You are on page 1of 9

BINA GENERASI ; JURNAL KESEHATAN

EDISI 13 VOLUME (1) 2021


p- ISSN : 1979-150X ; e- ISSN: 2621-2919
Website : https://ejurnal.biges.ac.id/index.php/kesehatan/
Email : lppmbiges@gmail.com

PEMENUHAN KEBUTUHAN SEKSUAL PADA JOMLO

Andan Firmansyah1, Suhanda2, Heri Ariyanto3, Henri Setiawan4


1,2,3,4
Program Studi Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis
andan.rock@gmail.com

Keywords: ABSTRACT
single, sexual, Introduction: According to Maslow, there are five basic human needs
attitude, age (KDM), namely physiological needs, comfort and security needs, love and
affection needs, self-esteem needs, and self-actualization needs. One of the
five most important KDM is physiological needs such as sex, this is one of
the important indicators in human needs that must be met. Sexuality is a way
of how to function and maintain the health of reproductive organs optimally.
Objective: The purpose of this study was to find out how to fulfill the sexual
needs of single people. Methods: This study uses a quantitative descriptive
research with a cross sectional approach. The population in this study was
an open population that met the inclusion and exclusion criteria.
Respondents' inclusion criteria include; boys and girls aged 12-14 years;
can write and read; and willing to fill out informed consent through the
google form platform. While the respondents' exclusion criteria are; suffer
from chronic diseases; being on psychotic medication; and do not have a
cellphone/mobile phone/smartphone. Collecting data using a research
instrument in the form of a 10-point Likert scale behavioral questionnaire.
After the data was obtained, it was analyzed using IBM/SPSS software
version 25.0 which was grouped into sociodemographic and behavioral
categories of respondents. Behavior is declared positive if the questionnaire
score <50. Results: From the study population and the overall sample based
on the inclusion criteria, 154 respondents. The results showed that all
respondents had positive behavior in fulfilling their sexual needs with a total
score of less than 50. Conclusion: Based on the research that has been
done, it can be concluded that the respondents' perceptions of sexual
behavior in singles are categorized as positive, meaning good.

PENDAHULUAN nilai diri, kepercayaan diri dan penghargaan


Kebutuhan dasar manusia (KDM) diri. Lima merupakan kebutuhan untuk
menurut maslow ada lima, pertama yaitu aktualisasi diri. Teori ini merupakan
kebutuhan fisiologis, seperti makan, minum, multidisiplin yang sangat berguna untuk
udara, rumah, pakaian, dan seksualitas. Kedua membuat prioritas dalam asuhan keperawatan.
yaitu kebutuhan psikologis seperti: (nanag hasan susanto, 2018).
perlindungan dan keamanan. Ketiga tentang Kebutuhan dasar manusia salahsatunya
kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, yang paling prioritas yaitu kebutuhan psikologis
termasuk hubungan sosial hubungan seperti seksualitas, pemenuhan kebutuhan
persahabatan. keempat yaitu kebutuhan akan seksualitas merupakan indikator kebutuhan

Bina Generasi ; Jurnal Kesehatan | 78


BINA GENERASI ; JURNAL KESEHATAN
EDISI 13 VOLUME (1) 2021
p- ISSN : 1979-150X ; e- ISSN: 2621-2919
dasar manusia yang harus terpenuhi. Seksualitas stres dan tekanan darah tinggi berkurang, yang
merupakan cara bagaimana memfungsikan dan pada akhirnya mengurangi risiko penyakit
menjaga kesehatan organ reproduksi secara jantung, termasuk serangan jantung (Wulandari,
optimal (Fitri, Riana, & Fedryansyah, 2015). 2016).
Mengutip dari ayat Al-Qur’an bahwa: Bentuk perilaku seksualitas, diantaranya:
“Salahsatu ciri-ciri kekuasaan Allah Heterosexuality (saling merangsang dengan
SWT bahwa, dia menciptakan pasangan pasangannya, tetapi tidak mengarah ke daerah
untukmu dari jenismu sendiri, supaya kamu sensitif pasangannya, hanya sebatas cium leher
cenderung dan merasa tenang kepadanya, dan dan cium bibir). Awakening and exploration
dijadikanNya di antara kamu kasih sayang. (merangsang diri sendiri dengan cara membaca
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- cerpen porno atau menonton film),
benar terdapat ciri-ciri bagi kaum yang Autosexuality (merangsang angota tubuh vital
berfikir” QS. Ar-Rum Ayat 21. (Noffiyanti, dengan melakukan onani untuk mendapatkan
2020). kepuasan seksual), Heavy petting (kegiatan
Makna yang terkandung dalam ayat ini saling menggesekan alat kelamin akan tetapi
berguna untuk menjawab bagaimana Islam dalam keadaan ini tidak memakai pakaian untuk
memberikan pedoman tentang seksualitas mencapai kepuasan. Light petting (kegiatan
manusia. Terdapat sejumlah tujuan yang ingin saling menempelkan anggota tubuh akan tetapi
dicapai dari suatu pernikahan. Pertama, sebagai masih dalam keadaan memakai pakaian.),
cara manusia menyalurkan hasrat libidonya (Ma`arif, 2018).
untuk memperoleh kepuasan dan kenikmatan Perilaku seksualitas pranikah dapat
dalam seksualitas. Kedua, merupakan bentuk menyebabkan berbagai dampak negatif pada
ikhtiar manusia untuk memperoleh keturunan. remaja, yaitu: (1) Dampak fisiologis di
Pernikahan dalam hal ini terkandung makna antaranya dapat menimbulkan aborsi dan
fungsi reproduksi. Ketiga, menjadikan manusia kehamilan tidak diinginkan. (2) dampak
menemukan tempat keindahannya dan psikologis di antaranya takut, cemas, perasaan
ketenangan. Melalui perkawinan, kegelisahan marah, rendah diri, depresi, dan merasa
dan kegundahan hati manusia akan tersalurkan berdosa. (3) Dampak fisik seperti infeksi
sehinga merasakan ketenangan (Noffiyanti, penyakit menular seksual sehingga
2020). menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis
Ketika kebutuhan seksual tidak terpenuhi serta meningkatkan risiko terkena HIV/AIDS.
dengan cukup dapat menyebabkan rasa (4) Dampak sosial dikucilkan di lingkungan
frustrasi, depresi, masalah kepercayaan diri, masyarakat yang menolak keadaan tersebut,
hingga penyakit jantung (Safaat et al., 2016). putus sekolah, pada remaja perempuan terjadi
Hal tersebut diketahui dari penelitian yang kehamilan, sehingga berubah peran menjadi ibu
dipublikasikan oleh jurnal kardiologi Amerika (Rahardjo, 2017).
yang mengatakan, ketika laki-laki yang seksual
paling sedikit dua kali dalam seminggu, dapat METODE
mengurangi risiko serangan jantung hingga
45%. Akan tetapi ada faktor lain mengapa Jenis Penelitian
seseorang terkena serangan jantung, misalnya Penelitian ini menggunakan jenis
tinggi tekanan darah, riwayat minum alkohol, penelitian deskriptif kuantitatif dengan
meroko, kurang olahraga tingginya kolesterol pendekatan cross-section. Responden yang
(Leong et al., 2018). terlibat serta berpartisipasi dalam riset ini
Akan tetapi seks juga memiliki dampak diobservasi berdasarkan data yang dikumpulkan
signifikan bagi kesehatan jantung. rupanya dengan menggunakan instrumen penelitian
dampak kurang bercinta juga menyebabkan (Setiawan et al., 2020).
sejumlah tanda seksualitas lain seperti disfungsi
ereksi pada laki-laki dan menurunnya gairah Lokasi dan Waktu Penelitian
seksual pada perempun, kondisi dimana tidak Pengumuman rekrutmen responden
dapat menikmati hubungan seksual. Pada dilakukan secara online dan terbuka, sehingga
beberapa artikel menerangkan jika kehidupan responden yang terlibat secara sukarela
seks yang sehat dapat mengurangi hormon bergabung dari berbagai wilayah di Indonesia.
kortisol dalam tubuh. Hal ini menyebabkan rasa

Bina Generasi ; Jurnal Kesehatan | 79


BINA GENERASI ; JURNAL KESEHATAN
EDISI 13 VOLUME (1) 2021
p- ISSN : 1979-150X ; e- ISSN: 2621-2919
Riset ini dilakukan pada bulan Juli – Agustus awakening atau eksplorasi, auto-sexsuality dan
2021. bentuk penyimpangan seperti fethisisme,
parafilia dan homoseksual. Gambaran uumum
Populasi dan Sampel perilaku tersebut dapat tergambar pada tabel 2.
Populasi dalam penelitian ini adalah
populasi terbuka yang memenuhi kriteria Tabel 1. Karakteristik Responden
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi responden (sosiodemografi)
yaitu; 1) laki-laki dan perempuan berusia 12-14 n
Variabel %
tahun; 2) dapat menulis dan membaca; dan 3) (Σn=154)
bersedia mengisi informed consent melalui Umur
platform google form. Sedangkan kriteria Mean+SD 21.4 + 2.0
eksklusi responden adalah; 1) menderita > Mean 103 66.9
penyakit kronik; 2) sedang menjalani < Mean 51 33.1
pengobatan psikotik; dan 3) tidak memiliki Jenis Kelamin
handphone/mobilphone/smartphone. Laki-laki 55 35.7
Perempuan 99 64.3
Instrumen Penelitian Status Pekerjaan
Pengumpulan data dilakukan dengan Bekerja 32 20.8
menggunakan instrumen penelitian berupa Tidak Bekerja 122 79.2
kuesioner perilaku berskala likert sebanyak 10 Pendidikan
butir. Pernyataan pada kuesioner berupa Tidak Sekolah 0 0.0
pernyataan positif/favorable (soal nomor 2, 3, Wajar Dikdas 88 57.1
4, 5, 6, 7, 8, 9, 10) dan negatif/unfavorable Perguruan Tinggi 66 42.9
(soal nomor 1) dengan empat pilihan jawaban Penghasilan
yaitu skor 4 untuk pilihan jawaban selalu, skor < UMR 119 77.3
3 untuk pilihan jawaban sering, skor 2 untuk > UMR 35 22.7
pilihan jawaban jarang, dan skor 1 untuk pilihan Perilaku
jawaban tidak pernah. Pemenuhan
Kuesioner diuji validitasnya dengan Kebutuhan
Korelasi Product Moment dan uji reliabilitas Seksual 154 100.0
dilakukan dengan Teknik Koefisien Alpha Positif 0 0.0
Cronbach. Kuesioner berjumlah 10 butir yang Negatif
dinyatakan valid dengan rhitung > rtabel dengan
rentang 0,534 – 0,828. Uji reliabilitas dilakukan
terhadap 10 butir dan dinyatakan reliabel Tabel 1 menunjukan mayoritas responden
dengan hasil uji statistik Alpa Cronbach 0.773. berumur lebih dari rata-rata (21.4 tahun)
sebanyak 103 orang atau 66.9%. Perempuan
Analisis Data lebih banyak hampir 2 kali lipat dibandingkan
Data dianalisis dengan menggunakan laki-laki dengan mayoritas belum bekerja
software SPSS versi 25.0 yang dikelompokan (79.2%). Semua responden telah menyelesaikan
menjadi 2 yaitu sosiodemografi responden dan pendidikan hingga 12 tahun (wajar dikdas) dan
kategori perilaku. Perilaku dinyatakan positif terdapat 66 orang (42.9%) yang telah lulus dari
jika skor kuesioner <50. Data selanjutnya perguruan tinggi. Sebanyak 77.3% atau 119
dianalisis distribusi frekuensi dan persentase. responden mendapatkan penghasilan kurang
dari UMR Kabupaten Ciamis yang nilainya Rp.
HASIL 1.810.351,-. Semua Responden memiliki
Karakteristik responden mencakup umur, perilaku positif dalam pemenuhan kebutuhan
jenis kelamin, status pekerjaan, pendidikan, dan seksualnya dengan skor total kurang dari 50.
penghasilan. Secara detail, karakteristik
responden digambarkan pada tabel 1.
Adapun gambaran perilaku pemenuhan
kebutuhan seksual bervariasi antara lain

Bina Generasi ; Jurnal Kesehatan | 80


BINA GENERASI ; JURNAL KESEHATAN
EDISI 13 VOLUME (1) 2021
p- ISSN : 1979-150X ; e- ISSN: 2621-2919

Tabel 2. Perilaku Pemenuhan Kebutuhan Seksual


Sering Jarang Tidak
Selalu
No Pertanyaan Pernah
n % n % n % n %
1 Awakening/Eksplorasi 7 4.5 7 4.5 35 22.7 105 68.2
Selama saya menjomlo,
kebutuhan seksualitas saya
terpenuhi
2 Awakening/Eksplorasi 4 2.6 10 6.5 20 13.0 120 77.9
Ketika saya sendiri, saya
membayangkan seksualitas dan
menyukai daerah tertentu di
anggota tubuh saya
3 Auto-Sexuality 3 1.9 9 5.8 29 18.8 113 73.4
Saya melakukan rangsangan
disekitar alat kelamin saya
4 Auto-Sexuality 4 2.6 13 8.4 21 13.6 116 75.3
Saya merasa terpenuhui
kebutuhan seksual saya ketika
saya sudah melakukan
masturbasi
5 Fethishisme 2 1.3 3 1.9 6 3.9 143 92.9
Saya menggunakan alat bantu
atau benda sekitar seperti celana
dalam, tisu toilet atau benda
yang lain dan menemepelkannya
di anus untuk merangsang gairah
seksual saya
6 Fethishisme 4 2.6 5 3.2 20 13.0 125 81.2
Saya menggunakan sabun atau
shampo pada alat kelamin saya
ketika mandi untuk merangsang
gairah seksual saya
7 Parafilia 2 1.3 2 1.3 6 3.9 144 93.5
Saya merangsang seksual saya
dengan cara memasukkan jari
pada anus saya
8 Parafilia 3 1.9 4 2.6 14 9.1 133 86.4
Saya merasa stress ketika saya
tidak masturbasi
9 Homoseksual 6 3.9 4 2.6 6 3.9 138 89.6
Saya mempunyai rasa (asmara)
dan kekaguman terhadap sesama
jenis dan sering merindukannya
10 Homoseksual 2 1.3 1 0.6 3 1.9 148 96.1
Saya melakukan hubungan intim
dengan sesama jenis

Bina Generasi ; Jurnal Kesehatan | 81


BINA GENERASI ; JURNAL KESEHATAN
EDISI 13 VOLUME (1) 2021
p- ISSN : 1979-150X ; e- ISSN: 2621-2919
PEMBAHASAN sangat positif dimana responden tidak
menyetujui item pernyataan tentang perilaku
Karakteristik Responden seksual yang menyimpang pada kuesioner
Karakteristik responden yang terlibat tersebut, namun terdapat item pernyataan positif
dalam penelitian ini yaitu, umur, jenis kelamin tetapi responden banyak tidak menyetujuinya
pendidikan, pekerjaan, penghasilan. yaitu ”Memuaskan hasrat seksual dengan
Pemenuhan Kebutuhan Seksual merangsang diri sendiri merupakan tindakan
Awakening negatif”. Artinya penilaian terhadap kuesioner
Persepsi adalah penilaian terhadap objek tersebut baik (Hari, Rostom, Lahlou, Bahiri, &
atau stimulus yang diidentifikasi dengan Hajjaj-Hassouni, 2015).
menggunakan panca indera. faktor-faktor yang Auto-Sexuality merupakan seseorang
mempengaruhi persepsi antara lain: (1) yang lebih tertarik pada diri mereka sendiri
Kebutuhan, ketika kita membutuhkan sesuatu daripada orang lain, mereka lebih suka
atau memiliki ketertarikan akan suatu hal atau masturbasi daripada berhubungan seks dengan
menginginkannya, kita dengan mudah pasangan. Oleh sebab itu orang yang Auto-
mempersepsikan sesuatu berdasarkan Sexuality merasa lebih terangsang secara
kebutuhan itu. (2) Kepercayaan, ketika kita seksual oleh diri mereka sendiri daripada oleh
menganggap benar, hal tersebut dapat orang lain (Logie et al., 2019).
mempengaruhi interprestasi kita terhadap Seperti orientasi seksual lainnya, Auto-
sesuatu yang ambigu. (3) Emosi, dapat Sexuality dapat eksis pada sebuah
mempengaruhi interprestasi kita mengenai kontinum. Beberapa mungkin memiliki hasrat
informasi sensorik (4) Ekspektasi, pengalaman seksual untuk diri mereka sendiri, menikmati
masa lalu sering mempengaruhi cara kita stimulasi diri, memiliki mimpi seksual tentang
mempersepsikan dunia. Kecenderungan untuk diri mereka sendiri, dengan mengesampingkan
mempersepsikan sesuatu sesuai dengan harapan hubungan lain. Seseorang mungkin memiliki
disebut sebagai set persepsi (Martiana, 2015). kualitas ini tetapi juga bisa terlibat secara
Persepsi responden sudah benar pada romantis dan seksual dengan satu atau lebih
tahap awakening and eksploration dalam artian pasangan (Bond, 2015).
responden tidak menyetujui pernyataan yang Auto sexsuality terkadang diasumsikan
mengarah kepada seks. Namun ada pernyataan bahwa orang autoseksual tidak pernah memiliki
yang persepsi responden kurang baik terhadap hubungan dengan orang lain, tetapi ini tidak
isi pernyataan itu. persepsi yang tidak akurat benar. Beberapa orang yang autoseksual
dimana persepsi yang kita lakukan, akan mungkin menginginkan kedekatan dengan
mengandung kesalahan dalam kadar tertentu. orang lain. Mereka mungkin mengidentifikasi
Hal ini disebabkan karena pengaruh masa lalu, dengan satu atau lebih orientasi seksual lainnya
selektivitas dan penyimpulan (Maternity, 2015) dan lebih memilih stimulasi diri di sebagian
Ketika persepsi tidak benar, karena orang besar waktu.
menganggap sama sesuatu yang sebenarnya Ada beberapa orang yang
mirip. Semakin jauh jarak antara orang yang mengidentifikasi diri sebagai autoseksual
mempersepsikan dengan objeknya, maka setelah satu atau lebih hubungan gagal. Mereka
semakin tidak akurat pesepsinya. Persepsi melihat hubungan dengan diri mereka sendiri
seseorang tergantung dari apa yang ia harapkan sebagai jawaban untuk cinta. Setiap individu
dan tergantung pengalaman masa lalu serta memiliki pengalaman dan keinginan yang
adanya motivasi. Dalam hal ini dapat diartikan berbeda, sehingga arti Auto-Sexuality bagi satu
bahwa pernyataan positif tersebut dijauhi oleh orang mungkin tidak sama dengan pemahaman
responden, sehingga persepsi responden orang lain (Shaw & Friesem, 2016).
menjadi kurang baik teradap item pernyataan
tersebut bisa dipengaruhi oleh masa lalu Fethishisme
responden ataupun adanya motivasi terhadap Fetisisme dalam seksualitas merupakan
perilaku seksual tersebut (Boediarsih, munculnya daya tarik secara seksual yang kuat
Shaluhiyah, & Mustofa, 2016). pada benda tidak hidup atau bagian tubuh yang
Auto-Sexuality secara umum tidak dijadikan sebagai
Persepsi responden tentang perilaku objek seksual. Oleh karena itu, dapat diperparah
seksual pada tahap autosexuality dikategorikan dengan tekanan atau gangguan klinis yang

Bina Generasi ; Jurnal Kesehatan | 82


BINA GENERASI ; JURNAL KESEHATAN
EDISI 13 VOLUME (1) 2021
p- ISSN : 1979-150X ; e- ISSN: 2621-2919
terjadi secara signifikan. Munculnya gangguan hidup seseorang karena hasrat tersebut akan
ini sebenarnya hal yang normal dari bagian diwujudkan menjadi sebuah perilaku.
seksualitas. Akan tetapi masalah dapat timbul Perilaku paraphilia tidak semuanya sama,
saat gairah seksual membutuhkan objek yang dalam hal ini tergantung pada jenisnya. Setiap
akhirnya memaksakan kehendak pada orang jenis paraphilia berfokus pada pemicu fantasi
lain (Suheri, 2021). dan perilaku seksual penderitanya. Menurut
Diagnostic and Statistical Manual of pedoman diagnostic and statistical manual of
Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), mental disorders (DSM-5), paraphilia
mengatakan bahwa fetisisme seksual ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis (1)
dicirikan sebagai kondisi yang memiliki Voyeurisme, jenis paraphilia ini, penderita
dorongan kuat terhadap objek tidak hidup, mengalami gairah seksual ketika mengintip
seperti pakaian dalam. Selain itu, hal ini juga diam-diam tanpa persetujuan orang yang
dapat terjadi pada bagian tubuh yang sangat sedang telanjang. (2) Sadisme, penderita yang
spesifik, seperti leher, untuk mencapai gairah mendapat kepuasan seksual ketika melihat
seksual. Cara inilah pengidap gangguan tersebut pasangan seksualnya menderita. (3) Masokis,
dapat memperoleh kepuasan seksualnya penderita yang mendapat kepuasan seksual
(Mahardika, Dewi, & Widyantara, 2020). ketika dipermalukan, dipukul, diikat oleh
Selain itu, Psychology Today, pasangan seksualnya. (4) Froteurisme,
menulisakan bahwa fetisisme seksual penderita mengalami gairah seksual ketika
merupakan gangguan yang lebih umum terjadi menggesekan atau menyentuh tubuh ke orang
pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. lain tanpa izin. (5) Eksibisionisme, ditandai
Bahkan, disebutkan jika kelainan ini hampir dengan penderita yang sering mempertontonkan
secara eksklusif terjadi pada pria. Kelainan ini organ kelaminnya pada orang lain (Larasati,
termasuk dalam kategori umum gangguan 2019).
paraphilic, yang menyebabkan seseorang
memiliki ketertarikan seksual pada benda atau Homoseksual
bagian tubuh di luar rangsangan secara genital. Homoseksual merupakan bentuk sex
Kelainan fetisisme yang merupakan dengan jenis kelamin yang sama atau tertarik
bagian dari gangguan paraphilic yang biasanya dan mencintai jenis sex yang sama. prevalensi
terjadi pada awal masa pubertas, akan tetapi laki-laki yang homoseksual itu diperkirakan 3-4
gangguan tersebut mungkin saja berkembang kali lebih banyak daripada jumlah perempuan
sebelum masa remaja. Beberapa sumber homoseksual. Seperti yang dijelaskan oleh
mengatakan jika fetisisme seksual dapat Kartono yaitu jumlah pria homoseksual dengan
berkembang dari pengalaman seseorang saat wanita homoseksual, lebih banyak jumlah pria
masih anak-anak. Hal ini mungkin saja homoseksual. Terlihat dari banyaknya pelaku-
berhubungan dengan kondisi yang terkait pada pelaku yang terlihat di lingkungan sekitar (G.
masturbasi dan pubertas (Hidayat, 2014). A. Y. Dewi, 2017)
Pada kasus lainnya yang menyerang laki- Pelaku homoseksual wanita masih jarang
laki, beberapa ahli berpendapat bahwa ditemukan walaupun sekarang sudah mulai
gangguan fetisisme seksual ini dapat terjadi betambah jumlahnya. Namun berkembangnya
akibat keraguan tentang dirinya sendiri atau jumlah pelaku pria homoseksual saat ini
rasa takut akibat penolakan dan penghinaan dari memang cukup pesat semenjak isu-isu LGBT
orang lain. Oleh karena itu, memiliki dorongan (Lesbian Gay Bisexual Transgender) yang
seksual terhadap objek mati (Kosciw, Palmer, merebak, oleh karena itu jumlah pelaku
& Kull, 2015). homoseksual pria yang 3-4 kali pelaku
homoseksual wanita (Mansur, 2017).
Parafilia Ekspresi homoseksual ada tiga yaitu,
Parafilia merupakan sebuah kelainan aktif, pasif, dan bergantian peranan. Pada
yang menyebabkan masalah dengan hasrat ekspresi aktif yaitu pelaku homoseksual
seksual seseorang. Dorongan seksual penderita berperan sebagai pria yang agresif terhadap
parafilia akan mudah muncul karena suatu pasangannya. Kemudian ekspresi pasif, yaitu
benda, kejadian, dan keadaan yang oleh banyak pelaku homoseksual yang berperan sebagai
orang tidak dianggap sensual sama sekali. wanita yang pasif dan feminin. Dan ada yang
Parafilia dapat menyebabkan masalah terhadap bergantian peran, dalam sebuah hubungan yang

Bina Generasi ; Jurnal Kesehatan | 83


BINA GENERASI ; JURNAL KESEHATAN
EDISI 13 VOLUME (1) 2021
p- ISSN : 1979-150X ; e- ISSN: 2621-2919
dijalani oleh pelaku-pelaku homoseksual ada tubuh dengan lawan jenis dan menggesekkan
yang selayaknya pasangan normal, ada yang alat kelamin dengan lawan jenis.
berperan sebagai perempuan dan ada juga yang
berperan sebagai laki-laki, dan terus seperti itu Ucapan Terima Kasih
perannya dan tidak berubah. Namun, ada juga Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
yang bergantian peran (Khairani & Saefudin, LPPM STIKes Muhammadiyah Ciamis yang
2018). telah mendanai penelitian ini.
Al-Qur’an sudah menjelaskan bahwa:
“Dan (Kami juga telah mengutus Nabi) Conflict of Interest
Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) ketika Tidak ada konflik kepentingan dalam
beliau berkata kepada mereka: “kenapa kalian penelitian ini.
mengerjakan perbuatan yang sangat hina itu,
yang belum pernah dilakukan oleh seorangpun DAFTAR PUSTAKA
(di dunia ini) sebelum kalian?” (Al-A’raaf: 80).
Maksud yang terkandung dalam ayat ini, Boediarsih, B., Shaluhiyah, Z., & Mustofa, S.
bahwa Allah SWT menyebutkan perbuatan B. (2016). Persepsi Remaja tentang Peran
sodomi antar sesama pria, yang dilakukan oleh Gender dan Gender Seksualitas di Kota
kaum Nabi Luth AS merupakan Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan
perbuatan fahisyahSedangkan fahisyah merupa Indonesia, 11(1), 28.
kan suatu perbuatan yang sangat hina dan https://doi.org/10.14710/jpki.11.1.28-37
mencakup berbagai macam kehinaan serta Bond, B. J. (2015). Portrayals of Sex and
kerendahan. Sexuality in Gay- and Lesbian-Oriented
Dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu Media: A Quantitative Content Analysis.
anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu Sexuality and Culture, 19(1), 37–56.
alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa https://doi.org/10.1007/s12119-014-9241-
kalian dapati melakukan perbuatan kaum Nabi 6
Luth alaihis salam (yakni melakukan Ermayani, T. (2017). Lgbt Dalam Perspektif
homoseksual), bunuhlah pelaku dan Islam. Humanika, 17(2), 147–168.
objeknya.” (HR. Tirmidzi no. 1456, Abu https://doi.org/10.21831/hum.v17i1.18569
Dawud no. 4462, dan selainnya) (Ermayani, Fitri, A. N., Riana, A. W., & Fedryansyah, M.
2017). (2015). Perlindungan Hak-Hak Anak
Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan
Anak.
KESIMPULAN DAN SARAN https://doi.org/10.24198/jppm.v2i1.13235
Berdasarkan penelitian yang telah G. A. Y. Dewi, E. S. I. (2017). The Experience
dilakukan dapat disimpulkan bahwa persepsi Of Being Gay (Phenomenological Studies
responden terhadap perilaku seksual pada jomlo on Male Homosexuals toward Coming
dikategorikan positif, yang dilihat dari: (1), Out). Jurnal Epati, 7(3), 116–126.
persepsi responden tentang perilaku seksual Hari, A., Rostom, S., Lahlou, R., Bahiri, R., &
dalam bentuk Awakening and Exploration Hajjaj-Hassouni, N. (2015). Sexual
secara umum sudah baik, dimana mereka tidak function in Moroccan women with
menyetujui menonton film porno, membaca rheumatoid arthritis and its relationship
cerpen porno, dan membuka jejaring sosial with disease activity. Clinical
berkaitan dengan seksual. (2) persepsi Rheumatology, 34(6), 1047–1051.
responden tentang perilaku seksual yaitu pada https://doi.org/10.1007/s10067-015-2888-
tahap Autosexuality: Masturbation/ Onani z
secara umum sudah baik, dimana mereka tidak Hidayat, A. (2014). Sepatu boot dan fetishisme
setuju merangsang diri sendiri dalam bentuk pada bikers. Kreatif, 1(2), 1–13. Retrieved
masturbasi. (3) persepsi siswa tentang perilaku from
seksual remaja yaitu pada tahap Heterosexuality http://ejurnal.polnes.ac.id/index.php/kreati
secara umum sudah baik, dimana mereka tidak f/article/view/106
menyetujui perilaku heterosexuality, seperti Khairani, A., & Saefudin, D. (2018).
mencium leher dan bibir, menempelkan anggota Homoseksual Berdasarkan Pandangan
Psikologi Islam. Ta’dibuna: Jurnal

Bina Generasi ; Jurnal Kesehatan | 84


BINA GENERASI ; JURNAL KESEHATAN
EDISI 13 VOLUME (1) 2021
p- ISSN : 1979-150X ; e- ISSN: 2621-2919
Pendidikan Islam, 7(2), 114. https://doi.org/10.22225/jkh.1.1.2124.19-
https://doi.org/10.32832/tadibuna.v7i2.13 25
56 Mansur, S. (2017). Homoseksual dalam
Kosciw, J. G., Palmer, N. A., & Kull, R. M. Perspektif Agama-Agama di Indonesia.
(2015). Reflecting Resiliency: Openness Aqlania, 8(1), 21.
About Sexual Orientation and/or Gender https://doi.org/10.32678/aqlania.v8i01.102
Identity and Its Relationship to Well- 0
Being and Educational Outcomes for Martiana, A. (2015). Persepsi Perilaku Seksual:
LGBT Students. American Journal of Perilaku Seksual Pra-Nikah Mahasiswa di
Community Psychology, 55(1–2), 167– Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
178. https://doi.org/10.1007/s10464-014- SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 12(2),
9642-6 82–91.
Larasati, N. U. (2019). Edukasi Tentang https://doi.org/10.21831/socia.v12i2.1223
Penyimpangan Seksual Eksibisionisme 7
Kepada Siswa/I Smk Nusantara 1 Maternity, D. (2015). Pola Asuh Orang Tua,
Tangerang Selatan. Simposium Nasional Usia Dan Jenis Kelamin Sebagai Faktor
Ilmiah & Call for Paper …, 7(November), Yang Berhubungan Dengan Persepsi
1173–1179. Remaja Tentang Perilaku Seksual Pra-
https://doi.org/10.30998/simponi.v0i0.533 Nikah Di Kota Batam. Kebidanan, 1(1),
Leong, K. M. W., Chow, J. J., Ng, F. S., 46–50.
Falaschetti, E., Qureshi, N., Koa-Wing, nanag hasan susanto, cindy lestari. (2018).
M., … Varnava, A. M. (2018). Eksplorasi Teori Motivasi Abraham
Comparison of the Prognostic Usefulness Maslow dan David McClelland.
of the European Society of Cardiology Pendidikan Islam, 3(2), 184–202.
and American Heart https://doi.org/https://doi.org/10.28918/jei.
Association/American College of v3i2.1687 Received:
Cardiology Foundation Risk Stratification Noffiyanti. (2020). Tafakur dalam kehidupan
Systems for Patients With Hypertrophic perspektif Al-Quran dan hadist. Jurnal
Cardiomyopathy. American Journal of Dakwah Dan Ilmu Komunikas, 2(1), 11–
Cardiology, 121(3), 349–355. 20.
https://doi.org/10.1016/j.amjcard.2017.10. Rahardjo, W. (2017). Perilaku Seks Pranikah
027 pada Mahasiswa: Menilik Peran Harga
Logie, C. H., Lys, C. L., Dias, L., Schott, N., Diri, Komitmen Hubungan, dan Sikap
Zouboules, M. R., MacNeill, N., & terhadap Perilaku Seks Pranikah. Jurnal
Mackay, K. (2019). “Automatic Psikologi, 44(2), 139.
assumption of your gender, sexuality and https://doi.org/10.22146/jpsi.23659
sexual practices is also discrimination”: Safaat, M., Tubagus, A., Suerni, T., Susanto,
Exploring sexual healthcare experiences W., Studi, P., Keperawatan, I., … Agung,
and recommendations among sexually and S. (2016). Hubungan Lama Rawat Inap
gender diverse persons in Arctic Canada. Dengan Pemenuhan Kebutuhan Seksual
Health and Social Care in the Community, Pasien Skizofrenia Berstatus Menikah.
27(5), 1204–1213. Keperawatan, 4, 126–131.
https://doi.org/10.1111/hsc.12757 Setiawan, H., Firdaus, F. A., Ariyanto, H., &
Ma`arif, M. A. (2018). Analisis Strategi Nantia, R. (2020). Pendidikan Kesehatan
Pendidikan Karakter Melalui Hukuman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Preventif. Jurnal Pendidikan Islam, 6(1), Pondok Pesantren, 1(3), 118–125.
31–56. Shaw, A., & Friesem, E. (2016). Where is the
https://doi.org/10.21274/taalum.2018.6.1. queerness in games? Types of lesbian,
31-56 gay, bisexual, transgender, and queer
Mahardika, A. R., Dewi, A. A. S. L., & content in digital games. International
Widyantara, I. M. M. (2020). Sanksi Journal of Communication, 10, 3877–
Pidana bagi Pelaku Tindak Pidana 3889.
Pedofilia terhadap Anak. Jurnal Suheri, ihsan kamaludin and. (2021).
Konstruksi Hukum, 1(1), 19–25. Fenomena cross hijab dan pengaruhnya

Bina Generasi ; Jurnal Kesehatan | 85


BINA GENERASI ; JURNAL KESEHATAN
EDISI 13 VOLUME (1) 2021
p- ISSN : 1979-150X ; e- ISSN: 2621-2919
terhadap pergeseran sakralitas keagamaan Sex Workers in Surakarta. Journal of
di masyarakat. Sosiologi, 15(2), 338–359. Health Promotion and Behavior, 01(02),
Wulandari, Y. A. et al. (2016). Health Belief 70–78.
Model: Health Preventive Behavior of https://doi.org/10.26911/thejhpb.2016.01.
Sexually Transmitted Infection in Female 02.02

Bina Generasi ; Jurnal Kesehatan | 86

You might also like