Professional Documents
Culture Documents
Deden Ramdhan
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pasundan Bandung
E-mail : dedenramdhan@yahoo.co.id
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze and formulate the influence of transformational leadership,
psychological empowerment, motivation and work culture of employees working either partially or
simultaneously on job satisfaction and organizational commitment, and its implications for the performance of
employees in Kandatel West Java.
This research uses descriptive method and verifikatif with an emphasis on exploration and interpretation of the
results of linkage analysis between variables through a hypothesis testing using path analysis. The data
collection questionnaire used assistive devices. Sampling technique used is simple random sampling at each
employee Kandatel, Kancatel and STO by the number of samples as many as 360 employees.
The results of this study concluded that 1) transformational leadership, psychological empowerment,
motivation and work culture of employees working either partially or simultaneously influence job satisfaction
and organizational commitment, and 2) job satisfaction and organizational commitment of employees either
partially or simultaneously affect the employee's performance Kandatel in West Java. Based on the
conclusions found that psychological empowerment transformational leadership, work motivation, work culture,
job satisfaction and organizational commitment directly and indirectly influence positively in improving the
performance of employees in Kandatel West Java.
Keywords: transformational leadership, psychological empowerment, motivation, work culture, job satisfaction,
organizational commitment, employee performance.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan merumuskan pengaruh kepemimpinan
transformasional, pemberdayaan psikologis, motivasi dan budaya kerja dari karyawan yang bekerja baik
secara parsial maupun simultan terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi, dan implikasinya terhadap
kinerja karyawan di Kandatel Jawa Barat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif dengan penekanan pada eksplorasi dan
interpretasi hasil analisis hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur.
Kuesioner pengumpulan data digunakan alat bantu. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random
sampling pada setiap karyawan Kandatel, Kancatel dan STO dengan jumlah sampel sebanyak 360 karyawan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) kepemimpinan transformasional, pemberdayaan psikologis,
motivasi dan budaya kerja dari karyawan yang bekerja baik secara parsial maupun simultan mempengaruhi
kepuasan kerja dan komitmen organisasi, dan 2) kepuasan kerja dan komitmen organisasi karyawan baik
secara parsial maupun simultan mempengaruhi karyawan kinerja Kandatel di Jawa Barat. Berdasarkan
kesimpulan bahwa pemberdayaan psikologis kepemimpinan transformasional, motivasi kerja, budaya kerja,
kepuasan kerja, dan komitmen organisasi secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh positif dalam
meningkatkan kinerja karyawan di Kandatel Jawa Barat.
Keywords: transformational leadership, psychological empowerment, motivation, work culture, job satisfaction,
organizational commitment, employee performance.
117
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877
118
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877
(Keller, 1992). Penelitian Podsakof et al. (1996), akan mampu mempengaruhi pekerjaan mereka
menunjukkan bahwa kepemimpinan dan organisasi dengan cara yang lebih berarti.
transformasional memiliki hubungan yang signifikan Mereka juga berharap untuk melakukan upaya-
dengan kepuasan akan kualitas kehidupan kerja upaya lebih, bertindak lebih mandiri, dan
secara menyeluruh”. “Kepemimpinan mendapat komitmen yang lebih tinggi kepada
transformasional mempunyai pengaruh signifikan organisasi dengan cara yang lebih bermakna
terhadap kualitas kehidupan kerja”. (Spreitzer, 2005).
Pemberdayaan psikologis secara garis besar Kinerja Pegawai juga ditentukan oleh
merupakan suatu tindakan yang berfokus pada motivasi kerja. Robbin (2002:55)
pegawai agar pegawai dapat mengembangkan mengemukakan bahwa motivasi adalah
potensi yang dimilikinya. Pemberdayaan Psikologis keinginan untuk melakukan sebagai kesediaan
adalah motivasi instrinsik yang ditanamkan pada untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi
empat dimensi kesadaran (cognition) seorang untuk tujuan-tujuan organisasi, yang
individu (dosen) terhadap orientasi peran dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk
kerjanya, yang meliputi keberartian (meaning), memenuhi suatu kebutuhan individual. Siagian
keyakinan diri (self-efficacy), penentukan sendiri (2002:94) mengemukakan bahwa dalam
(self-determination) dan dampak (impact) . kehidupan berorganisasi, termasuk kehidupan
berkarya dalam organisasi bisnis, aspek
Dengan adanya pemberdayaan psikologis
motivasi kerja mutlak mendapat perhatian
akan sangat membantu organisasi mencapai
serius dari para manajer.
tujuannya karena para pegawai yang berpotensi
tinggi. Spreitzer (1995:1443) menjabarkan Pemberian dorongan sebagai salah satu
pemberdayaan sebagai peningkatan motivasi kerja bentuk motivasi, penting dilakukan untuk
dari dalam diri seseorang yang dimanifestasikan ke meningkatkan gairah kerja karyawan sehingga
dalam empat refleksi kognisi orientasi individu atas dapat mencapai hasil yang dikehendaki oleh
pekerjaannya, yakni kompetensi, dampak, manajemen. Hubungan motivasi, gairah kerja
pengertian, dan penentuan diri. Kompetensi dan hasil optimal mempunyai bentuk linear
mengacu pada rasa kemampuan diri atau dalam arti dengan pemberian motivasi kerja
penguasaan diri bahwa seseorang memiliki yang baik, maka gairah kerja karyawan akan
kemampuan untuk melakukan pekerjaannya meningkat dan hasil kerja akan optimal sesuai
dengan baik (Bandura, 2006). Dampak mengacu dengan standar kinerja yang ditetapkan.
kepada tingkat keberhasilan seseorang dalam Gairah kerja sebagai salah satu bentuk
membuat perbedaan dalam meraih tujuan motivasi dapat dilihat antara lain dari tingkat
pekerjaan serta kemampuan seseorang untuk kehadiran karyawan, tanggung jawab terhadap
dapat meningkatkan keyakinan dalam waktu kerja yang telah ditetapkan (Antoni
mempengaruhi kinerja perusahaan. Pengertian (2006:24).
mengandung arti nilai suatu sasaran atau tujuan Peningkatan kinerja organisasi optimal
pekerjaan yang diberikan berdasarkan standar
tidak terlepas dari kepuasan kerja karyawan,
individu, sedangkan penentuan diri atau pilihan sebagai salah satu faktor yang menentukan
mengacu kepada kemampuan seseorang untuk kinerja organisasi (Marselius Sampe Tondok
menentukan keputusan dalam pekerjaan. Dengan dan Rita Andarika. 2004). Menciptakan
demikian pemberdayaan psikologis pegawai kepuasan kerja pegawai adalah tidak mudah
meliputi pemberdayaan dari keinginan, karena kepuasan kerja dapat tercipta jika
kepercayaan, keyakinan, kredibilitas, akuntabilitas
variabel-variabel yang mempengaruhinya
dan komunikasi diantara pegawai-pegawai yang antara lain motivasi kerja, kepemimpinan dan
bersangkutan (Bandura, 2006). budaya organisasi/ perusahaan dapat
Melalui pemberdayaan psikologis pegawai diakomodasikan dengan baik dan diterima oleh
akan lebih dapat melihat kemampuan mereka dan semua pegawai di dalam suatu
119
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877
organisasi/perusahaan. Gibson (1997) dalam satu upaya mewujudkan afeksi komitmen yang
Ermayanti (2001:3) dan Brahmasari (2004:96), kuat terhadap organisasi adalah bagaimana
mengemukakan bahwa kinerja organisasi pemimpin mengkondisikan pegawainya untuk
tergantung dari kinerja individu atau dengan kata bekerja dan melaksanakan tugas-tugasnya
lain kinerja individu akan memberikan kontribusi sesuai dengan yang diharapkan oleh pemimpin
pada kinerja organisasi, artinya bahwa perilaku dan organisasi dimana dia bekerja.
anggota organisasi baik secara individu maupun Kepemimpinan transformasional dapat
kelompok memberikan kekuatan atas kinerja menumbuhkan afeksi komitmen para pegawai
organisasi sebab motivasinya akan terhadap perubahan, khususnya dengan
mempengaruhi pada kinerja organisasi. perilaku-perilaku mengartikulasikan visi,
menyediakan suatu model yang tepat,
Kualitas kehidupan kerja mempengaruhi
memupuk penerimaan tujuan-tujuan kelompok,
kinerja organisasi. Artinya, kinerja seseorang akan
dan perhatian individual.
meningkat ketika kualitas kehidupan kerja dari
individu berada pada posisi yang tinggi. Kualitas Hubungan pemberdayaan psikologis
kehidupan kerja pada beberapa penelitian dengan afeksi komitmen oleh Wang dan Lee
dihubungkan dengan kepemimpinan, di mana (2009) dari Penn State University, dalam
kepemimpinan yang efektif akan selalu penelitian ini disimpulkan bahwa: The interactive
memberikan dampak dengan meningkatnya effect of the psychological empowerment
kualitas kehidupan kerja dari bawahannya”. dimensions (choice and competence) on affective
commitment is positive only when one of the two
Secara umum kepuasan didefinisikan sebagai
dimensions is high and the other is low.
sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaannya (Robbins, 2006). Sikap tersebut Motivasi kerja kerja seorang pegawai
berasal dari persepsi individu tentang timbul karena pegawai yang bersangkutan
pekerjaannya. Mengacu pada pendapat tersebut, merasa puas dalam pekerjaannya. Kepuasan
dapat dimengerti bila Luthans (2002) menyatakan kerja ini akhirkannya akan meningkatkan
bahwa terdapat tiga dimensi penting dari meningkatkan afeksi komitment pegawai
kepuasan kerja. Pertama, kepuasan kerja terhadap organisasinya. Hal tersebut seperti
merupakan respon emosional terhadap situasi dan yang dinyatakan oleh Dornstein dan Matalon
kondisi kerja. Kedua, kepuasan kerja seringkali (1998) sebagai berikut: describe eight variables
menentukan seberapa besar hasil yang akan that are relevant to affective commitment. These
dicapai atau harapan-harapan yang akan are interesting work, coworker's attitudes towards
dilampaui. Misalnya, bila anggota organisasi the organization, organizational dependency,
merasa bahwa mereka bekerja lebih keras age, education, employment alternatives, and
daripada yang lainnya dalam suatu departemen employee motivation. The variables explain 65%
tetapi menerima imbalan yang lebih sedikit, maka of the variance in affective commitment. Brown
mereka dapat memiliki sikap negatif terhadap dan Shepherd (1997) menjelsakan bahwa
pekerjaan, impinan, dan rekan sekerjanya. Mereka motivasi akan mengimpruf kinerja dan kepuasn
akan menjadi tidak puas. sebaliknya jika mereka kerja.
merasa diperlakukan dengan baik dan dibayar Budaya kerja merupakan cognitive
dengan adil, maka mereka akan memiliki sikap framework yang meliputi sikap, nilai-nilai,
yang positif terhadap pekerjaannya. Ketiga, norma perilaku dan harapan-harapan yang
kepuasan kerja mencerminkan sikap yang disumbangkan oleh anggota organisasi
berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri
(Stoner, dkk, 2001). Budaya kerja dikatakan
(Luthans, 2002). kuat, jika nilai-nilai budaya itu disadari,
Komitmen pegawai dibutuhkan untuk dipahami, dan diikuti, serta dilaksanakan oleh
kelangsungan hidup organisasi (Debora Eflina sebagian besar para anggota organisasi.
Purba dan Ali Nina Liche Seniati. 2004). Salah Budaya kerja yang kuat membuat pegawai
120
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877
merasa commited sehingga memberikan afeksi akan menimbulkan meningkatkan reward yang
komitmennya kepada organisasi, yang akhirnya didapat sehingga akan memberikan kepuasan
akan menimbulkan loyalitas pegawai (Luthan, 2002). pegawai.
Corporate culture strength refers to how widely and Afeksi komitmen adalah keterikatan afektif
deeply employees hold the company’s dominant atau emosional pada organisasi misalnya
values and assumptions. In a strong organizational kuatnya individu mengidentifikasi dengan
culture, most employees gave their affective terlibat dalam dan senang menjadi anggota
commitment due to the company mission (Luthans, suatu organisasi. Sehingga Allen dan Meyer
2002). (2000) menilai definisi ini sebagai sesuatu yang
Berdasarkan hal tersebut maka dapat diduga merupakan refleksi atas keinginan untuk want
kepemimpinan transformasional, pemberdayaan to dari individu kepada organisasi. Dalam rangka
psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja melaksanakan want to inilah seorang pegawai
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap akan terpacu meningkatkan kinerjanya.
afeksi komitmen baik secara parsial maupun
Berdasarkan hal tersebut maka dapat
simultan. Selanjutnya Wang dan Lee (2009) juga diduga bahwa afeksi komitmen pegawai
menyimpulkan bahwa pemberdayaan psikologis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
juga mempunyai pengaruh positif dan signififikan kinerja pegawai. Secara hipotetik dapat
terhadap kepuasan kerja pegawai, yang dinyatakan dikatakan bahwa ada hubungan positif antara
sebagai berikut: In addition, high levels of choice and kepuasan pegawai dengan kinerja pegawai.
competence reinforce has positive and significant
Kepuasan pegawai yang tinggi dapat membuat
effect on job satisfaction. The results offer important pegawai bekerja dengan lebih baik yang pada
insights for future theory development on akhirnya akan meningkatkan kinerja pegawai.
psychological empowerment. Kepuasan pegawai juga penting untuk
Motivasi kerja pegawai erat hubungannya aktualisasi diri. Pegawai yang tidak
dengan kepuasan kerja pegawai. Seorang mendapatkan kepuasan pegawai tidak akan
pegawai yang terpuaskan tentunya akan memiliki mencapai kematangan psikologis. pegawai
motivasi kerja yang tinggi. Seperti yang yang mendapatkan kepuasan pegawai yang
disimpulkan Brown dan Sheperd (1997) dalam baik biasanya mempunyai catatan kehadiran,
penelitiannya sebagai berikut: Brown and perputaran kerja dan prestasi kerja yang baik
Shepherd (1997) examine the characteristics of dibandingkan dengan pegawai yang tidak
the work of factory employees in four major mendapatkan kepuasan pegawai.
categories: knowledge base, technical skills,
values, and beliefs. He reports that they will METODE
succeed in meeting this challenge only if they are
motivated by deeply-held values and beliefs Metode yang digunakan dalam penelitian
regarding the development of a shared vision. ini adalah metode survey, karena dapat
membedah, membahas, dan mengenal
Budaya kerja yang adaptif dicirikan berfokus masalah-masalah, serta mendapatkan
pada dunia eksternal dengan orientasi lingkungan pembenaran terhadap keadaan praktik-praktik
yang fleksibel. Kreatifitas, kebebasan mengambil yang sedang berlangsung. Selain itu, dengan
keputusan, eksperimentasi, dan pengambilan metode survey juga dapat dilakukan evaluasi
resiko sangat didukung organisasi. Pemimpin serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-
mendorong tumbuhnya kreatifitas, kegagalan hal yang dikerjakan orang dalam menangani
bukan suatu yang tabu, inovasi, kebebasan dalam situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya
bertindak merupakan ciri lain dari organisasi ini. dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan
Kondisi ini akan memotivasi pegawai untuk pengambilan keputusan di masa mendatang.
bekerja dengan semangat sehingga dapat
menghasilkan kinerja yang baik. Kinerja yang baik
121
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877
Dalam metode penelitian survey, data psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja
dikumpulkan dari sampel atas populasi dan terhadap kepuasan kerja, sebagaimana pada
menggunakan kuesioner sebagai alat gambar 1.
pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Data diatas menunjukkan bahwa budaya
Effendi, 2005). Sesuai dengan tujuannya, penelitian kerja mempunyai pengaruh yang paling besar
ini untuk menjelaskan hubungan kausalitas antara terhadap kepuasan kerja, selanjutnya
konsep-konsep penelitian dan pengujian hipotesis kepemimpinan transformational yang memiliki
guna mengambil keputusan secara induktif atau pengaruh terhadap kepuasan kerja.
generalisasi, maka penelitian ini bersifat penjelasan
(explanatory research). Explanatory research Sedangkan pengaruh yang terkecil terhadap
bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal kepuasan kerja adalah variabel motivasi kerja.
antara variabel-variabel penelitian melalui Hasil ini memperlihatkan pula bahwa secara
pengujian hipotesis. bersama besarnya pengaruh kepemimpinan
transformational, pemberdayaan psikologis,
Berdasarkan jumlah pegawai pada masing-
motivasi kerja dan budaya kerja yang terhadap
masing Kandatel, Kancantel dan STO yang rata- kepuasan kerja pebawai di Kandatel Se Jawa
rata berbanding 4 : 2 : 1, maka pengambilan Barat yaitu sebesar 42,5%; dan sisanya sebesar
sampel dari masing-masing kantor Kandatel, 57,5% dipengaruhi variabel lain yang tidak
Kancantel dan STO disebarkan secara dimasukkan dalam model penelitian ini.
proporsional terhadap 360 orang.
Penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh
HASIL dan PEMBAHASAN kepemimpinan transformasional, pemberdayaan
psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja
Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, terhadap kepuasan kerja berdasarkan jawaban
Pemberdayaan Psikologis, Motivasi Kerja, dan responden yaitu pegawai Kandatel, Kancantel dan
Budaya Kerja Terhadap Kepuasan Kerja STO se-Jawa Barat.
Sub struktur 1 ini untuk melihat besar pengaruh
kepemimpinan transformational, pemberdayaan
X1
0,293 0,280
0,575
0,487 X2
0,247
0,389 0,028 Y1
0,102
X3
0,003
0,613 0,311
X4
122
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877
0,487 X2
0,172
0,028 Y2
0,389
0,264
X3
0,003
0,613 0,147
X4
123
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877
Diperlukan upaya pembenahan pada Kandatel, Kancantel dan STO se-Jawa Barat ini, tidak
Kancantel dan STO se-Jawa Barat melalui turut meningkatkan Komitmen Organisasi, di
peningkatan kepemimpinan transformasional, dan mana hal ini didukung dari hasil penelitian yang
pemberdayaan psikologis, motivasi kerja dan membuktikan bahwa kepemimpinan
budaya kerja, sehingga Komitmen Organisasi dapat transformasional tidak mempunyai pengaruh
turut meningkat, di mana hal ini didukung dari hasil signifikan terhadap peningkatan Komitmen
penelitian yang membuktikan bahwa pemberdayaan Organisasi pada taraf signifikansi a = 0,05.
psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja secara
Variabel-variabel penunjang peningkatan
bersama mempunyai pengaruh signifikan terhadap
Komitmen Organisasi di Kandatel, Kancantel dan
peningkatan Komitmen Organisasi sebesar 6,75%
STO se-Jawa Barat dalam penelitian ini dapat
pada taraf signifikansi a = 0,05. Namun, peningkatan
dirangkum dari hasil perhitungan, sebagai
kepemimpinan transformasional pada Kandatel,
berikut:
124
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877
125
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877
Pengaruh Tidak
Pengaruh Pengaruh Tidak
Variabel Langsung Total Pengaruh
Langsung Langsung
X1 X2
Y1 28,2% 9,8% 9,8% 38,0%
Y2 20,6% 9,8% 9,8% 30,3%
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung 68,3%
Pengaruh Simultan (Determinasi) 68,3%
Pengaruh Lain diluar variabel 31,7%
Total Pengaruh 100%
Dilihat dari nilai kontribusi yang diberikan oleh menunjukkan bahwa kepemimpinan
variabel Komitmen Organisasi, variabel Komitmen transformasional sudah dilaksanakan dengan
Organisasi yang telah dilakukan masih dapat baik pada Kandatel di Jawa Barat.
dibenahi dan dikembangkan lagi secara optimal, Pemberdayaan psikologis pada pegawai
sehingga kinerja pegawai dapat turut meningkat. Kandatel di Jawa Barat masuk dalam kategori
Diperlukan upaya pembenahan pada Kandatel, cukup baik, yang menunjukkan bahwa
Kancantel dan STO se-Jawa Barat melalui pemberdayaan psikologis sudah diterapkan
peningkatan komitmen organisasi dan kepuasan dengan cukup baik oleh Kandatel di Jawa Barat.
kerja, sehingga kinerja pegawai dapat turut Motivasi kerja pegawai Kandatel di Jawa Barat
meningkat, di mana hal ini didukung dari hasil masuk dalam kategori cukup baik, yang
penelitian yang membuktikan bahwa Komitmen menunjukkan bahwa motivasi kerja sudah dimiliki
Organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap cukup tinggi oleh pegawai Kandatel di Jawa
peningkatan kinerja pegawai sebesar 2,96% pada Barat. Budaya kerja pegawai Kandatel di Jawa
taraf signifikansi a = 0,05. Namun, peningkatan Barat masuk dalam kategori cukup baik, yang
kepuasan kerja pada Kandatel, Kancantel dan STO menunjukkan bahwa budaya kerja sudah
se-Jawa Barat ini, tidak turut meningkatkan kinerja diterapkan dengan cukup kuat oleh pegawai
pegawai, di mana hal ini didukung dari hasil Kandatel di Jawa Barat.
penelitian yang membuktikan bahwa kepuasan kerja Komitmen organisasi pegawai Kandatel di
tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Jawa Barat masuk dalam kategori cukup baik,
peningkatan kinerja pegawai pada taraf signifikansi a
yang menunjukkan bahwa komitmen
= 0,05. organisasi sudah cukup tinggi dimiliki pegawai
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat Kandatel di Jawa Barat. Kepuasan kerja
diketahui bahwa variabel Komitmen Organisasi pegawai Kandatel di Jawa Barat masuk dalam
memberikan kontribusi terhadap peningkatan kategori cukup baik, yang menunjukkan bahwa
kinerja pegawai di Kandatel, Kancantel dan STO kepuasan kerja sudah dirasakan cukup puas
se-Jawa Barat (2,96%). Oleh karena itu, perlu oleh pegawai Kandatel di Jawa Barat. Kinerja
melakukan upaya-upaya tepat yang dapat pegawai Kandatel di Jawa Barat masuk dalam
meningkatkan Komitmen Organisasi dalam kategori cukup baik, yang menunjukkan bahwa
pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja kinerja pegawai sudah cukup tinggi dimiliki oleh
pegawai Kandatel, Kancantel dan STO di Jawa pegawai Kandatel di Jawa Barat.
Barat. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
secara bersama/simultan ditemukan bahwa
KESIMPULAN kepemimpinan transformasional, pemberdayaan
Kepemimpinan transformasional pada Kandatel psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja
di Jawa Barat masuk dalam kategori baik yang berpengaruh signifikan terhadap komitmen
126
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877
organisasi pegawai Kandatel di Jawa Barat. Anwar Prabu. 2005. “Pengaruh Motivasi
Sedangkan berdsarkan hasil pengujian hipotesis Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Badan
secara parsial ditemukan bahwa kepemimpinan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
transformasional mempunyai pengaruh signifikan Kabupaten Muara Enim”. Jurnal Manajemen
terhadap peningkatan komitmen organisasi pegawai & Bisnis Sriwijaya. Vol. 3, No 6, Desember
pada Kandatel, Kancantel dan STO di Jawa Barat. 2005.
Sedangkan pemberdayaan psikologis, motivasi kerja Avolio, B. J., Waldman, D. A., & Einstein, Walter,
dan budaya kerja berpengaruh signifikan secara O. 1988. Transformasional Leadership in a
parsial terhadap komitmen organisasi. Sehingga, Management Game Simulation. Group &
upaya peningkatan komitmen organisasi dapat Organization Studies. Vol. 13. No. 1, 59-80.
dilakukan melalui peningkatan pemberdayaan Bandura, Albert. 2006. Guide for Constructing
psikologis, motivasi kerja dan budaya kerja baik Self-Efficacy Scales. Information Age
secara bersama maupun secara parsial. Publishing.
Bass, B. M. 1985. Leadership and performance
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara
beyond expectations. New York: Free Press.
bersama/simultan ditemukan bahwa kepemimpinan
Bass, B. M. 2003. Leadership and Performance
transformasional, pemberdayaan psikologis,
Beyond Expectations. New York : The Pree
motivasi kerja dan budaya kerja mempunyai
Press.
pengaruh signifikan terhadap peningkatan kepuasan
____________. dan Avolio, B. J. 2003. The
kerja pegawai Kandatel di Jawa Barat. Sedangkan
Implications of Transactional and
hasil pengujian hipotesis secara parsial ditemukan
Transformasional Leadership for Individual,
bahwa yang berpengaruh signifikan terhadap
Team and Organizational Development, 4,
kepuasan kerja pegawai hanya kepemimpinan
231-272.
transformasional yang diterapkan Kandatel di Jawa
Brahmasari Ida Ayu, 2004. Pengaruh Variabel
Barat.
Budaya Perusahaan terhadap Komitmen
Berdasarkan hasil pengujian hipoitesis secara Karyawan dan Kinerja Perusahaan Kelompok
bersama ditemukan bahwa kepuasan kerja dan Penerbitan Pers Jawa Pos, Disertasi
komitmen organisasi berpengaruh signifikan Universitas Airlangga, Surabaya.
terhadap kinerja pegawai. Sedangkan hasil Burke, Warner dan Litwin, George. 1992. A
pengujian hipotesis secara parsial ditemukan bahwa Causal Model of Organizational Performance
yang berpengaruh signifikan terhadap kinerja and Change. Journal of Management.
pegawai hanya komitmen organisasi pegawai Brown, J. & Sheppard, B. 1997. Teacher
Kandatel di Jawa Barat. librarians in learning organizations. Paper
Presented at the Annual Conference of the
REFERENSI International Association of School
Librarianship, Canada. August 25-30.
Allen, Harrelt and Meyer. 2000. Policy Science and Bycio, Peter/Hackett, Rick D./Allen, Joyce S.
Future Research. New York: Praeger Plubisher. (1995), Further Assessments of Bass’s
Andira dan Budiarto Subroto. Pengaruh Perilaku (1985) Conceptualization of Transactional
Kepemimpinan Transformasional dan and Transformational Leadership, in: Journal
Transaksional terhadap Kinerja Karyawan Pada of Applied Psychology, Vol. 80,pp. 468 –
Perusahaan Jasa. Ilmu Manajemen Program 478.
Pascasarjana Universitas Brawijaya. Conger, J. A., Kanungo, R. N. 1998. Charismatic
Antoni Feri, 2006. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Leadership in Organizations. Thousand
Orientasi Tugas dan Orientasi Hubungan Oaks, CA: Sage Publications.
terhadap Motivasi Kerja dan Dampaknya pada Debora Eflina Purba dan Ali Nina Liche Seniati.
Prestasi Kerja Pegawai Pengadilan Tinggi Tata 2004. “Pengaruh Kepribadian dan Komitmen
Usaha Negara Surabaya. Universitas 17 Organisasi terhadap Organizational
Agustus Surabaya.
127
Kontigensi
Volume 3, No. 2, Nopember 2015, Hal. 117 - 128
ISSN 2088-4877
128