You are on page 1of 9

RISIKO POSTUR KERJA TERHADAP KELUHAN SUBYEKTIF NYERI LEHER

PADA PEKERJA INDUSTRI KERAJINAN KULIT

Ekawati Wasis Wijayati


Prodi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Email: ekawati.wasis@gmail.com

ABSTRACT

Musculoskeletal complaints are generally felt a lot because of the habits done during
work. Body posture when working improperly and maintained in a relatively long time can
lead to musculoskeletal complaints. Working in a sitting position for a relatively long period
of time with a bent over body position can be a risk factor for complaints of neck pain or low
back pain. The purpose of this research is to analyze the relationship between length of
maintaining work posture to with subjective complaints of neck pain in leather craft industry
workers in Selosari. The research design was an observational analytic study with a cross
sectional approach. The sampling technique in this research is proportional random sampling
with a sample of 42 respondents from the leather craft industry workers in Selosari. The results
of statistical analysis with the Chi Square test showed that p=0.006 (p<0.05), which means
there is a correlation between the length of maintaining work posture to subjective complaints
of neck pain in leather craft industry workers in Selosari. It should be noted that prolonged
retention of neck posture which is too bend when working continuously for long periods of time
will increase the risk of neck pain complaints. So it is necessary to improve the posture of the
body when working, especially the neck or movement or changes in posture, especially the neck
if to feel achy or stiff in the neck.

Keywords: leather craft, musculoskeletal complaints, neck pain, work posture

PENDAHULUAN posisi leher yang terlalu mendongak atau


Pada umumnya, orang yang menunduk, serta posisi lain yang tidak
merasakan keluhan muskuloskeletal sesuai dengan posisi alamiahnya (Tarwaka,
berawal dari kebiasaan yang dilakukan 2015).
selama bekerja. Jika postur kerja yang Pekerja pada industri kerajinan kulit
dilakukan tidak tepat dan dipertahankan di Selosari yang memproduksi sepatu dan
dalam durasi yang relatif lama, maka dapat sandal merupakan pekerja yang bekerja
memicu timbulnya keluhan dengan posisi duduk dalam jangka waktu
muskuloskeletal (Alfara et al, 2017). Postur yang relatif lama dengan posisi tubuh
kerja tidak alamiah merupakan sikap atau cenderung membungkuk dan menunduk.
postur tubuh saat bekerja yang Postur kerja yang demikian dapat menjadi
menyebabkan bagian-bagian tubuh faktor risiko timbulnya keluhan nyeri leher
menjauhi posisi alamiahnya, seperti posisi maupun nyeri punggung. Penelitian Safitri,
punggung yang terlalu membungkuk, et al (2017) pada pekerja pabrik sepatu dan

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 56


sandal kulit Kurnia di kota Semarang dirasakan responden serta menganalisis
menunjukkan hasil bahwa sebagian besar hubungan antara lama mempertahankan
informan mengalami keluhan neck pain postur kerja dengan keluhan subyektif nyeri
dimana keluhan tersebut muncul setelah leher pada pekerja industri kerajinan kulit
bekerja, terutama saat akan tidur. di Selosari.
Hasil wawancara saat survei METODE PENELITIAN
pendahuluan yang dilakukan terhadap 4 Penelitian ini merupakan penelitian
pekerja, semuanya menyatakan sering observasional analitik dengan pendekatan
merasakan keluhan sakit atau nyeri pada cross sectional yang berarti bahwa proses
bagian leher setelah bekerja, bahkan 2 pengumpulan data dilakukan secara
orang diantaranya menyatakan terkadang serentak pada waktu yang bersamaan
juga merasakan keluhan nyeri pada bagian (Sugiyono, 2012).
punggung bawah atau pinggang. Penelitian Populasi dan sampel pada penelitian
yang dilakukan Ginting dan Malik (2016) ini adalah pekerja pada industri kerajinan
pada pekerja di UKM sepatu kulit kulit di Selosari sebanyak 47 orang. Sampel
menunjukkan bahwa keluhan nyeri yang pada penelitian ini diambil dengan teknik
paling sering muncul pada rata-rata proportional random sampling yaitu
operator adalah keluhan pada bagian pengambilan sampel secara acak dan
pinggang (8,91%) dan bagian leher proporsional (Sugiyono, 2012). Sampel
(7,92%). Observasi terhadap pekerja diambil dari 2 industri dengan jumlah
selama melakukan pekerjaan menunjukkan pekerja paling banyak. Jumlah sampel yang
bahwa selama melakukan proses diambil dihitung dengan rumus sebagai
pembuatan sepatu dan sandal, postur tubuh berikut (Notoatmodjo, 2012):
pekerja tidak alamiah yaitu punggung 𝑁
𝑛=
membungkuk dan leher menunduk. 1 + 𝑁𝑑 2
47
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat 𝑛=
1 + 47(0,05)2
dirumuskan permasalahan dalam penelitian
𝑛 = 42
ini adalah “Apakah ada hubungan antara
Keterangan:
lama mempertahankan postur kerja dengan
n : jumlah sampel
keluhan subyektif nyeri leher pada pekerja
N: jumlah populasi
industri kerajinan kulit di Selosari?”.
d : derajat kepercayaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sehingga sampel pada penelitian ini
lama mempertahankan postur kerja dan
sebanyak 42 responden yang diambil secara
keluhan subyektif nyeri leher yang
Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 57
proporsional dan acak, yaitu sebanyak 18 keluhan subyektif nyeri leher pada pekerja
sampel dari industri PS dan 24 sampel dari industri kerajinan kulit di Selosari”.
industri FA. HASIL
Hasil yang diperoleh pada penelitian
Data yang diperoleh pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
ini dianalisis dengan analisis univariat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
untuk mendiskripsikan karakteristik Responden
responden berdasarkan usia, jenis kelamin, Jenis Frekuensi Persentase
tingkat pendidikan, serta lama Kelamin (%)
Laki-laki 34 81
mempertakankan postur kerja dan keluhan
Perempuan 8 19
subyektif nyeri leher dalam bentuk Total 42 100
distribusi frekuensi. Pada penelitian ini, Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat
yang dimasud lama mempertahankan bahwa dari 42 responden, sebagian besar
postur kerja adalah lamanya waktu/ durasi yaitu sebanyak 34 orang (81%) berjenis
paparan terhadap faktor risiko yaitu kelamin laki-laki.
lamanya responden bekerja dalam posisi Tabel 2 Distribusi Frekuensi Usia
tubuh tertentu. Lama mempertahankan Responden

postur kerja terbagi dalam kategori singkat Usia Frekuensi Persentase


(%)
(<1 jam/hari), sedang (1-2 jam/hari), lama 21 – 30 15 35,7
(>2 jam/hari). Sedangkan untuk keluhan 31 – 40 17 40,5
subyektif nyeri leher adalah keluhan sakit 41 – 50 6 14,3
51 – 60 4 9,5
dan nyeri pada leher yang dirasakan
Total 42 100
responden, yang dikategorikan nyeri dan
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui
tidak nyeri. Keluhan tersebut ditanyakan
bahwa sebagian besar responden, yaitu
secara langsung kepada responden dengan
sebanyak 17 orang (40,5%) berusia antara
instrumen Nordic Body Map (NBM).
31 – 40 tahun. Sebanyak 4 orang (9,5%)
Selain itu juga dilakukan analisis
berusia 51 – 60 tahun. Dengan usia paling
bivariat untuk mengetahui hubungan antara
muda 21 tahun dan usia paling tua 58 tahun.
variabel bebas (lama mempertahankan
postur kerja) dan variabel terikat (keluhan
subyektif nyeri leher) dengan hipotesis
penelitian yaitu “ada hubungan antara lama
mempertahankan postur kerja dengan

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 58


Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Tabel 5 Distribusi Frekuensi Keluhan
Pendidikan Responden Subyektif Nyeri Leher
Tingkat Frekuensi Persentase
Responden
Pendidikan (%) Keluhan Frekuensi Persentase
SD 0 0 Nyeri Leher (%)
SMP 3 7,1 Tidak nyeri 9 21,4
SMA/SMK 36 85,8 Nyeri 33 78,6
Diploma/Sarjana 3 7,1 Total 42 100
Total 42 100 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden, yaitu
bahwa sebagian besar responden, yaitu sebanyak 33 orang (78,6%) merasakan
sebanyak 36 orang (85,8%) berpendidikan keluhan subyektif nyeri pada leher yang
SMA/SMK sederajat. Responden yang terjadi selama atau setelah bekerja. Dan
berpendidikan SMP sebanyak 3 orang sebanyak 9 orang (21,4%) yang tidak
(7,1%) dan pendidikan Diploma/Sarjana merasakan keluhan nyeri leher.
sebanyak 3 orang (7,1%). Hasil yang diperoleh selanjutnya
Tabel 4 Distribusi Lama Responden analisis dengan uji statistik Chi Square
Mempertahankan Postur Kerja
untuk mengetahui hubungan antara lama
Lama Frekuensi Persentase
Mempertahankan mempertahankan postur kerja dengan
(%)
Postur keluhan subyektif nyeri leher.
Singkat 8 19
Sedang 26 62 Tabel 6 Hubungan Antara Lama
Mempertahankan Postur
Lama 8 19 Kerja dengan Keluhan
Total 42 100 Subyektif Nyeri Leher
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui Keluhan
nyeri
bahwa dari 42 responden, sebagian besar, Total
Tidak Nyeri
nyeri
yaitu sebanyak 26 orang (62%) f 6 2 8
Singkat
mempertahankan postur kerjanya termasuk % 14,2 4,8 19
Lama f 2 24 26
dalam kategori sedang (1-2 jam/hari). Sedang
postur % 4,8 57,2 62
Responden yang dengan lama f 1 7 8
Lama
% 2,4 16,6 19
mempertahankan postur kategori singkat f 9 33 42
Total
(<1 jam/hari) sebanyak 8 orang (19%) dan % 21,4 78,6 100
Chi Square p = 0,006 (p<0,05)
kategori lama (>2 jam/hari) sebanyak 8
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui
orang (19%).
bahwa sebanyak 24 responden (57,2%)
yang mempertahankan postur kerja
kategori sedang merasakan keluhan nyeri

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 59


pada leher. Sebanyak 7 responden (16,6%) postur tidak alamiah adalah posisi
dengan lama mempertahankan postur punggung yang terlalu membungkuk,
kategori lama yang merasakan nyeri leher. kepala terangkat dan leher yang terlalu
Sebanyak 6 responden (14,2%) dengan menunduk. Yang perlu diperhatikan dari
lama mempertahankan postur kategori postur kerja tidak alamiah adalah postur
singkat yang merasakan nyeri leher. Pada statis. Menurut Tarwaka (2015), postur
responden yang mempertahankan postur statis merupakan postur saat kerja fisik
kerja kategori singkat sebanyak 2 dalam posisi yang sama dimana pergerakan
responden (4,8%) dan kategori sedang yang terjadi sangat minim atau gerakan
sebanyak 2 responden (4,8%) tidak yang dipertahankan > 10 detik.
merasakan keluhan nyeri leher. Serta hanya Lama mempertahankan postur kerja
1 responden (2,4%) dengan lama dapat juga diartikan sebagai lamanya
mempertahankan postur kategori lama yang waktu/durasi paparan terhadap faktor
tidak merasakan keluhan nyeri leher. Hasil risiko. Semakin lama durasi paparan akan
uji statistik dengan Chi Square meningkatkan risiko cidera yang akan
menunjukkan nilai p = 0,006; dimana terjadi (Octaviani, 2017). Jika pekerjaan
p<0,05 yang berarti bahwa ada hubungan berlangsung dalam jangka waktu yang
antara lama mempertahankan postur kerja lama, maka kemampuan tubuh akan
dengan keluhan subyektif nyeri leher pada menurun dan dapat menyebabkan keluhan
pekerja industri kerajinan kulit di Selosari. pada tubuh (Safitri et al, 2017. Dengan
demikian, semakin lama responden
PEMBAHASAN
mempertahankan postur tubuhnya saat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bekerja maka akan semakin besar pula
selama melakukan proses pembuatan
risiko munculnya keluhan nyeri leher yang
sepatu dan sandal, postur tubuh responden
dirasakan.
tidak alamiah yaitu punggung
Berdasarkan keluhan subyektif nyeri
membungkuk dan leher menunduk dan
leher, hasil penelitian menunjukkan bahwa
mayoritas responden yaitu sebanyak 26
lebih dari separuh jumlah responden, yaitu
orang (62%) mempertahankan postur/
sebanyak 33 orang (78,6%) merasakan
posisi tubuh tersebut dalam jangka waktu/
keluhan nyeri leher yang dirasakan baik
durasi kategori sedang (1-2 jam/hari).
saat bekerja maupun setelah bekerja. Proses
Postur tubuh tidak alamiah terjadi saat
kerja pembuatan sepatu dan sandal yang
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi
dilakukan responden dengan postur leher
alamiah (Tarwaka, 2015). Termasuk dalam
terlalu menunduk yang dilakukan dalam
Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 60
jangka waktu relatif lama dan minimnya menunjukkan nilai p = 0,006; dimana
pergerakan mengakibatkan munculnya p<0,05 yang berarti bahwa ada hubungan
keluhan subektif nyeri leher. Menurut antara lama mempertahankan postur kerja
Safitri et al (2017), gejala umum terjadinya dengan keluhan subyektif nyeri leher pada
nyeri leher (neck pain) adalah terasa sakit pekerja industri kerajinan kulit di Selosari.
dan kaku didaerah leher, nyeri otot leher Postur kerja statis yang dipertahankan
dan sakit kepala. Rasa nyeri tersebut dapat dalam jangka waktu lama dapat
menjalar ke bahu, lengan dan tangan. meningkatkan risiko munculnya keluhan
Menurut Puspita et al (2017), pekerja muskuloskeletal termasuk keluhan nyeri
bengkel yang melakukan pekerjaan dengan leher (Tarwaka, 2015). Otot akan lebih
posisi duduk menunjukkan bahwa potur mudah lelah ketika bekerja dalam postur
leher memiliki risiko sedang terjadinya statis dibandingkan dengan saat bekerja
keluhan muskuloskeletal. Risiko nyeri dengan postur dinamis. Postur statis dapat
leher akan meningkat pada pekerjaan menyebabkan terjadinya nyeri otot leher
dengan posisi duduk lebih dari 95% jam sehingga dapat juga menurunkan
kerja atau duduk monoton lebih dari 2 jam kemampuan fungsional dari leher (Melia et
dalam sehari. Selain itu, postur tubuh yang al, 2018). Akan tetapi, hal tersebut bukan
salah/ tidak alamiah yang sering menjadi menjadi satu-satunya faktor yang
kebiasaan juga dapat meningkatkan risiko berpengaruh terhadap munculnya keluhan
munculnya keluhan nyeri leher (Aziza, nyeri leher. Menurut Tarwaka (2015),
2017). Posisi kerja duduk terus-menerus faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
dalam jangka waktu lama mengakibatkan timbulnya keluhan nyeri leher antara lain
munculnya keluhan berupa pegal-pegal dan faktor risiko internal (usia, jenis kelamin,
nyeri di daerah leher, bahu, tulang jenis pekerjaan, riwayat penyakit) dan
belakang, pantat, dan perut (Tarwaka, faktor eksternal (aktivitas olahraga, status
2015). gizi, masa kerja, lama kerja, lingkungan
Munculnya keluhan subyektif nyeri kerja, postur kerja). Perlu diperhatikan juga
leher dapat terjadi karena postur leher bahwa terdapat penyebab kombinasi,
terlalu menunduk saat bekerja. Postur dimana risiko timbulnya keluhan nyeri akan
tersebut menunjukkan postur yang tidak semakin meningkat bila dalam melakukan
alamiah, dimana postur tersebut membuat pekerjaannya, pekerja terpapar pada
bagian tubuh terutama leher bergerak beberapa faktor risiko dalam waktu yang
menjauhi posisi alamiah tubuh/ postur bersamaan.
normal. Hasil uji statistik Chi Square
Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 61
Hasil penelitian ini sejalan dengan pajanan/ paparan terhadap faktor risiko,
penelitian Safitri et al (2017) pada pekerja maka akan semakin besar pula tingkat
di pabrik sepatu dan sandal kulit Kurnia di risiko yang terjadi.
kota Semarang yang menunjukkan aktivitas Perlu diperhatikan juga bahwa faktor
pekerjaan di pabrik sepatu dan sandal kulit penyebab kombinasi yaitu risiko terjadinya
Kurnia termasuk aktivitas dengan durasi keluhan akan semakin meningkat bila
lama karena dilakukan lebih dari dua jam dalam melakukan pekerjaannya, pekerja
per hari. Durasi/ lamanya paparan dari terpapar pada beberapa faktor risiko dalam
faktor risiko tersebut mengakibatkan waktu yang bersamaan. Lamanya
timbulnya keluhan neck pain. Penelitian ini mempertahankan postur leher responden
juga sejalan dengan penelitian Yustica et al pada posisi terlalu menunduk saat bekerja
(2016) pada penjaga pintu tol Tembalang dan minimnya pergerakan mengakibatkan
Semarang dengan hasil yang menunjukkan munculnya keluhan subyektif nyeri leher.
bahwa ada hubungan antara postur kerja Menurut Tarwaka (2015), gangguan pada
leher dengan tingkat keluhan subyektif sistem muskuloskeletal termasuk keluhan
muskuloskeletal (p=0,009) pada penjaga nyeri leher, pada umumnya tidak pernah
pintu tol Tembalang Semarang. Lengan terjadi secara langsung, tetapi lebih
atas yang terlalu jauh atau terlalu besar merupakan suatu akumulasi dari yang
sudutnya dari batang tubuh, leher yang ringan sampai berat secara terus menerus
terlalu menunduk, tubuh yang terlalu dan dalam jangka waktu yang relatif lama.
menunduk dapat menjadi faktor penyebab Responden perlu memperhatikan bahwa
munculnya keluhan muskuloskeletal. lama mempertahan postur leher yang terlalu
Akan tetapi hasil penelitian ini tidak menunduk saat bekerja yang dilakukan
sejalan dengan penelitian Setyowati et al secara terus-menerus dalam jangka waktu
(2017) pada porter di pelabuhan lama akan dapat meningkatkan risiko
penyeberangan Ferry Merak Banten yang keluhan nyeri leher. Sehingga perlu
menunjukkan tidak ada hubungan antara dilakukan perbaikan terhadap postur tubuh
durasi angkat angkut dengan keluhan nyeri saat bekerja terutama bagian leher maupun
leher. Berbeda dengan durasi angkat- pergerakan atau perubahan postur tubuh
angkut yang tidak berhubungan dengan terutama bagian leher jika mulai terasa
keluhan nyeri leher, justru durasi jam kerja pegal atau kaku pada leher.
menunjukkan ada hubungan dengan KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat
keluhan nyeri leher (p=0,047). Secara
umum terlihat bahwa semakin lama durasi disimpulkan bahwa mayoritas responden

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 62


mempertahankan postur kerjanya dalam di Wilayah Muncar-Banyuwangi)
kategori sedang yaitu antara 1-2 jam dan (Doctoral dissertation, University of
Muhammadiyah Malang).
sebagian besar responden juga merasakan
Ginting, R., & Malik, A. F. (2016). Analisis
keluhan subyektif nyeri pada leher baik Keluhan Rasa Sakit Yang Dialami
yang terjadi selama bekerja maupun setelah Pekerja Pada UKM Sepatu Kulit Di
Kota Dengan Menggunakan
bekerja. Hasil analisis statistik
Kuesioner SNQ. Jurnal Sistem
menunjukkan ada hubungan antara lama Teknik Industri, 18(1).
mempertahankan postur kerja dengan Harwanti, S., B. Aji, dan N. Ulfah. (2016).
Pengaruh Posisi Kerja Ergonomi
keluhan subyektif nyeri leher pada pekerja
Terhadap Low Back Pain (LBP) Pada
industri kerajinan kulit di Selosari. Pekerja Batik Di Kauman Sokaraja.
SARAN Kesmasindo. 8(1).
Berdasarkan hasil penelitian, maka Kudsi, A. F. (2015). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Nyeri Leher
saran dari peneliti adalah perlu adanya pada Operator Komputer. Jurnal
perbaikan postur tubuh responden saat Agromedicine, 2(3).
bekerja terutama bagian leher dengan cara Melia, D. S., Imania, D. R., & Fis, M.
(2018). Perbedaan Pengaruh
tidak terlalu menunduk. Selain hal tersebut,
Pemberian Static Stretching Exercise
sebaiknya pada saat bekerja lebih sering Dan Muscle Energy Technique (Met)
melakukan perubahan postur tubuh Terhadap Peningkatan Aktifitas
Fungsional Leher Pada Kondisi Neck
terutama leher untuk menghindari
Pain (Doctoral dissertation,
munculnya pegal atau nyeri leher. Serta Universitas'Aisyiyah Yogyakarta).
perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan Notoatmodjo S. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
secara berkala untuk menghindari
Jakarta.
munculnya gangguan kesehatan karena Octaviani, D. (2017). Hubungan Postur
pekerjaan. Kerja Dan Faktor Lain Terhadap
DAFTAR PUSTAKA Keluhan Muskuloskeletal
Alfara, I., I. Iftadi, dan R.D. Astuti. (2017). Disorder’s (MSDs) Pada Sopir Bus
Analisis Postur Kerja Operator Antar Provinsi Di Bandar Lampung.
Perakitan Di Yessy Shoes Untuk Skripsi. Fakultas Kedokteran
Mengidentifikasi Resiko Gangguan Universitas Lampung. Bandar
Muskuloskeletal Akibat Kerja. Lampung.
Performa. 16(1). Puspita, D., Suroto, S., & Kurniawan, B.
Aziza, N. (2017). Hubungan Antara Faktor (2017). Analisis Postur Kerja
Sikap Kerja, Kenyamanan Tempat Terhadap Keluhan Musculoskeletal
Duduk Dan Durasi Kerja Dengan Disorders (Msds) Pada Pekerja
Keluhan Nyeri Di Bagian Leher Pada Mekanik Bengkel Sepeda Motor X
Pekerja Pembuatan Ikan Asin (Studi Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 5(5).
Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 63
Safitri, A.G., B. Widjasena., B. Kurniawan.
(2017). Analisis Penyebab Keluhan
Pekerja DI Pabrik Sepatu Dan
Sandal Kulit Kurnia Di Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal). 5(3).
Samara, D. (2007). Nyeri Muskuloskeletal
Pada Leher Pekerja Dengan Posisi
Pekerjaan Yang Statis. Universa
Medicina, 26 (3).
Setyowati, S., Widjasena, B., & Jayanti, S.
(2017). Hubungan Beban Kerja,
Postur Dan Durasi Jam Kerja Dengan
Keluhan Nyeri Leher Pada Porter Di
Pelabuhan Penyeberangan Ferry
Merak-Banten. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 5(5).
Sugiono. (2012). Statistika Untuk
Penelitian. Cetakan ke-20. Alfabeta.
Bandung.
Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri
Dasar-Dasar Pengetahuan
Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
Kerja. Revisi-Edisi II. Cetakan
Kedua. Harapan Press. Surakarta.
Yustica, D.D., Suroto, dan Ekawati. (2016).
Hubungan Antara Postur Kerja
Dengan Tingkat Keluhan Subyektif
Muskuloskeletal Pada Penjaga Pintu
Tol Tembalang Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal).
4(3).

Jurnal JUMANTIK Vol. 5 No. 1 Des 2019 – Mei 2020 64

You might also like