You are on page 1of 12

Kontigensi

Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128


ISSN 2088-4877

Kepemimpinan Transformasional dan Pemberdayaan Psikologis terhadap


Komitmen Organisasi dan implikasinya Kinerja Pegawai

Deden Ramdhan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pasundan Bandung
E-mail : dedenramdhan@yahoo.co.id

ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze and formulate the influence of transformational leadership,
psychological empowerment, motivation and work culture of employees working either partially or
simultaneously on job satisfaction and organizational commitment, and its implications for the performance of
employees in Kandatel West Java.
This research uses descriptive method and verifikatif with an emphasis on exploration and interpretation of the
results of linkage analysis between variables through a hypothesis testing using path analysis. The data
collection questionnaire used assistive devices. Sampling technique used is simple random sampling at each
employee Kandatel, Kancatel and STO by the number of samples as many as 360 employees.
The results of this study concluded that 1) transformational leadership, psychological empowerment,
motivation and work culture of employees working either partially or simultaneously influence job satisfaction
and organizational commitment, and 2) job satisfaction and organizational commitment of employees either
partially or simultaneously affect the employee's performance Kandatel in West Java. Based on the
conclusions found that psychological empowerment transformational leadership, work motivation, work culture,
job satisfaction and organizational commitment directly and indirectly influence positively in improving the
performance of employees in Kandatel West Java.
Keywords: transformational leadership, psychological empowerment, motivation, work culture, job satisfaction,
organizational commitment, employee performance.

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan merumuskan pengaruh kepemimpinan
transformasional, pemberdayaan psikologis, motivasi dan budaya kerja dari karyawan yang bekerja baik
secara parsial maupun simultan terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi, dan implikasinya terhadap
kinerja karyawan di Kandatel Jawa Barat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif dengan penekanan pada eksplorasi dan
interpretasi hasil analisis hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur.
Kuesioner pengumpulan data digunakan alat bantu. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random
sampling pada setiap karyawan Kandatel, Kancatel dan STO dengan jumlah sampel sebanyak 360 karyawan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) kepemimpinan transformasional, pemberdayaan psikologis,
motivasi dan budaya kerja dari karyawan yang bekerja baik secara parsial maupun simultan mempengaruhi
kepuasan kerja dan komitmen organisasi, dan 2) kepuasan kerja dan komitmen organisasi karyawan baik
secara parsial maupun simultan mempengaruhi karyawan kinerja Kandatel di Jawa Barat. Berdasarkan
kesimpulan bahwa pemberdayaan psikologis kepemimpinan transformasional, motivasi kerja, budaya kerja,
kepuasan kerja, dan komitmen organisasi secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif dalam
meningkatkan kinerja karyawan di Kandatel Jawa Barat.

Keywords: transformational leadership, psychological empowerment, motivation, work culture, job satisfaction,
organizational commitment, employee performance.

117
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877

PENDAHULUAN dibandingkan dengan kualitas sumber daya


manusia di beberapa negara anggota-anggota
Salah satu masalah nasional yang dihadapi ASEAN tampaknya masih rendah kualitasnya,
oleh bangsa Indonesia saat ini berkaitan dengan sehingga mengakibatkan produktivitas per jam
penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber kerjanya masih rendah. Persoalan kinerja
daya manusia. Jumlah sumber daya manusia pegawai akan dapat terlaksana dan terpenuhi
yang besar apabila dapat di dayagunakan secara apabila beberapa variabel yang mempengaruhi
efektif dan efisien akan bermanfaat untuk mendukung sekali, yaitu kepemimpinan
menunjang gerak lajunya pembangunan nasional transformasional, pemberdayaan psikologis,
yang berkelanjutan. motivasi kerja, dan budaya kerja.
Jumlah penduduk Indonesia yang sudah Kepemimpinan transformasional sangat
mencapai 226 juta jiwa merupakan potensi penting dalam berbagai lingkungan organisasi
sumber daya manusia (SDM) yang sangat karena organisasi mengharuskan adanya
strategis bagi pelaksanaan pembangunan menuju kehadiran seorang pemimpin yang mampu
masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Dari mempengaruhi, mengubah dan membentuk
jumlah penduduk usia kerja hanya sekitar 4% saja para pegawaiannya untuk mencapai tujuan
yang memiliki pendidikan di atas SLTA (Diploma, organisasi (Avolio et al. 1988, Bass, B. M.
Sarjana dan Pascasarjana). 2003, Bass dan Avolio. 2003). Seitzer dan
IPM tahun 2009, menempatkan Indonesia Bass (1990) mendefinisikan pemimpinan
berada pada urutan ke-108 dari 177 negara. transformasional sebagai pemimpin yang
Penilaian yang dilakukan oleh lembaga mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi
kependudukan dunia, UNDP, ini menempatkan bawahan dengan cara-cara tertentu. Burke,
Indonesia di posisi yang jauh lebih rendah dari dan Litwin. (1992) menjelaskan bahwa
Malaysia, Filipina, Vietnam, Kamboja, bahkan Laos. transformasional berarti wilayah di mana
Selanjutnya, Berdasarkan Global Competitiveness perubahan terjadi kemungkinan disebabkan
Indeks yang dilakukan World Economic Forum tahun oleh interaksi dengan kekuatan lingkungan
2009-2010, Indonesia berada di peringkat 50 dari (baik di dalam maupun luar) dan akan
125 negara. Laporan World Economic Forum (WEF) memerlukan set perilaku yang sama sekali
dalam Global Competitiveness Report (GCR) baru dari anggota organisasi. Penelitian Andira
periode 2010-2011 menunjukkan bahwa peringkat dan Budiarto Subroto (2010) menunjukkan
daya saing Indonesia naik dari peringkat 55 menjadi bahwa secara umum jenis kepemimpinan
44 yang melibatkan 144 negara maju dan transformasional berpengaruh positif pada
berkembang. Untuk kawasan ASEAN, Indonesia kinerja karyawan lini depan pada perusahaan
menempati urutan kelima setelah Singapura, jasa. Meski beberapa perilaku pada jenis
Malaysia, Brunei dan Thailand. GCR menilai kepemimpinan transformasional
ditengah banyak negara mengalami defisit anggaran mempengaruhi kinerja karyawan lini depan
yang cukup besar, Indonesia cukup berhasil jasa secara negatif. Hal tersebut seperti
mengatasi masalah defisit dengan baik disampaikan Bass (1985) dan Conger et all
(http://www.voanews.com). (1998) sebagai berikut “transformational
leadership may be more effective for some
Permasalahan utamanya karena terjadi followers than for others” hal senada juga
pergantian pemerintahan, kerusakan infrastruktur disampaikan oleh Bycio, Hackett et all, (1995).
dan hancurnya pasar uang. Perubahan yang
dilakukan pun harus mendasar dengan skala Praktik gaya kepemimpinan
prioritas utamanya, yaitu membangun kualitas transformasional mampu meningkatkan
SDM melalui pendidikan. kepuasan kerja bagi karyawan karena
kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti
Zadjuli (2001: 6) menyatakan bahwa kualitas kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri
sumber daya manusia Indonesia dewasa ini

118
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877

(Keller, 1992). Penelitian Podsakof et al. (1996), akan mampu mempengaruhi pekerjaan mereka
menunjukkan bahwa kepemimpinan dan organisasi dengan cara yang lebih berarti.
transformasional memiliki hubungan yang signifikan Mereka juga berharap untuk melakukan upaya-
dengan kepuasan akan kualitas kehidupan kerja upaya lebih, bertindak lebih mandiri, dan
secara menyeluruh”. “Kepemimpinan mendapat komitmen yang lebih tinggi kepada
transformasional mempunyai pengaruh signifikan organisasi dengan cara yang lebih bermakna
terhadap kualitas kehidupan kerja”. (Spreitzer, 2005).
Pemberdayaan psikologis secara garis besar Kinerja Pegawai juga ditentukan oleh
merupakan suatu tindakan yang berfokus pada motivasi kerja. Robbin (2002:55)
pegawai agar pegawai dapat mengembangkan mengemukakan bahwa motivasi adalah
potensi yang dimilikinya. Pemberdayaan Psikologis keinginan untuk melakukan sebagai kesediaan
adalah motivasi instrinsik yang ditanamkan pada untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi
empat dimensi kesadaran (cognition) seorang untuk tujuan-tujuan organisasi, yang
individu (dosen) terhadap orientasi peran dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk
kerjanya, yang meliputi keberartian (meaning), memenuhi suatu kebutuhan individual. Siagian
keyakinan diri (self-efficacy), penentukan sendiri (2002:94) mengemukakan bahwa dalam
(self-determination) dan dampak (impact) . kehidupan berorganisasi, termasuk kehidupan
berkarya dalam organisasi bisnis, aspek
Dengan adanya pemberdayaan psikologis
motivasi kerja mutlak mendapat perhatian
akan sangat membantu organisasi mencapai
serius dari para manajer.
tujuannya karena para pegawai yang berpotensi
tinggi. Spreitzer (1995:1443) menjabarkan Pemberian dorongan sebagai salah satu
pemberdayaan sebagai peningkatan motivasi kerja bentuk motivasi, penting dilakukan untuk
dari dalam diri seseorang yang dimanifestasikan ke meningkatkan gairah kerja karyawan sehingga
dalam empat refleksi kognisi orientasi individu atas dapat mencapai hasil yang dikehendaki oleh
pekerjaannya, yakni kompetensi, dampak, manajemen. Hubungan motivasi, gairah kerja
pengertian, dan penentuan diri. Kompetensi dan hasil optimal mempunyai bentuk linear
mengacu pada rasa kemampuan diri atau dalam arti dengan pemberian motivasi kerja
penguasaan diri bahwa seseorang memiliki yang baik, maka gairah kerja karyawan akan
kemampuan untuk melakukan pekerjaannya meningkat dan hasil kerja akan optimal sesuai
dengan baik (Bandura, 2006). Dampak mengacu dengan standar kinerja yang ditetapkan.
kepada tingkat keberhasilan seseorang dalam Gairah kerja sebagai salah satu bentuk
membuat perbedaan dalam meraih tujuan motivasi dapat dilihat antara lain dari tingkat
pekerjaan serta kemampuan seseorang untuk kehadiran karyawan, tanggung jawab terhadap
dapat meningkatkan keyakinan dalam waktu kerja yang telah ditetapkan (Antoni
mempengaruhi kinerja perusahaan. Pengertian (2006:24).
mengandung arti nilai suatu sasaran atau tujuan Peningkatan kinerja organisasi optimal
pekerjaan yang diberikan berdasarkan standar
tidak terlepas dari kepuasan kerja karyawan,
individu, sedangkan penentuan diri atau pilihan sebagai salah satu faktor yang menentukan
mengacu kepada kemampuan seseorang untuk kinerja organisasi (Marselius Sampe Tondok
menentukan keputusan dalam pekerjaan. Dengan dan Rita Andarika. 2004). Menciptakan
demikian pemberdayaan psikologis pegawai kepuasan kerja pegawai adalah tidak mudah
meliputi pemberdayaan dari keinginan, karena kepuasan kerja dapat tercipta jika
kepercayaan, keyakinan, kredibilitas, akuntabilitas
variabel-variabel yang mempengaruhinya
dan komunikasi diantara pegawai-pegawai yang antara lain motivasi kerja, kepemimpinan dan
bersangkutan (Bandura, 2006). budaya organisasi/ perusahaan dapat
Melalui pemberdayaan psikologis pegawai diakomodasikan dengan baik dan diterima oleh
akan lebih dapat melihat kemampuan mereka dan semua pegawai di dalam suatu

119
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877

organisasi/perusahaan. Gibson (1997) dalam satu upaya mewujudkan afeksi komitmen yang
Ermayanti (2001:3) dan Brahmasari (2004:96), kuat terhadap organisasi adalah bagaimana
mengemukakan bahwa kinerja organisasi pemimpin mengkondisikan pegawainya untuk
tergantung dari kinerja individu atau dengan kata bekerja dan melaksanakan tugas-tugasnya
lain kinerja individu akan memberikan kontribusi sesuai dengan yang diharapkan oleh pemimpin
pada kinerja organisasi, artinya bahwa perilaku dan organisasi dimana dia bekerja.
anggota organisasi baik secara individu maupun Kepemimpinan transformasional dapat
kelompok memberikan kekuatan atas kinerja menumbuhkan afeksi komitmen para pegawai
organisasi sebab motivasinya akan terhadap perubahan, khususnya dengan
mempengaruhi pada kinerja organisasi. perilaku-perilaku mengartikulasikan visi,
menyediakan suatu model yang tepat,
Kualitas kehidupan kerja mempengaruhi
memupuk penerimaan tujuan-tujuan kelompok,
kinerja organisasi. Artinya, kinerja seseorang akan
dan perhatian individual.
meningkat ketika kualitas kehidupan kerja dari
individu berada pada posisi yang tinggi. Kualitas Hubungan pemberdayaan psikologis
kehidupan kerja pada beberapa penelitian dengan afeksi komitmen oleh Wang dan Lee
dihubungkan dengan kepemimpinan, di mana (2009) dari Penn State University, dalam
kepemimpinan yang efektif akan selalu penelitian ini disimpulkan bahwa: The interactive
memberikan dampak dengan meningkatnya effect of the psychological empowerment
kualitas kehidupan kerja dari bawahannya”. dimensions (choice and competence) on affective
commitment is positive only when one of the two
Secara umum kepuasan didefinisikan sebagai
dimensions is high and the other is low.
sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya (Robbins, 2006). Sikap tersebut Motivasi kerja kerja seorang pegawai
berasal dari persepsi individu tentang timbul karena pegawai yang bersangkutan
pekerjaannya. Mengacu pada pendapat tersebut, merasa puas dalam pekerjaannya. Kepuasan
dapat dimengerti bila Luthans (2002) menyatakan kerja ini akhirkannya akan meningkatkan
bahwa terdapat tiga dimensi penting dari meningkatkan afeksi komitment pegawai
kepuasan kerja. Pertama, kepuasan kerja terhadap organisasinya. Hal tersebut seperti
merupakan respon emosional terhadap situasi dan yang dinyatakan oleh Dornstein dan Matalon
kondisi kerja. Kedua, kepuasan kerja seringkali (1998) sebagai berikut: describe eight variables
menentukan seberapa besar hasil yang akan that are relevant to affective commitment. These
dicapai atau harapan-harapan yang akan are interesting work, coworker's attitudes towards
dilampaui. Misalnya, bila anggota organisasi the organization, organizational dependency,
merasa bahwa mereka bekerja lebih keras age, education, employment alternatives, and
daripada yang lainnya dalam suatu departemen employee motivation. The variables explain 65%
tetapi menerima imbalan yang lebih sedikit, maka of the variance in affective commitment. Brown
mereka dapat memiliki sikap negatif terhadap dan Shepherd (1997) menjelsakan bahwa
pekerjaan, impinan, dan rekan sekerjanya. Mereka motivasi akan mengimpruf kinerja dan kepuasn
akan menjadi tidak puas. sebaliknya jika mereka kerja.
merasa diperlakukan dengan baik dan dibayar Budaya kerja merupakan cognitive
dengan adil, maka mereka akan memiliki sikap framework yang meliputi sikap, nilai-nilai,
yang positif terhadap pekerjaannya. Ketiga, norma perilaku dan harapan-harapan yang
kepuasan kerja mencerminkan sikap yang disumbangkan oleh anggota organisasi
berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri
(Stoner, dkk, 2001). Budaya kerja dikatakan
(Luthans, 2002). kuat, jika nilai-nilai budaya itu disadari,
Komitmen pegawai dibutuhkan untuk dipahami, dan diikuti, serta dilaksanakan oleh
kelangsungan hidup organisasi (Debora Eflina sebagian besar para anggota organisasi.
Purba dan Ali Nina Liche Seniati. 2004). Salah Budaya kerja yang kuat membuat pegawai

120
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877

merasa commited sehingga memberikan afeksi akan menimbulkan meningkatkan reward yang
komitmennya kepada organisasi, yang akhirnya didapat sehingga akan memberikan kepuasan
akan menimbulkan loyalitas pegawai (Luthan, 2002). pegawai.
Corporate culture strength refers to how widely and Afeksi komitmen adalah keterikatan afektif
deeply employees hold the company’s dominant atau emosional pada organisasi misalnya
values and assumptions. In a strong organizational kuatnya individu mengidentifikasi dengan
culture, most employees gave their affective terlibat dalam dan senang menjadi anggota
commitment due to the company mission (Luthans, suatu organisasi. Sehingga Allen dan Meyer
2002). (2000) menilai definisi ini sebagai sesuatu yang
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diduga merupakan refleksi atas keinginan untuk want
kepemimpinan transformasional, pemberdayaan to dari individu kepada organisasi. Dalam rangka
psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja melaksanakan want to inilah seorang pegawai
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap akan terpacu meningkatkan kinerjanya.
afeksi komitmen baik secara parsial maupun
Berdasarkan hal tersebut maka dapat
simultan. Selanjutnya Wang dan Lee (2009) juga diduga bahwa afeksi komitmen pegawai
menyimpulkan bahwa pemberdayaan psikologis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
juga mempunyai pengaruh positif dan signififikan kinerja pegawai. Secara hipotetik dapat
terhadap kepuasan kerja pegawai, yang dinyatakan dikatakan bahwa ada hubungan positif antara
sebagai berikut: In addition, high levels of choice and kepuasan pegawai dengan kinerja pegawai.
competence reinforce has positive and significant
Kepuasan pegawai yang tinggi dapat membuat
effect on job satisfaction. The results offer important pegawai bekerja dengan lebih baik yang pada
insights for future theory development on akhirnya akan meningkatkan kinerja pegawai.
psychological empowerment. Kepuasan pegawai juga penting untuk
Motivasi kerja pegawai erat hubungannya aktualisasi diri. Pegawai yang tidak
dengan kepuasan kerja pegawai. Seorang mendapatkan kepuasan pegawai tidak akan
pegawai yang terpuaskan tentunya akan memiliki mencapai kematangan psikologis. pegawai
motivasi kerja yang tinggi. Seperti yang yang mendapatkan kepuasan pegawai yang
disimpulkan Brown dan Sheperd (1997) dalam baik biasanya mempunyai catatan kehadiran,
penelitiannya sebagai berikut: Brown and perputaran kerja dan prestasi kerja yang baik
Shepherd (1997) examine the characteristics of dibandingkan dengan pegawai yang tidak
the work of factory employees in four major mendapatkan kepuasan pegawai.
categories: knowledge base, technical skills,
values, and beliefs. He reports that they will METODE
succeed in meeting this challenge only if they are
motivated by deeply-held values and beliefs Metode yang digunakan dalam penelitian
regarding the development of a shared vision. ini adalah metode survey, karena dapat
membedah, membahas, dan mengenal
Budaya kerja yang adaptif dicirikan berfokus masalah-masalah, serta mendapatkan
pada dunia eksternal dengan orientasi lingkungan pembenaran terhadap keadaan praktik-praktik
yang fleksibel. Kreatifitas, kebebasan mengambil yang sedang berlangsung. Selain itu, dengan
keputusan, eksperimentasi, dan pengambilan metode survey juga dapat dilakukan evaluasi
resiko sangat didukung organisasi. Pemimpin serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-
mendorong tumbuhnya kreatifitas, kegagalan hal yang dikerjakan orang dalam menangani
bukan suatu yang tabu, inovasi, kebebasan dalam situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya
bertindak merupakan ciri lain dari organisasi ini. dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan
Kondisi ini akan memotivasi pegawai untuk pengambilan keputusan di masa mendatang.
bekerja dengan semangat sehingga dapat
menghasilkan kinerja yang baik. Kinerja yang baik

121
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877

Dalam metode penelitian survey, data psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja
dikumpulkan dari sampel atas populasi dan terhadap kepuasan kerja, sebagaimana pada
menggunakan kuesioner sebagai alat gambar 1.
pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Data diatas menunjukkan bahwa budaya
Effendi, 2005). Sesuai dengan tujuannya, penelitian kerja mempunyai pengaruh yang paling besar
ini untuk menjelaskan hubungan kausalitas antara terhadap kepuasan kerja, selanjutnya
konsep-konsep penelitian dan pengujian hipotesis kepemimpinan transformational yang memiliki
guna mengambil keputusan secara induktif atau pengaruh terhadap kepuasan kerja.
generalisasi, maka penelitian ini bersifat penjelasan
(explanatory research). Explanatory research Sedangkan pengaruh yang terkecil terhadap
bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal kepuasan kerja adalah variabel motivasi kerja.
antara variabel-variabel penelitian melalui Hasil ini memperlihatkan pula bahwa secara
pengujian hipotesis. bersama besarnya pengaruh kepemimpinan
transformational, pemberdayaan psikologis,
Berdasarkan jumlah pegawai pada masing-
motivasi kerja dan budaya kerja yang terhadap
masing Kandatel, Kancantel dan STO yang rata- kepuasan kerja pebawai di Kandatel Se Jawa
rata berbanding 4 : 2 : 1, maka pengambilan Barat yaitu sebesar 42,5%; dan sisanya sebesar
sampel dari masing-masing kantor Kandatel, 57,5% dipengaruhi variabel lain yang tidak
Kancantel dan STO disebarkan secara dimasukkan dalam model penelitian ini.
proporsional terhadap 360 orang.
Penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh
HASIL dan PEMBAHASAN kepemimpinan transformasional, pemberdayaan
psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, terhadap kepuasan kerja berdasarkan jawaban
Pemberdayaan Psikologis, Motivasi Kerja, dan responden yaitu pegawai Kandatel, Kancantel dan
Budaya Kerja Terhadap Kepuasan Kerja STO se-Jawa Barat.
Sub struktur 1 ini untuk melihat besar pengaruh
kepemimpinan transformational, pemberdayaan

X1

0,293 0,280
0,575
0,487 X2
0,247

0,389 0,028 Y1

0,102
X3
0,003
0,613 0,311

X4

Gambar 1 : Koefisien Jalur X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y

122
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877

Tabel 1 : Rekapitulasi Variabel Kepemimpinan Transformasional, Pemberdayaan Psikologis,


Motivasi Kerja, dan Budaya Kerja yang Berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja
Pengaruh Tidak Langsung Pengaruh
Pengaruh Total
Variabel Tidak
Langsung X1 X2 X3 X4 Pengaruh
Langsung
X1 7,8% 2,0% 1,4% 3,4% 6,9% 14,6%
X2 6,1% 2,0% 0,1% 0,001% 2,1% 8,2%
X3 1,0% 1,4% 0,1% 1,90% 3,4% 4,4%
X4 9,7% 3,4% 0,001% 1,90% 5,3% 15,0%
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung 42,5%
Pengaruh Simultan (Determinasi) 42,5%
Pengaruh Lain diluar variabel 57,5%
Total Pengaruh 100%

Diperlukan upaya pembenahan pada Kandatel, Kepemimpinan Transformasional, dilihat


Kancantel dan STO se-Jawa Barat melalui dari variabel kepemimpinan transformasional,
peningkatan kepemimpinan transformasional, variabel kepemimpinan transformasional
pemberdayaan psikologis, motivasi kerja dan masuk dalam kategori baik (32,77%). Upaya
budaya kerja, sehingga kepuasan keria dapat turut peningkatan terhadap kepemimpinan
meningkat, di mana hal ini didukung dari hasil transformasional ini berdampak pula pada
penelitian yang membuktikan bahwa kepemimpinan peningkatan kepuasan kerja di Kandatel,
transformasional mempunyai pengaruh signifikan Kancantel dan STO se-Jawa Barat, hal ini
terhadap peningkatan kepuasan kerja sebesar dapat dilihat dari hasil analisis jalur yang
22,47% pada taraf signifikansi a = 0,05. Namun, menjelaskan bahwa kepemimpinan
peningkatan pemberdayaan psikologis, motivasi transformasional berpengaruh signifikan
kerja dan budaya kerja pada Kandatei, Kancantel terhadap kepuasan kerja pada taraf signifikansi a =
dan STO se-Jawa Barat ini, tidak turut meningkatkan 0,05, yaitu sebesar 22,47%.
kepuasan kerja, di mana hal ini didukung dari hasil Dilihat dari nilai kontribusi yang diberikan oleh
penelitian yang membuktikan bahwa pPmberdayaan variabel kepemimpinan transformasional, variabel
psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja tidak kepemimpinan transformasional yang telah
mempunyai pengaruh signifikan terhadap dilakukan masih dapat dibenahi clan
peningkatan kepuasan kerja pada taraf signifikansi a dikembangkan lagi secara optimal, sehingga
= 0,05. kepuasan kerja dapat turut meningkat.
Berdasarkan hal tersebut, variabel-variabel
penunjang peningkatan kepuasan kerja di
Kandatel, Kancantel dan STO se-Jawa Barat
dalam penelitian ini dapat dirangkum dari hasil
perhitungan, sebagai berikut:
X1

0,293 0,302 0,585

0,487 X2
0,172

0,028 Y2
0,389
0,264
X3
0,003
0,613 0,147

X4

123
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877

Kepemimpinan transformasional memberikan terhadap komitmen organisasi (Y2) di Kandatel


kontribusi terhadap peningkatan kepuasan kerja di Se Jawa Barat dan pengaruh variabel lain (ε)
Kandatel, Kancantel dan STO se-Jawa Barat yang tidak diteliti.
(22,47%). Pada akhirnya, kepemimpinan Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel
transformasional masih dapat ditingkatkan peranan kepemimpinan transformational mempunyai
pengaruhnya dalam rangka meningkatkan kepuasan pengaruh yang paling besar terhadap Komitmen
kerja di Kandatel, Kancantel dan STO se-Jawa Organisasi, selanjutnya diikuti oleh motivasi kerja
Barat. yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap
komitmen organisasi. Sedangkan pengaruh yang
Kepemimpinan Transformasional, terkecil terhadap komitmen organisasi adalah
Pemberdayaan Psikologis, Motivasi Kerja, dan variable pemberdayaan psikologis. Hasil ini
Budaya Kerja terhadap Komitmen Organisasi memperlihatkan pula bahwa secara bersama
Sub struktur 2 ini untuk melihat besar besarnya pengaruh kepemimpinan
pengaruh kepemimpinan transformational dan transformational, pemberdayaan psikologis,
pemberdayaan psikologis serta motivasi kerja dan motivasi kerja dan budaya kerja yang terhadap
budaya kerja terhadap komitmen organisasi. komitmen organisasi di Kandatel Se Jawa Barat
Rekapitulasi lengkap dari nilai koefisien jalur yaitu sebesar 40,5%; dan sisanya sebesar 59,5%
dari kepemimpinan transformational (X1), dipengaruhi variabel lain yang tidak dimasukkan
pemberdayaan psikologis (X2), motivasi kerja (X3) dalam model penelitian ini.
dan budaya kerja (X4) yang teruji berpengaruh

Tabel 2 : Rekapitulasi Variabel Kepemimpinan Transformasional, Pemberdayaan Psikologis,


Motivasi Kerja, dan Budaya Kerja yang Berpengaruh terhadap Komitmen Organisasi

Pengaruh Tidak Langsung Pengaruh


Pengaruh Total
Variabel Tidak
Langsung X1 X2 X3 X4 Pengaruh
Langsung
X1 9,1% 1,5% 3,9% 1,8% 7,2% 16,4%
X2 2,9% 1,5% 0,1% 0,00% 1,6% 4,5%
X3 6,9% 3,9% 0,1% 2,30% 6,3% 13,3%
X4 2,2% 1,8% 0,00% 2,30% 4,1% 6,3%
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung 40,5%
Pengaruh Simultan (Determinasi) 40,5%
Pengaruh Lain diluar variabel 59,5%
Total Pengaruh 100%

Diperlukan upaya pembenahan pada Kandatel, Kancantel dan STO se-Jawa Barat ini, tidak
Kancantel dan STO se-Jawa Barat melalui turut meningkatkan Komitmen Organisasi, di
peningkatan kepemimpinan transformasional, dan mana hal ini didukung dari hasil penelitian yang
pemberdayaan psikologis, motivasi kerja dan membuktikan bahwa kepemimpinan
budaya kerja, sehingga Komitmen Organisasi dapat transformasional tidak mempunyai pengaruh
turut meningkat, di mana hal ini didukung dari hasil signifikan terhadap peningkatan Komitmen
penelitian yang membuktikan bahwa pemberdayaan Organisasi pada taraf signifikansi a = 0,05.
psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja secara
Variabel-variabel penunjang peningkatan
bersama mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Komitmen Organisasi di Kandatel, Kancantel dan
peningkatan Komitmen Organisasi sebesar 6,75%
STO se-Jawa Barat dalam penelitian ini dapat
pada taraf signifikansi a = 0,05. Namun, peningkatan
dirangkum dari hasil perhitungan, sebagai
kepemimpinan transformasional pada Kandatel,
berikut:

124
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877

1. Pemberdayaan Psikologis Kancantel dan STO se-Jawa Barat adalah


Variabel pemberdayaan psikologis masuk melalui peningkatan budaya kerjanya (6,75%).
dalam kategori cukup baik (38,05%). Upaya Pada akhirnya, pemberdayaan psikologis,
peningkatan terhadap pemberdayaan motivasi kerja dan budaya kerja tersebut di atas
psikologis ini berdampak pula pada masih dapat ditingkatkan peranan pengaruhnya
peningkatan Komitmen Organisasi di Kandatel, dalam rangka meningkatkan Komitmen
Kancantel dan STO se-Jawa Barat, dapat Organisasi di Kandatel, Kancantel dan STO se-
dilihat dari hasil analisis jalur yang menjelaskan Jawa Barat.
bahwa pemberdayaan psikologis berpengaruh
signifikan terhadap Komitmen Organisasi pada Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Komitmen
taraf signifikansi a = 0,05, yaitu sebasar 3,13%. Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai
Nilai kontribusi yang diberikan oleh variabel Sub Struktur 3 ini untuk melihat
pemberdayaan psikologis yang telah dilakukan pengaruh Y 1 (Kepuasan kerja) dan Y2
masih dapat dibenahi dan dikembangkan lagi (Komitmen Organisasi) terhadap Variabel
secara optimal, sehingga Komitmen Organisasi Kinerja pegawai (Z). Rekapitulasi lengkap
dapat turut meningkat. dari nilai koefisien jalur dari Variabel Kepuasan
2. Motivasi Kerja kerja (Y1) dan Komitmen Organisasi (Y2) yang
Variabel motivasi kerja masuk dalam kategori teruji berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai
cukup baik (34,44%). Upaya peningkatan (Z) dan pengaruh variabel lain (ε) yang tidak
terhadap motivasi kerja ini berdarnpak pula pada diteliti dalam penelitian ini, namun
peningkatan Komitmen Organisasi di Kandatel, mempengaruhi kinerja pegawai.
Kancantel dan STO se-Jawa Barat, dapat dilihat Berdasarkan hasil pengolahan data yang
dari hasil analisis jalur yang menjelaskan bahwa telah dilakukan, menunjukkan bahwa variable
motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen organisasi mempunyai pengaruh
Komitmen Organisasi pada taraf signifikansi a = yang paling besar terhadap kinerja pegawai
0,05, yaitu sebesar 0,93%. Nilai kontribusi yang dibandingkan dengan kepuasan kerja. Hasil ini
diberikan oleh variabel motivasi kerja yang telah memperlihatkan pula bahwa secara bersama
dilakukan masih dapat dibenahi dan besarnya pengaruh Komitmen Organisasi dan
dikembangkan lagi secara optimal. kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai di
3. Budaya Kerja Kandatel Se Jawa Barat yaitu sebesar 68,3%;
Variabel budaya kerja masuk dalam kategori dan sisanya sebesar 31,7% dipengaruhi variabel
cukup baik (34,44%). Upaya peningkatan. lain yang tidak dimasukkan dalam model
terhadap budaya kerja ini berdampak pula penelitian ini.
pada peningkatan Komitmen Organisasi di
Kandatel, Kancantel dan STO se-Jawa Barat, Variabel Komitmen Organisasi masuk dalam
dilihat dari hasil analisis jalur yang menjelaskan kategori cukup baik (34,16%). Upaya
bahwa budaya kerja berpengaruh signifikan peningkatan terhadap Komitmen Organisasi ini
terhadap Komitmen Organisasi pada taraf berdampak pula pada peningkatan kinerja
signifikansi a = 0,05, yaitu sebesar 6,75%. Nilai pegawai di Kandatel, Kancantel dan STO se-
kontribusi yang diberikan oleh variabel budaya Jawa Barat, hal ini dapat dilihat dari hasil analisis
kerja yang telah dilakukan masih dapat jalur yang menjelaskan bahwa Komitmen
dibenahi dan dikembangkan lagi secara Organisasi berpengaruh signifikan terhadap
optimal, sehingga Komitmen Organisasi dapat kinerja pegawai pada taraf signifikansi a = 0,05,
turut meningkat. yaitu sebesar 2,96%.
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas;
maka dapat diketahui bahwa variabel yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap
peningkatan Komitmen Organisasi di Kandatel,

125
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877

Tabel 3 : Rekapitulasi Variabel Kepuasan Kerja dan


Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai

Pengaruh Tidak
Pengaruh Pengaruh Tidak
Variabel Langsung Total Pengaruh
Langsung Langsung
X1 X2
Y1 28,2% 9,8% 9,8% 38,0%
Y2 20,6% 9,8% 9,8% 30,3%
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung 68,3%
Pengaruh Simultan (Determinasi) 68,3%
Pengaruh Lain diluar variabel 31,7%
Total Pengaruh 100%

Dilihat dari nilai kontribusi yang diberikan oleh menunjukkan bahwa kepemimpinan
variabel Komitmen Organisasi, variabel Komitmen transformasional sudah dilaksanakan dengan
Organisasi yang telah dilakukan masih dapat baik pada Kandatel di Jawa Barat.
dibenahi dan dikembangkan lagi secara optimal, Pemberdayaan psikologis pada pegawai
sehingga kinerja pegawai dapat turut meningkat. Kandatel di Jawa Barat masuk dalam kategori
Diperlukan upaya pembenahan pada Kandatel, cukup baik, yang menunjukkan bahwa
Kancantel dan STO se-Jawa Barat melalui pemberdayaan psikologis sudah diterapkan
peningkatan komitmen organisasi dan kepuasan dengan cukup baik oleh Kandatel di Jawa Barat.
kerja, sehingga kinerja pegawai dapat turut Motivasi kerja pegawai Kandatel di Jawa Barat
meningkat, di mana hal ini didukung dari hasil masuk dalam kategori cukup baik, yang
penelitian yang membuktikan bahwa Komitmen menunjukkan bahwa motivasi kerja sudah dimiliki
Organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap cukup tinggi oleh pegawai Kandatel di Jawa
peningkatan kinerja pegawai sebesar 2,96% pada Barat. Budaya kerja pegawai Kandatel di Jawa
taraf signifikansi a = 0,05. Namun, peningkatan Barat masuk dalam kategori cukup baik, yang
kepuasan kerja pada Kandatel, Kancantel dan STO menunjukkan bahwa budaya kerja sudah
se-Jawa Barat ini, tidak turut meningkatkan kinerja diterapkan dengan cukup kuat oleh pegawai
pegawai, di mana hal ini didukung dari hasil Kandatel di Jawa Barat.
penelitian yang membuktikan bahwa kepuasan kerja Komitmen organisasi pegawai Kandatel di
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Jawa Barat masuk dalam kategori cukup baik,
peningkatan kinerja pegawai pada taraf signifikansi a
yang menunjukkan bahwa komitmen
= 0,05. organisasi sudah cukup tinggi dimiliki pegawai
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat Kandatel di Jawa Barat. Kepuasan kerja
diketahui bahwa variabel Komitmen Organisasi pegawai Kandatel di Jawa Barat masuk dalam
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kategori cukup baik, yang menunjukkan bahwa
kinerja pegawai di Kandatel, Kancantel dan STO kepuasan kerja sudah dirasakan cukup puas
se-Jawa Barat (2,96%). Oleh karena itu, perlu oleh pegawai Kandatel di Jawa Barat. Kinerja
melakukan upaya-upaya tepat yang dapat pegawai Kandatel di Jawa Barat masuk dalam
meningkatkan Komitmen Organisasi dalam kategori cukup baik, yang menunjukkan bahwa
pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja kinerja pegawai sudah cukup tinggi dimiliki oleh
pegawai Kandatel, Kancantel dan STO di Jawa pegawai Kandatel di Jawa Barat.
Barat. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
secara bersama/simultan ditemukan bahwa
KESIMPULAN kepemimpinan transformasional, pemberdayaan
Kepemimpinan transformasional pada Kandatel psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja
di Jawa Barat masuk dalam kategori baik yang berpengaruh signifikan terhadap komitmen

126
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877

organisasi pegawai Kandatel di Jawa Barat. Anwar Prabu. 2005. “Pengaruh Motivasi
Sedangkan berdsarkan hasil pengujian hipotesis Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Badan
secara parsial ditemukan bahwa kepemimpinan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
transformasional mempunyai pengaruh signifikan Kabupaten Muara Enim”. Jurnal Manajemen
terhadap peningkatan komitmen organisasi pegawai & Bisnis Sriwijaya. Vol. 3, No 6, Desember
pada Kandatel, Kancantel dan STO di Jawa Barat. 2005.
Sedangkan pemberdayaan psikologis, motivasi kerja Avolio, B. J., Waldman, D. A., & Einstein, Walter,
dan budaya kerja berpengaruh signifikan secara O. 1988. Transformasional Leadership in a
parsial terhadap komitmen organisasi. Sehingga, Management Game Simulation. Group &
upaya peningkatan komitmen organisasi dapat Organization Studies. Vol. 13. No. 1, 59-80.
dilakukan melalui peningkatan pemberdayaan Bandura, Albert. 2006. Guide for Constructing
psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja baik Self-Efficacy Scales. Information Age
secara bersama maupun secara parsial. Publishing.
Bass, B. M. 1985. Leadership and performance
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara
beyond expectations. New York: Free Press.
bersama/simultan ditemukan bahwa kepemimpinan
Bass, B. M. 2003. Leadership and Performance
transformasional, pemberdayaan psikologis,
Beyond Expectations. New York : The Pree
motivasi kerja dan budaya kerja mempunyai
Press.
pengaruh signifikan terhadap peningkatan kepuasan
____________. dan Avolio, B. J. 2003. The
kerja pegawai Kandatel di Jawa Barat. Sedangkan
Implications of Transactional and
hasil pengujian hipotesis secara parsial ditemukan
Transformasional Leadership for Individual,
bahwa yang berpengaruh signifikan terhadap
Team and Organizational Development, 4,
kepuasan kerja pegawai hanya kepemimpinan
231-272.
transformasional yang diterapkan Kandatel di Jawa
Brahmasari Ida Ayu, 2004. Pengaruh Variabel
Barat.
Budaya Perusahaan terhadap Komitmen
Berdasarkan hasil pengujian hipoitesis secara Karyawan dan Kinerja Perusahaan Kelompok
bersama ditemukan bahwa kepuasan kerja dan Penerbitan Pers Jawa Pos, Disertasi
komitmen organisasi berpengaruh signifikan Universitas Airlangga, Surabaya.
terhadap kinerja pegawai. Sedangkan hasil Burke, Warner dan Litwin, George. 1992. A
pengujian hipotesis secara parsial ditemukan bahwa Causal Model of Organizational Performance
yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja and Change. Journal of Management.
pegawai hanya komitmen organisasi pegawai Brown, J. & Sheppard, B. 1997. Teacher
Kandatel di Jawa Barat. librarians in learning organizations. Paper
Presented at the Annual Conference of the
REFERENSI International Association of School
Librarianship, Canada. August 25-30.
Allen, Harrelt and Meyer. 2000. Policy Science and Bycio, Peter/Hackett, Rick D./Allen, Joyce S.
Future Research. New York: Praeger Plubisher. (1995), Further Assessments of Bass’s
Andira dan Budiarto Subroto. Pengaruh Perilaku (1985) Conceptualization of Transactional
Kepemimpinan Transformasional dan and Transformational Leadership, in: Journal
Transaksional terhadap Kinerja Karyawan Pada of Applied Psychology, Vol. 80,pp. 468 –
Perusahaan Jasa. Ilmu Manajemen Program 478.
Pascasarjana Universitas Brawijaya. Conger, J. A., Kanungo, R. N. 1998. Charismatic
Antoni Feri, 2006. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leadership in Organizations. Thousand
Orientasi Tugas dan Orientasi Hubungan Oaks, CA: Sage Publications.
terhadap Motivasi Kerja dan Dampaknya pada Debora Eflina Purba dan Ali Nina Liche Seniati.
Prestasi Kerja Pegawai Pengadilan Tinggi Tata 2004. “Pengaruh Kepribadian dan Komitmen
Usaha Negara Surabaya. Universitas 17 Organisasi terhadap Organizational
Agustus Surabaya.

127
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877

Citizenzhip Behavior”. Makara, Sosial Organizational Citizenship Behaviors.


Humaniora, Vol. 8, No. 3, 105-111. Journal of management, 22 (2): 259-298.
Debora.2006.Pengaruh Pemberdayaan Kerja dan Marselius Sampe Tondok dan Rita Andarika.
Psikologis Terhadap Kepercayaan 2004. “Hubungan antara Persepsi Gaya
Organisasional dan Kepuasan Kerja Dosen Kepemimpinan Transformasional dan
Tetap Perguruan Tinggi Swasta. Jurnal Transaksional dengan Kepuasan Kerja
Manajemen Dan Kewirausahaan, vol.8, No. 2, Karyawan”. Jurnal Psiche, Vol. 1, No. 1,
61-71 Desember 2004, 35-49.
Dornstein, M., & Matalon, Y. 1998. A comparative Robbins, S. P. 2006. Perilaku Organisasi.
analysis of predictors of organizational Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Edisi
commitment. A study of voluntary army Bahasa Indonesia. Jilid I. Jakarta:
personnel in Isreal. Journal of Vocational Prenhallindo.
Behaviour 34 (2), 192-203 Siagian Sondang P., 2002. Kiat Meningkatkan
Ermayanti Dwi, Thoyib Armanu, 2001. Pengaruh Produktivitas Kerja, Cetakan Pertama, PT.
Faktor Motivasi terhadap Prestasi Kerja Rineka Cipta, Jakarta.
Karyawan pada Kantor Perum Perhutani Unit II Seitzer, J., and Bass, B.M. 1990.
Surabaya, Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Transformational Leadership: Beyond
Brawijaya Malang. Initiation and Consideration. Journal of
Gibson, Ivancevich, Donnely. 1997. Organizations Management, 16(4): 693-703
(Terjemahan), Cetakan Keempat, PT. Gelora Stoner, James A.F., Freeman, Edward R.,
Aksara Pratama, Jakarta. Gilbert, Jr, Sindoro, Alexander. 1996.
Jane M. Howell & Bruce J. Avolio. 2003. The Manajemen, Jakarta : PT. Prenhallindo.
Ethics of Charimatic Leadership: Submission Spreitzer, G. (1995). “Psychological
or Liberation?. Academy of Management empowerment in the workplace: dimensions,
Executive, May, p 45. measurement and validation”, Academy of
Keller, R. T. 1992. Transformasional Leadership and Management Review, 38:5, 1442-1465.
The Performance of Research and Development Wang, Guangping and Peggy D. Lee. 2009.
Project Group. Journal of Management. Vo;. 18. Psychological Empowerment and Job
No. 3, 489-501. Satisfaction An Analysis of Interactive
Luthans, F. 2002. Organizational Behavior, Ninth Effects. Group & Organization Management,
Edition, New York: McGraw Hill. Volume 34 Number 3, 271-296
Singarimbun, Masri, Sofian Effendi. 2005. Metode Zadjuli, Suroso Imam, 2001, Peranan dan
Penelitian Survei. PT. Pustaka LP3ES Penerapan Ilmu Pengetahuan Dalam
Indonesia. Kencana Prenada Media Group. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Jakarta. Serta Profesionalisasi di Era Global. Kuliah
Podsakoff, P., Mackenzie, S.B., and Bommer, W.H. Perdana Universitas Internasional Batam
1996. Transformasional Leader Behavior and Tahun Akademik 2001/2002 di Kampus
Substitutes for Leadership as Determinants of Universitas Internasional Batam.
Employee Satisfaction, Commitment, Trust and

128

You might also like