Professional Documents
Culture Documents
Artikel PECS Hilmi Tri M
Artikel PECS Hilmi Tri M
Corresponding Author
ABSTRACT
development of their brain work and affects communication skills both verbally
and non-verbally in their social life. In general, people with autism have
expressive communication that must be developed and trained. One method that
Scientifiec Paper to improve PECS therapy is to analyze and find out an increase
design of this paper uses a literature review. Initial search of research articles with
Science Direct, PubMed and Google Scholar databases. The literature search
study on PECS therapy in autistic children found 592 articles, after the selection
experience communication
(PECS) therapy is a method that is quite effective for autistic children who
INTRODUCTION
(verbal mau pun non verbal) dengan lawan bicaranya. Hal tersebut umumnya
autisme di tahun 2018 yakni 1 dari 59 anak, meningkat sebesar 15% dibandingkan
tahun 2014 yaitu 1 dari 68 anak. Sedangkan WHO memprediksi 1 dari 160 anak di
Selatan 5, 3%, Banten 5,0%, Sumatera Barat 5,0%. Sedangkan di pulau Jawa,
Jawa Barat mendapat posisi kelima, setelah DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa
Timur dan Jawa Tengah yaitu sebanyak 2,8%. Di Jawa Timur, khususnya kota
Lumajang yang dilansir oleh Supriyanto (2021) salah satu sekolah menengah
bagi penyandang ABK pada tahun 2014 telah menampung anak didik ABK
sebanyak 31 siswa. Yang terbagi dalam klasifikasi A tuna netra, B tuna rungu
wicara, C tuna rungu grahuta, D tuna daksa dan autis.
dapat muncul pada anak usia 3 tahun. Gangguan neurologi pervasif terjadi pada
Gangguan perkembangan fungsi otak yang terjadi pada autis juga bevariasi,
akibatnya anak 2 tidak dapat belajar secara otomatis dalam berinteraksi dan
Goa, dkk. (2017) menjelaskan bahwa pada umumnya anak dengan autis
hal tersebut berpengaruh terhadap interaksi yang dilakukan si anak dengan dunia
yang dimiliki oleh penderita autis yaitu komunikasi, sosialisasi, perilaku dan
menyendiri. Tidak ada ketertarikan untuk berteman satu sama lain serta
Akibat yang dapat timbul dari gangguan autisme pada anak-anak seperti
yang dijelaskan oleh Purnama (2019) yaitu penderita autis akan mengalami
orang lain yang berada di dekatnya, serta perilaku tantrum lainnya. Gangguan
komunikasi yang dialami oleh anak autis terdiri dari dua bagian yaitu:
bahasa yang aneh dan sulit dimengerti. Selanjutnya pada bagian kedua,
kebanyakan anak autis memiliki visual memori lebih baik dibandingkan auditor
memory. Melalui visual learner atau visual thingking, yakni belajar secara visual
dari terapi berbicara dengan memahami komunikasi dari seorang anak yang tidak
autis serta anak disabilitas dalam berkomunikasi secara fungsional. Metode yang
cukup efektif bila diberikan pada mereka yang sulit untuk berkomunikasi dan sulit
media gambar dan simbol sebagai strategi visual. Seperti halnya yang
cukup efektif untuk mengurangi luapan ekspresi siwa autis yang tidak dapat bicara
seperti menginginkan dan meminta sesuatu pada orang lain. begitu juga pada
penelitian Goa, dkk (2017) yang berjudul “Komunikasi Ekspresif dengan Metode
PECS bagi Anak dengan Autis” yang mengungkapkan bahwa hasil yang
komunikasi ekspresif anak dengan autis setelah diberikan metode PECS. Untuk
itu, metode PECS dapat menjadi salah satu acuan dalam meningkatkan
komunikasi merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh anak autis.
Sering kali sulit mengungkapkan berbagai hal baik tentang dirinya maupun
lingkungan sekitar. Anak autis mengalami keterlambatan dalam bicara dan bahkan
solusi sesuai NIC menurut Wilkinson (2016) antara lain mendengar aktif,
ditambahkan solusi dari hasil penelitian Purnama, dkk. (2019) melalui metode
metode dalam penanganan dari masalah hambatan komunikasi yang dialami anak
subjek dua anak autisme yang telah diberikan metode Picture Exchange
Autis”.
METHOD
Database Pencarian
yang telah dilakukan serta diterbitkan dalam jurnal Online nasional dan
internasional. Pencarian literatur dilakukan pada bulan Maret 2021. Bahan yang
Pencarian artikel jurnal menggunakan kata kunci dengan tabel PICO dan
Boolean operator (AND, OR, NOT) yang digunakan untuk memperluas atau
terdiri dari:
jika tidak ada bisa menggunakan kelompok kontrol dalam studi terpilih.
d. Outcome yaitu hasil yang didapatkan dari studi terdahulu yang sesuai dengan
Comparators - - Outcomes - -
Strategi pencarian yang digunakan penulis yaitu Science Direct, PubMed dan
google scholar. Pada pencarian awal ditemukan (Science Direct = 434, PubMed=
75, Google scholar= 83), kemudian disaring berdasarkan tahun terbitan mulai dari
PubMed= 14, Google scholar= 35). Setelah disaring, penulis memilah dan
internasional atau jurnal yang sesuai dengan topik dan pembahasan penulis, lalu 8
artikel atau jurnal nasional yang telah dipilih sesuai dengan kriteria dari penulis.
Hasil yang disajikan berupa data umum dan data khusus, sebagaimana
berikut:
Data Umum
a. Karakteristik penelitian
risetnya dilakukan di UPT PLA Malang, Goa dan Derung (2017) di unit Terapy
(2019) Pondok Terapi Autisma Anak Manis Banjarmasin, SDLB Sungai Paring
bahan penelitian.
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Pendidikan
Rata-rata pendidikan yang ditempuh oleh responden yaitu SDLB dan
1. Zhakaria
Firmansyah
(Firmansyah,
2019)
Jurnal:
Pembelajaran Anak Autis dengan Metode Picture Exchange Communication System (PECS) Berbasis
Multimedia Augmented Reality Jurnal:
Desain:
Sampel:
Anak autis di UPT PLA Malang yang berusia 4- 10 tahun.
Desain:
Sampel:
anak autis (ASD)
Penerapan metode PECS dalam penelitian ini dengan menggunakan kemampuan komunikasi pada anak
dengan alat bantu komunikasi berupa buku komunikasi dan kartu gambar.
Intervensi yang diberikan yaitu dengan menerapkan teknik pelatihan Picture Exchange Communication
System (PECS). Berupa pembelajaran bantuan gambar atau benda bersamaan dengan kata kunci atau frasa
terkait
Hasil penelitian adalah H0 ditolak H1 diterima yang artinya ada perbedaan antara hasil pretest dan post test
dan hasil post test lebih besar daripada pre test. Ditunjukkan dengan nilai t hitung 15,7 yang lebih besar dari
ttotal yaitu 1,67.
Kesimpulan yaitu penggunaan metode PECS efektif diberikan untuk anak autis di UPT PLA Malang.
Hasil pengujian pada subyek dengan membandingkan antara sebelum dan sesudah perlakukan didapatkan
hasil terjadi peningkatan rata-rata sebesar 70% mengalami peningkatan pada kemampuan komunikasi.
Jurnal:
JURNAL NOMOSLECA
Metode PECS (Picture Exchange Communication System) Terhadap Kemampuan Komunikasi Non Verbal
Anak (2016)
Jurnal:
Pendidikan Khusus
Desain:
Sampel:
Anak autis di unit Terapy Bhakti Luhur Tahun 2016-2017 dengan jumlah 24 orang.
Desain:
Menggunakan metode penelitian pra eksperimen dengan bentuk “one group pretest posttest desaign”
Sampel:
yang sesuai dengan interaksi yang cepat.
Intervensi yang dilakukan yakni dengan memberi perlakukan kepada 4 anak dengan autis melalui 6 fase:
Intervensi yang diberikan yaitu dengan menerapkan teknik pelatihan Picture Exchange Communication
System (PECS) melalui aspek mengenal kegiatan sehari-hari.
Hasil yang dapatkan yaitu meningkatnya komunikasi ekspresif anak dengan autis setelah menggunakan
metode PECS. Nilai tertinggi diperoleh subyek MM dan LV, dengan peningkatan nilai komunikasi ekspresif
12. Subyek KF memperoleh peningkatan nilai 10 dan subyek VR 8. Dengan demikian, Metode PECS dapat
menjadi salah satu acuan untuk meningkatkan komunikasi ekspresif anak dengan autis.
Hasil penelitian diperoleh nilai ZH = 2,05. Karena ZH nilainya 2,05 (di atas / lebih besar dari 1,96), maka
disimpulkan ditolaknya H0 (hipotesis nol) berarti Ha (hipotesis kerja) diterima. Jika Ha diterima artinya ada
pengaruh penggunaan metode PECS terhadap kemampuan komunikasi anak autis di YP PG/TK Puri Mutiara
Bunda Sidoarjo.
5. Isy Tamimah
(Tamimah,
2017)
6. Sekar
Purnamasari
(Purnamasari,
2018)
Implementasi Picture Exchange Communication System (PECS) Pada Anak Autis Yang Mengalami Hambatan
Komunikasi Di TK Mentari School Sidoarjo (2017)
JURNAL:
Jurnal Pendidikan Khusus
Efektivitas Metode ABA dan PECS untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Pada Siswa Autis Di Kelas
1 Sdlb Sungai Paring (2018)
Jurnal:
Semua anak autis yang mengalami hambatan komunikasi non verbal
Desain:
Sampel:
siswa TK Menatri School dengan anak autis, anak tunarungu, dan semua anak yang komunikasinya belum
bisa atau masih mengalami kesulitan, autis yang mengalami hambatan komunikasi di TK Mentari School
Sidoarjo.
Desain:
Sampel:
Tahapan PECS yang diterapkan di TK Mentari School meliputi pelatihan komunikasi awal, pengambilan dan
pemberian gambar/symbol, diskriminasi gambar/symbol ikon, frase, menjawab pertanyaan dan komentar.
Namun tahapan tersebut tetap disesuaikan dengan kemampuan awal anak.
Penerapan metode PECS dalam pembelajaran kepada siswa penderita autisme yakni menggunakan buku
bergambar dan juga penerapan metode ABA namun sebagai pembanding, penulis tidak mencantumkan
hasil penelitian ABA.
Hasil dari penelitian tersebut adalah adanya peningkatan kemampuan bahasa verbal dari ketiga anak
tersebut dan dan meningkatnya perilaku komunikasi sosial serta menurunnya masalah perilaku.
Pada penerapan metode PECS (Picture Exchange Communication System) pada siswa autisme, terdapat 1
anak yang merespons dengan cara memberikan buku bergambar dan menyuruh anak untuk menyebutkan
nama
Program PECS (Picture Exchange Communication System) untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Terstruktur pada Anak Autis (2019)
Jurnal:
Gadjah Mada Journal Of Professional Psychology (GAMAJPP)
Penerapan Metode picture exchange Communications system (PECS) dalam meningkatkan keterampilan
berkomunikasi pada anak dengan autisme (2019)
Jurnal:
Jurnal Kognisia
Siswa autis kelas 1 SDLB Sungai Paring dengan jumlah 4 anak.
Desain :
Menggunakan
eksperimen single case dengan desain A-B-A.
Sampel:
Menggunakan desain quasy-experiment atau eksperimental- kuasi dengan rancangan one group pretest-
post-test desaign
Sampel:
Anak dengan autisme discreening terlebih dahulu menggunakan childhood autism rating scale (CARS) dan
Children’s Communications checklist (CCC) untuk mengetahui tingkat keparahan autisme yang diderita.
Instrumen tersebut digunakan untuk mengukur keterampilan berkomunikasi pada saat pretest dan posttest¸
sebelum dan sesudah penerapan metode picture exchange Communications system (PECS).
gambarnya dengan membuka buku dan tersenyum.
Hasil penelitian ditunjukkan meningkatnya dalam kemampuan berbicara ter-struktur kedua partisipan
melalui program PECS yang telah dilakukan..
Hasil menunjukkan bahwa data yang diperoleh, variabel mean empirik sebesar 68 poin dengan standar
deviansi sebesar 5,657 poin, serta mean hipotetik sebesar 70 dengan standar deviasi sebesar 2,3.
Perbedaan nilai antara pretest dan posttest yang telah dilakukan juga dapat dilihat melalui perbandingan
rerata. Pada pretest rerata hanya diperoleh sebesar 44,5 sedangkan pada posttest rerata diperoleh sebesar
68. Artinya rerata posttest
meningkat sebanyak 23,5 dari rerata
pretest.
JURNAL:
The method used in this study is a quasi experimental design with a time series design
Sampel:
Subjects in this study were autistic students of grade IV SDLB YPLB in Banjarmasin.
From the results of the expressive language ability of students at pre test results obtained O1 = 27.5 O2 =
32.5 O3 = 32.5 and O4 = 35. After being given treatment using the PECS method to improve the ability of
expressive language can be seen from the activities of students during the learning process using the PECS
method looks very enthusiastic and active. While the expressive language ability of students increased
during the post test with the results of O5 = 82.5 O6 = 87.5 O7 = 95 and O8 = 100. The ability of students to
be seen from students can answer. Expressive language learning with the PECS method uses a variety of
media
After being given treatment using the PECS method to improve the ability of expressive language can be
seen from the activities of students during the learning process using the PECS method looks very
enthusiastic and active. .
2. Khoiriyah (Khoiriyah,
2020)
Picture Exchange Communication System (PECS): A strategy to improve
children’s speaking ability (2020)
Jurnal:
This study uses qualitative method with the type of action research.
Sampel:
The participants were 17 children aged 4-5 years old of group A1 TK ABA 4 Mangli Kaliwates Jember
including picture cards and communication books.
The research is carried out in stages, starting from planning, implementing, observing, and reflecting.
The first stage started with planning, in which there were three basic Activities The research is carried out
in stages, starting from planning, implementing, observing, and reflecting. The first stage started with
planning, in which there were three basic Activities.
The second stage is implementation. In this stage the researcher applied what has been planned, namely the
researcher and the teacher provided picture cards that have been adjusted to the theme.
The third stage is observation. This stage is a tool to get an idea of how far the action has reached the target.
The last stage is reflection. This stage contains activities to study and analyze the results of observations, to
find out weaknesses to be fixed.
The result showed that prior to PECS the children's speaking development rate was 17%, after the PECS
action the speaking ability increased from 35% in the first cycle to 88% in second cycle. This shows that the
speaking ability of early childhood can be improved with PECS approach.
DISCUSSION
Pembahasan
a. Umur
mulai dari 3-10 tahun, sebagai berikut: Karakteristik responden berdasarkan umur
(2019)), 4-5 tahun (Khoiriyah (2020)), 3-5 tahun (Purnama, et al (2019)). Menurut
teori Depape & Lindsay (2015) dalam Purnama, dkk. (2019) menyatakan bahwa
bahwasannya pada umur 3-10 tahun dari penelitian sudah didapatkan banyak
komunikasi muncul dalam waktu yang singkat, hal itu dapat membuktikan bahwa
sebelum berumur 3 tahun subjek sudah mengalami gejala autis dan dapat terlihat
dengan jelas ketika berumur lebih dari 3 tahun.
Sejalan dengan teori Pangestu dan Fibriana (2017) bahwa autisme diklasifikasikan
autism (autisme masa kanak-kanak) gejala yang timbul sebelum anak berusia 3
perkembangan yang terjadi lebih banyak dialami anak laki-laki. Perlu diberikan
terapi untuk membantu proses perkembengan otak terutama pada anak autis.
b. Jenis kelamin
yang menyebutkan bahwa subjek terdiri dari 4 subjek berjenis kelamin laki-laki
dan 2 subjek berjenis kelamin perempuan. Hal tersebut sejalan dengan Aditya &
Wijaya (2017) yang menyatakan prevalensi anak laki-laki tiga sampai empat kali
lebih besar daripada anak perempuan. Menurut penulis antara fakta dari beberapa
penelitian sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa kejadian autisme lebih
hasil penelitiannya telah diketahui anak laki-laki berisiko 2,875 kali lebih besar
kondisi tersebut adanya proses genetik tertentu yang berujung pada dominannya
jenis kelamin laki-laki mengalami autisme, kausatif gen yang melekat pada
kromosom X (X-linked disorders) dan imprinting gen.
c. Pendidikan
Wardani dalam Dewi, dkk (2018) strategi coping orang tua saat mengetahui
pendidikan yang sesuai dengan kemampuan anak serta sesuai dengan hambatan
yang dialami oleh anak autis yang jelas berbeda dengan anak normal lainnya.
Sehingga anak autis mampu belajar dengan kondisinya baik belajar secara
Terapi PECS yang diberikan pada responden pada artikel, melalui beberapa
Purnamasari (2018) menggunakan alat bantu gambar dan simbol sama halnya
dengan Vistasari dan Patria (2019) dengan program visual suport menggunakan
kartu bergambar. Pada Purnama, dkk. (2019) media yang digunakan melalui
cards”
PECS ini meliputi: kerja sama (cooperation) di mana dibutuhkan kerja sama
antara terapis dan responden untuk mencapai tujuan yang sama dan saling
menguntungkan, akomodasi atau penyesuaian diri yang mana antara terapis dan
dalam prosesnya, persaingan yang dapat terjadi seperti persaingan dalam bermain
pengaruh pada anak autis dalam proses interaksinya dengan baik. Perlu adanya
pendampingan yang adekuat dari peneliti mau pun guru. Karena pada bentuk
usahanya terapi PECS merupakan salah satu usaha yang dapat meningkatkan
kemampuan interaksi sosial anak autis. Ada pun hal lain yang harus dilakukan
atau 4 fase, bahkan ada juga yang menggunakan aplikasi yang dapat membatu
pengobatan Yuliani (2020) dan Yanti (2020) terdapat 3 cara yakni analisis
perilaku terapan, sistem komunikasi pertukaran gambar dan ahli terapi wicara.
Menurut Ganz (2007) dalam Raga, dkk (2017) menyatakan bahwa terapi PECS
menjadi cara yang sangat baik bagi anak-anak dalam hal berinterkasi. Karena
salah satu
metodenya yaitu penggunaan simbol dan gambar yang dapat dengan mudah
dipahami oleh anak-anak, sehingga mereka pun juga dapat menerapkannya dalam
interaksi sosialnya. Pengaruh yang diberikan metode PECS ini cukup signifikan
Jadi kesimpulan penulis dari pembahasan di atas, 3 cara tersebut sudah secara
garis besar dalam melakukan pemberian terapi PECS terhadap anak autis,
sehingga antara fakta dan teori sudah sejalan. Adapun teori yang dapat
memperkuat opini oleh Pangestu dan Fibriani (2017) yaitu terapi secara bertahap
serta sedini mungkin cukup efektif diberikan sebelum anak berusia 5 tahun,
karena perkembangan pesat otak pada anak puncaknya pada usia 2-3 tahun.
Terapi yang dapat diberikan meliputi: terapi wicara, terapi okupasi, terapi
4.4.3 Komunikasi yang Dihasilkan dari Pemberian Terapi PECS Dari sepuluh
artikel yang telah di review, didapatkan data bahwa terjadi peningkatan pada
komunikasi verbal dan non verbal. Peningkatan pada komunikasi verbal sebesar
pada masing-masing fase di setiap terapi. Sedangkan pada komunikasi non verbal,
dengan terapi yang telah diajarkan. Secara teori Pangestu dan Fibriani (2017)
baik verbal maupun non verbal. Dari setiap perkembangan anak dampak dari
autisme berbeda-beda, dampak pada pra sekolah disebut tantrum (ledakan emosi),
telat berbicara, kurangnya kontak mata dan senyum sosial, menyendiri, dan tidak
dapat memahami aturan. Memasuki masa sekolah, sikap menarik diri berkurang
namun ketika proses bersosialisasi dengan teman sebaya tetap sulit dan tidak dapat
seimbang dalam tugas kognitif. Pun menjelang dewasa, anak memiliki gangguan
menurut Dewi, dkk (2018) anak autis secara umum mengalami ggangguan
komunikasi verbal mau pun non berval. Gejala yang sering muncul meliputi:
perkembangan bahasa yang lambat, membeo (senang meniru), tampak seperti tuli,
kemampuan berbicara yang sulit, penggunaan kata yang tidak sesuai arti,
mengoceh tanpa arti dan berulang ulang dan bicara tidak digunakan untuk
berkomunikasi.
terhadap anak autis dari beberapa penelitian sejalan dengan teori, sebelum
pemberian terapi perlu adanya observasi perkembangan yang dialami oleh anak
yang mana setiap anak mengalami perkembangan yang berbeda-beda, dengan usia
responden yang berbeda-beda atau pun dengan usia yang sama. Namun
komunikasi baik verbal maupun non verbal dan berpengaruh terhadap interaksi
sosialnya. Sehingga hasil yang didapatkan setelah pemberian terapi pada masing-
diterima artinya ada perbedaan yang mana hasil post test lebih besar daripada pre
test, dengan nilai thitung (15,7) lebih besar dari ttotal (1,67) dengan kesimpulan PECS
efektif dalam pembelajaran anak autis. Metode penelitian yang digunakan dengan
metode kuantitatif dengan sampling anak autis di UPT PLA Malang yang berusia
4-10 tahun. Penggunaan penerapan metode PECS berupa alat bantu komunikasi
dan kartu gambar, dengan hasil terdapat peningkatan pada komunikasi non verbal
pada responden. Metode pelaksanaan terapi PECS menggunakan tes empat fase
soal tes pertama sesuai dengan penelitian yaitu pelaksanaan metode pada fase 2
meliputi: saya, buku komunikasi saya dan mitra komunikasi saya. Kemudian pada
memilih gambar yang benar dari banyak kemungkinan. Lalu pada soal tes ketiga
Asumsi penulis, dari keempat fase yang dipilih dalam menerapkan metode
PECS tidak harus monoton dalam penggunaan fasenya. Dilihat dari metode
soal tes, kemudian menggunakan fase 3, lalu kembali ke fase 1 terakhir ke fase 4.
terlebih dahulu hingga tersulit dalam sol tesnya. Karena penggunaan metode 4
responden. Adapun hasil uji penelitian yang serupa dengan Firmansyah (2019)
lebih besar dari 1,96), maka disimpulkan ditolaknya H 0 (hipotesis nol) berarti Ha
anak autis yang mengalami hambatan komunikasi non verbal, kesimpulannya hasil
yang diperoleh yakni peningkatan komunikasi non verbal. Dengan hasil dan
kesimpulan yang sama namun terdapat pembeda terhadap metode dan pelaksanaan
pembelajaran yang
Dari kedua penelitian yang telah dibahas di atas, penulis hanya mengambil
beberapa peneliti yang hasil uji penelitiannya serupa tetapi berbeda dalam
penggunaan metode terapi PECS dan membandingkan dari kedua penelitian. Dapat
penulis, penggunaan metode dan pelaksanaan terapi tidak harus melalui 4 fase,
adapun pada penelitian lain yang menggunakan 6 fase kurang lebih tahap dan
pelaksanaannya sama. Di sisi lain ada juga yang menggunakan hanya dengan
b. Komunikasi verbal
Selain adanya komunikasi non verbal, terapi PECS juga dapat meningkatkan
komunikasi verbal seperti halnya peneliti Tamimah (2017) hasil yang diperoleh
sampling siswa TK Mentari School dengan nak autis, anak tunarungu dan semua
digunakan berupa potongan gambar/simbol yang mirip dengan wujud asli objek.
kemampuan anak. Dapat diulas lagi, secara garis besar tahapan PECS yang
adalah hasil akhir dari kedua peneliti. Pada peneliti Tamimah (2017) hasil yang
Vistasari dan Patria (2019) yang mana hasil dari penelitian Vistasari dan Patria
desain A-B-A. dalam metode dan pelaksanaannya Vistasari dan Patria (2019)
menggunakan kartu bergambar disertai 4 fase yang dimiliki program PECS sendiri.
Penerapannya tidak jauh berbeda pada Firmansyah (2019) berupa 4 fase meliputi:
Fase 1 (pengenalan kartu bergambar), Fase II (Penyusunan kalimat pola S-P), Fase
III (Penyusunan kalimat pola P-O), Fase IV (Penyusunan kalimat pola S-P-O).
dan Patria (2019) adalah penggunaan fase ke-3 sampai fase ke-4, yang mana pada
Vistasari dan Patria (2019) lebih berfokus pada penggunaan kalimat berstruktur.
Asumsi penulis dari kedua sampel peneliti di atas dengan hasil penelitian
yang berfokus pada komunikasi verbal yaitu terdapat pembeda antara metode dan
pelaksanaan pada kedua peneliti. Pada Tamimah (2017) dengan tahapan meliputi:
metode 4 fase dan kartu bergambar, 4 fase yang dilalui berfokus pada kalimat
komunikasi verbal metode Vistasari dan Patria (2019) yang lebih sesuai. Namun
dari hasil penelitian penggunaan metode yang diterapkan Tamimah (2017) juga
Dari hasil dan pembahasan yang telah diulas, terapi Picture Exchange
anak autis yang mengalami hambatan komunikasi baik secara verbal mau pun non
verbal. Penerapan yang diberikan secara bertahap dan juga konsisten serta
menyesuaikan dengan hambatan perkembangan yang dialami oleh anak, tidak
hanya sekali dua kali namun berkali-kali secara terus menerus dengan begitu anak
dengan anak pada umumnya sehingga pembelajaran yang diberikan juga harus
CONCLUSION
CONFLICT OF INTEREST