You are on page 1of 8

TEKNOLOGI PANGAN : Media Informasi dan Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian Terakreditasi No.

36/E/KPT/2019
Website: https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/Teknologi-Pangan Volume 11, No. 1, (2020), Halaman 34-41
Licensed : Creative Commons Attribution 4.0 International License. (CC-BY) p-ISSN: 2087-9679, e-ISSN: 2597-436X

Isolasi dan karakterisasi biokimia bakteri pembusuk buah cabai rawit


Isolation and biochemistry characterization spoilage bacteria in cayenne pepper fruit

Yoga Aji Handoko1)*, Yulius Adi Kristiawan1), Yohanes Hendro Agus1)


1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro No. 52–60, Salatiga, Jawa Tengah, Indonesia
*e-mail: yoga.handoko@uksw.edu

Informasi Artikel:
Dikirim: 15/02/2020; ditinjau: 16/02/2020; disetujui: 20/03/2020

ABSTRACT

Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) is a species of chili that is usually consumed
daily and used by the food industry. Although cayenne pepper has important roles, it is
often found rotting before it is reached by consumers. Postharvest handling that did not
apply good handling practices can causes decomposition of cayenne peppers. This
decayed can be caused by the activity of microorganisms, such as bacteria. This study
aims to isolate and examine the biochemical properties of spoilage bacteria in cayenne
pepper. The stages of the experiment involved: isolation and purification of the
bacteria, observation of cell morphology and colonies, and biochemical examination.
The results showed that bacterial isolates in cayenne pepper had rod-shaped cell
characteristics, shiny colony surfaces, and jagged colony edges. Biochemical
characteristics show that these bacteria have enzyme catalase activity, phosphatase
enzyme activity, are able to produce carotenoid and lecithinase. However, these
bacteria can not hydrolyze starch and pectin. These biochemistry characteristics were
not identic with Xanthomonas campestris. Based on the assessment of lactose
fermentation, indole, methyl red, and Voges-proskaeur, these bacteria could not be
identified as Erwinia carotovora.
Keywords: biochemistry, cayenne pepper, characterization, isolation, spoilage bacteria

ABSTRAK

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan spesies cabai yang berperan di bidang
industri makanan maupun konsumsi harian masyarakat. Meskipun cabai rawit
mempunyai peranan yang penting, seringkali cabai rawit ditemui telah membusuk
sebelum sampai di tangan konsumen. Penanganan pascapanen yang tidak menerapkan
standar penanganan yang baik dapat menyebabkan terjadinya pembusukan pada buah
cabai rawit. Pembusukan ini dapat disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme, seperti
bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menguji sifat biokimia bakteri
pembusuk dalam buah cabai rawit. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi: isolasi
dan purifikasi bakteri, pengamatan morfologi sel dan koloni, serta uji biokimia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa isolat bakteri pembusuk dalam cabai rawit mempunyai
ciri sel yang berbentuk batang, permukaan koloni mengkilap, dan tepi koloni bergerigi.
Karakteristik biokimia menunjukkan bahwa bakteri tersebut mempunyai aktivitas enzim
katalase, aktivitas enzim fosfatase, mampu memproduksi karotenoid, dan mampu
memproduksi lechitinase. Namun demikian, bakteri tersebut tidak dapat menghidrolisis
pati dan pektin. Karakteristik biokimia tersebut tidak identik dengan bakteri
Xanthomonas campestris. Pengujian fermentasi laktosa, indol, methyl red, dan Voges-

34 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i1.1881
Handoko, Kristiawan, dan Agus Volume 11, No. 1, (2020), Halaman 34-41

Proskaeur juga menunjukkan bahwa bakteri pembusuk buah cabai rawit tersebut bukan
spesies bakteri Erwinia carotovora.
Kata kunci: bakteri pembusuk, biokimia, cabai rawit, isolasi, karakterisasi

PENDAHULUHAN bab busuk buah cabai yang berbeda antara


negara tropis dan sub tropis. Berdasarkan
Capsicum frutescens L. atau yang permasalahan tersebut, penelitian ini
dikenal cabai rawit merupakan salah satu bertujuan untuk mengisolasi dan menguji
jenis sayuran yang sangat penting di sifat biokimia bakteri pembusuk dalam buah
Indonesia (FAO, 2014). Buah cabai memiliki cabai rawit.
berbagai nilai nutrisi, diantaranya, berbagai
macam mineral serta vitamin dengan METODE PELAKSANAAN
kandungan antioksidan yang tinggi, seperti:
vitamin C, vitamin E, vitamin K, fitosterol, Bahan
beta–karoten, dan beta–kriptosantin (Suyanti, Bahan yang dipergunakan dalam
2009). Dari sisi nilai ekonomisnya dan penelitian ini adalah buah cabai rawit yang
konsumsinya, cabai mempunyai peluang membusuk yang dibeli dari supermarket di
pasar besar dan luas dengan rata-rata Salatiga, Nutrient Agar (Merck), larutan
konsumsi cabai 5 kg/kapita/tahun 2013 dan kristal violet (Sigma-Aldrich), larutan
90 % cabai rawit dikonsumsi dalam bentuk oksalat (Sigma-Aldrich), larutan iodium 5%
segar (Prajnanta, 2007; Dermawan dan (Sigma-Aldrich), larutan safranin (Sigma-
Harpenas, 2010; Badan Pusat Statistik, Aldrich), larutan glutamin (Merk), pepton
2015). (Merck), tryptone (Merck), bacterial agar
Budidaya cabai, khususnya cabai rawit (Oxoid), yeast extract (Merck), kalsium
memang menjanjikan keuntungan yang karbonat (Sigma-Aldrich), dektrose (Merck),
menarik, tetapi tidak jarang petani cabai starch agar (Sigma-Aldrich), phenol red
menemui kegagalan dan juga kerugian yang broth glucose (Merck), glukosa (Merck),
cukup besar (Wiryanta, 2006; Sunarmani, laktosa (Merck), sodium cloride (Merck),
2012). Penanganan pascapanen yang tidak KOH 40%, Ca3(PO4), (NH4)2SO4, NaCl,
menerapkan Good Handling Practices MgSO4.7H2O, KCl, MnSO4, FeSO4, kuning
(GHP) mengakibatkan kualitas cabai telur, kovac’s reagent (Sigma-Aldrich),
menurun dan daya simpan yang sangat methyl red (Sigma-Aldrich), α-naftol
singkat (Sembiring, 2009; Acedo, 2012), (Sigma-Aldrich), etanol (Merck), dan aseton
sehingga cabai rawit seringkali dijumpai (Merck).
sudah membusuk sebelum sampai di tangan Alat
konsumen. Jumlah kerusakan dan pem- Alat yang diperlukan meliputi: cawan
busukan yang terjadi mulai dari lapangan petri, tabung reaksi, laminar air flow cabinet,
sampai ke tingkat pengecer dapat mencapai inkubator (Memmert), jarum ose needle,
23% (Suyanti, 2009; FAO, 2014). micro pippet, mikroskop cahaya (Olympus
Pembusukan cabai ini salah satunya CX-23).
disebabkan oleh kehadiran atau serangan
bakteri (Hadas, et. al., 2001). Penelitian Tahapan penelitian
tentang bakteri pembusuk pada cabai ini Tahapan penelitian yang dilakukan
masih terbatas, khususnya di Indonesia untuk isolasi, purifikasi, hingga karakterisasi
sebagai negara tropis. Sebagian besar biokimia bakteri pembusuk buah cabai rawit
pustaka yang ditulis merujuk pada penelitian (diadaptasi dari Kashyap, Chandra, dan
tentang penyebab cabai busuk yang Tewari, 2000; Hadas, et. al., 2001) adalah
dilakukan di daerah sub tropis (Black et al., sebagai berikut:
1991; Berke et al., 2005), sehingga terdapat
kemungkinan ditemukannya bakteri penye-

35 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i1.1881
Handoko, Kristiawan, dan Agus Volume 11, No. 1, (2020), Halaman 34-41

Isolasi bakteri HASIL DAN PEMBAHASAN


Media NA disiapkan untuk proses
isolasi Setelah media tersebut sudah siap Isolasi dan purifikasi
digunakan, cabai rawit yang membusuk Isolasi dan purifikasi merupakan
(terlihat layu, kulit buah lembek, berair, dan tahapan yang penting untuk memisahkan
berbau) dispray dengan etanol pada bagian atau memindahkan mikroba yang tercampur
permukaan kulit buah, lalu bagian dalam dari lingkungannya, sehingga diperoleh
dicuplik dengan jarum ose dan digoreskan kultur murni atau biakan murni, seperti
pada permukaan media NA dengan metode koloni bakteri yang isolasi dari cabai rawit
kuadran. Kemudian, sampel diinkubasi yang membusuk (Gambar 1.).
selama 24–48 jam pada suhu 37 0C.
Purifikasi bakteri
Purifikasi dilakukan pada saat media
yang sudah ditumbuhi bakteri dalam proses
isolasi. Kemudian, koloni bakteri tersebut
dicuplik dan digoreskan ulang pada media
NA yang baru hingga memperoleh isolat
yang seragam/terpisah. Untuk memastikan
kemurnian isolat, proses ini dilakukan
sebanyak 3 kali dan diamati morfologi
selnya. Gambar 2. Morfologi Koloni Bakteri Pem-
busuk Buah Cabai Rawit
Karakteristik biokimia bakteri
Karakteristik biokimia bakteri pembu- Gambar 1. menunjukkan bahwa koloni
suk pada cabai rawit dilakukan dengan uji bakteri yang membusukkan buah cabai rawit
katalase, fosfatase, lechitinase, Yellow membentuk tepian koloni yang bergerigi
Pigmen pada YDC (Yeast Dextrose Calcium- dengan permukaan koloni terlihat halus dan
carbonate), pektinase, hidrolisis pati, mengkilap. Koloni tersebut berwarna kuning
fermentasi laktosa, indol, methyl red, voges- setelah diinkubasi 48 jam, sedangkan
proskauer (Wolfe and Amsterdam, 1968; pengamatan gram menunjukkan bahwa sel
McDevitt, 2009; EPPO, 2013;). bakteri pembusuk buah cabai rawit
Tahapan penelitian tersebut dapat berbentuk batang atau basil (Gambar 2).
dideskripsikan melalui diagram alir berikut
dibawah ini:
sampel

isolasi

purifikasi

morfologi uji biokimia

Gambar 1. Diagram alir penelitian


Data diperoleh melalui pengamatan
morfologi sel dan koloninya serta hasil uji
biokimia, kemudian dianalisis dan
diintrepretasi secara diskriptif. Gambar 3. Pengecatan gram sel bakteri
pembusuk buah cabai rawit

36 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i1.1881
Handoko, Kristiawan, dan Agus Volume 11, No. 1, (2020), Halaman 34-41

Gingichashvili et al. (2020) melapor- Kemampuan bakteri dalam meng-


kan bahwa Bacillus mempunyai kemampuan hasilkan enzim katalase ditunjukkan kemam-
adaptasi dalam berbagai media dan kondisi puannya dalam memecahkan H2O2 (hidrogen
lingkungan, sehingga morfologi koloni perioksida) menjadi H2O (air) dan O2
Bacillus dapat mengekspresikan warna (oksigen). Hasil positif dengan indikator
maupun bentuk koloni yang berbeda pada adanya gelembung disekitar koloni saat
saat ditumbuhkan pada berbagai media. ditetesi H2O2. Adanya gelembung udara
Lebih lanjut, Claus dan Barkeley (1986) dan menunjukkan proses pemecahan H2O2 oleh
Lu, Guo, dan Liu (2018) menyatakan bahwa enzim katalase yang dihasilkan oleh bakteri
genus Bacillus mempunyai sifat fisiologi- itu sendiri untuk membentuk sistem
biokimia yang menarik karena masing- pertahanan dari toksik H2O2 yang
masing spesiesnya mempunyai kemampuan dihasilkannya (Lay, 1994; Reiner, 2010).
yang berbeda-beda, diantaranya: (1) mampu Uji fosfat positif yang ditandai zona
mendegradasi senyawa organik, seperti: bening media pikovskaya agar di sekitar
protein, pati, selulosa, hidrokarbon; (2) koloni mengindikasikan adanya aktivitas
mampu mengikat nitrogen yang berperan enzim fosfatase yang dilakukan oleh jenis
dalam nitrifikasi dan denitrifikasi; (3) bakteri pelarut fosfat. Pada umumnya, efek
mampu menghasilkan antibiotik; (5) serta pelarutan fosfat disebabkan oleh adanya
memiliki sifat khemolitotrof, aerob atau produksi asam organik, seperti: asam asetat,
fakultatif anaerob, asidofilik, psikrofilik, atau asam format, asam laktat, asam oksalat, asam
termofilik. Untuk itu, maka uji biokimia malat, dan asam sitrat yang dihasilkan oleh
bakteri pembusuk buah cabai rawit ini perlu metabolisme bakteri (Khan et al., 2009).
dilakukan agar dapat memahami karak- Media pikovskaya agar mempunyai warna
teristik yang khas. putih keruh disebabkan kandungan tri-
Karakteristik biokimia kalsium fosfat Ca3(PO4)2 sebagai fosfat tidak
Pengujian biokimia didasarkan pada larut dalam medium. Zona bening pada agar
ekspresi hasil metabolisme yang diakibatkan yang terbentuk di sekitar koloni akibat
oleh aktivitas enzim yang dimiliki oleh suatu pelarutan suspensi trikalsium fosfat
spesies bakteri. Setiap hasil uji biokimia Ca3(PO4)2.
dibandingkan dengan bakteri Xanthomonas Kelompok bakteri yang mempunyai
campetris ataupun Erwinia carotovora enzim lechitinase ditunjukkan dengan ke-
seperti yang pernah dilakukan oleh Black, et mampuannya dalam memecahkan lesitin
al (1991). Tabel 1. merupakan hasil (trigliserida) menjadi digliserida (Esselman
pengujian metabolisme yang memper- and Liu, 1961). Uji positif lechitinase
lihatkan sifat-sifat atau karakteristik biokimia menghasilkan zona buram yang menyebar di
bakteri pembusuk dalam buah cabai rawit. tepi koloni saat bakteri diinokulasikan ke
dalam media YPA yang ditambahkan dengan
Tabel 1. Karakteristik Biokimia Bakteri kuning telur dan NaCl 0,9%. Hasil positif ini
Pembusuk dalam Cabai Rawit mengkonfirmasi bahwa bakteri pembusuk
No Jenis Uji Biokimia Hasil Uji pada buah cabai rawit ini dapat memproduksi
1 Katalase positif
2 Fosfatase positif enzim lechitinase. Sedangkan, pengujian
3 Lechitinase positif yellow pigment bertujuan untuk mengetahui
4 Yeast Dextrose Calcium positif kemampuan bakteri memproduksi pigmen
Carbonate (YDC) karotenoid (Akbar et al., 2015), yang
5 Pektinase negatif ditunjukkan dengan koloni bakteri yang
6 Hidrolisis pati negatif
7 Fermentasi laktosa negatif berwarna kuning pada medium YDC setelah
8 Indol negatif diinkubasi pada suhu 37 0C selama 48 jam.
9 Methyl red positif Pektinase merupakan enzim yang
10 Voges-Proskeur negatif spesifik menghidrolisis pektin melalui reaksi
depolimerisasi (hydrolase dan lyase) dan de-

37 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i1.1881
Handoko, Kristiawan, dan Agus Volume 11, No. 1, (2020), Halaman 34-41

esterifikasi (esterase). Dalam lingkungan Produksi asam selama pemecahan gula


alaminya, pektinase diproduksi oleh bakteri, (glukosa) dalam proses fermentasi dapat
khamir, maupun kapang (Kapoor et al., dideteksi dengan uji methyl red. Hasil uji
2000; Kashyap, Chandra, dan Tewari, 2000, yang positif ditunjukkan setelah penambahan
2000). Hasil uji pektinase negatif pada media indikator methyl red dalam media kaldu-
CVP (Crystal Violet Pectate) menunjukkan glukosa dengan bufer pepton dan fosfat
bahwa bakteri pembusuk buah cabai rawit dipotassium berubah menjadi merah pada
tidak memproduksi enzim pektinase, permukaan koloni seperti ditunjukkan pada
sehingga tidak menunjukkan zona bening di Tabel 1. Fermentasi glukosa ini dapat
sekitar pertumbuhan koloni. menghasilkan sejumlah besar asam laktat,
Hasil negatif di sekeliling medium agar asam asetat, asam suksinat, asam format,
pati yang tidak tampak zona bening juga etanol, karbondioksida, dan hidrogen.
mengindikasikan bahwa bakteri tersebut Sedangkan uji voges-proskauer digunakan
tidak memiliki enzim amilase untuk untuk mengidentifikasi bakteri yang mampu
menghidrolisis pati maupun memanfaatkan memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3-
pati sebagai sumber energi dan karbon. Jika butanadiol sebagai produk utama.
suatu spesies mampu menghidrolisis pati, Penambahan KOH 40% dan larutan
maka hasil penguraian senyawa tersebut α-naphtol 5% dalam etanol dapat
dapat menghasilkan maltosa, yang kemudian mengindikasikan adanya asetolin
maltosa ini dihidrolisis lebih lanjut menjadi (asetilmethylcarbinol). Asetolin merupakan
glukosa (Purba, 2009). Penelitian yang senyawa utama dalam pembentukan 2,3-
terkait dengan kemampuan Bacillus dalam butanadiol (McDevitt, 2009). Hasil yang
mendegradasi pati dilakukan oleh Saputra, negatif ditunjukkan setelah penambahan
Triwidodo, dan Arif (2015), yang hasil KOH tidak terjadi perubahan warna menjadi
menunjukkan bahwa Bacillus spp. pada buah merah muda dalam media yang telah
tomat mampu menghidrolisis pati dengan dikultivasi bakteri pembusuk cabai rawit.
sangat baik. Berdasarkan pengamatan morfologi
Pengujian fermentasi laktosa, indol, dan berbagai uji biokimia tersebut diatas
methyl red, voges-proskauer dilakukan untuk dapat diatas, bakteri pembusuk pada cabai
mengetahui sifat-sifat bakteri yang lebih rawit memiliki kemampuan melarutkan
spesifik, khususnya golongan fosfat yang identik dengan golongan
Enterobacteriaceae (Wolfe dan Amsterdam, rhizobakteri, diantraanya Bacillus spp. dan
1968; McDevitt, 2009). Hasil negatif pada Pseudomonas spp. Khan et al., (2009)
uji fermentasi laktosa ditunjukkan dengan menyatakan bahwa bakteri Bacillus spp. dan
media kultur yang berubah warna menjadi Pseudomonas spp. merupakan golongan
merah muda, sehingga bakteri pembusuk bakteri yang dapat memperbaiki ketersediaan
buah cabai rawit tidak dapat memanfaatkan fosfat di dalam tanah secara efektif.
laktosa sebagai sumber karbon dan Pengujian pektinase negatif mengkonfirmasi
memfermentasikannya menjadi asam laktat. bahwa bakteri ini tidak sama dengan Erwinia
Sedangkan uji indol menunjukkan kapasitas carotovora. Hadas (2001) melaporkan bahwa
dan kemampuan bakteri dalam memecahkan bakteri E. carotovora dalam pengujian
senyawa indol dari asam amino triptofan, pektinase terdapat hasil yang positif.
yang hasil positifnya ditandai dengan Sedangkan pengujian hidrolisis pati dengan
terbentuknya cincin merah terang di atas hasil negatif pada sampel menunjukkan
permukaan medium dalam tabung setelah bahwa bakteri pembusuk buah cabai rawit
penambahan kovac’s reagent. Namun berbeda dengan pada bakteri Xanthomonas
demikian, bakteri pembusuk buah cabai rawit campestris pv. campetris yang mampu
menunjukkan hasil negatif dalam pengujian menghidrolisis pati (Radunovic, 2012).
indol. Dengan demikian, bakteri tersebut diduga
tidak dekat dengan bakteri Xanthomonas sp.

38 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i1.1881
Handoko, Kristiawan, dan Agus Volume 11, No. 1, (2020), Halaman 34-41

Selanjutnya, melalui pengujian uji fermentasi pada cabai rawit tersebut perlu dilakukan
laktosa, indol, methyl red dan voges- identifikasi molekuler melalui metode 16S
proskaeur menunjukkan bahwa bakteri yang rRNA pada penelitian selanjutnya.
diujikan mengalami perbedaan karakteristik
dari uji-uji biokimia sebelumnya. UCAPAN TERIMA KASIH
Berdasarkan Bergey’s Manual of
Systematic Bacteriology (Krieg et al., 2010), Kami mengucapkan terima kasih
uji laktosa dan uji indol yang dengan hasil kepada Universitas Kristen Satya Wacana
negatif menunjukkan sifat bakteri pembusuk yang telah memfasilitasi penelitian ini
pada buah cabai rawit tersebut dekat dengan melalui Hibah Penelitian Internal Wajib.
bakteri Yersinia pestis dan Y.
pseudotuberculosis, Shigella sonnei, Serratia DAFTAR PUSTAKA
marcescens dan S. liquefaciens, Proteus
penneri dan P. mirabilis, Erwinia cacticida, Acedo, A. L. (2012). Postharvest technology
serta Salmonella bongori dan S. enterica. for fresh chili pepper in Cambodia,
Sedangkan hasil positif pada uji methyl red Laos, and Vietnam. Tainan: Asian
dan negatif pada uji voges-proskauer dapat Vegetables Research and
mengindikasikan bahwa Citrobacter Development Center.
freundii, Serratia fonticola, Klebsiella Akbar, A., Ahmad, M., Azra, Neelam, Khan,
pneumoniae. Sehingga, ke-empat uji ini S. Z., & Ahmad, Z. (2015).
mengkonfirmasi bahwa bakteri pembusuk Characterization of the causal
pada buah cabai tidak sama dengan organism of soft rot of tomatoes and
karakteristik Erwinia carotovora seperti other vegetables and evaluation of its
yang dilaporkan oleh Black et al., (1991). most aggressive isolates. American
Journal of Plant Sciences, 6, 511–
KESIMPULAN 517.
Badan Pusat Statistik. (2015). Distribusi
Berdasarakan hasil penelitian disim- perdagangan komoditas cabai merah
pulkan bahwa bakteri pembusuk dalam buah Indonesia 2015. Jakarta: Badan Pusat
cabai rawit, selnya berbentuk batang dan Statistik.
koloninya bergerigi dengan permukaan Berke, T., Black, L. L., Talekar, N. S.,
koloni terlihat halus dan mengkilap. Wang, J. F., Gniffke, P., Green, S. K.,
Karakteristik biokimia melalui uji katalase, Wang, T. C., & Morris, R. (2005).
fosfatase, lechitinase, yellow pigment, Suggested cultural practices for chili
pektinase, hidrolisis pati menunjukkan pepper. In: CENTER, A. V. R. A. D.
bahwa bakteri tersebut mempunyai aktivitas (ed.). Shanhua: Asian Vegetables
enzim katalase, aktivitas enzim fosfatase, Research and Development Center—
mampu memproduksi lechitinase. mampu The World Vegetable Center.
memproduksi karotenoid, namun bakteri Black, L. L., Green, S. K., Hartman, G. L., &
tersebut tidak dapat menghidrolisis pati dan Poulos, J. M. (1991). Peppers
pektin. Karakteristik tersebut menunjukkan diseases: a field guide. Taipei: Asian
ciri-cirinya yang tidak mendekati bakteri Vegetables Research and
Xanthomonas campestris. Sedangkan uji Development Centre.
fermentasi laktosa, indol, methyl red, dan Czajkowski, R, Perombelon, M. C. M., Jafra,
voges-proskaeur menunjukkan bahwa S., Lojkowska, E., Potrykus, M., van
bakteri pembusuk buah cabai rawit tidak der Wolf J. M., & Sledz, W. (2015).
sama karakteristiknya dengan spesies bakteri Detection, identification and
Erwinia carotovora. Berdasarkan observasi differentiation of Pectobacterium and
moroflogi dan uji biokimia ini ini, maka Dickeya species causing potato
untuk memastikan spesies bakteri pembusuk

39 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i1.1881
Handoko, Kristiawan, dan Agus Volume 11, No. 1, (2020), Halaman 34-41

blackleg and tuber soft rot. Ann. Appl. pectinase from a Bacillus sp. DT7.
Biol., 166 (1), 18–38. World J. Microbiol. Biotechnol., 16
Claus, D., & Berkeley, R. C. W. (1986). (1), 277−282.
Genus Bacillus, Bergey’s manual of Khan A.A, Jilani G, Akhtar M.S, Naqvi
sistematic bacteriology. Baltimore: S.M.S, & Rasheed M. (2009).
Lippincott Willians dan Wilkins. Phosphorus so-lubilizing bacteria:
Dermawan, R., & Harpenas, A. (2010). occurrence, mechanisms and their role
Budidaya cabai unggul, cabai besar, in crop production. J. Agric. Biol. Sci.,
cabai keriting, cabai rawit, dan 1 (1), 48-58.
paprika. Jakarta: Penebar Swadaya. Krieg, N. R., Ludwig, W., Whitman, W. B.,
EPPO. (2013). Xanthomonasspp. Hedlund, B. P., Paster, B. J., Staley, J.
(Xanthomonas euvesicatoria, T., Ward, N. & Brown, D. (2010).
Xanthomonas gardneri, Xanthomonas Bergey’s manual of systematic
perforans, Xanthomonas vesicatoria) bacteriology, 2nd ed., vol. 4, New
causing bacterial spot of tomato and York: Springer-Verlag.
sweet pepper. Paris: European Plant Lay, B. W. (1994). Analisis mikroba di
Protection Organization laboratorium. Jakarta: PT Raja
Esselman, M. T., & Liu, P. V. (1961). Grafindo Persada.
Lecithinase production by gram- Lu, Z., Guo, W., & Liu, C. (2018). Isolation,
negative bacteria. J. Bacteriol., 81 (6), identification and characterization of
939-945. novel Bacillus subtilis. Vet. Med. Sci.,
FAO. (2014). Budidaya cabai yang baik dan 80(3): 427–433. doi: 10.1292/jvms.16-
benar. Jakarta: Food and Agriculture 0572
Organization dan Kementerian McDevitt, S. (2009). Methylred and voges-
Pertanian Republik Indonesia. proskauer test protocol. New York:
Gingichashvili, S., Duanis-Assaf, D., American Society for Microbiology.
Shemesh., M., Featherstone, J. D. B., Purba, E. (2009). Hidrolisis pati ubi kayu
Feuerstein, O., & Steinberg, D. (Manihot Esculenta) dan pati ubi jalar
(2020). The adaptive morphology of (Impomonea batatas) menjadi glukosa
Bacillus subtilis biofilms: a defense secara cold process dengan acid
mechanism against bacterial fungal amilase dan glukoamilase.
starvation. Microorganisms, 28 Skripsi. Lampung: Universitas
(62),doi:10.3390/microorganisms8010 Lampung,
062 Prajnanta, F. (2007). Agribisnis cabai
Hadas, R., Kritzman, G., Gefen, T., & hibrida. Jakarta: Penebar Swadaya.
Manulis, S. (2001). Detection, Radunovic, D., & Balaz, J. (2012).
quantification and characterization of Occurrence of Xanthomonas
Erwinia carotovora ssp. carotovora campestris pv. campestris (Pammel,
contaminating pepper seeds. Plant 1895) Dowson 1939, on Brassicas in
Pathology, 50 (1), 117-123. Montenegro. Pestic. Phytomed., 27
Kapoor, M. Q. K., Bhusan, B. B., Dadhich, (2), 131-140.
K. S., & Hundal, G. S. (2000). Reiner, K. (2010). Catalase test protocol.
Production and partial purification and New York: American Society for
characterization of a thermo-alkali Microbiology.
stable polygalacturonase from Bacillus Saputra, R., Triwidodo, A., & Arif, W.
sp. MG-CP-2. Process. Biochem., 36 (2015). Uji aktivitas antagonistik
(1), 467-473. beberapa isolat Bacillus spp. terhadap
Kashyap, D. R., Chandra, S. K. A., & penyakit layu bakteri (Ralstonia
Tewari, R. (2000). Production, solanacearum) pada beberapa varietas
purification and characterization of

40 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i1.1881
Handoko, Kristiawan, dan Agus Volume 11, No. 1, (2020), Halaman 34-41

tomat dan identifikasinya. Biodev. Wiryanta. (2006). Bertanam cabai pada


Indo., 1 (5), 1116-1122. musim hujan. Tangerang: Agromedia.
Sembiring, N.N. (2009). Pengaruh jenis Wolfe, M. W. & Amsterdam D. (1968). New
bahan pengemas terhadap kualitas diagnostic system for the
produk cabai merah (Capsicum annum identification of lactose-fermentating
L). Tesis. Medan: Universitas gram-negative rods. Applied
Sumatera Utara. Microbiol, 16 (10), 1528-1531.
Sunarmani. (2012). Teknologi penanganan
pascapanen cabai. Makalah Pelatihan
Spesialisasi Widyaiswara. Bogor:
BBPP Pascapanen Pertanian.
Suyanti. (2009). Membuat aneka olahan
cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.

41 DOI: https://doi.org/10.35891/tp.v11i1.1881

You might also like