Professional Documents
Culture Documents
Jurnal CD New
Jurnal CD New
ABSTRACT
This study aims to determine the form of the Langkanae Luwu traditional house and the symbolic
meanings found in the Langkanae Luwu traditional house in the city of Palopo. The type of research used
is a survey conducted in a qualitative descriptive way, which provides an objective picture in accordance
with the reality in the field about the symbolic form and meaning of the Langkanae Luwu traditional house
in Palopo City. As for the speakers in this study were Andi Syaifuddin Kaddiraja (Maddika Bua) as cultural
figure and Andi Abdullah Sanad Kaddiraja (Djemma Tongang) as community leaders in Luwu Regency.
The target in this study is the Langkanae Luwu traditional house in the city of Palopo. The techniques
used in data collection in this study include observation, interviews and documentation. The results of this
study indicate that the shape of the traditional house of Langkanae has its own meaning and in the parts
of the house the Langkanae house has an important meaning in human life. The shape of a rectangular
house called Sulappa'Eppa is a rhombus which is also in the Suji reinforcement, and also in the structure
of the house which is a three-tiered stage house. The division is in the upper world / boting langi called
rakkeang, the middle world / ale ball and the underworld / kawa ale is called kolong. Some important
meanings on the part of the house, such as on the laja's override, are the symbols of the stratum / caste in
the homeowner. At the establishment of a stilt house or Bugis house can not be separated from posi bola
/ pim posi 'or commonly referred to as the main pillar of the house and the number eight which is highly
sacred by the people of Luwu then the shape of the pillar is eighth.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pada rumah adat Langkanae Luwu dan makna-
makna simbolik yang terdapat pada rumah adat Langkanae Luwu di kota Palopo. Jenis penelitian yang
digunakan yaitu survey yang dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, yakni memberikan gambaran
objektif sesuai dengan kenyataan dilapangan mengenai bentuk dan makna simbolik rumah adat Langkanae
Luwu di Kota Palopo. Adapun yang menjadi narasumber dalam penelitian ini yaitu Andi Syaifuddin
Kaddiraja (Maddika Bua) selaku tokoh budaya dan Andi Abdullah Sanad Kaddiraja (Djemma Tongang)
selaku tokoh masyarakat Kabupaten Luwu. Sasaran dalam penelitian ini yaitu rumah adat Langkanae
Luwu di kota Palopo. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini meliputi
observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk rumah adat
1
Pendidikan Seni Rupa
Langkane ini memiliki makna tersendiri dan pada bagian-bagian dalam bangunan rumah Langkanae
memiliki makna penting dalam kehidupan manusia. Bentuk rumah persegi empat yang disebut
Sulappa’Eppa belah ketupat yang juga pada bala suji’ dan juga pada susunan rumah yaitu berumah
panggung bersusun tiga. Pembagian itu ada pada dunia atas/boting langi disebut rakkeang, dunia
tengah/ale bola dan dunia bawah/ale kawa disebut kolong. Beberapa makna penting pada bagian rumah
yaitu seperti pada timpa laja’ yang merupakan simbol strata/kasta pada sang pemilik rumah. Pada
pendirian rumah panggung atau rumah Bugis tidak lepas dari posi bola/pim posi’ atau biasa disebut sebagai
tiang utama rumah dan angka delapan yang sangat disakralkan oleh masyarakat Luwu maka bentuk
tiangnya persegi delapan.
2
Pendidikan Seni Rupa
3
Pendidikan Seni Rupa
4
Pendidikan Seni Rupa
utama yang disebut pim posi’ atau (posi bola) ada ditengahnya singkerru mulajaji. Singkerru
yang merupakan kebudayaan Luwu dan setiap mulajaji yaitu ikrar yang diucapkan oleh bayi
perbuatan yang kita lakukan harus mappisabbi’ sebelum di keluarkan dari rahim ibunya, dia
(minta izin) pada pim posi’. Rumah adat berjanji kepada Tuhan-Nya jika dia sanggup
Langkanae berbentuk persegi empat yang maka dia akan hidup sampai hari tuanya dan
mempunyai empat unsur yaitu tanah, api, air jika tidak dia akan mati pada saat itu. Singkerru
dan angin yang dari keempat unsur ini harus mulajaji adalah simbol yang tertinggi di Luwu.
seimbang tidak boleh saling terputus. Yang Makna singkerru mulajaji bermakna perjanjian
membuat Langkanae atau replika dari rumah antara Tuhan.
Langkanae sekarang yang berada di Palopo
adalah ahli khusus dari Wotu yang bernama
Pua Uragi (ilmuan dari Wotu) Pua Uragi ini
bisa berbicara dengan kayu.
Sebelum masuk ke Langkanae akan
dilewati gerbang yang bernama tabu-tabuang.
Tabu-tabuang adalah pintu gerbang bersusun Ukiran kanji pada lesplan Langkanae
tiga tipe (timpa laja) ini bermakna jika Jepang mengklaim bahwa huruf kanji
bersusun tiga semua masyarakat yang berada di milik mereka, tetap nyatanya sebelum
bumi ini boleh berkunjung di tempat itu. Jika datangnya penjajahan Jepang, peti-peti orang
raja membuat acara dan hanya membuat satu tua kita dahulu tempat penyimpanan emas
tabu-tabuang berarti hanya keluarga terdekat sudah terukir oleh huruf kanji. Perlu kita
saja yang bisa menghadirinya dan jika dua ketahui Jepang sering mengambil simbol yang
yang bisa di hadiri oleh masyarakat luwu saja. terbaik diwilayah yang dijajah termasuk huruf
Orang yang bisa naik ke Langkanae hanya kanji, pada waktu Jepang menjajah. Biasanya
bangsawan pada jawan lalu. simbol singkerru mulajaji di ukir dipusaka,
pintu dan lesplan. Pada simbol singkerru
mulajaji ini tidak diukir pada rumah
Langkanae disebabkan karena sukar dibuat,
singkerru mulajaji dapat dilihat pada logo
Kedatuan Luwu.
5
Pendidikan Seni Rupa
Bala suji merupakan simbol Luwu, orang jika tidak ada duanya bukan lagi ciptaan jika
menyebutnya Sulapa’Eppa atau jasat dari sempurna dan yang sempurna itu hanya milik
keempat unsur (tanah, api, air, dan angin). Dan Allah.
jika dibawa keaksara Lontara ini adalah huruf Setiap angka mempunyai makna
sa dan dalam aksara arab dia alif. Alif itu tidak masing-masing mulai angka 1-9. Dalam diri
ada yang membunuh, tidak ada yang manusia ada delapan sisi yaitu depan,
membunuh huruf alif, menurut pemahaman belakang, samping kanan, samping kiri, bawah
orang Arab mengapa huruf alif tidak ada yang dan atas, dimanakah kedua sisi lainnya?
membunuh, Tuhan dalam bahasa Arab dimulai Didalam diri manusia yang paling
dari huruf alif, cuman jika kita salah menonjol adalah sisi depan dan belakang, Jika
memahami maka bisa saja huruf yang kita kita menguasai dari enam sisi maka akan
sembah bukan dzat-Nya. Itu hanya muncullah sisi ketujuh dan kedelapan. Makna
disimbolkan karena Allah sang pencipta tidak dari sisi depan bahwa setiap manusia harus
ada yang membunuh, karena Tuhan dalam maju dan mempunyai harapan sedangkan sisi
bahasa Arab dimulai dari huruf alif maka alif belakang adalah sejarah karena jika kita buntu
tidak ada yang membunuh. Sedangkan aksara dalan satu ilmu maka kita harus melihat
Lontara yang kita mensakralkan huruf sa, kembali pada sejarahnya. Pada sisi kanan dan
mengapa kita mensakralkan huruf sa ini kiri dalam agama diartikan sebagai amalan
sehingga kita membuat bala suji? karena itu yang baik dan buruk yang yang selalu harus
merupakan simbol, karena bala suji diartikan kita pertimbangkan untuk mencapai sisi depan.
sebagai pagar yang suci. Jika tuhan dalam Sedangkan sisi bawah merupakan kita sebagai
bahasa Arab dimulai dari huruf alif, maka hamba dan sisi atas ada yang kita sembah jadi
tuhan dalam aksara Lontara dimulai dari huruf jangan lupa beribadah dan berdoa kepada-Nya.
sa (sheuwa) atau orang biasanya menyebutkan Dan jika kita menguasai keenam itu dan ditarik
Dewata SeuwaE. Dari empat kibat yaitu kedalam sisi diri dan jika sudah dijiwai maka
Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran penyebutan muncullah dalam tingkah laku dalam
tuhan berbeda-beda. Al-Quran dan injil kehidupan sehari-hari. Orang yang sudah
mengatakan Allah, taurat dan zabur tidak memiliki sisi tersebut maka dia tidak akan
mengatakan Allah tetap Zahwe. sombong dan selalu tenang dalam jiwanya.
Tangga (sapana) merupakan simbol Pada pemasangan posi bola/pim posi
rumah adat, tangga tidak boleh genap harus tidak sembarangan yang bisa mendirikannya.
ganjil yang bermakna hidup karena yang akan Tiang utama atau pim posi/sokoguru berada di
tinggal di rumah adalah mahluk hidup. Kita ruangan depan. Setiap sesuatu harus
sekarang adalah ganjil karena yang genap itu mempunyai pusat, dalam diri manusia juga
adalah sempurna, manusia sempurna hanya mempunya pusat dan disitulah semangatnya.
jika mati/meninggal oleh sebab itu karena kita Seperti negara harus memiliki pusat, pusatnya
dalam kehidupan semua dibuat dalam keadaan itu ada disemangat hidup yang lain hanya
ganjil karena kematian itu adalah genap artinya mendukung, itulah yang dimaksud pusat
sempurna. Seperti halnya jika ada siang itu kosmos. Tiang yang berdiri dianggap sebagai
tidak sempuran jika tidak ada malam karena simbol laki-laki yang berarti perkasa. Yang
6
Pendidikan Seni Rupa
dipaloppo masuk adalah wanita yang arajangnya sudah tempatkan di istana dan
merupakan simbol kesuburan. tidak dapat diambil gambarnya (difoto).
7
Pendidikan Seni Rupa
subangnge yang semua tu merupakan benda 2. Makna simbolik yang terdapat pada rumah
kebesaran kerajaan tapi semua itu sudah tidak tradisional Langkanae Luwu
ada di istana. Dalam diri manusia terdapat empat
Sonrong berfungsi sebagai tempat anak unsur yang dimilik yaitu tanah, api, air, dan
gadis dan tempat bermain, anak gadis angin. Tanah diartikan dengan kesabaran, api
disimbolkan bagaikan bunga yang tidak diartikan sebagai amarah, air diartikan sebagai
sembarang kumbang yang memetiknya. Baik kekuatan sedangkan angin diartikan sebagai
agama maupun adat sangat mendahulukan serakah. Dalam keempat unsur ini harus dapat
anak gadis. diseimbangkan, karena dari keempat unsur ini
saling berlomba-lomba agar untuk menjadi
PEMBAHASAN
unggul makanya dalam diri manusia harus
1. Bentuk rumah tradisional Langkanae dapat menyeimbangkan dari keempat unsur ini.
Luwu Sedangkan rumah panggung dibagi atas
Konsep arsitektur rumah adat Luwu tiga bagian yaitu, kolong/bawah rumah, ale
yang disebut dengan Langkanae ini serupa bola’, dan rakkeang. Pada kolong/bawah
dengan konsep rumah Bugis pada umunya. rumah, digunakan untuk tempat beristrahat. Ale
Antara lain, yaitu: konsep bangunannya serta bola’ tempat disimbolkan dengan dunia
struktur dan sistem konstruksinya. Namun tengah. Ruangan ini digunakan untuk tempat
terdapat beberapa perbedaaan antara ragam tinggal yang terdiri dari beberapa petak. Yang
hias dan ornamennya. Berdasarkan kosmologi di dalam ruangna ini ada ruangan raja dan
bentuk rumah adat Langkanae Luwu tersusun permasuri, ruangan tempat penyimpanan
dari tiga tingkatan yang berbentuk “segi benda pusaka dan ruangan pejabat. Kemudian
empat”. Pandangan kosmologi orang Bugis ini pada rakkeang yang disimbolkan dengan dunia
dengan apa yang disebut konsep Sulappa’ atas (boting langi’). Pada zaman lalu
Eppa’ Wala Suji’ (segi empat belah ketupat). digunakan untuk tempat penyimpanan padi,
Konsep ini merupakan filsafat tertinggi orang anak gadis dan kucing.
Bugis yang menjadi seluruh wujud kebudayaan Ukiran kanji merupakan ornamen yang
dan sosialnnya. Wujud konsep ini dapat dilihat sangat mempunyai makna yang tinggi. Ukiran
dalam bentuk manusia. Dibentuk dan dibangun kanji sama maknanya dengan singkerru
mengikuti model kosmos menurut pandangan mulajaji’ yang melambangkan rahasia takdir
hidup mereka, anggapannya bahwa alam raya yang diemban manurungnge atas amanah
(makrokosmos) ini tersusun atas tiga tingkatan, Tuhan Yang Maha Kuasa, bermakna
yaitu alam atas, alam tengah dan alam bawah. pengenalan (pappejeppu) terhadap sifat
Ketiga tingkatan tersebut yaitu keabadian Tuhan Yang Maha Kuasa yakin “bil
alam/dunia atas (boting langi) disebut awwalina wal akhiriin” (Dia yang awal dan Dia
rakkeang (loteng). Alam/dunia tengah (ale yang akhir) beserta dengan rahasia takdir yang
bola) yaitu badan rumah, dan alam/dunia ditentukan-Nya sendiri dengan tiada sekutu
bawah (awa bola) yaitu kolong rumah yang bagi-Nya.
biasanya digunakan untuk tempat peternakan. Bala suji’ merupakan simbol Luwu,
orang menyebutnya sulapa’ eppa’ atau jasat
8
Pendidikan Seni Rupa
dari keempat unsur (tanah, api, air, dan angin). digunakan tempat istirahat dan tempat kerja
Bala suji diartikan sebagai pagar yang suci. bawahan Datu’.
Bala suji’ berbentuk belah ketupat yang Arajang atau regalia merupakan benda
dihubungkan dengan huruf sa pada aksara pusaka Kerajaan Luwu yang sangat
Lontara, karena huruf sa pada aksara Lontara bermakna, sebab raja Luwu memerintah atas
sangat disakralkan maka bentuk baja suji’ nama arajang atau regalia. Hampir semua
seperti huruf sa. orang Luwu mengenal adanya arajang,
Tangga biasa disebut sapana, jumlah walaupun pemahaman setiap orang terhadap
tangga pada Langkanae adalah 25. Tangga objek (arajang) tersebut berbeda-beda. Selain
(sapana) merupakan simbol rumah adat, itu arajang merupakan benda keramat atau
tangga tidak boleh genap harus ganjil yang simbol kekuasaan Kerajaan Luwu pada masa
bermakna hidup karena yang akan tinggal di lampau yang biasanya berupa benda-benda
rumah adalah mahluk hidup. Setelah kita berupa parang dan semacamnya. Benda-benda
melewati tangga kita akan berada di lego-lego kerajaan tersebut dikenal dengan beberapa
yang merupakan teras. Ketika pada zaman dulu nama, yakni ada yang dikenal dengan
Raja membuat acara untuk umum, orang yang Labungawaru, Labarana, Lakarurung, dan
berada di lego-lego hanya rakyat biasa. Lamajekkoe. Pada saat ini benda tersebut
Jumlah tiang pada Langkanae disimpan dengan rapi di dalam istana Kerajaan
menghampiri 100, karena pada jaman dulu Luwu. Bahkan disimpan dalam kamar khusus
orang berusaha membuat rumah sebesar dan sebagai benda keramat yang harus
mungkin, karena tiang menjadi sumber dihormati.
kekuasaan, jika tiangnya besar, maka besar Arajang bagi masyarakat Luwu
juga kekuasaaannya/kekuatan. Sedangkan dimaknai sebagai benda yang mempunyai
pada pim posi’/posi bola’ atau disebut dengan kekuatan sakti. Pemahaman masyarakat
tiang utama/sokoguru. Luwu harus mempunyai tentang arajang sangat terkait dengan adanya
pim posi yang menghubungkan antara tanah mitos tentang Tomanurung, atau dewa yang
karena kita bersumber dari tanah yang turun dari langit beserta perangkatnya yaitu
menghubungkan dengan orang yang ada di arajang. Arajang dianggap sebagai benda
atas. Pada pemasangan posi bola’ tidak yang sangat sakral, sehingga menjadi simbol
sembarangan yang bisa mendirikannya harus kekuasaan Kerajaan Luwu pada masa dahulu
orang ahli dalam pendirian posi bola’. sampai saat ini. Arajang masih dihargai
Sonrong adalah tempat para gadis sebagai warisan Kerajaan Luwu yang tidak
bangsawan untuk luluran. Anak gadis dapat berubah atau hilang begitu saja identitas
disimbolkan dengan bunga, yang diartikan kebangsawanannya dibandingkan darah
sebagai bunga di taman yang tidak sembarang kebangsawanan.
kumbang yang mendekatnya. Disamping Untuk menjaga agar arajang tetap
sonrong ada kamar pejabat yang pada zaman menjadi simbol kekuasaan datu Luwu pada
dulu kamar ini digunakan para pejabat kerajaan masa dahulu dan sebagai identitas orang Luwu
atau Opu Cenning(wakil Datu’) pada masa sekarang, maka arajang tetap dijaga dan
Langkanae sekarang kamar ini biasanya dipelihara, bahkan di tempatkan di tempat
9
Pendidikan Seni Rupa
10
Pendidikan Seni Rupa
11
Pendidikan Seni Rupa
12