You are on page 1of 6

Jurnal Kesehatan

Volume 9, Nomor 1, April 2018


ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Pandangan Lansia tentang Seksualitas pada Lanjut Usia

Hubertus Agung Pambudi1, Meidiana Dwidiyanti2, Diyan Yuli Wijayanti3


1,2,3
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang, Indonesia
Email: hubert_ap@yahoo.co.id

Abstract: Investigate Sexuality Experiences of The Elderly. The physiological, cognitive and
psychosocial changes which occur in the elderly can have an impact on the elderly‟s decreased
ability to meet functional needs, confusion or withdrawal, and an inability to make needs-related
decisions. The physical changes include some changes in the appearance, different alterations in
internal organ systems, changes in psychological function and nervous system, as well as changes
in the sexuality appearance and ability. The purpose of this study was to investigate sexuality
experiences of the elderly in the society. This study used a qualitative design with a hermeneutic
phenomenological approach. The samples were three elderly people recruited using purposive
sampling technique. The steps in analyzing the data included data collection analysis, data
reduction, verification, and conclusion. The findings revealed that sexual intercourse in the elderly
served a part of worship and efforts made to maintain the family harmony. Based on findings, it is
recommended that the health service units work together with the health volunteers of the elderly
health service post to provide correct information through health education about sexuality so that
the elderly can gain an understanding of sexuality to improve their quality of life.

Keywords: Elderly, Sexuality

Abstrak: Pandangan Lansia tentang Seksualitas pada Lanjut Usia. Lanjut usia dengan
perubahan yang terjadi secara fisiologis, kognitif dan kesehatan psikososial akan berdampak
terhadap berkurangnya kemampuan memenuhi kebutuhan fungsional, kebingungan atau menarik
diri, dan ketidakmampuan membuat keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan. Perubahan fisik
meliputi perubahan penampilan, perubahan yang berbeda pada sistem organ dalam, perubahan
dalam fungsi psikologis, perubahan pada sistem syaraf, dan perubahan penampilan dan
kemampuan seksualitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman seksualitas
pada lansia di masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi hermeneutic. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling dengan partisipan lansia sebanyak 3 orang. Tahapan dalam analisis data meliputi analisis
pengumpulan data, reduksi data, verifikasi dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hubungan seksual pada lanjut usia merupakan bagian dari ibadah dan upaya
untuk menjaga keharmonisan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada layanan
kesehatan agar bekerjasama dengan kader posyandu lansia untuk memberikan informasi yang
benar melalui pendidikan kesehatan tentang seksualitas pada lansia, agar lansia dapat mendapatkan
pemahaman seksualitas untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Kata kunci: Lansia, Seksualitas

Setiap manusia di dunia akan mengalami cenderung meningkat dari tahun ke tahun, sejak
proses menua dan menjadi lanjut usia. Menurut tahun 2013 jumlah lansia di dunia 13,4%, tahun
WHO (World Health Organization) lanjut usia 2050 menjadi 25,3% dan tahun 2100 menjadi
adalah mereka yang berusia 60-74 tahun dan 35,1% (Statistik, 2015). Pertambahan penduduk
menurut UU RI No.13 tahun 1998 tentang lansia juga terjadi di Indonesia. Badan Pusat
kesejahteraan lansia bahwa lanjut usia adalah Statistik menyatakan jumlah lansia di Indonesia
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke pada tahun 2015 adalah 9,77% dari jumlah
atas.(Mujahidullah, 2012) Saat ini, di seluruh penduduk dan tahun 2020 mencapai 11,3%, dan
dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada diperkirakan pula bahwa total lansia di Indonesia
500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan pada tahun 2020 mencapai 29,12 juta jiwa. Di
diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 Indonesia pula terjadi peningkatan populasi
milyar. Berdasarkan hasil laporan Infodatin, lansia dari 14,4 juta jiwa di tahun 2000 dan
proyeksi usia pada kelompok lansia di dunia diperkirakan mencapai 28,8 juta jiwa di tahun

154
Pambudi, Pandangan Lansia tentang Seksualitas pada Lanjut Usia 155

2020 (Mujahidullah, 2012; Padila, 2013). Tiga kadang, 13 lansia (31,71%) menjawab jarang, 9
provinsi dengan populasi lansia terbesar di lansia (21,95%) menjawab tidak pernah dan 2
Indonesia adalah daerah Istimewa Yogyakarta lansia (4,88%) menjawab selalu. Hasil
13,5%, Jawa Tengah 11,11%, Jawa Timur pengkajian lansia berdasarkan percaya hubungan
10,96%. (Statistik, 2015). Sumber dari Badan suami istri pada usia lanjut dapat membuat awet
Pusat Statistik Kota Semarang, jumlah lansia muda, 16 lansia (39.02%) menjawab selalu, 13
yang berumur diatas 60 tahun sejumlah 112.031 lansia (31,71%) menjawab kadang-kadang, 7
jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Semarang, lansia (17.07%) menjawab tidak pernah dan 5
2015). Ada suatu pendapat yang tidak diucapkan, lansia (12.20%) jarang.
yang sebagian memang benar, pentingnya Sampai saat ini, seksualitas orang tua
peranan yang dimainkan oleh seksualitas telah belum dibahas secara terbuka dan bebas di
banyak menghilang setelah manusia menjadi tua. banyak negara, termasuk Korea. Kebanyakan
Seksualitas terbayangkan berkaitan dengan orang menganggap bahkan pemikiran seksualitas
kecantikan fisik atau adanya sedikit daya tarik. orang tua tidak masuk akal. Pikiran dari orang
Kedua hal ini sebagian besar menghilang Korea lebih acuh tak acuh atau negatif tentang
bersamaan dengan semakin lanjutnya usia karena seksualitas pada wanita lanjut usia dibandingkan
adanya perubahan-perubahan pada kulit serta pria. Karena mereka percaya kebajikan
susunan jaringan ikat dan lemak (Mujahidullah, monogami, wanita lanjut usia cenderung tidak
2012); (Irianto, 2014). Gagasan mengenai menikah lagi saat mereka kehilangan pasangan
aktviatas seksual dalam usia lanjut cenderung mereka (Lee, Kwon, Kim, & Moon, 2007).
menyalahi perasaan estetik. Manusia memilih Ulasan pada jurnal Sexuality in Older
untuk tidak memperdulikan bahwa hubungan Age: Essential Considerations for Health Care
seksual dapat menjadi suatu bentuk komunikasi Professionals menggambarkan fakta bahwa
non verbal, yang lebih penting daripada keadaan banyak orang tua menikmati kehidupan seks
luarnya (Irianto, 2014). yang aktif dan memeriksa bukti terhadap persepsi
Seksualitas berdasarkan WHO adalah umum dari 'aseksual' usia tua. Ini menawarkan
suatu aspek inti manusia sepanjang hidupnya dan gambaran bukti bagi para profesional kesehatan
meliputi seks, identitas dan peran gender, yang sebelumnya tidak terlalu menganggap
orientasi seksual, erotisisme, kenikmatan, penting seksualitas pasien mereka yaitu lansia.
kemesraan dan reproduksi. Seksualitas dialami Hal ini juga menjelaskan beberapa masalah
dan diungkapkan dalam pikiran, khayalan, seksual yang dihadapi oleh orang-orang yang
gairah, kepercayaan, sikap, nilai, perilaku, lebih tua, terutama kesulitan- kesulitan yang
perbuatan, peran dan hubungan. Sementara dialami dalam mengungkapkan masalah tersebut
seksualitas dapat meliputi semua dimensi ini. kepada profesional kesehatan (Taylor & Gosney,
Tidak semuanya selalu dialami atau 2011)
diungkapkan. Seksualitas dipengaruhi oleh Penelitian akhir-akhir ini menunjukkan
interaksi faktor biologis, psikologis, sosial, banyak golongan lansia tetap menjalankan
ekonomi, politik, budaya, etika, hukum, sejarah, aktifitas seksual sampai usia yang cukup lanjut,
religi dan spiritual (World Health Organization, dan aktifitas tersebut hanya dibatasi oleh status
2006). kesehatan dan ketiadaan pasangan. Aktifitas dan
Hasil pengkajian aplikasi komunitas pada perhatian seksual pasangan suami istri lansia
tanggal 27 Oktober-4 Nopember 2016 terhadap 41 yang sehat berkaitan dengan pengalaman seksual
Lansia yang berpasangan yang berumur 60-74 kedua pasangan tersebut sebelumnya (Martono &
tahun di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Pranarka, 2009).
Banyumanik Semarang, dengan intrumen Kesehatan seksual merupakan suatu hal
pengkajian kuesioner berdasarkan Teori Self Care. yang sukar untuk diartikan, karena kebanyakan
Pertanyaan berdasarkan nilai dan budaya yang ada masyarakat menganggap kesehatan seksual
di masyarakat, lanjut usia masih membutuhkan adalah suatu peristiwa yang sulit untuk dijelaskan
hubungan suami istri 58.54% lansia, kadang- sehingga menimbulkan suatu anggapan yang
kadang dalam melakukan hubungan suami salah. World Health Organization,
istri,19.51% lansia jarang melakukan hubungan mendefinisikan kesehatan seksual sebagai
suami istri, 14.63% lansia tidak pernah pengintegrasian aspek somatik, emosional,
melakukan hubungan suami istri dan 7.32% intelektual, dan aspek sosial dari kehidupan
lansia selalu melakukan hubungan suami istri. seksual dengan cara yang positif untuk
Hasil pengkajian dengan pertanyaan lanjut usia memperkaya pengetahuan seksualnya dalam
tidak perlu berhubungan suami istri didapatkan bentuk kepribadian, dan perasaan cinta (Berman
hasil, 17 lansia (41,46%) menjawab kadang- et al, 2015).
156 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 1, April 2018, hlm 154-159

Kehilangan seksualitas bukan merupakan mencocokan dengan membaca transkrip verbatim


aspek penuaan yang tidak dapat dihindari dan serta mengintegrasikan hasil catatan lapangan
sebagian besar orang yang sehat tetap aktif secara kedalam transkrip.
seksual secara teratur sampai usia lanjut. Namun Membaca hasil transkrip berulang-ulang,
proses penuaan memang membawa perubahan untuk mendapatkan pemahaman yang tepat dari
tertentu dalam respon seksual fisiologis pria dan hasil wawancara, untuk mengidentifikasi
wanita, dan disertai sejumlah medis yang menjadi pernyataan yang bermakna dari setiap partisipan.
lebih prevalen pada usia lanjut yang berperan Pernyataan dari setiap partisipan yang bermakna
penting terjadinya gangguan seksual patogen berdasarkan catatan lapangan saat dilakukan
terhadap lansia (Stanley & Beare, 2016). penelitian disebut sebagai kata kunci.Mengulang
Berdasarkan hasil wawancara dengan semua proses untuk semua hasil transkrip
perawat pemegang program lansia di Kelurahan partisipan yang kemudian menentukan kategori.
Pedalangan Kecamatan Banyumanik Semarang Semua pernyataan yang memiliki makna yang
wilayah kerja Puskesmas Padangsari sama atau hampir sama dijadikan dalam satu
Banyumanik Semarang, tidak ada keluhan atau kategori.
cerita dari lansia tentang kehidupan hubungan Memahami berbagai kategori secara utuh
suami istri. Hal ini menunjukan tertutupnya dan menelusuri tema yang kemungkinan muncul.
pandangan hubungan suami istri pada lansia Kategori yang sudah didapatkan, menjadikan
dalam menjalin kehidupan di usia lanjut. pernyataan yang bermakna dan saling
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berhubungan sehingga dapat dijadikan sub tema.
pengalaman lansia tentang seksualitas pada lanjut Kategori yang sejenis dan terkait dirumuskan
usia di masyarakat Kelurahan Pedalangan dalam bentuk tema. Mengintegrasikan hasil
wilayah kerja Puskesmas Padangsari secara keseluruhan kedalam bentuk deskriptif
Banyumanik Semarang. naratif yang lengkap, sistematis, jelas dalam hasil
penelitian. Mengklarifikasi hasil diskriftif analisis
data yang telah dibuat dengan mengembalikan
METODE kepada partisipan untuk memastikan apakah
sudah sesuai dengan apa yang disampaikan
Penelitian ini menggunakan desain kepada peneliti. Pada tahap ini peneliti
penelitian kualitatif dengan pendekatan memvalidasi kepartisipan dengan datang kembali
fenomenologi hermeneutic, suatu pendekatan ke rumah partisipan.
yang mengasumsikan temuan-temuan risetnya Strategi memperoleh keabsahan atau
tidak murni hasil deskripsi, tetapi lebih validitas data dengan menggunakan trianggulasi
interprestasi peneliti (Afiyanti & Nurahmawati, dengan melakukan Member Check/ Feedback
2014) (Creswell, 2015). Partisipan, peneliti kembali mencocokkan
Strategi pemilihan sampel yang digunakan pemahaman dan interprestasi data yang
dalam penelitian ini adalah criterion sampling dihasilkan kepada pemahaman partisipan lansia.
yaitu bertujuan untuk memperoleh sampel yang Peneliti juga mengamati langsung berbagai reaksi
memenuhi kriteria tertentu dan berguna untuk pada partisipan lansia terhadap data yang
menjamin kualitas sampel (Creswell, 2015). dihasilkan dari wawancara dan meminta para
Dalam hal ini partisipan yang diambil lansia partisipan memberi tanggapan tambahan terhadap
berusia 60-74 tahun yang mempunyai pasangan hasil data tersebut (Afiyanti & Nurahmawati,
hidup yang sah dan bersedia menjadi partisipan 2014; Moleong, 2016)
dengan memberikan persetujuan, mampu dan
mau menceritakan persepsi seksualitas.
Instrumen penelitian yang digunakan HASIL
adalah kuesioner. Kuesioner yang digunakan
adalah pertanyaan tentang pandangan lansia Tabel 1. Karakteristik Partisipan
tentang seksualitas pada lanjut usia, dan cara Nama Usia Jenis Pekerjaan Alamat
pengambilan data dengan melakukan wawancara Partisipan Kelamin
yang mendalam kepada partisipan lansia sesuai P1 (Ny. S) 64 Perempuan Ibu rumah Semarang
dengan kriteria yang ditetapkan. tahun tangga
Membuat transkrip data, menyusun hasil P2 (Ny. V) 60 Perempuan Pensiunan Semarang
tahun
wawancara dengan cara mendeskripsikan hasil
P3 (Tn. S) 64 Laki-laki Pensiunan Semarang
rekaman dalam bentuk verbatim, kedua menilai tahun
keakuratan hasil wawancara dengan
mendengarkan kembali hasil wawancara dan
Pambudi, Pandangan Lansia tentang Seksualitas pada Lanjut Usia 157

Partisipan pertama seorang lansia bentuk-bentuk seksualitas masa lanjut usia


perempuan, seorang ibu rumah tangga dan dengan lebih mengedepankan perhatian dan kasih
berjalan kelontong di rumahnya, tinggal berdua sayang ini ternyata juga mampu memberikan
dengan suaminya berumur 65 tahun. Partisipan kepuasan tersendiri bagi partisipan dan
masih aktif dalam kegiatan posyandu lansia, pasangannya. Partisipan juga memahami
rumahnya tiap hari Rabu minggu kedua sepenuhnya bahwa hubungan seksualitas suami
digunakan untuk Posyandu Lansia, tiap hari istri yang sah adalah merupakan bagian dari
Minggu pagi selalu rutin mengikuti senam ibadah. Sehingga walaupun sudah lanjut usia
kesegaran jasmani bertempat juga di halaman namun tetap melakukan hubungan tesebut
dan dijalan depan rumah partisipan, partisipan walaupun dengan intensitas yang sudah
juga aktif mengikuti kegiatan lansia di Poltekkes berkurang namun dilakukan dengan tujuan
Tembalang. Pasangan partisipan seorang memberikan perhatian dan kasih sayang pada
pensiunan pegawai swasta, pasangan mengalami pasangan. Usia lansia dengan keterbatasan fisik
sakit DM, pasangan masih rajin bekerja di kebun memang membuat pasangan lansia dalam
dan berolah raga jalan kaki tiap pagi mengitari melakukan hubungan seksualitas mengalami
kampung selama 30 menit – 60 menit. penurunan, namun demikian partisipan tetap
Partisipan kedua seorang lansia berupaya untuk memberikan kepuasan terhadap
perempuan, seorang ibu rumah tangga sambil pasangannya masing-masing karena hal itu
jualan warung makan di halaman rumahnya, merupakan satu kebahagiaan tersendiri untuk bisa
partisipan pensiunan dari pegawai swasta, tinggal memberikan rasa kepuasan kepada pasangan.
serumah dengan pasangannya bersama dengan
anaknya yang berumur 23 tahun. Partisipan
dalam keseharian masih aktif dalam kegiatan PEMBAHASAN
kerohanian di gereja, seperti paduan suara, bakti
sosial, tidak pernah ikut senam lansia yang Hasil penelitian menemukan tema
diadakan tiap hari Minggu. Dirumah partisipan hubungan seksualitas dalam keluarga merupakan
membantu menyiapkan masakan yang akan di bentuk ibadah dan keharmonisan lansia. Kategori
jual di warung. Pasangan partisipan berumur 62 pada partisipan ditemukan masih perlu
tahun, masih aktif dalam bidang pembangunan, seksualitas, bentuk seksualitas, partisipan masih
sebagai seorang kontraktor. bisa merasakan kepuasan, merasa mendapat
Partisipan ketiga seorang lansia laki – laki, perhatian, lansia menyadari tidak menyalahi
pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tinggal satu aturan agama dan norma masyarakat,
rumah dengan pasangannya dan cucunya yang menganggap hubungan seksualitas suami istri
masih berumur 9 tahun. Partisipan masih aktif merupakan bagian dari ibadah. Partisipan
pergi ke Masjid dan melakukan olah raga jalan mengakui seksualitas menjaga keharmonisan
kaki tiap pagi, untuk kegiatan senam lansia keluarga, masing-masing berupaya untuk
partisipan kadang – kadang ikut datang, tetapi memberikan kepuasan pasangan, perlunya
tidak rutin mengikutinya. Keseharian partisipan ketenangan batin yang didukung kesehatan
melakukan kegiatan rumah, dan juga mengantar badan, ekonomi dan lingkungan yang nyaman.
dan menjemput cucunya sekolah. Pasangan Pemahaman lanjut usia terhadap fungsi
partisipan berumur 63 tahun, seorang pensiunan seksualitas itu dipahami sebagai aspek fisik,
dan masih aktif dalam memasak dan menyiapkan aspek psikologis, aspek sosial, aspek
kebutuhan rumah tangga untuk suami dan persaudaraan dan kewajiban suami istri atau
keluarganya. suami, maka respon partisipan yang digambarkan
Temuan pada penelitian dengan pertanyaan benar-benar memahami tentang fungsi
pandangan partisipan terhadap seksualitas pada seksualitas di lanjut usia. Pemahaman fungsi
lansia menunjukkan bahwa semua partisipan seksualitas berdasarkan pemahaman lanjut usia
menganggap suatu hal yang wajar sebagai bentuk teridentifikasi adanya hubungan berbagai konteks
kebutuhan walaupun kuantitasnya sudah tidak yang meliputi hubungan fisik, hubungan
seperti waktu muda. Partisipan juga menganggap psikologis, hubungan sosial, hubungan
bahwa hubungan seksual walaupun pada lanjut persaudaraan dan hubungan pernikahan.
usia masih dianggap sebagai hal yang wajar. Kebutuhan seksual merupakan kebutuhan dasar
Lansia yang menjadi partisipan ini juga yang penting. Hal ini berkaitan dengan fisiologis
menyadari bahwa dengan usia yang sudah lanjut, yakni kebutuhan seks dan pemenuhan kebutuhan
bentuk seksualitas juga sudah berbeda dan lebih psikologis yakni dicintai dan mencintai.
merasakan sebagai bentuk kasih sayang dan Kebutuhan seksual dimasukkan dalam salah satu
perhatian. Partisipan juga menyatakan bahwa prioritas tingkat kebutuhan dalam klasifikasi
158 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 1, April 2018, hlm 154-159

tingkat kebutuhan dasar Maslow (Potter, Perry, melakukan aktivitas seksual lain seperti
Stockert, & Hall, 2016). Ada perbedaan berciuman, meraba dan berpelukan, meskipun
pemahaman yang dilatar belakangi oleh sudah tidak melakukan hubungan seksual
karakteristik jenis kelamin, dimana partisipan (Purnamasari, Margono, & Nanik Setyowati,
yang berjenis kelamin laki-laki memahami fungsi 2014).
seksualitas itu hanya hubungan fisik dan Hasil penelitian ini juga menemukan
hubungan persaudaraan sedangkan partisipan bahwa hubungan seksualitas antara suami dan
perempuan yang mempunyai sifat menerima istri yang sah adalah bagian dari ibadah.
memahaminya sebagai sebuah hubungan Sebagaimana Hadist yang diriwayatkan Muslim
pernikahan sebagai kewajiban seorang istri menyatakan bahwa “Bukankah apabila seseorang
kepada suami dan hubungan sosial (Ropei, 2010). melampiaskan syahwat nya pada tempat yang
Perilaku seksualitas dilakukan sesuai kehidupan haram dia mendapatkan dosa? Begitu pula jika
pribadinya sebagai moral dan pengalamannya, dia melampiaskan syahwatnya tersebut pada
akibatnya individu mempunyai perbedaan dalam tempat yang halal, maka baginya pahala”.
pemahaman, keyakinan dan nilai seksual mereka. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebenarnya bagi
Perubahan fungsi seksualitas yang teridentifikasi sepasang suami-istri, berhubungan badan (jima‟)
penelitian adalah adanya perubahan ekspresi merupakan kebutuhan yang tidak terlewatkan,
seksualitas, perubahan kegiatan seksualitas dan dan bisa menjadi salah satu tolak ukur
penyebab perubahan fungsi seksualitas pada kebahagiaan dalam kehidupan rumah tangga.
partisipan. Perubahan ekspresi seksualitas pada Bahkan bukan hanya bernilai kebutuhan,
partisipan berubah menjadi tambah sayang dan hubungan ini pula pastinya merupakan ibadah di
rasa sayang berubah menjadi kekerabatan. hadapan Allah dan Dia akan memberikan bagi
Perubahan kegiatan seksualitas pada partisipan pelakunya pahala shadaqah. Rasulullah
meliputi perubahan dalam frekuensi, kekuatan, shallallahu „alaihi wasallam bersabda ketika
keinginan dan usia dirasakan perubahan. Ekspresi ditanya tentang pernyataan beliau bahwa
seksualitas itu sangat serupa dengan perilaku hubungan suami-istri (jima‟) sedangkan
sosial lainnya yaitu seseorang akan berperilaku hubungan badan itu adalah melampiaskan
sesuai dengan mereka dihargai untuk berperilaku syahwat, namun ini termasuk kedalam bentuk
(Potter et al., 2016). shadaqah.
Partisipan juga mengakui bahwa hubungan Berdasarkan hasil penelitian pada
seksualitas pada masa lanjut usia bukan hanya partisipan yang dikaitkan dengan teori self care,
sebagai pemuas nafsu syahwat saja, namun hal ditemukan bahwa pada partisipan ke dua dan ke
ini dilakukan sebagai bentuk atau upaya untuk tiga mampu menunjukkan kemampuannya dalam
menjaga keharmonisan keluarga. Para partisipan beraktifitas seksual dengan pasangan secara baik.
yang hakekatnya adalah lansia menyadari bahwa Artinya partisipan ke dua dan ke tiga masih
kehidupan seksualitas melekat erat dalam dalam kategori Universal Self Care Requisters,
kehidupan sosial yang memberikan kesempatan partisipan masih mampu dalam mencapai
dan batasan sehinga ekpresi seksualitas partisipan perawatan diri dalam menjalani kehidupan
lebih menekankan kepada rasa sayang dan seksualitasnya. Kondisi yang berbeda ditemukan
keluarga. Ekspresi fungsi seksualitas pada lanjut pada partisipan pertama bersama pasangannya,
usia sudah mengalami perubahan dimana jenis dimana pasangan partisipan pertama yang
dan aktivitas seksualitasnya lebih menderita penyakit DM ternyata mengganggu
diaktualisasaikan pada aspek kedekatan dengan aktifitas seksual diantara keduanya. Partisipan
pasangan, pertemanan, komunikasi intim, dan dalam kategori Development Self Care
hubungan fisik mencari kesenangan. Requisiters, berhubungan perubahan dari
Hasil penelitian menemukan bahwa bentuk pasangan dalam kemampuan seksualitasnya.
aktivitas seksual yang dilakukan oleh partisipan Partisipan berusaha mengatasi dampak dari
dengan pasangannya lebih menonjolkan bentuk situasi pasangan dengan melakukan penerimaan
perhatian dan kasih sayang, seperti hanya dalam bahwa seksualitas merupakan ibadah seorang istri
bentuk bergandengan tangan, bersentuhan atau kepada suaminya, dan untuk menjaga
sekedar menggoda pasangan. Hasil penelitian ini keharmonisan rumah tangga. Partisipan dalam
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh sistem pelayanan keperawatan berdasarkan
Purnamasari, Margono dan Setiyawati yang Orem, termasuk dalam kategori sistem Supportif
menemukan bahwa terjadi perubahan bentuk dan Edukatif berupa bantuan dukungan
seksualitas pada lansia yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan pada lansia, dengan
masih melakukan aktivitas seksual non harapan partisipan dapat tetap secara mandiri
intercourse, mereka mengatakan masih
Pambudi, Pandangan Lansia tentang Seksualitas pada Lanjut Usia 159

menjalani hubungan seksualitas dengan pasangan mampu memberikan pelayanan kepada lansia
secara baik (S, Hamid, & Ibrahim, 2017). pada aplikasi praktek keperawatan di komunitas
dengan komprehensif. Diharapkan layanan
kesehatan mampu bekerja sama dengan kader
SIMPULAN posyandu lansia memberikan informasi yang
benar melalui pendidikan kesehatan mengenai
Hubungan seksual pada lanjut usia seksualitas pada lansia, agar lansia dapat
merupakan bagian dari ibadah dan upaya untuk mendapatkan pemahaman seksualitas pada masa
menjaga keharmonisan keluarga. lanjut usia, untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
melakukan penelitian faktor-faktor yang
SARAN berhubungan dengan seksualitas pada lansia,
pengembangan intervensi keperawatan untuk
Pendidikan seksualitas pada lansia masalah seksualitas pada lansia, pelatihan kader
dimasukan dalam kurikulam pendidikan mata dengan dampak terhadap pelayanan kesehatan
kuliah keperawatan lansia, sehingga mahasiswa pada lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti, Y., & Nurahmawati, I. 2014. Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Metedologi Penelitian Kualitatif Dalam Yogyakarta: Nuha Medika.
Riset Keperawatan (1st ed.). Jakarta: PT Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P., & Hall,
Raja Grafindo Persada. A. 2016. Fundamentals of Nursing - E-
Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2015. Book (9th ed.). New York: Elsevier Health
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Sciences.
Umur. Semarang. Purnamasari, D., Margono, & Nanik Setyowati.
Berman, A., Kozier, B., Snyder, S. J., Snyder, C., 2014. Geriatric Sexual Activity. Ilmu
Erb, G. L., Frandsen, G., & Pearson. 2015. Kebidanan, II.
Kozier and Erb’s Fundamentals of Ropei, O. 2010. Pengalaman Perubahan Fungsi
Nursing: Concepts, Process, and Practice. Seksualitas pada Lanjut Usia di Kota
Pearson Education. Cimahi Studi Fenomenologi.
Creswell, J. W. 2015. Penelitian Kualitatif dan S, A. Y., Hamid, & Ibrahim, K. 2017. Pakar
Desain Riset: Memilih di Antara Lima Teori Keperawatan dan Karya Mereka
Pendekatan. (S. Z. Qudsi, Ed.) (3rd ed.). (8th Indonenesia). Indonesia: Elsevier
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Singapore.
Irianto, K. 2014. Seksologi Kesehatan. Bandung: Stanley, M., & Beare, P. G. 2016. Buku Ajar
Penerbit Alfabeta. Keperawatan Gerontik (2nd ed.). Jakarta:
Lee, K. J., Kwon, M. S., Kim, M. J., & Moon, S. EGC.
M. 2007. A Study on Knowledge and Statistik, B. P. 2015. Statistik Penduduk Lanjut
Attitudes regarding sexuality of elderly Usia 2014 Hasil Survei Sosial Ekonomi
people in Korea. Journal of Korean Nasional. Jakarta.
Academy of Nursing. Taylor, A., & Gosney, M. A. 2011. Sexuality in
Martono, H., & Pranarka, K. (2009). Ilmu Older Age: Essential Considerations for
Kesehatan Usia Lanjut (4th ed.). Jakarta: Health Care Professionals. Age and
Balai Penerbit FKUI. Ageing.
Moleong, L. J. 2016. Metodologi Penelitian World Health Organization. 2006. Defining
Kualitatif (Edisi Revi). Bandung: PT. Sexual Health: Report of technical
Remaja Rosdakarya. consultation on sexual health 28-31
Mujahidullah, K. 2012. Keperawatan Geriatrik. January 2002, Geneva. Sexual Health
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Document Series.

You might also like