You are on page 1of 10

POLIGAMI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Kajian Tafsir Muqaranah)

M. Ichsan
STAI al-Hilal Sigli Aceh
Jl. Perniagaan No. 10, Keramat Dalam, Sigli Aceh
e-mail: abati.arissa_zahid@yahoo.com

Abstract: The controversy of the polygamy issues among scholars occurred very sharply, which is almost difficult to
find an agreement. Some contemporary scholars are more likely to disagree with the practice of
polygamy. The controversy among the scholars in judging the practice of polygamy in society is the
author’s reason to examine more specifically the issue in order to get answers to the disputed problems.
This research is a library research. It was done by collecting data from books that are related to the
problems. This research is descriptive comparative, which studies the comparison of an object, in this
case is polygamy according to the Islamic law perspective in the study of the muqaranah (comparison)
interpretation. The results of the study is that the controversy of the views of the scholars in terms of
polygamy is due to differences in the way of interpreting lafaz amar (marriage orders), namely in the
sentence (‫)فانكحوا‬. Most scholars think that lafaz amar shows to ibahah. Ahlu al-Zhahiryah
mentioned that the command of marriage in the surah al-Nisa verse 3 means (obligation) to carry out
the order of marriage. Al-Tabariy interpreted that the command to marry in the sentence (‫)فانكحوا‬
contained in verse 3 of the surah an-Nisa does not mean an obligatory and binding (‫ )االلزام‬but a
teaching ‫ االرشاد‬and notification ‫االعالم‬. This is due to the existence of qarinah which turns away the
meaning.

Kata kunci: poligami, perspektif, Hukum Islam, Tafsir Muqaranah

PENDAHULUAN pasangan hidup dalam waktu yang sama.


Sebenarnya istilah yang lebih tepat dalam
I slam merupakan agama dan
pedoman yang mengatur pola hidup
masyarakat dalam ruang lingkup kecil
permaslahan poligami adalah “poligini”
maksudnya adalah seorang suami
mempunyai dua atau lebih isteri dalam
maupun besar. Semua permasalahan yang
waktu yang sama.
berkaitan dengan kehidupan masyarakat
Tema poligami atau poligini telah
baik yang berkenaan dengan ibadat,
banyak dibahas oleh para ulama sejak
mu’amalat, munakahat dan sebagainya
zaman dahalu baik kalangan ulama tafsir,
diatur dalam agama yang sempurna
maupun ulama fikih. Permasalahan
tersebut. Salah satu aspek yang diatur
tersebut masih diperdebatkan oleh
oleh Islam dalam kehidupan berumah
kalangan ulama hingga saat ini. Hal ini
tangga adalah poligami. Poligami adalah
tentu dapat ditemukan terutama dalam
seseorang yang mempunyai dua tua lebih
kitab-kitab fikih dan kitab tafsir. Hanya
saja pandangan yang berkembang selama
152 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018

ini cenderung memperkuat pendapat minat penulis untuk mengkaji lebih


yang membolehkan konsep poligami spesifik permasalahan tersebut dalam
(ta’adud al-zawat) (Nasaruddin Umar, 2011: rangka mendapatkan jawaban atas
97). permasalahan yang diperselisihkan. Oleh
Dimensi kontraversial permasalahan karena demikian, penulis berupaya untuk
poligami di kalangan ulama terjadi sangat mengkaji permasalahan tersebut dengan
tajam, hampir sulit dipertemukan. membandingkan penafsiran antara satu
Sebahagian ulama mendukung praktek ulama tafsir dengan ulama tafsir lainya
poligami dengan alasan bahwa poligami yang didapati penafsirannya oleh penulis
tersebut adalah fasilitas yang diberikan dalam kitab-kitab tafsir, baik tafsir klasik
oleh Allah kepada manusia untuk dapat maupun modern.
mencegah sesuatu yang dilarangNya Dari latar belakang masalah yang
semisal zina. Dalam pandangan ulama telah digambarkan penulis di atas maka
tersebut, poligami sebagai salah satu dapat dirumuskan dua rumusan masalah
upanya pencegahan terjadinya praktek diantaranya adalah:
zina di kalangan masyarakat. Sebahagian 1. Bagaimana penafsiran ulama terhadap
ulama lain yang dianggap sebagai ulama surah al-Nisa ayat 3 mengenai praktek
kontemporer, lebih cenderung tidak poligami?
sependapat dengan praktek poligami. 2. Apa latar belakang kontrafersial ulama
Golongan tersebut berpendapat, sesunggunya mufasirin dalam permasalahan
Islam menganut prinsip monogami yaitu poligami?
mempunyai isteri satu, golongan ini juga
mengecam praktek poligami sebagai
METODE PENELITIAN
perpanjangan tradisi Arab pra-Islam yang
memberikan status dominan kepada Penelitian ini adalah penelitian
kaum laki-laki (male-centris) (Nasaruddin kepustakaan (library research) dengan cara
Umar, 2014: 130). mengumpulkan data dari buku-buku atau
Perselisihan pendapat antara ulama kitab-kitab yang diteliti dan ada
dalam menilai praktek poligami di hubungannya dengan permasalahan yang
masyarakat, menyebabkan permasalahan ada yaitu mengenai poligami menurut
tersebut sulit untuk dikompromikan. Karena perspektif hukum Islam kajian tafsir
setiap kelompok juga menggunakan muqaranah.
metodologi yang berbeda-beda untuk Penelitian ini bersifat deskriptif
mengomentari sumber hukum yang komparatif yaitu perbandingan suatu
dijadikan sebagai landasan hukum dalam objek yang dalam hal ini adalah poligami
permasalahan tersebut. Sehingga menurut persepektif hukum Islam dalam
menghasilkan produk hukum yang kajian tafsir muqaranah dengan maksud
berbeda antara satu golongan dengan untuk memberikan penjelasan.
golongan yang lain, bahkan bertentangan Selanjutnya dilakukan analisis dari segi
antara satu sama lainnya. metode istinbath hukum dan dari segi
Kontraversi yang terjadi di kalangan kehujjahan dalil-dalilnya sehingga dapat
para ulama dalam menilai praktek diperoleh suatu kesimpulan yang lebih
poligami dalam masyarakat, menarik rajih.
Poligami dalam Perspektif Hukum Islam (Kajian Tafsir Muqaranah) ║153

Penulis menggunakan pendekatan Istilah khusus yang mengacu


ushulfiqh dengan melihat ketentuan- pada perkawinan seseorang laki-laki
ketentuan hukum yang ada dengan dengan beberapa orang perempuan
maksud memberikan penilaian tentang adalah poligini (polyginy) dan yang
kebenaran dan alasan yang dijadikan mengacu pada perkawinan antara
sebagai dasar hukum atau hujjah dan juga seorang perempuan dengan beberapa
lebih menekankan terhadap pertimbangan orang laki-laki adalah poliandri
maqasid al-syari‘ah yang releven dengan (polyandry). Pengertian poligami yang
masa sekarang. berlaku di masyarakat adalah seorang
Pengumpulan data dilakukan laki-laki kawin dengan banyak wanita.
dengan penelitian kepustakaan untuk Menurut tinjauan Islam poligami
memperoleh data-data primer dan mempunyai arti perkawinan yang lebih
sekunder. Peneliti menggunakan metode dari satu, dengan batasan umum yang
komparatif, yaitu membandingkan sebuah dibolehkan hanya sampai empat
karya dengan karya-karya yang lain wanita.
tentang hal yang sama. Dalam penelitian Istilah lain yang maknanya
ini, pemikiran ulama klasik mendekati makna poligami yaitu
dikomparasikan dengan pemikiran ulama poligini, kata ini berasal dari poli atau
modern sehingga dapat diketahui polus dalam bahasa Yunai yang artinya
persamaan maupun perbedaan keduanya banyak, dan gini atau gene artinya isteri,
dan dapat ditarik suatu kesimpulan yang jadi poligini arrtinya beisteri banyak
konkrit tentang persoalan yang diteliti. (Badriyah Fahyimi, 2002: 40). Dalam
Ensiklopedi Nasional, poligami
diartikan suatu pranata perkawinan
PEMBAHASAN
yang memungkinkan terwujutnya
A. Pengertian Poligami keluarga yang suaminya memiliki lebih
dari seorang isteri atau isteri memiliki
Kata poligami berasal dari bahasa lebih dari seorang suaminnya.
Yunani, dari kata poly yang berarti Istilah yang lebih tepat dalam
banyak dan gamien yang berarti kawin, permasalah di atas sebenarnya adalah
jika digabungkan akan berarti suatu “poligini” yaitu seorang suami
perkawinan yang banyak (Bibit memiliki dua atau lebih isteri dalam
suprapto, 1990: 61). Bandingkan waktu yang sama, sedangkan poligami
dengan (Labib MZ, 1986: 15). adalah istilah yang digunakan untuk
Dalam bahasa Arab poligami menyebut perkawinan yang lebih dari
disebut ta’adud al-zawajah. Poligami satu, baik laiki-laki atau perempuan.
diartikan dengan perkawinan yang Istilah poligami sering dipakai untuk
dilakukan dengan beberapa pasangan mengacu kepada poligini, karena
pada waktu bersamaan. Dengan praktek ini sering dilaksanakan dalam
demikian poligami itu tidak terbatas masyarakat dibandingkan dengan
hanya dilakukan oleh lelaki, tetapi juga poliandri (seorang isteri mempunyai
oleh perempuan. suami dua orang dalam waktu yang
154 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018

sama). Selanjutnya penulis mengguna- sepuluh. Dalam hal ini, kaum


kan istilah poligami untuk menyebut Jahiliyyah berpendirian bahwa”
seorang suami yang memiliki lebih dari tidak ada satu orang pun yang dapat
seorang isteri. melarang kaumnya untuk menikah
sebagaimana yang dilakukan si fulan
B. Poligami dalam Hukum Islam dalam hal jumlah wanita yang
1. Dasar Hukum Poligami dinikahinya (Muhammad bin Jarir
Al-Qur’an surah al-Nisa ayat 3 bin Yazid bin Khalid al-Tahabariy,
1405 H: 233).
Dalam budaya yang dipraktekkan
       
tersebut, kaum Jahiliyah tidak merasa
terbebani sama sekali untuk berlaku
        
adil terhadap isterinya yang telah
         dinikahi tersebut, baik di antara para
isteri terdapat anak yatim yang
     dulunya ia asuh atau tidak.
Dalam masyarakat Jahiliyah
“Dan jika kamu takut tidak akan pada saat itu juga sudah menjadi
dapat berlaku adil terhadap (hak- tradisi yang dianggap biasa apabila
hak) perempuan yang yatim menggunakan harta anak yatim
(bilamana kamu mengawininya), yang diasuhnya sebagai biaya
maka kawinilah wanita-wanita (lain) pernikahannya dengan perempuan
yang kamu senangi: dua, tiga atau lain. Bukan hanya sampai di situ,
empat. Kemudian jika kamu takut
juga tidak dipandang sebagai “cacat”
tidak akan dapat berlaku adi, maka
kalau wali yang mengasuh si anak
(kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki. Yang yatim perempuan, mengambil keuntungan
demikian itu adalah lebih dekat dari anak yatim perempuan tersebut
kepada tidak berbuat aniaya.” Q.S. dengan menjadikanya sebagai pelacur.
al-Nisa [4]: 3) Dengan turunnya alQur’an surah al-Nisa
ayat 3 di atas, merupakan jawaban
Ayat di atas, merupakan bagian
terhadap ketidakadilan perlakuan
dari surah al-Nisa. Permulaan surah
orang-orang Jahiliyah juga membatasi
ini dimulai dengan perintah untuk
kebolehan untuk menikahi hanya sampai
bertakwa kepada Allah yang telah
empat orang perempuan dalam waktu
menjadikan manusia dengan
yang bersamaan (Abd al-Rahman
berpasang-pasang dan perintah
bin ‘Ali bin Muhammad al-Jauziy,
memelihara silaturrahmi antar
1404 H: 5).
sesama manusia. Secara sosiologis
Penggunaan huruf (‫ )ما‬pada
ayat ini turun untuk merespon
kalimat ‫ما طاب لكم‬, menunjukkan kata
kebiasaan suku bangsa Arab
sambung isem maushul, dan dalam
Jahiliyah yang membolehkan
ayat tersebut tidak menggunakan
seorang laki-laki menikah lebih dari
huruf ‫من‬. Sementara kata(‫)ما‬itu
empat orang wanita, enam dan
sendiri biasanya digunakan untuk
Poligami dalam Perspektif Hukum Islam (Kajian Tafsir Muqaranah) ║155

menjelaskan selain manusia. Al- Walaupun bentuk kata dalam frase


Thabary (W. 310 H) menjelaskan tersebut menunjukkan perintah,
bahwa makna sesunguhnya dari akan tetapi dengan adanya qarinah
ayat tersebut adalah “nikahlah ini ia bermakna larangan terhadap
dengan nikah yang baik” hal itu pernikahan poligami yang
didukung oleh berbagai riwayat, di dikhawatirkan akan mencelakan
antaranya dikemukakan oleh para isteri tersebut, farse di atas
Mujahid (W. 104 H). Pada ayat di tidak bermakna perintah untuk
atas terdapat lafaz amar (perintah melakukan poligami. Oleh karene
menikah) yaitu pada kalimat )‫( فانكحوا‬ demikian, makna ayat di atas “jika
mayoritas ulama berpendapat khawatir tidak akan dapat berlaku
bahwa lafaz amar menunjukkan adil terhadap perempuan yatim dan
kepada pada ibahah (Mustafa al- perempuan bukan yatim, maka
Kinn, 1985: 300). Untuk janganlah kamu menikah kecuali
melaksanakan yang diperintahkan pernikahan halal yang kamu merasa
tersebut selama tidak ada qarinah yakin tidak akan mencelakai para
artinya perintah yang tercantum isteri-isterimu satu sampai empat
dalam ayat di atas bukan wajib dan orang.
bukan pula sunnat, walaupun ada Di dalam Bahasa Arab, juga
yang berpendapat wajib maka termasuk dalam al-Qur’an, sudah
maksudnya adalah wajib membatasi menjadi kebiasaan menggunakan
jumlah isteri bukan kewajiban untuk kelimat perintah dengan makana
menikahi isteri. Ahlu al-Zhahiryah larangan dan ancaman al-wa’du wa
menyebutkan bahwa lafazh amar al-wa’id. Hal itu misalnya dapat
(perintah menikah) dalam surah al- dilihat dalam surah al-Kahfi (18) ayat
Nisa ayat 3 di atas berarti 29:
(kewajiban) untuk melaksanakan         
perintah menikah, karena golongan
tersebut memahami ayat di atas
secara sharih .
  
Menurut al-Tabariy (W. 310 H) "Dan Katakanlah: "Kebenaran itu
perintah menikah pada kalimat datangnya dari Tuhanmu; Maka
(‫ )فانكحوا‬yang terdapat dalam ayat 3 Barang siapa yang ingin (beriman)
surah an-Nisa tersebut tidak hendaklah ia beriman, dan
bermakna wajib dan mengikat (‫)االلزام‬ Barangsiapa yang ingin (kafir)
akan tetapi bermakan pengajaran biarlah ia kafir". (Q.S. al Kahfi [18]:
‫ االرشاد‬dan pemberitahuan ‫االعالم‬. Hal 29)
demikian disebabkanadanya qarinah Oleh karena itu, seperti
yang memalingkan makna tersebut, dijelaskan al-Thabariy, dan penulis
yaitu frase “dan jika kamu takut tidak lebih condong dengan pendapatnya.
akan dapat berlaku adil terhadap (hak- Sesunggunya ayat al-Qur’an tersebut
hak) perempuan yang yatim”. memberikan pemahaman terbalik.
156 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018

Maka, makna ayat tersebut, apabila berkaitan erat dengan hukum


khawatir tidak akan berlaku adil melaksanakan pernikahan. Para ulama
dengan menikahi empat orang, maka fikih menyebut bahwa hukum menikah
nikahilah tiga orang perempuan saja. meliputi kelima hukum taklifi, yaitu:
Kalau dikhawatirkan tidak dapat wajib, sunnat, mubah, makruh dan
berlaku adil dengan menikahi tiga haram (Wizarat al-Awqaf wa al-Syuun
orang perempuan, nikahilah dua al-Diniyah, 2002: 210). Hukum menikah
orang saja. Jika masih dikhawatirkan tentu akan berubah-ubah, tergantung
dengan menikah dua orang kondisi dan keadaan orang yang akan
perempuan maka nikahilah satu melaksanakan pernikahan tersebut.
orang perempuan saja. Akan tetapi, Hukum nikah menjadi wajib, bagi
kalau dikhawatirkan tidak akan orang yang mempunyai hasrat tinggi
berlaku adil dengan menikahi satu untuk menikah karena dorongan
orang perempuan saja (merdeka), syahwatnya bergejolak dan ia
maka cukuplah bagimu budak mempunyai kemampuan ekonomi
perempuan yang kamu miliki. yang cukup, sehingga dikhawatirkan ia
Makna perintah menikah akan terjerumus kedalam perzinaan
setelah ‫ فا‬syarat yang terdapat di atas apaliba ia tidak melaksanakan
adalah “larangan” hingga ayat pernikahan tersebut. Adapun bagi
tersebut berarti “jika kamu orang yang mempunyai syahwat, dan
khawatir” wahai para wali anak juga mempunyai harta, tetapi tidak
yatim, untuk tidak berlaku adil khawatir terjerumus dalam maksiat
dalam menafkahinya. Dengan hanya semisal perzinaan maka baginya
memberikan nafkah yang sama hukum nikah adalah sunnat. Nikah
dengan perempuan lain, maka hukumnya mubah bagi orang yang
jangan dinikahi anak yatim terebut, mempunyai syahwat, tetapi tidak
tetapi nikahilah perempuan lain mempunyai harta. Atau bagi orang
yang telah dihalalkan oleh Allah yang mempunyai harta tetapi tidak
untukmu satu sampai empat orang. mempunyai syahwat. Nikah
Jika masih dikhawatirkan akan hukumnya makruh bagi orang yang
berbuat aniaya kepada perempuan tidak mempunyai harta dan tidak pula
lain yang telah dinikahi lebih dari mempunyai keinginan untuk menikah
satu orang tersebut, dengan tidak (lemah syahwat), sedangkan bagi orang
berbuat adil, maka nikahilah hanya yang merasa dirinya tidak mampu
seorang saja atau nikahilah budak bertanggung jawab dan akan
perempuan yang dimilikinya. menelantarkan isteri, anak maka
baginya haram untuk menikah.
C. Analisa Komperatif Pandangan Ulama (Wahbah al-Zuhaily, 2002: 31) dan
Tentang Hukum Poligami (Ibnu Qudamah, n.d: 341).
Sebelum penulis menganalisis Apabila dilihat hukum poligami
padangan ulama tentang hukum berdasarkan al-Qur’an surah al-Nisa
poligami, perlu dijelaskan terlebih ayat 3:
dahulu bahwa hukum poligami sangat
Poligami dalam Perspektif Hukum Islam (Kajian Tafsir Muqaranah) ║157

kamu merasa yakin tidak akan mencelakai


        
para perempuan tersebut, satu sampai
          empat orang”.
Berdasarkan ayat di atas, pada
          dasarnya hukum poligami adalah
mubah dan hukum mubah tersebut bisa
  berbeda pada setiap orang yang akan
melaksanakannya sesuai kondisi
masing-masing, yaitu mashlahah
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adilterhadap (hak-hak) (mengambil mamfaat dan menolak
perempuan yang yatim (bilamana kamu mafsadah). Prinsip yang harus
mengawininya), maka kawinilah wanita- diterapkan dalam penerapan maslahah
wanita (lain) yang kamu senangi: dua, adalah menolak mafsadah lebih
tiga atau empat. Kemudian jika kamu diutamakan dari pada mengambil
takut tidak akan dapat berlaku adi, maka manfaat, prinsip ini telah dirumuskan
(kawinilah) seorang saja, atau budak- dalam qaidah ‫درء المفاسد اولي علي جلب‬
budak yang kamu miliki. yang demikian ‫المصالح‬ yang artinya: “Menolak
itu adalah lebih dekat kepada tidak mafsadah lebih diutamakan dari
berbuat aniaya”. mengambil maslahah” (Muhammad Ali
Penulis lebih condong Ahmad al-Nadwi, 2000: 207).
mengatakan bahwa perintah yang Secara umum maslahah yang dapat
terdapat dalam ayat tersebut tidak diperoleh dengan poligami adalah
bermakna wajib dan mengikat, akan terpeliharanya suami dari perzinaan.
tetapi bermakna pengajaran dan Sedangkan mafsadah yang akan muncul
pemberitahuan. Hal itu disebabkan jika pintu poligami ditutup adalah
adanya qarinah yang memalingkan perzinaan dan monogami serial.
makan tersebut, yaitu kaliamat: Monogami serial akan berimplikasi
      pula terhadap penelantaran mantan
isteri dan anak (Ahmad Fedyani
“dan jika kamu takut tidak dapat berlaku
Saifuddin, 2007: 2).
adil terhadap (hak-hak) perempuan yang
Menurut hemat penulis banyak
yatim”, walaupun bentuk katanya
hal yang akan muncul akibat
adalah perintah, akan tetapi dengan
perkawinan poligami yang dapat
adanya qarinah ini maka bermakna
diasumsikan sebagai sisi negatif
larangan terhadap pernikahan larangan
(mafsadah), diantaranya adalah:
poligami yang dikhawatirkan akan
poligami mengakibatkan permusuhan
mencelakan para isteri, bukan
di antara para isteri sehingga suasana
bermakna perintah untuk melakukan
rumah tangga tidak harmonis,
poligami. Makna ayat tersebut adalah
perselisihan antara isteri yang dimadu
“jika kalian khawatir tidak akan berlaku
sering merambat kepada anak,
adil terhadap para perempuan yatim dan
sehingga kebahagiaan rumah tangga
perempuan bukan yatim, maka janganlah
dinikahi kecuali pernikahan halal yang jadi terganggu, adanya tekanan
158 ║ Jurnal Ilmiah Syari‘ah, Volume 17, Nomor 2, Juli-Desember 2018

psikologis terhadap isteri pertama yang dan mencelakakannya poligami


merasa diduakan cintanya, dan hukumnya haram.
tekanan secara sosial, karena asumsi Jadi, dari paparan yang telah
masyarakat yang selalu mempermasalahkan disampaikan pada pembahasan di atas
pihak perempuan sebagai biang keladi maka hukum dari poligami tersebut
dari praktek poligami, dan berbagai tidak bertumpu pada adanya nash,
asumsi-asumsi lainya dianggap akan melainkan pada situasi kondisi.
terjadi apabila praktek poligami terjadi Predikat hukumnya akan mengikuti
dikalangan mayarakat. kondisi ruangan dan waktu. Prinsipnya
Atas dasar pertimbangan maslahah adalah keharusan untuk selalu merujuk
di atas hukum poligami bisa meliputi prinsip-prinsip dasar syariah yaitu
semua hukum taklify yaitu wajib, keadilan, membawa kemaslahatan dan
sunnat, mubah, haram, dan makruh. tidak mendatangkan kemudharatan.
Poligami menjadi wajib apabila
kebutuhan sangat mendesak, misalnya
PENUTUP
dalam kondisi suami mempunyai
dorongan seks yang luar biasa, Dari keseluruhan pembahasan yang
sehingga akan mengakibatkan telah dipaparkan, maka dapat
terjadinya perzinaan. Di sisi lain suami disimpulkan tiga kesimpulan sebagai
juga dapat berbuat adil kepada hasil dari penelitian dari penulisan ini
isterinya, baik dari aspek materi dan sebagai berikut:
biologis. Poligami menjadi sunnah 1. Tafsiran surat al-Nisa ayat 3 adalah,
hukumnya apabila suami mempunyai apabila dikhawatirkan tidak akan
dorongan seks yang luar biasa, apabila berlaku adil dengan menikahi empat
tidak malakukan poligami akan orang, maka nikahilah tiga orang
menyebabkan ia terjerumus pada perempuan saja. Dan apabila
perzinahan, dan suami tersebut juga dikhawatirkan tidak dapat berlaku adil
berpotensi untuk mempnyai keturunan. dengan menikahi tiga orang
Dari sisi lain suami tersebut juga dapat perempuan, nikahilah dua orang saja.
berbuat adil kepada isteri-isterinya dan Jika masih dikhawatirkan dengan
anak-anaknya, baik dari aspek materi menikah dua orang perempuan maka
maupun bathiny. Poligami menjadi nikahilah satu orang perempuan saja.
haram hukumnya apabila suami Akan tetapi, kalau dikhawatirkan tidak
melakukan poligami hanya berorientasi akan berlaku adil dengan menikahi
pada pelampiasan syahwat belaka dan satu orang perempuan (merdeka),
tidak memperhatikan kondisi dan maka cukuplah bagimu budak
kemampuan materi dan mental. Ia perempuan yang kamu miliki.
tidak yakin bahwa dirinya dapat 2. Penyebab terjadinya kontraversi
berbuat adil kepada isteri-isterinya. pandangan para ulama dalam hal
Apabila suami yakin bahwa dirinya poligami adalah karena perbedaan cara
tidak mampu untuk memenuhi hak- pada dalam menafsirkan lafaz amar
hak isteri, apalagi sampai menyakiti (perintah menikah) yaitu pada kalimat
‫ فانكحو‬mayoritas ulama berpendapat
Poligami dalam Perspektif Hukum Islam (Kajian Tafsir Muqaranah) ║159

bahwa lafaz amar menunjukkan kepada al-Kinn, Mustafa. 1985. Atsar Al-Ikhtilaf fi
hukum ibahah yaitu ketentuan Allah al-Qawaid al-Ushuliyah fi Ikhtilaf al-
yang mengandung kebolehan memilih Fuqaha. Beirut: Muasasah al-Risalah.
antara melakukan atau al-Nadwi, Muhammad Ali Ahmad. 2000.
meninggalkannya. Ahlu al-Zhahiryah al-Qawa’id al-Fiqhiyah. Damsyiq: Dar
menyebutkan bahwa lafazh amar al-Qalam.
(perintah menikah) dalam surah al-
Nisa ayat 3 berarti (kewajiban) untuk al-Tahabariy, Muhammad bin Jarir bin
melaksanakan perintah menikah, Yazid bin Khalid. n.d. Jami’ al-Bayan
karena golongan tersebut memahami “an Ta”wil ayat al-Qur;an. Ed. Bairut:
ayat di atas secara sharih lafaznya. Dar al-Fikiri, Juz. 4
Menurut al-Tabariy perintah menikah al-Zuhaily, Wahbah. 2002. Fiqh al-Islami wa
pada kalimat (‫ )فانكحوا‬yang terdapat al-Adilatuhu. Damaskus: Dar al-Fikri.
dalam ayat 3 surah an-Nisa tidak
Fahyimi, Badriyah dkk. 2002. Isu-isu Jender
bermakna wajib dan mengikat (‫)االلزام‬
dalam Islam. Jakarta: PSW UIN Syarif
akan tetapi bermakna pengajaran ‫االرشاد‬
hidayatullah.
dan pemberitahuan ‫االعالم‬. Hal
demikian disebabkan adanya qarinah Ibnu Qudamah .n.d. Al-Mughny. Kairo:
yang memalingkan makna tersebut. Dar Al-Hadis.
3. Hukum poligami tidak bertumpu pada Saifuddin, Ahmad Fedyani. 2007.
adanya nash, melainkan pada situasi Poligami dalam Perspektif Sosial
kondisi. Predikat hukumnya akan Budaya.’ Suatu Catatan Teoritis
mengikuti kondisi ruangan dan waktu. Dipresentasikan. In Poligami dalam
Prinsipnya adalah keharusan untuk perspektif social, ekonomi,dan budaya.
selalu merujuk prinsip-prinsip dasar Jakarta: Lembaga Demografi Fakultas
syariah yaitu keadilan, membawa Ekonomi Universitas Indonesia.
kemaslahatan dan tidak mendatangkan
kemudharatan. Suprapto, Bibit. 1990. liku-liku poligami.
Yogyakarta: Al-Kausart.
MZ, Labib. 1986. Pembelaan Umat
DAFTAR KEPUSTAKAN Muhammad. Surabaya: Bintang
al-Diniyah, Wizarat al-Awqaf wa al- Pelajar.
Syuun. 2002. al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, Umar, Nasaruddin. 2011. Fikih Wanita
Kuwait: Wizarat al-Awqaf wa al- Untuk Semua. Jakarta: Serambi Ilmu
Syuun al-Diniyah, Juz 41. Semesta, Cet. I.
al-Jauzi, Abd al-Rahman bin ‘Ali bin 2014. Ketika Fikih Membela Perempuan.
Muhammad. n.d. Zad al-Masir. Beirut: Jakarta: PT Elex Media Komputinda.
al-Maktab al-Islamiy.

You might also like