dalam proses resusitasi akan memperkecil
penelitian tentang pengaruh pendampingan kemungkinan keluarga mengalami post-
terhadap kondisi psikologi keluarga. Jabre traumatic stress disorder (PTSD) (Jabre,
mengungkapkan bahwa responden pada Belpomme, Jacob, Bertrand, Broche, Pinaud,
kelompok kontrol (kelompok yang hanya Assez, Beltramini & Normand, 2013).
sekedar mendampingi pasien) memiliki tanda- 3. Keinginan keluarga untuk terus
tanda PTSD yang lebih jika dibandingkan mendampingan
dengan kelompok intervensi (yang diberikan Dalam penelitian ini juga dibahas
kesempatan untuk mendampingi secara mengenai harapan keluarga terhadap proses
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 95

pendampingan dan juga harapan keluarga berikut yang mendorong keluarga untuk
terhadap keadaan pasien. Harapan partisipan mendampingi adalah rasa ingin tahu mereka
terhadap proses resusitasi adalah mereka ingin terhadap keadaan dan perkembangan pasien.
agar dapat mendampingi pasien terus- Dengan mendampingi partisipan dapat melihat
menerus. Keluarga yang memiliki anggota langsung segala tindakan yang diberikan dan
keluarga dalam kondisi kritis mempunyai bagaimana perkembangan keadaan pasien
kebutuhan akan kedekatan dengan keluarga saat itu juga.
yang sakit. Hal ini meliputi kebutuhan keluarga Sebuah penelitian oleh Porter
untuk dapat melihat pasien secara langsung, menyatakan bahwa keluarga merasakan
membantu merawat pasien, dan memberikan manfaat dari kehadiran mereka dalam proses
dukungan kepada pasien yang sedang dalam resusitasi yaitu, mereka merasa memberi
kondisi kritis. Sebuah penelitian dukungan emosional bagi pasien,
mengungkapkan bahwa keluarga memungkinkan tenaga kesehatan untuk
membutuhkan kedekatan secara fisik dan memberikan bimbingan dan meningkatkan
emosional dengan anggota keluarga mereka pemahaman mereka mengenai keadaan pasien
yang mengalami kondisi kritis (Mangurten et al, dan situasi yang pasien hadapi. Selain itu,
2005). Keluarga juga membutuhkan jaminan keluarga juga menganggap bahwa dengan
pelayanan yang diharapkan yaitu jaminan mendampingi pasien mereka dapat mengetahui
perawatan yang baik dan jaminan bahwa bahwa semua cara dilakukan untuk
seluruh tindakan yang dilakukan bertujuan menyelamatkan anggota keluarga mereka, dan
untuk kesembuhan pasien (Browning & Warren, memfasilitasi proses kehilangan pasien (Porter,
2006). Cooper & Sellick, 2014).
Porter, et al (2013) melakukan studi Tenaga kesehatan juga harus mengingat
literatur terhadap 14 artikel tentang kehadiran dan mempertimbangkan bahwa pasien
keluarga saat prosedur resusitasi di instalasi merupakan bagian dari keluarga dimana
gawat darurat dan salah satu penelitian yang keluarga akan menderita ketika kesempatan
diriview mendapatkan hasil dari 50 orang bagi mereka untuk memberikan dukungan
responden mengungkapkan responden kepada orang yang dicintai ditolak. Kehadiran
(keluarga) memilih untuk tetap mendampingi keluarga juga berfungsi memandu bagaimana
pasien saat dilakukan tindakan resusitasi pada agresif upaya resusitasi harus dilakukan sesuai
anggota keluarga mereka. Keluarga dengan apa yang keluarga rasa pasien
mengganggap bahwa ada sesuatu yang mungkin ingin dapatkan. Ini adalah cara
menguntungkan bagi mereka dan pasien saat sederhana yang memungkinkan pasien untuk
mereka hadir (Porter, et al, 2013). mengungkapkan apa yang akan mereka
4. Cinta dan peran sebagai alasan untuk inginkan untuk diri mereka sendiri, melalui
mendampingi keluarga mereka.Ketika dalam keadaaan
Dalam penelitian ini dikemukakan ada kegawatdaruratan dimana pasien tidak dapat
tiga hal yang mendorong keluarga untuk membuat keputusan karena keadaan koma dan
mendampingi yaitu rasa cinta terhadap pasien, preferensi mereka tidak dapat dijelaskan,
peran dan rasa tanggung jawab, serta rasa semua kondisi darurat harus diperlakukan.
ingin tahu tentang kondisi pasien. Para Dalam hal ini melibatkan keluarga dalam upaya
partisipan mengungkapkan bahwa mereka resusitasi dan kehadiran keluarga dalam proses
melakukan pendampingan karena merasa resusitasi dapat memungkinkan untuk
terikat hubungan persaudaraan dan ingin mempertahankan otonomi pasien karena
memberikan dukungan pada pasien, sehingga keluarga dapat mengungkapkan apa yang
bagi partisipan proses pendampingan dianggap mungkin pasien inginkan.Hal ini juga harus
sebagai ungkapan rasa cinta mereka terhadap diperhatikan bahwa keluarga pasien mungkin
pasien sebagai anggota keluarganya. juga menderita kerugian dengan tidak
Partisipan lain mengungkapkan bahwa rasa membiarkan mereka untuk mendampingi dalam
tanggung jawab dan peran mereka sebagai proses resusitasi terhadap keluarga yang
pengambil keputusanlah yang mendorong mereka cintai. Jika keluarga tidak
mereka untuk mendampingi pasien. Partisipan diperbolehkan untuk terlibat dalam upaya
menganggap dengan mendampingi mereka resusitasi dan resusitasi tersebut tidak berhasil
dapat dengan segera mengambil keputusan hal ini berarti kita sebagai tenaga kesehatan
terhadap segala tindakan yang akan dilakukan telah membiarkan pasien meninggal dalam
untuk menyelamatkan pasien karena pasien kesendirian (Hodge& Marshall, 2009).
tidak mampu membuat keputusan sendiri. Hal
96 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

5. Kompleksitas penyulit dalam Sedangkan dari segi keluarga diungkapkan


pendampingan bahwa kehadiran kehadiran keluarga dalam
Hambatan merupakan halangan atau proses resusitasi dianggap dapat mengganggu
rintangan, hal-hal yang membuat proses jalannya resusitasi seperti masalah keluarga
pendampingan menjadi tidak lancar. Terdapat terkait seperti perilaku keluarga, kurangnya
tiga hal yang dikemukakan sebagai hambatan pendidikan dan pemahaman, reaksi emosional,
dalam proses pendampingan pada penelitian ini dan hubungan keluarga dengan tenaga
yaitu, hambatan dari tidak ada prosedur kesehatan. Ada juga yang mengungkapkan isu
pendampingan, hambatan dari faktor keluarga tenaga kesehatan terkait stress dan
dan juga hambatan dari faktor fasilitas. ketidaknyamanan bagi tenaga kesehatan,
Tidak ada prosedur pendampingan menghambat kerja, kerja ekstra dan beban
dirasakan sebagai hambatan oleh keluarga yang berat bagi pelaku resusitasi, dan tenaga
saat mendampingi karena mereka merasa tidak kesehatanyang tidak memadai. Alasan dari segi
ada kejelasan antara tenaga kesehatan, ada lingkungan seperti ruang yang terbatas,
yang memberi ijin untuk mendampingi da nada kekacauan dan kebingungan. Alasan yang lain
yang tidak. Jabre, et al, 2013 melakukan mengatakan bahwa kehadiran keluarga dalam
penelitian dimana ia membuktikan bahwa proses resusitasiakan meningkatkan litigasi
proses pendampingan yang tepat akan (Porter, et al, 2012).
memberikan manfaat bagi keluarga yang Namun beberapa penelitian justru tidak
mendampingi dan juga mengurangi resiko sependapat dengan alasan diatas, mereka
untuk keluarga mengalami PTSD. mengungkapkan bahwa risiko litigasi
Hambatan dalam pendampingan dari sebenarnya akan berkurang jika keluarga
faktor keluarga dan juga faktor fasilitas. mendampingi pasien saat proses resusitasi
Hambatan yang timbul dari keluarga adalah karena beberapa alasan, yaitu pertama
kurangnya pengetahuan keluarga tentang keluarga akan mengembangkan ikatan dengan
proses pendampingan dan resusitasi sehingga tim kesehatan karena mereka mendukung satu
proses pendampingan tidak optimal. Dari segi sama lain melalui resusitasi. Kedua, keluarga
fasilitas hambatan yang dirasakan keluarga akan mendapatkan wawasan dan peningkatan
berupa kecilnya ukuran ruang resusitasi dan pendidikan mengenai proses resusitasi, yang
juga minimnya jumlah tempat duduk yang ada secara umum diterima sebagai cara untuk
di IGD. mengurangi risiko litigasi. (MacLean, Guzzetta,
Keluarga yang mendampingi pasien White, Fontaine, Elchorn, Meyers & Desy,
dalam kondisi kritis pasti mengalami kondisi 2003; Porter, Cooper & Sellick, 2014).
emosional yang sangat stress (Porter, 2012). Chapman, Bushby, Watkins & Combs (2013)
Dalam keadaan ini prioritas utama kebutuhan mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor
keluarga adalah informasi yang memadai yang mempengaruhi staf di rumah sakit untuk
tentang kondisi pasien dan juga hubungan yang mengundang atau tidak keluarga saat proses
berkualitas dengan tenaga kesehatan (Siddiqui resusitasi diantaranya adalah faktor motivasi,
et al, 2011). Dukungan dari petugas kesehatan pilihan pribadi, pertimbangan staf, dan faktor
yang sangat diperlukan keluarga diantaranya organisasi.
kebutuhan berkonsultasi dengan dokter
maupun petugas kesehatan lainnya, kebutuhan KESIMPULAN
untuk mendapat jawaban yang sesuai dari Dari penelitian ini didapatkan beberapa
tenaga kesehatan dan perhatian berupa kesimpulan sebagai berikut:
dukungan emosional (Browning & Warren, 1. Tema pertama yaitu gelisah menghadapi
2006). Proses pendampingan akan proses pendampingan. Tema ini
memberikan manfaat bagi keluarga jika mengeksplorasi perasaan keluarga dalam
keluarga mendapat penjelasan yang cukup mendampingi pasien saat tindakan
sehingga mereka memiliki pengetahuan yang resusitasi. Eksplorasi mengenai perasaan
baik tentang proses resusitasi. keluarga dalam mendampingi pasien saat
Banyak penelitian mengungkapkan tindakan resusitasi menghasilkan tema lain
hambatan yang dirasakan dari kehadiran yaitu keluarga menjadi lebih kuat. Dua tema
keluarga dalam proses resusitasi diantaranya yang berbeda ini menjawab satu tujuan
dari segi pasien, keluarga, staf, dan juga dimana perasaan yang tidak
lingkungan. Dari segi pasien penelitian ini menyenangkan dapat diatasi dengan
mengungkapkan bahwa kehadiran keluarga pendampingan tenaga kesehatan sebagai
mungkin melanggar hak pasien untuk privasi.
Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika” 97

fasilitator sehingga dapat menjadi hal positif resuscitations in the emergency


dari pendampingan. department: a critical review and
2. Harapan keluarga terhadap proses suggestions for future research. 2002.
pendampingi terjawab dengan Ann Emerg Med 40:193-205.
dihasilkannya temakeinginan keluarga Bradley, C., Brasel, K., Lensky, M. 2011.
untuk terus mendampingi. Adanya Implementation Of A Family Presence
keinginan keluarga untuk terus During Resuscitation Protocol.
mendampingi memberi makna yaitu bahwa https://www.capc.org/fast-facts/233-
dengan pendampingan mereka berharap implementation-family-presence-during-
memiliki kedekatan yang lebih dengan resuscitation-protocol/. Diakses tanggal
pasien. 10 Oktober 2014.
3. Tema cinta dan peran sebagai alasan untuk Browning, G & Warren, NA. 2006. Unmet
mendampingimemiliki makna hal yang Needs of Family Members in The Medical
memotivasi keluarga untuk melakukan Intensive Care Waiting Room. Critical
pendampingan yaitu, adanya rasa cinta Care Nursing Quarterly. 29(1). 86-95.
terhadap pasien, peran dan rasa tanggung Braun, V & Clark, V. 2006. Using Thematic
jawab, serta rasa ingin tahu tentang kondisi Analysis in Psychology: Qualitative
pasien. Research in Psychology 3 (77-101).
4. Kompleksitas penyulit dalam Buisman, Amanda L. 2013.Family Presence
pendampinganmemberi makna hal-hal yang During CPR in the Emergency
menghambat berjalannya proses Department. Journal of Nursing.
pendampingan baik itu dari faktor tenaga Cole, Elaine. 2000. Witnessed Trauma
kesehatan, keluarga maupun fasilitas di Resuscitation - Can Relatives Be
IGD. Present?.Trauma.org 5:8 - August
2000.http://www.trauma.org/archive/nurse
SARAN /witness.html. Diunduh tanggal 27
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Oktober 2015.
ditemukan, maka terdapat beberapa saran Creswell. 2013. Desain Penelitian: Pendekatan
sebagai berikut: Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: KIK
1. Untuk penelitian selanjutnya Press
a. Perlu dilakukan penelitian terkait faktor- Drew, D., Jeron, F., Margaret. 2009. Resusitasi
faktor yang mempengaruhi tenaga medis Bayi Baru Lahir. Alih bahasa: Dian
untuk mengijinkan atau pun tidak Ramadani, Editor edisi bahasa Indonesia,
mengijinkan kehadiran keluarga saat sari Isnaini. Jakarta: EGC
tindakan resusitasi. Feagan, L M & Fisher, N J. 2011. The Impact of
b. Penelitian lain yang dapat dilakukan adalah Education on Provider Attitudes Toward
penelitian tentang pengalaman perawat Family-Witnessed Resuscitation.
sebagai fasilitator saat menghadirkan Emergency Nurses Association. Elsevier
keluarga saat tindakan resusitasi. Inc
c. Peneliti selanjutnya juga dapat melakukan Fulbrook, P., Latour, JM., Albarran, JW. 2007.
penelitian terkait tema yang sama namun di Paediatric Critical Care Nurses’ Attitudes
situs atau tempat penelitian yang memiliki and Experiences of Parental Presence
karakteristik yang berbeda dengan RSSA. DuringCardiopulmonary Resuscitation: A
Sebab, perbedaan budaya akan European Survey. International Journal of
mempengaruhi pengalaman keluarga. Jika Nursing Studies.
melakukan penelitian yang sama Gordon, E D., Bennett, D., Stauffer, D W.,
diharapkan peneliti mampu melakukan Gibson, E C., Fitzgerald, C., Corbett, C.
pendekatan yang baik pada partisipan 2011. Family-witnessed Resuscitation in
sehingga penelitian dapat berjalan lancar. Emergency Departments: Doctors’
Attitudes and Practices. S Afr Med J
DAFTAR PUSTAKA 2011; 101:765-76.
Badir A., Sepit D. 2007. Family Presence Guzzetta, C E., Clark, A P., Wright, J L. 2006.
During CPR: a Study of The Experiences Family Presence in Emergency Medical
and Opinions of Turkish Critical Care Services for Children. Clinical Pediatric
Nurses. Int J Nurs Stud 44(1):83-92. Emergency Medicine 7:15-24.
Boudreaux ED, Francis JL., Loyacano T. Family Hodge, A N & Marshall, A P. 2009. The
presence during invasive procedures and Experiences Of Health Care Chaplains
98 Jurnal Kesehatan “Wiraraja Medika”

(HCC’s) And Registered Nurses (RN’s) Of Care and Emergency Nurses. American
Supporting Family Members During Journal of Critical Care, 12(3), 246-257.
Resuscitation Of Their Loved One. Moleong. 2013. Metodologi peneitian kualitatif.
Scottish Journal of Healthcare Chaplaincy Edisi revisi. Bandung: PT Remaja
Vol.13. No. 2. 2010. Rosadakarya.
Jabre, P., Belpomme, V., Jacob, L., Bertrand L., Peberdy, M A., Callaway, C W., Neumar, R W.,
Broche C., Pinaud V., Assez N., Geocadin, R.G., Zimmerman,
Beltramini A., Normand D. 2012. Family J.L.,Donnino, M.,& Gabrielli, A., et al.
presence during cardiopulmonary 2010. Part:9 Post cardiac arrest care :
resuscitation. Annals of Emergency 2010 American heart association
Medicine Volume 60, No. guidelines for cardiopulmonary
4s:October2012. resuscitation and emergency
Kamienski, MC. 2004. Family Center Care in cardiovascular care. Circulation Journal of
The Emergency Department. Advanced The American Heart Association.122.
Journal of Nursing. 104(1). 59-62 S768-S786.
Kingsnorth, J., O’Connell, K., Guzzetta, C E., Porter, J., Cooper, S J., Sellick, K. 2013.
Edens, J C., Atabaki, S., Mecherikunnel, Attitudes, Implementation and Practice of
A., & Brown, K. 2010. Family Presence Family Presence During Resuscitation
During Trauma Activations And Medical (FPDR): a Quantitative Literature Review.
Resuscitations In A Pediatric Emergency International Emergency Nursing 21, 26–
Department: An Evidence-Based Practice 34.
Project. J Emerg Nurs 36:115-21 Porter, J., Cooper, S J., Sellick, K. 2014. Family
MacLean, S L., Guzzetta, C E., White, C., Presence During Resuscitation (FPDR):
Fontaine, D., Elchorn, D J., Meyers, T A., Perceived Benefits, Barriers and Enablers
& Desy, P. 2003. Family Presence During
To Implementation and Practice.
Cardiopulmonary Resuscitation and
Invasive Procedures: Practices of Critical International Emergency Nursing 22, 69–
74

You might also like