Professional Documents
Culture Documents
Ahmad Yunani
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
yunanipurba@gmail.com
Abstract
The Catholic Church Santo Antonius Purbayan be evidence of history
in the development and spread of Catholicism in Solo or Surakarta. This
article attempts to examine the role of the church as the center spread of
Catholicism in Solo and its surroundings, from the activities of the church
became a place of worship, even to the historical development of Catholic
educational institutions are quite old. This study uses Arkheologis
Historical approach that is supported by the data history of the church in
question. And in the findings of this study, it was found that the existence of
this church to witness the historical presence of the Catholic religion in
Solo, and some other areas in Java. Spread starts from Semarang by a
Catholic priest is Father Van Lith, SJ. When coming in Java, he learned a
few things that made the failure of the missionaries before. They came as a
waitress Faith to Dutch society that has been present with different
purposes and objectives. The Church was built by the Dutch in the form of
Neo Gothic, to conform and adapt to the cultural conditions that developed
at that time. In its development, to support its existence, the church
establish educational institutions that cater for the Catechist who trained
as priests and Catholic Faith waitress in Solo and its surroundings.
Abstrak
Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan menjadi bukti sejarah dalam
perkembangan dan penyebaran agama Katolik di Solo atau Surakarta. Ar-
tikel ini mencoba mengkaji peran gereja sebagai pusat penyebaran Agama
Katolik di Solo dan sekitarnya, dari aktifitas gereja yang menjadi tempat
229
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
Pendahuluan
Sejarah dalam pengertian sederhana dapat dipahami sebagai
rangkaian peristiwa yang sangat penting yang meliputi tanggal,
tempat kejadian, pelaku dan fakta lainnya. Karena itu, sejarah
dapat dipahami sebagai kronologi dari sebuah peristiwa, dan
kehilangan rasa kesejarahan (sense of history) bagi seseorang
dapat diatasi dengan adanya catatan sebagai sejarah. Adapun
objek yang menjadi sasaran sejarah dapat memberikan gambaran
pada peristiwa dan kehidupan masa lampau. Demikian halnya
dengan keberadaan gereja Katolik Purbayan di Surakarta. Gereja
ini dapat memberikan gambaran tentang dinamika keagamaan
masyarakat setempat.
Surakarta merupakan salah satu kota terkenal dengan corak
budaya Jawanya yang kuat bahkan melekat sebuah slogan Solo
The Spirit of Jawa. Selain dari bidang budaya, kota ini juga
terkenal dengan banyaknya bangunan bersejarah yang menjadi
saksi adanya dinamika perkembangan kehidupan manusia.
Bangunan-bangunan bersejarah tersebut, dengan adanya dan
dibangunnya Gereja Santo Antonius dan beberapa gereja lain
sesudahnya. Bangunan peninggalan Belanda sebagai tempat
230
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
231
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
1
R.Ay. Sri Winarti P., Sekilas Sejarah Karaton Surakarta (Sukoharjo-
Surakarta, Cendrawasih, 2004), hlm. 16.
232
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
2
Rustopo., Orang-orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa: Menjadi
Jawa, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm. 62.
233
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
3
Huub J.W.M. Boelars., Indonesiasi: Dari Gereja Katolik di Indonesia
Menjadi Gereja Katolik Indonesia, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm. 70.
234
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
4
Muskens Pr., Sejarah Gereja Katolik di Indonesia jilid IV: Pengin-
tegrasian di Alam Indonesia, (Jakarta: Bagian Dokumentasi Penerangan
Kantor Waligereja Indonesia, 1973), hlm. 60.
235
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
5
M.C. Ricklefs., Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1991, hlm. 228.
236
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
6
Wawancara dengan pimpinan Kantor Sekretariat Gereja St. Antonius
Purbayan, tanggal 5 April 2016.
7
Tim Penyusun 75 Tahun Gereja St. Antonius Purbayan Surakarta., 75
tahun Gereja St. Antonius Purbayan Surakarta, (Surakarta: Paroki St.
Antonius Purbayan, 1991), hlm. 3
237
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
a. Stasi Surakarta
Stasi merupakan salah satu tahap yang harus dilalui sebelum
terbentuknya Paroki dan Gereja di suatu tempat. Stasi adalah
perkumpulan umat beriman Kristiani yang karena jumlah umat
yang memenuhi syarat dan ukuran jarak yang jauh dari Paroki,
serta memiliki tempat/kapel sendiri sehingga dalam kegiatan
pelayanan iman dapat dilakukan dan pelayanan misa dapat
diberikan khusus sejak terhitung sebagai stasi dan masuk
menjadi bagian dari Paroki.9
Kehadiran missionaris yang didatangkan dari Belanda,
adalah missie yang memberikan pangaruh dalam pembentukan
sebuah stasi. Meskipun hampir semua missionaris berasal dari
Belanda, Kitab suci yang diwartakan oleh mereka bukanlah
berasal dari Belanda dan tidak berhubungan dengan perkara
Kolonial. Bahwa Visi dan Misi Katolik tertuang di dalam surat
Apostolik Maximum Ilud Paus Benediktus XV, tertanggal 30
Nopember 1919, yang berisi Penyebaran Iman Katolik di seluruh
dunia. Kepada mereka yang bertugas sebagai misioner, Paus
menyampaikan pedoman-pedoman dalam melaksanakan tugas
missie. Selain pedoman, di dalam naskah tersebut paus
8
Adolf Heuken., Ensiklopedi Populer tentang Gereja Katolik di
Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Loka Caraka, 1989).
9
Wawancara dengan Staf Kantor Sekretariat Gereja St. Antonius
Purbayan, tanggal 4 April 2016.
238
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
239
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
10
R. Kuris., Purbayan di Tengah Rakyat dan Ningrat, (Solo, Araya:
2009). hlm. 67.
11
Malik M., “Tempat Ibadah dan Doktrin Agama: Kasus Gereja Masehi
Advent Hari Ketujuh di Jakarta”, Jurnal Penamas, Vol. XX. No. 1. (2007).
hlm. 27.
240
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
241
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
Arsitektur Gereja
Gereja St. Antonius Purbayan merupakan salah satu dari
sekian banyak arsitektur peninggalan kolonial Belanda di Solo
yang berdiri pada tahun 1916. Sembilan tahun sebelumnya sudah
ada aktivitas gereja di Purbayan yang dimulai di gedung Pastoran
pada tahun 1907. Gereja ini merupakan cikal bakal berdirinya
Gereja St. Antonius Purbayan yang pada waktu itu masih
menjadi stasi dari gereja Gedangan Semarang. Gereja ini juga
merupakan saksi salah satu peninggalan arsitektur kolonial dari
masa ke masa kota Solo, dimana denyut nadi kehidupan baik
politik, ekonomi, budaya, maupun agama bermuara disekitar
lanskap itu. Benteng Vastenburg, Bank Indonesia, Balaikota
Surakarta, Pasar Gede pun diperluas dan diberkati oleh Uskup
Agung Semarang Mgr. Julius Darmaatmaja, SJ pada tahun
1986.
Gereja ini merupakan gereja tertua di Surakarta yaitu
sebagai bangunan peninggalan zaman penjajahan kolonial
Belanda. Karena itu, gaya desain pada interiornya termasuk
elemen yang terdapat di dalamnya mendapat pengaruh dari gaya
yang sedang berkembang di Eropa. Bangunan gereja ini tidak
lepas dari gaya arsitektur klasik Eropa pada masa lampau yang
menjadi cikal bakal timbulnya gaya arsitektur maupun interior
15
R. Kuris., op.cit., hlm. 80.
242
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
243
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
244
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
Bentuk Bangunan
Gereja ini tidak memiliki bentuk salib Yunani sebagaimana
terdapat di gereja kuno Eropa. Adapun bentuk denah salib gereja
ini berasal dari tipe Baskilia berbentuk persegi panjang yang
membentang dari pintu masuk sampai ke altar dan memusat di
area jemaat di bagian tengah (Winarwan, 2001:27). Tampak
muka bangunan bergaya kolonial Gereja Katolik St Antonius
Purbayan yang tidak sepenuhnya simetri. Bagian sebelah kiri
dengan satu pintu lengkung kecil dan satu pintu lengkung besar
245
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
246
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
Organisasi Ruang
Ruang-ruang yang terdapat pada gereja ini, yaitu area
eksterior (bagian teras), bilik pertama, bilik kedua (ruang
peralihan, area tangga menuju kantor sekretariat gereja, dan area
meletakkan persembahan), bilik ketiga (area peralihan menuju
ruang kebaktian), bilik keempat (ruang peralihan dan area tangga
menuju balkon tempat memainkan orgel), bilik kelima (ruang
peralihan dan area tangga menuju ruang sound system), ruang
jemaat (area duduk jemaat, area mimbar, area paduan suara, dan
alat musik), ruang kantor sekretariat (area menyimpan arsip dan
area kerja), ruang sound system, ruang pengoperasian orgel
musik gerejawi, dan menara lonceng. Batas ruang bisa berupa
wujud elemen fisik maupun non-fisik, tidak harus berupa
dinding, namun bisa berupa sesuatu yang tidak berwujud, baik
peninggian lantai, perbedaan material lantai, dan jajaran kolom.
Sirkulasi memusat karena pintu masuk bangunan terletak di
empat penjuru mata angin. Area jemaat menjadi pusat pertemuan
sirkulasi jika empat pintu tersebut dibuka, meskipun kadang
pintu Barat tidak dibuka karena difungsikan sebagai ruang
persiapan pelayanan ibadah.
Ruang Altar
Foto dok. Sekretariat Gereja Purbayan
247
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
Pada meja altar terdapat dua pasang lilin yang berdiri di atas
tempat lilin tinggi berwarna keemasan. Hiasan bebungaan di
depan meja altar memberi kesan tersendiri. Agak ke belakang
ada lagi dua pasang tempat lilin di kedua sayap yang masing-
248
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
249
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
kuas kapur putih, berdinding tebal dan dominan warna putih, ada
ornamen motif garis, bunga, dan geometris yang ditumpuk-
tumpuk dari plesteran. Terdapat pilaster pada dinding dan
jendela yang memperlihatkan adanya pengaruh Renaissance, Art
Deco, dan Jawa. Pilaster merupakan salah satu ciri bangunan
The Indische Empire Style saat itu. Pilaster adalah bagian
bangunan untuk memperkuat dinding, berfungsi sebagai penguat
atau kolom, menyatu dengan dinding pada jarak-jarak tertentu
(Sumalyo, 1993:10). Penempatan pintu utama bangunan gereja
mendapat pengaruh gaya Art and Craft, dan jendela yang
menghadirkan sinar saat beribadah.
Ruang terbuka luas dipenuhi deretan bangku simetris dengan
langit-langit tinggi yang disebut Panti Umat. Rangkaian bunga
digantung selang-seling pada ujung meja. Ada pula dua kotak
sumbangan, satu di masing-masing kolom, berbungkus kain
putih untuk diedarkan keliling pada saat misa berlangsung. Di
belakang pilar-pilar penyangga di sisi kanan kiri ruangan,
terdapat deretan patung yang menceritakan perjalanan Yesus
yang disebut jalan salib, dimulai dari bagian depan sebelah kiri
ruangan gereja.
250
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
251
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
252
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
253
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
Penutup
Surakarta atau biasa dikenal dengan Solo adalah kota dengan
budaya jawanya yang kental. Kota yang merupakan bekas daerah
kerajaan Mataram Islam ini selama beratus-ratus tahun juga
banyak bercampur dengan budaya kolonial. Pengaruh dari
kolonial ini tidak hanya dalam bidang politik dan ekonomi
namun juga dalam bidang keagamaan dan kebudayaan.
Gereja adalah salah satu bukti dimana pengaruh kolonial da-
lam bidang agama dan budaya. Gereja Santo Antonius Purbayan
merupakan salah satu bentuk dari pengaruh kolonial. Gereja
yang telah berumur hampir satu abad ini menjadi saksi sejarah
dalam perkembangan agama Katolik di Surakarta. Karena peran
historisnya maka bangunan gereja tersebut mendapat peng-
hargaan sebagai cagar budaya yang patut dilestarikan.
Gereja tersebut memiliki keunikannya masing-masing
terutama dari segi arsitektur. Gereja Santo Antonius Purbayan
memiliki corak arsitek bergaya neo gotik yang sangat identik
dengan bangunan-bangunan gereja yang ada di Eropa umumnya.
Gereja ini menjadi cikal dari adanya gereja gereja lainnya di
kota Solo, sebagai pelayan iman Katolik di tanah Jawa, sehingga
dalam pelaksanaanya banyak ditemukan beberapa aktifitas dan
ritual ibadah yang disesuaikan dengan tradisi yang ada.
16
Wawancara dengan Alexander Didik Partomo, Kepala Kantor Sekreta-
riat Gereja St. Antonius Purbayan, tanggal 4 April 2016.
254
Gereja Santo Antonius Purbayan — Ahmad Yunani
Daftar Pustaka
255
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1, 2016: 229-256
Wawancara:
• Alexander Didik Partomo, Kepala Kantor Sekretariat Gereja
St. Antonius Purbayan, tanggal 4 April 2016.
• Koster Soegianto, Staf Kantor Sekretariat Gereja St. Antonius
Purbayan, tanggal 4 April 2016.
• Pimpinan Kantor Sekretariat Gereja St. Antonius Purbayan,
tanggal 5 April 2016.
• Staf Kantor Sekretariat Gereja St. Antonius Purbayan, tanggal
4 April 2016.
256