You are on page 1of 6

IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No.

1 – Januari 2019

Hubungan Intensitas Penggunaan Media Sosial Dengan Kecenderungan Sikap


Apatis Terhadap Lingkungan Sekitar Pada Siswa SMP N 1 Sukoharjo, Kec/Kab
Sukoharjo, Jawa Tengah
The Relationship of the Intensity of the Use of Social Media with the Trend of
Apathetic Attitudes Towards the Surrounding Environment in Students of SMP
N 1 Sukoharjo, Kec / Kab Sukoharjo, Central Java
Bangkit Ary Pratama1, Anom Parmadi2
Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo1 2
bangkit.it@gmail.com, anomparmadi13@gmail.com

Abstract : Information technology in the era of globalization has developed very rapidly in people's
lives. Because of the new technologies such as the internet, all human needs can be met. The many
facilities provided by the internet, especially on social media, trigger an increase in use by teenagers.
The intensity of the use of social media creates different forms of interaction with before. This is a
process of adjustment to the social environment in the community. When adolescents with the
intensity of using social media are high, their social interactions become indirect, their sociability
tends to be low and their social sensitivity tends to be low. This is usually called apathy. The study
design used observational analytic research with cross sectional approach. Data collection techniques
used to collect primary data using a structured questionnaire. The data obtained were then analyzed
by the univariate formula (frequency distribution formula) and bivariate (Chi square formula). The
results showed that there was a correlation between the intensity of social media use and adolescent
apathy (p <0.001), that is, the higher the use of social media, the teenagers were 7.9 times at risk of
tending to be apathetic towards the surrounding environment.
Keywords: intensity of use, social media, apathy, environment

Abstrak : Teknologi informasi di era globalisasi berkembang sangat pesat di dalam kehidupan
masyarakat. Berkat teknologi baru seperti internet, segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi.
Banyaknya fasilitas yang disediakan oleh internet terutama di media sosial, memicu peningkatan
penggunaan oleh remaja. Tntensitas penggunaan media sosial menciptakan bentuk-bentuk interaksi
yang berbeda dengan sebelumnya. Hal ini merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan
sosial dimasyarakat. Ketika remaja dengan intensitas penggunaan media sosial tinggi, interaksi
sosialnya menjadi bersifat tak langsung, sosiabilitasnya cenderung rendah dan kepekaan sosialnya
cenderung rendah. Hal ini biasa disebut dengan sikap apatis. Desain penelitian dengan menggunakan
penelitian analitik observasional dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan menggunakan
kuesioner terstruktur. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan rumus univariat (rumus
distribusi frekuensi) dan bivariat (rumus Chi square). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
antara intensitas penggunaan media sosial dengan sikap apatis remaja (p<0.001), yaitu semakin
tinggi penggunaan media sosial maka remaja 7.9 kali beresiko untuk cenderung menjadi apatis
terhadap kondisi lingkungan sekitar.
Kata Kunci : intensitas penggunaan, media sosial, sikap apatis, lingkungan

I. PENDAHULUAN maupun berkolaborasi (Riyanti, 2016). Media


Teknologi informasi di era globalisasi sosial meliputi social network, discuss, share,
berkembang sangat pesat di dalam kehidupan social games, virtual world, live cast, live stream
masyarakat (Juwita, 2015). Berkat teknologi baru dan microblog. Secara singkat, media sosial
seperti internet, segala kebutuhan manusia dapat adalah sebuah aplikasi berbasis internet yang
dipenuhi. Mulai dari kebutuhan untuk digunakan untuk menjalin komunikasi dengan
bersosialisasi, mengakses informasi sampai orang lain yang tidak dibatasi oleh ruang dan
pemenuhan kebutuhan hiburan (Soliha, 2015). waktu (Hidayatun, 2015).
Manfaat internet tersebut dapat dinikmati salah Macam media sosial sangat banyak dan
satunya dengan menggunakan media sosial. bervariasi, di Indonesia media sosial yang
Media sosial adalah platform media yang banyak diminati adalah facebook, twitter dan
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang whatsapp (Abadi, 2013). Facebook (FB) adalah
memfasilitasi pengguna dalam beraktifitas sebuah situs web social media popular yang

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 51


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No. 1 – Januari 2019

diluncurkan pada 4 Februari 2004. FB didirikan bersifat tak langsung, sosiabilitasnya cenderung
oleh Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa rendah dan kepekaan sosialnya cenderung
Harvard. Keistimewaan FB terletak pada fasilitas rendah. Hal ini biasa disebut dengan sikap apatis
yang variatif dan mudah dipelajari. Twitter adalah (Efendi, 2017). Sikap adalah suatu bentuk
sebuah micro-blogging atau blog micro yang evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
dapat memberikan informasi update informasi terhadap suatu objek adalah perasaan
tentang diri, bisnis dan lainnya. Twitter mendukung atau memihak (favorable) maupun
merupakan social media yang lebih sederhana perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
dibandingkan FB. Whatsapp merupakan salah (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap
satu aplikasi untuk media sosial yang merupakan perpaduan dari komponen-komponen
memungkinkan kita bertukar pesan, foto maupun kognitif, afektif dan konatif yang saling
video bahkan mengirim file layaknya email tanpa berinteraksi dalam memahami, merasakan dan
menggunakan pulsa (hanya menggunakan paket berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2011).
data internet). Saat ini whatsapp lebih diminati Sikap apatis adalah ketidakpedulian individu
daripada mengirim pesan elektronik biasa (SMS) dimana mereka tidak memiliki minat atau tidak
karena selain fasilitas yang tersedia lebih adanya perhatian terhadap aspek-aspek tertentu
banyak, aplikasi ini lebih murah karena bebas seperti kehidupan sosial maupun aspek fisik dan
pulsa (Pratama, 2015). emosional. Sikap apatis merupakan sikap tunduk
Berdasarkan data Departemen Komunikasi bahkan mati rasa terutama hal-hal menyangkut
dan Informasi tahun 2013 menunjukkan bahwa isu sosial, ekonomi, lingkungan dan politik
63 juta orang Indonesia menggunakan internet, (Arnadi, 2016) . Pada remaja, sikap apatis yang
dimana 95 persennya menggunakan internet muncul memiliki gejala kurangnya kesadaran,
untuk mengakses media sosial dan pengguna kepedulian dan bahkan sikap tidak tanggung
paling banyak adalah remaja dengan rentang jawab sosial yang dapat berpengaruh pada
usia 10-14 (remaja awal) tahun dan 15-20 tahun kondisi lingkungan sekitar.
(remaja akhir) (Juwita, 2015). Banyaknya fasilitas Penggunaan media sosial yang kurang bijak
yang disediakan oleh media sosial, memicu dapat menurunkan kemampuan interaksi sosial
peningkatan penggunaan oleh remaja. Hal ini remaja yang berujung pada sikap apatis terutama
disebabkan karena remaja memiliki rasa ingin terhadap lingkungan sekitar. Hal ini ditandai
tahu yang tinggi dan gemar untuk menunjukkan dengan kurangnya kontak sosial secara langsung
diri atau eksis (Putra, 2015). dengan orang lain dan komunikasi yang bersifat
Dalam penggunaan media sosial, remaja tidak langsung karena sudah dipermudah dengan
cenderung mempunyai karakteristik yang adanya media sosial (Erickson, 2011). Jadi,
berbeda. Hal ini dikarenakan setiap remaja remaja dapat berhubungan dengan orang lain
memiliki pengalaman, motif, sikap dan tipe tanpa mengenal ruang dan waktu. Teori
kepribadian yang relatif berbeda dalam ketergantungan media menyatakan bahwa
menggunakan media sosial (Annisa, 2016). Teori semakin seseorang tergantung pada suatu media
yang ada menunjukkan bahwa peningkatan untuk memenuhi kebutuhannya, maka media
intensitas penggunaan media sosial menciptakan tersebut menjadi penting dan sering untuk
bentuk-bentuk interaksi yang berbeda dengan digunakan untuk memenuhi kebutuhannya (Ara,
sebelumnya. Intensitas penggunaan media sosial 2015). Tingginya intensitas penggunaan media
adalah keterlibatan seseorang terkait aktivitas sosial memicu timbulnya sikap apatis terhadap
penggunaan media sosial seperti frekuensi lingkungan sekitar karena remaja lebih senang
menggunakan media sosial, lama penggunaan dan asyik dengan dunia maya yang mereka
media sosial dalam sekali akses dan jumlah mainkan dimedia sosial.
pertemanan yang dibentuk (Sandya, 2016). Saat ini perubahan dalam diri setiap remaja
Faktor yang mempengaruhi intensitas sangat terasa. Terutama tentang kepedulian
penggunaan media sosial meliputi faktor terhadap lingkungan sekitar. Sikap apatis yang
kebutuhan yang berasal dari dalam seperti dapat diartikan sikap yang tidak peduli atau
mencari identitas dan nilai diri seseorang, faktor masa bodoh dengan terhadap suatu hal. Banyak
motif sosial seperti rasa saling memiliki dan remaja saat ini hanya peduli dengan dunianya
membutuhkan informasi orang lain serta faktor yaitu asyik bermain dengan media sosial sampai
emosional. Individu yang sering mengakses tidak peka dengan yang terjadi di lingkungan
media sosial maka individu tersebut akan sekitar mereka (Syarif, 2015). Salah satu contoh
didorong oleh motif sosial seperti ingin kasus yang banyak diberitakan adalah adanya
mendapatkan suatu pengakuan, penghargaan ketidakpedulian pengguna media sosial terhadap
dari lingkungan dimana individu tersebut berada kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar
(Rizki, 2017). seperti pada kasus kecelakaan bus di Tanjakan
Ketika remaja dengan intensitas penggunaan Emen, Subang, Jawa Barat yang terjadi pada
media sosial tinggi, interaksi sosialnya menjadi tanggal 10 Februari 2018 dengan jumlah korban
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 52
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No. 1 – Januari 2019

meninggal 27 orang. Pengguna media sosial data terkumpul, masuk ke tahap keempat yaitu
yang mengetahui kejadian secara langsung dan memasukkan data ke komputer untuk di analisis.
berada di tempat kejadian, tidak segera Sampel yang akan diteliti pada penelitian ini
menolong korban kecelakaan, mereka justru adalah siswa SMP N 1 Sukoharjo. Teknik
mengabadikan momen tersebut melalui foto sampling yang digunakan adalah simple random
maupun video yang kemudian di upload pada sampling. Rasio yang dianjurkan antara ukuran
akun media sosial mereka dan akhirnya menjadi sampel dengan jumlah variabel independen
viral. Warga sekitar lokasi kejadian berserta adalah 15 hingga 20 subjek per-variabel
keluarga korban menyayangkan hal tersebut, independen (Murti, 2010). Jadi dalam penelitian
karena jika mereka segera menolong korban ini, ukuran sampel yang digunakan minimal 20
kemungkinan besar korban dapat tertolong subjek penelitian karena pada penelitian ini
karena cepat mendapatkan penanganan medis. memiliki satu variabel independen.
Generasi muda khususnya dikalangan remaja Teknik pengumpulan data yang digunakan
saat ini mulai kehilangan nilai-nilai luhur bangsa untuk mengumpulkan data primer dengan
Indonesia itu sendiri. Intensitas penggunaan menggunakan kuesioner terstruktur. Sedangkan
media sosial yang tidak terbatas berakibat data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari
langsung pada sikap apatis remaja yang tidak hasil wawancara dengan guru bimbingan
peduli terhadap keadaan kondisi lingkungan konseling mengenai jumlah siswa dan jadwal
sekitar. Jika hal ini terus terjadi secara pelaksanaan penelitian. Data primer yang
berkelanjutan akan menyebabkan rusaknya diperoleh kemudian dianalisis dengan rumus
moral remaja padahal mereka adalah generasi univariat (rumus distribusi frekuensi) dan bivariat
penerus bangsa. Tujuan penelitian ini adalah (rumus Chi square).
untuk mengetahui hubungan intensitas
penggunaan media sosial dengan III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kecenderungan sikap apatis terhadap lingkungan Penelitian dilaksanakan pada bulan
sekitar pada Siswa SMP N 1 Sukoharjo, Kec/Kab November 2018 di SMP Negeri 1 Sukoharjo.
Sukoharjo, Jawa Tengah. Penelitian akan Jumlah responden yang digunakan pada
dilakukan di SMP N 1 Sukoharjo dengan penelitian ini sebanyak 35 siswa yang terdiri dari
pertimbangan bahwa SMP N 1 Sukoharjo remaja laki-laki sejumlah 11 siswa (31.4%) dan
merupakan salah satu SMPN favorit di remaja perempuan sejumlah 24 siswa (68.6%).
Kabupaten Sukoharjo dimana kualitas input dari Dilihat dari segi umur, sebagian besar responden
aspek kognitif sangat bagus. Akan tetapi, berumur 13 tahun (45.7%), sebanyak 42.9 %
tingginya kualitas aspek kognitif yang dimiliki berumur 12 tahun, sebanyak 8.6 % berumur 14
siswa belum bisa menjamin mereka untuk bijak tahun dan sisanya berumur 15 tahun (2.9%).
dalam menyikapi efek dari peningkatan intensitas Remaja dikategorikan menjadi tiga bagian
penggunaan media sosial. berdasarkan usianya, yaitu remaja awal (12-15
tahun), remaja pertengahan (15-18 tahun) dan
II. METODE PENELITIAN remaja akhir (18-21 tahun (Putra, 2015).
Penelitian tentang Hubungan Intensitas Berdasarkan data pada Tabel 1, siswa SMP
Penggunaan Media Sosial dengan Negeri 1 Sukoharjo termasuk ke dalam remaja
Kecenderungan Sikap Apatis Terhadap awal. Pada usia ini, remaja akan cenderung lebih
Lingkungan Sekitar akan dilaksanakan di SMP N suka menjalin hubungan dengan temannya dan
1 Sukoharjo yang beralamat di Jalan Pemuda memiliki keterikatan lebih dekat dibandingkan
Nomor 36, Jetis, Kecamatan/Kabupaten dengan orang tua mereka. Oleh sebab itu,
Sukoharjo pada bulan April 2018 – November remaja perlu menjaga komunikasi agar hubungan
2018. antar remaja tetap saling terjalin.
Tahapan dalam penelitian ini meliputi Internet sebagai media komunikasi telah
beberapa tahap. Tahap pertama yang berkembang dengan pesat bahkan semakin
merupakan tahap perijinan. Pada tahapan ini menjadi popular sejak diciptakannnya media
peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang sosial seperti facebook, twitter dan whatsapp
berhubungan dengan tempat penelitian yang (Abadi, 2013). Tabel 1 menunjukkan bahwa
akan dilaksanakan mulai dari survei, remaja paling banyak menggunakan media sosial
pengambilan data dan penelitian terhadap whatsapp sebanyak 18 orang (51.4 %) untuk
remaja di lapangan. Selanjutnya pada tahap saling berkomunikasi dengan temannya. Adapula
kedua, peneliti menentukan sampel yang akan yang masih menggunakan aplikasi facebook
digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa SMP sebanyak 10 orang (28.6 %) dan sisanya 7(20 %)
N 1 Sukoharjo. Tahap ketiga, pengumpulan data orang lebih banyak menggunakan twitter.
dilakukan melalui observasi dengan instrumen Meningkatnya penggunaan media sosial sebagai
yang telah ditetapkan. Instrumen pengumpulan alat komunikasi telah menjadi trend baru
data yang digunakan adalah kuesioner. Setelah dikalangan remaja. Fasilitas yang biasa
ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 53
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No. 1 – Januari 2019

digunakan untuk berkomunikasi secara online sisanya 48.6 % yang bersikap apatis. Ketika
adalah chat, video call, upload foto dan video, remaja yang tingkat penggunaan media
update status dan masih banyak lagi kemudahan sosialnya tinggi, interaksi sosialnya bersifat tak
yang ditawarkan. langsung atau melalui media, sosiabilitasnya
cenderung rendah, kepekaan sosialnya
Tabel 1 Karakteristik Sampel Penelitian cenderung rendah, cenderung agresif dan lebih
Karakteristik Frekuensi Persen mengutamakan isi daripada relasi dalam
Jenis kelamin Laki-laki 11 31.4 berkomunikasi.
Perempuan 24 68.6
Total 35 100.0 Tabel 2 Hubungan Intensitas Pengggunaan
Media Sosial dengan Kecenderungan Sikap
Usia 12 tahun 15 42.9 Apatis
13 tahun 16 45.7
Karakteristik Asymp. Sig.
14 tahun 3 8.6
15 tahun 1 2.9 (2-sided)
Total 35 100.0 Pearson Chi-Square 0.001
Risk Estimate 7.9
Media sosial Whatsapp 18 51.4
yang paling Facebook 10 28.6 Remaja yang berada dalam rentang usia 13-
sering Twiter 7 20.0 18 tahun dimana pada masa-masa ini mereka
digunakan Total 35 100.0 sedang mengalami perkembangan secara
individu dan sosialisasi terhadap lingkungan.
Intensitas Tinggi 17 48.6 Pada saat berkumpul, remaja lebih suka untuk
penggunaan Rendah 18 31.4
media sosial Total 35 100.0
membuka media sosial mereka. Hal ini yang
menjadikan remaja saat ini menjauhkan yang
Sikap apatis Apatis 17 48.6 dekat dan mendekatkan yang jauh. Fenomena ini
Tidak apatis 18 31.4 akan melahirkan sikap apatis yaitu hilangnya
Total 35 100.0 nilai-nilai dan norma-norma sosial individu karena
seseorang lebih menikmati dengan kehidpannya
sendiri daripada mempedulikan lingkungan
Penggunaan media sosial berkaitan dengan sekitar (Ara, 2015).
intensitas komunikasi yang dilakukan oleh Berdasarkan data Tabel 2 menunjukkan
pengguna media sosial dalam melakukan bahwa terdapat hubungan yang bersifat positif
interaksi dengan orang lain secara online, antara intensitas penggunaan media sosial
intensitas komunikasi merupakan keadaan, dengan kecenderungan sikap apatis ditunjukkan
tingkatan atau ukuran lamanya kejadian dengan nilai p<0.001 dengan nilai faktor resiko
komunikasi. Intensitas penggunaan media sosial 7.9. Jadi semakin tinggi tingkat intensitas
ditandai dengan adanya frekuensi berkomunikasi penggunaan media sosial maka remaja beresiko
terkait dengan tingkat keseringan seseorang 7.9 kali untuk cenderung menjadi apatis terhadap
dalam melakukan aktivitas komunikasi, durasi kondisi di lingkungan sekitar. Hal ini sesuai
yang digunakan untuk berkomunikasi terkait dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
lamanya waktu yang digunakan pada saat Erickson (2011) yang menyatakan bahwa adanya
melakukan aktivitas komunikasi (Annisa, 2016). pengaruh negatif antara intensitas mengakses
Intensitas penggunaan media sosial, situs jejaring sosial dengan kemampuan interaksi
berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1 sosial. Jejaring sosial merupakan salah satu
menunjukkan bahwa remaja kebanyakan ancaman karena dapat mengganggu hubungan
memiliki intensitas penggunaan yang rendah orang tua anak dan hubungan antar tetangga
(51.4 %), tetapi ada pula yang intensitas sehingga jika dibiarkan terlalu lama akan
penggunaan media sosial berada pada kategori menimbulkan penyimpangan pada sikap remaja
tinggi (48.6 %). salah satunya muncul sikap apatis.
Tingginya penggunaan media sosial dapat Teori penggunaan media menunjukkan
berpengaruh terhadap perilaku remaja, termasuk bahwa lahirnya media baru seperti media sosial
dalam hubungannya dengan orang tua, anggota dapat menciptakan bentuk-bentuk interaksi sosial
keluarga lain, teman sekolah, teman bermain dan yang berbeda dengan sebelumnya. Interaksi
orang lain di sekitarnya. Salah satu perilaku yang merupakan proses penyesuaian diri terhadap
didapatkan akibat dari tingginya intensitas lingkungan sosial, bagaimana seharusnya
penggunaan media sosial adalah munculnya seorang hidup dalam kelompoknya, baik di dalam
perilaku anti sosial atau biasa disebut dengan kelompok kecil maupun kelompok masyarakat
sikap apatis (Efendi, 2017). Berdasarkan data luas (Efendi, 2017). Munculnya media sosial
pada Tabel 1, menunjukkan bahwa kebanyakan sebagai media baru sangat memudahkan
siswa memiliki perilaku tidak apatis (51.4 %) dan manusia terutama dalam hal komunikasi. Akan

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 54


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No. 1 – Januari 2019

tetapi hal tersebut juga menimbulkan dampak maya ataupun di dunia nyata. Secara negatif
baik positif maupun negatif. Dampak positif yang fenomena yang muncul menandakan bahwa
dirasakan dengan adanya media sosial yaitu penggunaan media sosial mengurangi tingkat
mudahnya mendapat informasi serta komunikasi keintiman hubungan sosial di dunia nyata (Abadi,
dan memperluas pertemanan. Sedangkan 2013)
dampak negatif yang ditimbulkan adalah
munculnya sikap individualistis, kurang peka IV. SIMPULAN
terhadap lingkungan dimana hal ini biasa disebut Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
dengan sikap apatis (Juwita, 2015). terdapat hubungan antara intensitas penggunaan
Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan media sosial dengan kecenderungan sikap apatis
sosial yang dibangun pada dunia maya turut (p<0.001) dengan nilai faktor resiko 7.9 , yaitu
mewarnai hubungan interpersonal remaja di semakin tinggi intensitas penggunaan media
dunia nyata. Secara positif, fenomena yang sosial maka beresiko 7.9 kali untuk menjadi
muncul menandakan bahwa komunikasi melalui cenderung bersikap dengan kondisi lingkungan
media sosial dapat membantu meningkatkan sekitar.
hubungan sosial penggunanya baik di dunia

DAFTAR PUSTAKA
Abadi TW, Sukmawan F, Utari DA. (2013). Media Pelajaran 2014/2014. Yogyakarta,
sosial dan pengembangan hubungan Universitas Negeri Yogyakata, Skripsi
interpersonal remaja di Sidoarjo. Kanal, 2
Juwita EP, Budimansyah D, Nurbayani S. (2015).
(1), 1-106
Peran media sosial terhadap gaya hidup
Annisa. (2016). Intensitas komunikasi melalui siswa SMA Negeri 5 Bandung. Jurnal
jejaring sosial pada remaja dengan tipe Sosietas, 5 (1)
kepribadian ekstrovert dan introvert.
Murti B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel Untuk
Psikoborneo, 4 (4), 763-772
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Ara S. 2015. Pengaruh Penggunaan Jejaring Dibidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah
Sosial (Twitter) terhadap Sikap Asosial Mada University Press
pada Pelajar SMA Negeri 10 Kota
Pratama BA. 2015. Efek penggunaan jejaring
Tangerang. Serang, Universitas Sultan
sosial terhadap perilaku seksual pranikah
Ageng Tirtayasa, Skripsi
pada remaja Di SMP Negeri 1 Sukoharjo.
Arnadi. 2016. Analisis Faktor Pembentuk Sikap Jurnal IJMS, 2 (2), 56-64
Apatisme Mahasiswa pada Partai Politik.
Putra IPGD, Marhaeni A. (2015). Hubungan
Bandar Lampung, Universitas Lampung,
kebutuhan afiliasi dengan intensitas
Skripsi
penggunaan jejaring sosial twitter pada
Azwar S. 2011. Sikap Manusia Teori dan remaja akhir. Jurnal Psikologi Udayana, 2
Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka (1), 48-58
Mulia
Riyanti YAV. 2016. Hubungan Intensitas
Efendi A, Astuti PI, Rahayu NT. (2017). Analisis Mengakses Sosial Media Terhadap
pengaruh penggunaan media baru Perilaku Belajar Mata Pelajaran Produktif
terhadap pola interaksi sosial anak di Pada Siswa Kelas XI Jasa Boga di SMK 3
Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Penelitian Klaten. Yogyakarta, Universitas Negeri
Humaniora, 18 (2), 12-24 Yogyakarta, Skripsi
Erickson. 2011. Hubungan Intensitas Mengakses Rizki AI. 2017. Hubungan Antara Intensitas
Situs Jejaring Sosial dengan Kemampuan Penggunaan Media Sosial Instagram
Interaksi Sosial pada Mahasiswa 2011 dengan Harga Diri. Surakarta, Universitas
Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta, Muhammdiyah Surakarta, Skripsi
Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Sandya AP. 2016. Hubungan Intensitas
Skripsi
Penggunaan Jejaring Sosial dan Faktor
Hidayatun U. 2015. Pengaruh Intensitas Pendorong Kehadiran Publik terhadap
Penggunaan Media Sosial dan Dukungan Partisipasi Politik dalam Perbincangan
Teman Sebaya Terhadap Perilaku Publik Berbentuk Meme. Semarang,
Konsumtif Pada Siswa Kelas XI SMA Universitas Diponegoro, Skripsi
Muhammadiyah 3 Yogyakarta Tahun

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 55


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No. 1 – Januari 2019

Soliha SF. (2015). Tingkat ketergantungan


pengguna media sosial dan kecemasan
sosial. Jurnal Interaksi, 4 (1), 1-10
Syarif N. (2015). Pengaruh perilaku pengguna
smartphone terhadap komunikasi
interpersonal siswa SMK TI Airlangga
Samarinda. E-Journal Ilmu Komunikasi, 3
(2), 213-227

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 56

You might also like